AN ANALYSIS ON THE IMPLEMENTATION OF SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) IN KULON PROGO DISTRICT
Disusun Oleh
`Azizah Rahmalia Sari 20130430270
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALYSIS FOR THE IMPLEMENTATION OF SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) IN POVERTY ALLEVATION IN
DISTRIC KULON PROGO SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh
`Azizah Rahmalia Sari 20130430270
FAKULTAS EKONOMI
PERNYATAAN
Dengan ini saya ,Nama : `Azizah Rahmalia Sari
Nomor Mahasiswa : 20130430270
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul :” Analisis Imlpementasi Suistainable Development Goals (SDG`S) di Kabupaten Kulon Progo tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya
bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 22 Januari 2017
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)
Berangkat dengan penuh keyakinan
Berjalan dengan penuh keikhlasan
tercinta.
Untuk almamterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Semua pihak yang memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dalam
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga penelitidapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Implementasi Suitainable Development Goals (SDGS) Di Kabupaten Kulon Progo”
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
baik secara moril maupun spiritual maka dalam kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan
selama peneliti menyelesaikan studi.
2. Bapak Ahmad Ma`ruf, SE., Msi. Yang dengan penuh kesabaran
telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses
penyelesaian karya tulis ini.
3. Umi dan Abi dan saudara-saudaraku yang telah memberikan
dorongan dan perhatian.
4. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo beserta masyarakat yang telah
memberikan kemudahan bagi peneliti.
5. Semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan, kemudahan
akan menyempurnakan penulisan skripsi ini serta bermanfaat bagi penulis,
pembaca, dan bagi peneliti
Yogyakarta, 22 Januari 2016
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERNYATAAN...iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v
INTISARI...vi
ABSTRAK...vii
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR GAMBAR...xiv BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
B. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.
1. Pembangunan Ekonomi ... Error! Bookmark not defined.
2. Teori Pembangunan ... Error! Bookmark not defined.
3. Kemiskinan ... Error! Bookmark not defined.
4. Pembangunan Berkelajutan ... Error! Bookmark not defined. 5. SDGS (Suistainable Development Goals) .... Error! Bookmark not defined.
B. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.
C. Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
A. Objek dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined.
G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark
not defined.
A. Kondisi Umum Daerah ... Error! Bookmark not defined.
1. Kondisi Geografis ... Error! Bookmark not defined.
2. Kependudukan ... Error! Bookmark not defined.
3. Struktur Perekonomian Daerah ... Error! Bookmark not defined.
BAB V PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined.
B. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Pembahasan (Intepretasi) ... Error! Bookmark not defined.
BAB VI PENUTUP ... Error! Bookmark not defined.
A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
C. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 1. 1. Perbedaan MDG`S dan SDG`S... 5
Tabel 1. 2. Konvergensi Antara Nawacita dan SDG`s... 7
Tabel 1. 3.Jumlah Penduduk dan Garis Kemiskinan/Kota DI Yogyakarta Tahun 2014-2015... 13 Tabel 1. 4. Garis Kemiskinan dan penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo Tahun 2002-2014... 14 Tabel 4. 1. Daftar Kecamatan Dalam Kabupaten Kulon Progo... 55
Tabel 4. 2. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Kulon Progo... 58 Tabel 4 .3. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun 20112-2014 (%)... 58 Tabel 4. 4. Statistik Responden... 60
Tabel 4. 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Gender... 60
Tabel 4. 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Anggota Keluarga. 61 Tabel 4. 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 61
Tabel 4. 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 62 Tabel 5 .1. Uji Realibilitas... 63
Tabel 5. 2. Uji Validitas Program OVOC... 64
Tabel 5 .3. Uji Validitas Program UC... 65
Tabel 5 .4. Uji Validitas Program KAKB... 67
Tabel 5. 5. Uji Validitas Program Bela Beli Kulon Progo... 68
Tabel 5. 6. Uji Normalitas Program OVOC... 69
Tabel 5. 7. Uji Normalitas Program UC... 70
Tabel 5. 8. Uji Normalitas Program KAKB... 70
Tabel 5 .12. Uji Heterokedastisitas Program KAKB... 73
Tabel 5 .13. Uji Heterokedastisitas Program Bela Beli Kulon Progo... 73 Tabel 5. 14. Uji Multikolonieritas Program OVOC... 74
Tabel 5 .15. Uji Multikolonieritas Program UC... 74
Tabel 5 .16. Uji Multikolonieritas Program KAKB... 75
Tabel 5. 17. Uji Multikolonieritas Program Bela Beli Kulon Progo... 75 Tabel 5 .18. Uji F Program OVOC... 77
Tabel 5. 19. Uji F Program UC... 77
Tabel 5 .20. Uji F Program KAKB... 78
Tabel 5 .21. Uji F Program Bela Beli Kulon Progo... 78 Tabel 5. 22.Uji T Program OVOC... 79
Tabel 5 .23. Uji T Program UC... 80
Tabel 5 .24. Uji T Program KAKB... 80
Tabel 5. 25. Uji T Program Bela Beli Kulon Progo... 81
Tabel 5. 26. Uji Koefisien Determinan Program OVOC... 82
Tabel 5 .27. Uji Koefisien Determinan Program UC... 82
Tabel 5 .28. Uji Koefisien Determinan Program KAKB... 82
Tabel 5 .29. Uji Koefisien Determinan Program Bela Beli Kulon Progo... 83 Tabel 5 .30. Hasil Uji Statistik Deskriptif... 84
Tabel 5 .31. Realisasi Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial (TSP) Tahun 2013-2015...
88
Tabel 5 .32. Perusahaan Yang Menyalurkan Dana TSP Melalui Rekening TSP...
Progo...
Tabel 5 .35. Prosentase Jawaban Angket Program UC... 105
Tabel 5 .36. Prosentase Jawaban Angket Program KAKB... 116
Tabel 6. 1. Matriks Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan Kabupaten Kulon Progo...
Gambar 1. 1. Grafik Tingkat Kemiskinan, Ketimpangan, dan Product
Domestic Bruto (PDB) di Indonesia Tahun 2010-2015... 2
Gambar 2. 1. Lingkaran Setan kemiskinan Versi Nurkse... 32
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir... 45
Gambar 4. 1. Batas Administrasi Kab Kulon Progo... 60
Gambar 5.1. Pelaksanaan TSP... 90
KABUPATEN KULON PROGO `Azizah Rahmalia Sari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia,
Phone: +62-274-387656
E-mail korespondensi: [email protected]
Menurut Todaro, pembangunan berkaitan dengan berbagai macam aspek ekonomi maupun non ekonomi.. Sumber daya alam seringkali menjadi jalan untuk meningkatkan pendapatan sebuah negara. Melihat hal ini PBB berinisiatif untuk membuat program MDG`S, yang kemudian dilanjutkan dengan SDG`S. Dalam pelaksanaannya Indonesia mengadopsi Nawacita. Indonesia yang merupakan negara kepulauan memberikan wewenang pemerintah daerah dalam penerapan SDG`S didaerahnya. Kabupaten Kulon Progo menjadi salah satu daerah yang menerapkan SDG`S dalam mengatasi kemiskinan di daerahnya. SDG`S yang diterapkan pemerintah Kabupaten Kulon Progo tujuan (1) pengentasan kemiskinan, (2) kesehatan dan kesejahteraan untuk semua, (10) mengurangi ketimpangan yang diaplikasikan ke dalam program pengentasan kemiskinan OVOC (One Village One Sister Company), Bela Beli Kulon Progo,UC (Universal Coverage,) KAKB.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penerapan SDG`S di Kabupaten Kulon Progo. Objek dari penelitian adalah rumah tangga miskin yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda dan analisis koding. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor yang mendukung penerapan SDG`S dalam program pengentasan kemiskinan antara lain adalah anggaran yang terbatas, faktor pendukung penerapan SDG`S antara lain adalah adanya komitmen pemerintah dalam penerapan berupa peraturan-perauran pendukung program SDG`S untuk mengatasi kemiskinan. Sedangkan strategi dalam pelaksanaan program salah satunya adalah integrasi antar SKPD Kabupaten Kulon Progo.
DEVELOPMENT GOALS (SDG`S) IN KULON PROGO DISTRICT
`Azizah Rahmalia Sari
Economics and Business Faculty of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia,
Phone: +62-274-387656
Correspondence email : [email protected] Abstract :
According to Todaro , development correlates with kinds of economics and non economic factors.. Natural resources are one of the ways to enhance a country`s revenue. Therefore, United Nations initiated a program called MDG`S which then proceeded with SDG`S. In its implementation, Indonesia adopted Nawacita. Indonesia as an archipelago state gives authority for local governments in implementing SDG`S in their regions. Kulon Progo district SDG`S implemented by the government of Kulon Progo distict are : (1) poverty alleviation (3) health and welfare for all (10) reduce inequality. Implemented in poverty alleviation programs are OVOC (One Village One Sister Company), Defense purchase Kulon Progo (Bela Beli Kulon Progo), UC (Universal Coverrage), KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binangun).
This study aims to discover the factors that affect the implementation of SDG`S in Kulon Progo district. The objects of this study were poor households in Kulon Progo Distict. The methods used in this study were multiple linier regression analysis and coding analysis. The result of the study showed that the factors that resistor in the implementation of SDG`S in alleveting poverty programs were limited budget, the factors tha supported SDG`S implementation was the government comitment in forms of regulations proponent for SDG`S progams to alleviate poverty. While on of the strategies in implementing the program was integration among SKPD Kulon Progo district.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Menurut Todaro, pembangunan berkaitan dengan berbagai macam
aspek baik aspek ekonomi maupun non ekonomi. Pembangunan mampu
merubah tatanan strukur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan
kelembagaan pemerintah baik di daerah ataupun tingkat nasional.
Pembangunan mampu dioptimalkan dengan syarat setiap stakeholder
mampu berperan dalam proses pembangunan tersebut. Pembangunan
diarahkan untuk meningkatkan distribusi ketersedian bahan pokok
masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan
akses masyarakat baik dibidang ekonomi, bidang sosial dalam
kehidupannya. Menurut BPS, pembangunan mengupayakan peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kapasitas perekonomian.
(Frisdiantara & Mukhlis, 2016), (Arwati & Hadiati, 2016).
Pembangunan dalam sebuah negara dapat diukur dengan PDB
(Product Domestic Bruto). PDB adalah nilai akhir dari produk (barang dan
jasa) yang mampu diproduksi di sebuah negara dalam jangka waktu
tertentu, termasuk produk yang diproduksi oleh warga asing di negara
tersebut. Menurut Todaro, pembangunan yang hanya memandang
mengenai sisi ekonomi saja, akan gagal dalam memperbaiki taraf hidup
(kesejahteraan) masyarakatnya (Muchlas & Alamsyah, 2015),
Menurut Bappenas, tujuan akhir dari pembangunan adalah
kesejahteraan masyarakat, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kondisi dasar yaitu : (1) pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, (2) penciptaan sektor ekonomi yang kokoh, (3)
pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Pertumbuhan
ekonomi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang mampu
menyerap tenaga kerja yang lebih banyak serta pemberian tingkat upah
yang layak diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Sulistiawati, 2012).
Sumber : (Bank Indonesia, 2015), (Data, 2016), (Indonesia
Investments, 2015)
Gambar 1. 1.
Grafik Tingkat Kemiskinan, Tingkat Ketimpangan, dan Product Domestic Bruto (PDB) di Indonesia Tahun 2010-2015
2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan (%) 13,3 12,5 11,7 11,5 11 11,75 Tingkat Ketimpangan (%) 0,38 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 PDB (RP) 666413372876357727083815649885662718976932
Berdasarkan gambar 1.1. menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun
pendapatan nasional dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
PDB, dari tahun 2010-2015 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut
direspon baik dengan tingkat kemiskinan yang juga mengalami penurunan
dari tahun 2010-2015. Akan tetapi, ketimpangan merespon negatif
terhadap kenaikan PDB dari tahun ke tahun. Ketimpangan terus
mengalami kenaikan dari tahun ke 2010-2013 dan mengalami stagnan
pada angka 0,41 hingga tahun 2015. Sehingga hal tersebut menunjukkan
adanya ketimpangan pembangunan di Indonesia. Sumber daya dan
demografis yang berbeda merupakan salah satu penyebab ketimpangan.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan kemampuan setiap daerah dalam
mendorong pertumbuhan juga berbeda (Fitriyah & Rachmawati, 2013).
Ketimpangan pembangunan diduga sebagai faktor utama masalah
kemiskinan yang masih tinggi di Indonesia. Kemiskinan menyebabkan
masyarakat miskin mendapatkan banyak kesulitan akses publik yang
terbatas, pendidikan yang kurang, ketersediaan lapangan pekerjaan yang
masih sedikit, biaya kesehatan yang tinggi, investasi yang rendah,
pemenuhan kebutuhan yang terbatas. Oleh karena itu, penyelesaian
kemiskinan menyangkut berbagai aspek untuk menyelesaikannya, dan
tidak hanya tertuju pada aspek ekonomi saja dan juga harus berkelanjutan
(Sekretariat MDG`s, 2012).
Dari masalah kemiskinan tersebut PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) berinisiatif untuk embuat program MDG`s (Millenium
berbagai aspek sosial maupun ekonomi di negara-negara berkembang.
MDG`s memiliki 8 tujuan besar. Tujuh diantaranya dikhususkan untuk
negara berkembang , yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,
mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, mengurangi HIV/AIDS, Malaria dan
penyakit menular lainnya (TB), menghentikan perusakan lingkungan dan
mendorong pembangunan berkesinambungan. Pemerintah Indonesia
mengintegrasikan tujuan MDG`s dengan RPJPN (2005-2025) (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional), RPJPM (2005-2009) (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional), RKP/Rencana Kerja
Pemerintah (Rencana Pembangunan Tahunan Nasional) dan APBN
(Anggaran Pendapatan Belanja Negara ) (Sekretariat MDG`s, 2012).
MDG`s merupakan program yang dicanangkan tahun 2000-2015.
Dalam kesepakatan MDG`s bahwa program pembangunan harus
dilaksanakan secara berkelanjutan, maka setelah program MDG`s berakhir
di deklarasikan program SDG`s (Suistainable Development Goals).
Meskipun MDG`s dan SDG`s saling berhubungan dan
berkesinambungan, namun dalam pelaksanaanya SDG`s jauh lebih lama
yaitu dari adanya kesepakatan pada september 2015 sampai tahun 2030.
SDG`s didasarkan pada Hak Asasi Manusia dan kesetaraan dalam
pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Prinsip yang
diterapkan dalam SDG`s adalah universal, integrasi, dan inklusif untuk
agenda pembangunan. SDG`s terdiri dari 17 tujuan dan 169 target dalam
rangka membangun dari upaya MDG`s berakhir tahun 2015 (SDGs
Indonesia).
Tabel 1. 1.
Perbedaan MDG`s dan SDG`s
MDGs 2000-2015 SDGs 2015-2030
50 Persen
Yang menjadi target dan sasaran MDG`s adalah setengah dari kemiskinan. Sedangkan banyak negara yang telah mencapai target tersebut.
100 persen
Yang menjadi target sasaran SDGs dalah kemiskinan sepenuhnya dan secara tuntas.
Mengakhiri kemiskinan
100 persen penduduk memiliki akta kelahiran
Memerlukan fokus untuk merangkul mereka yang terpiingr dan terjauh.
Dari Negara Maju ke Negara Berkembang
Dalam prosesnya yang memiliki
tugas untuk mengentaskan
kemiskinan adalah negara
berkembang yang kemudian
didukung oleh negara maju
Berlaku Universal
SDGs memiliki pandangan bahwa setiap negara ikut memiliki tugas dalam mencapai tujuan yang terkandung didalamnya. Dan setiap negara wajib mengatasinya, dan harus bekerjasama untuk menemukan sumber pembiayaan dan perubahan kebijakan yang diperlukan.
Bersifart dari Atas (Top Down)
Dokumen MDGs langsung
dirumuskan oleh elit PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)
Bersifat dari Bawah (Bottom Up) dan Partisipatif
SDG`s dirumuskan oleh tim bersama dengan pertemuan tatap muka di lebih dari 100 negara dan survei warga
Solusi Parsial atau Tambal Sulam
8 tujuan MDGs sebgaian besar hanya mengatasi gejala kemiskinan, dan belum memperdulikan masalah ekologi dan lingkungan hidup. Dalam
sektor ekonomi misalnya
ketimpangan, pajak dan pembiayaan
pembangunan juga belum
mendapatkan perhatian.
Solusi yang Menyeluruh
17 tujuan SDGs merupakan upaya untuk merubah sistem dan struktur
Kesetaraan gender
Tata pemernthan
Perubahan model konsumsi dan produkdi
Perubahan sistem perpajakan
Mengakui masalah ketimpangan
Dalam pelaksanaanya, Indonesia akan mengadopsi SDG`s dalam
Nawacita. Dalam Nawacita terdapat 9 prioritas pembangunan pada masa
pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla yang menjadi visi dan misi dalam
memimpin Indonesia. Tabel berikut berisi mengenai SDG`s yang telah
diterjemahkan dan dintegrasikan dengan Nawacita masa pemerintahan Joko
Tabel 1. 2.
Konvergasi antara Nawacita, dan SDG`s
Nawacita SDG`s
N1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara Maritim
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G10 Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara.
G16 Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses pada keadilan bagi semua dan membangun pranata- pranata yang efektif, akuntable, dan inklusif di semua tingkatan. G17 Memperkuat cara-cara penerapan dan mervitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. N2. Membuat pemerintah tidak absen
dengan membangun
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,
dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan
Lanjutan Tabel 1.2.
Nawacita SDG`S
N3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan
G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia.
G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.
G6 Memastikan ketersediaan dan pangelolaan air dan sanitasi yang lestari bagi semua.
G7 Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal, berlanjut, dan
modern bagi semua.
Lanjutan Tabel 1.2.
Nawacita SDG`S
N4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
G16 Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses pada keadilan bagi semua dan membangun pranata- pranata yang efektif, akuntable, dan inklusif di semua tingkatan.
N5.Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan
program Indonesia Pintar; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat.
G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.
Lanjutan Tabel 1.2.
Nawacita SDG`S
N6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya.
G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan
memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua. G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.
G6 Memastikan ketersediaan dan pangelolaan air dan sanitasi yang lestari bagi semua.
G7 Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal, berlanjut, dan modern bagi semua.
G8 Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, pekerjaan penuh, produktif, dan laik bagi semua.
Lanjutan Tabel 1.2.
Nawacita SDG`S
N7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
G1 Mengakhiri kemiskinan di semua tempat dalam segala bentuknya. G2 Mengakhiri kelaparan, meraih keamanan pangan, dan memperbaiki gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
G3 Memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia.
G4 Memastikan mutu pendidikan yang inklusif dan merata, serta
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
Lanjutan Tabel 1.2.
Nawacita SDG`S
N8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek
pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air,
semangat bela negara dan budi
pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
pendidikan yang inklusif dan merata, serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
G11 Membuat kota dan permukiman yang inklusif, aman, berdaya tahan, dan berkelanjutan.
N9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat
pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
G5 Meraih persamaan gender dan memperkuat semua perempuan dewasa dan anak-anak.
G10 Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari kepulauan, kondisi
geografis tersebut dapat berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan.
Daerah kepulauan yang luas menyebabkan pemrintah sulit untuk melakukan
koordinasi pemerintahan yang terdapat di daerah. Untuk itu diperlukan
adanya penataan sistem pemerintah yang dapat berjalan secara efesien serta
mandiri yang tetap berada dalam pengawasan pemerintah pusat. Hal tersebut
didukung dengan perbedaan sumber daya antar daerah, maka diperlukan
suatu sistem yang mampu memudahkan pengelolaan sumber daya yang dapat
menjadi sumber pendapatan setiap daerah sekaligus bisa menjadi pendapatan
nasional. Sehingga pemerintah menganut sistem desentralisasi (Yapan`s,
2014).
Sistem desentralisasi yang telah dilaksanakan di Indonesia, membuat
sebagian besar nasib masyarakat bergantung pada kinerja pemerintah daerah
tersebut. Desentralisasi dalam ilmu administrasi adalah sebuah pendekatan
dan teknik manajemen yang berkenaan dengan pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab dari sebuah tingkat pemerintah kepada tingkat yang lebih
rendah. Sehingga diharapakan pemerintah daerah juga ikut berperan aktif
dalam pelaksanaan pencapaian SDG`s. Hal ini dikarenakan pemerintah
daerah lebih dekat dengan warga, sehingga mereka lebih mengenal masalah
yang dihadapi dan mampu lebih berinovasi dibandingkan dengan pemerintah
pusat. Inovasi yang dimiliki menjadikan pemerintah daerah menjadi ujung
tombak dalam penyediaan layanan publik dan berbagai kebijakan program
Tabel 1 .3.
Jumlah Penduduk Miskin Kabuaten/Kota D I Yogyakarta 2014-2015
Kabupaten/Kota Garis
Kemiskinan
Penduduk Miskin Jumlah
Total %
Kulon Progo 265.575 84,67 20,64
Bantul 301.986 153,49 15,89
Gunung Kidul 243.847 148,39 20,83
Sleman 306.961 110,44 9,5
Yogyakarta 366.520 36,6 14,55
Sumber : (BPS, 2015)
Kebebasan otonomi daerah, memberikan wewenang pemerintah dalam
penerapan SDG`s di daerahnya. Sesuai dengan tujuan SDG`s yakni untuk
mengurangi ketimpangan dan pengentasan kemiskinan, Kabupaten Kulon
Progo yang dikenal sebagai Kabupaten termiskin kedua di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta setelah Kabupaten Gunung Kidul berinovasi untuk
mengentaskan kemiskinan di daerahnya.
Pemerintah Kulon Progo mengadapatasi tujuan SDG`s (1) mengentaskan
kemiskinan, (3) kesehatan dan kesejahteraan untuk semua, (10) mengurangi
ketimpangan. SDG`s tersebut diterapkan dalam program-program pengetasan
kemiskinan antara lain, One Village One Sister Company(Satu desa satu
dibina oleh perusahaan), KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binangun), Bela
dan Beli Kulon Progo, Universal Coverage. Semua program tersebut
ditujukan untuk mengurangi ketimpanagan di daerah Kulon Progo (Ni`mah,
Tabel 1. 4.
Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo tahun 2002-2014 Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin
Jumlah (000) Persen
2002 105.404 93,00 25,10
2003 119.538 91,40 24,35
2004 129.057 94,60 25,11
2005 144.076 104,30 26,80
2006 162.158 106,10 28,39
2007 173.738 103,80 28,61
2008 197.507 97,92 26,85
2009 205.585 89,91 24,65
2010 225.059 90,06 23,15
2011 240.301 92,76 23,62
2012 250.854 93,21 23,31
2013 259.945 86,50 21,39
2014 265.575 84,67 20,64
Sumber: (Susenas 2002-2013)
Dengan adanya program-program yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah Kabupaten Kulon progo, maka garis kemiskinan di daerah
tersebut mengalami penurunan. Pada tahun 2012, garis kemiskinan
menurun sebesar 0,31 dari tahun 2011. Tahun 2013, kemiskinan
bertambah menurun sebesar 1,92 dibandingkan dengan tahun 2012. Dan
pada tahun 2014 garis kemiskinan mengecil sebesar 0,75 dibandingkan
tahun 2013.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan tersebut maka, penulis
B. Batasan Masalah
Mengingat tujuan dari SDG`s yang multidimensional, pada
penelitian ini dibatasi pada analisis program-program yang merupakan
implementasi SDG`s pemerintah Kabupaten Kulon Progo yaitu
KAKB (Keluarga Asuh Keluarga Binaan), Bela dan Beli Kulon Progo
dalam studi ini adalah batik, program One Village One Sister Company
(Satu desa dibina satu perusahaan), Universal Coverage (Jaminan
Kesehatan Semesta). Dalam penelitian ini program pengentasan
kemiskinan di katakan berhasil apabila terdapat kenaikan pendapat
penerima program.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan
penelitian ini akan dibatasi dalam bentuk pertanyaan dasar yang perlu
memperoleh jawaban dari penelitian tersebut, yaitu antara lain:
1. Apa yang menjadi faktor pendukung implementasi program
SDG`s di Kabupaten Kulon Progo ?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat implementasi program
SDG`s di Kabupaten Kulon progo?
3. Bagaimana strategi pemerintah daerah dalam implementasi
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam penerapan SDG`s di Kabupaten Kulon
Progo adalah :
1. Mengetahui faktor pendorong implementasi SDG`s di
Kabupaten Kulon Progo
2. Mengetahui faktor penghambat dalam implementasi SDG`s di
Kabupaten Kuln Progo
3. Mengetahui strategi pemerintah daerah Kabupaten Kulon
Progo dalam melaksanakan program implementasi SDG`s
untuk mengurangi kemiskinan di daerahnya
E.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain
adalah :
1. Bagi Peneliti, Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu
menambah pengetahuan peneliti mengenai materi yang
dibahas maupun metode yang digunakan dalam meneliti
khususnya yang terkait dengan pembangunan dan penerapan
SDG`suntuk mengurangi ketimpangan di masyarakat daerah..
2. Bagi Pemerintah, Mengetahui pelaksanaan SDG`s di tingkat
bawah, serta mampu mengidentitifikasi permasalahan yang
terjadi di masyarakat. Selain itu untuk pemerintah daerah lain
bisa menjadi salah satu masukan untuk menerapkan program
3. Bagi Masyarakat, Mampu membantu masyarakat untuk lebih
mengetahui program pengentasan kemiskinan, sehingga
diharapkan mampu berperan serta dalam pelaksanaan SDG`s
untuk mencapai kesejahteraan.
4. Bagi Peneliti Lain. Dapat memberikan gambaran atau
pengetahuan bagaimana proses pengembangan masyarakat
terkait masalah penerapan SDG`s sehingga nantinya mampu
18
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi negara sedang berkembang awalnya
lebih diidentikkan dengan upaya untuk meningkatkan pendapatan per
kapita masyarakat. Konsep tersebut kemudian dikoreksi oleh Michael
Todaro dalam bukunya yang berjudul Development in Third Word.
Pembangunan tidak hanya membahas mengenai indikator kuantitatif
yang berkaitan dengan stabilitas ekonomi makro melainkan juga
berkaitan dengan indikator kualitatif yang membahas tentang tingginya
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai
suatu proses yang secara terus menerus dan berkesinambungan dilakukan
untuk meningkatkan GNP per kapita atau pendapatan masyarakat. GNP
adalah jumlah barang dan jasa yang mampu diproduksi oleh warga
negara suatu negara baik di dalam negara tersebut ataupun di luar negeri
(Arsyad, 1999) (Damanhuri, 2014) , (Prayitno & Santosa, 1987).
Menurut Todaro, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil
apabila memenuhi tiga nilai pokok yaitu , (1) kemampuan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya semakin berkembang (basic
needs), (2) masyarakat semakin memiliki rasa harga diri (self-esteem)
yang meningkat, (3) hak asasi manusia untuk memilih (freedom from
tersebut maka dapat disadari bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya
mengenai peningkatan GNP tiap tahunnya. Pembangunan ekonomi dapat
didefinisikan suatu proses yang secara berkelanjutan mengakibatkan
kenaikan pendapatan riil masyarakat dan perbaikan sistem kelembagaan
dalam segala bidang (Arsyad, 1999).
“Menurut Lewis, pembangunan ekonomi berarti peningkatan
dalam output per kapita. Sedangkan menuru Michael Todaro,
pembangunan ekonomi adalah suatu proses multidimensional yang
menyangkut perubahan besar dalam struktur sosial, sikap orang,
lembaga-lembaga nasional, percepatan pertumbuhan ekonomi, dan
berkurangnya ketimpangan. Kindleberger memiliki perbedaan
ddalam definisi pembangunan ekonomi, yaitu peningkatan dalam
output barang dan jasa dalam perekonomian (Damanhuri, 2014). “
2. Teori Pembangunan
Teori-teori dasar pertumbuhan dan pembangunan yang telah
2.1. Mazhab Historis
Mazhab historis melihat proses pembangunan lebih pada
aspek empiris (historis), atau lebih melihat dari aspek sejarahnya
(Arsyad, 1999).
2.1.1. Friedrich List
List merupakan salah satu penganut dari paham Laissez faire.
Perkembangan ekonomi dapat terjadi apabila masyarakat
memiliki kebebasan dalam organisasi politik fase perkembangan
kebebasan manusia adalah primitif, beternak, pertanian, industri
pengolahan (manufacturing), dan yang terakhir dalah pertanian,
industri pengolahan (manufacturing), perdagangan (Arsyad,
1999).
2.1.2 Karl Bucher
Menurut Bucher, tahapan ekonomi adalah (Arsyad, 1999) :
Produksi untuk kebutuhan sendiri
Perekonomian kota dimana petukaran sudah meluas
Perekonomian nasional dimana peran pedagang menjadi
semakin penting.
2.1.3. Walt Whitman Rostow
Proses pembangunan menurut Rostow adalah :
a) Masyarakat tradisional (the traditional society)
b) Tahap Prasyarat Tinggal Landas
d) Tahap menuju kedewasaan (drive to maturity)
e) Tahap konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption)
2.2. Teori Klasik
Menurut kaum klasik mekanisme pasar akan secara otomatis
menjadikan perekonomian berjalan secara efisien. Teori kaum klasik
muncul pada saat yang sama ketika Revolusi Industri muncul dan sistem
ekonomi liberal berlaku. Ekonomi liberal menurut kaum klasik terjadi
akibat adanya peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi
yang bersamaan. Pada awalnya kemajuan teknologi terjadi lebih dahulu
dan pada akhirnya terjadi sebaliknya yaitu peningkatan jumlah penduduk
yang lebih besar dibandingkan dengan penigkatan tekonologi. (Prayitno
& Santosa, 1987).
2.2.1.Adam Smith (1723-1790)
Menurut Adam Smith spesialisasi atau pembagian kerja
diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi agar
produktivitas tenaga kerja dapat bertambah. Akan tetapi akumulasi
modal harus ada terlebih dahulu sebelum pembagian kerja. Akumulasi
modal diperoleh dari tabungan dan investasi, selain itu pasar harus
seluas mungkin untuk menampung hasil produksi. Pasar terdiri dari
pasar dalam negeri dan luar negeri. Apabila ada pasar yang cukup serta
akumulasi modal yang dibutuhkan terpenuhi maka akan menghasilkan
pembagian kerja dan produktivitas kerja yang meningkat. Kenaikan
tersebut mengakibatkan penghasilan nasional naik sehingga
Keterbatasan sumber daya alam dan hukum pertambahan hasil yang
semakin berkurang akan menyebabkan perkembangan tersebut berhenti
(Prayitno & Santosa, 1987).
2.2.2.David Ricardo (1772-1823)
Ciri-ciri pertumbuhan menurut David Ricardo dimulai dengan
adanya keterbatasan tanah. Bertambah atau berkurangnya jumlah
Tenaga kerja (penduduk) tergantung pada tingkat upah yang ditetapkan.
Apabila tingkat upah diatas tingkat upah alamiah maka tenaga kerja
(penduduk) akan terus bertambah. Pertambahan tenaga kerja
(penduduk) menyebabkan berlakunya hukum diminishing return yang
akan berakibat pada penurunan upah tenaga kerja (penduduk) (Prayitno
& Santosa, 1987).
Proses tersebut akan berhenti ketika tingkat upah telah turun
dibawa tingkat upah alamiah yang akan menyebabkan penurunan
jumlah tenaga kerja (penduduk). Dan tingkat upah akan kembali naik
sampai pada tingkat upah alamiah, pada tahap ini jumlah tenaga kerja
(penduduk) akan konstan. Menurut David Ricardo adanya akumulasi
modal dan perkembangan teknologi cenderung meningkatkan
produktivitas dan dapat memperlambat bekerjanya the law diminishing
returns yang akan menurunkan tingkat hidup ke arah tingkat hidup
minimal. The law diminishing returns merupakan suatu kekuatan
dinamis yang selalu menarik perekonomian menuju tingkat upah
2.3. Neo Klasik (Slow-Swan)
Tokoh yang terkanal dari mazhab Neo Klasik adalah Robert
M.Solow dan Trevor W Swan, sehingga nama dari teori mereka
adalah Teori Solow-Swan. Teori ini berasumsi bahwa teknologi tetap,
tidak ada perdagangan luar negeri serta arus modal masuk atau keluar
negara, tingkat penduduk atau tenaga kerja dianggap konstan serta
tercapaianya prinsip full employment, dimana seluruh penduduk
bekerja dan faktor produksi lainnya dipergunakan secara penuh.
Dalam teori ini campur tangan pemerintah tidak diperlukan karena
mekanisme pasar mampu menciptakan keseimbangannya sendiri
(Arifin & W, 2007).
2.4. Teori Keynesian
Teori ini dikemukakan oleh John Maynard Keynes, Keynes
mengungkapkan bahwa untuk mnghadapi masalah-masalah yang
dihadapi maka diperlukan campur tangan pemerintah untuk
menyelesaikannya variabel yang ditambahkan dalam teori ini adalah
pengeluaran pemerintah. Menurut Keynes pasar tidak mampu
menyelesaikan masalahnya sehingga diharapkan dengan adanya
variabel pengeluaran pemerintah mampu untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasar (Rahman, 2016).
2.5. Teori Harrod –Domar
Teori Harod-Domar dikemukakan oleh Sir Roy F Harrod dan
Evsey Domar. Teori ini merupakan teori yang dikembangkan dari
pembentukan modal adalah hal yang penting dalam pertumbuhan
ekonomi. Pembentukan modal dapat diperoleh dari tabungan dan
investasi. Secara matematis dapat ditulis dengan
� = � �⁄
Notasi g merupakan pertumbuhan ekonomi, s marginal
propensity to save, v rasio antara modal dengan output (capital output
ratio). Pertumbuhan dalam kapasitas output akan sesuai dengan
pertumbuhan permintaanya apabila g-s/v. Apabila pertumbuhan tidak
sesuai dengan jalurnya makan akan menyebabkan ketidakstabilan
perekonomian. Keseimbangan tidak dengan sendirinya menyesuaikan
dengan keadaan ini, sehingga membutuhkan campur tangan
pemerintah yang diharapkan mampu mencapai keseimbangan antara
pertumbuhan permintaan dengan perekonomian (Frisdiantara &
Mukhlis, 2016).
Asumsi teori Harrod Domar adalah (1) perekonomian
mengalami keadaan full employment (semua warga negara memiliki
pekerjaan) serta barang modal yang diproduksi masyarakat digunakan
secara penuh, (2) perekonomian terdiri dari sektor rumah tangga dan
perusahaan, (3) besarnya tabungan proporsional dengan pendapatan
nasioanal yang berarti bahwa tabungan dimulai dari titik nol, (3)
terdapat hubungan langsung antara banyaknya stok kapital (K) dengan
GNP (Y), ini berarti bahwa semakin banyak bagian dari GNP yang
ditabung atau diinvestasikan maka pertumbuhan GNP akan menjadi
2.6. Teori Schumpeter
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi suatu negara
ditentukan oleh adanya proses inovasi (penemuan baru dalam bidang
teknologi produksi ) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa
adanya inovasi maka pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi.
Proses ini terdiri dari tiga tahap yaitu (Prayitno & Santosa, 1987) :
Teknologi baru diperkenalkan
Inovasi menimbulkan keuntungan yang lebih
Proses imitasi inovasi, yaitu penemuan baru tersebut akan
ditiru oleh pengusaha lain, sehingga seluruh pengusaha akan
dapat meningkatkan hasil produksi baik secara kuantitatif
ataupun kualitatif.
2.7. Teori Kuznets
Dalam teori Kuznets pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang akan mampu memenuhi kebutuhan benda-benda ekonomi
kepada rakyat apabila terdapat kemajuan dalam bidang teknologi,
kelembagaan serta penyesuaian ideologi. Untuk mencapai
kematangan ekonomi maka dibutuhkan adanya peningkatan output
secara terus menerus, diciptakannya pra kondisi yakni adanya
kemajuan teknologi yang disertai dengan perubahan perilaku,
presepsi sosial, serta adanya penyesuaian ideologi (Prayitno &
Santosa, 1987).
Teori ini kemudian dijabarkan oleh Chenerry dan Syrquin
pembangunan sebuah negara adalah perubahan struktur ekonomi
yakni (1) perubahan proses alokasi sumber daya (resources) yang
meliputi struktur permintaan domestik (pengeluaran masyarakat
atas produksi dalam negeri), struktur produksi dan struktur
perdagangan. (2) akumulasi modal yakni pembentukan modal atau
investasi, serta pengumpulan pendapatan pemerintah, dan
pengadaan kegiatan pendidikan untuk masyarakat. (3) perubahan
dalam proses demografis yang meliputi perubahan alokasi tenaga
kerja dalam berbagai sektor urbanisasi, tingkat kelahiran dan
kematian, serta distribusi pendapatan (Prayitno & Santosa, 1987).
2.8. Teori Dependensia
Asumsi dasar teori ini adalah membagi negara di dunia
menjadi negara maju dan negara sedang berkembang (NSB). Andre
Gunder Frank mengelompokkan negara maju ke dalam
negara-negara metropolis maju (developed metropolitan countries) dan
NSB dikelompokkan ke dalam negeara satelit yang terbelakang
(satellite underdeveloped countries). Salah satu ekonom penganut
dependensia membagi perekonomian menjadi negara maju di pusat
(core/ central) dan kelompok negara miskin (periphery) (Kuncoro,
2010).
Interaksi negara maju dengan negara miskin lebih bersifat
eksploitasi negara maju terhadap negara miskin. Dominasi
perekonomian negara maju menyebabkan ketergantungan negara
investasi perusahaan multinasional dari negara maju akan mampu
meningkatkan pendapatan nasional negara miskin. Namun
peningkatan tersebut tidak mampu dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat karena kepincangan dalam distribusi pendapatan.
Keuntungan tersebut hanya mampu dinikamti oleh sebagian anggota
masyarakat tertentu karena eksploitasi sumber daya yang ada
(Kuncoro, 2010).
Ekonom penganut Dependensia menuduh bahwa
ketergantungan yang terjadi di NSB juga disebabkan oleh
badan-badan dunia internasional, seperti Bank Indonesia dan IMF. Bantuan
yang diberikan tidak bisa terlepas dari vested of interest dari negara
donor yang mendukung dana lembaga tersebut. Pemberian bantuan
dalam bentuk barang, yang biasanya berteknologi tinggi tidak sesuai
dengan kondisi negara yang menerima bantuan, sehingga yang
terjadi ketergantungan terhadap teknologi semakin meningkat, dan
nilai bantuan yang kemudian sulit dikuantifikasi. Pengiriman
bantuan tenaga ahli oleh negara pendonor, merupakan salah satu cara
untuk membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga mereka. Dan yang
lebih parah tenaga ahli tersebut, memiliki keahlian yang pas-pas an,
dan digaji dengan gaji yang tinggi (Kuncoro, 2010).
2.9. Teori Neo-Klasik
Teori ini mengungkapkan bahwa keterbelakangan yang terjadi di NSB disebabkan oleh faktor internal negara tersebut. Misalnya
meluasnya korupsi, dan kurangnya intensif ekonomi, pengalokasian
sumber daya yang tidak sesuai. Ketidakefiesienan “mesin”
perekonomian NSB disebabkan oleh alokasi sumberdaya yang slaah
menyebabkan ketidakefektifan penetapan harga yang menyebabkan
pembagian “kue pembangunan” tidak merata (Kuncoro, 2010).
Semakin besar campur tangan pemerintah dalam
perekonomian, semakin lambat laju pertumbuhan ekonomi yang
dialami oleh suatu negara. Dalam teori ini, pasar bebas perekonomian
laissez faire menjadi kata kunci keberhasilan dalam pembangunan
menurut teori neoklasik. Namun, teori ini tepat diterapkan di negara
maju dibandingkn negara NSB (Kuncoro, 2010).
3. Kemiskinan
3.1. Pengertian Kemiskinan
Menurut Bank Dunia kemiskinan adalah ketidakmampuan
seseorang untuk dapat memperoleh standar hidup yag layak. Akibat
dari ketidak mampuan tersebut, maka seseorang harus mengakui
keunggulan orang atau kelompok lain dalam persaingan untuk
memperoleh pendapatan dan memiliki aset produktif, hal ini pada
akhirnya akan menyebabkan ketertinggalan (Mikkelsen, 2003)
(Prayitno & Santosa, 1987).
Menurut Bank Dunia dimensi kemiskinan meliputi :Pertama,
kemiskinan bersifat multidimensional, kebutuhan manusia terkait
dengan berbagai macam aspek, oleh karena itu kemiskinan berkaitan
kemiskinan terdiri dari aspek primer dan sekunder. Aspek primer
meliputi miskin terhadap aset-aset, organisasi politik, pengetahuan
serta ketrampilan. Aspek sekunder terdiri dari miskin jaringan sosial
sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi tersebut
memanifestasikan dirinya ke dalam bentuk kekurangan gizi, air,
rumah tidak sehat, akses kesehatan dan pendidikan yang kurang
(Prayitno & Santosa, 1987).
Kedua, Dimensi kemiskinan memiliki pengaruh baik langsung
maupun tidak langsung. Ini berarti apabila terjadi perubahan dalam
satu aspek baik itu kemajuan atau pun kemunduran maka dapat
mempengaruhi aspek lainnya. Ketiga, hakekat yang miskin
sebenernya adalah manusia, baik secara individu maupun kelompok.
Kemiskinan muncul akibat adanya masalah yang berkaitan dengan
pemilikan faktor produksi, produktivitas, dan tingkat perkembangan
masyarakat, kebijakan pembangunan nasional (Arsyad, 1999)
(Prayitno & Santosa, 1987).
3.2. Ukuran Kemiskinan
3.2.1.Kemiskinan Absolut
Kemiskinan dapat diketahui dari dihitung dengan satuan angka
ataupun per kepala. Penghitungan ini menghitung orang yang
memiliki penghasilan dibawah garis kemiskinan absolut.Kesulitan
dalam mengukur kemiskinan absolut disebabkan karena kebutuhan
dasar minimum sesorang dipengaruhi oleh adat kebiasaan, iklim,
(International Labor Organization) kebutuhan dasar tidak hanya
kebutuhan orang ataupun keluarga akan tetapi termasuk dengan
kebutuhan lingkungan fisik (Arsyad, 1999) .
“Kebutuhan dasar meliputi 2 unsur : pertama, kebutuhan yang
meliputi tuntutan minimal tertentu dari suatu keluarga sebgai
konsumsi pribadi seperti makan makanan yang cukup, tempat
tinggal, pakaian, juga peralatan dan perlengakpan rumah tangga
yang dilaksanakan. Kedua kebutuhan meliputi pelayanan sosial
yang diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti meminum air
minum yang bersih, pendidikan dan kultural.”
3.2.2. Kemiskinan Relatif
Dalam menentukan kemiskinan dengan ukuran kemiskinan relatif,
tidak hanya melihat aspek terpenuhinya kebutuhan dasar. Tidak setiap
orang yang terpenuhi kebutuhan dasarnya tidak dikategorikan miskin, hal
ini terjadi karena kebutuhan dasar yang telah dicapai lebih rendah
dibandingkan lingkungan sekitarnya.berdasarkan hal tersebut maka
kemiskinan relatif dapat mengalami perubahan sesuai dengan tingkat
hidup masyarakat yang berubah. Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari
aspek ketimpangan sosial. Menurutnya kemiskinan dan ketimpangan
akan berhubungan positif. Artinya bahwa semakin besar ketimpangan
yang ada antara masyarakat golongan atas dengan masyarakat golongan
bawah dalam suatu masyarakat maka, semakin besar pula jumlah
3.3.Penyebab Kemiskinan
Menurut Imam Nurhidayat dan Anis Nurnasening dalam
Kamaluddin (1993), berpendapat bahwa faktor penyebab kemiskinan
antara lain adalah etos kerja yang rendah, sehingga tidak mendukung
peningkatan produktivitas, produksi yang berakibat pada penghasilan
seseorang yang tidak mengalami peningkatan (Kasim, 2006) .
Menurut Hadiwigeno dan Pakphan (1993) penyebab kemiskinan
bisa dilihat dari sudut keluarga, penduduk dan wilayah. Dari sudut
keluarga, keluarga miskin memiliki ciri yang bisa dilihat dari pendapatan
per kapita keluarga, status gizi, dan umur harapan hidup. Ciri-ciri
tersebut sebagai akibat dari tingkat pendidikan, ketrampilan, jumlah
anggota keluarga, nila atau sikap, pekerjaan utama, modal kerja dan
tingkat penggunaan input. Penyebab dari sudut wilayah adalah kondisi
alam, sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, lembaga
keuangan, jalan , dan sebagainya (Kasim, 2006).
Dari pendapat tersebut penyebab dari kemiskinan sangat
bermacam-macam. Wilayah yang berbeda antar daerah menyebabkan
setiap penanganan kemiskinan di satu daerah dengan daerah lain harus
disesuaiakan dengan faktor penyebab yang ada serta tidak bisa disama
ratakan antar daerah. Karakteristik penanggulangan kemiskinan juga
tidak bisa hanya dengan waktu yang singkat. Selain itu, diperlukannya
integrasi antar sektor mengingat penyebab kemiskinan tidak hanya
disebabkan oleh faktor ekonomi saja akan tetapi faktor-faktor lain juga
3.4.Indikator Kemiskinan
Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasar baik pangan maupun non pangan. Dalam
menghitung angka kemiskinan BPS menggunakan tingkat konsumsi
kebutuhan dasar (basic needs). Artinya kemiskinan bisa diartikan sebagai
ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhn dasar.
Indikator yang digunakan BPS adalah Head Count Indec (HDI), yaitu
jumlah persentase penduduk miskin yag berada di bawah garis
kemiskinan (Khomsan, et al., 2015).
Garis kemiskinan didapatkan dari besarnya rupiah yang
dibelanjakan per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum
baik pangan maupun non pangan. Besarnya kebutuhan pangan yang telah
ditetapkan adalah sebesar 2.100 kkal/kapita/hari. Sedangkan kebutuhan
non pangan yang harus dipenuhi adalah kesehatan, pendidikan,
transportasi, perumahan, bahan bakar, sandang (Khomsan, et al., 2015).
Dalam menghitung jumlah penduduk miskin, selain menggunakan
analisis tentang penduduk miskin, BPS juga menggunakan karakteristik
rumah tangga miskin. Karakteristik tersebut adalah kepala rumah tangga
berstatus janda, pendidikan kepala rumah tangga rendah atau buta huruf,
perbedaan geografis antar kota dan desa, lapangan usaha dan status
pekerjaan, penguasaan luas lantai per kapita, akses terhadap air bersih,
fasilitas bung air besar, pemanfaatn listrik dan sebagainya (Khomsan, et
3.5. Efek Lingkaran Kemiskinan Terhadap Pembangunan Ekonomi
Gambar 2. 1.
Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurkse
Sumber : Kuncoro, 2010
Lingkaran setan kemiskinan ini disebabkan oleh adanya hambatan
pada tingkat pembentukan modal. Pembentukan modal diperoleh dari
tingkat tabungan. Lingkaran kemiskinan bisa terjadi dari sisi penawaran
ataupun sisi permintaan modal. Pertama, penawaran modal Tingkat
pendapatan masyarakat yang rendah menyebabkan tingkat produktivtas
mereka rendah. Hal ini membuat kemampuan masyarakat untuk
menabung rendah. Karena pembentukan moda diperoleh dari tingkat
tabungan, akibat dari kemampuan menabung masyarakat yang rendah
mengakibatkan pembetukan modal juga rendah. Efek pembentukan
modal yang rendah menyebabkan negara menghadapi kekurangan Ketidaksempurnaan Pasar,
Keterbelakangan, Ketertinggalan
Produktivitas Rendah
Pendapatan Rendah Investasi
Rendah
modal yang juga berimplikasi pada tingkat produktivitas yang rendah
(Suman dalam (Apriyanti, 2011), (Kuncoro, 2010).
Kedua, adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan
kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya
produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima.
Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan
dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan,
dan seterusnya (Agus Suman, 2006 (Apriyanti, 2011), (Kuncoro, 2010).
4. Pembangunan Berkelajutan
Pembangunan berkelanjutan menjadi konsep atas pembentukan
Suistainabel Development Goals (SDG`S) . Konsep pembangunan
berkelanjutan akan memberikan wacana baru pentingnya menjaga
lingkungan untuk generasi yang akan datang. Menurut Brundtland
Report dari PBB 1987, pembangunan yang berkelanjutan adalah
mengenai bagaiamana kita memeperbaiki lingkungan tanpa
mengorbankan kebutuhan pembangunan dan melupakan keadilan sosial.
Menurut Emil Salim (dalam Askar Jaya, 2004) pembangunan
berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
memenuhi aspirasi dan kebutuhan manusia (Dewi, 2011), (Jaya, 2004) .
Konsep pembangunan berkelanjutan memiliki 3 konsep yakni,
(1) keberlanjutan ekonomi berarti pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara terus menerus, namun tidak
menimbulkan ketidakseimbangan pertanian dan industri. (2)
agar tetap stabil, tanpa melakukan eksploitasi alam dan penyerapan
lingkungan. (3) keberlanjutan sosial adalah sistem yang mampu
mencapai kesetaraan layanan sosial, baik kesehatan, pendidikan, gender
dan akuntabilitas politik ((menurut Prof. Dr. Emil Salim, 2010)(dalam
(Dewi, 2011), (Haris, 2000)(dalam (Jaya, 2004).
Agar pembangunan berkelanjutan dapat dicapai, penting untuk
menyelaraskan tiga elemen inti: pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial
dan perlindungan lingkungan hidup. Elemen-elemen ini saling terkait
dan semuanya amat penting untuk kesejahteraan diri individu dan
masyarakat. Pengentasan kemiskinan dalam semua bentuk dan
dimensinya adalah sebuah persyaratan yang sangat diperlukan untuk
pembangunan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan ini, haruslah
dilakukan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, inklusif dan adil yang menciptakan peluang yang lebih
besar untuk semua, mengurangi ketidaksetaraan, meningkatkan standar
kehidupan dasar, mendorong pembangunan dan inklusi sosial yang adil,
serta mendorong pengelolaan sumber daya alam dan ekosistem yang
berkelanjutan dan terpadu ((ILO), 2016).
4.1.Strategi Pembangunan Berkelanjutan
Dalam pembangunan berkelanjutan, terdapat 4 kompenen yang
harus diperhatikan, yaitu pemerataan, partisipasi, kanekaragamaan,
Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Hal ini harus dilandasi meratanya distribusi sumber lahan dan faktor
produksi, meratanya kesempatan dan peran perempuan, meratanya
ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan.
Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat
diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang
menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin
melebar, walaupun pemerataan dibanyak negera sudah meningkat. Aspek
etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan
adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan
dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan generasi
masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam
memenuhi kebutuhannya (Jaya, 2004).
Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragamaan hayati adalah prasyarat untuk
memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara
berkelanjutan untuk masa kini dan masa mendatang. Pemeliharaan
keanekaragaman hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan
ekosistem. Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong
perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat
pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih mengerti
(Jaya, 2004).
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara
manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang
bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian
tentang kompleknya keterkaitan antar sistem alam dan sistem sosial.
Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan
yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan
yang dapat dimungkinkan. Hal ini tantangan utama dalam kelembagaan
(Jaya, 2004).
Pembangunan yang Meminta Prespektif Jangka Panjang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan,
implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang
melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan
dilaksankan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dan
prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah mendominasi
pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu
dipertimbangkan (Jaya, 2004).
5. SDGS (Suistainable Development Goals)
5.1.Konsep SDGs
SDG`s merupakan lanjutan dari MDG`s (Millenium Development
Goals) yang berakhir tahun 2015. SDG`S didiskusikan untuk pertama
kali pada United Nations Conference on Suistainable Development
yang diadakan di Rio de Janeiro tahun 2012. Kemudian disahkan pada
KTT Pembanguan Berkelanjutan PBB di Newyork taggal 25-27
akan dimulai setelah tahun 2015 hingga tahun 2030 dan akan berlaku
untuk semua negara baik negara berkembang ataupun negara maju.
Sehingga dapat diartikan bahwa SDG`s adalah sebuah dokumen yang
akan dijadikan panduan atau acuan dalam kerangka pembangunan dan
perundingan negara-negara di dunia. Kerangka kerja ini berlaku selama
15 tahun hingga tahun 2030. SDGs diharapkan untuk dimulai pada
tanggal 1 Januari 2016 dan dicapai pada tanggal 31 Desember 2030
(Risanda, 2015), ((ILO), 2016).
5.2. Konsep SDG`s
Terdapat 3 pilar dalam konsep pengembangan SDG`s yang
merupakan lanjutan dari MDG`s adalah indikator pertama
pembangunan manusia (Human Development), diantaranya dalah
pendidikan dan kesehatan. Indikator kedua adalah lingkungan
kecilnya ( Social Economic Development), seperti ketersedian sarana
dan prasarana lingkungan. Indikator ketiga lingkungan yang lebih
besar (Environmental Development) yaitu ketersediaan sumberdaya
dan kualitas lingkungan yang baik (Risanda, 2015).
5.3. Tujuan SDG`s
SDG`s terdiri dalam 17 tujuan untuk tahun 2016-2030 yaitu
(Madolan, 2016) :
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun.
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta
mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua
orang.
5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh
wanita dan perempuan.
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi
yang berkelanjutan bagi semua orang.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin,
berkelanjutan dan modern bagi semua orang.
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus,
inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan
produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang.
9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina
inovasi.
10.Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara.
11.Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,
berketahanan dan berkelanjutan.
12.Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
13.Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan
14.Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta
sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan
berkelanjutan.
15.Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan
ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan
secara berkelanjutan, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16.Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan
bagi semua orang, serta membangun institusi yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17.Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of
implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan.
B.Penelitian Terdahulu
1 Dyah Ayu
Yang menjadi variabel
independen adalah
variabel CSR yang
meliputi Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue, dan Corporate Relation Program. Serta variabel
dependennya adalah
Kesejahteraan hidup
masyarakat. Hasil
penelitian adalah semua variabel yang digunakan berpengaruh positif kuantitatif. Selain itu program apabila dalam pemerintah dan tidak hanya ilaksanakan oleh
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu
uji pangkat tanda
Wilcoxon. Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang persepsi anggota KSM terhadap pinjaman bergulir menunjukkan
bahwa Adanya
peningkatan ini
menunjukkan bahwa
apabila program pinjaman bergulir dilaksanakan secara baik akan dapat memutus lingkaran setan kemiskinan.
3 Pramono
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk adalah analisis SWOT dan scoring. Hasil
sampah rumahtangga, dan program pendidikan paket A, B, dan C.
Penilitian ini, meneliti penerapan program
No Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Metode dalam penelitian
ini menggunakan
deskriptif-kualitatif.
Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dilihat dari beberapa bidang yaitu: Dampak ekonomi, adanya bantuan alat industri bisa meningkatkan produksi yang lebih berkualitas, dengan anakan kambing masyarakat memiliki tabungan untuk masa depan, pasar murah bisa memberikan pelayanan yang terjangkau oleh
keadaan ekonomi
masyarakat Sidoharjo.
Dampak sosial,
perusahaan ikut turut serta
memajukan kegiatan
program pengerasan jalan.