• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Mikrob Kaya Selenium Terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Mikrob Kaya Selenium Terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM

TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE DAN

HIPERPLASIA AMBING TIKUS

ANIZA YUARNI

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

ANIZA YUARNI. Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation

Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus. Dibimbing oleh I MADE ARTIKA

dan NOVIK NURHIDAYAT.

Kanker payudara merupakan masalah kesehatan utama dan penyebab

kematian kedua pada wanita. Di Indonesia, angka kematian akibat kanker

payudara cenderung meningkat setiap tahun. Selenium (Se) merupakan senyawa

mikro esensial yang memiliki fungsi penting dalam berbagai reaksi biokimia,

diantaranya sebagai kofaktor glutation peroksidase (GPx). Enzim ini berfungsi

sebagai pemburu radikal bebas sehingga dapat menghambat pertumbuhan kanker.

Khamir dan bakteri termofil yang hidup di daerah vulkanis memiliki kandungan

Se tinggi karena merupakan “mikrob akumulator Se”.

Sebanyak 30 ekor tikus putih betina berumur 40 hari dibagi 3 kelompok.

Selama 12 hari diaklimatisasi, kelompok 2 dicekok ekstrak Se-bakteri, kelompok

3 ekstrak Se-khamir, sedangkan kelompok 1 hanya air karena merupakan kontrol.

Umur 50 hari, tikus disuntik karsinogen N-metil-N-nitrosourea (MNU) 50 mg/kg

BB secara intraperitonial, lalu perlakuan dilanjutkan. Pengukuran bobot badan

serta analisis GPx plasma tikus dilakukan secara periodik. Setelah 9 minggu, tikus

dibunuh untuk analisis histopatologi.

(3)

ABSTRACT

ANIZA YUARNI. Potency of Rich-Selenium Microbe in Glutathione Peroxidase

Activity and Mammary Rat Hyperplasia. Under the direction of I MADE

ARTIKA and NOVIK NURHIDAYAT.

Breast cancer is a major public health problem and the second death

causing in women. In Indonesia, the death rate due to the incidence of breast

cancer increases every year. Selenium (Se) is an essential trace element which has

many important roles in biochemical reaction; one is as co-factor of glutathione

peroxidase (GPx). The function of this enzyme is as a free-radical scavenger

which may inhibit cancer development. Yeast and thermopiles bacteria living in

volcanic area have high level of selenium; it is because they are “accumulator Se

microbes”.

As much as 30 female rats at 40 days of age were divided into three

groups. During 12 days acclimatized, the 2

nd

group was fed orally with Se-rich

bacteria extract, the 3

rd

group was fed orally with Se-rich yeast extract, but the 1

st

group was only fed orally with water because it is a control group. At 50 days of

age, all of rats were injected intraperitoneally with N-methyl-N-nitrosourea

(MNU) carcinogen at single dose of 50 mg/kg BW; then the experiment

continued. Body weight and plasma GPx analysis were monitored periodically.

After 9 weeks, all rats were sacrificed for histopathological examination.

(4)

POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM

TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE

DAN HIPERPLASIA AMBING TIKUS

ANIZA YUARNI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation

Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus

Nama

: Aniza Yuarni

NIM

: G44102049

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. I Made Artika, M.App.Sc.

Dr. Novik Nurhidayat

Ketua

Anggota

Diketahui

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.

NIP. 131 473 999

(6)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Program Studi

Biokimia FMIPA IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2006 hingga

Januari 2007 bertempat di Laboratorium Biosistematika dan Genetika Mikrob

Bidang Mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor serta di Laboratorium

Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan judul Potensi Mikrob Kaya

Selenium terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing

Tikus.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Dr. I Made Artika, M.App.Sc selaku pembimbing utama, Dr. Novik Nurhidayat

selaku pembimbing kedua, serta drh. Bambang Pontjo P, MS., PhD selaku ahli

patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB; rekan seperjuangan Andri Permata

Sari; Ir. Sri Hartin Rahaju, Ratih Mellina Dewi, S.Si, Esti Dwi Rahayu,S.Si, Pak

Indarto, Mas Yogy, Pak Kasnadi, Pak Endang, Pak Soleh, serta seluruh staf

maupun peneliti Bidang Mikrobiologi LIPI dan Departemen Patologi FKH-IPB

atas bimbingan dan kerjasama yang sangat baik. Penulis juga mengucapkan terima

kasih banyak kepada sahabat: Meta, Rita, Andri, Fitri, Bugi, Nita, Iren, Ika, Adel;

atas semua bantuan dan semangat yang diberikan untuk penulis. Tidak lupa pula

penulis sampaikan terima kasih yang tulus dan tak hingga kepada keluarga

tercinta: mama, papa, kak Sari, Dery, Erma, serta Heru atas kasih sayang, doa, dan

dukungannya yang tiada henti. Hidup menjadi lebih berarti dengan kehadiran

kalian semua.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya

ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik

dari berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2007

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Aniza Yuarni dilahirkan pada tanggal 31

Agustus 1984 di Jakarta dari bapak Drs. H. Gunarwan, MM dan ibu Hj. Siti

Latifah, S.Sos. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2002, penulis yang merupakan lulusan SMUN 47 Jakarta diterima

di Program Studi Biokimia IPB melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB). Pada tahun 2005, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bidang Mikrobiologi,

Pusat Penelitian Biologi, Kebun Raya Bogor.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Payudara ... 1

Bakteri Termofil ... 2

Khamir ... 3

Selenium ... 3

Glutation Peroksidase ... 4

N-metil-N-nitrosourea ... 4

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ... 5

Metode ... 5

Analisis Statistik ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakteri Termofil dan Khamir ... 7

Produksi Biomassa dan Ekstraksi Pelet ... 7

Pencekokan Ekstrak Mikrob Kaya-Se ... 8

Pengambilan Sampel Darah Tikus dan Analisis GPx ... 8

Histopatologi ... 9

SIMPULAN DAN SARAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Data statistik rerata aktivitas GPx ... 9

2 Persentase skor jumlah kelenjar pada tiap perlakuan ... 10

3 Persentase skor indeks mitosis pada tiap perlakuan ... 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagian payudara wanita dan penampang duktus normal ... 2

2 Sel kanker pada kelenjar payudara wanita ... 2

3 Bakteri termofil 14Ka ... 7

4 Khamir 15b ... 7

5 Kebotakan pada tikus yang diberi Se-khamir ... 8

6

Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan

nilai rerata aktivitas GPx (IU/mL) ... 9

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Proses umum penelitian ... 14

2

Urutan basa Ha-ras dan c-Ki-ras

... 15

3

Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H0

... 16

4

Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H1 ... 17

5 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H2 ... 18

6 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H3 ... 19

7 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H4 ... 20

8 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H5 ... 21

9 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H6 ... 22

10 Data bobot badan tikus saat pengambilan darah ... 23

11 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada aktivitas GPx ... 24

12

Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada bobot badan tikus

H-0, 24, dan 48 ... 26

13 Analisis statistik bobot badan tikus H-12, 37, 62, dan 73 ... 26

14 Data nilai kuantitatif pada analisis histopatologi ... 27

(11)

POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM

TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE DAN

HIPERPLASIA AMBING TIKUS

ANIZA YUARNI

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

ANIZA YUARNI. Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation

Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus. Dibimbing oleh I MADE ARTIKA

dan NOVIK NURHIDAYAT.

Kanker payudara merupakan masalah kesehatan utama dan penyebab

kematian kedua pada wanita. Di Indonesia, angka kematian akibat kanker

payudara cenderung meningkat setiap tahun. Selenium (Se) merupakan senyawa

mikro esensial yang memiliki fungsi penting dalam berbagai reaksi biokimia,

diantaranya sebagai kofaktor glutation peroksidase (GPx). Enzim ini berfungsi

sebagai pemburu radikal bebas sehingga dapat menghambat pertumbuhan kanker.

Khamir dan bakteri termofil yang hidup di daerah vulkanis memiliki kandungan

Se tinggi karena merupakan “mikrob akumulator Se”.

Sebanyak 30 ekor tikus putih betina berumur 40 hari dibagi 3 kelompok.

Selama 12 hari diaklimatisasi, kelompok 2 dicekok ekstrak Se-bakteri, kelompok

3 ekstrak Se-khamir, sedangkan kelompok 1 hanya air karena merupakan kontrol.

Umur 50 hari, tikus disuntik karsinogen N-metil-N-nitrosourea (MNU) 50 mg/kg

BB secara intraperitonial, lalu perlakuan dilanjutkan. Pengukuran bobot badan

serta analisis GPx plasma tikus dilakukan secara periodik. Setelah 9 minggu, tikus

dibunuh untuk analisis histopatologi.

(13)

ABSTRACT

ANIZA YUARNI. Potency of Rich-Selenium Microbe in Glutathione Peroxidase

Activity and Mammary Rat Hyperplasia. Under the direction of I MADE

ARTIKA and NOVIK NURHIDAYAT.

Breast cancer is a major public health problem and the second death

causing in women. In Indonesia, the death rate due to the incidence of breast

cancer increases every year. Selenium (Se) is an essential trace element which has

many important roles in biochemical reaction; one is as co-factor of glutathione

peroxidase (GPx). The function of this enzyme is as a free-radical scavenger

which may inhibit cancer development. Yeast and thermopiles bacteria living in

volcanic area have high level of selenium; it is because they are “accumulator Se

microbes”.

As much as 30 female rats at 40 days of age were divided into three

groups. During 12 days acclimatized, the 2

nd

group was fed orally with Se-rich

bacteria extract, the 3

rd

group was fed orally with Se-rich yeast extract, but the 1

st

group was only fed orally with water because it is a control group. At 50 days of

age, all of rats were injected intraperitoneally with N-methyl-N-nitrosourea

(MNU) carcinogen at single dose of 50 mg/kg BW; then the experiment

continued. Body weight and plasma GPx analysis were monitored periodically.

After 9 weeks, all rats were sacrificed for histopathological examination.

(14)

POTENSI MIKROB KAYA SELENIUM

TERHADAP AKTIVITAS GLUTATION PEROKSIDASE

DAN HIPERPLASIA AMBING TIKUS

ANIZA YUARNI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Potensi Mikrob Kaya Selenium terhadap Aktivitas Glutation

Peroksidase dan Hiperplasia Ambing Tikus

Nama

: Aniza Yuarni

NIM

: G44102049

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. I Made Artika, M.App.Sc.

Dr. Novik Nurhidayat

Ketua

Anggota

Diketahui

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.

NIP. 131 473 999

(16)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah

ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Program Studi

Biokimia FMIPA IPB. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2006 hingga

Januari 2007 bertempat di Laboratorium Biosistematika dan Genetika Mikrob

Bidang Mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor serta di Laboratorium

Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan judul Potensi Mikrob Kaya

Selenium terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase dan Hiperplasia Ambing

Tikus.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Dr. I Made Artika, M.App.Sc selaku pembimbing utama, Dr. Novik Nurhidayat

selaku pembimbing kedua, serta drh. Bambang Pontjo P, MS., PhD selaku ahli

patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB; rekan seperjuangan Andri Permata

Sari; Ir. Sri Hartin Rahaju, Ratih Mellina Dewi, S.Si, Esti Dwi Rahayu,S.Si, Pak

Indarto, Mas Yogy, Pak Kasnadi, Pak Endang, Pak Soleh, serta seluruh staf

maupun peneliti Bidang Mikrobiologi LIPI dan Departemen Patologi FKH-IPB

atas bimbingan dan kerjasama yang sangat baik. Penulis juga mengucapkan terima

kasih banyak kepada sahabat: Meta, Rita, Andri, Fitri, Bugi, Nita, Iren, Ika, Adel;

atas semua bantuan dan semangat yang diberikan untuk penulis. Tidak lupa pula

penulis sampaikan terima kasih yang tulus dan tak hingga kepada keluarga

tercinta: mama, papa, kak Sari, Dery, Erma, serta Heru atas kasih sayang, doa, dan

dukungannya yang tiada henti. Hidup menjadi lebih berarti dengan kehadiran

kalian semua.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya

ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik

dari berbagai pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2007

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Aniza Yuarni dilahirkan pada tanggal 31

Agustus 1984 di Jakarta dari bapak Drs. H. Gunarwan, MM dan ibu Hj. Siti

Latifah, S.Sos. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2002, penulis yang merupakan lulusan SMUN 47 Jakarta diterima

di Program Studi Biokimia IPB melalui ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB). Pada tahun 2005, penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bidang Mikrobiologi,

Pusat Penelitian Biologi, Kebun Raya Bogor.

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Payudara ... 1

Bakteri Termofil ... 2

Khamir ... 3

Selenium ... 3

Glutation Peroksidase ... 4

N-metil-N-nitrosourea ... 4

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ... 5

Metode ... 5

Analisis Statistik ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakteri Termofil dan Khamir ... 7

Produksi Biomassa dan Ekstraksi Pelet ... 7

Pencekokan Ekstrak Mikrob Kaya-Se ... 8

Pengambilan Sampel Darah Tikus dan Analisis GPx ... 8

Histopatologi ... 9

SIMPULAN DAN SARAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Data statistik rerata aktivitas GPx ... 9

2 Persentase skor jumlah kelenjar pada tiap perlakuan ... 10

3 Persentase skor indeks mitosis pada tiap perlakuan ... 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagian payudara wanita dan penampang duktus normal ... 2

2 Sel kanker pada kelenjar payudara wanita ... 2

3 Bakteri termofil 14Ka ... 7

4 Khamir 15b ... 7

5 Kebotakan pada tikus yang diberi Se-khamir ... 8

6

Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan

nilai rerata aktivitas GPx (IU/mL) ... 9

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Proses umum penelitian ... 14

2

Urutan basa Ha-ras dan c-Ki-ras

... 15

3

Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H0

... 16

4

Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H1 ... 17

5 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H2 ... 18

6 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H3 ... 19

7 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H4 ... 20

8 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H5 ... 21

9 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H6 ... 22

10 Data bobot badan tikus saat pengambilan darah ... 23

11 Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada aktivitas GPx ... 24

12

Data uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada bobot badan tikus

H-0, 24, dan 48 ... 26

13 Analisis statistik bobot badan tikus H-12, 37, 62, dan 73 ... 26

14 Data nilai kuantitatif pada analisis histopatologi ... 27

(21)

PENDAHULUAN

Saat ini, kanker masih merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Bagi wanita, kanker payudara merupakan masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian kedua. Setiap tahun, sekitar 910 000 orang di dunia menderita kanker payudara dan yang meninggal sekitar 376 000 orang. Di Indonesia, angka kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya cenderung meningkat (Wijayakusuma 2004). Selama ini, cara yang umum digunakan untuk mengobati kanker ialah operasi dan kemoterapi, namun tidak semua orang mampu untuk itu. Oleh karena itu, pola pikir masyarakat yang semakin berkembang saat ini menuntut untuk kembali pada prinsip “mencegah lebih baik daripada mengobati”.

Kanker merupakan sel yang pertumbuhannya tidak terkontrol dan dapat menyebar pada hampir semua jaringan tubuh. Kanker disebabkan oleh kerusakan genetik pada sel sehingga mencegah sel tersebut melakukan kontrol seperti layaknya sel normal. Kanker menyebar ketika sel yang terinduksi memperbanyak diri dengan cepat dan menyebabkan tumor pada derajat yang bervariasi. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 10 juta orang setiap tahunnya diperkirakan mengidap kanker (Abdullah, in press). Hal ini yang mendorong para ilmuwan untuk terus mencari senyawa alami, baik yang terdapat dalam tanaman maupun mikrob, yang memiliki efek chemopreventive (menghambat kanker) seperti senyawa yang mengandung Selenium (Se).

Selenium merupakan senyawa mikro esensial yang dibutuhkan dalam tubuh karena memiliki fungsi penting dalam berbagai reaksi biokimia, salah satunya ialah sebagai sisi aktif dari enzim glutation peroksidase (GPx). Selenium yang terkandung dalam GPx berada dalam bentuk selenosistein. Enzim ini berfungsi sebagai pemburu radikal bebas dengan cara mereduksi senyawa peroksida sehingga dapat menurunkan radikal bebas dalam tubuh serta menghambat timbul dan berkembangnya kanker (Zaltzber 1999).

Selenium memiliki sifat kimia yang mirip dengan sulfur (belerang). Kedua senyawa ini banyak terkandung di daerah gunung berapi, baik di dalam tanah vulkanis maupun di dalam kawahnya. Defisiensi Se dapat menyebabkan

terganggunya penglihatan, rendahnya kemampuan reproduksi, bahkan kematian dini. Kelebihan Se juga dapat menyebabkan keracunan. Oleh karena itu, Se harus dikonsumsi dengan kadar yang sesuai (Lobinski et al. 2000).

Khamir dan bakteri termofilik yang hidup di daerah vulkanis memiliki kandungan Se yang tinggi karena keduanya merupakan “mikrob akumulator Se” sehingga dapat menyerap kandungan Se dari lingkungan dan mengakumulasinya. Pada penelitian ini, sejumlah tikus putih betina galur Sprague-Dawley yang diinduksi dengan N-metil-N-nitrosourea (MNU) akan dicekok ekstrak mikrob kaya-Se sebelum dan setelah induksi karsinogen hingga 9 minggu, lalu dilakukan pengukuran GPx plasma tikus setiap 12 hari dan analisis histopatologi sebagai parameter kanker.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak bakteri maupun khamir kaya-Se terhadap aktivitas glutation peroksidase serta gambaran hiperplasia ambing tikus putih betina galur Sprague-Dawley yang diinduksi dengan karsinogen MNU. Hipotesis penelitian ini ialah selenium yang terdapat dalam ekstrak mikrob kaya-Se berpengaruh terhadap aktivitas enzim GPx dan gambaran hiperplasia ambing tikus betina. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi ekstrak mikrob kaya-Se terhadap aktivitas GPx dan gambaran hiperplasia ambing tikus.

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Payudara

Tumor adalah pembengkakan di dalam tubuh yang disebabkan oleh perkembangbiakan sel-sel secara abnormal. Tumor yang bersifat jinak (benigna) tumbuh membesar, tetapi tidak menyebar atau menggerogoti jaringan tubuh lainnya. Tumor yang bersifat ganas (maligna) disebut kanker yang menyerang seluruh tubuh dan tidak terkendali. Sel-sel kanker berkembang dengan cepat. Sel-sel tersebut merusak dan menyerang jaringan tubuh melalui aliran darah dan pembuluh getah bening sehingga dapat tumbuh dan berkembang di tempat baru (Wijayakusuma 2004).

(22)

payudara memiliki 15-20 bagian yang disebut lobus, yang memiliki banyak bagian-bagian kecil yang disebut lobulus (kelenjar payudara, tempat diproduksinya susu). Tiap segmen dihubungkan dengan saluran tipis yang disebut duktus (Gambar 1). Kanker duktal, yang menyerang sel duktus, merupakan tipe kanker payudara yang paling umum. Kanker lobular dimulai dari lobus atau lobulus payudara (Hoffmann 2003).

Kanker payudara (karsinoma payudara) sering terjadi pada wanita, meskipun pria juga dapat menderita kanker ini tetapi kasusnya jarang terjadi. Frekuensi kanker payudara relatif tinggi. Di negara maju merupakan yang terbanyak, sedangkan di Indonesia berada urutan kedua setelah kanker serviks uteri. Kanker ini lebih sering terjadi pada wanita berusia 40 tahun ke atas dan lebih banyak menyerang payudara sebelah kiri di bagian atas dekat lengan (Gambar 2) (Wijayakusuma 2004).

Wanita yang termasuk golongan resiko tinggi terkena kanker payudara ialah yang memiliki keluarga yang menderita kanker payudara, wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan serta tidak menyusui, kehamilan pertama terjadi setelah berumur 35 tahun, siklus menstruasi yang panjang (mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun dan menopause lebih dari 50 tahun), pernah mendapat terapi hormon dalam jangka panjang, pernah mendapat radiasi pada payudara, mengalami trauma pada payudara, serta wanita yang sebelumnya pernah menderita karsinoma pada salah satu payudara, tumor jinak payudara, kanker endometrial, maupun kanker ovarium (Hoffmann 2003).

Gambar 1 Bagian-bagian payudara wanita dan penampang sel duktus normal.

Gambar 2 Kanker payudara pada wanita. Struktur payudara pada wanita memiliki kemiripan dengan struktur payudara mamalia lainnya. Pada penelitian pra-klinis kanker payudara, biasanya digunakan tikus putih sebagai hewan model, karena ambing tikus telah terbukti memiliki kemiripan morfologis dan genetik yang tinggi dengan manusia. Selain itu, tikus betina juga memiliki hormon-hormon wanita, seperti estrogen dan progesteron, sehingga kondisi fisiologisnya juga memiliki kemiripan (Lu dan Archer 1992; Mehta dalam Mostböck 2003).

Bakteri Termofil

Secara umum, bakteri merupakan sel prokariotik yang khas, uniseluler dan di dalam sitoplasma tidak terdapat struktur yang terbatasi membran. Bakteri tergolong dalam kelas Schizomycetes (pemecahan dari fungi) dengan diameter sekitar 0.5-1.0 µm dan panjangnya 1.5-2.5 µm (Cliffon 1958).

Bakteri memiliki tiga bentuk umum, yaitu kokus, basil, dan spiral. Dalam penataannya, bakteri dapat terlihat sebagai individu yang terpisah, dua individu yang saling melekat, atau beberapa individu saling melekat berbentuk rantai maupun anggur. Reproduksi utamanya dengan pembelahan biner sederhana, yaitu suatu proses aseksual (Pelczar dan Chan 1986).

(23)

Berdasarkan suhu pertumbuhannya, bakteri dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu bakteri psikrofil yang dapat tumbuh pada suhu -3 °C hingga suhu 20 °C, bakteri mesofil yang dapat tumbuh pada suhu 13-45 °C, dan bakteri termofil yang tumbuh pada suhu 42-80 °C atau lebih. Bakteri yang memiliki suhu optimum pertumbuhan di atas 80 °C disebut bakteri hipertermofil (Edward 1990).

Bakteri termofil tersebar luas di bumi dan dapat diisolasi dari berbagai lingkungan yang mendapat panas berkala seperti tanah, kompos, dan sejenisnya. Sementara itu, bakteri hipertermofil hanya tumbuh pada lingkungan yang sangat panas, termasuk sumber air panas serta gunung laut aktif yang lava dari gunung berapinya mengalir langsung ke dasar laut (Brock 1994).

Menurut Ocampo (2005), bakteri termofil dapat hidup pada suhu yang ekstrim karena memiliki banyak protein disulfida oksidoreduktase (PDO), yaitu protein dengan banyak ikatan disulfida. Protein ini tidak ditemukan pada prokariot lain. Protein ini berperan dalam meningkatkan stabilitas dan ketahanan bakteri termofil terhadap panas. Selain itu, bakteri termofil juga memiliki extremozyme, yaitu enzim yang mampu bekerja pada suhu yang sangat tinggi. Asam amino pada ekstremozim ini memiliki trik khusus untuk mengencangkan pilinan dan mempertahankan struktur tiga dimensi pada suhu yang sangat panas, sementara asam amino pada enzim lain akan terurai dan tidak dapat bekerja lagi.

Khamir

Khamir merupakan mikroorganisme eukariotik uniseluler yang diklasifikasikan dalam kingdom Fungi. Suhu optimum pertumbuhannya ialah 20-30 °C dengan pH optimum 4,5-6,5. Khamir bersifat fakultatif, artinya dapat hidup pada keadaan aerobik maupun anaerobik, meskipun kebanyakan khamir bersifat aerobik. Khamir dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual, namun umumnya berkembang biak secara seksual (Kobayashi 1990).

Pada umumnya, sel khamir lebih besar daripada bakteri, lebarnya sekitar 1-5 µm dan panjangnya 5-30 µm. Bentuknya dapat menyerupai telur (ovoid), bola (spheroid), silinder (cylindrical), lengkung (ogival), segitiga (triangular), botol (flask shapped), dan elips. Khamir tidak dilengkapi dengan flagela maupun alat gerak lain (Pelczar dan Chan 1986).

Khamir memiliki banyak kegunaan, diantaranya untuk menghasilkan produk berupa asam organik, alkohol, antibiotik, pigmen, vitamin, enzim, serta zat aditif pada pembuatan bahan pangan seperti roti, kue, dan keju. Khamir juga dapat berperan sebagai penghasil protein sel tunggal (PST) untuk dikonsumsi manusia dan sebagai pakan ternak (Landecker 1996).

Khamir yang hidup pada daerah vulkanis yang kaya selenium mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi Se (Beatriz 1997). Sebagian besar Se pada Se-khamir berada dalam bentuk selenometionin (85%) (Ip et al. 2000). Senyawa Se lainnya yang ditemukan ialah selenodiglutation, selenosistein, dan senyawa minor lainnya yang tidak teridentifikasi (Korhola, Vainio, Edelmann dalam Reed dan Tilak 1991).

Khamir yang hidup di bawah defisiensi belerang dapat menggunakan selenium sebagai pengganti belerang karena adanya kemiripan antara metabolisme belerang dengan selenium pada khamir (Reed dan Tilak 1991). Suplementasi khamir kaya-Se dengan kadar Se organik yang tinggi mampu memperbaiki defisiensi Se pada masyarakat yang tinggal di wilayah dengan kadar Se rendah. Selain itu, suplementasi khamir kaya-Se pada masyarakat juga mampu menurunkan hampir 50% kematian dan penyakit semua kanker (Clark et al. dalam Reed dan Tilak 1991).

Selenium

Selenium (Se) merupakan unsur mikro esensial bagi nutrisi hewan dan manusia. Selenium pertama kali ditemukan oleh Berzelius pada tahun 1917 sebagai senyawa yang toksik. Nama selenium berasal dari bahasa Yunani, yaitu selene, yang artinya bulan (http://www.vanderkroft.net/elements/ dalam El-Bayoumy 2004). Selenium merupakan senyawa yang berpotensi dalam melindungi manusia dari kanker. Makanan yang mengandung Se pada kadar yang mendekati toksisitas efektif dalam mereduksi beberapa tipe kanker pada hewan (Schrauzer et al. dalam Abdullah, in press).

(24)

selenometionin dan selenit ialah 75% dan 45%. Penyerapan selenometionin oleh usus halus, cecum, dan kolon manusia lebih cepat secara nyata dibandingkan dengan penyerapan selenit anorganik (Robinson et al. dalam Reed dan Tilak 1991).

Selenometionin adalah bentuk Se organik yang paling dominan pada khamir, bakteri, dan tanaman. Strukturnya mirip metionin, hanya saja gugus S pada metionin diganti dengan gugus Se. Sementara itu, selenosistein dibentuk dari hasil konversi selenometionin pada jaringan mamalia (Lobinski et al. 2000).

Selenosistein (Sec) memiliki struktur yang serupa dengan sistein, dengan sebuah atom Se menggantikan sulfur (belerang). Protein yang mengandung selenosistein disebut selenoprotein. Selenoprotein dapat disubgolongkan menjadi lima kelompok berdasarkan lokasi selenosistein dalam polipeptida selenoprotein, yaitu glutation peroksidase (GPx), selenoprotein P, selenoprotein W dan R, tioredoksin reduktase (TrxR), serta iodotironin deiodinase (Abdullah, in press).

Masyarakat yang tinggal di wilayah yang miskin-Se memiliki asupan Se yang rendah pula. Berdasarkan studi literatur dari http://www.exrx.net/Nutrition/Antioxidants/S elenium.html, defisiensi selenium dapat menyebabkan otot pegal, lemah, kehilangan pigmen rambut dan kuku, bahkan penyakit Keshan dan kanker. Sementara itu, toksisitas Se dapat menyebabkan nafas berbau bawang, kerontokan pada rambut dan kuku, serta kematian.

Berdasarkan literatur yang didapat dari http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/minerals/ selenium/, konsumsi Se yang dianjurkan bagi orang dewasa sebesar 55 µg/hari, sedangkan untuk wanita hamil sebesar 60 µg/hari dan wanita menyusui sebesar 70 µg/hari. Sementara itu, asupan Se yang dianjurkan bagi anak-anak berkisar 20-40 µg/hari, tergantung usianya. Rata-rata asupan Se di Amerika Serikat ialah sekitar 100 µg/hari, sedangkan dosis suplementasi untuk terapi ialah 200 µg/hari (Ip et al. 2000).

Glutation Peroksidase

Glutation peroksidase (GPx) merupakan suatu selenoenzim yang mampu mereduksi H2O2 dan peroksida lain dengan menggunakan

glutation sebagai sumber elektronnya. Glutation (GSH) merupakan sebuah tripeptida yang disintesis dari asam amino glutamat, sistein, dan glisin. Glutation dapat menangkap

ROS (Reactive Oxygen Species) dan mereduksi tiol sistein pada protein, tetapi hal itu dapat menyebabkan glutation teroksidasi membentuk glutation radikal (GS*) yang merupakan prooksidan. Glutation radikal ini dapat bereaksi dengan GS* lainnya membentuk GSSG yang kemudian dapat direduksi kembali menjadi 2 molekul GSH oleh enzim glutation reduktase. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: (Damdimopoulos 2003)

2GSH+H2O2 glutathion peroksidase GS-SG+2H2O GS-SG+NADPH+H+ glutation reduktase

2 GSH+NADP+

Ada empat jenis GPx berbeda yang telah berhasil dijabarkan. Enzim GPx1 dan 4 merupakan yang paling banyak ditemukan pada hampir semua jaringan, keduanya terdapat pada protein mitokondria dan sitosol. Enzim GPx2 terutama diekspresikan pada jalur gastrointestinal, sedangkan GPx3 pada plasma darah (Damdimopoulos 2003).

Selenium merupakan komponen integral dari glutation peroksidase (Rotruck et al. dalam Reed dan Tilak 1991). Tiap satu molekul GPx mengandung empat atom Se organik, sehingga membuat Se manjadi komponen penting dalam ketahanan tubuh untuk melawan efek degeneratif (Rayman dalam Junaedi 2003). Peran utama fisiologis dari GPx ialah mempertahankan kadar hidrogen peroksida yang rendah di dalam sel, sehingga menurunkan peluang kerusakan akibat radikal bebas. Enzim ini mengkatalisis reduksi lipid peroksida sebelum senyawa ini dapat menyerang membran seluler. Enzim ini mampu mereduksi peroksida berbeda yang dihasilkan sistem biologis (Reed dan Tilak 1991).

N-metil-N-nitrosourea

N-metil-N-nitrosourea (MNU) merupakan karsinogen yang terkarakteristik dengan baik yang menginduksi adenokarsinoma pada kelenjar payudara tikus dengan spesifisitas tinggi. Model ini telah terbukti memiliki persamaan dengan kanker payudara pada manusia (Mehta dalam Mostböck 2003). Sebuah dosis tunggal MNU yang diberikan pada tikus yang belum dewasa (umur 50 hari) sudah cukup efektif untuk menginduksi tumor ini. Karsinogen MNU memiliki waktu paruh kurang dari 1 jam di bawah kondisi fisiologis, sehingga efek mutageniknya terjadi dalam waktu singkat setelah administrasinya (Lu dan Archer 1992).

(25)

Ha-ras, yang diaktivasi oleh mutasi G → A pada nukleotida kedua dari kodon 12 sehingga menyebabkan transisi Gly → Glu, ditemukan lebih dari 85% pada tumor. Gen Ha-ras diaktivasi selama inisiasi karsinogenesis. Gen Ha-ras yang teraktifasi ini telah terlihat pada DNA kelenjar payudara hanya dalam waktu 2 minggu setelah injeksi MNU (Lu dan Archer 1992). Selain itu, administrasi MNU dapat pula menyebabkan aktivasi onkogen c-Ki-ras dengan adanya mutasi titik G-35 → A-35 yang spesifik pada kodon ke-12 sehingga menyebabkan substitusi normal glisin dengan asam aspartat (Mostböck 2003).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah 30 ekor tikus putih betina galur Sprague-Dawley (SD) yang bebas patogen, pakan tikus standar, isolat bakteri termofil 14Ka, isolat khamir 15b, MNU (metilnitrosourea), eter, BNF 10% (buffer normal formalin), alkohol (70%, 80%, 90%, 96%, dan absolut), xylol, parafin, pewarna hematoksilin-eosin (HE), Vermount, bacto peptone, bacto agar, tripton, NaCl, K2HPO4, KH2PO4, ekstrak malt, ekstrak ragi,

glukosa, streptomisin, Na2SeO3, enzim

protease XIV, K3EDTA, buffer K-fosfat pH 7,

EDTA 5.0 mM, GSH 10.0 mM, NADPH 1.6 mM, GSSG reduktase 2.5 U/mL, NaN3 10.0

mM, H2O2 4.0 mM, EDTA 0.1 mM,

akuabides, dan akuades.

Sementara itu, alat-alat yang dipakai ialah alat suntik, gunting steril, silet, pinset, pisau bedah, kaset tissue, alat tissue processor automatis, vortex, rotary microtom, kuvet, spektrofotometer UV-VIS, tabung reaksi, erlenmeyer, ose, tabung sentrifus, sentrifus, otoklaf, inkubator, oven, bunsen, shaker, neraca analitik, mikropipet, pipet tetes, kaca objek, kaca preparat, serta mikroskop cahaya.

Metode

Peremajaan Bakteri dan Khamir

Peremajaan bakteri 14Ka dilakukan dengan metode agar miring dalam media heterotrof padat dan diinkubasi selama 1 hari dalam oven bersuhu 50 °C. Media heterotrof padat dibuat dengan komposisi sebanyak 15 g bacto peptone, 3 g tripton, 5 g NaCl, 2.5 g K2HPO4, serta 10 g bacto agar dalam 1 L

akuades. Media disterilisasi dengan otoklaf bersuhu 121 °C pada tekanan 2 atm selama 15 menit, lalu dimiringkan hingga beku (Genhardt 1994).

Isolat khamir 15 b dalam stok biakan diremajakan dalam tabung reaksi metode agar miring pada media ekstrak malt dan ragi (media YM) padat dengan komposisi sebanyak 3 g ekstrak malt, 20 g bacto agar, 5 g bacto peptone, 3 g ekstrak ragi, dan 10 g glukosa dalam 1000 mL akuades. Biakan dalam agar miring diinkubasi pada suhu ruang selama 2 hari (Genhardt 1994).

Pembuatan Starter serta Produksi Biomassa Bakteri dan Khamir

Pembuatan starter bakteri dilakukan dengan memindahkan sebanyak 1 ose biakan dari agar miring ke dalam 25 mL media heterotrof tanpa penambahan agar (media cair), lalu diinkubasi selama 2 hari dalam oven bersuhu 50 °C. Pembuatan starter khamir dilakukan dengan prosedur yang sama, namun media yang digunakan ialah YM cair dan inkubasi dilakukan pada suhu ruang sambil digoyang dengan shaker (Genhardt 1994).

Produksi biomassa bakteri dilakukan dengan memasukkan starter bakteri ke dalam 225 mL media heterotrof cair + Na2SeO3 1 ppm dan diinkubasi selama 5 hari

dalam oven 50 °C. Biakan lalu disentrifus dengan kecepatan 12000 rpm selama 6 menit. Supernatannya dibuang dan pelletnya dibuat ekstrak. Produksi biomassa khamir dilakukan dengan cara yang sama dengan bakteri, namun media yang digunakan ialah YM cair + Na2SeO3 1 ppm dan inkubasi

dilakukan selama 2 hari sambil digoyang dengan shaker pada suhu ruang (Genhardt 1994).

Pembuatan Ekstrak Bakteri dan Se-Khamir

(26)

Pemeliharaan dan Perlakuan Terhadap Tikus

Sebanyak 30 ekor tikus putih betina galur Sprague-Dawley berumur 40 hari dibeli dari Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) dan dibagi menjadi 3 kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus), lalu diaklimatisasi selama 12 hari pada suhu kamar (± 22 °C), kelembaban 50%, 12 jam siklus terang-gelap, serta bebas mendapatkan minum dan pakan standar. Selama aklimatisasi, kelompok 2 dicekok dengan ekstrak Se-bakteri termofil dan kelompok 3 dicekok dengan ekstrak Se-khamir, masing-masing dengan dosis 0.004 µg Se/g BB tikus setiap hari. Sementara itu, kelompok 1 hanya dicekok dengan air karena merupakan kontrol. Pada umur 52 hari, semua tikus disuntik dengan MNU (metil nitrosourea) secara intraperitonial dengan dosis 50 mg/kg bobot badan, lalu perlakuan dilanjutkan seperti saat aklimatisasi hingga 9 minggu. Selama perlakuan, setiap minggu semua tikus diukur bobot badannya serta diambil sampel darahnya untuk analisis glutation peroksidase (GPx). Setelah 9 minggu, semua tikus dibius dengan eter dan dibedah untuk pengambilan ambing, kemudian dilakukan analisis histopatologi (Ip et al. 2000; Roomi et al. 2005).

Pengambilan Sampel Darah

Sampel darah tikus diambil melalui vena ekor menggunakan alat suntik, lalu darah dikumpulkan dalam eppendorf yang sebelumnya telah dimasukkan dengan K3EDTA 1 mg/mL darah untuk mencegah

darah menggumpal. Setelah itu, disentrifus dengan kecepatan 2600 rpm selama 15 menit. Plasmanya kemudian diambil dengan mikropipet dan disimpan pada suhu 4 °C untuk digunakan dalam pengukuran aktivitas GPx (Bogdanska et al. 2003).

Pengukuran Aktivitas Glutation Peroksidase (GPx)

Sebanyak 5 µL supernatan (plasma tikus) dimasukkan ke dalam kuvet dan diencerkan 100x dengan buffer fosfat tanpa EDTA. Setelah itu, ditambahkan buffer fosfat 1x pH 7.0 (mengandung EDTA 5.0 mM) sebanyak 0.5 mL, GSH 10.0 mM sebanyak 0.1 mL, NADPH 1.6 mM sebanyak 0.1 mL, GSSG-reduktase 2.5 U/mL sebanyak 0.1 mL, dan NaN3 10.0 mM sebanyak 0.1 mL. Sesaat

sebelum pengukuran, ditambahkan H2O2 4.0

mM sebanyak 0.1 mL. Serapan NADPH diukur setiap 1 menit selama 5 menit pada panjang gelombang 340 nm. Untuk blanko, plasma darah tikus diganti dengan buffer fosfat tanpa EDTA (Calzyme Laboratory 1997).

Nekropsi, Pengambilan Sampel, dan Fiksasi Ambing Tikus

Semua tikus yang telah mati dikuliti dari torak sampai pubis, lalu kulit disekitar perut diambil dan dimasukkan ke dalam plastik berlabel yang berisi BNF 10% untuk proses fiksasi. Setelah matang, kulit yang ada ambingnya dipotong dan dimasukkan ke dalam kaset tissue berlabel.

Dehidrasi, Penjernihan, dan Pencucian Sampel

Kaset tissue yang berisi sampel dimasukkan ke dalam keranjang dan ditempatkan pada alat tissue-processor otomatis. Proses dehidrasi pada alat ini dilakukan secara bertingkat dengan alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 96%, alkohol absolut 1, dan alkohol absolut 2 masing-masing selama 2 jam. Setelah itu, dilakukan penjernihan dengan xilol 1, xilol 2, dan xilol 3 masing-masing selama 40 menit. Pencucian sampel dilakukan dengan merendam sampel dalam xilol, alkohol absolut, dan akuades. Kaset tissue yang berisi sampel kemudian dikeluarkan dari alat untuk proses embedding (ditanam dalam parafin).

Embedding dan Pemotongan

(27)

Pewarnaan Jaringan dan Mounting

Potongan jaringan yang telah kering kemudian dideparafinisasi (penghilangan parafin) dengan cara direndam dalam xilol 1, xilol 2, dan alkohol absolut masing-masing selama 2 menit, lalu direhidrasi dengan alkohol 95%, alkohol 80%, dan air kran masing-masing selama 1 menit. Setelah itu diwarnai dengan Mayer’s Haematoxylin selama 5 menit dan dilakukan pencucian dengan air kran mengalir selama 30 detik, kemudian direndam dalam litium karbonat selama 15-30 detik dan dicuci lagi dengan air kran selama 2 menit. Potongan jaringan kemudian diwarnai dengan eosin selama 3 menit dan dicuci dengan air kran selama 60 detik, lalu dicelupkan ke dalam alkohol 95% dan absolut 1 masing-masing sebanyak 10 kali, alkohol absolut 2 selama 2 menit, xilol 1 selama 1 menit, serta xilol 2 selama 2 menit. Setelah proses pewarnaan selesai, kaca preparat dikeringkan dan diteteskan dengan zat perekat (vermount), kemudian ditutup dengan kaca objek dan diamati dengan mikroskop cahaya.

Analisis Statistik

Data pengukuran aktivitas enzim dan bobot badan tikus diuji normalitasnya dengan metode Saphiro-Wilk dan dianalisis secara statistik menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Metode rancangan tersebut adalah:

Yij = µ + τi + εij Keterangan:

µ = pengaruh rataan umum

τ = pengaruh perlakuan ke-i, i = 1,2,3

εij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 i = 1 adalah perlakuan yang hanya

dicekok air (kontrol)

i = 2 adalah perlakuan yang dicekok Se-bakteri

i = 3 adalah perlakuan yang dicekok Se-khamir

Perbedaan pengaruh perlakuan diuji dengan ANOVA serta uji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakteri Termofil dan Khamir

Bakteri termofil 14Ka (Gambar 3) dan khamir 15b (Gambar 4) yang digunakan

dalam penelitian ini berasal dari daerah vulkanis. Pada penelitian terdahulu, telah dilakukan isolasi dan seleksi mikrob dari sumber air panas serta tanah vulkanis di pegunungan Kerinci, Rinjani, dan Tana Toraja. Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri termofilik 14Ka yang berasal dari sumber air panas Gao Lulu, Sumurup, di Pegunungan Rinjani serta khamir 15b yang berasal dari tanah vulkanis Ulu Jernih, Gunung Tujuh, di Pegunungan Kerinci merupakan mikrob yang paling baik dalam mengakumulasi Se dari lingkungannya (Prasetyo 2006, Yogatama 2006).

Gambar 3 Bakteri termofil 14Ka (perbesaran 100x).

Gambar 4 Khamir 15b (perbesaran 100x). Produksi Biomassa dan Ekstraksi Pelet

Penambahan Na2SeO3 1 ppm pada media

heterotrof dan YM cair saat produksi biomassa bertujuan untuk meningkatkan kadar Se dalam mikrob tersebut. Natrium selenit bersifat toksik, namun mikrob ini memiliki enzim metil selenotransferase sehingga mampu mengubah Se inorganik yang toksik menjadi Se organik non toksik, sehingga tidak berbahaya untuk suplementasi hewan maupun manusia.

(28)

mencapai lebih dari 80%. Oleh karena itu dilakukan modifikasi metode dengan harapan agar hasilnya lebih optimal.

Pencekokan Ekstrak Mikrob Kaya-Se

Tikus dewasa memiliki kecenderungan terkena kanker ambing secara alami. Oleh karena itu, pada penelitian digunakan tikus betina galur Sprague-Dawley yang masih remaja dan umurnya seragam (Parikh et al. 2005). Saat aklimatisasi, tikus mulai dicekok dengan ekstrak mikrob kaya-Se sesuai kelompoknya. Tujuannya ialah agar Se yang terdapat dalam ekstrak mampu menghambat pembentukan tumor ambing yang akan diinduksi oleh metil nitrosourea (MNU).

Pemberian MNU hanya dilakukan satu kali, yaitu saat tikus berumur 52 hari. Menurut Kumar et al. dalam Lu dan Archer (1992), sebuah dosis tunggal MNU sebanyak 50 mg/Kg bobot badan sudah cukup untuk menginduksi tumor ambing dalam waktu 2 minggu. Pada penelitian, MNU diinjeksikan secara intraperitonial, yaitu melalui selaput diantara kulit dan rongga perut. Setelah itu, MNU akan masuk ke pembuluh darah dan langsung menyerang ambing tikus. Salah satu efek toksisitas MNU ialah dapat menyebabkan kerontokan rambut (Parikh et al. 2005).

Dosis ekstrak mikrob kaya-Se yang dicekokkan ke tikus sebesar 0.004 µg Se/g BB. Hal ini berdasarkan suplementasi Se pada manusia dewasa di Amerika Serikat, yaitu sebesar 100 µg Se. Dengan asumsi rata-rata bobot badan manusia dewasa 50 kg, maka didapat dosis suplementasi Se sebesar 0.002 µg Se/g BB. Dosis ini dinaikan dua kali agar efek penghambatan pembentukan tumor lebih optimal.

Beberapa tikus yang dicekok dengan ekstrak khamir mengalami kebotakan sekitar minggu ke-3 pencekokan (Gambar 5), sedangkan tikus yang dicekok dengan ekstrak bakteri mengalami kerontokan rambut. Hal ini diduga akibat toksisitas selenium, sehingga dosis cekokan ekstrak dikurangi setengah, yaitu menjadi sebesar 0.002 µg/g BB. Rambut tikus-tikus ini sudah tumbuh kembali pada minggu ke-6 pencekokan. Sementara itu, salah satu tikus kontrol juga sedikit mengalami kebotakan sekitar hari ke-48 setelah injeksi MNU, sedangkan beberapa tikus kontrol lainnya sedikit mengalami kerontokan. Hal ini diduga akibat toksisitas MNU.

Gambar 5 Kebotakan pada tikus yang dicekok Se-khamir.

Pengambilan Sampel Darah Tikus dan Analisis GPx

Pengambilan sampel darah tikus untuk analisis GPx dilakukan secara berkala setiap 12 hari, dimulai dari sebelum injeksi MNU (H0) hingga 73 hari setelah injeksi MNU (H6). Selang waktu 12 hari ini bertujuan agar kondisi fisiologis tikus tetap stabil. Saat pengambilan darah, bobot badan tikus juga ditimbang untuk melihat perkembangannya selama penelitian.

Pengukuran aktivitas GPx plasma tikus dilakukan dengan mereaksikan plasma dengan buffer, GSH, NADPH, GSSG-reduktase, NaN3 dan H2O2. Substrat GSH akan

mereduksi H2O2 dengan bantuan enzim GPx

yang ada di plasma, sehingga terbentuk glutation radikal (GS*) yang akan bereaksi dengan sesamanya membentuk GSSG. Senyawa ini akan direduksi kembali menjadi GSH dengan bantuan NADPH dan GSSG-reduktase (Damdimopoulos 2003). Serapan NADPH pada panjang gelombang 340 nm diukur setiap 1 menit selama 5 menit. Radikal bebas H2O2 diberikan tepat sebelum

pengukuran agar serapan NADPH pada awal reaksi (menit ke-0) dapat diukur sebelum H2O2 tereduksi dan NADPH terpakai.

Aktivitas GPx diukur berdasarkan laju penurunan serapan NADPH tiap menit, yang berbanding terbalik dengan aktivitas GPx. Semakin besar penurunan serapan NADPH, maka semakin besar aktivitas GPx. Rumusnya sebagai berikut: (IBL dalam Sudihartini 2003) =

x men A340/

∆ − . volGPx voltotal . Fp = nmol men-1 mL-1

= IU mL-1

Keterangan : x = koefisien ekstingsi molar NADPH pada panjang gelombang 340 nm = 6220 M-1 cm-1

(29)

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200

0 1 2 3 4 5 6

Pengambilan darah

ke-Re r a ta ak ti vi ta s G P x ( IU/ m L )

Kontrol Bakteri Khamir

0 50 100 150 200 250

0 1 2 3 4 5 6

Pe ngambilan darah ke

-B o bo t ba da n t ikus ( g )

Kontrol Bakteri Khamir Aktivitas GPx akan meningkat apabila ada

stressor, seperti karsinogen. Hasil analisis GPx menunjukkan aktivitas GPx yang fluktuatif dan mencapai puncak tertinggi pada pengambilan darah H4 (48 hari setelah injeksi MNU) untuk kontrol dan pengambilan darah H5 (62 hari setelah injeksi MNU) untuk kelompok tikus yang diberi ekstrak mikrob (Gambar 6). Hal ini berarti MNU masih memberikan respon terhadap tikus dalam periode 48 dan 62 hari. Sementara itu, respon tertinggi GPx dalam mereduksi radikal bebas yang disebabkan oleh MNU terjadi pada hari ke-48 untuk kontrol dan hari ke-62 untuk kelompok perlakuan. Nilai aktivitas GPx yang fluktuatif dapat dipengaruhi oleh kondisi hormonal dan fisiologis tikus yang tidak selalu sama saat pengambilan darah.

Aktivitas GPx tikus yang dicekok ekstrak mikrob lebih rendah dibandingkan aktivitas GPx tikus kontrol. Hal ini diduga karena senyawa Se yang terdapat dalam ekstrak mikrob tidak dialokasikan untuk GPx, melainkan untuk pembentukan protein tubuh. Sebagian besar senyawa Se yang terdapat dalam ekstrak bakteri maupun khamir ialah dalam bentuk selenometionin (85%), sedangkan Se pada GPx ialah selenosistein. Menurut Schrauzer (2002), selenometionin diserap dan dimetabolisme seperti metionin, serta dapat disimpan sebagai cadangan protein di hati dan otot. Selenometionin dapat bergabung dengan protein tubuh secara nonspesifik sebagai pengganti metionin karena adanya asilasi met-tRNA (Dong et al. 2001).

Gambar 6 Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan nilai rerata aktivitas GPx (IU/mL) kelompok ( ) kontrol, ( ) bakteri, dan ( ) khamir.

Uji ANOVA pada aktivitas GPx menunjukkan ada perbedaan nyata pada selang kepercayaan 95%, baik antar kelompok perlakuan maupun antar pengambilan darah (Tabel 1). Artinya suplementasi ekstrak mikrob kaya-Se pada tikus berpengaruh nyata terhadap aktivitas GPx. Sementara itu, rerata bobot badan tikus setiap periode pengambilan darah cenderung meningkat (Gambar 7), namun uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata, baik antar kelompok maupun antar pengambilan darah. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi Se tidak berpengaruh terhadap bobot badan tikus, dan bobot badan tidak berpengaruh terhadap aktivitas GPx.

Tabel 1 Data statistik rerata aktivitas GPx Rerata aktivitas GPx (IU/mL)

pada tiap perlakuan Penga

mbilan darah

ke- Kontrol Bakteri Khamir

Pvalu e

0 54,96±46,33 21,67±40,98 15,70±11,81 0.056 1 78,51±30,82 177,13±64,7

4 96,48±36,21 <0.01 2 1300,25±17 4,32 96,25±46,44 126,79±67,0 8 <0.01 3 842,36±95,6 1 102,51±56,4 5 78,71±36,04 <0.01 4 2188,87±78, 71 1820,93±84 2,36 1636,35±29 2,55 0.047* 5 2084,47±30 2,58 1985,59±16 8,49 1930,13±10 8,30 0.312 6 854,15±113, 92 648,76±92,0 8 565,08±51,0 5 <0.01

Normalitas data telah diuji dengan Saphiro-Wilk.

Beda nyata diuji menggunakan ANOVA.

* Ada beda nyata pada selang kepercayaan 95%. **Sangat berbeda nyata pada Pvalue<0.01.

.

Gambar 7 Grafik hubungan antara hari pengambilan darah dengan nilai rerata bobot badan tikus (g) kelompok ( ) kontrol, ( ) bakteri, dan ( ) khamir.

Histopatologi

(30)

setelah beku dipotong menggunakan mikrotom setebal 1 µm, hasilnya disebut ribbon. Terakhir, ribbon diberi pewarna Hematoksilin-Eosin (HE) untuk memudahkan pengamatan dengan mikroskop. Hematoksilin akan mewarnai inti sel menjadi biru, sedangkan eosin akan mewarnai sitoplasma menjadi merah (Humason 1972). Metode ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu dapat terjadi artifact (adanya lingkaran bening seperti gelembung udara) jika proses dehidrasinya kurang baik (Hartono 1995).

Hasil histopatologi ambing tikus menunjukkan belum terbentuknya tumor pada semua perlakuan. Hal ini diduga karena pemaparan karsinogen MNU yang kurang atau waktu perlakuan yang kurang lama (Dong et al. 2001). Akan tetapi, adanya hiperplasia (penebalan sel fungsional) dapat dilihat dari ketebalan epidermis puting, susunan epitel kelenjar, susunan epitel duktus puting, jumlah kelenjar, dan indeks mitosis. Hiperplasia dapat mengarah pada pembentukan tumor (Liska et al. 2000).

Berdasarkan lima kriteria terjadinya hiperplasia di atas, hanya dua kriteria yang dideskriptifkan, yaitu jumlah kelenjar dan indeks mitosis. Hal ini dikarenakan data pengamatan pada ketiga kriteria lainnya bersifat subjektif, sehingga sulit dibandingkan. Seharusnya, tikus pada kelompok kontrol memiliki skor jumlah kelenjar dan indeks mitosis yang paling tinggi, sedangkan tikus pada kelompok perlakuan memiliki skor yang rendah. Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi kecenderungan terbentuknya tumor (Roomi et al. 2005).

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persentase paling tinggi pada jumlah kelenjar ambing tikus kontrol seimbang untuk skor 1 (sedikit) dan 4 (banyak) dengan nilai 33.3%, sedangkan jumlah kelenjar pada ambing tikus yang diberi ekstrak bakteri maupun khamir cenderung banyak (skor 3), masing-masing dengan nilai 62.5% dan 80.0%. Skor jumlah kelenjar didapat dari banyaknya jumlah kelenjar ambing per bidang pandang, kemudian dikelompokkan dalam 4 skor. Jumlah kelenjar sedikit diberi skor 1, sedang diberi skor 2, banyak diberi skor 3, dan sangat banyak diberi skor 4.

Indeks mitosis pada kelenjar ambing kontrol cenderung normal (skor 2) dengan nilai 66.7%. Sementara itu, indeks mitosis pada kelenjar ambing tikus yang diberi ekstrak khamir seimbang antara normal dan sedang dengan persentase masing-masing 50%. Keseimbangan skor indeks mitosis juga

terjadi pada kelompok tikus yang dicekok dengan ekstrak bakteri, yaitu pada skor 1 dan 2 dengan persentase 37.5%. Indeks mitosis dihitung dari rasio banyaknya sel kelenjar ambing yang bermitosis dibagi jumlah kelenjar. Hasilnya lalu diberi skor agar lebih mudah dalam analisis. Semakin banyak jumlah sel kelenjar yang bermitosis maka indeks mitosis semakin tinggi, ini berarti skor juga semakin tinggi. Indeks mitosis <1-2 diberi skor 1, antara 2-3 diberi skor 2, antara 3-4 diberi skor 3, dan >4 diberi skor 4. Pemberian skor tidaklah mutlak, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan indeks mitosis yang ada.

[image:30.595.324.518.379.458.2]

Analisis statistik pada jumlah kelenjar dan indeks mitosis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antar kelompok perlakuan pada selang kepercayaan 95%. Artinya, suplementasi ekstrak bakteri maupun khamir kaya-Se tidak berpengaruh secara nyata terhadap gambaran histopatologi ambing tikus.

Tabel 2 Persentase skor jumlah kelenjar pada tiap perlakuan

Persentase Skor (%) Perlakuan

1 2 3 4 Pvalu

e Kontrol 33.3 16.7 16.7 33.3 Bakteri 0.0 37.5 62.5 0.0

Total 14.3 28.6 42.9 14.3 >0.05

Kontrol 33.3 16.7 16.7 33.3 Khamir 0.0 10.0 80.0 0.0

Total 12.5 12.5 56.3 18.8 >0.05

Keterangan arti skor:

1= sedikit, 2= sedang, 3= banyak, 4= sangat banyak Beda nyata diuji dengan Fisher’s Exact Test

Tabel 3 Persentase skor indeks mitosis pada tiap perlakuan

Persentase Skor (%) Perlakua

n 1 2 3 4

Pvalu e Kontrol 0.0 66.7 33.3 0.0 Bakteri 37.5 37.5 12.5 12.5

Total 21.4 50.0 21.4 7.1 >0.05

Kontrol 0.0 66.7 33.3 0.0 Khamir 0.0 50.0 50.0 0.0 Total 0.0 56.3 43.8 0.0

>0.05

Keterangan arti skor:

1= sedikit, 2= normal, 3= sedang, 4= banyak Beda nyata diuji dengan Fisher’s Exact Test

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

[image:30.595.324.518.518.599.2]
(31)

mikrob kaya-Se tidak memberikan pengaruh nyata terhadap gambaran histopatologi ambing tikus betina Sprague-Dawley yang diinduksi dengan karsinogen MNU.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang dosis terapi selenium yang tepat untuk pencegahan kanker. Selain itu, waktu perlakuan sebaiknya ditambah atau pemberian karsinogen MNU yang ditambah agar tumor lebih terbentuk. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya ada kelompok kontrol negatif sebagai pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah R et al. 2005. Chemical forms of selenium for cancer prevention. J Trace Elements Med Biol, in press.

Beatriz M et al. 1997. Determination of selenomethionine in wheat samples. J of AAS 12:1041-1046.

Bogdanska J, Korneti P, Todorova B. 2003. Erythrocyte superoxide dismutase, glutathione peroxidase and catalase activities in healthy male subjects in Republic of Macedonia. J Bratisl Lek Listy 104(3):108-114.

Brock TD. 1994. Life at high temperature. http://www.bact.wisc.edu/bact303/bl [10 Maret 2006].

Calzyme Laboratories. 1997. Glutathione peroxidase. http://www.calzyme-laboratories.com.html [20 April 2006]. Cliffon CE. 1958. Introduction to the

Bacteria. Tokyo: McGraw-Hill.

Damdimopoulos AE. 2003. Identification and functional characterization of novel thioredoxin systems [thesis]. Stockholm: Karolinska Univ Pr.

Dong Y et al. 2001. Characterization of the biological activity of γ -glutamil-Se-metilselenosistein: a novel, naturally occuring anticancer agent from garlic. J Cancer Res 61:2923-2928.

Edwards C. 1990. Microbiology of Extreme Environment. Buckingham: Open Univ Pr.

El-Bayoumy K, Sinha R. 2004. Mechanisms of mammary cancer chemoprevention by organoselenium compounds. Sci Direct 551:181-197.

Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB Pr.

Genhardt P. 1994. Methods for General and Molecular Bacteriology. Murray RGE, Willis A, Krieg NR, editor. Washington DC: American Society for Microbiology. Hartono. 1995. Histologi Veterinar: Sitologi

dan Jaringan Dasar. Bogor: IPB Pr.

Hoffmann F. 2003. Background information: breast cancer. http://www.roche-diagnostics.com [10 Maret 2006].

Humason GL. 1972. Animal Tissue Techniques. San Fransisco: WH Freeman.

Ip C et al. 2000. Chemical speciation influences comparative activity of selenium-enriched garlic and yeast in mammary cancer prevention. J Agric Food Chem 48:2062-2070.

Junaedi I. 2003. Kandungan selenium produk fermentasi daun benalu teh Scurrula atropurpurea (BI) danser oleh simbiosis Saccharomyces acetobacter [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Kobayashi GS. 1990. Fungi Microbiology. Ed ke-4. Davis BD et al., editor. East Washington: Lippincott.

Lee SS et al. 2003. Molecular characterization of a Chinese cabbage cDNA encoding thioredoxin-h that is predominantly Expressed in Flowers. J Biochem Mol Biol 34(4):334-341.

Liska J et al. 2000. Histopathology of mammary tumors in female rats treated with 1-methyl-1-nitrosourea. J Endocrine Regulation 34:91-96.

(32)

Lu SJ, Archer MC. 1992. Ha-ras oncogene activation in mammary glands of

N-methyl-N-nitrosourea-treated rats genetically resistant to mammary adenocarcinogenesis. Proc Natl Acad Sci USA 89:1001-1005.

Möstbock S et al. 2003. Reduction of 1-methyl-1-nitrosourea-induced tumor burden with DNA vaccines encoding mutated ras epitopes and the costimulatory molecule B7.1. Genet Physiol Biophys 22:561-565.

Ocampo P. 2005 Genomic reveals mechanism of heat resistence in bacteria. http://www.eurekalert.org/pub_releases/20 05-08/plus-grm081605.php [10 Maret 2006]

Parikh RR et al. 2005. Prevention of N-methyl-N-nitrosourea–induced breast cancer by α-fetoprotein (AFP)–derived peptide, a peptide derived from the active site of AFP. J Clin Cancer Res 11:8512-8520 .

Pelczar MJ, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Volume ke-1. Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.

Prasetyo H. 2006. Kandungan selenium total dalam bakteri termofilik terseleksi dari sumber air panas [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Roomi MW et al. 2005. Modulation of N-methyl-N-nitrosourea induced mammary tumors in Sprague-Dawley rats by combination of lysine, proline, arginine, ascorbic acid and green tea extract. Breast Cancer Res 7(3).

Reed G, Tilak WN. 1991. Yeast Technology. Ed ke-2. New York: Van Nostrand Reinhold.

Schrauzer G. 2002. Can selenium reduce cancer risk in human? Feeding Times 7(2):5.

Sudihartini F. 2003. Analisis aktivitas Glutation Peroksidase dalam daun benalu teh Scurrula atropurpurea yang difermentasi oleh

Acetobacter-Saccharomyces [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Wijayakusuma H. 2004. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara.

Yogatama K. 2006. Pengaruh penambahan natrium selenit terhadap kadar selenium dalam khamir terseleksi dari tanah vulkanis [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Zaltzber H et al. 1999. Increased plasma oxidistability and decreased erythrocyte and plasma antioxidative capacity in pation with NIDDM. J Isr Med Assoc: 228-231.

(33)
(34)

Lampiran 1 Proses umum penelitian

30 ekor tikus putih betina galur

Sprague-Dawley

umur 40 hari

Aklimatisasi selama 12 hari dengan

dicekok sesuai kelompok

Penyuntikan MNU intraperitonial

50 mg/kg BB pada umur 52 hari

Pengukuran bobot badan dan

aktivitas GPx tiap 12 hari

Nekropsi

Analisis histopatologi

Kelompok 1

Dicekok air (kontrol)

Kelompok 2

Dicekok Se-bakteri termofil

Kelompok 3

Dicekok Se-khamir

Pencekokan sesuai kelompok

dilanjutkan hingga 9 minggu

(35)

Lampiran 2 Urutan basa Ha-ras dan c-Ki-ras

Urutan basa Ha-ras

Urutan basa c-Ki-ras

ORIGIN

1 augacugagu auaaacuugu gguaguugga gcugguggcg uaggcaagag ugccuugacg

61 auacagcuaa uucagaauca cuuuguggau gaauaugauc cuacgauaga ggacuccuac

121 aggaaacaag uaguaauuga uggagaaacc ugucucuugg auauucucga cacagcaggu

181 caagaggagu acagugcaau gagggaccag uacaugagaa cuggggaggg cuuucuuugu

241 guauuugcca uaaauaauac uaaaucauuu gaagauauuc accauuauag agaacaaauu

301 aaaagaguaa aggacucuga agaugugccu augguccuag uagggaauaa gugugacuug

361 ccuucuagaa caguagacac gaaacaggcu caggaguuag caaggaguua ugggauucca

421 uucauugaga ccucagcgaa gacaagacag gguguugacg augccuucua uacauuaguc

481 cgagaaauuc gaaaacauaa agaaaagaug agcaaagaug ggaaaaagaa gaagaagaag

541 ucaaggacaa gguguauagu caugugaaua guuuguacuc uuucuuaagg cacacuuaag

601 uaaaguguga uuuuuguaca uuacacuaaa uuauuagcau uuguuuuagc auuaccuaau

661 c

augacagaauacaagcucgugguggugggcgcuggaggcgugggaaagagugcccugacc

M T E Y K L V V V G A G G V G K S A L T auccagcugauccagaaccauuuuguggacgaguaugaccccaccauagaggauuccuac I Q L I Q N H F V D E Y D P T I E D S Y cggaaacagguggucauugauggggagacaugucugcuggacaucuuagacacagcaggc R K Q V V I D G E T C L L D I L D T A G caagaggaguacagugccaugagggaccaguacaugcgcacaggggagggcuuccucugu Q E E Y S A M R D Q Y M R T G E G F L C guguucgccaucaacaacaccaaguccuuugaagacauccaucaguacagggagcagauc V F A I N N T K S F E D I H Q Y R E Q I aagcgggugaaggacucagacgaugugccaauggugcugguggggaacaagugugaccug K R V K D S D D V P M V L V G N K C D L gccgcucgaaccguugagucgcggcaggcccaggaccuugcccgcagcuauggcaucccc A A R T V E S R Q A Q D L A R S Y G I P uacauugaaacaucagccaagacccggcaggguguggaggaugccuucuacacacuagua Y I E T S A K T R Q G V E D A F Y T L V cgugagauucggcagcauaaacugcggaagcugaacccacccgaugagaguggcccuggc R E I R Q H K L R K L N P P D E S G P G ugcaugagcugcaagugugugcuauccuga

(36)

Lampiran 3 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H0

Absorbansi (menit ke- ) Kelompok Ulangan

0 1 2 3 4 5

Σ ∆A340

t(menit)

Aktivitas GPx (IU/mL)

Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL)

Blanko 0.272 0.270 0.268 0.267 0.265 0.263 -0.0018 0.8682 0.0000

1 0.336 0.335 0.335 0.335 0.333 0.333 -0.0006 28.9389 28.0707 2 0.258 0.256 0.255 0.253 0.253 0.252 -0.0012 57.8778 57.0096 3 0.309 0.307 0.304 0.302 0.300 0.298 -0.0022 106.1093 105.2412 4 0.241 0.240 0.240 0.239 0.239 0.239 -0.0004 19.2926 18.4244 5 0.293 0.292 0.288 0.285 0.282 0.279 -0.0028 135.0482 134.1801 6 0.245 0.244 0.242 0.240 0.237 0.235 -0.0020 96.4630 95.5949 7 0.380 0.379 0.378 0.376 0.375 0.376 -0.0008 38.5852 37.7170 8 0.232 0.231 0.230 0.230 0.231 0.230 -0.0004 19.2926 18.4244 Kontrol

9 0.236 0.236 0.236 0.235 0.236 0.236 0.0000 0.0000 0.0000

1 0.072 0.074 0.074 0.075 0.075 0.075 0.0006 0.0000 0.0000

2 0.301 0.296 0.294 0.291 0.289 0.287 -0.0028 135.0482 134.1801 3 0.400 0.399 0.398 0.398 0.396 0.397 -0.0006 28.9389 28.0707

4 0.237 0.237 0.237 0.237 0.236 0.236 -0.0002 9.6463 8.7781

5 0.230 0.230 0.229 0.230 0.229 0.229 -0.0002 9.6463 8.7781

6 0.240 0.238 0.238 0.238 0.238 0.237 -0.0006 28.9389 28.0707

7 0.257 0.257 0.257 0.256 0.256 0.257 0.0000 0.0000 0.0000

8 0.246 0.247 0.246 0.246 0.245 0.245 -0.0002 9.6463 8.7781

9 0.236 0.236 0.235 0.235 0.235 0.236 0.0000 0.0000 0.0000

Bakteri

10 0.235 0.234 0.234 0.234 0.235 0.235 0.0000 0.0000 0.0000

1 0.247 0.247 0.247 0.247 0.246 0.246 -0.0002 9.6463 8.7781

2 0.262 0.261 0.261 0.261 0.261 0.262 0.0000 0.0000 0.0000

3 0.244 0.242 0.240 0.240 0.239 0.240 -0.0008 38.5852 37.7170 4 0.243 0.242 0.242 0.240 0.241 0.241 -0.0004 19.2926 18.4244 5 0.243 0.242 0.241 0.242 0.241 0.241 -0.0004 19.2926 18.4244 6 0.242 0.241 0.240 0.241 0.240 0.240 -0.0004 19.2926 18.4244

7 0.261 0.259 0.260 0.261 0.260 0.260 -0.0002 9.6463 8.7781

8 0.246 0.246 0.246 0.247 0.247 0.247 0.0002 0.0000 0.0000

9 0.236 0.235 0.236 0.236 0.236 0.234 -0.0004 19.2926 18.4244 Khamir

10 0.242 0.241 0.240 0.240 0.241 0.239 -0.0006 28.9389 28.0707

(37)

Lampiran 4 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H1

Absorbansi (menit ke- ) Kelompok Ulangan

0 1 2 3 4 5

Σ ∆A340

t(menit)

Aktivitas GPx (IU/mL)

Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL)

Blanko 0.213 0.211 0.211 0.209 0.211 0.210 -0.0006 0.2894 0.0000

1 0.405 0.404 0.402 0.402 0.399 0.398 -0.0014 67.7419 67.4525 2 0.366 0.366 0.363 0.357 0.355 0.355 -0.0022 106.4516 106.1622 3 0.339 0.337 0.336 0.335 0.333 0.332 -0.0014 67.7419 67.4525

4 - - - - - -

5 0.399 0.398 0.397 0.397 0.395 0.394 -0.0010 48.3871 48.0977 6 0.345 0.343 0.344 0.344 0.341 0.341 -0.0008 38.7097 38.4203 7 0.261 0.258 0.256 0.254 0.251 0.249 -0.0024 116.1290 115.8396 8 0.301 0.298 0.295 0.293 0.292 0.290 -0.0022 106.4516 106.1622 Kontrol

9 - - - - - -

1 0.254 0.240 0.236 0.234 0.233 0.232 -0.0044 212.9032 212.6138

2 - - - - - -

3 0.317 0.298 0.295 0.294 0.293 0.292 -0.0050 241.9355 241.6461 4 0.370 0.348 0.346 0.344 0.344 0.344 -0.0052 251.6129 251.3235 5 0.265 0.258 0.255 0.253 0.252 0.251 -0.0028 135.4839 135.1945 6 0.309 0.302 0.299 0.302 0.301 0.302 -0.0014 67.7419 67.4525 7 0.211 0.203 0.203 0.201 0.201 0.201 -0.0020 96.7742 96.4848 8 0.337 0.327 0.323 0.321 0.322 0.319 -0.0036 174.1935 173.9042 9 0.238 0.236 0.216 0.216 0.216 0.215 -0.0046 222.5806 222.2913 Bakteri

10 0.486 0.473 0.469 0.468 0.466 0.466 -0.0040 193.5484 193.2590 1 0.203 0.203 0.200 0.201 0.200 0.199 -0.0008 38.7097 38.4203 2 0.369 0.361 0.359 0.358 0.358 0.357 -0.0024 116.1290 115.8396 3 0.165 0.159 0.156 0.155 0.154 0.153 -0.0024 116.1290 115.8396 4 0.266 0.255 0.254 0.253 0.252 0.252 -0.0028 135.4839 135.1945 5 0.199 0.196 0.194 0.192 0.192 0.192 -0.0014 67.7419 67.4525 6 0.240 0.229 0.227 0.225 0.224 0.224 -0.0032 154.8387 154.5493 7 0.201 0.195 0.193 0.192 0.191 0.191 -0.0020 96.7742 96.4848 8 0.214 0.208 0.208 0.207 0.206 0.208 -0.0012 58.0645 57.7751 9 0.140 0.134 0.132 0.130 0.130 0.129 -0.0022 106.4516 106.1622 Khamir

10 0.204 0.198 0.198 0.198 0.196 0.196 -0.0016 77.4194 77.1300

(38)

Lampiran 5 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H2

Absorbansi (menit ke- ) Kelompok Ulangan

0 1 2 3 4 5

Σ ∆A340

t(menit)

Aktivitas GPx (IU/mL)

Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL)

Blanko 0.326 0.320 0.312 0.302 0.289 0.276 -0.0100 4.8232 0.0000

1 0.538 0.506 0.458 0.417 0.392 0.381 -0.0314 1519.3548 1514.5317 2 0.411 0.395 0.365 0.333 0.303 0.277 -0.0268 1296.7742 1291.9510 3 0.414 0.395 0.361 0.327 0.293 0.267 -0.0294 1422.5806 1417.7575

4 - - - - - -

5 0.580 0.541 0.493 0.464 0.456 0.452 -0.0256 1238.7097 1233.8865 6 0.377 0.363 0.342 0.319 0.295 0.272 -0.0210 1016.1290 1011.3059 7 0.450 0.421 0.386 0.352 0.322 0.300 -0.0300 1451.6129 1446.7898 8 0.385 0.367 0.342 0.314 0.287 0.262 -0.0246 1190.3226 1185.4994 Kontrol

9 - - - - - -

1 0.250 0.244 0.247 0.242 0.240 0.240 -0.0020 96.7742 91.9510

2 - - - - - -

3 0.358 0.348 0.345 0.344 0.344 0.343 -0.0030 145.1613 140.3381 4 0.300 0.293 0.288 0.288 0.286 0.285 -0.0030 145.1613 140.3381 5 0.175 0.172 0.172 0.171 0.170 0.170 -0.0010 48.3871 43.5639 6 0.279 0.270 0.265 0.263 0.261 0.260 -0.0038 183.8710 179.0478 7 0.244 0.240 0.237 0.236 0.236 0.236 -0.0016 77.4194 72.5962 8 0.217 0.213 0.214 0.212 0.211 0.211 -0.0012 58.0645 53.2414 9 0.231 0.225 0.224 0.222 0.222 0.222 -0.0018 87.0968 82.2736 Bakteri

10 0.260 0.256 0.254 0.254 0.254 0.253 -0.0014 67.7419 62.9188 1 0.269 0.247 0.241 0.240 0.240 0.239 -0.0060 290.3226 285.4994 2 0.361 0.347 0.344 0.343 0.341 0.342 -0.0038 183.8710 179.0478 3 0.392 0.381 0.377 0.377 0.378 0.377 -0.0030 145.1613 140.3381 4 0.259 0.252 0.250 0.250 0.250 0.250 -0.0018 87.0968 82.2736 5 0.252 0.244 0.242 0.240 0.240 0.239 -0.0026 125.8065 120.9833 6 0.452 0.442 0.442 0.441 0.442 0.440 -0.0024 116.1290 111.3059 7 0.434 0.423 0.420 0.420 0.420 0.420 -0.0028 135.4839 130.6670 8 0.225 0.221 0.220 0.221 0.220 0.218 -0.0014 67.7419 62.9188 9 0.210 0.206 0.205 0.204 0.204 0.204 -0.0012 58.0645 53.2414 Khamir

10 0.252 0.244 0.243 0.243 0.241 0.241 -0.0022 106.4516 101.6285

(39)

Lampiran 6 Data absorbansi aktivitas GPx pada pengambilan darah H3

Absorbansi (menit ke- ) Kelompok Ulangan

0 1 2 3 4 5

Σ ∆A340

t(menit)

Aktivitas GPx (IU/mL)

Aktivitas GPx terkoreksi (IU/mL)

Blanko 0.362 0.354 0.349 0.341 0.332 0.323 -0.0078 3.7621 0.0000

1 0.409 0.394 0.376 0.354 0.334 0.313 -0.0192 926.0450 922.2830 2 0.493 0.482 0.461 0.443 0.428 0.419 -0.0148 713.8264 710.0643 3 0.420 0.403 0.383 0.363 0.344 0.325 -0.0190 916.3987 912.6367

4 - - - - - -

5 0.501 0.481 0.456 0.434 0.418 0.407 -0.0188 906.7524 902.9904 6 0.403 0.390 0.364 0.343 0.322 0.306 -0.0194 935.6913 931.9293 7 0.404 0.391 0.372 0.352 0.337 0.324 -0.0160 771.7042 767.9421 8 0.374 0.359 0.342 0.325 0.309 0.296 -0.0156 752.4116 748.6495 Kontrol

9 - - - - - -

Blanko 0.218 0.216 0.214 0.214 0.214 0.214 -0.0008 0.3859 0.0000

1 0.399 0.381 0.377 0.376 0.375 0.375 -0.004

Gambar

Gambar 1  Bagian-bagian payudara wanita    dan penampang sel duktus normal.
Gambar 3  Bakteri termofil 14Ka (perbesaran 100x).
Gambar 5  Kebotakan pada tikus yang
Tabel 1  Data statistik rerata aktivitas GPx
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menerapkan strategi Discovery Learning dan Project Based Learning siswa dapat mengetahui, memahami, menjelaskan, mengaplikasikan, menganalisis, meniru,

Menurut Ketaren (1985), minyak alsiri yang mengalami penurunan kandungan utamanya menunjukkan bahwa minyak tersebut telah dipalsukan yang biasa dilakukan dengan menambahkan

Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan atau

Isi : Psidii Tanin, minyak atsiri , euginol mengandung minyak lemak, damar dan garam mineral.. Granati Fructus Cortex (kulit buah delima) Tanaman asal :

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ” Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Kayu Kopo (Eugenia cymosa Lamk.) terhadap Rayap Tanah Coptotermes

Berdasarkan hasil pengamatan histopatologi usus dari anjing terinfeksi virus parvo diperoleh hasil bahwa pada sampel anjing umur kurang dari dua bulan lesi hemoragi usus

dikembangkan dengan menerapkan MPK tipe STAD berbasis Kurikulum 2013 dapat dikategorikan sangat layak dan lebih unggul dengan rata-rata hasil kompetensi sikap

1. Ketekunan pengamatan akan dilakukan dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara teliti, rinci dan terus menerus selama proses penelitian di MI Miftahul