KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan
kehidupan dan menyertai kita sampai pada saat ini. Penulis juga bersyukur atas kasih
dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
Adapun tugas akhir yang saya susun ini berjudul “Analisis Kecelakaan Lalu
Lintas Di Kota Tebing Tinggi”.Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata I (S1) di Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari
bimbingan, dukungan, bantuan dan doa dari semua pihak. Penulis mengucapkan
terima kasih atas setiap bantuan, motivasi serta doa yang diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, terutama kepada :
• Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Kepala Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
• Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
• Bapak Yusandy Aswad, ST.MT, selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk membantu,
membimbing, memotivasi dan mengarahkan penulis sehingga tugas akhir ini
• Bapak Ir. Indra Jaya Pandia MT dan Bapak Irwan Suranta Sembiring, ST.MT
selaku Dosen Pembanding/Penguji yang telah memberikan masukan dan
kritikan yang membangun dalam memperbaiki tugas akhir ini.
• Bapak/Ibu Staf Pengajar beserta pegawai administrasi Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara.
• Kepada kedua orang tuaku Bapak (R. Manalu) dan Ibu (F.A Sianturi) yang
selalu berdoa, mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
tugas ini. Untuk adikku yang tetap mendoakanku dan mendukung agar
semangat : Herlina Manalu
• Teman-teman seperdotaan : Aoyama Shutoko, Velam, Saud, Vetipudu,
Dionisius, Hendra, dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,
kiranya kita semua tetap semangat sampai pada akhirnya.
• Buat teman-teman angkatan 2006 yang telah banyak membantu dan
memotivasiku, terutama untuk teman-teman yang sedang berjuang juga
dalam menyelesaikan tugas akhir nya, kiranya tetap semangat
• Buat abang/kakak dan adek-adek mahasiswa Departemen Teknik Sipil USU
yang telah membantu dan memotivasi.
• Dan Segenap pihak yang yang belum penulis sebutkan di sini atas bantuannya
dan dukungan dalam segi apapun, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu
pengetahuan bagi para pembaca. Semoga TUHAN Yang Maha Esa senantiasa
menyertai dan memberikan berkat Nya bagi kita semua. Amin.
Medan, Maret 2013
Penulis,
ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas merupakan indikator utama tingkat keselamatan jalan raya. Di negara maju masalah keselamatan jalan sangat diperhatikan untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Hal ini menjadi indikator terhadap pentingnya memahami karakteristik kecelakaan. Pada penelitian ini dibahas masalah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kota Tebing Tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisitik kecelakaan, mengetahui lokasi rawan kecelakaan (black spot) di Kota Tebing Tinggi, mengetahui besaran biaya kecelakaan.
Metode yang digunakan untuk mengetahui karateristik kecelakaan adalah metode karateristik. Metode yang digunakan untuk menentukan lokasi rawan kecelakaan antara lain metode frekuensi dan metode tingkat kecelakaan. . Metode yang digunakan untuk mengetahui besaran biaya kecelakaan dengan Metode Groos Output. Daerah / lokasi rawan kecelakaan (black spot) adalah suatu lokasi dimana tingkat kecelakaan tinggi dengan kejadian kecelakaan berulang dalam suatu ruang dan rentang waktu yang relatif sama yang diakibatkan oleh suatu penyebab tertentu. Data yang digunakan adalah data jumlah kecelakaan yang terjadi di Kota Tebing Tinggi yang terjadi pada tahun 2007-2011 yang dikelompokkan berdasarkan karateristik.
Gambaran komposisi karakteristik kecelakaan adalah sebagai berikut : Hari Sabtu sebanyak 101 kecelakaan (21,12%), waktu terang sebanyak 247 kecelakaan (51,67%), kecelakaan fatal sebanyak 295 kecelakaan (61,71%), tabrakan depan-depan sebanyak 193 kecelakaan (40,37%), sepeda motor sebanyak 552 unit (63,59%), luka ringan sebanyak 410 orang (41,22%), laki-laki sebanyak 999 orang (78,84%), usia diatas 46 tahun sebanyak 255 orang (20,12%), pekerjaan pegawai swasta/karyawan sebanyak 363 orang (28,65%). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terdapat 4 titik lokasi rawan kecelakaan (black spot) di segmen ruas jalan Kol. Yos Sudarso yaitu Sta 74+800, Sta 75+00, Sta 75+300 dan Sta 75+50 . Hasil analisis juga didapat biaya korban kecelakaan lalu lintas dengan total biaya Rp. 11.293.830.194 dan biaya kecelakaan lalu lintas dengan total biaya Rp. 14.175.152.920.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR ISTILAH ... xiv
DAFTAR SINGKATAN... xvii
DAFTAR NOTASI ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
I.1 Umum ... 1
I.2 Latar Belakang... 2
I.3 Perumusan Masalah ... 5
I.4 Tujuan Penelitian ... 6
I.5 Manfaat Penelitian ... 6
I.7 Sistematika Penulisan ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
II.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas ... 9
II.2 Karateristik Kecelakaan ... 10
II.3 Faktor–Faktor Penyebab Kecelakaan ... 18
II.3.1 Faktor Manusia ... 19
II.3.2 Faktor Kendaraan... 24
II.3.3 Faktor Jalan... 30
II.3.4 Faktor Lingkungan... 36
II.4 Indikator Keselamatan Lalu Lintas ... 38
II.5 Daerah Rawan Kecelakaan ... 40
II.5.1 Metode Frekuensi ... 41
II.5.2 Metode Tingkat Kecelakaan ... 42
II.6 Biaya Kecelakaan ... 45
II.6.1 Biaya Satuan Kecelakaan... 46
II.6.1.1 Biaya Satuan Korban Kecelakaan Lalu Lintas (BSKOj) ... 46
(BSKEi)... 47
II.6.1.3 Estimasi Biaya Satuan Korban dan Biaya Satuan Kecelakaan Lalu Lintas... 48
II.6.1.4 Besaran Biaya Korban Kecelakaan Lalu Lintas (BBKO)... 49
II.6.1.5 Besaran Biaya Kecelakaan Lalu Lintas (BBKE) ... 49
II.7 Upaya Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas ... 50
II.8 Jalan ... 54
II.8.1 Bagian–Bagian Jalan ... 54
II.8.2 Klasifikasi Jalan ... 55
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 58
III.1 Umum ... 58
III.2 Lokasi Penelitian ... 58
III.2.1 Wilayah dan Pemerintahan ... 59
III.3 Langakah Kerja Penelitian ... 61
BAB IV. ANALISIS DATA... 66
IV.1 Karateristik Kecelakaan Lalu Lintas ... 66
IV.1.1 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Hari ... 66
IV.1.2 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Waktu
Kejadian ... 68
IV.1.3 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Fatalitas
(Tingkat Keparahan) ... 70
IV.1.4 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Tipe
Tabrakan ... 71
IV.1.5 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Jenis
Kendaraan ... 73
IV.1.6 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Jenis
Korban ... 75
IV.1.7 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Jenis
Kelamin ... 77
IV.1.8 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Usia ... 79
IV.1.7 Karateristik Kecelakaan Berdasarkan Jenis
IV.2 Analisis Rawan Kecelakaan ... 83
IV.2.1 Analisis Lokasi Rawan Kecelakaan dengan Metode Frekuensi ... 85
IV.2.2 Analisis Lokasi Rawan Kecelakaan dengan Metode Tingkat Kecelakaan ... 89
IV.3 Biaya Kecelakaan (Accident Cost) ... 96
IV.3.1 Analisis Biaya Satuan Korban Kecelakaan Lalu Lintas ... 96
IV.3.2 Analisis Biaya Satuan Kecelakaan ... 97
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
V.1 Kesimpulan ... 101
V.2 Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Peta Administrasi Kota Tebing Tinggi ... 3
Gambar II.1 Gambaran Stabilitas Kendaraan dengan Perlengkapan Active Safety ... 28
Gambar II.2 Perlengkapan Kecelamatan Kendaraan :Passive Safety... 29
Gambar II.3 Alinyemen Jalan ... 31
Gambar II.4 Alinyemen Vertikal ... 31
Gambar II.5 Diagram 4E ... 51
Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian ... 63
Gambar IV.1 Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007–2011 ... 68
Gambar IV.2 Kecelakaan berdasarkan Waktu Kejadian tahun 2007–2011 ... 69
Gambar IV.3 Kecelakaan berdasarkan Fatalitas tahun 2007–2011 ... 71
Gambar IV.4 Kecelakaan berdasarkan Tipe Tabrakan tahun 2007–2011 ... 73
Gambar IV.5 Unit Kendaraan berdasarkan Jenis Kendaraan tahun 2007–2011 ... 75
tahun 2007–2011 ... 77
Gambar IV.7 Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2007–2011 ... 78
Gambar IV.8 Korban Kecelakaan berdasarkan Usia tahun 2007 - 2011 .... 80
Gambar IV.9 Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Pekerjaan tahun 2007 - 2011 ... 82
Gambar IV.10 Lokasi kecelakaan pada ruas jalan Kota Tebing Tinggi (2007-2011)... 87
Gambar IV.11 Peta Ruas Jln Kol. Yos Sudarso ... 90
Gambar IV.12 Diagram kecelakaan Sta 74+00–Sta 75+00 ... 91
Gambar IV.13 Kondisi permukaan jalan Sta 74+800 ... 92
Gambar IV.14 Kondisi permukaan jalan Sta 75+00 ... 92
Gambar IV.15 Diagram kecelakaan Sta 75+00–Sta 76+00 ... 93
Gambar IV.16 Kondisi permukaan jalan Sta 75+350 ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Klasifikasi Kecelakaan Berdasarkan Posisi Terjadinya ... 16
Tabel II.2 Faktor–faktor penyebab kecelakaan lalu lintas ... 19
Tabel II.3 Faktor - faktor fisiologis dan psikologis ... 20
Tabel II.4 Usia pengemudi yang terlibat kecelakaan lalu lintas jalan .... 22
Tabel II.5 Ketentuan lokasi rawan kecelakaan ... 41
Tabel II.6 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas BSKOj(T0) ... 47
Tabel II.7 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan antar kota BSKEi(T0)... 47
Tabel II.8 Biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas di jalan kota BSKEi(T0)... 47
Tabel II.9 Kondisi kecelakaan secara umum dan penanganannya ... 53
Tabel III.1 Luas Kecamatan dan Kelurahan se-Kota Tebing Tinggi ... 60
Tabel IV.1 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007–2011 ... 67
Tabel IV.2 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Waktu Kejadian tahun 2007–2011 ... 68
tahun 2007–2011 ... 70
Tabel IV.4 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Tipe Tabrakan
tahun 2007–2011 ... 72
Tabel IV.5 Jumlah Unit Kendaraan berdasarkan Jenis Kendaraan
tahun 2007–2011 ... 74
Tabel IV.6 Jumlah Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Korban
tahun 2007–2011 ... 76
Tabel IV.7 Jumlah Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Kelamin
tahun 2007–2011 ... 78
Tabel IV.8 Jumlah Korban Kecelakaan berdasarkan Usia
tahun 2007–2011 ... 79
Tabel IV.9 Jumlah Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Pekerjaan
tahun 2007–2011 ... 81
Tabel IV.10 Kinerja Ruas Jalan Pada Jam Sibuk Khusus Jalan Utama di
Kota Tebing Tinggi ... 84
Tabel IV.11 Frekuensi Kecelakaan pada ruas jalan Kota Tebing Tinggi
Tabel IV.12 Distribusi jumlah kecelakaan setiap tahun pada ruas jalan... 88
Tabel IV.13 Tingkat kecelakaan ruas jalan Kota Tebing Tinggi pada
Tahun 2007 - 2011... 89
Tabel IV.14 Urain permasalahan dan usulan penanganan daerah rawan
kecelakaan ... 95
Tabel IV.15 Biaya satuan korban kecelakaan Kota Tebing Tinggi ... 96
Tabel IV.16 Biaya korban kecelakaan Kota Tebing Tinggi
Tahun 2007 - 2011... 97
Tabel IV.17 Biaya satuan kecelakaan Kota Tebing Tinggi
Tahun 2007 - 2011... 98
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A :Perhitungan tingkat kecelakaan ruas jalan
LAMPIRAN B :Perhitungan Biaya Satuan Korban Kecelakaan di Kota Tebing
Tinggi
LAMPIRAN C :Perhitungan Biaya Satuan Kecelakaan di Kota Tebing Tinggi
LAMPIRAN D :Data Laka Lantas tahun 2007–2011
DAFTAR ISTILAH
Accident Cost : Biaya kecelakaan
Accident Rates : Rasio kecelakaan
Active Safety : Perlengkapan pada kendaraan yang dapat
mencegah terjadinya kecelakaan
Blackspot : Lokasi/daerah rawan kecelakaan
Blacksite : Ruas jalan rawan kecelakaan
Day Time Running Light : Kendaraan dengan lampu dihidupkan meskipun
pada siang hari
Damage only : Kecelakaan ringan
Decleration : Perlambatan
Deskriptif : menggambarkan/gambaran tertentu
Degree of severity : Tingkat keparahannya
Education : Pengetahuan pengguna jalan
Eksisting : Jaringan jalan yang telah ada
Encouragement : Kemauan pengguna jalan
Enforcement : Penegak hukum
Engineering : Perencana jalan
Fatal accident : Kecelakaan berat
Freeway : Jalan bebas hambatan
Geometric design : Perencanaan jalan
Glare : Silau
Guardrail : Palang pengaman jalan
Highway : Jalan raya
Hinterland : Daerah atau wilayah yang berada di belakang
distrik pantai
How : Kejadian kecelakaan
Human Error : Faktor pengemudi
Intellection : Nilai bunga selama proses konstruksi
Law Enforcement : Penegakan hukum
Monetary Value : Akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas bila dinilai
dalam bentuk uang
Property damage accident : Kecelakaan lain-lain
Passive Safety : Perlengkapan pada kendaraan yang dapat
mengurangi kerusakan kecelakaan
Risk of Fatality : Resiko kematian
Road : Jalan sedang
Skidness : Kekasatan permukaan
Street : Jalan kecil
Surface : Lapisan teratas dari perkerasan
Surface dressing : Perbaikan perkerasan
Signal Timing : Waktu sinyal
Serious injury accident : Kecelakaan sedang
Slight injury accident : Kecelakaan ringan
Static visual acuity test : Kemampuan untuk mengukur benda diam
The Gross Output
(Human Capital) Approach : Jumlah seluruh sumber daya yang hilang dari
semua pihak akibat kecelakaan
Trip maker : Pelaku perjalanan
Visual Acuity : Faktor penglihatan
Voliton : Respon fisik
What : Tipe tabrakan
Where : Lokasi kecelakaan
When : Waktu kejadian kecelakaan
Who : Keterlibatan pengguna jalan
Why : Faktor penyebab kecelakaan (modus operandi)
Without Brake : Perlambatan tanpa rem
With Brake : Perlambatan dengan rem
DAFTAR SINGKATAN
100JPKP : 100 juta Perjalanan Kendaraan Per-Kilometer
AASHTO : American Association of State Highway and Transportation Officials
ABS :Antiblock system
BPS : Badan Pusat Statistik
CO :Carbon Dioxide
IVHS :Intelligent Vehicle Highway System
LHRT : Lalu lintas harian rata-rata
PDO : Property Damage Only
PIEV :Perception, Intellection, Emotion, Volition
PP : Peraturan Pemerintah
PTPN : PT Perkebunan Negara
PT : Perusahaan Terbuka
SIM : Surat Ijin Mengemudi
DAFTAR NOTASI
A : jumlah kecelakaan yang terliput
B : jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas dalam 1 tahun
BBKE : besaran biaya kecelakaan lalu lintas pada tahun n disuatu ruas
jalan atau persimpangan atau wilayah, dalam rupiah/tahun
BBKO : besaran biaya korban kecelakaan lalu lintas disuatu ruas jalan atau
persimpangan atau wilayah, dalam rupiah/tahun
BSKOj(T0) :biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada Tahun 2003 untuk
setiap kategori korban, dalam rupiah/korban
BSKOj(Tn) : biaya satuan korban kecelakaan lalu lintas pada Tahun n untuk
setiap kategori korban, dalam rupiah/korban
C : jumlah total kecelakaan (mati dan luka-luka) dalam 1 tahun
g : tingkat inflasi biaya satuan korban kecelakaan, dalam %
(nilai default g = 11%)
i : kelas kecelakaan lalu lintas
j : kategori korban
kecelakaan/tahun
JKOj : Jumlah korban kecelakaan lalu lintas untuk setiap kategori korban
kecelakaan, dalam korban/tahun
L : panjang jalan
M : jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar pada suatu tempat
N : jumlah pengemudi kendaraan yang terlibat kecelakaan selama
periode investigasi
R : tingkat kecelakaan per 100 juta kendaraan per km
RSEC : tingkat kecelakaan sepanjang jalan yang diamati
T : waktu analisa
t : selisih tahun perhitungan (Tn–T0)
T0 : tahun dasar perhitungan biaya korban (Tahun 2003)
Tn : tahun perhitungan biaya korban
ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas merupakan indikator utama tingkat keselamatan jalan raya. Di negara maju masalah keselamatan jalan sangat diperhatikan untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Hal ini menjadi indikator terhadap pentingnya memahami karakteristik kecelakaan. Pada penelitian ini dibahas masalah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kota Tebing Tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisitik kecelakaan, mengetahui lokasi rawan kecelakaan (black spot) di Kota Tebing Tinggi, mengetahui besaran biaya kecelakaan.
Metode yang digunakan untuk mengetahui karateristik kecelakaan adalah metode karateristik. Metode yang digunakan untuk menentukan lokasi rawan kecelakaan antara lain metode frekuensi dan metode tingkat kecelakaan. . Metode yang digunakan untuk mengetahui besaran biaya kecelakaan dengan Metode Groos Output. Daerah / lokasi rawan kecelakaan (black spot) adalah suatu lokasi dimana tingkat kecelakaan tinggi dengan kejadian kecelakaan berulang dalam suatu ruang dan rentang waktu yang relatif sama yang diakibatkan oleh suatu penyebab tertentu. Data yang digunakan adalah data jumlah kecelakaan yang terjadi di Kota Tebing Tinggi yang terjadi pada tahun 2007-2011 yang dikelompokkan berdasarkan karateristik.
Gambaran komposisi karakteristik kecelakaan adalah sebagai berikut : Hari Sabtu sebanyak 101 kecelakaan (21,12%), waktu terang sebanyak 247 kecelakaan (51,67%), kecelakaan fatal sebanyak 295 kecelakaan (61,71%), tabrakan depan-depan sebanyak 193 kecelakaan (40,37%), sepeda motor sebanyak 552 unit (63,59%), luka ringan sebanyak 410 orang (41,22%), laki-laki sebanyak 999 orang (78,84%), usia diatas 46 tahun sebanyak 255 orang (20,12%), pekerjaan pegawai swasta/karyawan sebanyak 363 orang (28,65%). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terdapat 4 titik lokasi rawan kecelakaan (black spot) di segmen ruas jalan Kol. Yos Sudarso yaitu Sta 74+800, Sta 75+00, Sta 75+300 dan Sta 75+50 . Hasil analisis juga didapat biaya korban kecelakaan lalu lintas dengan total biaya Rp. 11.293.830.194 dan biaya kecelakaan lalu lintas dengan total biaya Rp. 14.175.152.920.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Umum
Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan
semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat
dituntut untuk memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun,
perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi tidak
sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.
Pertumbuhan kendaraan yang cukup besar pertahun mengakibatkan potensi
terjadinya kecelakaan di jalan raya menjadi lebih besar. Potensi kerugian akibat
kecelakaan kendaraan bermotor dengan demikian menjadi lebih besar pula. Dan
biaya yang ditimbulkan dari kecelakaan merupakan salah satu kerugian (Puji, 2011).
Mobilitas manusia dan barang dengan kendaraan bermotor berkembang
begitu cepat sebagai akibat peningkatan kesejahteraan dan kemajuan teknologi
transportasi. Hal ini berdampak kepada meningkatnya frekuensi kecelakaan lalu
lintas dengan korban pengemudi maupun masyarakat pemakai jalan. Banyak
penyebab meningkatnya kecelakaan di jalan antara lain yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan adalah keadaan jalan dan lingkungan, kondisi kendaraan, dan
keadaan pengemudi.
Kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang banyak menelan korban jiwa
maupun kerugian harta benda hingga kini masih menjadi fenomena yang belum
secara bersama-sama, seperti pelanggaran atau tindakan tidak hati-hati para
pengguna jalan (pengemudi kendaraan bermotor dan pejalan kaki), kondisi jalan,
kondisi kendaraan, cuaca dan jarak pandang (Hermawati dan Oka, 2011).
Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan no. 22 Tahun 2009
menyatakan ; “Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna
Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.”
I.2 Latar Belakang
Kota Tebing Tinggi adalah salah satu Kota Madya di Sumatera Utara dengan
luas wilayah 38.438 Km2. Merupakan salah satu titik persimpangan jalur lintas Sumatera. Dikenal dengan istilah Jalan Lintas Barat dan Jalan Lintas Timur.
Besarnya volume lalu lintas yang datang dari Kota Medan terbagi menjadi 2 bagian
di kota ini. Pertama menuju Kota Pematang Siantar (lintas barat) yang akan menuju
Provinsi Sumatera Barat dan kedua menuju Kota Rantau Prapat (lintas timur) yang
akan menuju Provinsi Riau.
Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintahan kota dari 33
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara berjarak sekitar 80 Km dari Kota Medan (ibu
kota Provinsi Sumatera Utara) serta terletak pada lintas utama Sumatera dengan
Koordinat : 3°16' -3°22’ Lintang Utara dan 99°7’-99°11’ Bujur Timur.
Kota Tebing Tinggi merupakan kota lintasan padat mudik oleh karena muara
pintu masuk dan keluar jalur lintas timur dan barat menuju ke Medan, sehingga
sangat rawan macat, kecelakaan, curanmor dan tindakan kriminal lainnya (Jasa
Kecelakaan lalu lintas merupakan permasalahan yang membutuhkan
penanganan yang serius. Karena kerugian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas
sangat besar. Kerugian tersebut tidak hanya mengakibatkan PDO (Property Damage
Only) atau yang disebut kerugian materil, tetapi juga injury (luka ringan dan luka
berat) dan fatal (meninggal dunia) bagi korban maupun pelaku kecelakaan lalu lintas.
Penanganan lokasi rawan kecelakaan merupakan salah satu tindakan untuk
mengurangi kecelakaan lalu lintas, jumlah korban kecelakaan lalu lintas, dan
mengurangi akibat kecelakaan lalu lintas (Firman, 2011).
Kecelakaan lalu lintas merupakan indikator utama tingkat keselamatan jalan
raya. Di negara maju masalah keselamatan jalan merupakan masalah yang sangat
diperhatikan guna mereduksi kuantitas kecelakaan yang terjadi. Hal ini menjadi
indikator terhadap pentingnya memahami karakteristik kecelakaan (Maya, 2011).
Faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan karena
pemakai jalan, kondisi ruas jalan pada lokasi kejadian, kendaraan yang digunakan
pemakai jalan dan lingkungan sekitar lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas. Dengan
adanya analisa mengenai kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Kota Tebing Tinggi
diharapkan dapat mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas yang terjadi melalui
solusi dan penanganan keselamatan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas dapat dihindari jika ada disiplin dari masing-masing
pihak, baik itu instansi yang berwenang dalam mengelola jalan raya maupun
pengemudi kendaraan itu sendiri. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam
rangka mengurangi jumlah kecelakaan adalah dengan mengidentifikasi lokasi /
daerah yang menjadi titik rawan kecelakaan (blackspot). Dengan mengetahui lokasi
mencegah dan mengurangi tingkat fatalitas kecelakaan yang terjadi di Kota Tebing
Tinggi.
I.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ada beberapa pokok permasalahan
utama yang berkaitan yaitu bagaimana hubungan volume lalu lintas dengan jumlah
kecelakaan yang terjadi di ruas jalan Kota Tebing Tinggi saat ini. Kecelakaan bisa
diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Penentuan lokasi rawan
kecelakaan dapat digunakan untuk mengurangi jumlah kecelakaan yang terjadi.
Sehingga masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Karateristik yang mempengaruhi kecelakaan itu sendiri diantaranya ialah waktu
kejadian, fatalitas korban, jenis korban, tipe tabrakan, jenis kendaraan, jenis
kelamin, usia dan jenis pekerjaan korban kecelakaan.
2. Metode yang dapat digunakan dalam rangka mengurangi jumlah kecelakaan
adalah dengan mengidentifikasi lokasi/daerah yang menjadi titik rawan
kecelakaan (blackspot).Dengan mengetahui lokasi tersebut, maka dapat dilakukan
penanganan khusus yang sesuai dan diharapkan dapat mencegah dan mengurangi
tingkat fatalitas kecelakaan yang terjadi.
3. Mengetahui besaran biaya kecelakaan ( Accident Cost ) yang telah terjadi agar
dapat menjadi acuan kepada instansi terkait untuk meningkatkan keselamatan lalu
I.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Mengetahui karateristik kecelakaan di Kota Tebing Tinggi.
2. Menganalisa lokasi (daerah) rawan kecelakaan (blackspot) di Kota Tebing Tinggi.
3. Mengetahui besaran biaya kecelakaan (Accident Cost) di Kota Tebing Tinggi.
I.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan, khususnya tentang analisa kecelakaan di jalan raya. Penelitian ini juga
diharapkan dapat bermanfaat dalam mengurangi kecelakaan dengan adanya
identifikasi daerah rawan kecelakaaan (blackspot) pada jalan raya. Bagi instansi
terkait, khususnya Bina Marga di lingkup perhubungan nasional. Sebagai alat bantu
untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan jalan, baik di dalam kota, antar kota
maupun antar provinsi.
I.6 Ruang Lingkup Penelitian
Batasan penelitian yang akan digunakan agar penelitian ini lebih terarah
dalam meliputi :
1. Karateristik yang mempengaruhi kecelakaan
2. Data yang digunakan adalah data kecelakaan lalu lintas di Kota Tebing Tinggi
3. Daerah/lokasi rawan kecelakaan (blackspot) dianalisa menggunakan metode
frekuensi dengan parameter data kecelakaan setiap tahun, metode tingkat
kecelakaan kecelakaan dengan parameter volume kendaraan dan panjang jalan.
4. Daerah/lokasi rawan kecelakaan (blackspot) hanya pada ruas jalan di Kota Tebing
Tinggi.
5. Besaran biaya kecelakaan ( Accident Cost) dianalisa dengan Metode The Groos
Output (Human Capital Approach)dengan parameter fatalitas kecelakaan.
I.7 Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam studi ini, di dalam
penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi
tinjauan umum, latar belakang, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, hipotesa, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil studi yang relevan dengan
pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan hal-hal mengenai Analisis Karakteristik
Kecelakaan Lalu Lintas Kota Tebing Tinggi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini, termasuk
pengambilan data, langkah penelitian, analisa data, serta pemilihan wilayah
BAB IV ANALISIS DATA
Berisikan pembahasan mengenai data-data yang dikumpulkan, lalu di
analisis, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang telah
diperoleh dari pembahasan pada bab sebelumnya, dan saran mengenai hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas
Definisi kecelakaan menurut Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan
no. 22 Tahun 2009 menyatakan ; “Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di
jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau
tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian
harta benda.”
Penggolongan dan Penanganan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas pada Pasal 229 :
(1) Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas:
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat.
(2) Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.
(3) Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang.
(4) Kecelakaan Lalu Lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
(5) Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disebabkan
oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklaikan Kendaraan, serta ketidaklaikan Jalan
II.2 Karateristik Kecelakaan
Kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor. Secara garis
besar kecelakaan diklasifikasikan berdasarkan tipe kecelakaan, korban kecelakaan,
kondisi kendaraan saat kecelakaan, kendaraan terlibat kecelakaan, waktu kecelakaan
(hari dan jam), cuaca saat kecelakaan terjadi, lokasi kecelakaan, tipe tabrakan, jenis
kendaraan dan penyebab kecelakaan. Menurut Pedoman Penanganan lokasi rawan
kecelekaan lalu lintas (Pd T-09-2004-B ) analisis data menitik-beratkan kepada
kajian antara tipe kecelakaan yang dikelompokkan atas tipe kecelakaan dominan.
Analisis data dilakukan dengan pendekatan “5W + 1H” , yaitu Why
(penyebab kecelakaan), What (tipe kecelakaan), Where (lokasi kecelakaan), Who
(pengguna jalan yang terlibat), When (waktu kejadian) dan How (tipe pergerakan
kendaraan).
1.Why: Faktor penyebab kecelakaan (modus operandi)
Analisis ini dimaksudkan untuk menemukenali faktor-faktor dominan
penyebab suatu kecelakaan, antara lain :
a. terbatasnya jarak pandang pengemudi,
b. pelanggaran terhadap rambu lalu lintas,
c. kecepatan tinggi seperti melebihi batas kecepatan yang diperkenankan,
d. kurang antisipasi terhadap kondisi lalu lintas seperti mendahului tidak
aman,
e. kurang konsentrasi,
f. parkir ditempat yang salah,
g. kurangnya penerangan,
2.What: Tipe tabrakan
Analisis tipe tabrakan bertujuan untuk menemukenali tipe tabrakan yang
dominan disuatu lokasi kecelakaan, antara lain :
a. menabrak orang (pejalan kaki),
b. tabrak depan-depan,
c. tabrak depan-belakang,
d. tabrak depan-samping,
e. tabrak samping-samping,
f. tabrak belakang-belakang,
g. tabrak benda tetap di badan jalan,
h. kecelakaan sendiri / lepas kendali.
3.Who: Keterlibatan pengguna jalan
Keterlibatan pengguna jalan di dalam kecelakaan di kelompokkan sesuai
dengan tipe pengguna jalan atau tipe kendaraan, antara lain :
a. pejalan kaki,
b. mobil penumpang umum,
c. mobil angkutan barang,
d. bus,
e. sepeda motor,
f. kendaraan tak bermotor (sepeda, becak, kereta dorong, dsb)
4.Where: Lokasi kejadian
Lokasi kejadian kecelakaan atau yang dikenal dengan tempat kejadian
perkara (TKP) mengacu kepada lingkungan lokasi kecelakaan seperti :
b. lingkungan perkantoran atau sekolah,
c. lingkungan tempat pembelanjaan,
d. lingkungan pedesaan,
e. lingkungan pengembangan, dsb.
5.When: Waktu kejadian kecelakaan
Waktu kejadian kecelakaan dapat ditinjau dari kondisi penerangan di TKP
atau jam kejadian kecelakaan.
a. ditinjau dari kondisi penerangan, waktu kejadian dibagi atas:
1). malam gelap / tidak ada penerangan,
2). malam ada penerangan,
3). siang terang
4). siang gelap (hujan, berkabut, asap),
5). subuh atau senja.
b. ditinjau dari jam kejadian mengacu kepada periode waktu yang terdapat
pada formulir kecelakaan
6.How: Kejadian kecelakaan
Suatu kecelakaan lalu lintas terjadi pada dasarnya didahului oleh suatu
manuver pergerakaan tertentu. Tipikal manuver pergerakan kendaraan antara lain :
a. gerak lurus,
b. memotong atau menyiap kendaraan lain,
c. berbelok (kiri atau kanan),
d. berputar arah,
e. berhenti (mendadak, menaik-turunkan penumpang),
g. bergerak terlalu lambat, dsb.
Klasifikasi kecelakaan yang dipakai PT. Jasa Marga (Persero) dalam
(Dwiyogo dan Prabowo,2006) , (Robertus dan Sadar,2007) dan (Maya,2011) adalah :
1. Berdasarkan tingkat kecelakaan, berdasarkan tingkat kecelakaannya maka
kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu :
1) kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya
mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.
2) kecelakaan ringan : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka ringan.
3) kecelakaan berat : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka berat.
4) kecelakaan fatal : kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
2. Berdasarkan kelas korban kecelakaan, maka korban kecelakaan diklasifikasikan
menjadi :
a) korban luka ringan
Adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban mengalami luka–luka yang
tidak membahayakan jiwa dan tidak memerlukan pertolongan lebih lanjut dari
rumah sakit.
b) korban luka berat
Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban mengalami
luka-luka yang dapat membahayakan jiwa dan memerluka-lukan pertolongan/perawatan
lebih lanjut di rumah sakit.
c) korban meninggal dunia
Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban jiwa/meninggal
3. Berdasarkan faktor penyebab kecelakaan, kecelakaan disebabkan beberapa faktor
yaitu faktor pengemudi, faktor kendaraan, faktor jalan dan faktor lingkungan.
4. Berdasarkan waktu kecelakaan, jenis kecelakaan ini ditetapkan menurut satu
periode waktu tertentu.
5. Berdasarkan lokasi terjadinya kecelakaan
a) Lokasi jalan lurus 1 lajur, 2 lajur maupun 1 lajur searah atau berlawanan arah
b) Tikungan jalan
c) Persimpangan jalan
6. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang
diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan IIb
dengan jenis-jenis kendaraan seperti : sedan, jeep, pick up, mini bus, bus sedang,
bus besar 2 as, bus besar > 3 as, truk kecil, truk besar 2 as, truk besar > 3 as, truk
trailer dan truk gandeng.
7. Berdasarkan cuaca saat kejadian kecelakaan, menurut cuaca diklasifikasikan atas
cerah, mendung, berkabut, berdebu, berasap, gerimis, dan hujan lebat.
8. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa
tabrakan, yaitu depan-depan, depan-belakang, tabrakan sudut, tabrakan sisi, lepas
kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan tabrakan
tunggal. Dimana PT Jasa Marga mengelompokkan jenis tabrakan yang
melatarbelakangi terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi :
a) Tabrakan depan–depan
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana
keduanya saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian depan
b) Tabrakan depan–samping
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian
depan kendaran yang satu menabrak bagian samping kendaraan lainnya.
c) Tabrakan depan–belakang
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian
depan kendaraan yang satu menabrak bagian belakang kendaraan di depannya
dan kendaraan tersebut berada pada arah yang sama.
d) Tabrakan samping–samping
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana bagian
samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain.
e) Menabrak penyeberang jalan
Adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan pejalan kaki
yang sedang menyeberang jalan.
f) Tabrakan sendiri
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju mengalami
kecelakaan sendiri atau tunggal.
g) Tabrakan beruntun
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak
mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua
kendaraan secara beruntun.
h) Menabrak obyek tetap
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak obyek
Tabel 2.1 Klasifikasi Kecelakaan Berdasarkan Posisi Terjadinya
Gambar / Lambang Klasifikasi Keterangan / Keterangan
Tabrak Depan
•Terjadi pada satu ruas jalan searah •Pengereman mendadak
•Jarak kendaraan yang tidak terkontrol
•Terjadi pada jalan lurus dan searah •Pelaku menyiap kendaraan
•Terjadi pada jalan lurus lebih dari 1 lajur dan pada persimpangan jalan
•Kendaraan yang mau menyiap
•Tidak tersedia pengaturan lampu lalu lintas atau rambu-rambu pada persimpangan jalan
•Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi
•Terjadi pada saat pengemudi kehilangan konsentrasi
•Kendaraan mengalami hilang kendali
Sumber : Djoko Setijowarno,2003, Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi dalam (Hermariza,2003) dan (Maya,2011)
Berdasarkan urain diatas maka klasifikasi kecelakaan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah :
1. Berdasarkan waktu kecelakaan, untuk waktu kecelakaan diklasifikasikan
2. Berdasarkan tingkat kecelakaan, berdasarkan tingkat kecelakaannya maka
kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu kecelakaan sangat ringan
(kendaraan), kecelakaan ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan fatal.
3. Berdasarkan tipe tabrakan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa
tabrakan, yaitu depan-belakang, depan-depan, tabrakan sudut, tabrakan sisi,
tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki,tabrak parkir, dan tabrakan
tunggal, lepas kontrol.
4. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang
diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan
IIb dengan jenis-jenis kendaraan seperti : sepeda motor, mobil penumpang,
pick up, bus, truck, truck 2 as, truck trailer.
5. Berdasarkan kelas korban kecelakaan, maka korban kecelakaan
diklasifikasikan menjadi korban luka ringan, korban luka berat, dan korban
meninggal dunia.
6. Berdasarkan jenis kelamin, diklasifikasikan menjadi laki-laki dan perempuan.
7. Berdasarkan usia, dikalasifikasikan menjadi usia dibawah 15 tahun sampai
diatas usia 45 tahun.
8. Berdasarkan jenis pekerjaan, diklasifikasikan menjadi pelajar/mahasiswa, ibu
rumah tangga, pegawai negeri sipil, wiraswasta, pegawai swasta/karyawan
II.3 Faktor–Faktor Penyebab Kecelakaan
Lalu lintas ditimbulkan oleh adanya pergerakan dari alat-alat angkutan karena
adanya kebutuhan perpindahan manusia dan atau barang. Faktor-faktor penyebab
terjadinya kecelakaan identik dengan unsur-unsur pembentuk lalu lintas yaitu
pemakai jalan, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Kecelakaan dapat timbul jika salah
satu dari unsur tersebut tidak berperan sebagaimana mestinya
Kecelakaan lalu lintas umumnya terjadi karena berbagai faktor secara
bersama-sama, seperti pelanggaran atau tindakan tidak hati-hati para pengguna jalan
(pengemudi kendaraan bermotor dan pejalan kaki), kondisi jalan, kondisi kendaraan,
cuaca dan jarak pandang (Hermawati dan Oka, 2011).
Kecelakaan dapat disebabkan oleh faktor pemakai jalan (pengemudi dan
pejalan kaki), faktor kendaraan dan faktor lingkungan (Pignataro, 1973). Pignataro
juga menyatakan bahwa kecelakaan diakibatkan oleh kombinasi dari beberapa faktor
perilaku buruk dari pengemudi ataupun pejalan kaki, jalan, kendaraan, pengemudi
ataupun pejalan kaki, cuaca buruk ataupun pandangan yang buruk.
Hobbs (1979)mengelompokkan faktor–faktor penyebab kecelakaan
menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Faktor pemakai jalan (manusia)
b. Faktor kendaraan
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah ada, faktor penyebab kecelakaan
dapat dikomposisikan dalam tabel 2.2. berikut ini.
Tabel 2.2 Faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu-lintas jalan
FAKTOR PENYEBAB
URAIAN %
Pengemudi lengah, mengantuk, tidak terampil, lelah, mabuk, kecepatan tinggi,
tidak menjaga jarak, kesalahan pejalan, gangguan binatang
93.52
Kendaraan ban pecah, kerusakan sistem rem, kerusakan sistem kemudi, as/kopel
lepas, sistem lampu tidak berfungsi
2.76
Jalan persimpangan, jalan sempit, akses yang tidak dikontrol/ dikendalikan,
marka jalan kurang/tidak jelas, tidak ada rambu batas kecepatan,
permukaan jalan licin
3.23
Lingkungan lalu-lintas campuran antara kendaraan cepat dengan kendaraan
lambat, interaksi/campur antara kendaraan dengan pejalan,
pengawasan dan penegakan hukum belum efektif, pelayanan gawatdarurat
yang kurang cepat.
Cuaca: gelap, hujan, kabut, asap
0.49
Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat–Dept.Perhubungandalam (Dwiyogo dan Prabowo,2006) dan (Robertus dan Sadar,2007)
Dari Tabel 2.2. di atas, faktor pengemudi(human error)menduduki peringkat
pertama yaitu sebesar 93,52% dalam penyebab kecelakaan.
II.3.1 Faktor Manusia
a. Pengemudi
Manusia sebagai pengemudi memiliki faktor-faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian karena cenderung sebagai penyebab
manusia dengan faktor lainnya termasuk hubungannya dengan unsur kendaraan dan
lingkungan jalan (Dwiyogo dan Prabowo,2006). Faktor-faktor fisiologis dan
psikologis tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3 Faktor-faktor fisiologis dan psikologis
Faktor Fisiologis Faktor Psikologis
Sistem syaraf Motivasi
Penglihatan Intelegensia
Pendengaran Pelajaran / Pengalaman Stabilitas Perasaan Emosi
Indera Lain (sentuh,bau) Kedewasaan Modifikasi (lelah, obat) Kebiasaan
Sumber : (Dwiyogo dan Prabowo,2006) dan (Robertus dan Sadar,2007)
Kombinasi dari faktor fisiologis dan psikologi menghasilkan waktu
reaksi.Waktu reaksi merupakan suatu rangkaian kejadian yang dialami oleh
pengemudi dalam melakukan bentuk tindakan akhir sebagai reaksi adanya gangguan
dalam masa mengemudi yang diukur dalam satuan waktu (detik). Tujuan akhir ini
adalah untuk menghindari terjadinya kecelakaan (Robertus dan Sadar,2007). Waktu
reaksi terdiri dari 4 bagian waktu dimana waktu reaksi ini berkisar antara 0,5 sampai
4 detik tergantung pada kompleksitas masalah yang dihadapi, juga dipengaruhi oleh
karakteristik individual dari pengemudi. Keempat waktu tersebut biasanya disebut
waktu PIEV, yaitu :
• Perception : Masuknya rangsangan lewat panca indera atau pengamatan
terhadap suatu keadaan sehingga stimulus timbuk untuk terjadi respon
• Intellection : Menelaah dan mempelajari (identifikasi) rangsangan atau
• Emotion : Penanggapan terhadap rangsangan atau penentuan suatu respon
yang sesuai dengan keadaan.
• Volition : Pengambilan tindakan atau respon fisik sebagai hasil dari suatu
keputusan.
OlehAASHTO 1984dalam (Dwiyogo dan Prabowo,2006) dan (Robertus dan
Sadar,2007),untuk perencanaan waktu PIEV, waktu yang digunakan sebesar 2,5
detik. Faktor lain yang mempengaruhi besarnya waktu reaksi antara lain :
• Kelelahan yang disebabkan oleh kurang tidur
• Kondisi jalan yang lurus dan rata
• Kebocoran gas CO dari knalpot
• Penerangan kendaraan
• Menurunnya kondisi kesehatan / mental
• Obat–obatan, minuman keras, dan lain lain
Agar pengemudi dapat mengemudikan kendaraannya secara aman,
pengemudi harus mempunyai daerah pandangan. Hal ini berhubungan dengan faktor
penglihatan (visual acuity) dari pengemudi. Selama ini, pengujian yang dilakukan
terhadap pengemudi hanya didasarkan pada pandangan statis (static visual acuity
test), yaitu kemampuan untuk mengukur benda – benda diam dan dan simbol –
simbol petunjuk. Hasil test ini tidak menunjukkan kemampuan pengemudi pada saat
kritis dan bergerak. Ukuran lain seperti kemampuan pandangan dinamis, keadaan
persepsi, tingkat kepulihan dari silau (glare)mungkin lebih penting. Tapi ukuran ini
tidak diuji dan ketajaman penglihatan berubah sejalan dengan meningkatnya usia.
Analisis yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
(55,99%), kelompok usia 21 – 25 tahun adalah kelompok terbesar penyebab
kecelakaan dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Sedangkan pada kelompok
26 – 30 tahun sebagai penyebab kecelakaan menurun cukup drastis. Kelompok usia
40 tahun menjadi penyebab kecelakaan relatif lebih kecil seiring dengan kematangan
dan tingkat disiplin yang lebih baik.
Tabel 2.4 Usia pengemudi yang terlibat kecelakaan lalu-lintas jalan
KELOMPOK USIA %
16-20 tahun 19.41
21-25 tahun 21.98
26-30 tahun 14.60
31-35 tahun 09.25
36-40 tahun 07.65
41-75 tahun 18.91
Sumber: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Dept. Perhubungan dalam (Dwiyogo dan Prabowo,2006) dan (Robertus dan Sadar,2007)
PP No.44 Th.1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi, memuat pasal-pasal
yang dapat dipandang sebagai perangkat lunak pengelolaan pengemudi. Pasal-pasal
ini khusus memuat ketentuan-ketentuan bagi pengemudi menyangkut: penggolongan,
persyaratan dan tata cara memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM), ujian bagi
pemohon SIM, dan lain-lain termasuk ketentuan batas usia minimum hak
mengemudi kendaraan bermotor, yaitu:
1) Usia 16 tahun, dapat memilikiSIM-C
2) Usia 17 tahun, dapat memilikiSIM-A
Pemakai jalan adalah semua orang yang menggunakan fasilitas jalan yang
secara langsung. Pemakai jalan yang dimaksud (Pignataro, 1997)adalah :
a). Pengemudi, termasuk di dalamnya pengemudi kendaraan bermotor dan
kendaraan tak bermotor. Kendaraan bermotor meliputi sepeda motor,
kendaraan bermotor biasa (mobil), kendaraan berat bermotor (bis dan
truk), sedangkan yang termasuk kendaraan tak bermotor adalah sepeda
dan kendaraan tak bermotor lainnya.
b). Pejalan kaki / pemakai jalan lain, termasuk di dalamnya adalah pedagang
kaki lima, petugas keamanan, petugas perbaikan fasilitas (listrik, telepon,
gas), dan lain lain.
b. Pejalan kaki
Selain pengemudi, pemakai jalan lainnya yaitu pejalan kaki (pedestrian)juga
dapat menjadi penyebab kecelakaan. Hal ini dapat ditimpakan pada pejalan kaki
dalam berbagai kemungkinan seperti menyeberang jalan pada tempat ataupun waktu
yang tidak tepat (tidak aman), berjalan terlalu ketengah dan tidak berhati-hati.
Pejalan kaki adalah orang berjalan yang menggunakan fasilitas untuk pejalan
kaki (trotoar). Pejalan kaki merupakan bagian yang cukup besar (sekitar 40%) dari
pelaku perjalanan (trip maker) namun prasarana jalan bagi mereka masih jauh dari
lengkap dan memadai. Fasilitas pejalan kaki yang seringkali peruntukkannya
disalahgunakan oleh pihak lain, misalnya pedagang kaki lima, mengakibatkan
pejalan kaki itu sendiri tidak mendapatkan fasilitas serta pelayanan yang baik
sehingga dapat membahayakan mereka. Kondisi dimana pejalan kaki harus naik
turun sepanjang melalui trotoar sebagai akibat dikalahkan oleh jalan masuk rumah
nyaman bagi pejalan kaki. Pada akhirnya kondisi seperti ini dapat mengganggu
kelancaran lalu lintas kendaraan lainnya dan dapat menimbulkan terjadi kecelakaan.
Menurut (Hermariza,2008) Seperti halnya pengemudi, perilaku pejalan kaki juga
dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar, antara lain:
• Kecepatan pejalan kaki.
Kecepetan berjalan setiap orang berbeda – beda. Kecepatan berjalan rata-rata orang
dewasa berkisar 1,4 m perdetik sedangkan untuk anak kecil terkadang bisa lebih
cepat yaitu mencapai kisaran 1,6 m perdetik
• Kondisi trotoar yang kurang nyaman.
Keadaan ini menyebabkan sebagian besar pejalan kaki lebih menyukai menggunakan
badan jalan sebagai bagian perjalanannya.
Selain keberadaan pejalan kaki di badan jalan akibat keberadaan trotoar yang
kurang memadai, pejalan kaki pun melakukan kegiatan menyebrang yang akan
mempengaruhi kegiatan lalu lintas kendaraan di jalan. Kegiatan menyebrang jalan
harus dilakukan secara aman agar tidak menimbulkan kecelakaan. Dalam hal ini,
kecepatan berjalan pejalan kaki sangat berpengaruh pada signal timing. Idealnya,
sinyal hijau tidak hanya dirancang untuk memberi kesempatan kendaraan untuk jalan
pada persimpangan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi pejalan kaki untuk
menyebrang.
II.3.2 Faktor Kendaraan
Kendaraan merupakan sarana angkutan yang digunakan sebagai perantara
untuk mencapai tujuan dengan cepat, selamat dan hemat, serta menunjang nilai aman
digunakan di jalan raya seharusnya sudah mendapatkan sertifikasi layak jalan yang
dikeluarkan oleh Dinas / Kantor Perhubungan setempat sebelum dioperasikan.
Tingkat resiko terjadinya bahaya kecelakaan akibat ketidaklayakan kendaraan cukup
tinggi, sehingga diperlukan ketegasan dari aparat penegak hukum untuk menindak
pelanggaran akan hal tersebut.
Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat
dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknisnya yang
tidak layak jalan ataupun penggunaan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Yang
dimaksud dengan kondisi teknis yang tidak layak jalan misalnya seperti rem blong,
mesin yang tiba-tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, lampu
mati, dll. Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan
misalnya kendaraan yang dimuati secara berlebihan (Hermariza,2008).
Terdapat beberapa karakteristik kendaraan yang berpengaruh terhadap
terjadinya kecelakaan antara lain dimensi kendaraan, perlambatan (deselarasi),
pandangan pengemudi, daya kendali, dan penerangan.
a. Dimensi Kendaraan
Dimensi kendaraan terdiri dari berat, ukuran, dan daya kendaraan. Semakin
besar dimensi kendaraan maka akan semakin lambat akselerasi yang dapat dilakukan
sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan semakin tinggi.
b. Perlambatan (Deceleration)
Untuk dapat melakukan perlambatan (deceleration) kendaraan dengan baik
dibutuhkan kemampuan berkendara yang baik. Kemampuan berkendara dan refleks
masing – masing orang berbeda sehingga hal ini sangat menentukan terhadap
Dalam hal ini terdapat dua jenis perlambatan, yaitu:
1. Perlambatan tanpa rem
Perlambatan tanpa rem (without brakes) dilakukan dengan mengandalkan
tenaga kompresi mesin. Setelah pengemudi melepaskan kakinya dari pedal gas,
terjadi perlambatan kendaraan sebesar 3,5 km/jam /detik.
2. Perlambatan dengan rem
Perlambatan dengan rem (with brakes) terdiri dari dua bagian, yaitu:
1) perlambatan maksimum yang terjadi pada saat kendaraan
menggunakan rem, merupakan penurunan kecepatan akibat bekerjanya rem
selama kemungkinan selip tidak terjadi antara perkerasan jalan dengan
permukaan roda kendaraan. Apabila tenaga rem telah bekerja dengan normal
tetapi tidak dapat menahan lajunya kendaraan meskipun ban tidak berputar
lagi, maka perlambatan dipengaruhi oleh:
- Efektifitas koefisien gesekan antara bidang kontak ban dengan
permukaan jalan.
- Kondisi ban, dimana alur ban sangat menentukan besarnya gesekan /
friksi yang terjadi.
- Keadaan permukaan jalan (basah/kering).
2) Perlambatan normal
Perlambatan normal untuk kendaraan penumpang yang tidak akan
c. Pandangan Pengemudi
Pengemudi di dalam kendaraan harus memiliki pandangan yang leluasa terhadap
halangan yang terdapat di luar kendaraannya. Yang dimaksud dengan pandangan
yaitu kemampuan atau besarnya sudut maksimum yang dapat dicapai oleh
pengemudi dari tempat duduknya
di dalam kendaraan. Hal ini tergantung dan dipengaruhi oleh dimensi kendaraan.
Kemampuan pandangan pengendara akan semakin baik apabila lebar pandangan
vertikal maupun horizontal yang diukur dari pengemudi semakin besar.
d. Daya Kendali Kendaraan
Yang dimaksud dengan daya kendali adalah kontrol terhadap kendaraan. Kendaraan
akan semakin mudah dikontrol apabila semakin baik daya kendali kendaraannya,
terutama pada jalan yang kondisinya kurang baik. Kecepatan merupakan faktor dasar
dari daya kendali kendaraan. Pada kecepatan rendah, hampir semua kendaraan dapat
dikendalikan dengan baik walaupun kondisi jalannya kurang baik. Peralatan yang
dapat membantu daya kendali mobil antara lain:
- ban kendaraan
- stabilisator, yang berfungsi sebagai penunjang apabila mobil melewati suatu
jalan yang bergelombang.
e. Penerangan
Penerangan kendaraan berfungsi antara lain untuk:
1. Agar kendaraan dapat dikenali/didefinisikan oleh pengemudi.
2. Menyediakan penerangan di luar bagi pengemudi agar dapat melihat
pemandangan di depan dan di sekitar kendaraan pada saat kendaraan melaju.
kendaraan dim
kendaraan yan
menyulitkan ki
Perlengkapan
terjadinya kecelakaan
kendaraan harus mem
rangka tindakan preve
a.Active Safety
Yang dimaksud denga
kendaraan yang dapat
pada kendaraan yang
dimana masuk / tidaknya cahaya, kondisi cuac
yang berlawanan arah yang terkadang mengguna
n kita.
pan yang dimiliki oleh suatu kendaraan akan ber
aan dan juga tingkat fatalitas yang ditimbulka
emiliki perlengkapan Active Safety dan Passi
eventif terhadap terjadinya kecelakaan.
dengan perlengkapan Active Safety adalah pe
pat mencegah terjadinya kecelakaan, antara lain:
rem, pelindungan iluminasi pandangan pada
an mengendara (air conditioning, transmisi otom
n.
mbaran stabilitas kendaraan dengan perlengkap
ksud dengan perlengkapan Passive Safety ada
ang dapat mengurangi kerusakan/resiko dari
uaca, dan keberadaan
nggunakan lampu yang
berpengaruh terhadap
• Alat uji suspensi roda dan pemeriksaan kondisi teknis bagian bawah
kendaraan;
• Alat uji rem utama dan rem parkir;
• Alat uji lampu utama;
• Alat uji spedometer;
• Alat uji emisi gas buang, termasuk ketebalan gas buang;
• Alat pengujian berat;
• Alat uji posisi roda depan;
• Alat uji tingkat suara;
• Alat uji dimensi;
• Alat uji tekanan udara;
• Alat uji kaca;
• Alat uji ban;
• Alat uji sabuk keselamatan;
• Peralatan pembantu.
II.3.3 Faktor Jalan
Menurut Dwiyogo dan Prabowo (2006) kondisi jalan dapat pula menjadi
salah satu sebab terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Meskipun demikian, semuanya
kembali kepada manusia pengguna jalan itu sendiri. Dengan rekayasa, para ahli
merancang sistem jaringan dan rancang bangun jalan sedemikian rupa untuk
“mempengaruhi” tingkah laku para pengguna jalan, dan untuk mengurangi atau
Jalan perlu dilengkapi dengan berbagai kelengkapan jalan guna membantu
mengatur arus lalu-lintas, yakni: marka jalan, pulau lalu-lintas, jalur pemisah, lampu lalu-lintas, pagar pengaman, dan rekayasa lalu-lintas lainnya.
Tidak kalah pentingnya adalah penentuan alinyemen jalan. Alinyemen jalan pun,
baik horisontal (tikungan dan persimpangan) maupun vertikal (tanjakanturunan),
sangat berpengaruh terhadap kebebasan pandang para pengemudi, yang pada
gilirannya mempengaruhi kelancaran arus lalu-lintas atau bahkan membahayakan
lalu-lintas [Gb.2.3]. Perancang pembangunan jalan bertanggungjawab untuk
memasukkan faktor-faktor keselamatan selengkaplengkapnya dalam rancangannya
guna meminimumkan terjadinya kecelakaan.
Menurut Hermariza (2008) hubungan antara keselamatan dan perencanaan
jalan sangat sulit untuk dianalisa karena keterkaitan keduanya dengan faktor –faktor
lain seperti faktor kendaraan dan manusianya selaku pengguna jalan. Kondisi jalan
yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan terdiri dari dua hal yaitu faktor
fisik dan perangkat pengatur lalu lintas.
1. Faktor fisik
a. Tata letak jalan
Tata letak jalan sangat bermanfaat untuk menyesuaikan kondisi jalan yang
dibuat dengan perencanaan jalan dan geometrik jalan
b. Permukaan jalan
Permukaan jalan yang basah dan licin, cenderung membuat keamanan dan
kenyamanan berkurang. Kondisi ini akan menjadi lebih buruk jika turun hujan yang
dapat membatasi pandangan pemngemudi. Namun tidak berarti jalan yang tidak licin
permukaan jalan yang buruk, seperti berlubang, tidak rata,dll. Pada intinya
diperlukan pengawasan dan pemantauan yang benar terhadap kondisi permukaan
jalan sehingga dapat segera dilakukan tindakan antisipasi apabila diperlukan.
c. Desain jalan
Desain jalan yang baik adalah yang memenuhi standar keamanan dan
kenyamanan bagi pemakai jalan ( pengemudi ) serta ekonomis. Selain itu juga harus
sesuai dengan aspek hukum yang berlaku berupa peraturan-peraturan di jalan raya,
undang-undang jalan dan faktor lingkungan. Desain geometrik jalan meliputi desain
geometrik fisik jalan itu sendiri dan tuntutan sifat-sifat lalu lintas. Desain fisik jalan
sangat dipengaruhi oleh dimensi kendaraan dan kecepatan rencana kendaraan.
Melalui perencanaan geometrik, perencana berusaha menciptakan hubungan yang
baik antara waktu dan ruang sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan,
sehingga dapat menghasilkan efisiensi keamanan dan kenyamanan yang optimal
serta dalam batas pertimbangan ekonomi yang layak. Dalam desain ini, lebar jalan,
alinemen, median jalan, drainase jalan, maupun perkerasan jalan dibuat sesuai
dengan sifat, komposisi kendaraan yang akan menggunakan jalan tersebut sehingga
memberikan nilai keamanan yang tinggi.
Beberapa hal dalam desain geometrik jalan yang perlu diperhatikan antara lain:
- Lebar lajur jalan
Lebar lajur jalan ditentukan oleh dimensi dan kecepatan kendaraan.
Umumnya lebar lajur terdiri atas jalur lalu lintas, median jalan, drainase jalan, bahu
- Standar perencanaan geometric dan alinemen
Untuk mewujudkan suatu jalan yang aman dan nyaman, dalam perencanaan
desain jalan merujuk pada peraturan standar perencanaan geometric dan alinemen
jalan disesuaikan dengan fungsi jalan., kecepatan rencana dan klasifikasi medan.
- Desain perkerasan jalan
Tipe perkerasan yang paling menentukan adalah lapisan teratas dari
perkerasan (surface), karena faktor pengereman mengandalkan gesekan antara
kendaraan dan perkerasan. Ketentuan terhadap dimensi dan desain geometrik jalan
berbeda–beda sesuai dengan kelas jalannya.
2. Piranti pengatur lalu lintas
Yang dimaksud dengan piranti pengatur lalu lintas adalah perangkat yang
berfungsi untuk membatasi gerak kendaraan sehingga tercipta lalu lintas yang aman
dan nyaman untuk seluruh pengguna jalan. Perangkat ini dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu marka jalan dan rambu lalu lintas. Keduanya berfungsi untuk mengatur lalu
lintas dalam kaitannya dengan memperlancar arus lalu lintas. Piranti dapat berupa
petunjuk jalan, marka jalan, rambu lalu lintas, dan lampu jalan ( penerangan) yang
terutama berpengaruh pada malam hari untuk membantu kemampuan pandang.
a. Marka jalan
Bentuk fisik dari marka jalan yaitu berupa garis putus-putus maupun garis
lurus berwarna putih maupun kuning yang dipergunakan sepanjang perkerasan jalan.
Pada jalan bebas hambatan dibantu dengan delineator dan mata kucing yang berada
di luar perkerasan pada jarak tertentu. Marka jalan ini termasuk dalam piranti lalu
berupa penuntun, petunjuk, pedoman, larangan atau peringatan terhadap
kemungkinan adanya bahaya yang timbul.
b. Penerangan jalan
Fungsi utama dari penerangan jalan adalah untuk memberikan
cahaya/penerangan yang dapat membantu penglihatan yang cepat, tepat dan nyaman
terutama pada malam hari. Pengemudi harus dapat melihat pada jarak jauh dan
menentukan dengan pasti posisinya., khususnya arah jalan maupun sekitarnya dan
segala hambatan – hambatan yang mungkin terjadi selama berlalu lintas. Selain itu,
penempatan penerangan jalan harus ditentukan sesuai kebutuhan dan ditempatkan
pada titik yang tepat. Penggunaan penerangan jalan raya secara tepat sebagai suatu
alat operasi akan memberikan keuntungan ekonomis dan social kepada masyarakat.
Sebagian besar aspek keamanan lalu lintas melibatkan faktor penglihatan. Faktor
utama yang berpengaruh langsung pada penglihatan adalah:
- kecerahan objek pada atau di dekat jalan raya
- kecerahan latar belakang jalan
- kontras antara objek dan daerah sekitarnya
- perbandingan antara penerangan jalan dengan lingkungan sebagaimana
dilihat oleh pengamat.
- waktu yang tersedia untuk melihat objek.
c. Rambu lalu lintas
Piranti lalu lintas ini membantu memberikan petunjuk kepada pengemudi
dalam mengemudikan kendaraannya. Petunjuk dapat berupa arah, atau
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh pengemudi. Perhatian diutamakan pada
pengemudi,selain itu besar huruf dan warna serta bentuk dari rambu juga harus
diperhatikan.
Terkadang terdapat kasus dimana rambu lalu lintas diletakkan tidak sesuai
dengan kebutuhan dan di tempat yang kurang tepat. Misalnya rambu peringatan
adanya tikungan diletakkan tepat di tikungan yang dimaksud sehingga terkesan tidak
berguna karena pengemudi sudah mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu
penempatan rambu yang tepat sangat diperlukan dalam rangka program prevensi
kecelakan.
Jalan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan antara lain dapat dilihat:
a. Kerusakan pada permukaan jalan (adanya lubang yang sulit dikenali oleh
pengemudi).
b. Konstruksi jalan yang rusak atau tidak sempurna (misalnya letak bahu
jalan terlalu rendah terhadap permukaan jalan).
c. Geometrik jalan yang kurang sempurna (misalnya derajat
kemiringan/superelevasi yang terlalu kecil atau terlalu besar pada belokan).
Disamping bentuk fisik jalan yang dipengaruhi oleh“geometric design”dan
“konstruksi jalan” faktor lingkungan jalan bisa juga mempunyai andil dalam
menyebabkan kecelakaan (Robertus dan Sadar,2007).
II.3.4 Lingkungan
Menurut Aditomo (2002) faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Diantaranya adalah kendaraan berhenti,
penyeberang jalan, asap kendaraan, asap lingkungan, hewan, dan benda asing di jalan
membahayakan terutama bila benda tersebut bentuknya tajam dan mudah
membocorkan ban. Apabila paku mengenai kendaraan yang berjalan dengan
kecepatan tinggi, maka ban kendaraan tersebut akan langsung pecah dan
menyebabkan kendaraan akan kehilangan kendali.
Sejalan dengan hal diatas Widyasih (2003) mengatakan bahwa faktor
lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Diantaranya adalah kendaraan berhenti, penyebrang jalan, asap kendaraan, asap
lingkungan, hewan, dan benda asing di jalan.
Kendaraan yang tidak berhenti pada tempat yang sudah disediakan dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Benda-benda asing juga dapat menyebabkan
kecelakaan lalu lintas, misalnya: paku, batu, dan lain-lain. Benda-benda ini sangat
membahayakan terutama bila benda tersebut berbentuk tajam atau mudah
membocorkan ban. Bila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tinggi dan
mengenai paku yang ada di jalan, maka ban kendaraan tersebut akan meletus dengan
tiba-tiba. Keadaan seperti biasanya tidak dapat dikendalikan oleh pengemudi.
Asap tebal yang terdapat di jalan, baik asap kendaraan maupun asap
lingkungan (pembakaran sampah/rumput di pinggir jalan), juga sangat berpengaruh
terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas. Asap tebal dapat menghalangi pandangan
pengemudi, sehingga tidak dapat melihat jalan maupun kendaraan lain yang berada
di depannya.
Kondisi tata guna lahan, kondisi cuaca dan angin serta pengaturan lalu –
lintas adalah beberapa komponen dari lingkungan yang berpengaruh terhadap
terjadinya kecelakaan. Lingkungan jalan yang kurang memadai mengakibatkan