• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kemampuan Individu dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada Pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kemampuan Individu dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada Pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KEMAMPUAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Pada Pegawai Kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe)

TESIS

Oleh :

ANDI DEO SAPUTRA 107019072/IM

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH KEMAMPUAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Pada Pegawai Kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ANDI DEO SAPUTRA 107019072/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :

“ANALISIS PENGARUH KEMAMPUAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Pegawai Kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe) “ adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara

Jelas dan benar.

Medan, Januari 2014

Yang membuat pernyataan,

(4)

Judul Tesis: ANALISIS PENGARUH KEMAMPUAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PEGAWAI KEPENDIDIKAN POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

Nama Mahasiswa : Andi Deo Saputra Nomor Pokok : 107019072 Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si ) ( Dr. Elisabet Siahaan, M. Ec )

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

( Prof. Dr. Paham Ginting, SE., M.S ) ( Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA )

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 8 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M. Si Anggota : 1. Dr. Elisabet Siahaan, M. Ec

2. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA 3. Dr. Yenni Absah, M. Si

(6)

ANALISIS PENGARUH KEMAMPUAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ABSTRAK

Salah satu masalah pokok dalam Sumber Daya Manusia adalah bagaimana cara terbaik untuk mencapai kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pegawai. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya kemampuan individu, lingkungan kerja dan motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kemampuan individu, lingkungan kerja dan motivasi terhadap kepuasan kerja. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan teori kemampuan individu, lingkungan kerja, motivasi dan kepuasan kerja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey, jenis penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif dan sifat penelitian adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara (interview), daftar pertanyaan (questioner), dan studi dokumentasi. Metode dan teknik analisis adalah regresi berganda menggunakan analisis jalur (path analysis). Populasi penelitian adalah pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe yang berjumlah 196 orang, dan jumlah sampel berjumlah 132 orang.

Hasil penelitian substruktur pertama menunjukan bahwa kemampaun individu dan lingkungan kerja secara serempak (uji F) berpengaruh signifikan terhadap motivasi. Hasil uji t (parsial) terdapat pengaruh langsung positif signifikan kemampuan individu dan lingkungan kerja terhadap motivasi. Hasil penelitian substurktur kedua menunjukan bahwa kemampuan individu, lingkungan kerja dan motivasi secara serempak (uji F) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Hasil uji t (parsial) terdapat pengaruh langsung positif signifikan kemampuan individu, lingkungan kerja dan motivasi terhadap kepuasan kerja pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung kemampuan kerja dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja melalui motivasi, namun koefisien pengaruh langsung lebih besar, maka pengaruh yang sebenarnya adalah pengaruh langsung.

(7)

THE ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL CAPACITY AND WORK ENVIRONMENT ON WORK SATISFACTION WITH

MOTIVATION AS INTERVENING VARIABLE

ABSTRACT

One of the problems in human resources is how about the best way to achieve work satisfaction of employees. Work satisfaction is one of the most important aspects which have to be considered to increase the quality of employees. There are many factors which influence work satisfaction such as individual capacity, work environment, and motivation. The objective of the research was to find out and to analyze the influence of individual capacity, work environment, and motivation on work satisfaction. The theory used in the research was the theory of Human Resources Management which was related to the theory of individual capacity, work environment, motivation, and work satisfaction.

The research used a survey approach. The type of the research was descriptive quantitative with an explanatory method. The data were gathered by conducting interviews with questionnaires and documentary study. They were analyzed by using path analysis. The population was 196 educational employees at Politeknik Negeri Lhokseumawe, and 132 of them were used as the samples.

The result of the research in the first structure showed that individual capacity and work environment simultaneously (F-test) had significant influence on motivation. Partially (t-test), there was positive, significant, and direct influence of individual capacity and work environment on motivation. The result of the research in the second structure showed that individual capacity, work environment, and motivation simultaneously (F-test) had significant influence on the educational employees’ work satisfaction at Politeknik Negeri Lhokseumawe. Partially (t-test), there was positive, significant, and direct influence of individual capacity, work environment, and motivation on the educational employees’ work satisfaction at Politeknik Negeri Lhokseumawe. The result of the research also showed that there was indirect influence of work capacity and work environment on work satisfaction through motivation although the coefficient of direct influence was bigger; therefore, the real influence was direct influence.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan perlindungan yang dilimpahkan – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Analisis Pengaruh Kemampuan Individu dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dengan Motivasi Sebagai

Variabel Intervening Pada Pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe”.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat pemenuhan kurikulum untuk menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana (S2) Jurusan Ilmu Manajemen pada

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak menerima bantuan baik berupa nasehat, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp.A (K) Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec, Ac, Ak, CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada penulis dalam menyusun tugas akhir ini

(9)

6. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA. selaku Pembanding I yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

7. Ibu Dr. Yenni Absah, M.Si. selaku Pembanding II yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

8. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M. Sc selaku Pembanding III yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

9. Bapak dan ibu dosen serta pegawai di program Studi Magister Ilmu Manajemen 10. Direktur dan staff Politeknik Negeri Lhokseumawe yang telah membantu

penulis dalam mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir ini

11. Kedua orang tua dan keluarga penulis, Ayahanda Alm. Jazuri Endah Sutan dan Ibunda Alm. Rusda Kamal.

12. Kepada istriku Milawarni,M.Si dan kedua anak-anakku Nabila Khanza Qonita dan Annisa Khanza Nursyifa, atas do’a, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

13. Seluruh rekan – rekan mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa isi dan teknik pada tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi tata bahasa maupun materi yang terkandung di dalamnya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis berharap agar tugas akhir ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Andi Deo Saputra, lahir di Takengon Aceh Tengah, pada tanggal 7 juni 1978, anak keenam dari enam saudara dari pasangan Ayahanda Alm. Jazuri Endah

Sutan dan Ibunda Alm. Rusda Kamal. Menikah dengan Milawarni,S.Si,M.Si pada

tahun 2005 dan dikaruniai 2 orang anak bernama Nabila Khanza Qonita dan Annisa

Khanza Nursyifa.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri No.8 Takengon selanjutnya

Sekolah Menengah Pertama Negeri No.1 Takengon kemudian melanjutkan ke

Sekolah Menengah Atas Negeri No.1 Takengon. Lulus S1 di Fakultas Ekonomi

Universitas Syiah Kuala tahun 2003. Tahun 2010 melanjutkan studi ke Program

Magister Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Mulai bekerja pada tahun 2005 menjadi Pegawai Negeri Sipil di Politeknik Negeri

Lhokseumawe sampai dengan sekarang.

(11)

DAFTAR ISI

2.2.1.1 Kemampuan Intelektual ... 13

2.2.1.2 Kemampuan fisik ... 15

2.2.1.3 Kemampuan Emosional ... 15

2.2.2. Lingkungan Kerja ... 18

2.2.2.1 Lingkungan Kerja Fisik ... 20

2.2.2.2 Lingkungan Kerja Non Fisik ... 25

2.2.3. Motivasi ... 32

2.2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi ... 33

2.2.4. Kepuasan Kerja ... 36

2.2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ... 38

(12)

3.6.1 Identifikasi Operasional Variabel ... 47

3.6.2 Definisi Operasional Variabel ... 48

3.7. Uji Vailiditas dan Reliabilitas ... 51

3.8.3 Pengaruh Langsung (Direct Effect) dan Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) ... 64

3.8.4 Uji Koefisien Determinasi (R2 3.9 Metode Analisis Deskriptif ... 65

) ... 65

3.10 Pengujian Asumsi Klasik ... 65

3.10.1 Uji Normalitas ... 66

3.10.2 Uji Multikoleniatiras ... 67

3.10.3 Uji Heteroskedastisitas ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1. Hasil Penelitian ... 69

4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 69

4.1.1.1. Gambaran Umum Politeknik Negeri Lhoksumawe………. ... 69

4.1.1.2. Visi dan Misi Politeknik Negeri Lhokseumawe ... 71

4.1.1.3. Tujuan dan Sasaran Politeknik Negeri Lhokseumawe ... 71

4.1.1.4. Struktur Organisasi Politeknik Negeri Lhokseumawe ... 73

4.1.2. Karakteristik Responden ... 74

4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 75

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 75

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 76

4.1.3. Analisa Statistik Deskriptif……… 77

4.1.3.1. Penjelasan Responden Atas Kepuasan Kerja . 77 4.1.3.2. Penjelasan Responden Atas Kemampuan Individu ... 80

4.1.3.3. Penjelasan Responden Atas Lingkungan Kerja... 82

4.1.3.4. Penjelasan Responden Atas Motivasi ... 84

4.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 87

(13)

4.2.1 Pemodelan dan Pengambaran Asumsi

Analisis Jalur (Path Analysis) ... 90 4.2.2. Pembahasan Analisis Jalur (Path Analysis)

Sub Struktur Pertama ... 91 4.2.2.1. Uji Parsial (Uji t) Hasil

AnalisisOutput Regresi Pengaruh Kemampuan Individu dan Lingkungan

KerjaTerhadap Motivasi ... 91 4.2.2.2. Uji Serempak ( Uji F) Pengaruh

Kemampuan Individu dan Lingkungan

Kerja terhadap Motivasi ... 93 4.2.3. Pembahasan Analisis Jalur (Path Analysis)

Sub Stuktur Kedua ... 95 4.2.3.1 Uji Parsial ( Uji t) Hasil Analisis

Output Regresi Pengaruh Kemampuan Individu, Lingkungan KerjaDan

Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja ... 95 4.2.3.2. Uji Serempak (Uji F) Pengaruh

Kemampuan Individu, Lingkungan Kerja dan Motivasi Terhadap

Kepuasan Kerja ... 97 4.2.4. Pembahasan Pengaruh Langsung (Direct

Effect) dan Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) Kemampuan Individu, Lingkungan Kerja dan Motivasi Terhadap

Kepuasan Kerja ... 99 4.2.4.1. Pengaruh Langsung (Direct Effect) ... 99 4.2.4.2. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) ... 100 4.2.4.3. Total Pengaruh ... 101 4.2.5. Pengujian Hipotesis ... 102 4.2.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105

4.2.6.1. Pengaruh Kemampuan Individu

Terhadap Kepuasan kerja ... 105 4.2.6.2. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap

Kepuasan kerja ... 107 4.2.6.3. Pengaruh Motivasi Terhadap

Kepuasan Kerja ... 109 4.2.6.4. Pengaruh Kemampaun Individu

Terhadap Motivasi ... 110 4.2.6.5. Pengaruh Ligkungan Kerja Terhadap

Motivasi ... 112 4.2.6.6. Pengaruh Tidak Langsung

Kemampaun Individu Terhadap

(14)

4.2.6.7. Pengaruh Tidak Langsung Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan

Kerja Melalui Motivasi ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA... .... 122

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Daftar Usulan Alih Status Tenaga Non Dosen Menjadi Tenaga Dosen Pada Politeknik Negeri

Lhokseumawe Tahun 2012 ... 3

Tabel 1.2 Studi Pendahulu Indentifikasi Tingkat Ketidakpuasan Kerja Pada Pegawai Tenaga Dosen Non Dosen Pada Politeknik Negeri Lhokseumawe ... 4

Tabel 3.1 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ... 46

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 49

Tabel 3.2 Instrumen Skala Ordinal ... 51

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instumen Variabel Kemampuan Individu ... 54

Tabel 3.4 Hasil Uji Validiitas Instumen Variabel Lingkungan Kerja... 55

Tabel 3.5 Hasil Uji Validiitas Instumen Variabel Kepuasan Kerja ... 56

Tabel 3.6 Hasil Uji Validiitas Instumen Variabel Motivasi ... 57

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 59

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 75

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 75

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 76

Tabel 4.5 Penjelasan Responden Terhadap Kepuasan Kerja ... 77

(16)

Tabel 4.7 Penjelasan Responden Terhadap Lingkungan

Kerja ... 82

Tabel 4.8 Penjelasan Responden Terhadap Motivasi... 84

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 88

Tabel 4.10 Hasil Uji T (Coeffcients) Sub Struktur Pertama ... 91

Tabel 4.11 Hasil Uji F (ANOVA) Sub Struktur Pertama ... 93

Tabel 4.12 Determinasi (Model Summary) Sub Struktur Pertama ... 93

Tabel 4.13 Hasil Uji T (Coeffcients) Sub Struktur Kedua ... 95

Tabel 4.14 Hasil Uji F (ANOVA) Sub Struktur Kedua ... 97

Tabel 4.15 Determinasi (Model Summary) Sub Struktur Kedua ... 97

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Jalur Penelitian ... 42

Gambar 3.1 Pengambaran Asumsi Analisis Jalur atau Path Analysis ... 60

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Politeknik Negeri Lhokseumawe ... 73

Gambar 4.2 Normalitas Kepuasan Kerja ... 87

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 89

Gambar 4.4 Pemodelan dan Pengambaran Analisis Jalur... 90

Gambar 4.5 Hasil Estimasi Jalur Sub Sturktur Pertama ... 94

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Quisioner Penelitian ... 126

2. Pengujian Validitas Pertanyaan Variabel Kepuasan Kerja ... 132

3. Pengujian Validitas Pertanyaan Variabel Kemampaun Individu .... 133

4. Pengujian Validitas Pertanyaan Variabel Lingkungan Kerja... 134

5. Pengujian Validitas Pertanyaan Variabel Motivasi... 135

6. Tabulasi Skor Variabel Kepuasan Kerja,Kemampuan Individu,

Lingkungan Kerja dan Motivasi... 136

7. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel

Kepuasan Kerja ... 140

8. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel

Kemampuan Individu ... 141

9. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel

Lingkungan Kerja... 142

10.Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel

Motivasi ... 143

(19)

ANALISIS PENGARUH KEMAMPUAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ABSTRAK

Salah satu masalah pokok dalam Sumber Daya Manusia adalah bagaimana cara terbaik untuk mencapai kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pegawai. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya kemampuan individu, lingkungan kerja dan motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kemampuan individu, lingkungan kerja dan motivasi terhadap kepuasan kerja. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan teori kemampuan individu, lingkungan kerja, motivasi dan kepuasan kerja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey, jenis penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif dan sifat penelitian adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara (interview), daftar pertanyaan (questioner), dan studi dokumentasi. Metode dan teknik analisis adalah regresi berganda menggunakan analisis jalur (path analysis). Populasi penelitian adalah pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe yang berjumlah 196 orang, dan jumlah sampel berjumlah 132 orang.

Hasil penelitian substruktur pertama menunjukan bahwa kemampaun individu dan lingkungan kerja secara serempak (uji F) berpengaruh signifikan terhadap motivasi. Hasil uji t (parsial) terdapat pengaruh langsung positif signifikan kemampuan individu dan lingkungan kerja terhadap motivasi. Hasil penelitian substurktur kedua menunjukan bahwa kemampuan individu, lingkungan kerja dan motivasi secara serempak (uji F) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Hasil uji t (parsial) terdapat pengaruh langsung positif signifikan kemampuan individu, lingkungan kerja dan motivasi terhadap kepuasan kerja pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung kemampuan kerja dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja melalui motivasi, namun koefisien pengaruh langsung lebih besar, maka pengaruh yang sebenarnya adalah pengaruh langsung.

(20)

THE ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL CAPACITY AND WORK ENVIRONMENT ON WORK SATISFACTION WITH

MOTIVATION AS INTERVENING VARIABLE

ABSTRACT

One of the problems in human resources is how about the best way to achieve work satisfaction of employees. Work satisfaction is one of the most important aspects which have to be considered to increase the quality of employees. There are many factors which influence work satisfaction such as individual capacity, work environment, and motivation. The objective of the research was to find out and to analyze the influence of individual capacity, work environment, and motivation on work satisfaction. The theory used in the research was the theory of Human Resources Management which was related to the theory of individual capacity, work environment, motivation, and work satisfaction.

The research used a survey approach. The type of the research was descriptive quantitative with an explanatory method. The data were gathered by conducting interviews with questionnaires and documentary study. They were analyzed by using path analysis. The population was 196 educational employees at Politeknik Negeri Lhokseumawe, and 132 of them were used as the samples.

The result of the research in the first structure showed that individual capacity and work environment simultaneously (F-test) had significant influence on motivation. Partially (t-test), there was positive, significant, and direct influence of individual capacity and work environment on motivation. The result of the research in the second structure showed that individual capacity, work environment, and motivation simultaneously (F-test) had significant influence on the educational employees’ work satisfaction at Politeknik Negeri Lhokseumawe. Partially (t-test), there was positive, significant, and direct influence of individual capacity, work environment, and motivation on the educational employees’ work satisfaction at Politeknik Negeri Lhokseumawe. The result of the research also showed that there was indirect influence of work capacity and work environment on work satisfaction through motivation although the coefficient of direct influence was bigger; therefore, the real influence was direct influence.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL) merupakan lembaga pendidikan

perguruan tinggi vokasi yang mulai perkuliahan sejak tahun 1987. Pada awalnya,

masih dibawah naungan Universitas Syiah Kuala. Namun sejak tahun 1997, telah

berdiri sendiri (mandiri). Selain tenaga dosen, PNL juga memiliki pegawai tenaga

kependidikan yang terdiri dari tenaga teknisi dan tenaga administrasi yang memiliki

peran dalam keberlangsungan proses belajar mengajar (PMB). Tenaga dosen dan

tenaga kependidikan memiliki pola yang berbeda dalam bekerja. Tenaga dosen

sebagai staf pengajar, sedangkan tenaga kependidikan lebih bersifat menunjang

kegiatan PBM dan kegiatan administrasi lainnya. Tenaga kependidikan yang juga

tidak kalah perannya dalam mewujudkan tujuan pendidikan pada PNL didalam

menjalankan aktivitasnya akan selalu berhadapan dengan persoalan manusia

sebagai sumber daya manusia.

Salah satu masalah pokok dalam sumber daya manusia adalah bagaimana

cara terbaik untuk mencapai kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja pegawai

merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan oleh pimpinan untuk

meningkatkan kualitas para pegawai, apabila kepuasan kerja dapat terpenuhi,

pegawai akan cenderung memiliki semangat didalam bekerja sebaliknya

ketidakpuasan kerja akan mengakibatkan tingginya tingkat ketidakdisiplinan

(22)

merugikan institusi. Kondisi pada Politeknik Negeri Lhokseumawe kepuasan kerja

pegawai relatif rendah hal ini terlihat dari sikap pegawai kependidikan yang sering

mengabaikan pekerjaan-pekerjaan seperti keterlambatan masuk jam bekerja, pulang

bekerja lebih awal dari jam kerja yang telah ditentukan, bahkan masih sering

pegawai kependidikan tidak hadir bekerja pada hari kerja. Hal ini tentu merupakan

indikasi dari pengabaian pekerjan oleh pegawai dan rendahnya rasa kepuasan kerja

pada pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe. Robbin (2006),

menyatakan kepuasan kerja karyawan sangat penting bagi organisasi karena ada

bukti yang jelas bahwa karyawan yang tidak puas lebih sering mengabaikan

pekerjaannya. Secara pasif membiarkan keadaan memburuk, yang meliputi

keabsenan dan keterlambatan kronis.

Fenomena lainnya adalah tingginya minat pegawai untuk meningkatkan

status pendidikan yang pada akhirnya bermuara kepada ketidakpuasaan kerja

pegawai itu sendiri, dimana ketika status pendidikan dan kemampuan pegawai telah

meningkat, pegawai cenderung menuntut akan pekerjaan yang sesuai dengan status

pendidikan dan kemampuan yang dia miliki dan cenderung mulai mengabaikan

pekerjaan awal yang diberikan kepada pegawai, hal ini mencerminkan sikap

kurangnya rasa kepuasan terhadap pekerjaan. Pegawai kependidikan yang

menyandang gelar program master misalnya, umumnya mereka berupaya untuk

melakukan alih status menjadi tenaga dosen, hal ini didasarkan karena program

pendidikan pasca sarjana yang diambil bukan mengarah pada bidang pekerjaan

sebagai tenaga kependidikan, namun cenderung mengarah pada pengajaran. Berikut

(23)

Tabel 1.1 Usulan Alih Status Pegawai Kependidikan Menjadi Tenaga Dosen Pada Politeknik Negeri Lhokseumawe

Tahun Jumlah Usulan Alih Status

2011 10 orang

2012 12 orang

Sumber: Kepegawaian PNL,2013

Tabel 1.1 menunjukan pada tahun 2011, jumlah usulan alih status

berjumlah 10 orang dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 12 orang. Dari

beberapa fenomena-fanomena diatas menggambarkan keadaan dan sikap

ketidakpuasan pegawai, jika hal ini tidak cepat diatasi maka hal ini akan

menyebabkan kinerja PNL menjadi terganggu.

Pada penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat ketidakpuasan kerja pada

pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe dilakukan studi

pendahulu atau pra survei pada 30 orang pegawai kependidikan dari hasil itu

didapat bahwa. Berikut ini Tabel 1.2 studi pendahuluan indentifikasi tingkat

ketidakpuasan kerja pada pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Tabel 1.2 Studi Pendahulu Identifikasi Tingkat Ketidakpuasan Kerja Pada Pegawai Kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe No Pertanyaan Indentifikasi

ketidakpuasan kerja Jawaban Pegawai

Persentas e (%)

1 Ketidakpuasan terhadap pekerjaan

pada PNL Tidak puas 60

2 Ketidakpuasan terhadap promosi

pada PNL Tidak puas 56.6

3 Ketidakpuasan terhadap upah/gaji

pada PNL Tidak puas 60

4 Ketidakpuasan terhadap

penyelia/pengawasan pada PNL Tidak puas 53.3

(24)

Sumber: Politeknik Negeri Lhokseumawe 2013 (Data diolah)

Pentingnya sebuah motivasi karena menyebabkan, mendorongan dan

mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai

hasil yang optimal. Kondisi pada Politeknik Negeri Lhokseumawe yang berkaitan

dengan motivasi adalah prilaku atau sikap pegawai kependidikan didalam bekerja

memiliki motivasi yang rendah hal ini dapat dilihat dari banyak pegawai yang

masih suka duduk-duduk dikantin, sering tidak berada diruang kerja pada jam kerja

dan suka ngobrol pada jam kerja hal ini mencerminkan sikap rendahnya dorongan

dan motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan.

Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam

tugas dalam suatu pekerjaan, kemampuan juga merupakan dimensi perilaku

keahlian atau keunggulan seseorang yang mempunyai keterampilan dan

pengetahuan dalam menyelesaikan dan bertanggung jawab terhadap suatu

pekerjaan. Fenomena yang terjadi pada Politeknik Negeri Lhokseumawe yang

berhubungan dengan kemampuan adalah rendahnya pemahaman pegawai terhadap

tupoksi dalam mendukung pelaksanaan tugas. Dimana untuk mendukung

pelaksanaan tugas-tugas yang ada setiap pegawai harus senantiasa memiliki

kemampuan yang baik terhadap apa yang telah menjadi tupoksinya. Kondisi

lainnya pekerjaan yang diberikan kepada pegawai saat penyelesaiannya relatif lama

hal ini menjadi banyak dikeluhkan oleh mahasiswa PNL. Snell dan Dean (2002)

mengemukakan, apabila kemampuan karyawan rendah akan menggunakan waktu

dan usaha yang lebih besar dari pada karyawan berkemampuan tinggi untuk

(25)

memadai akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan waktu

atau target yang telah ditetapkan dalam program kerja. Hal ini terjadi karena

pegawai dapat mencurahkan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan tugas

yang menjadi tanggungjawabnya.

Diantara banyaknya faktor yang menentukan keberhasilan pegawai dalam

menjalankan pekerjaannya, maka faktor lingkungan kerja pegawai merupakan salah

satu faktor yang perlu mendapat perhatian. pegawai yang bekerja di lingkungan

kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik yang baik dan sehat, secara langsung

maupun tidak langsung ikut mendorong peningkatan motivasi kerja dirinya dan

akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai itu sendiri.

Fenomena yang timbul pada lingkungan kerja Politeknik Negeri

Lhokseumawe ditinjau dari sarana dan prasarana, masih ditemukannya unit kerja

dengan sarana terbatas, misalnya jumlah komputer yang masih sedikit

dibandingkan pegawai, sehingga dalam bekerja pegawai harus bergantian

menggunakan komputer, lemari arsip yang belum memadai sehingga banyak arsip

berserakan dan hilang, ketersedian air bersih dan koneksi jaringan internet yang

lambat, diyakini juga menyebabkan rendahnya motivasi kerja dan berpengaruh

pada kepuasan kerja pegawai. Selain itu penataan ruang kerja belum tertata dengan

baik, masih ditemukannya ruangan kerja kecil namun dengan jumlah pegawai yang

banyak dan memiliki tingkat kesibukan yang tinggi, sehingga pegawai sering

terganggu konsentrasinya didalam bekerja.

Selain kondisi lingkungan kerja fisik, kondisi lingkungan kerja non fisik

(26)

kesalahpahaman didalam bekerja masih sering terjadi, hal ini disebabkan karena

rendahnya koordinasi antara unit kerja dan komunikasi antar unit kerja kurang

tebangun dengan baik. Kondisi lainnya pegawai kurang memahami tupoksi kerja

antara sesama rekan kerja sehingga kesalahpahaman masih sering terjadi didalam

melakukan pekerjaan.

Melalui berbagai uraian diatas, dimana variabel kepuasan kerja yang diidentifikasi merupakan fungsi dari kemampuan individu dan lingkungan kerja (termasuk motivasi kerja), maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kemampuan Individu dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Motivasi Sebagai Variable Intervening (Studi Pada Pegawai Kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe).

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Melalui berbagai uraian diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah Kemampuan Individu berpengaruh positif signifikan terhadap

kepuasan kerja pegawai kepandidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe. 2. Apakah Lingkungan Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan

kerja pegawai kepandidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

3. Apakah motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai kepandidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

4. Apakah Kemampuan Individu berpengaruh positif signifikan terhadap Motivasi pegawai kepandidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

(27)

6. Apakah Kemampuan Individu berpengaruh positif signifikan terhadap

Kepuasan Kerja melalui Motivasi pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

7. Apakah Lingkungan Kerja berpengaruh positif signifikan terhadap Kepuasan Kerja melalui Motivasi pegawai kependidikan Politeknik Negeri

Lhokseumawe.

1.3 Tujuan Penelitian

Melalui berbagai uraian diatas, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Kemampuan Individu berpengaruh dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai kepandidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

2. Untuk mengetahui pengaruh Lingkungan Kerja berpengaruh dan signifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi berpengaruh dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

4. Untuk mengetahui pengaruh Kemampuan Individu berpengaruh dan signifikan terhadap Motivasi tenaga kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

5. Untuk mengetahui pengaruh Lingkungan kerja berpengaruh dan signifikan

terhadap Motivasi pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe. 6. Untuk mengetahui Kemampuan Individu berpengaruh signifikan terhadap

(28)

7. Untuk mengetahui Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap

Kepuasan Kerja melalui Motivasi pegawai kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen Politeknik Negeri Lhokseumawe dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai kependidikan di lingkungannya. Melalui peningkatan

motivasi, lingkungan kerja dan kemampuan individu

2. Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi dunia akademik tentang pengaruh Kemampuan individu, lingkungan kerja terhadap kepuasan pegawai dengan motivasi sebagai variabel Intervening dan

diharapkan dapat dijadikan referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti permasalahan yang sama pada masa yang akan datang.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam memahami

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Nugroho (2008), penelitiannya berjudul Pengaruh Kemampuan Intelektual

dan Kemampuan Emosional terhadap Kinerja Auditor melalui Kepuasan Kerja

sebagai Variabel intervening. Penelitian ini mengunakan sampel 76 orang dengan

menggunakan metode analisi jalur (path analysis) regresi berganda, menunjukan

bahwa kamampuan intelektual dan kemampuan emosional berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan kerja.

Yunanda (2008), penelitiannya yang berjudul Pengaruh Lingkungan Kerja

terhadap Kepuasan Kerja dan kinerja karyawan Perum Jasa Tirta I Malang, dengan

jumlah sampel 50 orang menggunkan metode analisi jalur (path analysis) regresi

berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Lingkungan kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.

Setiawan et. al (2010), penelitianya yang berjudul Pengaruh Karakteristik

Individu dan Faktor-Faktor Pekerjaan Terhadap Motivasi (Studi Pada Karyawan

CV. Bintang Timur Semarang), dengan menggunakan analisis jalur regresi linier

berganda dengan jumlah sampel 50 orang didapat bahwa, karakteristik individu

dengan indicator, kebutuhan individual, kemampuan dan kompentensi, pengetahuan

tentang pekerjaan dan emosi, suasana hati, perasaan keyakinan dan nilai-nilai. Hasil

penelitian menunjukan kemampuan dan kompetensi berpengaruh signifikan

(30)

antara lain: lingkungan fisik dan non fisik hasil penelitian menunjukan lingkungan

fisik dan non fisik berpengaruh signifikan terhadap motivasi.

Badjuri (2009), Pengaruh Komitmen Organisasional dan Profesional

Terhadap Kepuasan Kerja Auditor dengan Motivasi sebagai Variable Intervening,

dengan 105 sampel menggunakan metode path analysis regresi berganda didapat

bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan motivasi sebagai intervening

terhadap kepuasan kerja, pengaruh tidak langsung motivasi sebagai variable

intervening terhadap kepuasan positif dan signifikan, namun pengaruh langsung

komitmen organisasional terhadap kepuasan lebih besar dari pada pengaruh tidak

langsung komitmen organisasional terhadap kepuasan kerja melalui motivasi.

Dapat disimpulkan bahwa pengaruh langsung komitmen organisasional terhadap

kepuasan adalah pengaruh sebenarnya.

Aprilia (2009) judul penelitan Analisis Kompensasi dan Motivasi sebagai

Variabel Intervening Dalam Pengaruhnya Terhadap Kepuasan kerja Pada PT Argo

Pantes, Tbk. Dengan sampel penelitian sejumlah 70 orang, Metode analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji reliabilitas, analisis

nilai rata-rata, dan analisis jalur (path analysis). Hasil analisis jalur menunjukkan

bahwa kompensasi dapat berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja dan

dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari kompensasi ke motivasi (sebagai

variabel intervening) lalu ke kepuasan kerja, namun koefisien pengaruh langsung

lebih besar daripada koefisien pengaruh tidak langsung jadi pengaruh yang

sebenarnya antara pengaruh dari kompensasi terhadap kepuasan kerja adalah

(31)

Firman et al (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Karakteristik Individu Terhadap Prestasi Kerja Staf Perusahaan Konstruksi dengan

metode SEM, responden sebanyak 127 orang (staf perusahaan konstruksi) dengan

variabel-variabel berupa karakteristik individu, kemampuan individu, motivasi,

kepuasan kerja, prestasi kerja, didapatkan hasil bahwa karakteristik individu tidak

berpengaruh secara langsung terhadap prestasi kerja staf. Karakteristik individu ini

memberikan pengaruhnya terhadap prestasi kerja melalui peningkatan kemampuan

individu serta pemberian motivasi kerja yang kemudian menuju pada kepuasan

kerja staf perusahaan konstruksi.

Hunjra et al. (2010) dalam studinya yang berjudul Factors Effecting Job

Satisfaction Of Employees In Pakistani Banking Sector, dengan responden

sebanyak 450 orang yang bekerja pada industri perbankan di

Rawalpindi-Islamabad-Lahore, melalui statistic regresi, korelasi dan uji T, diperoleh hasil

bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara lingkungan kerja dan

kepuasan kerja, job autonomy dan perilaku kepemimpinan.

Ahmed et al. (2010) melakukan studi yang berjudul Effects of Motivational

Factors on Employees Job Satisfaction a Case Study of University of the Punjab,

Pakistan, dengan jumlah responden sebanyak 400 orang

staf non-akademik serta

menggunakan peralatan statistik berupa Structural Equation Modelling atau SEM

(Factor analysis, path analysis dan regressi), dapat dijelaskan hasilnya bahwa

perilaku karyawan yang didasarkan dari motivasi yang bersangkutan dalam bekerja,

(32)

2.2 Landasan Teoritis 2.2.1 Kemampuan Individu

Kemampuan secara umum dapat diartikan sebagai kompetensi. Kemampuan

akan mendasari kemampuan kerja di perusahaan yang akhirnya kemampuan

tersebut akan menentukan baik buruknya kinerja seseorang, juga akan berkaitan

dengan puas tidaknya seseorang akan pekerjaannya. Robbins (2006) menjabarkan

mengenai kemampuan individu Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu

untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Sedangkan Gibson

(2002), mendefinisikan kemampuan sebagai potensi yang dimiliki oleh seseorang

untuk melakukan pekerjaan maupun tugas-tugas sehingga hasil yang dicapai sesuai

dengan yang diharapkan. Jadi, hasil suatu pekerjaan akan ditentukan oleh

kemampuan yang dimiliki seorang pegawai.Robbins (2006), kemampuan

keseluruhan seseorang pada hakikatnya tersusun dari dua faktor yaitu antara lain :

kemampuan intelektual (IQ) dan kemampuan fisik.

2.2.1.1 Kemampuan Intelektual (IQ)

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk

menjalankan kegiatan mental. Tes IQ misalnya, dirancang untuk memastikan

kemampuan intelektual umum seseorang. Pekerjaan membebankan

tuntutan-tuntutan berbeda kepada pelaku untuk menggunakan kemampuan intelektual. Pada

dasawarsa terakhir ini, makna intelgensia berkembang dan dipahami menjadi lebih

baik ketika diuraikan menjadi empat sub bagian; kognitif, social, emosi dan budaya.

(33)

pembahasan kemampuan intelektual. Menurut Robbins (2006) ada 7 dimensi yang

membentuk kemampuan intelektual :

1. Kecerdasan numeric adalah kemempuan berhitung dengan cepat dan tepat

2. Pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar

3. Kecepatan perceptual yaitu kemampuan mengenal kemiripan dan perbedaan

visual dengan cepat dan tepat

4. Penalaran induktif kemampuan mengenal suatu urutan logis dalam satu masalah

dan pemecahaanya

5. Penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai

implikasi dari suatu argumen

6. Visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek

akan tampak seandainya posisi dalam ruang diubah

7. Ingatan adalah berupa kemampuan menahan dan mengenang pengalaman masa

lalu.

2.2.1.2 Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan menjalankan tugas yang menuntut

stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik-karakteristik serupa. Setiap

individu mempunyai kemampuan yang berbeda. Individu yang sehat dan kuat

berpeluang menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan baik. Terdapat sembilan

kemampuan fisik dasar (Robbins, 2006) yaitu terdiri dari: faktor-faktor kekuatan

(dinamik, otot bawah, statis dan eksposif), faktor-faktor fleksibilitas (jangkauan dan

(34)

2.2.1.3Kemamapuan Emosional (EQ)

Kemampuan tidak hanya meliputi kemampun intelektual (IQ) namun juga

meliputi kemampuan I kecerdasan emosional. Robbins (2006), menyatakan bahwa

bukti-bukti terbaru mengungkap bahwa inteligensia dapat dipahami secara lebih

baik dengan mengurai menjadi : kognitif,social, emosi dan budaya. Lebih lanjut

Robbins (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan

untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengelola emosi.

Kemampuan emosi atau emotional intelligence (EQ) menunjukkan potensi

untuk mempelajari keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima

unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam

membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan emosi menunjukkan berapa

banyak potensi itu telah diterjemahkan ke dalam kemampuan di tempat kerja

(Goleman 2006).

Cooper dan Sawaf (2003) berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah

kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk cara yang tepat

untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini meliputi atasan,

rekan kerja, bawahan dan juga pelanggan. Covey (2005) mengartikan kecerdasan

emosional sebagai kemampuan seseorang untuk memantau perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Selanjutnya Covey menyebutkan ada lima komponen utama kecerdasan emosional yang telah umum diterima yaitu:

1. Kesadaran diri, yakni kemampuan untuk merefleksikan kehidupan diri sendiri,

(35)

2. Motivasi pribadi, yakni yang berkaitan dengan apa yang menjadi pemicu semangat

seseorang, visi, nilai-nilai, tujuan, harapan, hasrat, dan gairah yang menjadi prioritas-prioritas mereka.

3. Pengaturan diri atau kemampuan untuk mengelola diri sendiri agar mampu

mencapai visi dan nilai-nilai pribadi.

4. Empati, kemampuan untuk memahami cara orang lain melihat dan merasakan berbagai hal.

5. Kemampuan sosial dan komunikasi, yakni yang berkaitan dengan bagaimana cara mengatasi perbedaan, memecahkan masalah, menghasilkan solusi-solusi kreatif, dan berinteraksi secara optimal untuk mengejar tujuan-tujuan bersama.

Goleman (2006) menyatakan terdapat lima dimensi atau komponen

kecerdasan emosional (EQ) yang keseluruhannya diturunkan menjadi dua puluh

lima kompetensi. Kelima dimensi atau komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan diri (Self awareness), artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal

yang lebih disukai, dan intuisi. Kompetensi dalam dimensi pertama adalah

mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan

keyakinan akan kemampuan sendiri.

2. Pengendalian diri (self regulation), artinya mengelola keadaan dalam diri dan

sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi

dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung

jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap

ide-ide serta informasi baru.

3. Motivasi (motivation), artinya dorongan yang membimbing atau membantu

(36)

menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi,

kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam

memperjuangkan kegagalan dan hambatan.

4. Empati (empathy), yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan

keprihatinan orang. Dimensi keempat terdiri dari kompetensi understanding

others, developing others, customer service, menciptakan

kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca

hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.

5. Keterampilan sosial (social skills), artinya kemahiran dalam menggugah

tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya adalah kemampuan

persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas,

kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan

kooperasi, serta team building.

EQ berorientasi kepada kecerdasan mengelola emosi manusia. Di dalamnya

terdapat unsur kemampuan akan kepercayaan diri sendiri, ketabahan, ketekunan

dan menjalin hubungan sosial. Jika pekerja memiliki kecerdasan rata-rata,

sebenarnya ia dapat meraih prestasi kerja yang tinggi jika adanya kepercayaan

terhadap diri sendiri, tidak terlalu tergantung kepada orang lain. Ketabahan

menghadapi beban kerja, ketekunan dalam bekerja, melakukan kontak-kontak

sosial dalam kerja, akan merubah posisi seorang yang semula berprestasi rata-rata

(37)

2.2.2 Lingkungan Kerja

Prestasi kerja dan kepuasan kerja Faktor lain yang berpengaruh terhadap

kepuasan kerja adalah lingkungan kerja. Menurut Rivai (2005) lingkungan kerja

merupakan elemen-elemen organisasi sebagai sistem sosial yang mempunyai

pengaruh kuat di dalam pembentukan perilaku individu pada organisasi dan

berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan prestasi organisasi . Lingkungan kerja

meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan fisik seperti

kebisingan, tata ruang dan peralatan. Sedangkan yang mencakup lingkungan sosial

budaya meliputi status, sistem administrasi, hubungan sosial, kebijakan dan

kepemimpinan.

Nitisemito (2001) menjelaskan pengertian lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang berada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi individu dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lebih lanjut bahwa keberadaannya

dalam lingkungan kerja terkait perwarnaan, kebersihaan, pertukaran udara,

penerangan, music, keamanan dan kebisingan. Bangunan tempat melakukan

aktivitas bagi karyawan dalam hal ini juga merupakan variabel yang mempunyai

pengaruh terhadap kinerja karyawan. Bangunan tempat usaha dapat dikategorikan

sebagai lingkungan kerja karyawan secara fisik dengan mengingat bahwa setiap

hari kerja karyawan yang bersangkutan memang berada dalam lingkup bangunan

tempat bekerja.

Triguno (2003) mendefinisikan lingkungan kerja adalah sarana dan

prasaranan yang ada di tempat karyawan bekerja dan dapat mempengaruhi motivasi

(38)

diutarakan oleh Siagian (2004), bahwa lingkungan kerja memerlukan adanya sarana

dan prasarana kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus

diselesaikan merupakan kondisi kerja yang kondusif. Faktor lain di dalam

lingkungan kerja dalam perusahaan yang juga tidak boleh diabaikan adalah

hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Hubungan

karyawan ini juga ikut menentukan tingkat produktivitas kerja dari para karyawan

(Ahyari, 2000)

Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang harus memenuhi

beberapa unsur lingkungan sehat sebagaimana dikemukakan oleh Budiharjo (2002)

antara lain; kebersihan, kerapian, kesehatan dan keamanan. Kebersihan merupakan

salah satu unsur lingkungan yang sehat dengan alasan bahwa lingkungan yang

bersih merupakan suatu lingkungan yang terbebas dari berbagai hal yang dapat

menyebabkan terjangkitnya suatu penyakit. Kerapian merupakan salah satu unsur

lingkungan yang sehat dengan alasan bahwa kerapian menyangkut kondisi yang

dapat diindera dengan indera penglihatan, sedang indera penglihatan memang

terkait erat dengan kerja otak sehingga secara otomatis juga mempunyai pengaruh

yang berarti terhadap kejadian stress kerja karyawan. Demikian halnya dengan

kesehatan, untuk mampu memberikan unsur-unsur kesehatan dalam suatu

lingkungan yang dimaksud harus memperhatikan beberapa unsur yang mampu

mencerminkan kesehatan itu sendiri. Keamanan juga mempunyai kaitan yang erat

dengan lingkungan yang sehat dengan pemahaman bahwa lingkungan yang aman

(39)

2.2.2.1 Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja, menurut Wursanto (2009) dibedakan menjadi dua

macam, yaitu kondisi lingkungan kerja yang menyangkut segi fisik, dan kondisi

lingkungan kerja yang menyangkut segi psikis”. Kondisi lingkungan kerja yang

menyangkut segi fisik adalah segala sesuatu yang menyangkut segi fisik dari

lingkungan kerja. Sedangkan lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan

kerja yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, seperti warna, bau, suara,

dan rasa.

Menurut Sedarmayanti (2007), lingkungan kerja fisik adalah semua yang

terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pendapat serupa juga diutarakan oleh

Sudarmanto (2009), bahwa lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai

melakukan aktifitasnya. Menurut Sedarmayanti (2007), lingkungan kerja fisik dapat

dibagi 2 (dua) katagori, yakni:

1. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (seperti: pusat

kerja, kursi, meja dan sebagainya).

2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan

kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur,

kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, geteran mekanis, bau

tidak sedap, warna dan lain-lain.

Melalui uraian definisi, maka ruang lingkup lingkungan kerja fisik meliputi

fasilitas parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai

(40)

kerja. Hal yang sama diutarakan oleh Nitisemito (2001), bahwa indikator

lingkungan kerja meliputi :

1. Pewarnaan, masalah pewarnaan ini bukan hanya dinding saja tetapi sangat

luas sehingga dapat juga pewarnaan mesin, peralatan, bahkan seragam yang

dipakai perlu mendapat perhatian.

2. Kebersihan, secara umum tempat kerja yang bersih akan menimbulkan rasa

senang dan akan mempengaruhi perasaan dan perilaku orang dalam bekerja.

3. Penerangan, bukanlah terbatas pada penerangan listrik tetapi juga penerangan

matahari. Dalam melaksanakan tugasnya seringkali karyawan membutuhkan

penerangan yang cukup, apalagi jika pekerjaan tersebut membutuhkan

keahlian.

4. Pertukaran udara, yang cukup terutama dalam ruang kerja sangat diperlukan

apalagi jika dalam ruangan tersebut penuh dengan karyawan. Pertukaran

udara yang cukup akan menyebabkan kesegaran fisik dari para karyawan.

Sebaliknya, pertukaran udara yang kurang akan dapat menimbulkan rasa

pengap sehingga terjadi kelelahan dari para karyawan, sehingga motivasi

karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya menjadi turun.

5. Musik, berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang. Apabila musik yang

didengarkan menyenangkan dan menimbulkan suasana gembira akan

mengurangi kelelahan dalam bekerja. Musik yang diperdengarkan adalah

yang disukai banyak orang pada ruangan kerja dan iramanya cukup.

6. Kebisingan, merupakan gangguan terhadap seseorang dimana kebisingan

(41)

pekerjaan tertentu yang memerlukan konsentrasi maka kebisingan merupakan

gangguan yang harus diperhatikan, misalnya suara mesin yang gaduh, suara

kendaraan bermotor, dan sebagainya.

7. Jaminan terhadap keamanan, yang dimaksud adalah keamanan terhadap milik

pribadi karyawan atau perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk

menjaganya, perusahaan perlu memperkerjakan tenaga khusus untuk hal

tersebut, seperti satpam/penjaga.

Pendapat yang relatif berbeda dan simple, disampaikan oleh Robbins

(2006), bahwa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik yaitu :

1. Suhu, yaitu suatu variabel dimana terdapat perbedaan individual yang besar.

Dengan demikian untuk memaksimalkan produktivitas, adalah penting bahwa

pegawai bekerja di suatu lingkungan dimana suhu diatur sedemikian rupa

sehingga berada diantara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.

2. Kebisingan, Bukti dari telaah-telaah tentang suara menunjukkan bahwa

suara-suara yang konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan

penurunan prestasi kerja sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat

diramalkan memberikan pengaruh negatif dan mengganggu konsentrasi

pegawai.

3. Penerangan, Bekerja pada ruangan yang gelap dan samara-samar akan

menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat

membantu pegawai dalam mempelancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang

(42)

prestasi kerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi adalah lebih besar

untuk pegawai yang lebih tua dibanding yang lebih muda.

4. Mutu Udara, merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika

menghirup udara yang tercemar membawa efek yang merugikan pada

kesehatan pribadi. Udara yang tercemar dapat menggangu kesehatan pribadi

pegawai. Udara yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit

kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah, dan depresi.

Selain pendapat diatas, komponen lingkungan kerja fisik juga diawali dari

ruang kerja yang bersangkutan. Robbins (2006) juga menjelaskan bahwa komponen

rancangan ruang kerja meliputi :

1. Ukuran ruang kerja, ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan.

Ruang kerja yang sempit akan membuat pegawai sulit bergerak untuk

melakukan aktivitasnya. Ruang kerja karyawan pada dasarnya tidak hanya

digunakan untuk karyawan itu sendiri maupun rekan kerja satu ruang, namun

juga akan dimanfaatkan oleh pihak lain yang datang untuk melakukan

kordinasi atau sebagai partner dan mitra kerja. Oleh karena itu, ruang kerja

harus proporsional dengan peran karyawan dalam organisasi atau perusahaan

tersebut. Sebagai contoh, karyawan yang berada pada departemen humas

akan lebih banyak membutuhkan space dibandingkan dengan karyawan yang

bekerja sebagai tenaga operator server.

2. Pengaturan ruang kerja, jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per

karyawan, maka pengaturan ruang kerja akan berkorelasi antara jarak orang

(43)

interaksi social. Dalam berbagai riset, lebih memungkinkan berinteraksi

dengan invidu-individu yang dekat secara fisik. Lokasi ruang kerja pada

dasarnya tiap orang atau departemen akan berbeda. Semakin banyak orang

atau departemen tersebut berinteraksi dengan pihak interen dan eksteren

lainnya, maka sebaiknya ruang kerja orang atau departemen tersebut semakin

dekat dengan para mitranya.

3. Privasi, sebagian merupakan fungsi dari besarnya ruang per orang dan

pengaturan ruang itu. Namun privasi juga dipengaruhi oleh dinding, partisi

dan sekatan-sekatan fisik lainnya. Salah satu trend rancangan ruang kerja

yang paling tersebar luas di tahun-tahun terakhir adalah menghapuskan

setahap demi setahap kantor-kanto yang tertutup dan menggantikannya

dengan rancangan kantor yang memiliki sedikit, kalau ada, dinding atau

pintu. Ruang tertutup akan membatasi interaksi. Namun disisi lain, ruang

privasi sangat dibutuhkan bagi perusahaan yang memperkejakan karyawan

yang menuntut konsentrasi tinggi dan cenderung terpish dari yang lain.

2.2.2.2 Lingkungan Kerja Non Fisik

Faktor lain di dalam lingkungan kerja perusahaan yang juga tidak boleh

diabaikan adalah hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan

tersebut. Hubungan karyawan ini juga ikut menentukan tingkat produktivitas kerja

dari para karyawan (Ahyari, 2000). Hubungan antara karyawan termasuk kedalam

(44)

Sedarmayanti (2007), “Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan

yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan

maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan”.

Wursanto (2009) menyebutnya sebagai lingkungan kerja psikis yang didefinisikan

sebagai “sesuatu yang menyangkut segi psikis dari lingkungan kerja”.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa lingkungan

kerja non fisik disebut juga lingkungan kerja psikis, yaitu keadaan di sekitar tempat

kerja yang bersifat non fisik. Lingkungan kerja semacam ini tidak dapat ditangkap

secara langsung dengan pancaindera manusia, namun dapat dirasakan

keberadaannya. Jadi, lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang

hanya dapat dirasakan oleh perasaan. As’ad (2001) berpendapat bahwa lingkungan

non fisik merupakan suasana lingkungan kerja yang tercipta dari hubungan antara

karyawan dengan lingkungan fisik pekerjaan yang dihadapi karyawan.

Berdasarkan pendapat dan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

lingkungan kerja non fisik adalah lingkungan kerja yang tidak dapat ditangkap

dengan panca indera manusia. Akan tetapi, lingkungan kerja non fisik ini dapat

dirasakan oleh para pekerja melalui hubungan-hubungan sesama pekerja maupun

dengan atasan. Lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang tidak

dapat terdeteksi oleh panca indera manusia, namun dapat dirasakan. Beberapa

macam lingkungan kerja yang bersifat non fisik menurut Wursanto (2009)

disebutkan yaitu:

1. Perasaan aman pegawai, merupakan rasa aman dari berbagai bahaya yang

(45)

menjalankan tugasnya. Bahkan rasa aman tersebut juga melingkupi dari

pemutusan hubungan kerja yang dapat mengancam penghidupan diri dan

keluarganya serta rasa aman dari bentuk intimidasi ataupun tuduhan dari

adanya kecurigaan antar pegawai.

2. Loyalitas pegawai, merupakan sikap pegawai untuk setia terhadap perusahaan

atau organisasi maupun terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

Loyalitas ini terdiri dari dua macam, yaitu loyalitas yang bersifat vertikal dan

horizontal. Loyalitas yang bersifat vertikal yaitu loyalitas antara bawahan

dengan atasan atau sebaliknya antara atasan dengan bawahan. Loyalitas ini

dapat terbentuk dengan berbagai cara, antara lain : melakukan kunjungan atau

silaturahmi ke rumah pegawai oleh pimpinan atau sebaliknya, yang dapat

diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti arisan. Selain itu, keikutsertaan

pimpinan untuk membantu kesulitan pegawai dalam berbagai masalah yang

dihadapi pegawai. Bahkan membela kepentingan pegawai selama masih

dalam koridor hukum yang berlaku, termasuk melindungi bawahan dari

berbagai bentuk ancaman. Sementara itu, loyalitas bawahan dengan atasan

dapat dibentuk dengan kegiatan seperti open house, memberi kesempatan

kepada bawahan untuk bersilaturahmi kepada pimpinan, terutama pada

waktu-waktu tertentu seperti hari besar keagamaan seperti lebaran, hari natal

atau lainnya. Loyalitas yang bersifat horisontal merupakan loyalitas antar

bawahan atau antar pimpinan. Loyalitas horisontal ini dapat diwujudkan

dengan kegiatan seperti kunjung mengunjungi sesama pegawai, bertamasya

(46)

3. Kepuasan pegawai, merupakan perasaan puas yang muncul dalam diri

pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Perasaan puas ini

meliputi kepuasan karena kebutuhan social dan psikologisnya berjalan

dengan baik dan terpenuhi.

Singkatnya, lingkungan kerja non fisik tersebut merupakan lingkungan kerja

yang hanya dapat dirasakan oleh pegawai. Karena itu, lingkungan kerja yang dapat

memberikan perasaan-perasaan aman dan puas dapat mempengaruhi perilaku

pegawai ke arah yang positif sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Wursanto (2009) bahwa “tugas pimpinan

organisasi adalah menciptakan suasana kerja yang harmonis dengan menciptakan

human relations sebaik-baiknya”. Karena itulah, maka pimpinan menjadi faktor

yang dapat menciptakan lingkungan kerja non fisik dalam lingkup organisasi.

Usaha menciptakan lingkungan kerja non fisik menjadi tanggung jawab

pimpinan yang dapat diciptakan dengan menciptakan human relations yang

sebaik-baiknya. Karena itulah maka untuk menciptakan lingkungan kerja non fisik

tersebut, dapat diusahakan dengan menciptakan human relations yang baik. Selain

itu, pimpinan juga dapat menyediakan pelayanan kepada pegawai sehingga pegawai

merasa aman dan nyaman di dalam organisasi karena kebutuhan psikologisnya

dapat terpenuhi.

Human Relations dapat diartikan dengan hubungan antar manusia dalam

sebuah organisasi, karena pegawai secara individu merupakan manusia. Gibson

(2002) berpendapat dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang

(47)

communication untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”.

Selanjutnya Handoko (2001) berpendapat bahwa interpersonal communication

adalah interaksi tatap muka antar dua orang atau beberapa orang, di mana pengirim

dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima

dan menanggapi secara langsung pula. Jadi human relations adalah merupakan

interaksi antara satu anggota atau lebih anggota organisasi, dimana aktivitas

tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

Selain human relation, pemberian dan peningkatan fasilitas pelayanan bagi

karyawan yang bersifat suplementer dimaksudkan agar karyawan tenteram dalam

bekerja. Program pelayanan ini merupakan bentuk program pemeliharaan

karyawan. Pemeliharaan merupakan suatu langkah perusahaan dalam

mempertahankan karyawan agar tetap bekerja dengan baik dan produktif, dengan

cara memperhatikan kondisi fisik, mental dan sikap karyawannya, agar tujuan

perusahaan dapat tercapai. Pelayanan karyawan ini merupakan salah satu faktor

untuk pembentukan lingkungan kerja karyawan di dalam perusahaan yang

bersangkutan, terutama lingkungan kerja non fisik. Dengan pelayanan karyawan

(oleh perusahaan) yang baik maka para karyawan akan memperoleh kepuasan

dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Hakikat karyawan adalah manusia yang ingin dihargai. Dengan

disediakannya kebutuhan karyawan oleh kantor, karyawan tersebut akan merasa

diperhatikan kepentingannya. Sebagai imbalan dari apa yang diberikan, karyawan

(48)

mengakibatkan karyawan akan menjadi manja dan jika kurang akan menimbulkan

rasa tidak puas.

Rivai (2005) berpendapat bahwa pemeliharaan karyawan dilakukan dengan

tujuan baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan itu sendiri. Bagi perusahaan,

tujuan pemeliharaan untuk menjaga agar karyawan mampu meningkatkan

produktivitas kerjanya, mendisiplinkan diri, memperkecil tingkat absensi,

menumbuhkan loyalitas, mengurangi konflik dan menciptakan suasana yang

harmonis serta mengefektifkan proses pengadaan karyawan. Sedangkan tujuan bagi

karyawan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya;

memberikan ketenangan, keamanan, sreta menjaga kesehatan karyawan;

memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan.

Pelayanan atau pemeliharaan karyawan yang kurang pada tempatnya akan

mengakibatkan berbagai macam kerugian dari perusahaan yang bersangkutan.

Pelayanan untuk para karyawan perusahaan yang diberikan lebih dari semestinya

oleh perusahaan juga akan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap para

karyawan tersebut. Selanjutnya untuk melihat baik buruknya fasilitas pelayanan

karyawan akan dilihat dari pelayanan kantin, pelayanan kesehatan dan pelayanan

kamar mandi/WC. Sedangkan pelayanan secara non fisik yaitu disediakannya

kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau ide, maupun kesempatan untuk

mengungkapkan permasalahan yang sedang dihadapi pegawai.

Kajian tentang lingkungan kerja non fisik sebagaimana diuraikan di atas

bertujuan untuk membentuk sikap pegawai. Sikap yang diharapkan tentunya adalah

(49)

pencapaian tujuan organisasi. Sehubungan dengan masalah pembentukan sikap,

Wursanto (2009) mengemukakan bahwa unsur penting dalam pembentukan sikap

dan perilaku, yaitu adalah sebagai berikut :

1. Pengawasan yang dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan sistem

pengawasan yang ketat.

2. Suasana kerja yang memberikan dorongan/semangat kerja yang tinggi.

3. Sistem pemberian imbalan (gaji maupun insentif lain) yang menarik.

4. Perlakuan dengan baik, manusiawi, tidak disamakan dengan robot atau mesin,

kesempatan untuk mengembangkan karier semaksimal mungkin sesuai

dengan batas kemampuan masing-masing anggota.

5. Ada rasa aman dari para anggota, baik di dalam dinas maupun di luar dinas.

6. Hubungan berlangsung secara serasi, lebih bersifat informal, penuh

kekeluargaan.

7. Para anggota mendapat perlakuan secara adil dan objektif.

Pendapat lain dikemukakan oleh Rivai (2005) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi lingkungan internal karyawan atau sumber daya manusia meliputi

serikat kerja, sistem informasi, karakter/budaya organisasi, dan konflik-konflik

internal. Pendapat tersebut jika disimak cenderung mengarah ke lingkungan kerja

non fisik. Jadi dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang tersebut merupakan faktor

yang mempengaruhi lingkungan kerja non fisik.

Sehubungan dengan pendapat tersebut diatas, maka untuk dapat mengetahui

lingkungan kerja non fisik dapat dilihat dari pelaksanaan pengawasan, suasana

(50)

(serikat kerja), hubungan antar individu (sistem informasi), dan perlakuan adil dan

objektif. Beberapa hal tersebut kemudian digunakan sebagai indikator untuk

mengetahui keadaan lingkungan kerja non fisik.

2.2.3 Motivasi

Pada prinsipnya individu karyawan termotivasi untuk melaksanakan

tugas-tugasnya tergantung dari kuatnya motif yang mempengaruhinya. Karyawan adalah

manusia dan mahluk yang mempunyai kebutuhan dalam (innerneeds) yang banyak

sekali. Kebutuhan-kebutuhan ini membangkitkan motif yang mendasari aktivitas

individu. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi

bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Pentingnya motivasi karena menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung

perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang

optimal. Menurut Terry dan Rue dalam Suharto dan Budi Cahyono (2005)

mengatakan bahwa motivasi adalah “…getting a person to exert a high degree of

effort…” yang artinya adalah “motivasi membuat seseorang untuk bekerja lebih

berprestasi”. Nugroho (2003), menyebutkan bahwa motivasi adalah keadaan dalam

pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Dapat juga diartikan sebagai pemberi daya

penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,

(51)

Menurut Luthans, dkk (dikutip Rivai, 2005), sumber motivasi berasal dari dalam diri (intrinsic). Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dari dalam diri seseorang yang harus terpenuhi.

2.2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Menurut Robbins (2006) teori motivasi hierarki kebutuhan yang diungkapkan Abraham Maslow mengatakan bahwa didalam diri semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan yaitu sebagai berikut.

1. Psikologis, antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan perumahan) dan kebutuhan jasmani lain.

2. Keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional

3. Sosial, mencakup kasih sayang, rasa memiliki diterima baik, dan persahabatan

4. Penghargaan, antara lain mencakup factor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi dan prestasi, serta factor penghormatan dari luar seperti minsalnya status, pengakuan dan perhatian

5. Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi seseorang/sesuatu sesuai ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapain potenasi, dan pemenuhan kebutuhan diri.

Gambar

Tabel 4.7
Gambar 2.1
Tabel 1.2 Studi Pendahulu Identifikasi Tingkat Ketidakpuasan Kerja
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seorang perempuan yang sedang menjalani iddah baik karena dicerai, fasakh maupun ditinggal mati oleh suami tidak boleh menikah dengan selain dengan laki-laki yang meninggalkan

Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat. Pengendaliaan implus pada klien

Artinya jika kualitas pelayanan semakin baik maka Kepuasan Nasabah semakin meningkat.Dari beberapa hasil penelitian diatas, maka dapat memperkuat argumentasi bahwa soft

Data sekunder, yaitu dilakukan dengan studi pustaka yang meliputi, Sumber sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Konsepsi tindak pidana militer sebagai kompetensi absolut peradilan militer dalam perkara pidana dapat mengacu pada ketentuan Pasal 3 ayat 4 (a) TAP MPR Peran

examine three important elements of strategy implementation: structure (defined and level of decentralization), organizational process (defined as level of

Tujuh genotip padi hibrida Japonica menunjukkan perbedaan karakter kualitatif pada warna tepi daun, warna pelepah daun, warna leher daun, warna telinga daun, warna

The model for socio - economic development based on maqasid al - shariah in North Sumatra could thus be found.