• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Dari Debitur Yang Meninggal Dunia Dengan Klaim Asuransi Jiwa ( Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Sibolga )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Dari Debitur Yang Meninggal Dunia Dengan Klaim Asuransi Jiwa ( Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Sibolga )"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

IMPLEMETASI PERJANJIAN KREDIT DENGAN KLAIM ASURANSI JIWA

A. Pengertian Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Sumut

Bank yang dimaksud disini adalah PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, disingkat dengan PT. Bank Sumut. Di dalam PT. Bank Sumut yang dimaksud perjanjian kredit adalah kesepakatan atau persetujuan antara bank dengan debitur yang dibuat secara tertulis yang mengatur hak dan kewajiban para pihak sebagai akibat adanya pinjam meminjam uang setelah seluruh syarat-syarat yang ditetapkan dalam persetujuan telah dipenuhi para pihak dan dipastikan seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah dipenuhi oleh debitur yang dituangkan dalam Persetujuan Membuka Kredit (PMK).

Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit berdasarkan ketentuan perkreditan yang berlaku pada Bank berdasarkan perjanjian Bank dengan nasabah yang bersangkutan, baik dalam bentuk perorangan atau badan usaha (berbadan hukum ataupun tidak berbadan hukum). Fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur adalah yang mempunyai usaha produktif dan atau mempunyai penghasilan tetap untuk tujuan membiayai keperluan yang bersifat investasi, modal kerja dan konsumtif.

(2)

Tujuan penggunaan kredit pada PT. Bank Sumut adalah untuk membiayai kegiatan yang meliputi :

1. Membangun atau membeli atau merenovasi tempat usaha. 2. Membeli peralatan atau perlengkapan tempat usaha. 3. Menambah modal kerja usaha.

4. Merenovasi rumah tempat tinggal.

5. Membeli tanah pertapakan untuk rumah tempat tinggal. 6. Pembelian lahan pertanian atau perkebunan.

7. Membeli kenderaan roda 4 (empat) baru dan bekas. Usia maksimal kendaraan bekas 3 tahun terakhir.

8. Membiayai pendidikan

Untuk tujuan penggunaan di atas dimungkinkan untuk take over dari bank lain sepanjang kolektibilitas lancar selama 1 (satu) tahun atau selama masa kredit.

Perjanjian kredit dilakukan dengan penandatanganan Perjanjian Membuka Kredit (PMK) yang dilaksanakan setelah pemohon menyetujui, melengkapi persyaratan dan menandatangani Surat Persetujuan Pemberian Kredit (SPPK). Perjanjian kredit menggunakan form Perjanjian Membuka Kredit (PMK) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 32

Perjanjian kredit ditandatangani pemohon beserta (suami/istri) bersama pihak bank, jika agunan kredit yang diberikan atas nama pihak lain (orangtua / mertua / saudara kandung dan pihak ketiga) maka penandatanganan Perjanjian

32

(3)

Membuka Kredit (PMK) harus dilakukan oleh pemilik barang agunan bersama (suami/istri). Penandatanganan Perjanjian Membuka Kredit (PMK) dapat dilakukan jika pemohon telah menyediakan biaya administrasi kredit, biaya asuransi (asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi kredit) dan biaya pengikatan kredit oleh notaris bank. 33

Perjanjian kredit bank merupakan perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang. Perjanjian uang ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima jaminan mengenai hubungan hukum antara keduanya. Bila dilihat dari sudut pandang perikatan, maka syarat dan ketentuan dalam perjanjian kredit termasuk ke dalam perjanjian sepihak. Dikatakan perjanjian sepihak karena tidak ada tawar menawar antara pelaku usaha dan konsumen. Maka perjanjian inilah yang biasanya disebut sebagai perjanjian standar atau perjanjian baku. Perjanjian baku biasanya berupa sebuah formulir yang berisi kesepakatan antara pelaku. Formulir tersebut adalah formulir persetujuan membuka kredit yaitu surat yang dikeluarkan oleh bank kepada calon debitur atau debiturnya sebagai pemberitahuan bahwa bank tersebut setuju secara prinsip untuk memberikan kredit kepada debitur atau calon debitur yang bersangkutan. 34

Didalam formulir persetujuan membuka kredit, pihak bank sudah mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak diantaranya bank selaku kredit memberikan kredit sesuai dengan jumlah berdasarkan ketentuan yang telah disepakati dengan

33

Hasil Wawancara Dengan Bapak Taufik Tanjung, Selaku Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Sibolga tanggal 22 Maret 2017

34

(4)

terlebih dahulu memperhatikan atau melakukan analisis kepada calon debitur. Pihak bank juga berhak untuk mengadakan sendiri perubahan-perubahan jumlah maksimum kredit, jangka waktu dan cara pelunasannya dan juga menarik kembali kredit tersebut pada setiap waktu tanpa persetujuan debitur sehingga segala uang yang telah diterima oleh debitur karena persetujuan ini, seketika itu harus dibayar kembali sekaligus dengan seluruh bunga dan biaya-biaya lainnya jika debitur lalai atau tidak memenuhi kewajibannya.35

Debitur berkewajiban untuk membayar bunga perbulan sesuai dengan peraturan yang telah berlaku atau yang akan berlaku dan harus dilunasi setiap bulan, membayar biaya administrasi dan biaya lainnya yang timbul dengan adanya persetujuan ini. Untuk menjamin pembayaran kembali hutang debitur kepada bank maka debitur menyerahkan agunan kepada bank berupa barang barang bergerak dengan menyerahkan secara gadai atau fidusia dan barang barang tidak bergerak.36

Bank setiap saat berhak untuk mengadakan pemeriksaan atas barang-barang yang diagunkan dengan atau tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada

Debitur memberi kuasa kepada bank untuk menjual, memindahkan dan menyerahkan barang-barang tersebut kepada siapa saja menurut syarat-syarat dan peraturan yang ditetapkan oleh bank sendiri dan melaksanakan penjualan dan memberikan tanda penerimanya dan dari uang hasil penjualan ini diperhitungkan atau dilunasi hutang debitur berdasarkan persetujuan membuka kredit ini. Jika ada kelebihan atau sisa uang tersebut bank berkewajiban menyerahkan kepada debitur.

35

Formulir Persetujuan Membuka Kredit PT. Bank Sumut 36

(5)

debitur dan bank mempunyai hak mutlak yang tidak dapat digugat untuk mengadakan penilaian kembali atas barang yang diagunkan debitur. Debiur diwajibkan untuk memelihara barang-barang agunan sebagaimana mestinya, apabila bank menganggap bahwa pemeliharaan yang dilakukan oleh debitur tidak diselenggarakan maka bank berhak mengambil alih kewajiban untuk memelihara barang agunan tersebut. Hutang debitur tidak dianggap lunas apabila pendapatan bersih dari penjualan barang atau hasil tagihan atas piutang debitur tidak mencukupi untuk membayar seluruh hutangnya, untuk itu segala harta kekayaan debitur yang telah ada maupun yang akan ada menjadi tanggungan bagi hutangnya pada bank. 37

Bank berhak mengasuransikan atas namanya sendiri segala harta yang telah diserahkan sebagai agunan kepada bank terhadap biaya kebakaran atau terhadap risiko lain apapun yang dianggap perlu oleh bank sampai jumlah yang besarnya ditetapkan oleh bank menurut syarat-syarat dan klausula-klausula serta untuk

Debitur atau pemberi agunan berhak untuk menerima kembali barang-barang yang telah diserahkan kepada bank sebagian atau seluruhnya apabila debitur melunasi sebagian atau seluruhnya dari hutang-hutangnya yang diatur menurut ketetapan bank dengan harga yang patut atau yang layak dari bank. Apabila bank berpendapat bahwa barang-barang yang telah diserahkan kepada bank tidak lagi mencukupi sebagai agunan kredit yang diberikan, debitur atas permintaan pertama dari bank wajib membayar kepada bank sejumlah uang atau menambah barang agunan.

37

(6)

jangka waktu yang dianggap perlu oleh bank kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh bank. Semua biaya premi asuransi sepenuhnya menjadi tanggung jawab debitur. Penyerahan dan pengikatan barang agunan dilakukan dengan salah satu bentuk, yaitu :

a. Kuasa Memasang Hipotik / Akte Hipotik b. Akte Pengakuan Hutang

c. Akte Surat Kuasa Menjual / Persetujuan Jual Beli

d. Akte Fidusia sekaligus dengan Akte Pengakuan Hutang atau Akte Kuasa Menjual / Persetujuan Jual Beli

e. Akte Cessie f. Akte Borgtocht

g. Hak Tanggungan (HT)

h. Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan (SKMHT)38

Selama kredit belum lunas maka bank berhak memeriksa atau menyuruh periksa pembukuan dan tata usaha debitur dan segala biaya-biaya untuk itu menjadi hak tanggungan debitur. Debitur tanpa persetujuan bank dilarang mengambil kredit dari pihak lain, merubah bentuk susunan organisasi atau reorganisasi perusahaan, mengalihkan usaha kepada pihak lain. Debitur dengan tegas menyatakan tunduk kepada peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan bank yang berlaku maupun yang ditetapkan oleh bank sekalipun tidak atau belum disebutkan dalam persetujuan membuka kredit ini. Debitur dengan tegas berjanji memberikan setiap keterangan yang diperlukan oleh bank dan tunduk kepada segala ketentuan yang telah ditetapkan atau yang akan ditetapkan kemudian oleh bank terutama kebijaksanaan pemberian kredit dan kewajiban debitur untuk menyampaikan laporan keuangan debitur kepada bank.

38

(7)

Surat persetujuan membuka kredit tersebut merupakan dasar daripada dilakukannya perjanjian kredit sehingga tanpa persetujuan dari debitur atau calon debitur maka perjanjian kredit tidak dapat dilakukan. Adanya kalimat permintaan persetujuan dalam surat persetujuan memberikan kredit tersebut menandakan bahwa perjanjian hutang piutang antara bank dengan debitur dilakukan atas dasar kesepakatan dan itikad baik dari kedua belah pihak. 39

1. Kredit SPK (Surat Perintah Kerja),

Jenis- jenis kredit terdiri dari beberapa macam namun disini ada beberapa jenis kredit yang ditawarkan oleh PT. Bank Sumut, antara lain:

Yaitu kredit modal kerja dengan metode rekening koran untuk membantu mendukung modal kerja pengusaha yang mendapatkan kontrak kerja pemborongan/pengadaan barang atau jasa dari instansi pemerintahan maupun perusahaan swasta sehingga dapat memperlancar penyelesaian proyek sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

2. Kredit Rekening Koran,

Yaitu kredit jangka pendek dengan metode rekening koran untuk membiayai kebutuhan modal kerja usaha.

3. Kredit Angsuran Lainnya (KAL),

Yaitu kredit angsuran bagi perorangan, badan usaha dan profesional yang mempunyai usaha produktif dan atau mempunyai penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan modal usaha, investasi dan konsumtif. Kredit ini diberikan untuk membantu masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan hidup. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pembayaran pokok ditambah bunga setiap bulan.

4. Kredit Multi Guna,

Yaitu kredit angsuran yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan yang memiliki penghasilan tetap untuk berbagai keperluan seperti biaya sekolah anak, biaya perbaikan rumah, biaya pengobatan, membeli barang-barang kebutuhan maupun untuk modal membuka usaha sampingan. Fasilitas kredit multi guna diberikan kepada pegawai dan calon pegawai Dinas/Instansi/Lembaga Pemerintah, BUMN, BUMD, dan Swasta Nasional baik yang pembayaran gajinya melalui maupun tidak melalui Bank Sumut. 5. Kredit Pemilikan Rumah (KPR),

Yaitukredit solusi kepemilikan rumah pribadi untuk keperluan pembelian rumah tinggal/apartemen,ruko/rukan yang dijual melalui developer. Fasilitas

39

(8)

kredit yang diberikan dapat digunakan untuk berbagai tujuan baik untuk tempat tinggal, atau investasi dalam kondisi baru ataupun bekas.

6. Kredit Pensiun,

Yaitu fasilitas kredit yang diberikan kepada para pensiun untuk mendapatkan tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti merenovasi rumah, biaya perobatan, biaya pernikahan anak, atau untuk modal usaha sehingga dapat menjalani masa pensiun dengan tetap berkarya. Fasilitas kredit ini lunas apabila debitur meninggal dunia karena debitur mendapatkan perlindungan asuransi jiwa.

7. Kredit Mikro Sumut Sejahtera II,

Yaitu fasilitas kredit sebagai penambahan modal usaha untuk mengembangkan usaha atau investasi. Jika kredit untuk modal kerja, jangka waktu yang diberikan 6 bulan sampai 36 bulan dan kredit untuk investasi, jangka waktu yang diberikan 12 bulan sampai 36 bulan dengan catatan selama masa tenggang tersebut debitur wajib membayar bunga kredit.

8. Kredit Sumut Sejahtera / Kredit Permaisuri,

Yaitu kredit yang diberikan melalui kelompok keuangan yang dibentuk oleh Account Officer (AO) Bank Sumut dalam suatu Kelompok Keuangan Mikro (KKM) yang beranggota 20-30 orang dengan melakukan edukasi perbankan berupa pembinaan, pelatihan, dan konsultasi pada pertemuan wajib mingguan. Seluruh anggota dari kelompok ini adalah perempuan dan kredit diberikan secara bertahap. Kredit ini dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha dan kebutuhan investasi usaha.

9. Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP),

Yaitu kredit yang ditujukan untuk membiayai pengembangan perkebunan dalam rangka program revitalisasi perkebunan dalam bentuk kredit investasi, meliputi perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman kelapa sawit, karet dan kakao.

10. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E),

Yaitu kredit investasi atau kredit modal kerja yang diberikan masyarakat yang berprofesi sebagai petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan dan kelompok (tani,usaha bersama,pembudidaya ikan) setempat yang memenuhi kriteria sebagai peserta program ketahanan pangan dan energi nasional.

11. Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS),

Yaitu kredit yang ditujukan bagi kegiatan usaha pembibitan sapi untuk produksi sapi potong atau bibit sapi perah.

Syarat penerima : a. Koperasi

b. Kelompok gabungan / kelompok peternak 12. Kredit Kebun Sawit,

(9)

adalah untuk membeli lahan kebun sawit, penanaman tanaman baru, peremajaan kebun sawit, perawatan dan pemeliharaan kebun sawit. 40

B. Persyaratan Pemberian Kredit antara Debitur dengan PT. Bank Sumut

Kredit merupakan aktivitas bank yang mengandung resiko (degree of risk). Untuk memperkecil resiko yang terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat yang dikenal dengan 5 C, yaitu:

1. Character ( watak )

Bahwa calon debitur memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis.

2. Capacity ( kemampuan )

Maksudnya adalah kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan.

3. Capital ( modal )

Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh penguasa tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif.

4. Collateral ( jaminan )

Merupakan jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengamanan atas risiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur dikemudian hari. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun bunganya.

5. Condition of economy ( kondisi ekonomi )

Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha permohonan kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut. 41

Dari kelima syarat diatas Bank Sumut Cabang Sibolga secara umum lebih mengutamakan persyaratan pada character (watak) dan capacity (kemampuan)

41

(10)

dalam pemberian kredit. Karena menurut pengalaman dari Bank Sumut Cabang Sibolga, nasabah atau debitur dapat diketahui karakternya pada saat wawancara permohonan kredit dan dapat diketahui kemampuannya dengan langsung on the spot memantau kerumah atau tempat usaha debitur. Bank Sumut Cabang Sibolga

memegang prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kreditnya kepada debitur agar terhindar dari kredit macet. 42

Selain pertimbangan penilaian character dan capacity, Bank Sumut Cabang Sibolga juga mensyaratkan pertimbangan collateral ( agunan).Untuk jenis kredit umum ( kredit modal kerja dan kredit investasi) Bank Sumut Cabang Sibolga mensyaratkan nilai agunan dengan rasio 125 %.43

1. Surat Hak Milik (SHM), Surat Hak Guna Bangunan (SHGB), Hak Guna Usaha (HGU ) yaitu untuk kredit diatas Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

Berikut sebagai contohnya adalah seorang pemohon meminjam Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) maka nilai minimal agunan adalah 125 % × Rp. 100.000.000 = Rp. 125.000.000 (seratus dua puluh lima juta rupiah).

Yang dapat dijadikan agunan kredit di PT. Bank Sumut pada umumnya berupa tanah dan/atau bangunan, kenderaan (mobil,truk) juga dapat dijadikan sebagai agunan dengan syarat umur kenderaan tersebut tidak lebih dari 5 tahun. Surat Agunan (tanah dan/atau bangunan) yang dapat dijadikan sebagai agunan kredit adalah sebagai berikut :

42

Hasil Wawancara Dengan Bapak Taufik Tanjung, Selaku Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Sibolga tanggal 22 Maret 2017

43

(11)

2. Surat tanah non sertifikat (surat camat, surat pelepasan hak), dapat dipergunakan sebagai agunan kredit sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). 44

Untuk jenis kredit PNS/CPNS agunan kredit hanya dengan menyerahkan SK Pengangkatan Sebagai Pegawai dan KARPEG (Kartu Pegawai) dan untuk jenis kredit pensiun agunannya adalah Surat Keterangan Pensiun. Untuk jenis kredit investasi (pembelian rumah,tanah,kenderaan dan peralatan) Bank Sumut mensyaratkan bahwa surat kepemilikan dari investasi tersebut disimpan di bank sampai kredit lunas. 45

1. Syarat-syarat penandatanganan perjanjian kredit

Didalam Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPPK) terdapat persyaratan yang harus dipenuhi antara debitur kepada pihak bank dalam pemberian kredit, yaitu :

a. Mengembalikan Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPPK) yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang diatas materai Rp. 6.000,-.

b. Telah membuka rekening di PT. Bank Sumut. 2. Syarat-syarat pencairan kredit :

a. Telah menandatangani PMK dan pengikatan agunan secara notariil.

b. Telah menandatangani surat persetujuan pencairan atau surat lain semacam itu.

44

Hasil Wawancara Dengan Bapak Taufik Tanjung, Selaku Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Sibolga tanggal 22 Maret 2017

45

(12)

c. Hasil informasi SID Bank Indonesia terbaru harus positif, jika negatif maka perjanjian akan ditinjau kembali.

3. Syarat-syarat selama jangka waktu kredit :

a. Dana kredit dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

b. Selama fasilitas kredit belum lunas, debitur bekewajiban untuk memelihara dan mempertahankan seluruh legalitas perusahaan termasuk namun tidak terbatas pada ijin-ijin perusahaan, merawat dan memelihara jaminan yang diberikan dengan sebaiknya, selalu terbuka dan kooperatif dengan petugas Bank Sumut, memberi ijin dan kemudahan bagi petugas Bank Sumut untuk melakukan peninjauan jaminan ataupun melakukan pemeriksaan segala hal yang berkaitan dengan kredit.

c. Bank diperkenankan sewaktu-waktu untuk melakukan hal sebagai berikut, yaitu menguaskan konsultan, akuntan publik atau pihak-pihak lain untuk melakukan hal yang dianggap perlu oleh bank seperti melakukan penilaian jaminan, pengawasan dan membuat laporan penggunaan dana kredit serta melakukan general audit dan special audit atas neraca dan rugi laba perusahaan/usaha.

(13)

debitur dan membatalkan persetujuan kredit, pembatalan pencairan dan nasabah membebaskan Bank Sumut dari segala tuntutan.

Hal-hal yang tidak boleh dilaksanakan tanpa persetujuan Bank, yaitu mengeluarkan pernyataan berhutang dalam bentuk pinjaman, penyewaan atau garansi kepada pihak lain, menggunakan keuangan perusahaan/usaha yang tidak berhubungan dengan usaha yang dijalankan atau dibiayai bank, menjamin pembiayaan baru dan tambahan dari bank atau lembaga pembiayaan lainnya, memberi pinjaman baru kepada pengurus atau relasi. Untuk debitur yang mempunyai badan usaha tidak boleh melakukan penjualan, menjaminkan dan mentransfer sebagian atau seluruh aset perusahaan serta mengubah status perusahaan, anggaran dasar dan susunan pengurus. Perubahan Perjanjian Membuka Kredit hanya dapat dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh Bank dan Nasabah.46

Pemberian kredit oleh Bank Sumut kepada debitur didasarkan atas tujuan penggunaan kredit artinya, pihak bank sumut mensyaratkan bahwa fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur harus dipergunakan sesuai dengan tujuan penggunaan sebagaimana yang tercantum didalam permohonan kredit. Bank Sumut akan memonitor penggunaan kredit setelah kredit direalisasi untuk memastikan apakah fasilitas kredit dipergunakan telah sesuai dengan peruntukkannya, jika fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur tidak dipergunakan sesuai peruntukkannya maka akan berpotensi menjadi kredit macet.

46

(14)

Bank secara berkala akan tetap melaksanakan monitoring terhadap perkembangan usaha debitur yang dibiayai untuk memastikan bahwa debitur akan mampu menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara debitur dengan bank.

C. Asuransi dan Jenis-Jenis Asuransi pada Perbankan

Asuransi dalam bahasa belanda disebut verzekering recht dan dalam istilah bahasa inggris disebut insurance law. Dalam hukum asuransi, kita mengenal bermacam-macam istilah. Peransuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam perundang-undangan dan perusahaan peransuransian. Istilah peransuransian berasal dari kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.47

“ Alat sosial untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah yang memadai unit-unit yang terbuka terhadap resiko sehingga kerugian-kerugian individu mereka secara kolektif dapat diramalkan. Kemudian, kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang bergabung itu”.

Menurut Mehr dan Cammack, mendefinisikan asuransi sebagai :

48

Menurut Willett, mendefinisikan asuransi sebagai alat sosial untuk menumpukkan dana guna mengatasi kerugian modal yang tak tentu yang dilaksanakan melalui pemindahan resiko dari banyak individu kepada seorang atau kelompok orang.49

47

Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 5.

48

H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi The Bankers Hand Book, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal. 398.

49

(15)

Menurut Abbas Salim, bahwa asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (subsitusi) kerugian-kerugian besar yang belum pasti.50

Menurut Wirjono Prodjodikoro, asuransi sebagai suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas 51

Definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandang ekonomi, hukum, bisnis dan sosial. 52

50

Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 1

51

Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hal. 2

52

Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hal. 2

Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung.

(16)

Pengertian asuransi sebagaimana tercantum di dalam Buku Kesatu Bab IX Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah : “ Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima uang premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tentu”.

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Peransuransian Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

1. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti atau

2. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”.

(17)

Asuransi adalah suatu perjanjian antara penanggung, yang dengan imbalan pembayaran suatu premi yang telah disepakati, berjanji untuk memberikan suatu penggantian atau manfaat kepada tertanggung pada satu pihak dan tertanggung atau pihak yang ditunjuk sebagai pihak lainnya. Objek asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua kepentingan hukum lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi atau berkurang nilainya.53

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri

Asuransi diatur secara khusus di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), selain itu ketentuan asuransi juga diatur di dalam KUHPerdata sebagai sebuah perjanjian yang dimuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya sebuah perjanjian, syarat sahnya suatu perjanjian asuransi harus memenuhi semua syarat yang disebut, yaitu:

Kesepakatan dalam mengikatkan diri dimulai saat terjadinya proses penawaran dan penerimaan antara penanggung dan tertanggung dalam perjanjian asuransi. Penawaran dan penerimaan pada perjanjian asuransi bersifat mutlak. Penawaran berasal dari tertanggung sedangkan penerimaan berasal dari penanggung.

2. Kecakapan untuk membuat perikatan

Pihak yang melakukan perikatan adalah pihak yang cakap secara hukum, yaitu mereka yang sudah dewasa, tidak gila dan dalam pengampuan.

3. Suatu hal tertentu

Hal tertentu dalam perjanjian asuransi adalah saat penanggung menawarkan jaminan atas risiko yang dialami oleh tertanggung dengan mensyaratkan sejumlah premi tertentu yang sudah diperhitungkan nilainya dan dianggap seimbang.

4. Sebab yang halal.

Perjanjian asuransi atas suatu sebab yang dilarang undang-undang, melanggar kesusilaan atau bertentangan dengan kepentingan umum seperti tertulis dalam pasal 1337 KUHPerdata, maka perjanjian tersebut batal demi hukum.54

53

Angger Sigit Pramukti dan Andre Budiman Panjaitan, Pokok-Pokok Hukum Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016, hal. 7-8

54

(18)

Perjanjian asuransi juga diatur dalam Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan “ suatu perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu “. Selain itu asuransi sebagai sebuah bisnis pertama kali diatur dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Peransuransian yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi dengan adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Peransuransian.

Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD, perjanjian asuransi harus dimuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Polis ini berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung. Polis tersebut adalah instrumen yang menjadi dasar hukum, sehingga pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung terlaksana berdasarkan hukum.

Polis asuransi sebagai alat bukti tertulis tidak boleh memuat kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi yang akan mempersulit tertanggung dan penanggung dalam merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi. Polis juga harus memuat syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk mencapai tujuan asuransi. 55

55

Abdulkadir Muhammad, Op.cit, hal 59

(19)

a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga c. Suatu uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan)

e. Bahaya-bahaya atau evenemen yang ditanggung oleh penanggung

f. Saat bahaya atau evenemen mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung

g. Premi asuransi

h. Pada umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak.

Polis asuransi dapat dibagi dalam beberapa jenis. Ditinjau dari urutan dan tanggung jawab atas klaim yang timbul, jenis polis dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Polis Utama (Primary Policy), yaitu polis yang langsung bertanggung jawab atas klaim yang timbul yang dijamin dalam polis sampai batas jumlah pertangunggan yang telah disepakati.

2. Polis Lapisan Atas (Excess Layer Policy), yaitu polis yang bertanggung jawab atas klaim yang dijamin dalam polis yang besarannya di atas jumlah yang dijamin di bawah polis utama sampai batas jumlah pertanggungan yang telah disepakati.56

Selanjutnya, dari bentuk dan isi perjanjian, polis dapat pula dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Polis Baku atau Standar, yaitu polis yang isinya telah dibuat oleh penanggung berdasarkan bentuk umum yang dipergunakannya untuk jenis asuransi tertentu. Polis Baku dapat dibuat berdasarkan praktik masingmasing perusahaan atau sebagai polis standar yang diterapkan oleh industri asuransi

56

(20)

untuk jenis asuransi tertentu. Bentuk polis ini dapat pula dipengaruhi oleh jenis perjanjian yang dianut oleh reasuradur yangdipergunakan.

2. Polis Dirancang Khusus (Manuscript atau tailor-made policy), yaitu polis yang dirancang berdasarkan kesepakatan antara penanggung dan tertanggung atau wakilnya untuk keperluan tertentu. 57

Pembagian jenis polis berdasarkan urutan tanggung jawab dan berdasarkan bentuk perjanjian belum dikenal dalam KUHD. Mengenai penyerahan polis ditentukan bahwa polis harus ditandatangani dan diserahkan oleh penanggung dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam setelah permintaan, kecuali apabila karena ketentuan undang-undang ditentukan tenggang waktu yang lebih lama.

Dalam praktiknya, penanggung yang mendapat keuntungan dengan cara mengambil alih resiko dari tertanggung dan menerima sejumlah premi sebagai imbalannya. Untuk itu, penanggung membuat polis yang bentuk dan isinya sudah dibakukan serta dicetak. Kemudian, polis tersebut diserahkan kepada tertanggung yang berminat mengadakan asuransi agar diteliti dan dipahami isinya. Apabila tertanggung setuju, penanggung akan menyelesaikan dan menandatangani polis kemudian diserahkan kepada tertanggung. Akan tetapi, apabila tertanggung tidak setuju, dia tidak perlu mengadakan asuransi dengan penanggung. Dalam praktik hukum kontrak bisnis, asas ini disebut take it or leave it.

Dalam pasal 246 KUHD terdapat kalimat bahwa “dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi”. Dari kalimat tersebut dapat diketahui bahwa premi adalah salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama yang wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan hukum asuransi,

57

(21)

penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, pertanggungan dapat diputuskan atau setidak-tidaknya asuransi tidak berjalan.58

1. Dilihat dari segi fungsinya

Premi harus dibayar oleh pihak tertanggung terlebih dahulu karena tertanggung merupakan pihak yang berkepentingan. Sebagai suatu perjanjian timbal balik, perjanjian pertanggungan bersifat konsensual, artinya sejak terjadinya kata sepakat timbul hak dan kewajiban diantara para pihak. Akan tetapi, asuransi baru berjalan jika kewajiban tertanggung membayar premi telah dipenuhi.

Asuransi terdiri dari berbagai jenis, jenis-jenis asuransi yang berkembang di Indonesia dewasa ini bila dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut :

a. Asuransi Kerugian (non life insurance)

Jenis asuransi kerugian seperti yang terdapat didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menjelaskan bahwa asuransi kerugian memebrikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Jenis Asuransi ini tidak diperkenankan melakukan usaha di luar Asuransi kerugian dan reasuransi. Kemudian yang termasuk dalam Asuransi kerugian adalah sebagai berikut:

1) Asuransi kebakaran yang meliputi kebakaran, peledakan, petir kecelakaan kapal terbang dan lainnya.

2) Asuransi pengangkutan meliputi marine hul policy, marine cargo policy dan freight.

3) Asuransi aneka yaitu asuransi yang tidak termasuk dalam Asuransi kebakaran dan pengangkutan seperti asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan diri pencurian dan lainnya.

58

(22)

b. Asuransi Jiwa (life insurance)

Asuransi jiwa merupakan perusahaan asuransi yang dikaitkan dengan penanggulangan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Jenis-jenis Asuransi jiwa adalah :

1) Asuransi berjangka (term insurance) 2) Asuransi tabungan (endowment insurance) 3) Asuransi seumur hidup (whole life insurance) 4) Anuitas (annuity contract insurance)

c. Reasuransi (reinsurance)

Reasuransi merupakan perusahaan yang memberikan jasa asuransi dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan Asuransi kerugian. Jenis Asuransi ini sering disebut asuransi dari asuransi dan Asuransi ini digolongkan ke dalam :

1) Bentuk treaty 2) Bentuk facultative 3) Kombinasi dari keduanya

2. Dilihat dari segi kepemilikannya

Dalam hal ini yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahaan Asuransi tersebut, baik Asuransi kerugian, Asuransi jiwa ataupun reasuransi.

a. Asuransi milik pemerintah

Yaitu Asuransi yang sahamnya dimiliki sebagian besar atau bahkan 100% oleh pemerintah Indonesia.

b. Asuransi milik swasta nasional

Asuransi ini kepemilikan sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sehingga siapa yang paling banyak memiliki saham, maka memiliki suara terbanyak dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). c. Asuransi milik perusahaan asing

Perusahaan Asuransi jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia hanyalah merupakan cabang dari Negara lain dan jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh 100% oleh pihak asing.

d. Asuransi milik campuran

Merupakan jenis Asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara swasta nasional dengan pihak asing.59

59

Kasmir, Op.cit, hal. 260

(23)

1. Asuransi Umum

Asuransi Kerugian umum bertujuan untuk mencegah atau mengurangi risiko kredit yang mungkin timbul karena jaminan atau anggunan rusak, hilang atau musnahnya barang-barang karna bencana alam kebakaran dan berbagai hal yang tidak di sengaja oleh nasabah (Penerima Kredit) maupun dari pihak bank.

2. Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa yang digunakan pada saat akad kredit bertujuan untuk mencegah atau mengurangi risiko kredit yang mungkin timbul karena nasabah (Debitur Penerima Kredit) meninggal dunia karena sakit atau kecelakaan. Asuransi ini tidak berfungsi jika nasabah meninggal karna mengakhiri hidupnya sendiri atau bunuh diri.

3. Asuransi Kredit

Asuransi Kredit bertujuan untuk mencegah atau mengurangi risiko kredit yang mungkin timbul karena debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar atau melunasi kredit tersebut di karnakan hal hal yang sudah di tentukan oleh pihak asuransi.60

D. Fungsi Asuransi Jiwa dalam Kredit Perbankan

Jenis-jenis asuransi dalam perbankan di atas adalah beberapa asuransi yang selalu digunakan beberapa bank atau pemberi kredit karena jika bank tidak mewajibkan asuransinya digunakan kepada debitur atau nasabah itu maka akan terjadi risiko yang sangat besar jika kejadian yang tidak di inginkan terjadi pada debitur bank penerima kredit.

Pada umumnya yang dipertanggungkan dalam asuransi jiwa adalah yang disebabkan oleh kematian. Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau suatu keluarga tertentu. Untuk memperkecil risiko sebaiknya diadakan pertanggungan jiwa. Asuransi jiwa adalah asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap kerugian finansial tak terduga yang disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama. Hal ini

60

(24)

tentu akan membawa banyak aspek apabila risiko yang terdapat pada diri seseorang tidak diasuransikan.61

61

Abbas Salim, Op.cit hal. 25

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Peransuransian Pasal 1 ayat (6) menyebutkan usaha asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan resiko yang memberikan resiko yang pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarakan pada hasil pengelolahan dana.

(25)

Isi polis asuransi jiwa tidak ditentukan sebagai tambahan asuransi pada umumnya, akan tetapi ditentukan sendiri dalam Pasal 304 KUHD yang menentukan syarat polis asuransi jiwa, yaitu :

a. Hari diadakan asuransi jiwa b. Nama dari pihak yang dijamin

c. Nama orang yang pembayaran uang asuransinya diperuntukkan pada wafatnya.

d. Waktu mulai dan berhentinya risiko bagi si penjamin. e. Jumlah uang yang dijamin.

f. Uang premi yang harus dibayar oleh pihak yang menjamin Menurut Abbas Salim, fungsi asuransi jiwa adalah:

1. Mengadakan jaminan bagi masyarakat, yaitu mengambil alih semua beban risiko dari tiap-tiap individu. Bila ditanggung sendiri akan terlalu berat maka lebih baik dipindahkan kepada perusahaan asuransi jiwa. Untuk mengambil alih risiko dari masyarakat maka perusahaan asuransi memungut suatu pembayaran yang lebih rendah (pembayaran premi).

2. Sebagai lembaga yang mengumpulkan dana dan dana tersebut dapat diinvestasikan dalam lapangan pembangunan ekonomi.

3. Asuransi memberi bantuan kepada publik, yaitu memberi kesempatan bekerja pada buruh / pegawai untuk memperoleh pendapatan guna kelangsungan hidup mereka sehari-hari. 62

Fungsi keterangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan asuransi jiwa itu tertutama bertujuan untuk kesejahteraan sosial masyarakat dan kesejahteraan ekonomi.

Pemberian kredit bank selalu berawal dari analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang debitur atau perusahaan, prospek perusahaan, jaminan

62

(26)

yang diberikan serta faktor- faktor lainnya.63

Asuransi memiliki manfaat untuk melengkapi persyaratan perjanjian kredit, kreditur atau bank lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatannya diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekayaannya yang ada pada saat ini tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri sendiri dari kejadian yang tak terduga di masa depan. Cara untuk melindungi hal tersebut adalah dengan menggunakan polis asuransi.

Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu sangat membahayakan bank. Debitur dapat dengan mudah memberikan data- data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya apabila salah menganalisis kredit maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. Faktor analisis ini bukanlah penyebab utama terjadinya kredit macet. Penyebab lainnya mungkin dikarenakan oleh bencana yang tidak dapat dihindari oleh debitur, misalnya terjadi bencana alam atau debitur meninggal dunia sehingga dalam perkembangannya bank memasukkan klausula yang menyatakan dibukanya asuransi jiwa kredit.

64

Hubungannya antara pinjaman dengan bank, sering kali salah satu informasi yang dibutuhkan, selain laporan keuangan adalah berkenaan dengan jumlah penutupan asuransi yang memadai sebelum kredit diberikan. Demikian pula halnya dengan apabila keseluruhan harga secara tunai yang sisa pembayarannya ditutupi dengan hipotek, maka dia akan diminta untuk

63

Kasmir, Op.cit hal 86 64

(27)

mengasuransikan semua hartanya sehingga cukup untuk menutupi bunga atas hipotek tersebut.65

Adapun fungsi asuransi jiwa dalam kredit pada umumnya ialah melindungi dan menjamin pemegang polis selaku pemberi kredit atau pihak bank dalam hal tertanggung selaku penerima kredit atau debitur mengalami risiko misalnya apabila debitur meninggal dunia baik yang dikarenakan oleh sakit, kecelakaan, dan sebagainya. Asuransi jiwa juga memberikan perlindungan kepada pihak bank yang telah memberi fasilitas kredit kepada debitur terhadap suatu keadaan dimana pihak debitur tidak mampu melaksanakan kewajibannya untuk membayar hutang kepada pihak bank. Nilai pertanggungan yang dijamin biasanya berbeda beda tergantung perjanjian asuransi yang disepakati oleh kreditur dan debitur, contohnya yang ditanggung hanya berupa sisa pinjaman tanpa tunggakan dan bunga, sisa pinjaman dengan tunggakan dan bunga maksimal 3 bulan, atau bahkan pertanggungannya sebesar pinjaman atau plafon awal kredit.

65

(28)

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIN KREDIT DARI DEBITUR YANG MENINGGAL DUNIA DENGAN KLAIM ASURANSI

JIWA PADA PT. BANK SUMUT CABANG SIBOLGA

A. Syarat dan Prosedur Pemberian Kredit

Sebelum dilakukannya perjanjian kredit pada PT. Bank Sumut maka sebelumnya calon nasabah (debitur) harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pihak Bank Sumut. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon atau calon debitur adalah sebagai berikut :

1. Persyaratan Pemohon Perorangan : a. Warga Negara Indonesia

b. Usia minimal 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

c. Usia maksimal 70 (tujuh puluh) tahun saat kredit lunas.

d. Memiliki penghasilan tetap yang dapat diverifikasi kebenarannya bagi pemohon yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tetap Lembaga / Instansi/BUMN/BUMD/Perusahaan Swasta, Profesional (dokter,notaris dll).

e. Memiliki usaha produktif bagi pemohon yang berstatus wiraswasta / pengusaha.

f. Untuk Badan Usaha dalam bentuk CV dan Firma, agar didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri setempat.

g. Perusahaan dan pengurus tidak termasuk dalam daftar hitam dan daftar pinjaman macet Bank Indonesia.

h. Memiliki rekening tabungan di Bank Sumut. i. Melengkapi dan menyerahkan dokumen :

1) Fotocopy identitas diri aeperti KTP/SIM/Pasport pemohon dan pengurus.

2) Pasfoto pemohon/pengurus, ukuran 3×4 inci masing-masing 2 lembar. 3) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

4) Fotocopy bukti kepemilikan barang agunan. 5) Fotocopy legalitas dan perizinan usaha. 6) Company profil perusahaan.

(29)

8) Laporan keuangan audited 2 tahun terakhir untuk kredit ≥ Rp 5 Miliar atau < Rp 5 milyar, namun memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :

a) Debitur perusahaan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memenuhi salah satu kriteria yaitu merupakan perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengerahan data masyarakat,mengeluarkan surat pengakuan hutang dan memiliki jumlah aktiva atau kekayaan paling sedikit Rp. 50 milyar.

b) Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Daerah.

9) Laporan keuangan perusahaan tahun berjalan yang ditanda tangani pemohon.

10) Studi kelayakan proyek untuk kredit di atas Rp. 5 Milyar.

11) Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi proyek yang dapat mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat, seperti proyek-proyek yang menghasilkan limbah dan sebagainya.66

Jumlah kredit yang dapat diberikan PT. Bank Sumut kepada calon debitur harus sesuai dengan kebutuhan yang layak berdasarkan analisa pemberian kredit. Dalam pemberian kredit ditentukan mengenai unsur waktu. Unsur waktu ini merupakan jangka waktu atau tenggang waktu tertentu antara pemberian atau pencairan kredit. Lazimnya pelunasan kredit tersebut dilakukan melalui angsuran dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kemampuan dari debitur.67

Jangka waktu kredit yang diberikan Bank Sumut sesuai dengan ketentuan yang berlaku misalnya untuk jenis kredit angsuran lainnya adalah maksimal 5 (lima) tahun, apabila jangka waktu kredit yang diberikan lebih dari 5 tahun harus terlebih dahulu mengajukan izin kepada Direksi melalui Divisi Kredit.Sementara untuk jangka waktu kredit umum maksimal 12 bulan.68

66

PT. Bank Sumut, Buku Pedoman Perkreditan Tentang Kredit Angsuran Lainnya, 2011 hal. 2-4

67

Hermansyah, Op.cit, hal 59 68

(30)

Bunga dan biaya kredit diatur dalam Surat Edaran Direksi tersendiri. Sumber pengembalian kredit berasal dari hasil usaha yang dibiayai dan atau penghasilan tetap pemohon. Pembayaran kembali kredit dilaksanakan secara berkala sesuai dengan jadwal angsuran kredit setiap bulan/triwulan/semester. Besarnya angsuran pokok ditambah bunga sesuai jadwal angsuran yang ditetapkan. Pembayaran angsuran pokok dan bunga dilakukan melalui penyetoran ke rekening tabungan debitur, selanjutnya Kantor Cabang melakukan pendebetan rekening tabungan debitur tersebut.

Mengenai agunan kredit, rasio agunan minimal sebesar 100% dari plafon kredit, barang agunan yang dapat diterima, cara penilaiannya dan bentuk pengikatan agunan berpedoman pada ketentuan yang berlaku. Barang agunan yang berada diluar wilayah kerja dapat diterima sebagai agunan kredit, sepanjang terdapat unit kerja PT. Bank Sumut di wilayah dimana lokasi agunan berada. 69

Dalam pemberian kredit pasti ada kemungkinan menderita kerugian. Kemungkinan menderita kerugian disebut risiko. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu kerugian atau batalnya seluruh atau sebagian dari suatu

Kepada debitur dikenakan denda apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan bunga dari jadwal yang telah ditentukan. Besarnya denda atas keterlambatan pembayaran angsuran ditetapkan sebesar 3% per bulan dari jumlah angsuran pokok dan bunga yang dihitung secara proporsional setiap bulannya sejak tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran.

69

(31)

keuntungan yang semula diharapkan karena sesuatu kejadian diluar kuasa manusia, kesalahan sendiri atau perbuatan manusia lain.70

Sebagai antisipasi risiko terhadap jiwa debitur agar dilakukan penutupan pertanggungan berupa asuransi jiwa debitur kecuali ada surat pernyataan dari debitur untuk tidak diasuransikan. Masa pertanggungan asuransi sesuai dengan jangka waktu kredit. Biaya premi yang timbul atas penutupan asuransi tersebut di atas sampai dengan berakhirnya jangka waktu kredit/pelunasan kredit menjadi beban debitur. Besarnya biaya premi disesuaikan dengan tarif dari Perusahaan Asuransi yang telah bekerja sama dengan Bank.

Untuk menghindari risiko tersebut PT. Bank Sumut menawarkan asuransi dalam syarat pemberian kredit.

Asuransi disini sebagai antisipasi risiko objek yang dibiayai dan harta debitur yang merupakan agunan kredit, maka dilakukan penutupan pertanggungan berupa asuransi kebakaran atas harta tersebut sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila yang menjadi agunan adalah harta debitur, maka yang diasuransikan cukup harta debitur tersebut dengan syarat rasionya telah mencukupi sesuai yang ditentukan. Risiko penutupan kebakaran atas objek yang dibiayai serta agunan kredit termasuk bila jiwa debitur diasuransikan harus dilakukan dengan persyaratan Blanker’s Clause untuk kepentingan Bank dengan nilai pertanggungan dan jangka waktu yang telah ditetapkan oleh Bank.

71

70

Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, PT Alumni, Bandung , 2003, hal 4

71

Hasil Wawancara Dengan Bapak Taufik Tanjung, Selaku Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Sibolga tanggal 22 Maret 2017

(32)

pemberian kredit sesuai dengan ketentuan wewenang persetujuan pemberian kredit yang berlaku.

Setelah kelengkapan persyaratan dipenuhi maka prosedur selanjutnya yang harus dilakukan oleh pemohon atau calon debitur adalah sebagai berikut :

1. Pemohon mengajukan permohonan kredit secara tertulis dan langsung ditujukan ke Kantor Cabang Bank Sumut (seksi pemasaran) dengan melampirkan dokumen yang dipersyaratkan.

2. Setelah menerima berkas permohonan tersebut diatas, Pihak Bank harus melalukan identifikasi pendahuluan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Meminta informasi kredit atas nama calon debitur (suami dan istri),

pengurus dan pemilik perusahaan melalui fasilitas SID dan OLIBs sekaligus memeriksa termasuk atau tidaknya pihak-pihak tersebut dalam daftar hitam (blacklist).

b. Sebelum melakukan analisis terhadap permohonan kredit, Pihak Bank terlebih dahulu harus melakukan verifikasi terhadap :

1) Kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan,

2) Keabsahan dokumen-dokumen pendukung permohonan kredit, 3) Kebutuhan data pendukung lainnya yang diperlukan.

c. Data atau berkas pendukung yang diminta Pihak Bank berupa fotocopy diwajibkan pengecekan ulang dengan aslinya dan dilegalisir oleh pejabat yang bersangkutan.

d. Melakukan konfirmasi ulang kepada instansi yang terkait terhadap legalitas dan izin usaha yang diragukan kebenarannya.

e. Memastikan keaslian slip gaji terakhir atau surat keterangan penghasilan dari tempat bekerja, bagi pemohon yang bestatus pegawai/profesional. f. Selanjutnya menyiapkan analisa pendahuluan.

g. Melaksanakan checking on the spot terhadap usaha dan taksasi agunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Membuat laporan taksasi agunan dan analisa pendahuluan.

i. Untuk kredit diatas 500 juta penilaian agunan harus didukung dengan hasil penilaian dari Kantor Jasa Penilai Publik.72

72

(33)

3. Setelah analisa pendahuluan disetujui untuk di proses lebih lanjut, maka Kantor Cabang harus melakukan langkah sebagai berikut :

a. Melakukan analisa lanjutan untuk menilai kelayakan permohonan dari berbagai aspek sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan PT. Bank Sumut dengan menganut prinsip kehati-hatian.

b. Hasil analisa lanjutan dituangkan dalam bentuk Memorandum Pengusulan Kredit.

c. Analisis kredit dilaksanakan oleh petugas analis yang ditunjuk guna memberikan gambaran tentang kondisi pemohon, keadaan keuangan pemohon dan kemampuan bayar pemohon sebagai bahan pertimbangan dalam proses keputusan kredit oleh Kelompok Pemutus Kredit (KPK).73

Selanjutnya keputusan persetujuan atau penolakan kredit berpedoman kepada ketentuan Persetujuan Pemberian Kredit (SPPK) dan disampaikan kepada pemohon untuk ditanda tangani kemudian dikembalikan ke Kantor Cabang sebagai tanda persetujuan. Standar SPPK sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika permohonan kredit dinilai tidak memenuhi persyaratan, maka harus segera menyampaikan Surat Pemberitahuan Penolakan Kredit kepada pemohon. Apabila calon debitur menyetujui syarat dan kondisi yang tercantum dalam SPPK, maka Kantor Cabang dapat melakukan penandatangan Perjanjian Membuka Kredit (PMK) dan pengikatan barang agunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan lainnya.74

Perjanjian kredit dilakukan dengan penandatanganan Perjanjian Membuka Kredit (PMK) yang dilaksanakan setelah pemohon menyetujui,melengkapi persyaratan dan menandatangani Surat Persetujuan Pemberian Kredit (SPPK). Persetujuan Membuka Kredit harus ditandatangi oleh calon debitur dan Pemimpin

73

Ibid, hal. 9

74

(34)

Cabang. Pengikatan agunan kredit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Realisasi kredit dilaksanakan, dengan ketentuan : 1. Semua persyaratan kredit telah terpenuhi.

2. Perjanjian kredit berikut dengan perjanjian turutannya telah ditanda tangani. 3. Pengikatan agunan telah dilaksanakan.

4. Membuat jadwal angsuran

5. Barang agunan dan bila jiwa debitur diasuransikan, telah dipastikan dapat dipertanggungkan kepada perusahaan asuransi, termasuk jumlah biaya permi yang menjadi beban debitur.

6. Seluruh biaya yang berkaitan dan menjadi beban debitur sudah disetorkan ke rekening tabungan debitur yang bersangkutan.

7. Pemohon menyerahkan Surat kuasa untuk mendebet/blokir rekening tabungan. 8. Membuka rekening pinjaman atas nama pemohon.

9. Realisasi kredit dilaksanakan dengan pemindahan ke rekening tabungan atas nama debitur. 75

Penyaluran dana adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil secara sekaligus atau bertahap. Syarat dan prosedur pemberian kredit yang dilakukan Bank Sumut sudah sesuai dengan peraturan dan prosedur yang dilakukan bank pada umumnya.

B. Proses Penyelesaian Kredit Dari Debitur Yang Meninggal Dunia dengan Klaim Asuransi Jiwa

Pada umumnya apabila seseorang meninggal dunia maka hak dan kewajibannya beralih kepada ahli warisnya. Berdasarkan Pasal 123 KUHPerdata “semua utang kematian, yang terjadi setelah seseorang meninggal dunia, hanya menjadi beban para ahli waris dan yang meninggal itu”. Ketentuan dalam pasal ini memuat bahwa jika seseorang meninggal dunia sedang ia meninggalkan utang, maka kewajiban utang tersebut beralih kepada ahli warisnya untuk diselesaikan.

75

(35)

Begitu pula jika debitur kredit meninggal dunia, maka kewajiban pembayaran utang kepada bank ditanggung oleh ahli waris.

Pada umumnya jika debitur meninggal dunia maka kredit sangat berpotensi menjadi macet. Untuk meminimalisir potensi kredit macet maka Bank mengambil langkah “mitigasi risiko” dengan bekerja sama dengan pihak asuransi.76

76

Hasil Wawancara Dengan Bapak Taufik Tanjung, Selaku Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Sibolga tanggal 22 Maret 2017

PT Bank Sumut Kantor Cabang Sibolga yang diwakili PT. Bank Sumut Kantor Pusat melakukan perjanjian kerjasama dengan beberapa perusahaan asuransi, diantaranya dengan perusahaan asuransi PT. Asuransi Bangun Askrida atau yang disingkat Askrida. Perjanjian kerjasama tersebut tentang Penutupan Pertanggungan Asuransi “PA KREASI”.

(36)

Meninggal dunia yang dimaksud dalam perjanjian ini adalah risiko kematian 24 (dua puluh empat) jam yang terjadi di seluruh dunia dan karena sebab apapun dan bukan karena risiko yang dikecualikan. Risiko-risiko yang dikecualikan tersebut yaitu kematian secara langsung yang disebabkan oleh:

1. Bunuh diri, dihukum mati oleh pengadilan/pejabat yang berwenang

2. Terlibat dalam perkelahian dan tidak sebagai seorang yang mempertahankan diri

3. Kecelakaan segala penerbangan non komersial kecuali kecelakaan penerbangan karena risiko pekerjaan

4. Perbuatan kejahatan yang dilakukan dengan sengaja atau kekhilafan besar oleh mereka yang berkepentingan dalam polis atau ahli waris yang telah dibuktikan oleh pihak yang berwenang

5. Karena dengan sengaja melibatkan diri dalam peristiwa penganiayaan, perbuatan kekerasan, pemberontakan, huru hara, pengacauan atau perbuatan teror

6. Bencana alam seperti banjir, angin topan, gunung meletus dan gempa bumi 7. Penyakit kronis yang sudah bertahun-tahun diderita berdasarkan catatan

Rumah Sakit/Dokter yang merawatnya

8. Penggunaan narkotika dan zat adiktif lainnya, akibat penyakit HIV/AIDS, bencana nasional yang mengakibatkan kecelakaan secara massal.

(37)

sekaligus dengan ketentuan apabila tertanggung atau peserta asuransi meninggal dunia dalam masa pertanggungan asuransi. Apabila peserta asuransi meninggal akibat kecelakaan disamping pembayaran klaim, pihak asuransi akan memberikan santunan sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) kepada peserta asuransi atau ahli waris peserta asuransi.

Pihak Asuransi berhak menerima premi dan kelengkapan dokumen Penutupan Asuransi sesuai dengan nilai pertanggungan yang diajukan Pihak Bank dan Pihak Asuransi berhak menerima data peserta. Pihak asuransi juga berkewajiban untuk memproses penutupan asuransi dan klaim yang diajukan oleh Pihak Bank apabila seluruh dokumen klaim telah lengkap dan telah diterima pihak asuransi serta berkewajiban menjaga kerahasiaan data dan informasi peserta yang telah disampaikan oleh pihak bank kepada pihak asuransi.

(38)

Untuk dapat menjadi peserta asuransi “PA Kreasi” sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini, Debitur wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Berusia setinggi-tingginya 69 (enam puluh sembilan) tahun atau dengan ketentuan usia ditambah jangka waktu pertanggungan adalah 70 (tujuh puluh) tahun, dan

b. Melengkapi persyaratan untuk calon peserta asuransi sesuai dengan ketentuan.

Untuk pelaksanaan asuransi dimaksud, maka Kantor Cabang PT. Bank Sumut wajib mengirimkan data-data pendukung dari debitur peserta asuransi “PA Kreasi” kepada Kantor Cabang Pihak Asuransi Bangun Askrida terhadap kredit-kredit yang telah direalisasi selama 1 (satu) minggu sebelumnya selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah realisasi kredit. Data-data pendukung dari peserta asuransi harus disampaikan melalui fax atau e-mail sesuai dengan perjanjian ini.

(39)

Dalam perjanjian kerjasama ini disebutkan bahwa polis asuransi akan berakhir apabila :

a. Kredit telah lunas

b. Debitur melunasi kredit sebelum berakhirnya jangka waktu kredit c. Telah terjadi pembayaran klaim.

Pada kesepakatan antara Pihak Asuransi Bangun Askrida dan Pihak Bank Sumut tarif premi asuransi ditetapkan berdasarkan jangka waktu pinjaman. Pihak Bank Sumut meneruskan pembayaran biaya premi dari debitur pihak bank kepada pihak asuransi. Sehubungan pembayaran premi yang akan dibayarkan oleh debitur pihak bank kepada pihak asuransi sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Jumlah Nilai Pertanggungan b. Tarif Premi

c. Jangka Waktu Kredit

Pembayaran premi sebagaimana dimaksud dilakukan oleh Pihak Bank Sumut dengan menyetor ke rekening giro a.n PT. Asuransi Bangun Askrida di Bank Sumut Cabang Koordinator Medan maksimal sejak 15 (lima belas) hari kerja sejak kredit direalisasi oleh Pihak Bank Sumut. Apabila premi tidak diterima oleh pihak asuransi melebihi jangka waktu maka pertanggungan menjadi batal dengan sendirinya sejak awal pertanggungan kecuali jika Pihak Asuransi menyetujui secara tertulis bahwa pertanggungan tetap berlaku.

(40)

permohonan kepada Bank serta melengkapi dokumen-dokumen sesuai persyaratan dan ketentuan pihak Bank dan pihak Asuransi. Adapun dokumen yang harus diberikan dari ahli waris debitur kepada Bank adalah sebagai berikut:

1. Surat Pemberitahuan Meninggal dunia dari Dinas atau Instansi tempat debitur bekerja.

2. Surat Keterangan Meninggal dunia dari kelurahan atau kepala desa dengan menerangkan penyebab kematian.

3. Surat Keterangan Meninggal dunia dari rumah sakit apabila meninggal dirumah sakit dengan menerangkan diagnosa penyebab kematian.

4. Surat Keterangan dari kepolisian apabila meninggal dunia karena kecelakaan. 5. Surat kronologis kejadian. Ahli waris membuat kronologis kejadian mengenai

aktivitas debitur sebelum meninggal dunia. 6. Fotocopy KTP Debitur dan Ahli waris. 7. Fotocopy Kartu Keluarga.

Setelah ahli waris melengkapi dokumen sesuai dengan persyaratan diatas maka dokumen tersebut diserahkan kepada pihak Bank dan pihak Bank akan melakukan verifikasi kelengkapan dokumen yang diterima dari ahli waris debitur yang meninggal dunia. Selanjutnya pihak Bank yang akan memproses dan menindaklanjuti kepada pihak Asuransi terkait.

(41)

meninggal dunia. Yang berhak mengajukan klaim adalah Pihak Bank Sumut dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :

1. Surat permohonan klaim dari Pihak Bank Sumut.

2. Fotocopy identitas diri peserta atau ahli waris yang masih berlaku (KTP / SIM / Identitas lainnya.

3. Fotocopy Surat Keterangan Kematian dari Kepala Desa / Kelurahan setempat. 4. Surat Keterangan sebab meninggal dunia dari Rumah Sakit ( jika peserta

meninggal dunia di Rumah Sakit ), atau Surat Keterangan dari Kepolisian ( jika meninggal dunia karena kecelakaan), dari instansi yang berwenang

5. Fotocopy Perjanjian Kredit antara Pihak Bank Sumut dengan peserta 6. Rekening koran kredit peserta pada saat peserta meninggal dunia. 7. Surat Keterangan Ahli Waris

(42)

C. Pelaksanaan Klaim Asuransi Jiwa Sebagai Penyelesaian Kredit Dari Debitur Yang Meninggal Dunia.

Pelaksanaan klaim asuransi jiwa karena debitur meninggal dunia dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Ahli waris debitur memberitahukan kepada pihak bank tentang keberadaan debitur yang telah meninggal dunia. Pemberitahuan meninggal dunia tersebut harus disertai dengan Surat Keterangan Meninggal dari pihak rumah sakitatau pihak kelurahan / kepala desa setempat dan dilengkapi dengan Surat Keterangan Ahli Waris yang dikeluarkan oleh pejabat kelurahan/desa dan diketahui oleh pejabat kecamatan serta Surat Kuasa ahli waris kepada salah seorang ahli waris untuk mengurus klaim asuransi kepada pihak bank.

2. Data-data debitur yang meninggal dunia diverifikasi kebenarannya oleh pihak bank dan pihak bank melakukan kunjungan langsung ke rumah debitur untuk memastikan kebenaran data yang diberikan oleh ahli waris debitur.

3. Hasil kunjungan pihak bank kerumah debitur dilaksanakan dengan pembuatan berita acara kunjungan yang ditandatangani oleh petugas bank dan pihak ahli waris yang diketahui oleh pejabat bank.

4. Dokumen / data-data yang diterima dari ahli waris debitur tersebut diserahkan kepada pihak asuransi untuk pengajuan klaim.

5. Pihak asuransi memverifikasi dokumen/data yang telah diserahkan oleh pihak bank.

(43)

7. Apabila pihak asuransi menyatakan bahwa dokumen / data debitur telah lengkap maka pihak asuransi akan mengirimkan uang klaim asuransi jiwa sebesar sisa hutang debitur sebagai pelunasan hutang debitur. 77

Jika persyaratan pengajuan klaim dari Pihak Bank Sumut belum lengkap sesuai dengan yang disyaratkan tersebut di atas maka Pihak Asuransi Bangun Askrida berhak menunda realisasi pembayaran klaim tersebut sampai dengan kelengkapan persyaratan pengajuan klaim tersebut terpenuhi.

Apabila telah melewati batas 25 (dua puluh lima) hari kerja sejak permohonan dan kelengkapan dokumen pendukung klaim diterima dan disetujui oleh Pihak Asuransi, jika Pihak Asuransi belum membayar klaim maka Pihak Bank Sumut berhak mengenakan denda kepada pihak asuransi sesuai yang tercantum dalam perjanjian kerja sama antara PT. Bank Sumut dengan Pihak Asuransi.

Hilangnya hak atas ganti rugi apabila menyimpang dari ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Buku IV Bab VII Bagian III, maka segala hak peserta untuk mendapatkan ganti rugi atau klaim menjadi hapus dengan sendirinya dalam hal sebagai berikut :

a. Pihak bank tidak memenuhi kewajiban sesuai perjanjian.

b. Pihak bank mengajukan laporan klaim melebihi batas waktu 3 (tiga) bulan sejak timbulnya hak klaim.

77

(44)

c. Pihak bank tidak mengajukan tuntutan klaim secara tertulis kepada pihak asuransi sampai dengan batas waktu 3 (tiga) bulan sejak laporan disampaikan pada pihak asuransi.

d. Pihak bank tidak memenuhi kekuranglengkapan dokumen yang dimintakan oleh pihak asuransi dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya surat pemberitahuan kekuranglengkapan dokumen klaim.

e. Pihak bank tidak mengajukan keberatan atas surat penolakan klaim dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya surat penolakan klaim dari pihak asuransi.

Sesuai dengan hakikat dan prinsip asuransi maka perjanjian ini setiap tahunnya akan dievaluasi oleh para pihak. Pihak Bank Sumut akan melakukan evaluasi berdasarkan rasio kerugian bruto selama tahun berjalan yang sudah dilewati.

Contoh kasus :

(45)

membayar premi asuransi jiwa sebesar Rp. 1.165.000 (satu juta seratus enam puluh lima ribu rupiah).

Kredit berjalan dengan lancar setiap bulannya tetapi pada tanggal 12 Desember 2016 saat kredit baru berjalan selama 11 bulan Debitur X meninggal dunia pada usia ke 44 tahun karena sakit. Disaat kejadian tersebut Debitur X telah membayar angsuran kredit sampai dengan angsuran ke 11 (sebelas). Jadi selama hidupnya Debitur X hanya membayar angsuran sampai 11 bulan saja dan pada saat Debitur X meninggal dunia telah memasuki angsuran kredit ke 12 atau bulan ke 12 namun tidak dapat seorang pun yang menduga Debitur X telah meninggal dunia, sementara kredit belum lunas dan jangka waktu kredit yang tersisa masih 25 bulan lagi. Baki debet atau sisa kredit berjumlah sebesar Rp. 69.206.036 (enam puluh sembilan juta dua ratus enam ribu tiga puluh enam rupiah), jumlah tersebut sudah termasuk angsuran pokok dan bunga.

Penyelesaian :

(46)

debitur yang telah meninggal dunia dan membuat surat permohonan kepada Bank serta melengkapi dokumen-dokumen sesuai persyaratan dan ketentuan pihak Bank dan pihak Asuransi. Adapun dokumen yang harus diberikan ahli waris kepada Bank adalah:

1. Surat Keterangan Meninggal dunia dari Kantor Kelurahan dan diketahui oleh Camat (apabila meninggal dunia di rumah sakit maka surat keterangan tersebut dapat diperoleh dari pihak rumah sakit).

2. Surat Pernyataan Ahli Waris di tandatangani oleh semua pihak (Keluarga Alm. Debitur X) diatas materai Rp. 6.000,- dari Kantor Kelurahan dan diketahui oleh Camat.

3. Surat Kronologis Kerjadian, ahli waris membuat kronologis kejadian apa aktifitas Alm. Debitur X sebelum meninggal dunia.

4. Fotocopy KTP dan KK Ahli waris

Setelah ahli waris Debitur X melengkapi dokumen di atas dan menyerahkan kepada pihak Bank Sumut, maka Bank akan memproses dan menindaklanjuti kepada pihak Asuransi. Selanjutnya pihak Asuransi akan memverifikasi kebenaran data dan kelengkapan berkas dari pihak Bank untuk memproses pembayaran klaim. Apabila dokumen yang diterima telah sesuai dengan persyaratan maka pihak asuransi mengirimkan uang klaim asuransi jiwa tersebut.

(47)
(48)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Syarat dan prosedur pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Sibolga dimulai dari permohonan debitur,dengan adanya permohonan debitur tersebut maka pihak bank selaku kreditur memberikan syarat-syarat permohonan kredit sesuai dengan ketentuan dan selanjutnya berkas pemohon tersebut diverifikasi dan dianalisa secara seksama oleh bank untuk selanjutnya merealisasikan kredit atau menolaknya.

2. Proses penyelesaian kredit dari debitur yang meninggal dunia dengan klaim asuransi jiwa pada PT. Bank Sumut Cabang Sibolga dimulai dari adanya pemberitahuan dari ahli waris debitur dengan melampirkan dokumen sesuai syarat yang telah ditentukan, selanjutnya pihak bank akan memproses dan menindaklanjuti kepadapihak asuransi terkait. Pihak asuransi akan memverifikasi kebenaran data dan kelengkapan berkas dari pihak bank untuk memproses pembayaran klaim.

(49)

pembayaran klaim tersebut sampai dengan kelengkapan persyaratan pengajuan klaim terpenuhi.

B. Saran

1. Kepada PT. Bank Sumut Cabang Sibolga perlu mensosialisasikantentang ketentuan yang mewajibkan setiap debitur yang menikmati fasilitas kredit pada Bank Sumut untuk ikut program asuransi jiwa agar debitur dilindungi oleh pihak asuransi jika debitur meninggal dunia, untuk menghindari risiko kredit macet pada sisi bank dan risiko kesulitan pembayaran kredit oleh ahli waris dari debitur yang meninggal dunia.

2. Kepada calon debitur yang memohon kredit seharusnya memahami pentingnya perlindungan asuransi jiwa terhadap kredit yang akan dinikmatinya dari Bank meskipun menjadi tambahan biaya premi yang harus dikeluarkannya, namun jika dibandingkan dengan manfaat yang akan diperolehnya jika debitur meninggal dunia maka biaya premi asuransi jiwa relatif lebih murah.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Adonara, Floranta, Firman, 2014, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, Cv Mandar Maju, Bandung

Az, Santoso, Lukman, 2011, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Pustaka Yustisia, Yogyakarta

Badrulzaman, Mariam, dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung

Bahsan. 2010. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rajagrafindo Persada, Jakarta

Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta

Djumhana, Muhammad. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung

Fuady, Munir . 2002. Pengantar Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung

Ganie, Junaedy. 2013. Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta

Gazali, Djoni dan Usman, Rachmadi. 2012. Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta

Hasibuan, Malayu. 2008. Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta Hermansyah. 2014. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta Kasmir. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Muhammad, Abdulkadir. 2006. Hukum Asuransi Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung

Muljadi, Kartini dan Widjaja, Gunawan. 2005. Perikatan yang lahir dari Undang-Undang, RajaGrafindo Perkasa, Jakarta

(51)

__________, 2006. Legal Audit Operasional Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Pramukti, Sigit, Angger dan Panjaitan, Budiman, Andre. 2016. Pokok-Pokok Hukum Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta

Rastuti, Tuti. 2011. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta

Salim, Abbas. 2012. Asuransi dan Manajemen Risiko, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Sastrawidjaja, Suparman, Man. 2003. Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, PT Alumni, Bandung

Sembiring, Sentosa. 2000. Hukum Perbankan, Mandar Maju, Bandung

Sunggono, Bambang. 2013. Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta

Sutarno. 2003. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan, Alfabeta, Bandung

Untung, Budi. 2000. Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta

Widiyono, Try. 2006. Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta

II. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian III. Kamus

(52)

IV. Internet

Bank Sumut

(53)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

A. Pengertian Perjanjian Kredit dan Unsur-Unsur Kredit

Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya, oleh sebab itu hendaknya setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum sehingga tujuan kepastian hukum dapat terwujud. Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing be

Referensi

Dokumen terkait

Formulir Pemesanan Penjualan Kembali yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi Kolektif BNI- AM KEMILAU PASAR

Untuk melakukan telaah terhadap data hasil penelitian, maka pada bab ini dipaparkan beberapa metode penelitian dengan rincian sebagai berikut: a) rancangan penelitian, b)

SKRIPSI EFEX FRAKSI AIR KULIT BUAH Citrus nobilis Lour..... DWI

Universitas Negeri

Saudara/Saudari/Bapak/Ibu dimohon kesediaannya untuk menjawab pertanyaan dibawah ini dengan melingkari pada salah satu jawaban yang sudah disediakan, pilih lah jawaban yang sesuai

Indosat Tbk is a leading telecommunication and information service provider in Indonesia that provides cellular services (Mentari, Matrix and IM3), fixed telecommunication services

The results of the survey that, firstly, student A adopts unspecific learning process and she is more undirected and reproduction directed type.. Secondly, the

1LODL0DNVLPDO-XUQDOOOPLDK 1LODL$NKLU .RPSRQHQ\DQJGLQLODL OQWHPDVLRQDO OQWHUQDVLRQDO 1DVLRQDO 1DVLRQDO1DVLRQDO 7HUDNUH WHULQGHNVGL'2$- \DQJ. %HUHSXWDVL GLWDVL