SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI
TELEPON SELULER
Oleh :
TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Tri Wahyuni Apriyani. F14102016. Sistem Kendali Jarak Jauh Lingkungan Mikro Tanaman Dalam Rumah Kaca (Greenhouse) Berbasis Teknologi Telepon Seluler. Di bawah bimbingan Mohamad Solahudin dan Yudi Chadirin. 2006
RINGKASAN
Sistem DTMF (Dual tone multi Frequency) adalah sistem nada pada telepon yang menggunakan prinsip gabungan antara 2 nada dengan frekuensi berbeda dalam suatu sinyal. Gabungan 2 nada yang berbeda ini merepresetasikan satu buah digit dari nomor telepon yang terdapat pada keypad pesawat telepon.
Teknologi DTMF dapat menjadi suatu alternatif kontrol lingkungan mikro greenhouse jika sistem kontrol otomatik di dalam greenhouse tidak berfungsi atau mengalami kerusakan. Teknologi DTMF dapat memberikan fasilitas kendali jarak jauh tanpa harus berada dalam greenhouse untuk mengontrol parameter lingkungan mikro tanaman agar tanaman tetap tumbuh dengan baik.
Sistem kendali jarak jauh menggunakan teknologi DTMF. Sistem DTMF merupakan suatu tindak lanjut dari sistem peringatan dini berbasis SMS untuk mengontrol lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse tetap optimal. Alat yang digunakan untuk pengkondisi lingkungan adalah sprinkler untuk menurunkan suhu dan menaikkan kelembaban udara. Alat dihubungkan dengan channel DTMF agar dapat melakukan kendali jarak jauh memanfaatkan teknologi DTMF dengan menggunakan telepon seluler.
Sistem simulasi digunakan untuk menentukan waktu yang tepat peringatan dini sebelum kondisi kritis greenhouse tercapai. Parameter lingkungan mikro greenhouse yang diukur adalah kecepatan angin, arah angin, suhu udara, kelembaban, tekanan udara. Simulasi dilakukan pada parameter suhu untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini sebelum batas kritis atas suhu tercapai dan simulasi kelembaban udara dilakukan untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini sebelum batas kritis bawah kelembaban udara tercapai. Pengukuran parameter-parameter ini menggunakan weather station yang dihubungkan oleh translator ke komputer.
memperhitungkan lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar 2.06 menit dan kecepatan penurunan kelembaban udara yang berkisar antara 0.0720 – 0.1867 %/ menit yang diperoleh dari analisis kecepatan kelembaban udara selama penelitian dengan batas kritis kelembaban udara rendah 70 % pada siang hari.
SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI
TELEPON SELULER
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar : Sarjana Teknologi Pertanian
Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI
TELEPON SELULER
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat meendapatkan gelar : Sarjana Teknologi Pertanian
Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016
Dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 11 April 1984
Tanggal lulus : Agustus 2006
Menyetujui, Bogor, Agustus 2006
Ir. Mohamad Solahudin, M. Si Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah, pada tanggal 11 April 1984. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara putri pasangan Bapak Samiarto dan Ibu Sukinem. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1988-1990 di TK Bustanul Athfal di Banjarnegara. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1990-1996 di MI Muhamadiyah Mertasari di Banjarnegara. Pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikannya di MTs Negeri 1 Banjarnegara. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama kuliah penulis memiliki pengalaman organisasi, yaitu pernah menjadi staf Departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom) di HIMATETA (Himpunan Mahasiswa Teknik pertanian) IPB. Penulis memiliki pengalaman kerja menjadi Asisten Mata Kuliah Statika dan Dinamika, dan pengajar privat di lembaga bimbingan belajar Nurul Ilmi Bogor.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian penulis dalam rangka menyelesaikan studi dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada :
1. Ibu dan Bapak, yang telah merawat dan mendidik ananda dengan penuh cinta dan kasih sayang;
2. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si dan Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi;
3. Liyantono, S.TP sebagai dosen penguji yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis, 4. Mas Rahmat Yani, suami tercinta yang telah mendampingi, menemani
dengan kasih sayang, dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;
5. Keluarga di Yogyakarta, Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa, dukungan, dan bimbingan selama ini kepada penulis;
6. Kakak-kakak penulis (Mba Nur, dan Mba Mus) yang selalu memberikan doa dan dukungannya;
7. Teman-teman satu bimbingan (Egis, dan Gumilang) Veni, Anjar, Windi, Basuki, terimakasih atas bantuan yang diberikan selama penelitian;
8. Temen-temen di TEP 39, tetap kompak selalu ya…
ii 10. Keluarga kecil penulis di Wisma Afifah (Vera, Hevy, Muji, Mba Dessy,
Mba Elly, Nova, Arya dan Choir) atas segala cinta, canda, perhatian, toleransi dan pengertian, semoga ukhuwah kita slalu terjalin selamanya; 11. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dan memberikan dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2006
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR GAMBAR...v
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR LAMPIRAN...vii
I. PENDAHULUAN...1
A. LATAR BELAKANG...1
B. TUJUAN...2
II. TINJAUAN PUSTAKA...3
A. GREENHOUSE...3
B. PARAMETER LINGKUNGAN DALAM GREENHOUSE...4
C. TEKNOLOGI PENGENDALIAN DENGAN TELEPON SELULER....7
D. DUAL TONE MULTI FREQUENCY (DTMF)...8
E. REGRESI LINEAR...12
F. SIMULASI...14
III. METODE PENELITIAN...16
A. WAKTU DAN TEMPAT...16
B. ALAT DAN BAHAN...16
C. METODE PENELITIAN...16
1. Pembangunan Sistem...16
a. Sistem DTMF...17
b. Sistem Simulasi...19
2. Pengukuran Parameter Lingkungan Mikro Dalam Greenhouse...21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...23
A. HASIL UJICOBA SISTEM...24
iv
VI. KESIMPULAN DAN SARAN...36
A. KESIMPULAN...36
B. SARAN...37
SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI
TELEPON SELULER
Oleh :
TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Tri Wahyuni Apriyani. F14102016. Sistem Kendali Jarak Jauh Lingkungan Mikro Tanaman Dalam Rumah Kaca (Greenhouse) Berbasis Teknologi Telepon Seluler. Di bawah bimbingan Mohamad Solahudin dan Yudi Chadirin. 2006
RINGKASAN
Sistem DTMF (Dual tone multi Frequency) adalah sistem nada pada telepon yang menggunakan prinsip gabungan antara 2 nada dengan frekuensi berbeda dalam suatu sinyal. Gabungan 2 nada yang berbeda ini merepresetasikan satu buah digit dari nomor telepon yang terdapat pada keypad pesawat telepon.
Teknologi DTMF dapat menjadi suatu alternatif kontrol lingkungan mikro greenhouse jika sistem kontrol otomatik di dalam greenhouse tidak berfungsi atau mengalami kerusakan. Teknologi DTMF dapat memberikan fasilitas kendali jarak jauh tanpa harus berada dalam greenhouse untuk mengontrol parameter lingkungan mikro tanaman agar tanaman tetap tumbuh dengan baik.
Sistem kendali jarak jauh menggunakan teknologi DTMF. Sistem DTMF merupakan suatu tindak lanjut dari sistem peringatan dini berbasis SMS untuk mengontrol lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse tetap optimal. Alat yang digunakan untuk pengkondisi lingkungan adalah sprinkler untuk menurunkan suhu dan menaikkan kelembaban udara. Alat dihubungkan dengan channel DTMF agar dapat melakukan kendali jarak jauh memanfaatkan teknologi DTMF dengan menggunakan telepon seluler.
Sistem simulasi digunakan untuk menentukan waktu yang tepat peringatan dini sebelum kondisi kritis greenhouse tercapai. Parameter lingkungan mikro greenhouse yang diukur adalah kecepatan angin, arah angin, suhu udara, kelembaban, tekanan udara. Simulasi dilakukan pada parameter suhu untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini sebelum batas kritis atas suhu tercapai dan simulasi kelembaban udara dilakukan untuk menentukan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini sebelum batas kritis bawah kelembaban udara tercapai. Pengukuran parameter-parameter ini menggunakan weather station yang dihubungkan oleh translator ke komputer.
memperhitungkan lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar 2.06 menit dan kecepatan penurunan kelembaban udara yang berkisar antara 0.0720 – 0.1867 %/ menit yang diperoleh dari analisis kecepatan kelembaban udara selama penelitian dengan batas kritis kelembaban udara rendah 70 % pada siang hari.
SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI
TELEPON SELULER
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar : Sarjana Teknologi Pertanian
Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SISTEM KENDALI JARAK JAUH LINGKUNGAN MIKRO TANAMAN DALAM RUMAH KACA (GREENHOUSE) BERBASIS TEKNOLOGI
TELEPON SELULER
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat meendapatkan gelar : Sarjana Teknologi Pertanian
Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
TRI WAHYUNI APRIYANI F14102016
Dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 11 April 1984
Tanggal lulus : Agustus 2006
Menyetujui, Bogor, Agustus 2006
Ir. Mohamad Solahudin, M. Si Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah, pada tanggal 11 April 1984. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara putri pasangan Bapak Samiarto dan Ibu Sukinem. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1988-1990 di TK Bustanul Athfal di Banjarnegara. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1990-1996 di MI Muhamadiyah Mertasari di Banjarnegara. Pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikannya di MTs Negeri 1 Banjarnegara. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama kuliah penulis memiliki pengalaman organisasi, yaitu pernah menjadi staf Departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom) di HIMATETA (Himpunan Mahasiswa Teknik pertanian) IPB. Penulis memiliki pengalaman kerja menjadi Asisten Mata Kuliah Statika dan Dinamika, dan pengajar privat di lembaga bimbingan belajar Nurul Ilmi Bogor.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian penulis dalam rangka menyelesaikan studi dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada :
1. Ibu dan Bapak, yang telah merawat dan mendidik ananda dengan penuh cinta dan kasih sayang;
2. Ir. Mohamad Solahudin, M.Si dan Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi;
3. Liyantono, S.TP sebagai dosen penguji yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis, 4. Mas Rahmat Yani, suami tercinta yang telah mendampingi, menemani
dengan kasih sayang, dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;
5. Keluarga di Yogyakarta, Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa, dukungan, dan bimbingan selama ini kepada penulis;
6. Kakak-kakak penulis (Mba Nur, dan Mba Mus) yang selalu memberikan doa dan dukungannya;
7. Teman-teman satu bimbingan (Egis, dan Gumilang) Veni, Anjar, Windi, Basuki, terimakasih atas bantuan yang diberikan selama penelitian;
8. Temen-temen di TEP 39, tetap kompak selalu ya…
ii 10. Keluarga kecil penulis di Wisma Afifah (Vera, Hevy, Muji, Mba Dessy,
Mba Elly, Nova, Arya dan Choir) atas segala cinta, canda, perhatian, toleransi dan pengertian, semoga ukhuwah kita slalu terjalin selamanya; 11. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dan memberikan dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2006
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR GAMBAR...v
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR LAMPIRAN...vii
I. PENDAHULUAN...1
A. LATAR BELAKANG...1
B. TUJUAN...2
II. TINJAUAN PUSTAKA...3
A. GREENHOUSE...3
B. PARAMETER LINGKUNGAN DALAM GREENHOUSE...4
C. TEKNOLOGI PENGENDALIAN DENGAN TELEPON SELULER....7
D. DUAL TONE MULTI FREQUENCY (DTMF)...8
E. REGRESI LINEAR...12
F. SIMULASI...14
III. METODE PENELITIAN...16
A. WAKTU DAN TEMPAT...16
B. ALAT DAN BAHAN...16
C. METODE PENELITIAN...16
1. Pembangunan Sistem...16
a. Sistem DTMF...17
b. Sistem Simulasi...19
2. Pengukuran Parameter Lingkungan Mikro Dalam Greenhouse...21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...23
A. HASIL UJICOBA SISTEM...24
iv
VI. KESIMPULAN DAN SARAN...36
A. KESIMPULAN...36
B. SARAN...37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Kecepatan Perubahan Suhu...13
Gambar 2. Kurva Regresi 4 Data...13
Gambar 3. Sistem Monitoring, Peringatan Dini Berbasis SMS dan Kendali Jarak Jauh berbasis DTMF (Dual Tone Multi Frequency)...18
Gambar 4. Diagram Alir Model Simulasi...20
Gambar 5. Rangkaian Pengendali Beban Dengan Tone DTMF...22
Gambar 6. HP Siemens A50 dan DTMF...23
Gambar 7. Rangkaian DTMF...24
Gambar 8. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu...29
Gambar 9. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu Pada Simulasi Suhu...30
Gambar 10. Grafik Hubungan Kelembaban Udara Terhadap Waktu...32
vi DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Frekuensi kejadian pada DTMF...9 Tabel 2. Frekuensi sinyal DTMF pada keypad telepon...10 Tabel 3. Interpretasi Dari Nilai r...15 Tabel 4. Ujicoba kecepatan koneksi telepon seluler – DTMF berdasarkan
operator seluler di Laboratorium Leuwikopo tanggal 19 April 2006, pukul 9:00...24 Tabel 5. Data hasil kontrol suhu dan kelembaban Udara menggunakan
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Greenhouse merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk melindungi tanaman dari pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan, seperti :
hujan, angin, dan radiasi matahari yang terlalu panas, dan melindungi tanaman
dari serangan hama dan penyakit. Pada daerah beriklim tropis, terdapat
perbedaan suhu udara di dalam dan di luar greenhouse yang melebihi interval
yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu bangunan
greenhouse yang dilengkapi oleh sistem pengendalian lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Greenhouse modern pada umumnya dilengkapi dengan suatu kontrol otomatik yang dapat mengontrol kondisi lingkungan mikro greenhouse agar
selalu dalam keadaan normal untuk pertumbuhan tanaman. Namun jika
kontrol otomatik tersebut dalam keadaan yang tidak berfungsi atau mengalami
kerusakan maka dibutuhkan suatu alternatif kontrol lingkungan mikro
greenhouse untuk menjaga agar kondisinya dalam keadaan normal.
Teknologi DTMF dapat menjadi suatu alternatif kendali lingkungan
mikro greenhouse yang dapat memberikan solusi dan memberikan fasilitas kendali jarak jauh tanpa harus berada dalam greenhouse untuk mengontrolnya.
Sistem kendali jarak jauh lingkungan mikro greenhouse dengan
memanfaatkan teknologi DTMF di dalam telepon seluler cukup efektif
digunakan. Teknologi ini mudah dalam pengoperasiannya dan tidak dibatasi
oleh jarak karena user tidak perlu menuju lokasi greenhouse untuk melakukan
pengendalian lingkungan mikro greenhouse agar tetap optimum untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman di dalam greenhouse.
Parameter-parameter lingkungan yang digunakan dalam sistem kendali
ini adalah suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari,
dan tekanan udara. Sistem kendali melalui DTMF diharapkan dapat
dimanfaatkan dengan mudah oleh petani karena menggunakan telepon seluler
yang dinilai efisien dan teknologi DTMF telah tersedia dan dapat
pengusaha greenhouse untuk melakukan pengendalian jarak jauh untuk menjaga parameter-parameter lingkungan greenhouse tetap optimum.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan :
1. Merancang sistem kendali jarak jauh lingkungan mikro tanaman dalam
greenhouse menggunakan Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) untuk mengontrol parameter-parameter lingkungan mikro di dalam greenhouse.
2. Merancang model simulasi peringatan dini dengan pendekatan linear
3 II. TINJAUANPUSTAKA
A. GREENHOUSE
Greenhouse merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk melindungi tanaman dari pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan, seperti :
hujan, angin, dan radiasi matahari yang terlalu panas, dan melindungi tanaman
dari serangan hama dan penyakit. Unsur-unsur cuaca tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti intensitas hujan yang terlalu
tinggi akan merusak tanaman secara fisik, misalnya rontoknya bunga sehingga
tidak terjadi pembuahan, radiasi matahari yang terlampau kuat akan merusak
permukaan daun, daun mengalami kekeringan, menyebabkan evapotranspirasi
makin meningkat, sehingga harus diimbangi dengan penambahan air untuk
mengairi tanaman.
Secara fungsional greenhouse berguna untuk menciptakan lingkungan
tumbuh yang optimal. Adanya greenhouse terutama bagi aspek konstruksinya
secara otomatis akan berpengaruh bagi beberapa faktor lingkungan, seperti :
suhu udara, suhu media, suhu nutrisi, cahaya dan kelembaban udara.
Menurut Nelson (1981), istilah greenhouse digunakan untuk menyatakan
sebuah bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat
tembus cahaya, sehingga tanaman tetap memperoleh cahaya matahari dan
terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Kondisi lingkungan yang dimaksud oleh Nelson (1981) adalah curah
hujan yang deras, tiupan angin yang kencang, atau keadaan suhu yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Dengan menggunakan greenhouse, suhu,
kelembaban, cahaya dan keperluan yang lain dari tanaman dapat diatur,
B. PARAMETER LINGKUNGAN DALAM GREENHOUSE
Parameter-parameter lingkungan yang diukur dalam sistem kendali
menggunakan DTMF ini antara lain : suhu udara, kecepatan angin, arah angin,
kelembaban udara, radiasi matahari, dan tekanan udara.
1. Temperatur (suhu udara)
Suhu udara yang tinggi sangat berpengaruh terhadap laju
evapotranspirasi tanaman sehingga kebutuhan tanaman terhadap air
menjadi meningkat. Usia tanaman yang tinggi juga menyebabkan semakin
besar evapotranspirasi yang terjadi sehingga kebutuhan air juga
bertambah. Akibatnya pada siang hari yang panas diperlukan pemberian
air irigasi yang lebih rapat interval waktunya untuk mencegah zona
perakaran tanaman mengalami kekeringan dan pemanasan. Hal ini karena
kebanyakan tanaman hortikultura umumnya zona perakaran yang baik
berkisar antara 20-30o dan pertumbuhan akan berkurang jika berada diatas
kisaran ini. Pada suhu 45o C akan terjadi kematian akar secara permanen.
Fluktuasi suhu media sedikit di atas 30o C disebabkan tingginya suhu
udara dalam greenhouse.
Permasalahan suhu yang tinggi dapat diatasi dengan beberapa cara
yaitu dengan mengatur interval penjadwalan nutrisi yang dibuat lebih rapat
pada siang hari yang panas, menyalakan kipas pada langit-langit
greenhouse serta menyalakan exhaust fan pada greenhouse (Mastalerz, 1977).
2. Energi Radiasi Matahari
Sinar matahari adalah sumber energi utama untuk pertumbuhan.
Energi radiasi elektromagnetik dipancarkan matahari termasuk didalamnya
sinar gamma, energi radiasi sinar ultraviolet, cahaya tampak, energi radiasi
infrared, dan gelombang radio. Bagian-bagian spektrum cahaya tersebut mencapai permukaan bumi dan penting untuk tanaman adalah sinar UV,
5 dengan energi radiasi dari lampu elektronik. Lampu elektronik dapat
digunakan untuk mendukung atau mengganti energi radiasi matahari.
Mastalerz (1977) menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam
radiasi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu : panjang
gelombang (spectral quality), irradiance (kerapatan flux radiasi/ level energi), dan durasi (lama terkena radiasi energi). Proses fotosintesis hanya
terjadi pada saat cahaya tampak (panjang gelombang 0.39-0.7 mikron),
tanaman lebih efektif dalam menggunakan cahaya tampak warna merah
dan biru tetapi warna cahaya tampak yang lain juga diserap dan
dimanfaatkan. Penyerapan dari energi radiasi matahari menghasilkan suhu
tanaman yang lebih tinggi.
Energi matahari yang masuk ke dalam greenhouse secara radiasi
dipantulkan dari berbagai permukaan. Energi ini diserap oleh tanaman,
lantai dan lain-lain. Energi tersebut kemudian dirubah menjadi panas.
Kelebihan energi dihamburkan sebagai panas laten dalam transpirasi,
memanaskan udara dalam greenhouse, secara konduksi dan konveksi/
dipancarkan sebagai gelombang panjang. Energi yang dipancarkan
sebagai gelombang panjang terperangkap dalam greenhouse dan
memanaskan udara di dalamnya sehingga temperatur akan naik.
3. Karbon Dioksida (CO2)
Goldsberry and Holley dalam Maztalerz (1977) menyatakan bahwa
bahan baku yang esensial untuk proses fotosintesis adalah CO2. Di dalam
udara normal konsentrasi CO2 kurang lebih 300 ppm. Jika dibandingkan
dengan gas-gas lain, jumlah gas CO2 dalam udara luar adalah relatif lebih
rendah. Perubahan iklim menimbulkan konsentrasi CO2 yang bervariasi
antara 4-8% dari normal harian dan musiman. Turbulensi udara dan
kelanjutan dari terjadinya badai mempengaruhi jumlah konsentrasi CO2.
Peningkatan dari energi radiasi matahari dan tekanan udara menghasilkan
konsentrasi CO2 yang lebih tinggi. Tetapi jika terjadi peningkatan
4. Pergerakan Udara
Pergerakan udara yang dinamis serta pertukaran udara dalam
greenhouse yang relatif cepat dalam lingkungan luar juga mempunyai peranan yang penting guna menurunkan suhu di dalam greenhouse. Selain
itu, pergerakan udara yang dinamis juga berdampak positif bagi
keseragaman penyebaran konsentrasi CO2 pada udara dalam greenhouse
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis.
Pertukaran udara dengan lingkungan luar akan berlangsung secara cepat
bila kecepatan angin cukup tinggi (biasanya >1 m/s). Hal yang sebaliknya
pada kecepatan angin yang rendah (biasanya <1m/s). Kecilnya laju
pergerakan udara yang masuk menyebabkan pergerakan dan pertukaran
udara terjadi sangat lambat karena perbedaan suhu saja (Mastalerz, 1977).
5. Kelembaban Udara
Menurut Walker and Cotter dalam Mastalerz (1977) terdapat
hubungan yang penting antara kelembaban udara dan transpirasi dari
jaringan tanaman. Pada kelembaban udara 100%, udara jenuh dan tidak
dapat memegang air lagi. Jika volume udara spesifik di dalam greenhouse
dipanaskan tanpa perupahan jumlah air, maka kapasitas udara untuk
memegang air meningkat dan kelembaban udara menjadi berkurang.
Untuk setiap kenaikan 1 derajat Fahrenheit diperkirakan kelembaban udara
berkurang sebanyak 2%. Jika suhu udara tetap, maka cara untuk
menaikkan atau menurunkan kelembaban udara hanya dengan
menambahkan atau menghilangkan air (moisture). Ventilasi udara rendah
uap air dapat digunakan untuk mengurangi kelembaban udara, dan sistem
pengabutan tekanan tinggi adalah sangat efektif untuk menaikkan
kelembaban udara.
6. Media Tumbuh
Media tumbuh mempunyai beberapa fungsi penting dalam
7 dukungan untuk tanaman sebagai sumber dari persediaan air dan nutrisi
esensial tanaman, dan memungkinkan difusi oksigen bagi akar.
7. Air
Tanaman menggunakan air dalam jumlah yang lebih banyak dari
pada zat-zat lain yang dibutuhlkan untuk pertumbuhan. Jumlah air yang
dibutuhkan bervariasi tergantung dari spesies, umur tanaman, tipe jaringan
atau organ tanaman, dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi
penyerapan dan kehilangan air.
C. TEKNOLOGI PENGENDALIAN DENGAN TELEPON SELULER
Teknologi pengendalian dengan telepon seluler memberikan solusi yang
lebih murah dan canggih pada sistem pengendalian jarak jauh. Sistem akses
informasi jarak jauh dengan telepon seluler lebih banyak memanfaatkan
fitur-fitur yang disediakan oleh sebuah pesawat komunikasi yang dikenal dengan
handphone. Fitur-fitur tersebut antara lain adalah fasilitas sms (short message service), mms (multimedia message service), gprs (general packet radio system), akses internet dan lain-lain.
Fitur dasar dari sebuah telepon seluler adalah adanya teknologi DTMF
yaitu suatu touchtone dialing yang dapat dimanfaatkan sebagai sistem
pengendalian jarak jauh. Nada DTMF dapat dikirimkan kepada pesawat
telepon penerima setelah tersambungnya komunikasi antara pengirim dan
penerima. Nada DTMF yang telah terkirim tersebut kemudian dapat diubah
menjadi perintah-perintah pengendalian terhadap suatu peralatan listrik,
dengan cara mengubah nada yang terkirim menjadi suatu kombinasi bilangan
biner melalui suatu komponen DTMF dekoder (Mashoedah, 2005).
Ponsel atau telepon biasa yang ada pada rumah tangga ditambahkan suatu
rangkaian perangkat keras elektronik yang berfungsi sebagai dekoder DTMF.
ponsel pengendali dan mengubahnya sebagai tegangan pengendali pada 4
buah terminal keluaran pada rangkaian.
D. DUAL TONE MULTI FREQUENCY (DTMF)
1. Definisi
Sistem DTMF (Dual tone multi Frequency ) adalah sistem nada
pada telepon yang menggunakan prinsip gabungan antara 2 nada dengan
frekuensi berbeda dalam suatu sinyal. Gabungan 2 nada yang berbeda ini
merepresentasikan satu buah digit dari nomor telepon yang terdapat pada
keypad pesawat telepon. Nada-nada ini dikategorikan dalam kelompok baris dan kolom pada keypad tersebut, sesuai kelompok frekuensi yang
rendah dan tinggi. Satu digit angka merupakan kombinasi frekuensi tinggi
dan rendah. Dalam kenyatannya, kelompok frekuensi 1633 Hz tidak
pernah didapati pada pesawat telepon biasa, karena hanya digunakan untuk
keperluan tertentu dan khusus.
Penggunaan sinyal DTMF dalam saluran telepon harus memenuhi
syarat validasi yang ditetapkan. Sinyal DTMF dinyatakan valid dalam
saluran telepon apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
• Hanya ada satu nada perkelompok frekuensi.
• Perbedaan waktu mulai tiap nada tidak boleh lebih dari 5 ms. • Kedua nada minimal berbunyi selama 40 ms.
• Setiap nada harus berada 2 % dari frekuensi tengah. • Level antara nada tidak boleh lebih dari 6 dB.
Sinyal DTMF selain digunakan untuk mengadakan hubungan
telepon, dapat juga digunakan untuk transmisi data antara terminal telepon.
Ini dapat dilakukan karena sinyal DTMF dapat dikonversi menjadi data
digital maupun sebaliknya. Banyak IC yang telah diproduksi khusus
menangani masalah konversi ini. Konversi sinyal DTMF menjadi data
digital dilakukan melalui IC DTMF decoder atau DTMF receiver.
Konversi data digital menjadi sinyal DTMF dilakukan melalui IC DTMF
9 Frekuensi nada didefinisikan sebagai Precise Tone, adalah
frekuensi terpilih yang harmonis dan hasil intermodulasinya tidak akan
menyebabkan suatu sinyal yang salah. Tidak ada frekuensi yang
merupakan suatu kelipatan dari frekuensi yang lain, perbedaan/
pengurangan antara dua frekuensi tidak sama frekuensi yang manapun,
dan penjumlahan dua frekuensi tidak sama frekuensi yang manapun.
Frekuensi suatu kejadian terjadi dan frekuensi yang dihasilkan oleh keypad
telepon dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Frekuensi Kejadian pada DTMF
DTMF Event Frequencies
Event Low frequency High frequency
busy signal 480 Hz 620 Hz
dial tone 350 Hz 440 Hz
ringback (US) 440 Hz 480 Hz
Tabel 2. Frekuensi sinyal DTMF pada keypad telepon
Digit Low frequency (Hz)
High frequency (Hz)
1 697 1209
2 697 1336
3 697 1477
4 770 1209
5 770 1336
6 770 1477
7 852 1209
8 852 1336
9 852 1477
0 941 1336
* 941 1209
# 941 1477
(Sumber : Ed Smith, 2001)
2. Pembangkitan Sinyal DTMF
Ada beberapa cara untuk membangkitkan sinyal DTMF :
• Membangkitkan DTMF dengan IC pembangkit DTMF (DTMF
generator) seperti pada modem dan telepon.
• Membangkitkan DTMF dengan bantuan komputer melalui chip
11
• Memainkan simpanan sampel gelombang sinusoid pada kanal
instrumen yang berbeda untuk frekuensi yang berbeda pada
soundcard komputer.
• Memainkan simpanan data sampel semua kombinasi nada DTMF,
paling tidak pada kualitas sampling 8 KHz/8 bit. Simpanan ini
dapat berasal dari file komputer atau pun data yang disimpan pada
IC ROM.
• Membangkitkan sampel data melalui software.
3. Penerjemahan Sinyal DTMF
Mengenali dan menerjemahkan nada DTMF dengan presisi bukan
perkara mudah, dan untuk memudahkannya digunakan IC DTMF detector.
Mikroprosessor juga dapat digunakan tetapi tetap lebih rumit. IC DTMF
detector dibentuk dari 8 buah filter yang tidak sederhana dan rangkaian tambahan lainnya. Beberapa IC yang sering digunakan adalah MT8870,
CM88L70, dan MC145436.
IC DTMF memberikan output deteksi berupa kode-kode biner. IC
MT8870 mnggabungkan filter pemisahan kanal (bandsplit filter) dan
fungsi decoder digital. Teknik switched capacitor sebagai filter grup frekuensi tinggi dan frekuensi rendah. Bagian digital menggunakan
penghitungan digital untuk mendeteksi dan mengkodekan nada DTMF
menjadi kode biner 4 bit (Akhtarianto, 2006).
4. Aplikasi DTMF
Suatu telecontrol sirkuit dapat diaplikasikan untuk menghidupkan
atau mematikan peralatan melalui line telepon atau telepon seluler. Sistem
ini dapat digunakan untuk mengendalikan peralatan dari manapun
jaraknya. Sirkuit digunakan untuk mengatur kesembilan touchtone (sesuai
dengan digit 1 sampai 9 dari telepon keypad). Sinyal DTMF pada
instrumen telepon digunakan sebagai kendali sinyal. Telepon juga dapat
digunakan untuk menyalakan atau mematikan peralatan juga sewaktu
E. REGRESI LINEAR
Analisis regresi adalah bidang studi yang menyangkut masalah hubungan
fungsional antara variabel. Analisis regresi berguna untuk mendapatkan
hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih atau mendapatkan
pengaruh antara variabel prediktor (yang mempengaruhi atau variabel x)
terhadap variabel kriterium (yang dipengaruhi atau variabel y). Hubungan
fungsional antara satu variabel prediktor dengan satu variabel kriterium
disebut analisis regresi tunggal. Persamaan analisis regresi tunggal dinyatakan
sebagai berikut :
y = a + bx ...(1)
a = ...(2)
b = ...(3)
keterangan :
y = variabel kriterium
x = variabel prediktor
a = bilangan konstan
b = koefisien arah regresi linear
Persamaan (1), (2), dan (3) digunakan untuk mengetahui kecenderungan
seberapa cepat suhu dan kelembaban udara mengalami kenaikan/ penurunan
kemudian dicari kecepatan penurunan/ kenaikan suhu dan kelembaban udara.
Kecepatan penurunan suhu/ kenaikan kelembaban udara dapat dihitung
dengan persamaan kecepatan biasa, untuk suhu dalam satuan oC/ menit dan
kelembaban udara dalam satuan %/ menit. Kecepatan (v) diilustrasikan pada
13 Gambar 1. Grafik Kecepatan Perubahan Suhu
Purwadaria (2004) menyatakan kurva regresi harus minimal 4 data, jika
kurang dari 4 data maka dibuat histogram. Data ke-4 merupakan data
penentu jenis regresi.
Gambar 2. Kurva Regresi 4 Data (Sumber : Purwadaria, 2004)
Waktu (t) s
Sebenarnya tidak ada aturan yang tegas mengenai berapa besarnya anggota
sampel yang disyaratkan suatu penelitian. Demikian pula batasan bahwa
sampel itu besar atau kecil (Usman, 2003).
F. SIMULASI
Suatu model diperlukan untuk memahami keadaaan atau sistem yang
rumit. Model dalam arti luas merupakan penggambaran sebagian dari
kenyataan. Secara garis besar model dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
model fisik dan model abstrak. Model fisik dapat diartikan sebagai suatu
model yang digambarkan dengan suatu bentuk fisik tertentu seperti model
bangunan, alat dan sebagainya. Sedangkan model abstrak gambaran modelnya
berbentuk persamaan-persamaan matematik atau statistik. Oleh karena itu
sering disebut sebagai model statistik atau model matematik.
Simulasi didefinisikan sebagai teknik penyusunan model dari suatu
kenyataan. Simulasi merupakan suatu operasi yang terdiri dari dua fase, yaitu
pembuatan model dan percobaan. Keuntungan dari penggunaan simulasi
adalah fleksibilitasnya, yaitu sifatnya yang mudah disesuaikan dengan
keadaan, penggunaannya lebih cepat, relatif murah, aman dan resikonya lebih
kecil daripada menerapkan langsung ke dalam sistem nyata. Simulasi tidak
mempunyai batasan-batasan tertentu, dan dari simulasi akan didapatkan
informasi atau gambaran tentang kriteria penampilan sistem tersebut.
Perumusan permasalahan dan pembuatan model untuk suatu simulasi
harus dilaksanakan berdasarkan keadaan masalah yang dihadapi, dan biasanya
dilakukan penyederhanaan, sehinggan pemecahan dengan menggunakan
model matematik dapat dilakukan. Penyederhanaan model dapat berupa
meniadakan unsur-unsur yang kecil pengaruhnya terhadap keluaran model
tersebut. Di samping itu, seringkali dalam pembuatan model simulasi,
dimasukkan unsur ketidakpastian (peluang).
Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier
antara dua variabel atau lebih. Analisis korelasi mencoba mengukur kekuatan
hubungan antara antara dua variabel melalui sebuah bilangan yang disebut
15 menggunakan koefisien korelasi yaitu > 0.6 di mana 0.6 diartikan bahwa
variabel X, dan Y cukup mempunyai korelasi yang dalam hal ini adalah waktu
dan suhu. Interpretasi nilai r dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Interpretasi dari nilai r r Interpretasi
0 Tidak berkorelasi
0.01 – 0.20 Sangat rendah
0.21 – 0.40 Rendah
0.41 – 0.60 Agak rendah
0.61 – 0.80 Cukup
0.81 – 0.99 Tinggi
1 Sangat Tinggi
III. METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium SMMP dan laboratorium lapangan Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari – April 2006.
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi data dan informasi
yang diperoleh dari studi pustaka, dan pengukuran parameter lingkungan mikro
greenhouse serta data hasil ujicoba performansi alat.
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
• sebuah greenhouse
• pompa sprinkler
• PC Intel Pentium 4, 2.80 GHz, DDR 512 MB, Harddisk 40 GB • Alat Kendali DTMF (Dual tone Multiple Frequency)
• Telepon seluler Siemens A50 dan kabel data • Portable Weather Station tipe RM YOUNG • Translator
• Simcard berbagai operator seluler, pulsa isi ulang • Stopwatch
C. METODE PENELITIAN
1. Pembangunan Sistem
Pembangunan sistem kendali jarak jauh menggunakan teknologi
DTMF. Sistem DTMF merupakan suatu tindak lanjut dari sistem
17 waktu yang tepat dalam memberikan peringatan dini untuk diaplikasikan
pada sistem monitoring dan peringatan dini berbasis SMS.
a. Sistem DTMF
Sistem DTMF yang digunakan adalah sistem yang sebelumnya
telah dirancang oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Pada penelitian
ini teknologi DTMF diaplikasikan dalam bidang pertanian sebagai
sistem kendali jarak jauh lingkungan mikro greenhouse.
Sistem kendali jarak jauh berbasis telepon seluler ini
memanfaatkan fitur yang tersedia pada telepon seluler dengan
menggunakan teknologi DTMF. Dengan mengaplikasikan teknologi
pengendalian jarak jauh yang telah ada dengan piranti pengatur
lingkungan greenhouse dan sistem peringatan dini berbasis SMS,
maka akan diperoleh suatu integrasi sistem kendali jarak jauh berbasis
telepon seluler.
Aspek penelitian dalam rancang bangun sistem kendali jarak
jauh berbasis DTMF meliputi :
- Identifikasi parameter lingkungan yang dapat dikendalikan secara
jarak jauh dengan menggunakan modul DTMF
- Rancang bangun sistem kendali jarak jauh berbasis DTMF,
meliputi sensor, metode pengontrolan, aktuator (penggerak) yang
akan digunakan dalam pengendalian parameter lingkungan dalam
greenhouse.
- Uji coba sistem pada berbagai layanan operator telepon selular
Sistem kendali dengan teknologi DTMF (ditunjukkan dalam garis
putus merah pada Gambar 3) akan berjalan jika telah ada SMS
peringatan (alert) dari sistem monitoring yang menyatakan bahwa
kondisi lingkungan mikro di dalam greenhouse tidak optimal untuk
tanaman dan membutuhkan penormalan agar kondisi optimum dapat
dicapai kembali. Sistem Kendali dengan teknologi DTMF ini
merupakan respon dari operator terhadap peringatan dini yang
melakukan suatu aksi pengendalian jarak jauh parameter lingkungan
agar berada pada kisaran nilai yang diinginkan (set point). Sistem
monitoring, peringatan dini dan sistem kendali jarak jauh parameter
[image:41.612.90.530.204.667.2]lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse digambarkan pada
Gambar 3.
19
b. Sistem Simulasi
Sistem simulasi diperlukan untuk menggambarkan keadaan
sebenarnya dari dunia nyata. Tujuan dari dilakukannya simulasi adalah
untuk mendapatkan waktu yang tepat dalam melakukan peringatan dini
sebelum kondisi kritis tercapai. Karena di dalam sistem peringatan
dini terdapat lagtime yang menyebabkan keterlambatan dalam
penyampaian informasi kepada user. Metode yang dilakukan dalam
simulasi ini adalah dengan menggunakan metode statistik dalam
menentukan regresi linear dan korelasi antara waktu dan parameter
lingkungan mikro tanaman untuk melihat kecenderungan yang terjadi,
yang dinyatakan dalam kecepatan kenaikan/ penurunan suhu dan
kelembaban udara setiap selang waktu yang ditentukan. Dalam
penentuan waktu yang tepat untuk melakukan peringatan dini
diperlukan suatu simulasi berdasarkan hasil pengukuran yang telah
diperoleh. Data hasil pengukuran dianalisis untuk mendapatkan
perkiraan waktu yang tepat dalam melakukan peringatan dini. Dengan
melakukan simulasi ini diharapkan akan dapat menentukan waktu yang
tepat untuk melakukan peringatan dini sebelum kondisi kritis tercapai.
21 Analisis data dilakukan setiap selang waktu antara 30 menit
sampai satu jam berdasarkan fluktuasi suhu dan kelembaban udara
yang terjadi pada selang waktu tersebut. Kecenderungan data harian
yang diperoleh yaitu untuk suhu mengalami kecenderungan naik
sekitar pukul 8.00 – 14.00 dan kecenderungan suhu turun pukul 14.00
– 16.00. Sedangkan untuk kelembaban mengalami penurunan pada
pukul 8.00 – 14.00 dan kelembaban mengalami kenaikan pukul 14.00
– 15.00 selama penelitian. Sehingga diambil analisis setiap selang 30
menit sampai satu jam. Pencatatan data yang dilakukan setiap 2 menit
sekali menggunakan weather station sehingga dalam satu jam terdapat
30 data yang memenuhi syarat untuk membuat garis regresi.
2. Pengukuran Parameter Lingkungan Mikro Dalam Greenhouse
Parameter lingkungan dalam greenhouse yang akan diukur dan
dimonitoring antara lain suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara,
radiasi matahari, dan tekanan udara. Analisis data difokuskan pada
parameter lingkungan mikro yaitu suhu dan kelembaban udara karena
keterbatasan media yang digunakan. Sehingga channel pada DTMF yang
dimanfaatkan hanya 1 channel yang dihubungkan pada sprinkler. DTMF
yang digunakan mempunyai 4 channel yang dapat dimanfaatkan untuk
mengendalikan media kendali parameter lingkungan mikro sehingga kendali
lingkungan mikro greenhouse tidak sebatas untuk menurunkan suhu dan
meningkatkan kelembaban udara dengan menggunakan sprinkler tetapi dapat
diaplikasikan pada peralatan pengendali lingkungan mikro tanaman yang
lain untuk mengendalikan lingkungan mikro greenhouse jarak jauh.
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan menggunakan weather
station, dimana data pengukuran yang dicatat adalah data setiap 2 menit sekali dari pukul 8.00 – 16.00. Hal ini dilakukan untuk memantau
lingkungan mikro serta mengetahui kecenderungan perilaku parameter
23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini menggunakan DTMF yang terdiri dari 4 channel,
namun hanya digunakan 1 buah channel untuk mengendalikan parameter
lingkungan mikro di dalam greenhouse. Hal ini dikarenakan karena keterbatasan
peralatan pengendali parameter lingkungan mikro tanaman di dalam greenhouse.
Sprinkler digunakan untuk menurunkan suhu dan menaikkan kelembaban udara.
Dalam operasinya alat pengendali jarak jauh ini mudah untuk digunakan.
Pengguna hanya tinggal menghubungi/ menelpon nomor DTMF yang diberikan
oleh sistem peringatan dini kemudian setelah terhubung dengan DTMF pengguna
menekan tombol keypad telepon yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu,
teknologi DTMF relatif murah dan terjangkau harganya sehingga dapat diterapkan
[image:46.612.158.488.346.595.2]sebagai sistem kendali alternatif jarak jauh.
Gambar 7 . Rangkaian DTMF A. HASIL UJICOBA SISTEM
Sebelum dilakukan ujicoba di dalam greenhouse, DTMF diujicobakan
pada berbagai macam operator seluler dengan tujuan untuk mengetahui
kecepatan koneksi masing-masing operator seluler sehingga dapat diketahui
layanan mana yang memberikan koneksi yang paling cepat untuk aplikasi
sistem pengendalian jarak jauh dengan DTMF. Hasill pengujian kecepatan
koneksi telepon seluler – DTMF dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Ujicoba kecepatan koneksi telepon seluler – DTMF berdasarkan operator seluler di Laboratorium Leuwikopo tanggal 19 April 2006, pukul 9: 00.
25 Data tersebut menunjukkan bahwa kecepatan koneksi telepon seluler – DTMF
yang paling cepat adalah sesama indosat, oleh karena itu dalam penelitian ini
mengggunakan layanan indosat sebagai server untuk telepon seluler pada
DTMF.
DTMF diujicobakan pada greenhouse untuk mengendalikan
parameter-parameter lingkungan mikro greenhouse agar kondisinya selalu pada kondisi
normal pertumbuhan tanaman. DTMF dihubungan pada pompa yang
digunakan untuk menyemprotkan air dari nozel ke dalam greenhouse.
Kemudian dilakukan simulasi peringatan dini dan pencatatan perubahan suhu
dan kelembaban udara.
Simulasi kontrol suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan
DTMF dilakukan dengan membuat nilai parameter lingkungan mikro
greenhouse sesuai kondisi lingkungannya agar kondisi kritis tercapai dan secara otomatis sistem melakukan peringatan dini kemudian menerapkan
sistem kendali jarak jauh dengan DTMF. Simulasi ini menyesuaikan pada
komoditas melon dengan kondisi suhu kritis rendah 26 oC dan suhu kritis
tinggi 30 oC. Kondisi kritis kelembaban adalah 70 % untuk kelembaban
udara rendah dan 80 % untuk kelembaban udara tinggi.
Untuk dapat menganalisis efektifitas penggunaan sprinkler dilakukan
pencatatan data beberapa kali ulangan. Pengujian sistem ini dilakukan setelah
datang sistem peringatan dini yang menandakan bahwa kondisi lingkungan
mikro greeenhouse tidak normal sehingga dilakukan pengendalian jarak jauh menggunakan DTMF. Data hasil ujicoba kontrol parameter lingkungan
Tabel 5. Data hasil kontrol suhu dan kelembaban udara menggunakan DTMF
No Parameter Awal Akhir
DTMF on (jam :menit:detik) DTMF off (jam :menit:detik) lama (jam:menit:detik) 1 Suhu (oC) 30.10 29.72 9:17:43 9:25:20 0:07:37 RH (%) 68.00 75.21
2 Suhu (oC) 30.10 29.72 10:17:43 10:21:49 0:04:06 RH (%) 69.98 75.85
3 Suhu (oC) 30.23 28.95 10:32:49 10:38:44 0:05:55 RH (%) 70.62 75.46
4 Suhu (oC) 30.10 29.72 11:05:05 11:12:55 0:07:50 RH (%) 73.55 75.59
5 Suhu (oC) 30.23 29.97 11:30:44 11:40:54 0:10:10 RH (%) 72.15 78.39
6 Suhu (oC) 30.86 30.61 12:00:24 12:06:40 0:06:16 RH (%) 68.07 72.91
7 Suhu (oC) 30.61 30.23 12:25:20 12:30:47 0:05:27 RH (%) 69.80 74.95
8 Suhu (oC) 30.35 30.35 12:32:12 12:38:40 0:06:28 RH (%) 68.83 76.87
9 Suhu (oC) 30.74 30.61 12:44:57 12:50:00 0:05:03 RH (%) 68.45 77.25
10 Suhu (oC) 30.61 30.35 13:02:55 13:06:47 0:03:52 RH (%) 66.03 74.06
Dari data pada Tabel 5 dapat dihitung penurunan suhu dan kenaikan
kelembaban udara (RH) yang terjadi yang dinyatakan dengan kecepatan
penurunan atau kenaikan per menitnya. Setelah data tersebut diolah
didapatkan hasil berupa kecepatan penurunan suhu dan kecepatan kenaikan
kelembaban udara per menitnya yang diperoleh dari rata rata selisih
masing-masing parameter dalam 10 kali ulangan dibagi dengan lama waktu yang
diperlukan untuk mencapai keadaan akhir setiap parameter. Kecepatan
penurunan suhu didapatkan menggunakan kontrol DTMF dengan sprinkler
sebesar 0.06356 oC/menit yang artinya setiap 1 menit dapat menurunkan suhu
sebesar 0.06356 oC. Kecepatan kenaikan kelembaban udara didapatkan
dengan cara yang sama yaitu sebesar 1.085043 % /menit.
B. SIMULASI SISTEM
Penentuan waktu yang tepat dilakukan peringatan dini menggunakan
27 kelembaban udara dianalisis untuk dicari persamaan regresi linear untuk
mengetahui kecenderungan suhu dan kelembaban udara selama selang waktu
tertentu yang telah ditentukan. Dengan analisis korelasi dicari seberapa besar
hubungan antara suhu/ kelembaban dengan waktu. Data suhu yang memenuhi
syarat adalah data yang mempunyai koefisien korelasi 0.6 < r. Kemudian
menentukan batas kritis peringatan dini untuk suhu dan kelembaban udara.
Nilai selang pengecekan, batas kritis parameter lingkungan mikro ditentukan
menyesuaikan dengan kondisi (bebas). Selanjutnya data diolah untuk
menentukan kecepatan perubahan suhu dan kelembaban udara agar dapat
ditentukan waktu yang tepat untuk dilakukan peringatan dini untuk menjaga
agar kondisi greenhouse selalu dalam kondisi normal.
Analisis data harian greenhouse diperlukan untuk memprediksi waktu
yang tepat dilakukan peringatan dini dan kontrol parameter lingkungan mikro
greenhouse agar kondisi greenhouse selalu memenuhi syarat pertumbuhan tanaman. Sebelum melakukan analisis data harian greenhouse diperlukan
monitoring terhadap parameter lingkungan mikro greenhouse selama periode
waktu tertentu untuk mengetahui bagaimana kecenderungan suhu umumnya di
dalam greenhouse. Dari hasil monitoring/pemantauan parameter lingkungan
mikro greenhouse harian, didapatkan data-data monitoring parameter
lingkungan pada tanggal 19, 22, 26 dan 27 April 2006 pada Lampiran 3,
Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6.
Analisis terhadap suhu dan kelembaban udara dilakukan pada setiap
selang 30 menit sampai satu jam pengamatan berdasarkan fluktuasi suhu dan
kelembaban udara data harian yang didapatkan. Di dalam penelitian terdapat
data yang tidak logis dikarenakan terdapat kesalahan pada waktu setting alat
sehingga data yang didapatkan tidak sesuai dengan suhu sebenarnya di dalam
greenhouse. Penyimpangan data tersebut dapat diketahui karena pada waktu pengambilan data harian parameter lingkungan mikro greenhouse selain
menggunakan weather station juga digunakan termometer dan barometer
untuk mencocokkan hasil yang terbaca pada weather station sama atau tidak
Analisis setiap selang waktu dilakukan untuk memperoleh kecepatan
kenaikan/penurunan suhu dan kelembaban udara sehingga dapat
diprediksikan berapa lama kondisi lingkungan mikro greenhouse akan
mencapai kondisi kritis. Sebelum kondisi kritis tercapai dilakukan sistem
peringatan dini untuk menghindari adanya lagtime/ketinggalan waktu terlalu
lama. Lagtime yang terlalu lama akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Dengan sistem ini selalu diupayakan kondisi lingkungan mikro greenhouse
selalu dalam kondisi normal yang disyaratkan tanaman.
Penghitungan kecepatan perubahan kelembaban udara dan suhu
didapatkan dari analisis data harian yang telah diperoleh selama penelitian
sistem monitoring parameter lingkungan mikro greenhouse menggunakan
weather station selama 4 hari. Setiap selang waktu antara 30 menit sampai satu jam diamati kecenderungan suhu, kemudian berdasarkan regresi diperoleh
nilai gradien kemiringan penurunan/ kenaikan suhu dan kelembaban udara.
Kecepatan dihitung berdasarkan metode regresi linier dimana korelasi antara
waktu dan suhu lebih dari 60 % atau r nilainya > 0.6 dan nilai r <= 0.6
diabaikan dalam penghitungan kecepatan. Regresi yang digunakan adalah
regresi linear untuk menunjukkan kecepatan kenaikan/ penurunan suhu dan
kelembaban udara. Setelah nilai kecepatan/ penurunan suhu dan kelembaban
udara diperoleh dalam setiap selang waktu tersebut dianalisis, kemudian
dihitung kecepatan rata-rata berdasarkan diagram alir metode simulasi untuk
dapat diprediksikan waktu yang tepat dilakukan sistem peringatan dini
sebelum kondisi kritis di dalam greenhouse tercapai.
Data yang memenuhi syarat untuk menghitung kecepatan penurunan/
kenaikan suhu dan kelembaban udara adalah data yang korelasinya r > 0.6.
Contoh data suhu pada selang pengamatan dengan nilai r yang memenuhi
syarat digambarkan pada grafik hubungan suhu terhadap waktu seperti
terlihat pada Gambar 8. Data pengukuran terbatas pada jam-jam tersebut
karena kesulitan dalam instalasi peralatan selama penelitian yang tidak
memungkinkan waktu yang lain, sehingga tidak bisa melakukan monitoring
parameter lingkungan mikro greenhouse selama 24 jam. Pengambilan data
29 melalui translator. Pada pengukuran yang dilakukan selama penelitian
kadang-kadang terjadi error data yang disebabkan oleh kekurang telitian
dalam setting alat, kabel penghubung terinjak dan lain-lain.
Gambar 8. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu
Dari contoh data Gambar 8 memiliki korelasi antara suhu dan waktu yang
[image:52.612.131.509.169.401.2]ditunjukkan oleh koefisien korelasinya r lebih besar dari 0.6. Dari gambar
grafik hubungan suhu terhadap waktu (Gambar 8), dengan menggunakan
model simulasi dapat ditentukan waktu yang tepat untuk dilakukan peringatan
dini dengan cara menentukan kecepatan kenaikan suhu yang ditunjukkan oleh
gradien persamaan regresi tersebut. Dari perhitungan model simulasi dapat
diketahui berapa menit lagi akan mencapai batas suhu kritis atas (Ba). Hasil
simulasi perhitungan kecepatan kenaikan suhu dalam selang waktu 30 menit
pada siang hari diperoleh kecepatan kenaikan suhu yang berkisar antara
0.0310 – 0.0531 oC/menit.
Gambar 9. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Waktu Pada Simulasi Suhu
Keterangan :
Ba = batas atas kritis suhu (30 oC)
T1 = waktu awal, 8 : 25
T2 = waktu akhir, 9 : 05
St = suhu akhir , 29.68 oC
So = suhu awal, 27.52 oC
t = selang waktu pengamatan, 40 menit
r = 0.8869 > 0.6
v = 0.0472 oC/menit
∆w = selang waktu akan terjadi kondisi kritis =
= 6.77 menit
PD = waktu peringatan dini sebelum kondisi kritis
Jika ∆w > 2.06 maka PD = ∆w – 2.06 Jika ∆w <= 2.06 maka aktivasi PD
Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa 6.77 menit lagi akan mencapai
suhu kritis, karena lagtime sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan v
31 DTMF sebesar 2.06 maka waktu sistem akan terjadi peringatan dini 4.72
menit dari waktu perhitungan terakhir atau sistem melakukan peringatan dini
pada pukul 9:05:00 + 00:4:43 = 9:09:43. Tabel hasil simulasi suhu dapat
dilihat pada Lampiran 1. Kecenderungan kenaikan suhu tersebut diperoleh
dari pengamatan suhu dari pukul 8.00 - 14.00. Sedangkan kecenderungan
penurunan suhu terjadi pada pengamatan jam 14.00 -16.00. Dengan
menghitung kecepatan penurunan suhu kita dapat menentukan waktu yang
tepat untuk melakukan peringatan dini dan melakukan kendali parameter
lingkungan mikro greenhouse sebelum kondisi kritis tercapai. Dari hasil
pengukuran selama penelitian didapatkan lagtime untuk sistem peringatan dini
yang paling rendah adalah menggunakan operator sesama indosat yaitu
dengan lagtime sebesar 2 menit dan lagtime untuk sistem kendali
menggunakan DTMF sebesar 3.81 detik, sehingga total lagtime adalah 2 menit
3.81 detik atau 2.06 menit.
Penghitungan kecepatan penurunan kelembaban udara sama seperti
penghitungan kecepatan kenaikan suhu. Contoh data kelembaban pada selang
pengamatan dan nilai r yang memenuhi syarat untuk dilakukan simulasi
penentuan waktu yang tepat untuk melakukan peringatan dini terlihat pada
Gambar 10 dan contoh perhitungan simulasi kelembaban udara dapat dilihat
pada Gambar 11. Dari hasil penelitian didapatkan kecenderungan
kelembaban udara mengalami penurunan yaitu pada selang waktu antara pukul
8.00-14.00. Sedangkan kecenderungan kelembaban udara mengalami
kenaikan yaitu pada selang waktu antara pukul 14.00-16.00. Hasil simulasi
penghitungan kecepatan penurunan kelembaban udara pada siang hari
didapatkan penurunan kecepatan kelembaban udara yang berkisar antara
0.0720 – 0.1867 %/menit. Tabel hasil simulasi kelembaban udara dapat dilihat
Gambar 10. Grafik Hubungan Kelembaban Udara Terhadap Waktu
Gambar 11. Grafik Hubungan Kelembaban Udara Terhadap Waktu Pada Simulasi Kelembaban Udara
Keterangan :
Bb = batas kritis bawah kelembaban udara (70%)
[image:55.612.131.507.357.581.2]33 T2 = waktu akhir, 9 : 55
R0 = Kelembaban udara akhir , 75.21 %
Rt = Kelembaban udara awal, 72.1 %
t = selang waktu pengamatan, 30 menit
r = 0.7924
v = 0.072 %/menit
∆w = selang waktu akan terjadi kondisi kritis =
= 29.17 menit
PD = waktu peringatan dini sebelum kondisi kritis
Jika ∆w > 2.06 maka PD = ∆w – 2.06 Jika ∆w <= 2.06 maka aktivasi PD
Dari hasil perhitungan simulasi kelembaban udara tersebut dapat ditentukan
kapan sebaiknya sistem melakukan peringatan dini untuk menghindari
terjadinya lagtime, 29.17 – 2.06 = 27.10 menit dari waktu perhitungan terakhir
akan terjadi peringatan dini atau pukul 9 :55: 00 + 00: 27: 06 = 10 :22 :06.
Pada penelitian ini kondisi kritis tercapai jika suhu telah mencapai batas
kritis yaitu 30 oC, dan batas kritis kelembaban udara 70 % namun peringatan
dini kepada user memerlukan waktu rata-rata 2.06 menit untuk dapat sampai
ke user. Sehingga kondisi greenhouse telah mencapai kondisi kritis dan baru
dilakukan kendali 2 menit setelah kondisi kritis karena adanya lagtime dalam
penyampaian informasi. Agar sistem ini tidak mengalami lagtime maka
sebaiknya sistem peringatan dini disampaikan kepada user sebelum 2.06 menit
sehingga sewaktu informasi peringatan dini yang diterima kondisi greenhouse
belum terjadi kondisi kritis dan user sedini mungkin disarankan untuk
melakukan pengendalian. Kecepatan kenaikan suhu di dalam greenhouse
pada siang hari telah diketahui, sehingga dapat ditentukan batas mulai
disampaikan peringatan dini yang berkisar antara 29.89 - 29.94oC. Contoh
perhitungannnya sebagai berikut : v
suhu (oC)
peringatan dini = 30 – (2.06 menit x 0.0310 oC/menit)
= 29.94oC
Jadi pada saat suhu greenhouse mencapai kisaran suhu tersebut maka
dilakukan peringatan dini karena diperkirakan suhu greenhouse akan
mencapai kondisi kritis dalam waktu 2.06 menit lagi.
Alat pengkondisi lingkungan mikro di dalam greenhouse terbatas pada
sprinkler. Oleh kareana itu, tidak bisa dilakukan pengendalikan jarak jauh
menggunakan DTMF untuk menaikkan suhu jika terjadi kondisi kritis yang
mencapai batas kritis bawah suhu. Simulasi penentuan batas bawah suhu
peringatan dini juga tidak dapat dilakukan karena tidak terdapat data
monitoring suhu yang mencapai batas kritis suhu dalam simulasi yaitu 26 oC.
Pada penelitian ini dapat pula diperkirakan kepada sistem peringatan dini
untuk melakukan aktivasi kendali lingkungan mikro greenhouse selama
beberapa satuan waktu karena telah diketahui kecepatan penormalan suhu
menggunakan sprinkler. Kecepatan penurunan suhu menggunakan sprinkler
didapatkan yaitu sebesar 0.06356 oC/menit, dari kecepatan penurunan suhu ini
kita dapat menyarankan berapa menit sebaiknya dilakukan aktivasi kendali
parameter lingkungan mikro greenhouse kepada pengguna greenhouse.
Aktivasi yang berulang-ulang dalam selang waktu yang pendek
menggunakan kendali DTMF dapat dihindari dengan menentukan lamanya
waktu aktivasi peralatan pengendali lingkungan mikro tanaman. Lama waktu
aktivasi ditentukan dengan mengambil nilai tengah antara batas atas kritis (Ba)
dan batas bawah kritis (Bb) yaitu pada saat suhu mencapai 28oC. Dipakai
nilai tengah Ba dan Bb karena ada dua peluang suhu mengalami kenaikan/
penurunan. Dengan kecepatan penurunan suhu sebesar 0.06356oC/ menit
maka lama waktu aktivasi ditentukan sebagai berikut :
Waktu aktivasi menggunakan sprinkler =
= 2 / 0.06356
= 31.47 menit.
Seperti halnya suhu, sistem peringatan dini mempunyai batasan kritis
yang lain yaitu kelembaban udara. Untuk menentukan waktu yang tepat v
Bb)/2) ((Ba
35 dilakukan pengendalian lingkungan mikro greenhouse yang dalam hal ini
adalah kelembaban udara dilakukan perhitungan yang sama seperti
menentukan suhu peringatan dini. Kecepatan penurunan kelembaban udara
dari pengamatan di lapangan pada siang hari berkisar antara 0.0720 – 0.1867
%/menit sehingga selang kelembaban udara yang tepat dilakukan peringatan
dini berkisar antara 70.15 – 70.38 %. Contoh perhitungannya sebagai
berikut :
Kelembaban udara (%)
peringatan dini = 70 + (2.06 menit x 0.0720% /menit)
= 70.15%
Jadi batas yang tepat dilakukan peringatan dini untuk menghindari kondisi
kritis terlalu lama karena adanya lagtime sistem maka sebaiknya dilakukan
peringatan dini pada saat kelembaban udara berkisar antara 70.15 – 70.38 %
karena diperkirakan kelembaban udara akan mengalami penurunan dengan
kecepatan penurunan yang berkisar antara 0.0720 – 0.1867 %/menit pada
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. a. Sistem kendali jarak jauh lingkungan mikro tanaman dalam greenhouse
berbasis telepon seluler menggunakan teknologi DTMF. Sistem DTMF
merupakan aplikasi teknologi DTMF dalam bidang pertanian untuk
mengendalikan lingkungan mikro greenhouse jarak jauh yang
merupakan tindak lanjut dari sistem monitoring dan peringatan dini
berbasis SMS. Sistem simulasi merupakan suatu metode untuk
menentukan kondisi yang tepat untuk melakukan peringatan dini kepada
user sebelum kondisi kritis di dalam greenhouse tercapai.
b. Hasil ujicoba DTMF dengan berbagai operator kartu simcard menunjukkan bahwa DTMF dapat diujicobakan dengan baik.
Kecepatan koneksi paling cepat adalah dengan sesama operator indosat
yaitu 3.81 detik, sehinnga penelitian ini menggunakan operator indosat
sebagai server telepon seluler pada DTMF.
c. Penurunan suhu menggunakan sprinkler yang dikendalikan jarak jauh
melalui DTMF menghasilkan rata-rata penurunan suhu 0.06356oC/
menit pada siang hari.
d. Kenaikan kelembaban udara menggunakan sprinkler yang dikendalikan
jarak jauh melalui DTMF menghasilkan rata-rata kenaikan kelembaban
udara 1.085043%/ menit pada siang hari.
2. a. Simulasi metode regresi linear digunakan untuk mengetahui kecepatan
perubahan suhu dan kelembaban. Kecepatan yang diperoleh dapat
digunakan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan
peringatan dini sebelum kondisi kritis tercapai karena keterlambatan
waktu/ lagtime sistem.
b. Simulasi pada penelitian ini menghasilkan batas suhu yang optimal
untuk melakukan peringatan dini adalah berkisar antara 29.89 – 29.94
o
C. Nilai tersebut diperoleh dengan memperhitungkan lagtime sistem
37 menit dan selang kecepatan kenaikan suhu yang berkisar antara 0.0310
– 0.0531 oC/ menit dari analisis kecepatan suhu selama penelitian
dengan batas kritis suhu tinggi 30 oC yang dilakukan pada siang hari.
c. Simulasi pada penelitian ini menghasilkan selang kelembaban udara
yang optimal untuk melakukan peringatan dini berkisar antara 70.15 –
70.38 %. Nilai tersebut diperoleh dengan memperhitungkan lagtime
sistem peringatan dini dan sistem kendali dengan DTMF yaitu sebesar
2.06 menit dan selang kecepatan kenaikan kelembaban udara yang
berkisar antara 0.0720 – 0.1867%/ menit dari analisis kecepatan
kelembaban udara selama penelitian dengan batas kritis kelembaban
udara rendah 70 % yang dilakukan pada siang hari.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan modifikasi modul DTMF agar dapat digunakan pada
semua telepon seluler tidak terbatas pada Siemens A50.
2. Perlu ditambahkan peralatan pengkondisi lingkungan yang lain sehingga
sistem kendali jarak jauh menggunakan DTMF tidak hanya terbatas untuk
menurunkan suhu dan menaikkan kelembaban udara.
3. Model simulasi dengan menggunakan metode regresi linear pada
penelitian ini perlu diterapkan pada sistem monitoring dan peringatan dini
berbasis SMS untuk menghindari adanya lagtime dalam penyampaian
informasi kepada user sehingga kondisi greenhouse selalu pada kondisi
yang normal untuk tanaman.
4. Penelitian lanjutan model simulasi menggunakan sistem fuzzy dapat
digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan
DAFTAR PUSTAKA
Akhtarianto, Uce. 2005. Pengontrol Perangkat Rumah Tangga Menggunakan Sinyal DTMF Dengan Media Jala-jala Listrik Rumah. Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Antariska, Aben. 2005. Pengalamatan Panggilan Masuk Dengan Menggunakan Dekoder DTMF Pada Pesawat Telepon PSTN. Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Davianto, Bambang P. Pengendali Jarak Jauh Berbasis DTMF-FM. http:// pustaka.fisika.ui.ac.id/pustake/go.php?id=pustakafisikaui-gdl-s1-2005-bambangdav-13. 17 Februari 2005
Ed Smith. 2001. DTMF. www.whatis.com/ DTMF- a Whatis-com definition.htm. 25 July 2001
GNU Free Documentation Licence. 2006. Dual-tone multi-frequency. www.en.wikipedia.org/wiki/Dual-tone multi-frequency.htm. 6 January 2006
Mashoedah, MT. 2005. Sistem Kendali Beban Rumah Memanfaatkan Tone DTMF pada Ponsel. Teknologi Tepat Guna dalam TVRI : Yogyakarta
Mastalerz, John W. 1977. The Greenhouse Environment. John Willey and Sons, Inc. United States of America
Nelson, Paul V. 1981. Greenhouse Operation and Management. Reston Publishing Company, Inc. Virginia
Patappa, Adi Marjani. 2001. Sistem Hidroponik dan Pengendalian Lingkungan
Dalam Greenhouse di Parung Hydroponic Farm. Skripsi (PL). IPB,
Bogor
Purwadaria, Hadi K. 2004. Penyajian Ilmiah. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Romdhonah, Yayu. 2002. Analisis Sudut Datang Radiasi Matahari dan Pengembangan Model Pindah Panas Pada Greenhouse. Skripsi. IPB, Bogor
Usman, Husaini. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara
39 Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Lampiran 1. Tabel Hasil Simulasi Suhu
Tabel 6. Hasil Simulasi Suhu Dengan Batas Kritis Suhu 30 oC
No t1 t2 ∆t (menit) T1 T2
v
(oC/menit) r Pk (oC)
∆W
(menit) Lagtime (menit) PD
Saran PD
Keterangan
1 8:25 8:55 30 27.42 28.95 0.0531 0.8904 30 19.77 2.06 9:13:43
2 8:55 9:25 30 28.95 29.78 0.0380 0.7584 30 5.79 2.06 9:28:44
3 9:45 10:15 30 29.02 29.94 0.0310 0.7747 30 1.96 2.06 √
4 10:46 11:16 30 29.59 29.72 0.0040 0.3244 30 - 2.06 X X