• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) DI KABUPATEN KULON PROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) DI KABUPATEN KULON PROGO"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) IN KULON PROGO DISTRICT

Disusun Oleh

`Azizah Rahmalia Sari 20130430270

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

ANALYSIS FOR THE IMPLEMENTATION OF SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) IN POVERTY ALLEVATION IN

DISTRIC KULON PROGO SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

`Azizah Rahmalia Sari 20130430270

FAKULTAS EKONOMI

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya ,

Nama : `Azizah Rahmalia Sari

Nomor Mahasiswa : 20130430270

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul :” Analisis Imlpementasi Suistainable Development Goals (SDG`S) di Kabupaten Kulon Progo tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya

bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 22 Januari 2017

(4)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila

engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras

(untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau

berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)

Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keikhlasan

(5)

tercinta.

 Untuk almamterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

 Semua pihak yang memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dalam

(6)

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW sehingga penelitidapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Implementasi Suitainable Development Goals (SDGS) Di Kabupaten Kulon Progo”

Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

baik secara moril maupun spiritual maka dalam kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan

selama peneliti menyelesaikan studi.

2. Bapak Ahmad Ma`ruf, SE., Msi. Yang dengan penuh kesabaran

telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses

penyelesaian karya tulis ini.

3. Umi dan Abi dan saudara-saudaraku yang telah memberikan

dorongan dan perhatian.

4. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo beserta masyarakat yang telah

memberikan kemudahan bagi peneliti.

5. Semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan, kemudahan

(7)

akan menyempurnakan penulisan skripsi ini serta bermanfaat bagi penulis,

pembaca, dan bagi peneliti

Yogyakarta, 22 Januari 2016

(8)

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERNYATAAN...iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v

INTISARI...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xiv BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.

1. Pembangunan Ekonomi ... Error! Bookmark not defined.

2. Teori Pembangunan ... Error! Bookmark not defined.

3. Kemiskinan ... Error! Bookmark not defined.

4. Pembangunan Berkelajutan ... Error! Bookmark not defined. 5. SDGS (Suistainable Development Goals) .... Error! Bookmark not defined.

B. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

C. Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Objek dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(9)

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark

not defined.

A. Kondisi Umum Daerah ... Error! Bookmark not defined.

1. Kondisi Geografis ... Error! Bookmark not defined.

2. Kependudukan ... Error! Bookmark not defined.

3. Struktur Perekonomian Daerah ... Error! Bookmark not defined.

BAB V PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined.

B. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan (Intepretasi) ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI PENUTUP ... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

C. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(10)

Tabel 1. 1. Perbedaan MDG`S dan SDG`S... 5

Tabel 1. 2. Konvergensi Antara Nawacita dan SDG`s... 7

Tabel 1. 3.Jumlah Penduduk dan Garis Kemiskinan/Kota DI Yogyakarta Tahun 2014-2015... 13 Tabel 1. 4. Garis Kemiskinan dan penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo Tahun 2002-2014... 14 Tabel 4. 1. Daftar Kecamatan Dalam Kabupaten Kulon Progo... 55

Tabel 4. 2. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Kulon Progo... 58 Tabel 4 .3. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun 20112-2014 (%)... 58 Tabel 4. 4. Statistik Responden... 60

Tabel 4. 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Gender... 60

Tabel 4. 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Anggota Keluarga. 61 Tabel 4. 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 61

Tabel 4. 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 62 Tabel 5 .1. Uji Realibilitas... 63

Tabel 5. 2. Uji Validitas Program OVOC... 64

Tabel 5 .3. Uji Validitas Program UC... 65

Tabel 5 .4. Uji Validitas Program KAKB... 67

Tabel 5. 5. Uji Validitas Program Bela Beli Kulon Progo... 68

Tabel 5. 6. Uji Normalitas Program OVOC... 69

Tabel 5. 7. Uji Normalitas Program UC... 70

Tabel 5. 8. Uji Normalitas Program KAKB... 70

(11)

Tabel 5 .12. Uji Heterokedastisitas Program KAKB... 73

Tabel 5 .13. Uji Heterokedastisitas Program Bela Beli Kulon Progo... 73 Tabel 5. 14. Uji Multikolonieritas Program OVOC... 74

Tabel 5 .15. Uji Multikolonieritas Program UC... 74

Tabel 5 .16. Uji Multikolonieritas Program KAKB... 75

Tabel 5. 17. Uji Multikolonieritas Program Bela Beli Kulon Progo... 75 Tabel 5 .18. Uji F Program OVOC... 77

Tabel 5. 19. Uji F Program UC... 77

Tabel 5 .20. Uji F Program KAKB... 78

Tabel 5 .21. Uji F Program Bela Beli Kulon Progo... 78 Tabel 5. 22.Uji T Program OVOC... 79

Tabel 5 .23. Uji T Program UC... 80

Tabel 5 .24. Uji T Program KAKB... 80

Tabel 5. 25. Uji T Program Bela Beli Kulon Progo... 81

Tabel 5. 26. Uji Koefisien Determinan Program OVOC... 82

Tabel 5 .27. Uji Koefisien Determinan Program UC... 82

Tabel 5 .28. Uji Koefisien Determinan Program KAKB... 82

Tabel 5 .29. Uji Koefisien Determinan Program Bela Beli Kulon Progo... 83 Tabel 5 .30. Hasil Uji Statistik Deskriptif... 84

Tabel 5 .31. Realisasi Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (TSP) Tahun 2013-2015...

88

Tabel 5 .32. Perusahaan Yang Menyalurkan Dana TSP Melalui Rekening TSP...

(12)

Progo...

Tabel 5 .35. Prosentase Jawaban Angket Program UC... 105

Tabel 5 .36. Prosentase Jawaban Angket Program KAKB... 116

Tabel 6. 1. Matriks Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Kulon Progo...

(13)

Gambar 1. 1. Grafik Tingkat Kemiskinan, Ketimpangan, dan Product

Domestic Bruto (PDB) di Indonesia Tahun 2010-2015... 2

Gambar 2. 1. Lingkaran Setan kemiskinan Versi Nurkse... 32

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir... 45

Gambar 4. 1. Batas Administrasi Kab Kulon Progo... 60

Gambar 5.1. Pelaksanaan TSP... 90

(14)
(15)
(16)
(17)

KABUPATEN KULON PROGO `Azizah Rahmalia Sari

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia,

Phone: +62-274-387656

E-mail korespondensi: [email protected]

Menurut Todaro, pembangunan berkaitan dengan berbagai macam aspek ekonomi maupun non ekonomi.. Sumber daya alam seringkali menjadi jalan untuk meningkatkan pendapatan sebuah negara. Melihat hal ini PBB berinisiatif untuk membuat program MDG`S, yang kemudian dilanjutkan dengan SDG`S. Dalam pelaksanaannya Indonesia mengadopsi Nawacita. Indonesia yang merupakan negara kepulauan memberikan wewenang pemerintah daerah dalam penerapan SDG`S didaerahnya. Kabupaten Kulon Progo menjadi salah satu daerah yang menerapkan SDG`S dalam mengatasi kemiskinan di daerahnya. SDG`S yang diterapkan pemerintah Kabupaten Kulon Progo tujuan (1) pengentasan kemiskinan, (2) kesehatan dan kesejahteraan untuk semua, (10) mengurangi ketimpangan yang diaplikasikan ke dalam program pengentasan kemiskinan OVOC (One Village One Sister Company), Bela Beli Kulon Progo,UC (Universal Coverage,) KAKB.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penerapan SDG`S di Kabupaten Kulon Progo. Objek dari penelitian adalah rumah tangga miskin yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda dan analisis koding. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor yang mendukung penerapan SDG`S dalam program pengentasan kemiskinan antara lain adalah anggaran yang terbatas, faktor pendukung penerapan SDG`S antara lain adalah adanya komitmen pemerintah dalam penerapan berupa peraturan-perauran pendukung program SDG`S untuk mengatasi kemiskinan. Sedangkan strategi dalam pelaksanaan program salah satunya adalah integrasi antar SKPD Kabupaten Kulon Progo.

(18)

DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) IN KULON PROGO DISTRICT

`Azizah Rahmalia Sari

Economics and Business Faculty of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia,

Phone: +62-274-387656

Correspondence email : [email protected] Abstract :

According to Todaro , development correlates with kinds of economics and non economic factors.. Natural resources are one of the ways to enhance a country`s revenue. Therefore, United Nations initiated a program called MDG`S which then proceeded with SDG`S. In its implementation, Indonesia adopted Nawacita. Indonesia as an archipelago state gives authority for local governments in implementing SDG`S in their regions. Kulon Progo district SDG`S implemented by the government of Kulon Progo distict are : (1) poverty alleviation (3) health and welfare for all (10) reduce inequality. Implemented in poverty alleviation programs are OVOC (One Village One Sister Company), Defense purchase Kulon Progo (Bela Beli Kulon Progo), UC (Universal Coverrage), KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binangun).

This study aims to discover the factors that affect the implementation of SDG`S in Kulon Progo district. The objects of this study were poor households in Kulon Progo Distict. The methods used in this study were multiple linier regression analysis and coding analysis. The result of the study showed that the factors that resistor in the implementation of SDG`S in alleveting poverty programs were limited budget, the factors tha supported SDG`S implementation was the government comitment in forms of regulations proponent for SDG`S progams to alleviate poverty. While on of the strategies in implementing the program was integration among SKPD Kulon Progo district.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut Todaro, pembangunan berkaitan dengan berbagai macam

aspek baik aspek ekonomi maupun non ekonomi. Pembangunan mampu

merubah tatanan strukur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan

kelembagaan pemerintah baik di daerah ataupun tingkat nasional.

Pembangunan mampu dioptimalkan dengan syarat setiap stakeholder

mampu berperan dalam proses pembangunan tersebut. Pembangunan

diarahkan untuk meningkatkan distribusi ketersedian bahan pokok

masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan

akses masyarakat baik dibidang ekonomi, bidang sosial dalam

kehidupannya. Menurut BPS, pembangunan mengupayakan peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kapasitas perekonomian.

(Frisdiantara & Mukhlis, 2016), (Arwati & Hadiati, 2016).

Pembangunan dalam sebuah negara dapat diukur dengan PDB

(Product Domestic Bruto). PDB adalah nilai akhir dari produk (barang dan

jasa) yang mampu diproduksi di sebuah negara dalam jangka waktu

tertentu, termasuk produk yang diproduksi oleh warga asing di negara

tersebut. Menurut Todaro, pembangunan yang hanya memandang

mengenai sisi ekonomi saja, akan gagal dalam memperbaiki taraf hidup

(kesejahteraan) masyarakatnya (Muchlas & Alamsyah, 2015),

(20)

Menurut Bappenas, tujuan akhir dari pembangunan adalah

kesejahteraan masyarakat, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan kondisi dasar yaitu : (1) pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan, (2) penciptaan sektor ekonomi yang kokoh, (3)

pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Pertumbuhan

ekonomi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang mampu

menyerap tenaga kerja yang lebih banyak serta pemberian tingkat upah

yang layak diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(Sulistiawati, 2012).

Sumber : (Bank Indonesia, 2015), (Data, 2016), (Indonesia

Investments, 2015)

Gambar 1. 1.

Grafik Tingkat Kemiskinan, Tingkat Ketimpangan, dan Product Domestic Bruto (PDB) di Indonesia Tahun 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan (%) 13,3 12,5 11,7 11,5 11 11,75 Tingkat Ketimpangan (%) 0,38 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 PDB (RP) 666413372876357727083815649885662718976932

(21)

Berdasarkan gambar 1.1. menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun

pendapatan nasional dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

PDB, dari tahun 2010-2015 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut

direspon baik dengan tingkat kemiskinan yang juga mengalami penurunan

dari tahun 2010-2015. Akan tetapi, ketimpangan merespon negatif

terhadap kenaikan PDB dari tahun ke tahun. Ketimpangan terus

mengalami kenaikan dari tahun ke 2010-2013 dan mengalami stagnan

pada angka 0,41 hingga tahun 2015. Sehingga hal tersebut menunjukkan

adanya ketimpangan pembangunan di Indonesia. Sumber daya dan

demografis yang berbeda merupakan salah satu penyebab ketimpangan.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan kemampuan setiap daerah dalam

mendorong pertumbuhan juga berbeda (Fitriyah & Rachmawati, 2013).

Ketimpangan pembangunan diduga sebagai faktor utama masalah

kemiskinan yang masih tinggi di Indonesia. Kemiskinan menyebabkan

masyarakat miskin mendapatkan banyak kesulitan akses publik yang

terbatas, pendidikan yang kurang, ketersediaan lapangan pekerjaan yang

masih sedikit, biaya kesehatan yang tinggi, investasi yang rendah,

pemenuhan kebutuhan yang terbatas. Oleh karena itu, penyelesaian

kemiskinan menyangkut berbagai aspek untuk menyelesaikannya, dan

tidak hanya tertuju pada aspek ekonomi saja dan juga harus berkelanjutan

(Sekretariat MDG`s, 2012).

Dari masalah kemiskinan tersebut PBB (Perserikatan

Bangsa-Bangsa) berinisiatif untuk embuat program MDG`s (Millenium

(22)

berbagai aspek sosial maupun ekonomi di negara-negara berkembang.

MDG`s memiliki 8 tujuan besar. Tujuh diantaranya dikhususkan untuk

negara berkembang , yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,

mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender

dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak,

meningkatkan kesehatan ibu, mengurangi HIV/AIDS, Malaria dan

penyakit menular lainnya (TB), menghentikan perusakan lingkungan dan

mendorong pembangunan berkesinambungan. Pemerintah Indonesia

mengintegrasikan tujuan MDG`s dengan RPJPN (2005-2025) (Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional), RPJPM (2005-2009) (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional), RKP/Rencana Kerja

Pemerintah (Rencana Pembangunan Tahunan Nasional) dan APBN

(Anggaran Pendapatan Belanja Negara ) (Sekretariat MDG`s, 2012).

MDG`s merupakan program yang dicanangkan tahun 2000-2015.

Dalam kesepakatan MDG`s bahwa program pembangunan harus

dilaksanakan secara berkelanjutan, maka setelah program MDG`s berakhir

di deklarasikan program SDG`s (Suistainable Development Goals).

Meskipun MDG`s dan SDG`s saling berhubungan dan

berkesinambungan, namun dalam pelaksanaanya SDG`s jauh lebih lama

yaitu dari adanya kesepakatan pada september 2015 sampai tahun 2030.

SDG`s didasarkan pada Hak Asasi Manusia dan kesetaraan dalam

pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Prinsip yang

diterapkan dalam SDG`s adalah universal, integrasi, dan inklusif untuk

(23)

agenda pembangunan. SDG`s terdiri dari 17 tujuan dan 169 target dalam

rangka membangun dari upaya MDG`s berakhir tahun 2015 (SDGs

Indonesia).

Tabel 1. 1.

Perbedaan MDG`s dan SDG`s

MDGs 2000-2015 SDGs 2015-2030

50 Persen

Yang menjadi target dan sasaran MDG`s adalah setengah dari kemiskinan. Sedangkan banyak negara yang telah mencapai target tersebut.

100 persen

Yang menjadi target sasaran SDGs dalah kemiskinan sepenuhnya dan secara tuntas.

 Mengakhiri kemiskinan

 100 persen penduduk memiliki akta kelahiran

 Memerlukan fokus untuk merangkul mereka yang terpiingr dan terjauh.

Dari Negara Maju ke Negara Berkembang

Dalam prosesnya yang memiliki

tugas untuk mengentaskan

kemiskinan adalah negara

berkembang yang kemudian

didukung oleh negara maju

Berlaku Universal

SDGs memiliki pandangan bahwa setiap negara ikut memiliki tugas dalam mencapai tujuan yang terkandung didalamnya. Dan setiap negara wajib mengatasinya, dan harus bekerjasama untuk menemukan sumber pembiayaan dan perubahan kebijakan yang diperlukan.

Bersifart dari Atas (Top Down)

Dokumen MDGs langsung

dirumuskan oleh elit PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)

Bersifat dari Bawah (Bottom Up) dan Partisipatif

SDG`s dirumuskan oleh tim bersama dengan pertemuan tatap muka di lebih dari 100 negara dan survei warga

Solusi Parsial atau Tambal Sulam

8 tujuan MDGs sebgaian besar hanya mengatasi gejala kemiskinan, dan belum memperdulikan masalah ekologi dan lingkungan hidup. Dalam

sektor ekonomi misalnya

ketimpangan, pajak dan pembiayaan

pembangunan juga belum

mendapatkan perhatian.

Solusi yang Menyeluruh

17 tujuan SDGs merupakan upaya untuk merubah sistem dan struktur

 Kesetaraan gender

 Tata pemernthan

 Perubahan model konsumsi dan produkdi

 Perubahan sistem perpajakan

 Mengakui masalah ketimpangan

(24)

Dalam pelaksanaanya, Indonesia akan mengadopsi SDG`s dalam

Nawacita. Dalam Nawacita terdapat 9 prioritas pembangunan pada masa

pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla yang menjadi visi dan misi dalam

memimpin Indonesia. Tabel berikut berisi mengenai SDG`s yang telah

diterjemahkan dan dintegrasikan dengan Nawacita masa pemerintahan Joko

(25)

Tabel 1. 2.

Konvergasi antara Nawacita, dan SDG`s

Nawacita SDG`s

N1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara Maritim

G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G10 Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara.

G16 Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses pada keadilan bagi semua dan membangun pranata- pranata yang efektif, akuntable, dan inklusif di semua tingkatan. G17 Memperkuat cara-cara penerapan dan mervitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. N2. Membuat pemerintah tidak absen

dengan membangun

tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,

dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya

memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan

(26)

Lanjutan Tabel 1.2.

Nawacita SDG`S

N3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan

G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.

G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia.

G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta

mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.

G6 Memastikan ketersediaan dan pangelolaan air dan sanitasi yang lestari bagi semua.

G7 Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal, berlanjut, dan

modern bagi semua.

(27)

Lanjutan Tabel 1.2.

Nawacita SDG`S

N4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

G16 Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses pada keadilan bagi semua dan membangun pranata- pranata yang efektif, akuntable, dan inklusif di semua tingkatan.

N5.Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan

program Indonesia Pintar; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat.

G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.

G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.

(28)

Lanjutan Tabel 1.2.

Nawacita SDG`S

N6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya.

G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan

memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.

G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua. G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.

G6 Memastikan ketersediaan dan pangelolaan air dan sanitasi yang lestari bagi semua.

G7 Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal, berlanjut, dan modern bagi semua.

G8 Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, pekerjaan penuh, produktif, dan laik bagi semua.

(29)

Lanjutan Tabel 1.2.

Nawacita SDG`S

N7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.

G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia.

G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta

mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

(30)

Lanjutan Tabel 1.2.

Nawacita SDG`S

N8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek

pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air,

semangat bela negara dan budi

pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

G11 Membuat kota dan permukiman yang inklusif, aman, berdaya tahan, dan berkelanjutan.

N9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat

pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.

G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.

G10 Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara.

(31)

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari kepulauan, kondisi

geografis tersebut dapat berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan.

Daerah kepulauan yang luas menyebabkan pemrintah sulit untuk melakukan

koordinasi pemerintahan yang terdapat di daerah. Untuk itu diperlukan

adanya penataan sistem pemerintah yang dapat berjalan secara efesien serta

mandiri yang tetap berada dalam pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut

didukung dengan perbedaan sumber daya antar daerah, maka diperlukan

suatu sistem yang mampu memudahkan pengelolaan sumber daya yang dapat

menjadi sumber pendapatan setiap daerah sekaligus bisa menjadi pendapatan

nasional. Sehingga pemerintah menganut sistem desentralisasi (Yapan`s,

2014).

Sistem desentralisasi yang telah dilaksanakan di Indonesia, membuat

sebagian besar nasib masyarakat bergantung pada kinerja pemerintah daerah

tersebut. Desentralisasi dalam ilmu administrasi adalah sebuah pendekatan

dan teknik manajemen yang berkenaan dengan pendelegasian wewenang dan

tanggung jawab dari sebuah tingkat pemerintah kepada tingkat yang lebih

rendah. Sehingga diharapakan pemerintah daerah juga ikut berperan aktif

dalam pelaksanaan pencapaian SDG`s. Hal ini dikarenakan pemerintah

daerah lebih dekat dengan warga, sehingga mereka lebih mengenal masalah

yang dihadapi dan mampu lebih berinovasi dibandingkan dengan pemerintah

pusat. Inovasi yang dimiliki menjadikan pemerintah daerah menjadi ujung

tombak dalam penyediaan layanan publik dan berbagai kebijakan program

(32)

Tabel 1 .3.

Jumlah Penduduk Miskin Kabuaten/Kota D I Yogyakarta 2014-2015

Kabupaten/Kota Garis

Kemiskinan

Penduduk Miskin Jumlah

Total %

Kulon Progo 265.575 84,67 20,64

Bantul 301.986 153,49 15,89

Gunung Kidul 243.847 148,39 20,83

Sleman 306.961 110,44 9,5

Yogyakarta 366.520 36,6 14,55

Sumber : (BPS, 2015)

Kebebasan otonomi daerah, memberikan wewenang pemerintah dalam

penerapan SDG`s di daerahnya. Sesuai dengan tujuan SDG`s yakni untuk

mengurangi ketimpangan dan pengentasan kemiskinan, Kabupaten Kulon

Progo yang dikenal sebagai Kabupaten termiskin kedua di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta setelah Kabupaten Gunung Kidul berinovasi untuk

mengentaskan kemiskinan di daerahnya.

Pemerintah Kulon Progo mengadapatasi tujuan SDG`s (1) mengentaskan

kemiskinan, (3) kesehatan dan kesejahteraan untuk semua, (10) mengurangi

ketimpangan. SDG`s tersebut diterapkan dalam program-program pengetasan

kemiskinan antara lain, One Village One Sister Company(Satu desa satu

dibina oleh perusahaan), KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binangun), Bela

dan Beli Kulon Progo, Universal Coverage. Semua program tersebut

ditujukan untuk mengurangi ketimpanagan di daerah Kulon Progo (Ni`mah,

(33)

Tabel 1. 4.

Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo tahun 2002-2014 Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin

Jumlah (000) Persen

2002 105.404 93,00 25,10

2003 119.538 91,40 24,35

2004 129.057 94,60 25,11

2005 144.076 104,30 26,80

2006 162.158 106,10 28,39

2007 173.738 103,80 28,61

2008 197.507 97,92 26,85

2009 205.585 89,91 24,65

2010 225.059 90,06 23,15

2011 240.301 92,76 23,62

2012 250.854 93,21 23,31

2013 259.945 86,50 21,39

2014 265.575 84,67 20,64

Sumber: (Susenas 2002-2013)

Dengan adanya program-program yang telah dilaksanakan oleh

pemerintah Kabupaten Kulon progo, maka garis kemiskinan di daerah

tersebut mengalami penurunan. Pada tahun 2012, garis kemiskinan

menurun sebesar 0,31 dari tahun 2011. Tahun 2013, kemiskinan

bertambah menurun sebesar 1,92 dibandingkan dengan tahun 2012. Dan

pada tahun 2014 garis kemiskinan mengecil sebesar 0,75 dibandingkan

tahun 2013.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan tersebut maka, penulis

(34)

B. Batasan Masalah

Mengingat tujuan dari SDG`s yang multidimensional, pada

penelitian ini dibatasi pada analisis program-program yang merupakan

implementasi SDG`s pemerintah Kabupaten Kulon Progo yaitu

KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binaan), Bela dan Beli Kulon Progo

dalam studi ini adalah batik, program One Village One Sister Company

(Satu desa dibina satu perusahaan), Universal Coverage (Jaminan

Kesehatan Semesta). Dalam penelitian ini program pengentasan

kemiskinan di katakan berhasil apabila terdapat kenaikan pendapat

penerima program.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan

penelitian ini akan dibatasi dalam bentuk pertanyaan dasar yang perlu

memperoleh jawaban dari penelitian tersebut, yaitu antara lain:

1. Apa yang menjadi faktor pendukung implementasi program

SDG`s di Kabupaten Kulon Progo ?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat implementasi program

SDG`s di Kabupaten Kulon progo?

3. Bagaimana strategi pemerintah daerah dalam implementasi

(35)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan peneliti dalam penerapan SDG`s di Kabupaten Kulon

Progo adalah :

1. Mengetahui faktor pendorong implementasi SDG`s di

Kabupaten Kulon Progo

2. Mengetahui faktor penghambat dalam implementasi SDG`s di

Kabupaten Kuln Progo

3. Mengetahui strategi pemerintah daerah Kabupaten Kulon

Progo dalam melaksanakan program implementasi SDG`s

untuk mengurangi kemiskinan di daerahnya

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain

adalah :

1. Bagi Peneliti, Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu

menambah pengetahuan peneliti mengenai materi yang

dibahas maupun metode yang digunakan dalam meneliti

khususnya yang terkait dengan pembangunan dan penerapan

SDG`suntuk mengurangi ketimpangan di masyarakat daerah..

2. Bagi Pemerintah, Mengetahui pelaksanaan SDG`s di tingkat

bawah, serta mampu mengidentitifikasi permasalahan yang

terjadi di masyarakat. Selain itu untuk pemerintah daerah lain

bisa menjadi salah satu masukan untuk menerapkan program

(36)

3. Bagi Masyarakat, Mampu membantu masyarakat untuk lebih

mengetahui program pengentasan kemiskinan, sehingga

diharapkan mampu berperan serta dalam pelaksanaan SDG`s

untuk mencapai kesejahteraan.

4. Bagi Peneliti Lain. Dapat memberikan gambaran atau

pengetahuan bagaimana proses pengembangan masyarakat

terkait masalah penerapan SDG`s sehingga nantinya mampu

(37)

18

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi negara sedang berkembang awalnya

lebih diidentikkan dengan upaya untuk meningkatkan pendapatan per

kapita masyarakat. Konsep tersebut kemudian dikoreksi oleh Michael

Todaro dalam bukunya yang berjudul Development in Third Word.

Pembangunan tidak hanya membahas mengenai indikator kuantitatif

yang berkaitan dengan stabilitas ekonomi makro melainkan juga

berkaitan dengan indikator kualitatif yang membahas tentang tingginya

kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai

suatu proses yang secara terus menerus dan berkesinambungan dilakukan

untuk meningkatkan GNP per kapita atau pendapatan masyarakat. GNP

adalah jumlah barang dan jasa yang mampu diproduksi oleh warga

negara suatu negara baik di dalam negara tersebut ataupun di luar negeri

(Arsyad, 1999) (Damanhuri, 2014) , (Prayitno & Santosa, 1987).

Menurut Todaro, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil

apabila memenuhi tiga nilai pokok yaitu , (1) kemampuan masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya semakin berkembang (basic

needs), (2) masyarakat semakin memiliki rasa harga diri (self-esteem)

yang meningkat, (3) hak asasi manusia untuk memilih (freedom from

(38)

tersebut maka dapat disadari bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya

mengenai peningkatan GNP tiap tahunnya. Pembangunan ekonomi dapat

didefinisikan suatu proses yang secara berkelanjutan mengakibatkan

kenaikan pendapatan riil masyarakat dan perbaikan sistem kelembagaan

dalam segala bidang (Arsyad, 1999).

“Menurut Lewis, pembangunan ekonomi berarti peningkatan

dalam output per kapita. Sedangkan menuru Michael Todaro,

pembangunan ekonomi adalah suatu proses multidimensional yang

menyangkut perubahan besar dalam struktur sosial, sikap orang,

lembaga-lembaga nasional, percepatan pertumbuhan ekonomi, dan

berkurangnya ketimpangan. Kindleberger memiliki perbedaan

ddalam definisi pembangunan ekonomi, yaitu peningkatan dalam

output barang dan jasa dalam perekonomian (Damanhuri, 2014). “

2. Teori Pembangunan

Teori-teori dasar pertumbuhan dan pembangunan yang telah

(39)

2.1. Mazhab Historis

Mazhab historis melihat proses pembangunan lebih pada

aspek empiris (historis), atau lebih melihat dari aspek sejarahnya

(Arsyad, 1999).

2.1.1. Friedrich List

List merupakan salah satu penganut dari paham Laissez faire.

Perkembangan ekonomi dapat terjadi apabila masyarakat

memiliki kebebasan dalam organisasi politik fase perkembangan

kebebasan manusia adalah primitif, beternak, pertanian, industri

pengolahan (manufacturing), dan yang terakhir dalah pertanian,

industri pengolahan (manufacturing), perdagangan (Arsyad,

1999).

2.1.2 Karl Bucher

Menurut Bucher, tahapan ekonomi adalah (Arsyad, 1999) :

 Produksi untuk kebutuhan sendiri

 Perekonomian kota dimana petukaran sudah meluas

 Perekonomian nasional dimana peran pedagang menjadi

semakin penting.

2.1.3. Walt Whitman Rostow

Proses pembangunan menurut Rostow adalah :

a) Masyarakat tradisional (the traditional society)

b) Tahap Prasyarat Tinggal Landas

(40)

d) Tahap menuju kedewasaan (drive to maturity)

e) Tahap konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption)

2.2. Teori Klasik

Menurut kaum klasik mekanisme pasar akan secara otomatis

menjadikan perekonomian berjalan secara efisien. Teori kaum klasik

muncul pada saat yang sama ketika Revolusi Industri muncul dan sistem

ekonomi liberal berlaku. Ekonomi liberal menurut kaum klasik terjadi

akibat adanya peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi

yang bersamaan. Pada awalnya kemajuan teknologi terjadi lebih dahulu

dan pada akhirnya terjadi sebaliknya yaitu peningkatan jumlah penduduk

yang lebih besar dibandingkan dengan penigkatan tekonologi. (Prayitno

& Santosa, 1987).

2.2.1.Adam Smith (1723-1790)

Menurut Adam Smith spesialisasi atau pembagian kerja

diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi agar

produktivitas tenaga kerja dapat bertambah. Akan tetapi akumulasi

modal harus ada terlebih dahulu sebelum pembagian kerja. Akumulasi

modal diperoleh dari tabungan dan investasi, selain itu pasar harus

seluas mungkin untuk menampung hasil produksi. Pasar terdiri dari

pasar dalam negeri dan luar negeri. Apabila ada pasar yang cukup serta

akumulasi modal yang dibutuhkan terpenuhi maka akan menghasilkan

pembagian kerja dan produktivitas kerja yang meningkat. Kenaikan

tersebut mengakibatkan penghasilan nasional naik sehingga

(41)

Keterbatasan sumber daya alam dan hukum pertambahan hasil yang

semakin berkurang akan menyebabkan perkembangan tersebut berhenti

(Prayitno & Santosa, 1987).

2.2.2.David Ricardo (1772-1823)

Ciri-ciri pertumbuhan menurut David Ricardo dimulai dengan

adanya keterbatasan tanah. Bertambah atau berkurangnya jumlah

Tenaga kerja (penduduk) tergantung pada tingkat upah yang ditetapkan.

Apabila tingkat upah diatas tingkat upah alamiah maka tenaga kerja

(penduduk) akan terus bertambah. Pertambahan tenaga kerja

(penduduk) menyebabkan berlakunya hukum diminishing return yang

akan berakibat pada penurunan upah tenaga kerja (penduduk) (Prayitno

& Santosa, 1987).

Proses tersebut akan berhenti ketika tingkat upah telah turun

dibawa tingkat upah alamiah yang akan menyebabkan penurunan

jumlah tenaga kerja (penduduk). Dan tingkat upah akan kembali naik

sampai pada tingkat upah alamiah, pada tahap ini jumlah tenaga kerja

(penduduk) akan konstan. Menurut David Ricardo adanya akumulasi

modal dan perkembangan teknologi cenderung meningkatkan

produktivitas dan dapat memperlambat bekerjanya the law diminishing

returns yang akan menurunkan tingkat hidup ke arah tingkat hidup

minimal. The law diminishing returns merupakan suatu kekuatan

dinamis yang selalu menarik perekonomian menuju tingkat upah

(42)

2.3. Neo Klasik (Slow-Swan)

Tokoh yang terkanal dari mazhab Neo Klasik adalah Robert

M.Solow dan Trevor W Swan, sehingga nama dari teori mereka

adalah Teori Solow-Swan. Teori ini berasumsi bahwa teknologi tetap,

tidak ada perdagangan luar negeri serta arus modal masuk atau keluar

negara, tingkat penduduk atau tenaga kerja dianggap konstan serta

tercapaianya prinsip full employment, dimana seluruh penduduk

bekerja dan faktor produksi lainnya dipergunakan secara penuh.

Dalam teori ini campur tangan pemerintah tidak diperlukan karena

mekanisme pasar mampu menciptakan keseimbangannya sendiri

(Arifin & W, 2007).

2.4. Teori Keynesian

Teori ini dikemukakan oleh John Maynard Keynes, Keynes

mengungkapkan bahwa untuk mnghadapi masalah-masalah yang

dihadapi maka diperlukan campur tangan pemerintah untuk

menyelesaikannya variabel yang ditambahkan dalam teori ini adalah

pengeluaran pemerintah. Menurut Keynes pasar tidak mampu

menyelesaikan masalahnya sehingga diharapkan dengan adanya

variabel pengeluaran pemerintah mampu untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi pasar (Rahman, 2016).

2.5. Teori Harrod –Domar

Teori Harod-Domar dikemukakan oleh Sir Roy F Harrod dan

Evsey Domar. Teori ini merupakan teori yang dikembangkan dari

(43)

pembentukan modal adalah hal yang penting dalam pertumbuhan

ekonomi. Pembentukan modal dapat diperoleh dari tabungan dan

investasi. Secara matematis dapat ditulis dengan

� = � �⁄

Notasi g merupakan pertumbuhan ekonomi, s marginal

propensity to save, v rasio antara modal dengan output (capital output

ratio). Pertumbuhan dalam kapasitas output akan sesuai dengan

pertumbuhan permintaanya apabila g-s/v. Apabila pertumbuhan tidak

sesuai dengan jalurnya makan akan menyebabkan ketidakstabilan

perekonomian. Keseimbangan tidak dengan sendirinya menyesuaikan

dengan keadaan ini, sehingga membutuhkan campur tangan

pemerintah yang diharapkan mampu mencapai keseimbangan antara

pertumbuhan permintaan dengan perekonomian (Frisdiantara &

Mukhlis, 2016).

Asumsi teori Harrod Domar adalah (1) perekonomian

mengalami keadaan full employment (semua warga negara memiliki

pekerjaan) serta barang modal yang diproduksi masyarakat digunakan

secara penuh, (2) perekonomian terdiri dari sektor rumah tangga dan

perusahaan, (3) besarnya tabungan proporsional dengan pendapatan

nasioanal yang berarti bahwa tabungan dimulai dari titik nol, (3)

terdapat hubungan langsung antara banyaknya stok kapital (K) dengan

GNP (Y), ini berarti bahwa semakin banyak bagian dari GNP yang

ditabung atau diinvestasikan maka pertumbuhan GNP akan menjadi

(44)

2.6. Teori Schumpeter

Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi suatu negara

ditentukan oleh adanya proses inovasi (penemuan baru dalam bidang

teknologi produksi ) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa

adanya inovasi maka pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi.

Proses ini terdiri dari tiga tahap yaitu (Prayitno & Santosa, 1987) :

 Teknologi baru diperkenalkan

 Inovasi menimbulkan keuntungan yang lebih

 Proses imitasi inovasi, yaitu penemuan baru tersebut akan

ditiru oleh pengusaha lain, sehingga seluruh pengusaha akan

dapat meningkatkan hasil produksi baik secara kuantitatif

ataupun kualitatif.

2.7. Teori Kuznets

Dalam teori Kuznets pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang akan mampu memenuhi kebutuhan benda-benda ekonomi

kepada rakyat apabila terdapat kemajuan dalam bidang teknologi,

kelembagaan serta penyesuaian ideologi. Untuk mencapai

kematangan ekonomi maka dibutuhkan adanya peningkatan output

secara terus menerus, diciptakannya pra kondisi yakni adanya

kemajuan teknologi yang disertai dengan perubahan perilaku,

presepsi sosial, serta adanya penyesuaian ideologi (Prayitno &

Santosa, 1987).

Teori ini kemudian dijabarkan oleh Chenerry dan Syrquin

(45)

pembangunan sebuah negara adalah perubahan struktur ekonomi

yakni (1) perubahan proses alokasi sumber daya (resources) yang

meliputi struktur permintaan domestik (pengeluaran masyarakat

atas produksi dalam negeri), struktur produksi dan struktur

perdagangan. (2) akumulasi modal yakni pembentukan modal atau

investasi, serta pengumpulan pendapatan pemerintah, dan

pengadaan kegiatan pendidikan untuk masyarakat. (3) perubahan

dalam proses demografis yang meliputi perubahan alokasi tenaga

kerja dalam berbagai sektor urbanisasi, tingkat kelahiran dan

kematian, serta distribusi pendapatan (Prayitno & Santosa, 1987).

2.8. Teori Dependensia

Asumsi dasar teori ini adalah membagi negara di dunia

menjadi negara maju dan negara sedang berkembang (NSB). Andre

Gunder Frank mengelompokkan negara maju ke dalam

negara-negara metropolis maju (developed metropolitan countries) dan

NSB dikelompokkan ke dalam negeara satelit yang terbelakang

(satellite underdeveloped countries). Salah satu ekonom penganut

dependensia membagi perekonomian menjadi negara maju di pusat

(core/ central) dan kelompok negara miskin (periphery) (Kuncoro,

2010).

Interaksi negara maju dengan negara miskin lebih bersifat

eksploitasi negara maju terhadap negara miskin. Dominasi

perekonomian negara maju menyebabkan ketergantungan negara

(46)

investasi perusahaan multinasional dari negara maju akan mampu

meningkatkan pendapatan nasional negara miskin. Namun

peningkatan tersebut tidak mampu dirasakan oleh semua lapisan

masyarakat karena kepincangan dalam distribusi pendapatan.

Keuntungan tersebut hanya mampu dinikamti oleh sebagian anggota

masyarakat tertentu karena eksploitasi sumber daya yang ada

(Kuncoro, 2010).

Ekonom penganut Dependensia menuduh bahwa

ketergantungan yang terjadi di NSB juga disebabkan oleh

badan-badan dunia internasional, seperti Bank Indonesia dan IMF. Bantuan

yang diberikan tidak bisa terlepas dari vested of interest dari negara

donor yang mendukung dana lembaga tersebut. Pemberian bantuan

dalam bentuk barang, yang biasanya berteknologi tinggi tidak sesuai

dengan kondisi negara yang menerima bantuan, sehingga yang

terjadi ketergantungan terhadap teknologi semakin meningkat, dan

nilai bantuan yang kemudian sulit dikuantifikasi. Pengiriman

bantuan tenaga ahli oleh negara pendonor, merupakan salah satu cara

untuk membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga mereka. Dan yang

lebih parah tenaga ahli tersebut, memiliki keahlian yang pas-pas an,

dan digaji dengan gaji yang tinggi (Kuncoro, 2010).

2.9. Teori Neo-Klasik

Teori ini mengungkapkan bahwa keterbelakangan yang terjadi di NSB disebabkan oleh faktor internal negara tersebut. Misalnya

(47)

meluasnya korupsi, dan kurangnya intensif ekonomi, pengalokasian

sumber daya yang tidak sesuai. Ketidakefiesienan “mesin”

perekonomian NSB disebabkan oleh alokasi sumberdaya yang slaah

menyebabkan ketidakefektifan penetapan harga yang menyebabkan

pembagian “kue pembangunan” tidak merata (Kuncoro, 2010).

Semakin besar campur tangan pemerintah dalam

perekonomian, semakin lambat laju pertumbuhan ekonomi yang

dialami oleh suatu negara. Dalam teori ini, pasar bebas perekonomian

laissez faire menjadi kata kunci keberhasilan dalam pembangunan

menurut teori neoklasik. Namun, teori ini tepat diterapkan di negara

maju dibandingkn negara NSB (Kuncoro, 2010).

3. Kemiskinan

3.1. Pengertian Kemiskinan

Menurut Bank Dunia kemiskinan adalah ketidakmampuan

seseorang untuk dapat memperoleh standar hidup yag layak. Akibat

dari ketidak mampuan tersebut, maka seseorang harus mengakui

keunggulan orang atau kelompok lain dalam persaingan untuk

memperoleh pendapatan dan memiliki aset produktif, hal ini pada

akhirnya akan menyebabkan ketertinggalan (Mikkelsen, 2003)

(Prayitno & Santosa, 1987).

Menurut Bank Dunia dimensi kemiskinan meliputi :Pertama,

kemiskinan bersifat multidimensional, kebutuhan manusia terkait

dengan berbagai macam aspek, oleh karena itu kemiskinan berkaitan

(48)

kemiskinan terdiri dari aspek primer dan sekunder. Aspek primer

meliputi miskin terhadap aset-aset, organisasi politik, pengetahuan

serta ketrampilan. Aspek sekunder terdiri dari miskin jaringan sosial

sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi tersebut

memanifestasikan dirinya ke dalam bentuk kekurangan gizi, air,

rumah tidak sehat, akses kesehatan dan pendidikan yang kurang

(Prayitno & Santosa, 1987).

Kedua, Dimensi kemiskinan memiliki pengaruh baik langsung

maupun tidak langsung. Ini berarti apabila terjadi perubahan dalam

satu aspek baik itu kemajuan atau pun kemunduran maka dapat

mempengaruhi aspek lainnya. Ketiga, hakekat yang miskin

sebenernya adalah manusia, baik secara individu maupun kelompok.

Kemiskinan muncul akibat adanya masalah yang berkaitan dengan

pemilikan faktor produksi, produktivitas, dan tingkat perkembangan

masyarakat, kebijakan pembangunan nasional (Arsyad, 1999)

(Prayitno & Santosa, 1987).

3.2. Ukuran Kemiskinan

3.2.1.Kemiskinan Absolut

Kemiskinan dapat diketahui dari dihitung dengan satuan angka

ataupun per kepala. Penghitungan ini menghitung orang yang

memiliki penghasilan dibawah garis kemiskinan absolut.Kesulitan

dalam mengukur kemiskinan absolut disebabkan karena kebutuhan

dasar minimum sesorang dipengaruhi oleh adat kebiasaan, iklim,

(49)

(International Labor Organization) kebutuhan dasar tidak hanya

kebutuhan orang ataupun keluarga akan tetapi termasuk dengan

kebutuhan lingkungan fisik (Arsyad, 1999) .

“Kebutuhan dasar meliputi 2 unsur : pertama, kebutuhan yang

meliputi tuntutan minimal tertentu dari suatu keluarga sebgai

konsumsi pribadi seperti makan makanan yang cukup, tempat

tinggal, pakaian, juga peralatan dan perlengakpan rumah tangga

yang dilaksanakan. Kedua kebutuhan meliputi pelayanan sosial

yang diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti meminum air

minum yang bersih, pendidikan dan kultural.”

3.2.2. Kemiskinan Relatif

Dalam menentukan kemiskinan dengan ukuran kemiskinan relatif,

tidak hanya melihat aspek terpenuhinya kebutuhan dasar. Tidak setiap

orang yang terpenuhi kebutuhan dasarnya tidak dikategorikan miskin, hal

ini terjadi karena kebutuhan dasar yang telah dicapai lebih rendah

dibandingkan lingkungan sekitarnya.berdasarkan hal tersebut maka

kemiskinan relatif dapat mengalami perubahan sesuai dengan tingkat

hidup masyarakat yang berubah. Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari

aspek ketimpangan sosial. Menurutnya kemiskinan dan ketimpangan

akan berhubungan positif. Artinya bahwa semakin besar ketimpangan

yang ada antara masyarakat golongan atas dengan masyarakat golongan

bawah dalam suatu masyarakat maka, semakin besar pula jumlah

(50)

3.3.Penyebab Kemiskinan

Menurut Imam Nurhidayat dan Anis Nurnasening dalam

Kamaluddin (1993), berpendapat bahwa faktor penyebab kemiskinan

antara lain adalah etos kerja yang rendah, sehingga tidak mendukung

peningkatan produktivitas, produksi yang berakibat pada penghasilan

seseorang yang tidak mengalami peningkatan (Kasim, 2006) .

Menurut Hadiwigeno dan Pakphan (1993) penyebab kemiskinan

bisa dilihat dari sudut keluarga, penduduk dan wilayah. Dari sudut

keluarga, keluarga miskin memiliki ciri yang bisa dilihat dari pendapatan

per kapita keluarga, status gizi, dan umur harapan hidup. Ciri-ciri

tersebut sebagai akibat dari tingkat pendidikan, ketrampilan, jumlah

anggota keluarga, nila atau sikap, pekerjaan utama, modal kerja dan

tingkat penggunaan input. Penyebab dari sudut wilayah adalah kondisi

alam, sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, lembaga

keuangan, jalan , dan sebagainya (Kasim, 2006).

Dari pendapat tersebut penyebab dari kemiskinan sangat

bermacam-macam. Wilayah yang berbeda antar daerah menyebabkan

setiap penanganan kemiskinan di satu daerah dengan daerah lain harus

disesuaiakan dengan faktor penyebab yang ada serta tidak bisa disama

ratakan antar daerah. Karakteristik penanggulangan kemiskinan juga

tidak bisa hanya dengan waktu yang singkat. Selain itu, diperlukannya

integrasi antar sektor mengingat penyebab kemiskinan tidak hanya

disebabkan oleh faktor ekonomi saja akan tetapi faktor-faktor lain juga

(51)

3.4.Indikator Kemiskinan

Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan dasar baik pangan maupun non pangan. Dalam

menghitung angka kemiskinan BPS menggunakan tingkat konsumsi

kebutuhan dasar (basic needs). Artinya kemiskinan bisa diartikan sebagai

ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhn dasar.

Indikator yang digunakan BPS adalah Head Count Indec (HDI), yaitu

jumlah persentase penduduk miskin yag berada di bawah garis

kemiskinan (Khomsan, et al., 2015).

Garis kemiskinan didapatkan dari besarnya rupiah yang

dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum

baik pangan maupun non pangan. Besarnya kebutuhan pangan yang telah

ditetapkan adalah sebesar 2.100 kkal/kapita/hari. Sedangkan kebutuhan

non pangan yang harus dipenuhi adalah kesehatan, pendidikan,

transportasi, perumahan, bahan bakar, sandang (Khomsan, et al., 2015).

Dalam menghitung jumlah penduduk miskin, selain menggunakan

analisis tentang penduduk miskin, BPS juga menggunakan karakteristik

rumah tangga miskin. Karakteristik tersebut adalah kepala rumah tangga

berstatus janda, pendidikan kepala rumah tangga rendah atau buta huruf,

perbedaan geografis antar kota dan desa, lapangan usaha dan status

pekerjaan, penguasaan luas lantai per kapita, akses terhadap air bersih,

fasilitas bung air besar, pemanfaatn listrik dan sebagainya (Khomsan, et

(52)

3.5. Efek Lingkaran Kemiskinan Terhadap Pembangunan Ekonomi

Gambar 2. 1.

Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurkse

Sumber : Kuncoro, 2010

Lingkaran setan kemiskinan ini disebabkan oleh adanya hambatan

pada tingkat pembentukan modal. Pembentukan modal diperoleh dari

tingkat tabungan. Lingkaran kemiskinan bisa terjadi dari sisi penawaran

ataupun sisi permintaan modal. Pertama, penawaran modal Tingkat

pendapatan masyarakat yang rendah menyebabkan tingkat produktivtas

mereka rendah. Hal ini membuat kemampuan masyarakat untuk

menabung rendah. Karena pembentukan moda diperoleh dari tingkat

tabungan, akibat dari kemampuan menabung masyarakat yang rendah

mengakibatkan pembetukan modal juga rendah. Efek pembentukan

modal yang rendah menyebabkan negara menghadapi kekurangan Ketidaksempurnaan Pasar,

Keterbelakangan, Ketertinggalan

Produktivitas Rendah

Pendapatan Rendah Investasi

Rendah

(53)

modal yang juga berimplikasi pada tingkat produktivitas yang rendah

(Suman dalam (Apriyanti, 2011), (Kuncoro, 2010).

Kedua, adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan

kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya

produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima.

Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan

dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan,

dan seterusnya (Agus Suman, 2006 (Apriyanti, 2011), (Kuncoro, 2010).

4. Pembangunan Berkelajutan

Pembangunan berkelanjutan menjadi konsep atas pembentukan

Suistainabel Development Goals (SDG`S) . Konsep pembangunan

berkelanjutan akan memberikan wacana baru pentingnya menjaga

lingkungan untuk generasi yang akan datang. Menurut Brundtland

Report dari PBB 1987, pembangunan yang berkelanjutan adalah

mengenai bagaiamana kita memeperbaiki lingkungan tanpa

mengorbankan kebutuhan pembangunan dan melupakan keadilan sosial.

Menurut Emil Salim (dalam Askar Jaya, 2004) pembangunan

berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

memenuhi aspirasi dan kebutuhan manusia (Dewi, 2011), (Jaya, 2004) .

Konsep pembangunan berkelanjutan memiliki 3 konsep yakni,

(1) keberlanjutan ekonomi berarti pembangunan yang mampu

menghasilkan barang dan jasa secara terus menerus, namun tidak

menimbulkan ketidakseimbangan pertanian dan industri. (2)

(54)

agar tetap stabil, tanpa melakukan eksploitasi alam dan penyerapan

lingkungan. (3) keberlanjutan sosial adalah sistem yang mampu

mencapai kesetaraan layanan sosial, baik kesehatan, pendidikan, gender

dan akuntabilitas politik ((menurut Prof. Dr. Emil Salim, 2010)(dalam

(Dewi, 2011), (Haris, 2000)(dalam (Jaya, 2004).

Agar pembangunan berkelanjutan dapat dicapai, penting untuk

menyelaraskan tiga elemen inti: pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial

dan perlindungan lingkungan hidup. Elemen-elemen ini saling terkait

dan semuanya amat penting untuk kesejahteraan diri individu dan

masyarakat. Pengentasan kemiskinan dalam semua bentuk dan

dimensinya adalah sebuah persyaratan yang sangat diperlukan untuk

pembangunan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini, haruslah

dilakukan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan, inklusif dan adil yang menciptakan peluang yang lebih

besar untuk semua, mengurangi ketidaksetaraan, meningkatkan standar

kehidupan dasar, mendorong pembangunan dan inklusi sosial yang adil,

serta mendorong pengelolaan sumber daya alam dan ekosistem yang

berkelanjutan dan terpadu ((ILO), 2016).

4.1.Strategi Pembangunan Berkelanjutan

Dalam pembangunan berkelanjutan, terdapat 4 kompenen yang

harus diperhatikan, yaitu pemerataan, partisipasi, kanekaragamaan,

(55)

 Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial

Hal ini harus dilandasi meratanya distribusi sumber lahan dan faktor

produksi, meratanya kesempatan dan peran perempuan, meratanya

ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan.

Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat

diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang

menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin

melebar, walaupun pemerataan dibanyak negera sudah meningkat. Aspek

etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan

adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan

dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan generasi

masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam

memenuhi kebutuhannya (Jaya, 2004).

Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman

Pemeliharaan keanekaragamaan hayati adalah prasyarat untuk

memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara

berkelanjutan untuk masa kini dan masa mendatang. Pemeliharaan

keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan

ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong

perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat

pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih mengerti

(Jaya, 2004).

(56)

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara

manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang

bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian

tentang kompleknya keterkaitan antar sistem alam dan sistem sosial.

Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan

yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan

yang dapat dimungkinkan. Hal ini tantangan utama dalam kelembagaan

(Jaya, 2004).

 Pembangunan yang Meminta Prespektif Jangka Panjang

Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan,

implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang

melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan

dilaksankan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dan

prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah mendominasi

pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu

dipertimbangkan (Jaya, 2004).

5. SDGS (Suistainable Development Goals)

5.1.Konsep SDGs

SDG`s merupakan lanjutan dari MDG`s (Millenium Development

Goals) yang berakhir tahun 2015. SDG`S didiskusikan untuk pertama

kali pada United Nations Conference on Suistainable Development

yang diadakan di Rio de Janeiro tahun 2012. Kemudian disahkan pada

KTT Pembanguan Berkelanjutan PBB di Newyork taggal 25-27

(57)

akan dimulai setelah tahun 2015 hingga tahun 2030 dan akan berlaku

untuk semua negara baik negara berkembang ataupun negara maju.

Sehingga dapat diartikan bahwa SDG`s adalah sebuah dokumen yang

akan dijadikan panduan atau acuan dalam kerangka pembangunan dan

perundingan negara-negara di dunia. Kerangka kerja ini berlaku selama

15 tahun hingga tahun 2030. SDGs diharapkan untuk dimulai pada

tanggal 1 Januari 2016 dan dicapai pada tanggal 31 Desember 2030

(Risanda, 2015), ((ILO), 2016).

5.2. Konsep SDG`s

Terdapat 3 pilar dalam konsep pengembangan SDG`s yang

merupakan lanjutan dari MDG`s adalah indikator pertama

pembangunan manusia (Human Development), diantaranya dalah

pendidikan dan kesehatan. Indikator kedua adalah lingkungan

kecilnya ( Social Economic Development), seperti ketersedian sarana

dan prasarana lingkungan. Indikator ketiga lingkungan yang lebih

besar (Environmental Development) yaitu ketersediaan sumberdaya

dan kualitas lingkungan yang baik (Risanda, 2015).

5.3. Tujuan SDG`s

SDG`s terdiri dalam 17 tujuan untuk tahun 2016-2030 yaitu

(Madolan, 2016) :

1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun.

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan

meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang

(58)

3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong

kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.

4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta

mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua

orang.

5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh

wanita dan perempuan.

6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi

yang berkelanjutan bagi semua orang.

7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin,

berkelanjutan dan modern bagi semua orang.

8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus,

inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan

produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang.

9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong

industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina

inovasi.

10.Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara.

11.Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,

berketahanan dan berkelanjutan.

12.Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

13.Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan

(59)

14.Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta

sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan

berkelanjutan.

15.Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan

ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan

secara berkelanjutan, memerangi penggurunan,

menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta

menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.

16.Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk

pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan

bagi semua orang, serta membangun institusi yang efektif,

akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.

17.Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of

implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk

pembangunan berkelanjutan.

B.Penelitian Terdahulu

(60)

1 Dyah Ayu

Yang menjadi variabel

independen adalah

variabel CSR yang

meliputi Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue, dan Corporate Relation Program. Serta variabel

dependennya adalah

Kesejahteraan hidup

masyarakat. Hasil

penelitian adalah semua variabel yang digunakan berpengaruh positif kuantitatif. Selain itu program apabila dalam pemerintah dan tidak hanya ilaksanakan oleh

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu

uji pangkat tanda

Wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang persepsi anggota KSM terhadap pinjaman bergulir menunjukkan

bahwa Adanya

peningkatan ini

menunjukkan bahwa

apabila program pinjaman bergulir dilaksanakan secara baik akan dapat memutus lingkaran setan kemiskinan.

(61)

3 Pramono

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk adalah analisis SWOT dan scoring. Hasil

sampah rumahtangga, dan program pendidikan paket A, B, dan C.

Penilitian ini, meneliti penerapan program

(62)

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

Metode dalam penelitian

ini menggunakan

deskriptif-kualitatif.

Pengumpulan data

dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dilihat dari beberapa bidang yaitu: Dampak ekonomi, adanya bantuan alat industri bisa meningkatkan produksi yang lebih berkualitas, dengan anakan kambing masyarakat memiliki tabungan untuk masa depan, pasar murah bisa memberikan pelayanan yang terjangkau oleh

keadaan ekonomi

masyarakat Sidoharjo.

Dampak sosial,

perusahaan ikut turut serta

memajukan kegiatan

program pengerasan jalan.

Gambar

Tabel 1. 4.
Gambar 2. 1.
Gambar 2.2.
Tabel 4. 1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan pendidikan berbasis budaya di SD Negeri Mendiro Kabupaten Kulon Progo, serta faktor pendukung dan

Instansi pemerintah yang terkait dalam perencanaan pengelolaan tambang pasir besi di Kabupaten Kulon Progo adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo,

institusi Dinas Kesehatan, Puskesmas dan UPT Dinkes lainnya, Rumah Sakit, Yankes swasta di wilayah Kabupaten Kulon Progo.... Pembangunan Pusat Informasi Data

HABITAT PEMIJAHAN IKAN WADER PARI ( Rasbora lateristriata ) DI SUNGAI NGRANCAH, KABUPATEN KULON PROGO.. [Spawning habitat of Rasbora lateristriata in Ngrancah River, Kulon

Rencana pengembangan Kawasan Industri Sentolo merupakan salah satu isu strategis yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Namun, selain peran besar dari

Jumlah Balita yang Dapat Pelayanan Kesehatan menurut Puskesmas dan Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, 2016 Number of Toddlers Covered by Health Service by Public Clinics

ANALISIS ARUS BALIK AIR PADA SALURAN DRAINASE PRIMER GAYAM KABUPATEN KULON PROGO.. BACK WATER ANALYSIS ON PRIMARY DRAINAGE CHANNEL GAYAM KULON

Analisis kebutuhan air domestik dan non domestik di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa