DAN BIOLOGI REPRODUKSI
IKAN LAIS DI SUNGAI KAMPAR RIAU
ROZA ELVYRA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kajian Keragaman Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Lais di Sungai Kampar Riau adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Agustus 2009
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
ROZA ELVYRA. The Study on Genetic Diversity and Reproduction Biology of Lais Fish in Kampar River, Riau. Under direction of DEDY DURYADI SOLIHIN, RIDWAN AFFANDI, and ZAIRIN JUNIOR
Lais fish of Ompok spp. and Kryptopterus spp. are highly economical fish in Kampar River. The population of lais fish now is decreasing. Therefore, the conservation and domestication efforts must be done. This effort needs the study on genetic diversity and reproduction biology of lais fish. The aims of this research are (1) to analyze genetic diversity based on cytochrome b gene of mitochondrial DNA for barcoding and phylogeny of lais fishes; and (2) to analyze reproduction biology that are size of mature fish, spawning season, spawning location, spawning pattern and relation of waters condition for reproduction aspect. This study was conducted from September 2006 to September 2008. The results of genetic diversity aspect based on partial cytochrome b gene show that there are 124 specific nucleotide sites and 7 specific amino acid sites onOmpok spp., and there are 68 specific nucleotide sites and 6 specific amino acid sites on Kryptopterus spp. as the genetic marker (barcoding); intraspecies phylogeny ofOmpok spp. andKryptopterus spp. from Kampar River of each form one cluster at high bootstrap value. The results of O. hypophthalmus reproduction biology aspect show that the average size of mature female are 24,9±1,57 cm and 74,26±12,40 g, and the size of mature male are 25,9±1,88 cm and 79,80±20,49 g; the spawning season on September to November; O. hypophthalmus is more appropriate spawning location to oxbow lake that is close relation with tributary; the spawning pattern indicated total spawner fish; the values of water physico chemical parameter are fluctuating in accordance with season (rainfall and rainy days) and it strongly influenced the spawning season, spawning location and spawning pattern ofO. hypophthalmus.
ROZA ELVYRA. Kajian Keragaman Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Lais di Sungai Kampar Riau. Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN, RIDWAN AFFANDI, dan ZAIRIN JUNIOR
Ikan lais merupakan ikan air tawar yang dikonsumsi masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Produksi ikan lais di provinsi Riau belakangan ini mengalami penurunan (Diskanlut Provinsi Riau 2007). Usaha konservasi maupun domestikasi sangat perlu dilakukan dalam upaya pengelolaan sumber daya perikanan. Usaha tersebut akan lebih terarah dan berhasil apabila informasi fundamental mengenai keragaman genetik dan biologi reproduksi ikan lais digali lebih dalam dan rinci. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengkaji keragaman genetik ikan lais berdasarkan gen sitokrom b DNA mitokondria yang akan dijadikan penanda genetik dan hubungan kekerabatan, (2) mengkaji aspek biologi reproduksi ikan lais yang meliputi ukuran ikan matang gonad, musim pemijahan, lokasi pemijahan, pola pemijahan dan keterkaitan kondisi lingkungan terhadap reproduksi.
Penelitian dilakukan dari bulan September 2006 sampai September 2008. Amplifikasi gen sitokrom b parsial dilakukan dengan mesin PCR menggunakan primer CBKR1 dan CBKR2 (1104 bp). KondisiPCR yang digunakan adalahpra PCR selama 5 menit dengan suhu 94ºC, selanjutnya diikuti dengan PCR yaitu denaturasi pada suhu 94ºC selama 30 detik, penempelan (annealing) pada suhu 51ºC selama 45 detik, pemanjangan pada suhu 72ºC selama 60 detik (sebanyak 35 siklus), kemudian diakhiri dengan post PCR selama 5 menit pada suhu 72ºC. ProdukPCR yang sudah dipurifikasi digunakan sebagai cetakan untuk perunutan DNA. Sisi homolog dari runutan basa nukleotida gen sitokrom b Kryptopterus dan Ompok dari S. Kampar, disejajarkan (multiple allignment) dengan runutan nukleotida gen sitokrom b Kryptopterus dan Ompok dari data GenBank baik yang utuh maupun parsial. Penentuan penanda genetik dan hubungan kekerabatan ikan lais dianalisis dengan menggunakan program MEGA versi 4,0.
Ikan lais Ompok spp dari S. Kampar mempunyai 124 situs nukleotida spesifik dan 7 situs asam amino spesifik;Kryptopterus spp. dari S. Kampar mempunyai 68 situs nukleotida spesifik dan 6 situs asam amino spesifik sebagai penanda genetik (barcoding). Hubungan kekerabatan intra spesies O. hypophthalmus, O. eugeneiatus, K. limpok, K. schilbeides danK apogon dari S. Kampar berdasarkan runutan nukleotida dan asam amino, masing-masing membentuk 1 kelompok yang didukung dengan nilai bootstrap yang tinggi. Rata-rata ikan lais O. hypophthalmus betina matang gonad pada ukuran 24,9±1,57 cm dan 74,26±12,40 g, sedangkan ikan lais jantan pada ukuran 25,9±1,88 cm dan 79,80±20,49 g. Musim pemijahan ikan laisO. hypophthalmus terjadi pada bulan September hingga November. Lokasi pemijahan yang disukai ikan lais O. hypophthalmus adalah danau banjiran yang berhubungan dengan anak sungai. Pola pemijahan ikan laisO. hypophthalmus adalahtotal spawner. Nilai parameter fisika kimia perairan berfluktuasi mengikuti musim (curah hujan dan lama hari hujan), dan sangat berpengaruh terhadap pola, lokasi dan musim pemijahan ikan lais O. hypophthalmus di S. Kampar.
DAN BIOLOGI REPRODUKSI
IKAN LAIS DI SUNGAI KAMPAR RIAU
ROZA ELVYRA
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata
Staf Pengajar Departemen Budidaya Perikanan, FPIK, IPB
Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA.
Staf Pengajar Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB
Penguji pada Ujian Terbuka :
Dr. Ir. H. Dede Irving Hartoto, APU.
Ahli Peneliti Utama pada Puslit Limnologi, LIPI
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc.
Nama : Roza Elvyra
NRP : G361040071
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA. Ketua
Dr. Ir. H. Ridwan Affandi, DEA. Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc. Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Sempurna, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dalam bentuk disertasi ini berhasil diselesaikan. Disertasi ini berjudul “Kajian Keragaman Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Lais di Sungai Kampar Riau”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA., Bapak Dr. Ir. H. Ridwan Affandi, DEA., dan Bapak Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan demi terwujudnya disertasi ini.
Terimakasih disampaikan kepada Rektor Universitas Riau, Dekan FMIPA UNRI dan seluruh jajarannya atas bantuan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan studi S3, kepada TPSDP-UNRI-DIKTI yang telah memberikan bantuan beasiswa selama 3 tahun, kepada DP2M-DIKTI yang telah memberikan bantuan biaya penelitian melalui Hibah Penelitian Fundamental anggaran tahun 2007 dan biaya percepatan penyelesaian disertasi melalui Hibah Penelitian bagi Mahasiswa Program Doktor-Sekolah Pascasarjana IPB anggaran tahun 2009, kepada PEMDA Provinsi Riau dan Yayasan Damandiri P2SDM- LPPM-IPB atas bantuan yang telah diberikan.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Umar dan keluarga di Langgam-Pelalawan Riau atas bantuan selama di lapangan dan kepada Bapak Heri Jumhair di laboratorium Biologi Molekuler PPSHB-LPPM IPB. Secara khusus terimakasih disampaikan kepada papa Drs. M. Syafei Siregar, mama Syoftina Citrawaty BA. (alm.), mama Meilena Sari, mami Erny Muchtar, uni Elisabeth, adik-adik Riza Aryanti, S.T., M.T., Alex Kurniawandy S.T., M.T., Rahma Triani AMD., Rahmat Tiko, dan seluruh keluarga atas do’a dan curahan kasih sayang kepada penulis. Terimakasih yang besar kepada suami tercinta Drs. Feri Antoni, anak-anak tersayang Fernando Pratama dan Ferdinand Dwiko Mahmud atas do’a dan dorongan semangat demi kesuksesan penulis.
Semoga disertasi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu genetika, biologi reproduksi, usaha konservasi maupun domestikasi terhadap ikan lais khususnya dan sumber daya perikanan air tawar umumnya.
Bogor, Agustus 2009
DAN BIOLOGI REPRODUKSI
IKAN LAIS DI SUNGAI KAMPAR RIAU
ROZA ELVYRA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kajian Keragaman Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Lais di Sungai Kampar Riau adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Agustus 2009
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
ROZA ELVYRA. The Study on Genetic Diversity and Reproduction Biology of Lais Fish in Kampar River, Riau. Under direction of DEDY DURYADI SOLIHIN, RIDWAN AFFANDI, and ZAIRIN JUNIOR
Lais fish of Ompok spp. and Kryptopterus spp. are highly economical fish in Kampar River. The population of lais fish now is decreasing. Therefore, the conservation and domestication efforts must be done. This effort needs the study on genetic diversity and reproduction biology of lais fish. The aims of this research are (1) to analyze genetic diversity based on cytochrome b gene of mitochondrial DNA for barcoding and phylogeny of lais fishes; and (2) to analyze reproduction biology that are size of mature fish, spawning season, spawning location, spawning pattern and relation of waters condition for reproduction aspect. This study was conducted from September 2006 to September 2008. The results of genetic diversity aspect based on partial cytochrome b gene show that there are 124 specific nucleotide sites and 7 specific amino acid sites onOmpok spp., and there are 68 specific nucleotide sites and 6 specific amino acid sites on Kryptopterus spp. as the genetic marker (barcoding); intraspecies phylogeny ofOmpok spp. andKryptopterus spp. from Kampar River of each form one cluster at high bootstrap value. The results of O. hypophthalmus reproduction biology aspect show that the average size of mature female are 24,9±1,57 cm and 74,26±12,40 g, and the size of mature male are 25,9±1,88 cm and 79,80±20,49 g; the spawning season on September to November; O. hypophthalmus is more appropriate spawning location to oxbow lake that is close relation with tributary; the spawning pattern indicated total spawner fish; the values of water physico chemical parameter are fluctuating in accordance with season (rainfall and rainy days) and it strongly influenced the spawning season, spawning location and spawning pattern ofO. hypophthalmus.
ROZA ELVYRA. Kajian Keragaman Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Lais di Sungai Kampar Riau. Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN, RIDWAN AFFANDI, dan ZAIRIN JUNIOR
Ikan lais merupakan ikan air tawar yang dikonsumsi masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Produksi ikan lais di provinsi Riau belakangan ini mengalami penurunan (Diskanlut Provinsi Riau 2007). Usaha konservasi maupun domestikasi sangat perlu dilakukan dalam upaya pengelolaan sumber daya perikanan. Usaha tersebut akan lebih terarah dan berhasil apabila informasi fundamental mengenai keragaman genetik dan biologi reproduksi ikan lais digali lebih dalam dan rinci. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengkaji keragaman genetik ikan lais berdasarkan gen sitokrom b DNA mitokondria yang akan dijadikan penanda genetik dan hubungan kekerabatan, (2) mengkaji aspek biologi reproduksi ikan lais yang meliputi ukuran ikan matang gonad, musim pemijahan, lokasi pemijahan, pola pemijahan dan keterkaitan kondisi lingkungan terhadap reproduksi.
Penelitian dilakukan dari bulan September 2006 sampai September 2008. Amplifikasi gen sitokrom b parsial dilakukan dengan mesin PCR menggunakan primer CBKR1 dan CBKR2 (1104 bp). KondisiPCR yang digunakan adalahpra PCR selama 5 menit dengan suhu 94ºC, selanjutnya diikuti dengan PCR yaitu denaturasi pada suhu 94ºC selama 30 detik, penempelan (annealing) pada suhu 51ºC selama 45 detik, pemanjangan pada suhu 72ºC selama 60 detik (sebanyak 35 siklus), kemudian diakhiri dengan post PCR selama 5 menit pada suhu 72ºC. ProdukPCR yang sudah dipurifikasi digunakan sebagai cetakan untuk perunutan DNA. Sisi homolog dari runutan basa nukleotida gen sitokrom b Kryptopterus dan Ompok dari S. Kampar, disejajarkan (multiple allignment) dengan runutan nukleotida gen sitokrom b Kryptopterus dan Ompok dari data GenBank baik yang utuh maupun parsial. Penentuan penanda genetik dan hubungan kekerabatan ikan lais dianalisis dengan menggunakan program MEGA versi 4,0.
Ikan lais Ompok spp dari S. Kampar mempunyai 124 situs nukleotida spesifik dan 7 situs asam amino spesifik;Kryptopterus spp. dari S. Kampar mempunyai 68 situs nukleotida spesifik dan 6 situs asam amino spesifik sebagai penanda genetik (barcoding). Hubungan kekerabatan intra spesies O. hypophthalmus, O. eugeneiatus, K. limpok, K. schilbeides danK apogon dari S. Kampar berdasarkan runutan nukleotida dan asam amino, masing-masing membentuk 1 kelompok yang didukung dengan nilai bootstrap yang tinggi. Rata-rata ikan lais O. hypophthalmus betina matang gonad pada ukuran 24,9±1,57 cm dan 74,26±12,40 g, sedangkan ikan lais jantan pada ukuran 25,9±1,88 cm dan 79,80±20,49 g. Musim pemijahan ikan laisO. hypophthalmus terjadi pada bulan September hingga November. Lokasi pemijahan yang disukai ikan lais O. hypophthalmus adalah danau banjiran yang berhubungan dengan anak sungai. Pola pemijahan ikan laisO. hypophthalmus adalahtotal spawner. Nilai parameter fisika kimia perairan berfluktuasi mengikuti musim (curah hujan dan lama hari hujan), dan sangat berpengaruh terhadap pola, lokasi dan musim pemijahan ikan lais O. hypophthalmus di S. Kampar.
DAN BIOLOGI REPRODUKSI
IKAN LAIS DI SUNGAI KAMPAR RIAU
ROZA ELVYRA
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata
Staf Pengajar Departemen Budidaya Perikanan, FPIK, IPB
Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA.
Staf Pengajar Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB
Penguji pada Ujian Terbuka :
Dr. Ir. H. Dede Irving Hartoto, APU.
Ahli Peneliti Utama pada Puslit Limnologi, LIPI
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc.
Nama : Roza Elvyra
NRP : G361040071
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA. Ketua
Dr. Ir. H. Ridwan Affandi, DEA. Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc. Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Sempurna, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dalam bentuk disertasi ini berhasil diselesaikan. Disertasi ini berjudul “Kajian Keragaman Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Lais di Sungai Kampar Riau”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA., Bapak Dr. Ir. H. Ridwan Affandi, DEA., dan Bapak Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan demi terwujudnya disertasi ini.
Terimakasih disampaikan kepada Rektor Universitas Riau, Dekan FMIPA UNRI dan seluruh jajarannya atas bantuan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan studi S3, kepada TPSDP-UNRI-DIKTI yang telah memberikan bantuan beasiswa selama 3 tahun, kepada DP2M-DIKTI yang telah memberikan bantuan biaya penelitian melalui Hibah Penelitian Fundamental anggaran tahun 2007 dan biaya percepatan penyelesaian disertasi melalui Hibah Penelitian bagi Mahasiswa Program Doktor-Sekolah Pascasarjana IPB anggaran tahun 2009, kepada PEMDA Provinsi Riau dan Yayasan Damandiri P2SDM- LPPM-IPB atas bantuan yang telah diberikan.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Umar dan keluarga di Langgam-Pelalawan Riau atas bantuan selama di lapangan dan kepada Bapak Heri Jumhair di laboratorium Biologi Molekuler PPSHB-LPPM IPB. Secara khusus terimakasih disampaikan kepada papa Drs. M. Syafei Siregar, mama Syoftina Citrawaty BA. (alm.), mama Meilena Sari, mami Erny Muchtar, uni Elisabeth, adik-adik Riza Aryanti, S.T., M.T., Alex Kurniawandy S.T., M.T., Rahma Triani AMD., Rahmat Tiko, dan seluruh keluarga atas do’a dan curahan kasih sayang kepada penulis. Terimakasih yang besar kepada suami tercinta Drs. Feri Antoni, anak-anak tersayang Fernando Pratama dan Ferdinand Dwiko Mahmud atas do’a dan dorongan semangat demi kesuksesan penulis.
Semoga disertasi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu genetika, biologi reproduksi, usaha konservasi maupun domestikasi terhadap ikan lais khususnya dan sumber daya perikanan air tawar umumnya.
Bogor, Agustus 2009
Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 5 Maret 1970 dari pasangan Bapak Drs. M. Syafei Siregar dan Ibu Syoftina Citrawaty BA. (alm.). Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2000 penulis memperoleh gelar Magister Sains di Program Studi Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Andalas. Pada tahun 2004 penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi S3 di Program Studi Biologi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Indonesia melalui TPSDP-Universitas Riau.
Penulis bertugas menjadi staf pengajar di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau sejak tahun 1997 sampai sekarang. Mata kuliah yang diampu adalah Ekologi Hewan, Biologi Perairan dan Taksonomi Hewan. Penulis menikah pada tanggal 24 Oktober 1997 dengan Drs. Feri Antoni dan telah dikaruniai dua orang putra yaitu Fernando Pratama dan Ferdinand Dwiko Mahmud.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Kerangka Pemikiran ... 3 Hipotesis ... 4 Tujuan Penelitian ... 4 Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 6 Ikan LaisOmpok spp. danKryptopterusspp. ... 6 Keragaman Genetik ... 8 Reproduksi ... 11 Ekosistem Sungai Rawa Banjiran ... 13
BAHAN DAN METODE ... 17 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17 Prosedur Penelitian ... 17 Penelitian Keragaman genetik ... 20 Penelitian Biologi Reproduksi ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28 Keragaman Genetik Ikan LaisOmpok spp. danKryptopterus spp.
Berdasarkan Gen Sitokrom b ... 28 Amplifikasi dan Perunutan Gen Sitokrom b ... 28 Keragaman Runutan Asam Amino ... 29 Hubungan Kekerabatan Berdasarkan Jarak Genetik dari Runutan
Asam Amino pada Gen Sitokrom b ParsialOmpok spp. dan
Kryptopterusspp. ... 37 Keragaman Komposisi Empat Basa Nukleotida ... 39 Keragaman Runutan Nukleotida ... 40 Hubungan Kekerabatan Berdasarkan Jarak Genetik dari Runutan
Basa Nukleotida Gen Sitokrom bOmpok spp. danKryptopterusspp. 43 Biologi Reproduksi Ikan LaisOmpok hypophthalmus ... 46 Nisbah Kelamin ... 46 Perkembangan Gonad ... 47 Ukuran Ikan Lais Matang Gonad ... 53 Tingkat Kematangan Gonad Berdasarkan Waktu dan Stasiun
Fekunditas dan Diameter Telur ... 58 Kondisi Lingkungan ... 62
PEMBAHASAN UMUM ... 66
SIMPULAN DAN SARAN ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Ciri-ciri morfologis ikan laisOmpok danKryptopterus... 6
2 Daftar jenis, lokasi, jumlah dan bulan pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ... 19
3 Parameter fisika kimia air yang berperan dalam reproduksi ikan lais
Ompok hypophthalmus ... 25
4 Rasio antara asam amino total, asam amino kekal, asam amino sinonimous dan asam amino non sinonimous pada gen sitokrom b
parsial (309 aa)Ompok spp. danKryptopterusspp. ... 30
5 Situs asam amino sebagai penanda genetik yang membedakan
Kryptopterus spp. danOmpok spp. (dari 53 asam amino non sinonimous)
pada gen sitokrom b parsial (309 aa) ... 31
6 Situs asam amino sebagai penanda genetik spesifik (dari 53 situs asam amino non sinonimous) pada gen sitokrom b parsial (309 aa)
Kryptopterus spp. Sungai Kampar Riau dengan pembanding data
GenBank... 32
7 Situs asam amino sebagai penanda genetik spesifik pada gen sitokrom b parsial (309 aa)Ompok spp. dari Sungai Kampar Riau dengan
pembanding dataGenBank... 34
8 Matrik perbedaan jumlah asam amino dari 309 asam amino pada gen
sitokrom b parsialKryptopterus spp. ... 36
9 Matrik perbedaan jumlah asam amino dari 309 asam amino pada gen
sitokrom b parsialOmpok spp. ... 37
10 Situs basa nukleotida sebagai penanda genetik pada gen sitokrom b
parsial (927 nt) yang membedakanKryptopterus spp. danOmpokspp. 41
11 Matrik perbedaan jumlah nukleotida pada gen sitokrom b parsial
(927 nt)Kryptopterus spp. ... 42
12 Matrik perbedaan jumlah nukleotida pada gen sitokrom b parsial
(927 nt)Ompok spp. ... 43
13 Kriteria penilaian tingkat kematangan gonad ikan laisOmpok
14 Kriteria penilaian tingkat kematangan gonad ikan laisOmpok
hypophthalmus jantan secara morfologis dan histologis ... 51
15 Ukuran panjang total dan berat tubuh ikan laisOmpok hypophthalmus 53
16 Nilai indeks kematangan gonad dan berat gonad ikan laisOmpok hypophthalmus betina dan jantan berdasarkan tingkat kematangan
gonad ... 57
17 Fekunditas dan diameter telur ikan laisOmpok hypophthalmus... 59
18 Nilai parameter fisika kimia air di lingkungan Sungai Kampar
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Alur kerja penelitian dalam upaya pengelolaan sumber daya perikanan 5
2 Beberapa jenis ikan lais ... 7
3 Skema molekul sirkuler pada genom mitokondria vertebrata yang
kekal ... 9
4 Susunan gen dari organisasi genom mitokondriaIctalurus punctatus 10
5 Ciri-ciri geomorfologi utama sungai rawa banjiran tropis ... 14
6 Peta lokasi pengambilan sampel ikan lais dan data lingkungan di Sungai
Kampar Riau ... 18
7 Profil DNAOmpok danKryptopterus hasil amplifikasi menggunakan
pasangan primer CBKR1 dan CBKR2 ... 28
8 Skema posisi penempelan primer CBKR1 dan CBKR2, fragmen gen sitokrom b DNA mitokondria ikan lais yang teramplifikasi (1104 pb) dan runutan hasil penjajaran berganda (927 nt) dengan acuan gen
sitokrom b utuhK. minordata GenBank (1141 pb) ... 29
9 Filogram menggunakan metodebootstrapped Neighbor Joining 1000 kali pengulangan berdasarkan 309 asam amino dari gen
sitokrom bOmpok spp. danKryptopterusspp. ... 38
10 Filogram menggunakan metodebootstrapped Neighbor Joining 1000 kali pengulangan berdasarkan 927 nukleotida gen sitokrom b
Ompok spp. danKryptopterusspp. ... 44
11 Fluktuasi nisbah kelamin ikan laisOmpok hypophthalmus di
Lingkungan Sungai Kampar ... 46
12 Posisi gonad betina dan jantan dalam rongga perut ikan laisOmpok
hypophthalmus ... 49
13 Struktur morfologis dan histologis gonad betinaOmpok hypophthalmus 50
14 Struktur morfologis dan histologis gonad jantanOmpok hypophthalmus 52
16 Persentase TKG IV ikan laisOmpok hypophthalmus berdasarkan
stasiun penelitian di lingkungan Sungai Kampar ... 55
17 Grafik rata-rata nilai indeks kematangan gonad ikan laisOmpok hypophthalmus, curah hujan dan hari hujan berdasarkan waktu
pengamatan (bulan Januari 2007 sampai dengan Januari 2008) ... 58
18 Hubungan antara fekunditas dengan panjang total ikan laisOmpok
hypophthalmus ... 59
19 Hubungan antara fekunditas dengan berat total ikan laisOmpok
hypophthalmus ... 60
20 Grafik fekunditas ikan laisOmpok hypophthalmus menurut kelompok
panjang tubuh ... 60
21 Grafik fekunditas ikan laisOmpok hypophthalmus menurut kelompok
berat tubuh ... 61
22 Pola sebaran diameter telur dari ikan laisOmpok hypophthalmus yang
matang gonad di Sungai Kampar ... 62
23 Fluktuasi nilai parameter fisika kimia air pada setiap stasiun selama
penelitian ... 64
24 Skema hubungan sungai/anak sungai dengan danau banjiran pada
musim kemarau dan musim penghujan ... 69
25 Saluran sungai utama dengan dataran banjirannya pada ekosistem
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Matrik ciri-ciri morfologis beberapa ikan laisKryptopterus spp. dan
Ompok spp. ... 78
2 Lokasi stasiun penelitian dan alat tangkap ikan di Sungai Kampar ... 80
3 Sket stasiun penelitian di Sungai Kampar ... 81
4 Komposisi larutan yang digunakan dalam penelitian keragaman genetik
ikan lais ... 82
5 Jenis-jenis ikan lais dari Sungai Kampar ... 83
6 Letak penempelan primer CBKR1 dan CBKR2 pada runutan basa
nukleotida gen sitokrom b utuhKryptopterus minor1141 pb ... 84
7 Penjajaran berganda nukleotida (927 nt) pada gen sitokrom b parsial ikan laisOmpok spp. danKryptopterus spp. dari Sungai Kampar Riau
dengan pembanding dataGenBank ... 85
8 Penjajaran berganda asam amino (309 aa) pada gen sitokrom b parsial ikan laisOmpok spp. danKryptopterus spp. dari Sungai Kampar Riau
dengan pembandng dataGenBank... 101
9 Matrik jarak genetik (p-distance) berdasarkan asam amino pada gen sitokrom b parsial (309 aa)Ompok spp. dan Kryptopterus spp. dari
Sungai Kampar Riau dengan pembanding dataGenBank ... 107
10 Komposisi empat basa nukleotida gen sitokrom b parsial (927 nt)
Ompok spp. danKryptopterusspp. ... 108
11 Situs basa nukleotida sebagai penanda genetik pada gen sitokrom b parsial (927 nt)Kryptopterus spp. dari Sungai Kampar Riau dengan
pembanding dataGenBank ... 109
12 Situs basa nukleotida sebagai penanda genetik pada gen sitokrom b parsial (927 nt)Ompok spp. dari Sungai Kampar Riau dengan
pembanding dataGenBank ... 111
13 Matrik jarak genetik (p-distance) berdasarkan basa nukleotida pada gen sitokrom b parsial (927 nt)Ompok spp. dan Kryptopterus spp.
dari Sungai Kampar Riau dengan pembanding dataGenBank ... 114
14 DataKryptopterus spp. danOmpok spp. (GenBank) yang digunakan
15 Kode genetik DNA mitokondria pada Vertebrata ... 116
16 Nisbah kelamin ikan laisOmpok hypophthalmus di Sungai Kampar
dari bulan Januari 2007 hingga Januari 2008 ... 117
17 Panjang total, berat total, berat gonad dan indeks kematangan gonad
ikan laisOmpok hypophthalmusberdasarkan stasiun penelitian ... 118
18 Panjang total, berat total, berat gonad dan indeks kematangan gonad
ikan laisOmpok hypophthalmusberdasarkan waktu penelitian ... 120
19 Curah hujan dan jumlah hari hujan setiap bulan mulai dari Januari 2007 hingga Januari 2008 di Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi
Riau ... 121
20 Uji Mann-Whitney terhadap diameter telur pada ovari ikan lais
Ompok hypophthalmus bagian anterior, tengah dan posterior ... 122
21 Parameter físika kimia air di Sungai Kampar ... 123
22 Uji Mann-Whitney terhadap faktor fisika kimia air antar stasiun ... 125
23 Skor kondisi kualitas perairan pada masing-masing stasiun penelitian
Latar Belakang
Provinsi Riau mempunyai potensi ekosistem sungai rawa banjiran atau
floodplain river dengan keragaman jenis ikan yang tinggi. Salah satu ekosistem sungai rawa banjiran di Provinsi Riau adalah Sungai Kampar. Kawasan ini telah
ditetapkan sebagai pusat produksi perikanan air tawar di Provinsi Riau dengan SK
Gubernur No. 99/II/2000. Potensi ekonominya sangat besar karena memiliki
panjang sungai sekitar 189 km yang melewati dua kabupaten yaitu Kampar dan
Pelalawan dengan rata-rata produksi perikanan 216,19 ton/bulan (Diskanlut
Provinsi Riau 2007).
Ekosistem sungai rawa banjiran merupakan ekosistem yang kompleks
terdiri dari sungai, anak sungai dan danau banjiran yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu untuk kelangsungan hidup ikan di habitat tersebut. Lubuk pada
dasar sungai digunakan ikan sebagai tempat berlindung, anak sungai terutama pada
bagian pinggirnya digunakan ikan sebagai tempat berlindung dan mencari makan,
sedangkan danau banjiran dengan vegetasi riparian yang terendam digunakan oleh
ikan sebagai tempat memijah sekaligus juga tempat mencari makan dan berlindung
(Hartoto et al. 1998). Ekosistem sungai rawa banjiran sangat dipengaruhi oleh fluktuasi curah hujan. Selama musim hujan air terdistribusi hingga ke rawa-rawa
dan danau banjiran, tetapi selama musim kemarau hanya saluran sungai utama dan
bagian perairan yang rendah yang tetap tergenang. Kondisi ini merupakan
karakteristik pada ekosistem sungai rawa banjiran (Welcomme 1979).
Ikan yang hidup pada ekosistem sungai rawa banjiran di S. Kampar Riau
didominasi oleh kelompok ikan baung, gabus, patin dan lais (Diskanlut 2007). Di
Provinsi Riau, umumnya yang dikenal sebagai kelompok ikan lais adalah jenis-jenis
ikan dari genus Ompok dan genus Kryptopterus yang termasuk famili Siluridae. Ikan lais termasuk ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan lais
dikonsumsi oleh masyarakat Riau dan dapat dibeli dalam keadaan segar atau
Riau dan sering dijadikan oleh-oleh untuk tamu yang berkunjung. Dalam
perdagangannya di Riau, ikan lais digolongkan sebagai ikan air tawar kelas satu
(Pulunganet al. 1985).
Produksi ikan lais di provinsi Riau belakangan ini mengalami penurunan
yaitu dari 1.107,3 ton pada tahun 2005 (Diskanlut Provinsi Riau 2006); menjadi
948,8 ton pada tahun 2006 (Diskanlut Provinsi Riau 2007). Berdasarkan survei di
lapangan, penurunan produksi ikan ini di perairan diduga karena ikan-ikan dewasa
yang melakukan ruaya pemijahan ke danau dan rawa banjiran sewaktu naiknya
permukaan perairan pada saat masuknya musim hujan dieksploitasi dengan
memakai perangkap ikan (sempirai). Selain itu 62% hutan di daerah aliran S.
Kampar telah rusak akibat alih fungsi menjadi perkebunan besar kelapa sawit,
hutan tanaman industri, pertanian tanaman pangan dan pembalakan liar (Fordas
Provinsi Riau 2008). Kondisi ini akan mengakibatkan erosi sehingga terjadi
penyempitan lahan yang ditengarai sebagai tempat pemijahan, dan terjadinya
pelumpuran yang akan menghambat proses pemijahan dan penetasan telur ikan.
Usaha konservasi maupun domestikasi sangat perlu dilakukan dalam upaya
pengelolaan sumber daya perikanan. Usaha tersebut akan lebih terarah dan berhasil
apabila informasi fundamental mengenai ikan lais digali lebih dalam dan rinci.
Informasi yang sangat diperlukan adalah keragaman genetik dan biologi reproduksi
ikan lais yang berkaitan dengan kemampuannya dalam beradaptasi terhadap
lingkungan tempat hidupnya.
Penelitian mengenai keragaman genetik ikan lais di Indonesia khususnya di
provinsi Riau berdasarkan runutan nukleotida dan asam amino gen sitokrom b
selama ini belum ada, kecuali hasil dari penelitian Elvyra dan Duryadi (2007). Data
runutan nukleotida dan asam amino dari hasil penelitian lain di luar Indonesia baru
Informasi keragaman genetik dapat diperoleh dengan melakukan analisis
terhadap gen penyandi protein dari DNA mitokondria. Di antara gen penyandi
protein yang sering digunakan untuk mempelajari keragaman genetik adalah gen
sitokrom b. Gen sitokrom b dapat digunakan sebagai penanda genetik untuk
mempelajari keragaman jenis dan hubungan kekerabatan di antara kelompoknya
(intraspesies) maupun kelompok lainnya (interspesies), karena kodonnya
berdasarkan posisi, mempunyai region yang lebih kekal (conserve) dan region yang lebih beragam (Fariaset al, 2001).
Selain informasi keragaman genetik, informasi biologi reproduksi juga
sangat diperlukan untuk usaha konservasi maupun domestikasi. Informasi tersebut
akan memberikan gambaran kemampuan suatu spesies dalam melangsungkan
kehidupan dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Gambaran reproduksi yang
dimaksud adalah mengenai perkembangan gonad, ukuran ikan matang gonad,
musim pemijahan, lokasi pemijahan, pola pemijahan dan keterkaitan kondisi
lingkungan terhadap reproduksi ikan lais.
Penelitian mengenai biologi reproduksi ikan lais yang sudah pernah
dilakukan belum melihat besarnya pengaruh lingkungan terhadap keragaan
reproduksi secara keseluruhan dalam setahun, dan data yang ada hanya bersifat
penelitian yang terpotong-potong dalam waktu yang pendek (Elvyra 2000;
Simanjuntak 2007). Biologi reproduksi ikan lais perlu diteliti fluktuasinya dalam
setahun karena ekosistem sungai rawa banjiran sebagai habitat hidupnya sangat
dipengaruhi oleh fluktuasi curah hujan. Oleh karena itu kajian keragaman genetik
dan biologi reproduksi, akan dijadikan landasan untuk pengelolaan sumber daya
perikanan melalui usaha konservasi dan domestikasi ikan lais di S. Kampar Riau.
Kerangka Pemikiran
Ikan lais sampai saat ini masih berstatus liar, biasa hidup di ekosistem
sungai rawa banjiran, bernilai ekonomis tinggi, namun belum dikembangbiakkan
dalam skala budidaya. Produksi ikan lais di provinsi Riau belakangan ini mengalami
penurunan. Untuk mengatasi kondisi tersebut, perlu diupayakan strategi
yaitu dengan melakukan usaha konservasi maupun domestikasi. Strategi yang perlu
dikedepankan adalah melakukan pengaturan ukuran ikan yang boleh ditangkap,
pengaturan musim penangkapan dan pengaturan lokasi penangkapan yang
dibutuhkan untuk usaha konservasi, serta menentukan potensi reproduksi dan
kualitas perairan yang dibutuhkan untuk usaha domestikasi. Upaya ini sangat
memerlukan dukungan informasi fundamental mengenai keragaman jenis ikan lais
secara genetik dan informasi biologi reproduksi.
Hipotesis
Apabila informasi keragaman genetik dan biologi reproduksi ikan lais
tersedia dengan lebih baik maka usaha konservasi dan domestikasi ikan lais dapat
dilakukan dengan lebih baik, sehingga kelestarian ikan lais di alam lebih terjamin.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1) Mengkaji keragaman genetik ikan lais berdasarkan gen sitokrom b DNA mitokondria yang
akan dijadikan penanda genetik dan hubungan kekerabatan.
2) Mengkaji aspek biologi reproduksi ikan lais yang meliputi perkembangan gonad, ukuran ikan
matang gonad, musim pemijahan, lokasi pemijahan, pola pemijahan dan keterkaitan kondisi
lingkungan terhadap reproduksi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk usaha konservasi
dan domestikasi dalam upaya pengelolaan sumber daya perikanan pada ekosistem
Gambar 1 Alur kerja penelitian dalam upaya pengelolaan sumber daya perikanan
Pengaturan ukuran ikan yang boleh
ditangkap
Pengaturan musim penangkapan
Ukuran rata-rata ikan matang gonad
Pengaturan lokasi penangkapan
Pengaturan penangkapan
Hubungan antara TKG dengan
ukuran ikan
Pengukuran ikan pada berbagai TKG
Musim pemijahan
Hubungan antara TKG dengan waktu pengambilan sampel
Hubungan antara TKG dengan lokasi pengambilan sampel Lokasi pemijahan
Pengambilan sampel ikan pada berbagai waktu pengamatan
Pengambilan sampel ikan pada berbagai
lokasi pengamatan
Kondisi habitat
Pengukuran kualitas perairan Dinamika kondisi
lingkungan Pengelolaan habitat
Potensi reproduksi dan pola pemijahan Fekunditas Sebaran ukuran diameter telur ikan Penghitungan jumlah telur Pengukuran diameter telur
Biologi reproduksi ikan lais
Penentuan jenis melalui penanda genetik dan hubungan kekerabatan
Keragaman sumber daya genetik ikan lais
Ikan LaisOmpok spp. danKryptopterus spp.
Ikan lais yang termasuk kelompok catfish ini, tergolong dalam kelas Osteichthyes, subkelas Actinopterygii, ordo Siluriformes, famili Siluridae, genus
Ompok dan Kryptopterus (Nelson 1984; Kottelat et al. 1993). Genus Ompok terdiri dari 22 jenis yang tersebar di Laos, Malaysia, Thailand, Brunei, Pakistan,
China, Srilanka, Vietnam, Afghanistan, Bangladesh, India, Nepal, Kambodja,
Myanmar dan Indonesia. GenusKryptopterus terdiri dari 23 jenis, tersebar di Laos, Malaysia, Thailand, Brunei, dan Indonesia (Fishbase 2008). Genus Ompok di Indonesia terdiri dari 7 jenis yaitu O. bimaculatus, O. borneensis,O. eugeneiatus, O. hypophthalmus, O. leiacanthus, O. sabanus dan O. Weberi. Sementara itu, Kryptopterus di Indonesia terdiri dari 14 jenis yaitu K. apogon, K. bicirrhis, K. cryptopterus, K. hexapterus, K. lais, K. limpok, K. lumholtzi, K. macrocephalus, K. micronema,K. minor,K. mononema,K. palembangensis,K. parvanalis danK. schilbeides (Kottelatet al. 1993).
Ciri-ciri morfologiOmpok spp. danKryptopterus spp. disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2, sedangkan ciri-ciri masing-masing jenisnya yang ditemukan di S.
[image:35.595.112.509.522.756.2]Kampar disajikan pada Lampiran 1.
Tabel 1 Ciri-ciri morfologis ikan lais Ompok dan Kryptopterus (disarikan dari : Weber dan Beaufort 1913, dan Kottelatet al. 1993)
No. Parameter morfologis Ompok Kryptopterus 1. Bentuk tubuh Pipih tegak
(compressed), memanjang, tidak bersisik
Sangat pipih tegak (strongly compressed), memanjang, tidak bersisik
2. Mulut Berbentuk lonjong ke
samping (oblique)
Berbentuk lonjong ke samping
3. Rahang Rahang bawah lebih
menonjol daripada rahang atas
Rahang atas dan bawah seimbang
4. Sungut Mempunyai sepasang
sungut rahang atas dan sepasang sungut rahang bawah
5. Sirip punggung Tanpa duri (spina), terdiri dari 3-4 jari-jari
Tanpa duri, terdiri dari 2 jari-jari atau tidak ada
6. Sirip dada Punya duri Punya duri
7. Sirip lemak (adipose) Tidak ada Tidak ada 8. Sirip perut Terdiri dari 7-8
jari-jari
Terdiri dari 5-10 jari-jari
9. Sirip dubur Panjang,
bersambungan/tidak bersambungan dengan sirip ekor
Panjang,
bersambungan/tidak bersambungan dengan dengan sirip ekor 10. Sirip ekor Bentuknya bercabang
(forked)
Bentuknya bercabang dalam (deeply forked)
(a) (b)
(c)
[image:36.595.115.510.76.708.2](d) (e)
Gambar 2 Beberapa jenis ikan lais (Sumber : Kottelatet al. 1993)
sedangkan Kryptopterus mempunyai nama sinonim Cryptopterus (Weber dan Beaufort 1913). Ikan lais di Indonesia dikenal dengan beberapa nama yaitu lais
danau (O. hypophthalmus, Pulunganet al. 1985); lais bemban (K. limpok, Utomo et al. 1990); lais timah (K. apogon), lais kerak (K. limpok), dan lais kuning (K. schilbeides) (FishBase 2008). Di S. Kampar Provinsi Riau, ikan lais dikenal dengan beberapa nama lokal yaitu lais kaporeh (O. eugeneiatus), lais danau (O. hypophthalmus), lais janggut (K. limpok), lais panjang lampung (K. apogon) dan lais godang mato (K. schilbeides).
Keragaman Genetik
Seiring berkembangnya metode perunutan DNA dan banyaknya penelitian
mengenai hal tersebut dalam dua dekade terakhir pada berbagai organisme
termasuk pada ikan, urutan gen-gen dari molekul DNA mitokondria mulai
terungkap. Sejumlah besar penelitian filogenetik dengan menggunakan runutan gen
mitokondria telah dilakukan (Pereira 2000). DNA mitokondria (mtDNA) banyak
digunakan untuk mengidentifikasi keragaman genetik dan dinamika populasi karena
mempunyai beberapa kelebihan. Pertama, karena mtDNA memiliki ukuran yang
kompak dan relatif kecil (16.000-20.000 pasang basa), tidak sekompleks DNA inti
sehingga dapat dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh. Kedua, mtDNA
berevolusi lebih cepat dibandingkan dengan DNA inti sehingga dapat
memperlihatkan dengan jelas perbedaan antara populasi dan hubungan
kekerabatannya. Ketiga, hanya sel telur yang menyumbangkan material
mitokondria sehingga mtDNA hanya diturunkan dari induk betina. Keempat,
bagian-bagian dari genom mitokondria berevolusi dengan laju yang berbeda
sehingga dapat berguna untuk studi sistematika dan penelusuran kesamaan asal
muasal (Iguchiet al. 1999).
Genom mitokondria mempunyai suatu daerah kontrol bukan penyandi
16S rRNA); 12 gen penyandi protein masing-masing NADH dehidrogenase (ND1, ND2, ND3, ND4, ND5, ND4L), sitokrom c oksidase (COX1, COX2, COX3),
sitokrom b (Cyt b), ATPase (ATP6, ATP8); dan 14 tRNA masing-masing tRNA fenil alanin (tRNAPhe), valin (tRNAVal), leusin (tRNALeu), isoleusin (tRNAIle), metionin (tRNAMet), triptofan (tRNATrp), asam aspartat (tRNAAsp), lisin (tRNALys), glisin (tRNAGly), arginin (tRNAArg), histidin (tRNAHis), serin (tRNASer), leusin (tRNALeu) dan treonin (tRNAThr). Sementara itu, untai L atau untai ringan mtDNA mengandung sisanya yaitu 1 gen penyandi protein NADH dehidrogenase 6 (ND6);
[image:38.595.175.449.324.571.2]dan 8 tRNA yaitu tRNA asam glutamat (tRNAGlu), prolin (tRNAPro), serin (tRNASer), tirosin (tRNATyr), sistein (tRNACys), asparagin (tRNAAsn), alanin (tRNAAla) dan glutamin (tRNAGln) (Pereira 2000; Broughton et al. 2001).
Gambar 3 Skema molekul sirkuler pada genom mitokondria vertebrata yang kekal. Gen-gen di bagian luar lingkaran menunjukkan untai H
(heavy strand) dan bagian dalam lingkaran menunjukkan untai L (light strand) (Pereira 2000)
Urutan gen pada genom mitokondria disebut kekal (conserve), jika dari urutan genome mitokondria lengkap tersebut tidak mempunyai variasi posisi gen di
sepanjang molekulnya. Urutan gen yang kekal paling banyak ditemukan pada
diketahui runutan nukleotidanya berdasarkan data GenBank (2009) yaitu Ictalurus punctatus (kode akses NC003489), Pseudobagrus tokiensis (kode akses NC004697) dan Pangasianodon gigas (kode akses NC006381) masing-masing memiliki susunan gen yang sama. Susunan gen dari organisasi genom mitokondria
[image:39.595.139.488.214.467.2]Ictalurus punctatus disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Susunan gen dari organisasi genom mitokondria Ictalurus punctatus (kode akses NC003489)
Berdasarkan GenBank (2009), data genom dari DNA mitokondria Kryptopterus dan Ompok belum tersedia. Data genom DNA mitokondria lengkap (complete genome) ikan Ictalurus punctatus, Pseudobagrus tokiensis dan Pangasianodon gigas yang termasuk satu ordo dengan Kryptopterus dan Ompok telah dilaporkan. Walaupun demikian, data gen sitokrom b yang merupakan bagian
genom DNA mitokondria pada Kryptopterus minor sudah dilaporkan secara utuh (Wilcoxet al. 2004).
Gen sitokrom b terletak diantara tRNAGlu dantRNAThr berukuran 1141 bp atau 380 asam amino. Di antara gen penyandi protein pada DNA mitokondria, gen
hubungan filogenetik (Peng et al. 2004). Beberapa variasi dapat dikaji dengan menggunakan gen sitokrom b yaitu posisi kodon, tipe substitusi basa (transisi dan
transversi), dan domain fungsional protein (McClellan dan McCracken 2001).
Gen sitokrom b pada ikan-ikan famili Sisoridae yang juga termasuk ordo
Siluriformes, mempunyai variasi komposisi nukleotida pada setiap posisi kodonnya.
Komposisi nukleotida pada posisi kodon ketiga gen sitokrom b memperlihatkan
keragaman atau heterogenitas yang tinggi dibandingkan dengan posisi kodon
pertama dan kedua (Peng et al. 2004). Keragaman yang terjadi seringkali disebabkan oleh adanya substitusi nukleotida yang terdiri dari substitusi transisi dan
transversi. Substitusi transisi yaitu perubahan antara basa purin (A dengan G) atau
antara basa pirimidin (C dengan T), sedangkan transversi yaitu perubahan dari basa
purin menjadi basa pirimidin atau sebaliknya. Pada gen penyandi protein, substitusi
nukleotida dapat menghasilkan ”kodon sinonimous” yang disebut juga substitusi
silent atau substitusi yang tidak merubah asam amino dan sebaliknya substitusi nukleotida dapat menghasilkan ”kodon non sinonimous” atau substitusi yang
merubah asam amino (Nei dan Kumar 2000).
Reproduksi
Kajian reproduksi ikan membutuhkan pengetahuan mengenai
perkembangan gonad pada individu ikan. Metode yang biasa digunakan adalah
berdasarkan tampilan morfologi gonad secara visual. Metode ini memang lebih
cepat tetapi terbukti kurang akurat. Metode histologi dapat digunakan untuk
mendapatkan analisis yang lebih rinci mengenai pola perkembangan oosit dan
spermatosit yang akan menyokong definisi perkembangan gonad (Gomes dan
Araujo 2004).
Siklus perkembangan gonad dapat ditentukan dari perubahan berat gonad
yang dinyatakan dengan indeks kematangan gonad. Siklus perkembangan gonad
secara temporal dapat ditentukan dari distribusi tingkat kematangan gonadnya
(Gomes dan Araujo 2004). Variasi nilai indeks kematangan gonad dapat digunakan
ikan Silurus glanis mengalami peningkatan dan mencapai maksimum pada saat ikan akan melakukan pemijahan (Alpet al. 2004).
Berdasarkan dinamika pengorganisasian ovari, Wallace dan Selman (1981)
mengemukakan tiga tipe berikut :
1) Sinkronous yaitu seluruh oosit berkembang dan diovulasikan pada waktu yang
sama. Ovari seperti ini dapat ditemukan pada ikan Teleostei yang
pemijahannya hanya sekali dan kemudian mati.
2) Sinkronous berkelompok. Sekurang-kurangnya ada dua populasi oosit yaitu
populasi sinkronous yang oositnya lebih besar dan populasi oosit yang lebih
kecil, dari populasi oosit heterogen yang didapatkan. Oosit yang besar
dipijahkan selama musim pemijahan, sementara oosit yang kecil dipijahkan pada
musim biak selanjutnya.
3) Asinkronous. Pada tipe ini, tidak ada populasi oosit yang dominan pada seluruh
tahap perkembangan oosit. Pada saat hidrasi terjadi pemisahan diameter stok
oosit.
Lowe-McConnell (1987) mengemukakan empat pola pemijahan berikut :
1) Tipebig bang spawner, yaitu ikan yang memijah hanya sekali seumur hidupnya dan kemudian mati. Contohnya padaAnguilladan Salmon
2) Tipe total spawner, yaitu ikan yang memijahkan telurnya sekaligus pada satu kali musim pemijahan. Contohnya pada kebanyakan Characoidae, Cyprinidae
dan beberapa Siluridae.
3) Tipe partial spawner, yaitu ikan yang memijahkan telur tidak sekaligus dalam satu musim pemijahan. Contohnya pada beberapa Cyprinidae, Characoidae,
Siluridae dan Anabantoidae.
4) Tipe small brood spawner, ikan yang mempunyai fekunditas kecil dan telur dipijahkan sekaligus pada satu musim pemijahan. Contohnya pada kebanyakan
Cichlidae dan beberapa Poecilidae.
Fekunditas adalah jumlah telur yang matang dalam ovari ikan sebelum
dipijahkan (Yalcin et al. 2001). Hunter et al. (1992) menyatakan bahwa jumlah telur yang terdapat di dalam ovari yang akan dikeluarkan pada waktu memijah
atau bobot ikan. Alp et al. (2004) melakukan penelitian terhadap ikan Silurus glanis dan mendapatkan bentuk hubungan linear antara fekunditas dengan berat dan panjang tubuhnya. Yalcin et al. (2001) mengemukakan bahwa hubungan antara fekunditas dan panjang tubuh ikan Clarias gariepinus berkorelasi lebih lemah dibandingkan hubungan antara fekunditas dengan berat tubuh.
Untuk keberhasilan proses reproduksi, ikan mempunyai strategi reproduksi
sebagai adaptasi terhadap kondisi perairan yang berfluktuasi. Strategi reproduksi
tersebut meliputi mekanisme pemijahan, tempat dan waktu pemijahan yang tepat.
Umumnya strategi reproduksi ditujukan untuk terjaminnya keamanan area tempat
meletakkan telur, mencari waktu yang tepat untuk ketersediaan makanan yang
maksimum untuk anak-anak ikan-ikan nantinya dan menghindari pemangsaan oleh
predator terhadap anak-anak ikan (Welcomme 1979).
Ekosistem Sungai Rawa Banjiran
Ekosistem sungai rawa banjiran selalu mengalami perubahan karena turun
naiknya permukaan perairan oleh curah hujan. Selama musim hujan air terdistribusi
hingga ke seluruh dataran banjir (plain), tetapi selama musim kemarau hanya saluran sungai utama dan bagian perairan yang rendah yang tetap tergenang.
Kondisi ini memberikan karakteristik pada ekosistem sungai rawa banjiran. Ciri-ciri
ekosistem sungai rawa banjiran meliputi saluran sungai, danau banjiran, batas
penghalang, aliran sungai yang berkelok membentuk lengkungan cembung atau
scroll, rawa, tanggul alami dan rawa yang terbendung atau backswamp (Welcomme 1979). Ciri-ciri geomorfologi utama ekosistem tersebut disajikan pada
Gambar 5.
Pada ruas sungai utama dan anak sungai utama dapat ditemukan adanya
lubuk. Karakter hidrologis lubuk yang umumnya lebih dalam daripada bagian
sungai yang lain, menjadikan dedaunan yang gugur ke permukaan sungai akan
terkumpul di dasar lubuk. Apalagi bila cukup banyak batu-batuan di lubuk tersebut
maka akan menciptakan ruang bagi ikan untuk bersembunyi, sehingga lubuk ini
Gambar 5 Ciri-ciri geomorfologi utama sungai rawa banjiran tropis (Welcomme 1979)
Genangan akibat limpahan air banjir dari sungai utama atau anak sungai
utama di musim hujan yang telah mengalami proses geologis lebih lanjut akan
membentuk danau banjiran. Ikan-ikan pada ekosistem sungai rawa banjiran
memijah, juga mencari makan dan berlindung pada bagian danau banjiran. Ikan
memanfaatkan riparian danau banjiran berupa tegakan rumput terendam dan
tegakan hutan rawang, jika tinggi air meningkat dan melimpah dari tebing. Danau
banjiran pada umumnya dihubungkan dengan anak sungai utama oleh satu atau dua
buah alur penghubung. Tetapi ada juga tipe danau banjiran yang berhubungan
dengan ruas sungai utama. Alur penghubung danau banjiran dengan ruas sungai
utama seringkali lebih kecil dan mendapat air dari daerah aliran sungai yang
3 4
5
6
7 2
1
Keterangan :
posisinya lebih tinggi daripada danau. Danau tipe ini lebih cepat mengalami
pendangkalan karena hasil proses erosi yang terbawa aliran sungai utama. Kondisi
tersebut menyebabkan danau lebih cepat terputus hubungannya dengan ruas sungai
utama di musim kemarau dan paling lambat bersambung lagi dengan sungai utama
di musim hujan (Hartotoet al. 1998).
Ikan-ikan pada ekosistem sungai rawa banjiran dapat dibagi ke dalam dua
kelompok sebagai respon terhadap lingkungan hidupnya yang khas. Kelompok
pertama adalah ikan yang menghindari kondisi yang berat di dataran banjir
(floodplain) yang merupakan perairan air hitam, dengan bermigrasi jauh ke saluran sungai utama, diistilahkan dengan ikan air putih atau whitefish. Kelompok Cyprinidae, Characoidei, Mormyridae dan beberapa Siluridae melakukan tingkah
laku migrasi ini. Kelompok kedua adalah ikan air hitam atau blackfish yang lebih tahan terhadap kondisi perairan yang kurang oksigen dan ruang pergerakannya
lebih terbatas dibandingkan dengan ikan air putih. Ikan-ikan ini sering berada di
perairan air hitam selama musim kemarau. Jika berpindah ke sungai, ikan-ikan ini
tinggal di pinggiran sungai yang bervegetasi atau lubuk di dasar sungai pada musim
kemarau. Kelompok Channidae, Anabantidae, Osteoglossidae, Polypteridae dan
kebanyakan Siluridae termasuk kelompok ikan air hitam (Welcomme 1979).
Sebagian waktu hidup Siluridae dihabiskan di perairan air hitam. Danau banjiran
dan rawa gambut termasuk perairan air hitam, dicirikan oleh warna perairan coklat
tua sampai kehitaman yang disebabkan oleh adanya asam humat, pH relatif lebih
rendah, tetapi tidak keruh atau transparansinya tinggi (Hartotoet al. 1998).
Ikan-ikan pada ekosistem sungai rawa banjiran baik whitefish maupun blackfish biasanya memijah pada substrat di areal terbuka, tidak bersifat parental care atau tanpa penjagaan terhadap telur yang sudah dipijahkan. Telur dapat menempel pada substrat tanaman dan subtrat lainnya (fito-litofil), atau menempel
pada substrat tanaman yang terendam saja (fitofil). Sebagian besar ikan-ikan
siluridae bersifat fitofil. Pola pemijahan ikan ini bersifat total spawner yaitu telur-telur matang secara serentak dan dipijahkan dalam waktu yang pendek. Telur-telur-telur
biasanya berukuran kecil dan dipijahkan dalam jumlah yang banyak untuk
pada ekosistem sungai rawa banjiran biasanya dilakukan pada saat masuknya
musim hujan atau pada fase permulaan flood. Kondisi ini berhubungan dengan proses inundasi area pemijahan (Welcomme 1979).
Ekosistem sungai rawa banjiran mempunyai kekayaan maupun variabilitas
organisme makanan dan subtratnya. Sumber makanan di ekosistem ini berasal dari
dalam sistem akuatik (sumber makanan autohtonous), atau dari luar sistem akuatik
(sumber makanan allohtononous). Sumber autohtonous berupa fitoplankton,
zooplankton, bentos, perifiton (aufwuchs) dan ikan. Sedangkan sumber allohtonous berupa serangga, daun-daunan, akar, dan biji-bijian dari tumbuhan
yang tumbuh di sekitar perairan yang memberikan kontribusi terhadap perairan
(Welcomme 1979). Bahan masukan dari luar perairan masuk ke dalam perairan
terbawa oleh aliran air pada musim hujan atau oleh angin (Hartotoet al. 1993). Hartoto et al. (1999) mengemukakan bahwa ikan laisK. apogon termasuk ikan karnivora dengan makanan utamanya berupa juvenil ikan. Elvyra (2000) juga
mengemukakan bahwa ikan lais K. limpok termasuk ikan karnivora. Utomo et al. (1990) mengemukakan bahwa ikan lais K. micronema termasuk ikan karnivora. Selanjutnya Utomo et al. (1990) juga menjelaskan bahwa saat musim penghujan pada saluran pencernaan ikan lais lebih banyak jenis makanan berupa serangga
daripada ikan, sedangkan pada musim kemarau sebaliknya. Hal ini terjadi karena
ikan lais pada saat air besar akan menyebar sampai ke daerah lebak yang banyak
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan September 2006 sampai September 2008
dengan lokasi pengambilan sampel di S. Kampar Provinsi Riau. Penelitian secara
keseluruhan terdiri dari :
1) Penelitian keragaman genetik ikan lais berdasarkan gen sitokrom b DNA
mitokondria. Analisisnya dilakukan di laboratorium Biologi Molekuler, Pusat
Studi Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PSHB-LPPM), Institut Pertanian
Bogor.
2) Penelitian biologi reproduksi ikan lais. Analisisnya dilakukan di laboratorium
Ekologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Riau.
Prosedur Penelitian a. Lokasi dan Jumlah Sampel
Pengambilan sampel ikan lais dan parameter lingkungan dilakukan di S.
Kampar Propinsi Riau (Gambar 6 dan Lampiran 2). Sungai Kampar terdiri dari S.
Kampar Kanan dan S. Kampar Kiri yang memberikan aliran masuk ke Sungai
Kampar. Lokasi penelitian biologi reproduksi dibagi atas 3 stasiun yaitu;
Stasiun I : Sungai utama yaitu Langgam (koordinat 00º16’7,17” LU,
101º41’22,72” BT). Stasiun ini merupakan pertemuan S. Kampar Kiri dan S.
Kampar Kanan. Lebar S. Langgam ± 125 meter. Lokasi yang dipilih adalah yang
berhubungan dengan Danau Sarang Janggut (± lebar 30 meter). Aliran yang
menghubungkan sungai dengan Danau Sarang Janggut pada musim kemarau tidak
terputus, tetapi dangkal (± 1 meter).
Stasiun II : Anak sungai yaitu Segati (koordinat 00º14’30,10” LU, 101º41’12,26”
BT). Lebar A. S. Segati ± 70 meter. Lokasi yang dipilih adalah yang berhubungan
dengan Danau Sarang Penyangek (± lebar 20 meter). Pada musim kemarau, aliran
Stasiun III : Danau Kejuit (koordinat 00º15’56,26” LU, 101º42’33,59” BT).
Stasiun ini merupakan danau besar (lebar ± 100 meter). Aliran S. Kampar dengan
Danau Kejuit pada musim kemarau tidak terputus (kedalaman ± 3 meter). Sket
[image:47.595.117.528.184.478.2]stasiun penelitian disajikan pada Lampiran 3.
Gambar 6 Peta lokasi pengambilan sampel ikan lais dan data lingkungan di Sungai Kampar Riau (Sumber : Bakosurtanal 1984)
Ikan lais ditangkap dengan menggunakan jaring insang eksperimental
dengan ukuran mata jaring 0,75; 1; 1,25; 1,5; 1,75; 2 inci dan alat tangkap sempirai
(perangkap), pada setiap lokasi pengambilan sampel. Jaring insang dipasang di
perairan pada jam 18.00 WIB sore dan diangkat kembali pada jam 6.00 WIB pagi
hari berikutnya, sedangkan sempirai dipasang di perairan selama dua hari dua
malam. Pengidentifikasian ikan lais menggunakan kunci identifikasi berdasarkan
Kottelat et al. (1993); Ng (2001); Ng (2003); Ng dan Tan (2004) dan FishBase (2008). Untuk tahap penelitian keragaman genetik, sampel otot ikan lais diawetkan
dengan alkohol absolut, selanjutnya sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan isolasi dan purifikasi DNA totalnya. S. Langgam
I
A. S. Segati
II
III D. Kejuit S. Kampar Kanan
S. Kampar Kiri
U
Tabel 2 Daftar jenis, lokasi, jumlah dan bulan pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian
Tahap Jenis Lokasi Jumlah Keterangan
K. limpok 1. Buluh Cina (Kampar Kanan), 2. Mentulik
(Kampar Kiri), 3. Langgam (Kampar)
3 individu Pengambilan sampel : Januari 2007
K. schilbeides 1. Buluh Cina (Kampar Kanan), 2. Mentulik
(Kampar Kiri), 3. Langgam (Kampar)
3 individu Pengambilan sampel : Mei 2007
K apogon 1. Buluh Cina (Kampar Kanan), 2. Mentulik
(Kampar Kiri), 3. Langgam (Kampar)
3 individu Pengambilan sampel : Mei 2007
O. eugeneiatus 1. Buluh Cina (Kampar Kanan), 2. Mentulik
(Kampar Kiri), 3. Langgam (Kampar)
3 individu Pengambilan sampel : April 2007 Keragama
n genetik
O. hypophthalmus 1. Buluh Cina (Kampar Kanan), 2. Mentulik (Kampar Kiri), 3. Langgam (Kampar), 4. Segati (Kampar), 5. Kejuit (Kampar)
5 individu Pengambilan sampel : Januari 2007
Biologi reproduksi
O. hypophthalmus 3 stasiun di S. Kampar : 1. Langgam (sungai), 2. Segati (anak sungai), 3. Kejuit (danau)
Jumlah individu tertangkap/stasiu n /bulan, jika>100 diambil 30 individu/stasiun /bulan Pengambilan sampel : 1 x sebulan selama 13 bulan (Januari 2007-Januari 2008)
Ikan lais yang dipilih untuk penelitian biologi reproduksi hanya satu jenis
saja yaituO. hypophthalmus. Pemilihan ini berdasarkan jenis yang mempunyai tipe ukuran tubuh besar (berdaging tebal) dan jenis yang selalu bisa didapatkan setiap
bulannya di S. Kampar, dibandingkan jenis-jenis ikan lais lainnya. Pengambilan
sampel ikan lais untuk tahap penelitian biologi reproduksi dilakukan sekali setiap
bulan selama satu tahun. Sampel ikan lais diambil pada setiap lokasi penelitian.
dari kelompok ukuran kecil, sedang dan besar masing-masing 10 ekor. Apabila
yang tertangkap kurang dari 100 ekor, maka diambil semua dari jumlah yang
tertangkap. Pengukuran parameter lingkungan juga dilakukan sekali setiap bulan
selama satu tahun (dilakukan setelah pengambilan sampel ikan lais) di setiap lokasi
pengambilan sampel ikan lais. Aspek biologi reproduksi yang diteliti pada ikan lais
jantan dan betina meliputi perkembangan gonad, ukuran ikan matang gonad, musim
pemijahan, lokasi pemijahan, pola pemijahan, potensi reproduksi dan keterkaitan
kondisi lingkungan terhadap reproduksi ikan lais. Khusus untuk pemeriksaan
diameter telur dan fekunditas dilakukan terhadap ikan lais betina yang matang
gonad.
b. Penelitian Keragaman Genetik
Penelitian keragaman genetik ikan lais dilakukan berdasarkan runutan
nukleotida dan asam amino dari gen sitokrom b DNA mitokondria. Tujuan
penelitian adalah untuk mengkaji keragaman genetik ikan lais di S. Kampar
berdasarkan runutan nukleotida dan asam amino dari gen sitokrom b DNA
mitokondria yang meliputi penanda genetik dan hubungan kekerabatan. Analisis
keragaman genetik dilakukan terhadap O. hypophthalmus dari S. Kampar Kanan (Buluh Cina), S. Kampar Kiri (Mentulik), S. Kampar (Langgam, Segati, Kejuit).
Analisis keragaman genetik juga dilakukan terhadap ikan lais lainnya yaitu O. eugeneiatus,K. limpok,K. schilbeides danK. apogon yang berasal dari S. Kampar Kanan, S. Kampar Kiri dan S. Kampar (Tabel 2).
b.1 Isolasi DNA Total
Otot ikan lais diambil dalam bentuk potongan kecil dan dicacah halus.
Sampel otot tersebut dimasukkan ke dalam tabung polietilen, kemudian
ditambahkan dengan larutan digestion buffer sebanyak 500 l (komposisi larutan disajikan pada Lampiran 4), selanjutnya sampel dihancurkan sampai halus dengan
pengaduk gelas di dalam tabung polietilen. Setelah sampel cukup halus,
dengan kecepatan 6500 rpm selama beberapa detik, kemudian supernatannya
dipindahkan ke tabung polietilen baru (Duryadi 1993).
b.2 Purifikasi DNA Total
Sampel yang sudah diinkubasi ditambah fenol sebanyak 500 l, digoyang
sampai tercampur rata, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 13000 rpm
selama 3 menit. Supernatan dipindahkan ke tabung polietilen baru, kemudian
ditambahkan kloroform iso amil alkohol sebanyak 500 l, digoyang sampai
tercampur rata dan disentrifugasi dengan kecepatan 13000 rpm selama 3 menit.
Supernatan (cairan bagian atas) dipindahkan ke tabung polietilen baru dan
ditambahkan etanol absolut dingin sebanyak 2 kali volume sampel, digoyang
sebentar, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 13000 rpm selama 5 menit.
Selanjutnya etanol absolut dalam tabung polietilen tersebut dibuang, endapan
(pelet) yang tinggal dalam tabung polietilen ditambahkan dengan etanol 70%
sebanyak 500 l, digoyang sebentar dan disentrifugasi dengan kecepatan 13000
rpm selama 5 menit, kemudian DNA yang diperoleh dikeringkan di udara terbuka.
Setelah itu DNA ditambahkan dengan larutan TE (Tris HCl - EDTA) sebanyak 100 l (komposisi larutan disajikan pada Lampiran 4), digoyang sebentar, selanjutnya
diinkubasi pada inkubator dengan suhu 37ºC selama 15 menit. Sampel DNA
disimpan pada suhu 4ºC (Duryadi 1993).
b.3 Elektroforesis Hasil Purifikasi DNA Total
Hasil purifikasi dimigrasikan pada gel agarose 1,2% dalam larutan 1xTBE
(Tris base - Boric acid - EDTA, komposisi larutan disajikan pada Lampiran 4) dengan menggunakan piranti Submarine Electrophoresis (Hoefer, USA). DNA total divisualisasikan dengan bantuan UV transluminator ( = 300 nm),
menggunakan gel yang diwarnai dengan etidium bromida (0,5 g/ml).
b.4 Penyeleksian Primer
Primer didisain berdasarkan data runutan gen sitokrom b DNA utuh
Penyeleksian primer dilakukan dengan menggunakan program primer 3 output (http://frodo.wi.mit.edu/cgi-bin/primer3/primer3_www_results.cgi). Urutan dari
primer forward CBKR1 adalah 5’ cccgaaaaactcacccctta 3’, sedangkan urutan primer reverse CBKR2 adalah 5’ atagcccggttagagggttt 3’, yang menghasilkan produk gen sitokrom b sepanjang 1104 pb.
b.5 Amplifikasi Gen Sitokrom b DNA Mitokondria
DNA total hasil purifikasi digunakan sebagai DNA cetakan untuk proses
amplifikasi. Amplifikasi gen sitokrom b DNA mitokondria menggunakan mesin
GeneAmpRPCR system 2400 (Perkin Elmer). Strategi amplifikasi dan komposisi campuran larutan menggunakan metode Duryadi (1993). Kondisi PCR yang digunakan adalah pra PCR dengan suhu 94ºC selama 5 menit; PCR: denaturasi dengan suhu 94ºC selama 30 detik, penempelan dengan suhu 51ºC selama 45 detik,
pemanjangan dengan suhu 72ºC selama 60 detik (sebanyak 35 siklus); dan post PCR dengan suhu 72ºC selama 5 menit.
b.6 Elektroforesis Hasil AmplifikasiPCR
Hasil amplifikasi dimigrasikan pada gel agarose 1,2% dalam larutan 1xTBE
dengan menggunakan piranti Submarine Electrophoresis (Hoefer, USA). Hasil PCR ini divisualisasi dengan bantuan UV transluminator ( = 300 nm) menggunakan gel yang diwarnai dengan etidium bromida (0,5 g/ml).
b.7 Perunutan DNA
a) DNA produk PCR dipurifikasi dengan kit purifikasi, kemudian digunakan sebagai cetakan untuk perunutan.
b) Amplifikasi untuk perunutan dengan kondisi PCR yaitu pra PCR (denaturasi) dengan suhu 94ºC selama 5 menit; PCR: denaturasi dengan suhu 94ºC selama 30 detik, penempelan dengan suhu 51ºC selama 45 detik, pemanjangan dengan
c) Perunutan sampel DNA dengan kit perunutan DNA, menggunakan mesin
perunut DNA automatisBio Tracemodel 3100 (USA).
b.8 Analisis Data Keragaman Genetik
a) Sisi homolog dari runutan-runutan basa nukleotida maupun runutan asam amino
gen sitokrom b DNA mitokondria ikan lais yang diperoleh, kemudian
disejajarkan (multiple allignment) yang dibandingkan dengan runutan-runutan gen sitokrom b Kryptopterus dan Ompok dari data GenBank baik yang utuh maupun parsial (Lampiran 14). Runutan asam amino diterjemahkan mengikuti
kode genetik DNA mitokondria untuk vertebrata (Lampiran 15).
b) Analisis keragaman genetik yang meliputi penanda genetik dan hubungan
kekerabatan ikan lais berdasarkan runutan nukleotida dan asam amino,
dilakukan menggunakan program MEGA versi 4,0 (Tamura et al. 2007) dengan metodebootstrapped Neighbor Joining dengan 1000 kali pengulangan.
c. Penelitian Biologi Reproduksi
Penelitian aspek biologi reproduksi dilakukan terhadap ikan lais O. hypophthalmus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek biologi reproduksi ikan lais yang meliputi perkembangan gonad secara morfologis dan
histologis, ukuran ikan matang gonad, musim pemijahan, lokasi pemijahan, pola
pemijahan dan keterkaitan kondisi lingkungan terhadap reproduksi. Khusus untuk
pemeriksaan diameter telur dan fekunditas dilakukan terhadap ikan lais betina yang
matang gonad.
c.1 Perkembangan Gonad
Perkembangan gonad diteliti berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG)
secara morfologis dan histologis. Tingkat kematangan gonad secara morfologis
untuk ikan lais betina dan jantan dianalisis berdasarkan modifikasi Cassie (Effendie
1992). Tingkat kematangan gonad secara histologis untuk ikan lais betina dan
Indeks kematangan gonad (IKG) individu ikan lais dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Bg
IKG = x 100
Bt
Keterangan : IKG = Indeks kematangan gonad (%)
Bg = Berat gonad (g)
Bt = Berat tubuh (g)
c.3 Nisbah Kelamin
Nisbah kelamin atau perbandingan antara jumlah ikan lais betina dan jantan
pada setiap lokasi dan bulan pengambilan sampel, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
X = B : J
Keterangan : X = Nisbah kelamin
B = Jumlah ikan betina (ekor)
J = Jumlah ikan jantan (ekor)
c.4 Fekunditas
Masing-masing