• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TERHADAP PELAKSANAAN MAPEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI LOANO PURWOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TERHADAP PELAKSANAAN MAPEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI LOANO PURWOREJO"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TERHADAP PELAKSANAAN MAPEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI MTs NEGERI LOANO PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) strata satu

pada prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Muhammad Danang Arrozi NPM : 20120720123

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

(2)

1

PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TERHADAP PELAKSANAAN MAPEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI MTs NEGERI LOANO PURWOREJO

SKRIPSI

Oleh :

Muhammad Danang Arrozi NPM : 20120720123

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

(3)

2

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Muhammad Danang Arrozi

Nomor Mahasiswa : 20120720123

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan

didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan pada suatu Perguruan Tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 25 November 2016

Yang membuat pernyataan

(4)

3

MOTTO

لق

له

يوت سي

نيذَلا

و ل عي

نيذَلاو

ا

و ل عي

َنإ

رَكذتي

ولوأ

ب لأا

(5)

4

PERSEMBAHAN

Dengan izin dan rahmat Allah SWT yang Maha Kuasa. Segenap rasa hormat

dan terimakasih yang sedalam-dalamnya, saya persembahkan karya sederhana

ini sebagai wujud rasa cinta, bakti dan taat kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, Bapak Syamsul Hadi dan Ibu Amin Khasanah

yang sangat saya sayangi dan telah mencurahkan seluruh tenaga, harta, serta

do’a dan semangatnya.

2. Adik tersayang, Erika Rusdiana Haedi yang turut mendo’akan untuk

menyelesaikan sekripsi.

3. Dosen-dosen program studi Pendidikan Agama Islam yang telah

memberikan pendidikan dan pengajaran serta bimbingan selama belajar di

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

Almamater tercinta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Berterimakasih kepada teman-teman kontrakan Bapak Mujiono Slamet

yaitu Andri Okta Kurniawan, Hilmi Fauzi, dan Andita Dwi Putra yang

selalu memotivasi, berjuang bersama dan menyemangati saya dalam

menyusun sekripsi.

5. Berterimakasi kepada Laily Istnaini Fauziyah dan Pani Nur Cahyani yang

telah memberikan arahan dan saran dalam mengerjakan sekripsi dan

teman-teman dari PAI C (Gamadinamic).

6. Teman-teman yang selalu menemani saya saat berada di Yogyakarta untuk

Akromal Umam dan Syamsudin Mochtar memberikan semangat dan

(6)

5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

ABSTRAK ... xx

ABSTRACT ... xxi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Sistematika pembahasan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

(7)

6

1. Kurikulum ... 14

a. Pengertian Kurikulum ... 14

b. Kurikulum 2013 ... 16

c. Komponen Kurikulum 2013 ... 17

d. Peran dan Fungsi Kurikulum ... 20

e. Tujuan Kurikulum ... 20

2. Pendidikan Agama Islam ... 24

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 24

b. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 25

c. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ... 27

d. Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ... 30

e. Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru ... 31

f. Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah ... 33

3. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 ... 35

a. Pengertian Evaluasi Kurikulum ... 35

b. Tujuan Evaluasi Kurikulum ... 36

c. Fungsi Evaluasi ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40

A. Metode Penelitian... 40

1. Jenis Penelitian ... 40

2. Lokasi Penelitian ... 40

3. Subyek Penelitian ... 41

4. Metode Pengumpulan Data ... 41

5. Instrument Penelitian ... 43

6. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

B. Ketenangan dan Prasarana ... 58

(8)

7

2. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 59

3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 59

C. Pembahasan ... 62

1. Penerapan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran PAI di MTs Negeri Loano Purworejo ... 62

2. Ketercapaian Kurikulum 2013 di MTs Negeri Purworejo ... 83

3. Hambatan Pelaksanaan Kurikulum 2013 di MTs Negeri Loano Purworejo... 103

BAB V PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan... 106

B. Kritik dan Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA

(9)

8

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Beban Ajar Guru Madrasah ... 94

(10)

9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Saat Guru Madrasah Mengajar Menggunakan Media 67

Gambar 4.2 Kegiatan Awal Melakukan Pembelajaran ... 73

Gambar 4.3 Upacara Atau Apel Pagi ... 86

Gambar 4.4 Kegiatan saat Istirahat ... 86

Gambar 4.5 Ruang Perpustakaan ... 88

Gambar 4.6 Buku Paket Pelajaran ... 89

Gambar 4.7 Slogan ... 92

Gambar 4.8 Metode Pengajaran Guru Madrasah ... 99

Gambar 4.9 Media Pembelajaran ... 102

Gambar 4.10 Ketersediaan Buku Belajar ... 106

Gambar 4.11 Kelas yang Memakai Media LCD ... 108

(11)
(12)

JUDUL: PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TERHADAP PELAKSANAAN MAPEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI MTs NEGERI LOANO PURWOREJO

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri Loano Purworejo khususnya pada penerapan, pencapaian dan hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di MTs Negeri Loano Purworejo. Dengan harapan peneliti mengetahui lebih luas kurikulum 2013 di Madrasah yang ditelitinya.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu suatu penelitian yang diajukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis denomena, perestiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok. Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang berfungsi mengukur kinerja kurikulum untuk mengotrol pelaksanaan kurikulum yang sedang berjalan.

Hasil penelitian Kurikulum 2013 MTs Negeri Loano Purworejo sebagai madrasah Negeri

di Kabupaten Purworejo yang menerapkan kurikulum 2013 untuk belajar mengajar dalam kelas, jika kita lihat lebih dalam MTs Negeri Loano Purworejo mempunyai keunggulan untuk menerapkan kurikulum 2013 dalam menjadikan peserta didik beriman dan bertakwa. Ketercapaian sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam mengoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumberdaya pendidikan yang tersedia. Peran waka kurikulum dalam mengatur kegiatan belajar mengajar seperti mengatur beban belajar guru madrasah dan peserta didik, mengadakan pembagian tugas guru sesuai dengan bidangnya dan guru madrasah juga turut ikut ambil dalam pengembangan kurikulum 2013.MTs Negeri Loano Purworejo sendiri dalam pelaksanaan kurikulum 2013 mengalami hambatan dalam pengadaan buku mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun dalam proses belajar mengajar peserta didik yang kurang mampu menangkap materi yang disampaikan, dan peserta didik yang memahami materi yang di sampaikan oleh guru madrasah sehingga guru madrasah membutuhkan waktu ataupun usaha dalam mengulang materi yang sulit tersebut kepada peserta didik yang kesulitan dalam memahami materikurikulum 2013 maka pelatihan untuk guru madrasah dilaksanakan, dan sosialisasi mengubah pemikiran para guru madrasah untuk mengembangkan kurikulum tersebut.

(13)

Abstract

This research aims to know the curriculum implementation evaluation of 2013 in MTs Country Loano Purworejo, especially at the implementation, achievements and obstacles in the implementation of the curriculum in 2013 MTs Country Loano Purworejo. With the hope of researchers know the broader curriculum of the Madrasah ditelitinya in 2013.

This research is qualitative research (Qualitative research) is a proposed research to describe and analyze the phenomenon, event, social activity, attitudes, beliefs, perceptions, thinking people individually and groups. Data obtained from the results of the interviews, observation, and documentation. This research is the research evaluation function to measure the performance of the curriculum to control the implementation of a curriculum that is running.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menghadapi tantangan di era globalisasi dilakukan dengan beberapa kebijakan oleh

pemerintah, salah satunya pada bidang pendidikan. Pendidikan merupakan wadah untuk

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta mengembangkan potensi bagi penerus

bangsa. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dilakukan agar pendidikan di

Indonesia semakin maju. Kurikulum menjadi sorotan utama bagi pengembangan pendidikan di

Indonesia karena kurikulum merupakan hal mendasar yang diperlukan untuk merubah sistem

pendidikan.

Kurikulum di Indonesia telah melalui beberapa kali pergantian dalam perjalannya

kurikulum berganti pada tahun 1947, 1952, 1968, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Pada perubahan

kurikulum tersebut untuk mempersiapkan peserta didik agar lebih siap dalam menghadapi

tantangan-tangangan dimasa depan melalui pengetahuan, ketrampilan, sikap dan keahlian

untuk beradaptasi serta bisa bertahan hidup dalam lingkungan yang senantiasa berubah.

Kurikulum juga diartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Departemen Pendidikan, Keputusan

Menteri Pendidikan, Nomor 23 Tahun 2013).

Penyempurnaan dan kurikulum 2013 terkesan tergesa-gesa tanpa dibarengi dengan

perencanaan dan pemikiran yang bulat. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa alasan, yakni,

KTSP yang digulirkan Tahun 2006, yang belum sempat dilaksanakan dengan tuntas, tiba-tiba

dengan bergantinya menteri berganti pula kurikulum, dan penyediaan buku ajar atau buku

(15)

dikerjakan tergesa-gesa, hal ini paradox dengan motto kurikulum 2013 yang berbasis

science”, dan jika dicermati buku-buku yang diproduksi secara sentralistik, tidak sesuai

dengan perbedaan kemampuan, keahlian, dan perbedaan karakteristik masing-masing sekolah.

Kurikulum 2013 merupakan usaha yang terpadu antara rekonstruksi kompetensi lulusan,

dengan kesesuaian dan kecukupan, keluasan dan kedalaman materi, revolusi pembelajaran dan

reformasi penilaian. Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 merupakan bagian dari lanjutan

pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004

dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu,

sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan

pasal 35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sesuai dengan setandar nasional yang telah

disepakati (Departemen Pendidikan, Keputusan Menteri Agama No. 20 Th. 2003).

Kurikulum 2013 mengembangkan keseimbangan antara pengembangan pengembangan

sikap (keagamaan dan sosial), rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan

intelektual dan psikomotorik. Sekolah tidak terpisah dari masyarakat karena kurikulum

memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang

dipelajari dari sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidikan dalam

rangka mempersiapkan pesertadidik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran

Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan utuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Majid dan Andayani, 2005:132).

Pendidikan Agama Islam seharusnya dapat mendasari pendidikan-pendidikan lain, serta

menjadi primadona bagi masyarakat, orang tua dan siswa. Pendidikan Agama Islam juga

seharusnya mendapat waktu proporsional. Demikian halnya dalam upaya peningkatan mutu

(16)

dan pribadi siswa serta membangun moral bangsa. Namun kenyataannya, seolah-olah

Pendidikan Agama Islam kurang memberi kontribusi ke arah itu. Munculnya

anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama, seperti: Islam di ajarkan

lebih pada aspek kognitif, yaitu hafalan, padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus di

praktekkan pendidikan lebih di tekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan

tuhannya penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan. Hal ini di sebabkan hasil

belajar siswa dalam pelajaran agama di ukur dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan

ujian di kelas.

Sebagai kurikulum yang mengembangkan sikap (keagamaan dan sosial), rasa ingin tahu,

kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan sikomotor, kurikulum 2013

mengembangkan ketrampilan menrapkan untuk setiap pengertian yang di pelajari di kelas

dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat sehingga hasil belajar tidak hanya di amati

pada aspek kognitif saja. Dengan demikian proses pembelajaran tidak semata-mata di arahkan

agar siswa mampu menguasai sejumlah materi pembelajaran melalui metode penuturan, akan

tetapi benar-benar di arahkan agar siswa dapat leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap

dan ketrampilan. Salah satu komponen yang sering di jadikan faktor penyebab menurunnya

mutu pendidikan adalah kurikulum (Madjid dan Andayani, 2005:2).

Penyelenggaraan pendidikan seperti yang diamanatkan dalam Undang–Undang Dasar

tahun 1945 bahwa pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta diharapkan dapat mewujudkan

proses perkembangan kwalitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa

depan yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuhkembangnya bangsa dan

negara Indonesia sepanjang jaman. Dalam Undang–Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

(17)

Maka MTs Negeri Loano selalu berusaha untuk mewujudkan keberhasilan pendidikan yang

berkualitas.

Banyak sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 salah satu sekolah yang sudah

menerapkan kurikulum 2013 yaitu MTs Negeri Loano Purworejo. Karena termasuk kurikulum

baru, maka dalam pelaksanaannya masih menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya

kesiapan guru dan siswa, terbatasnya sarana dan prasarana yang di gunakan dalam proses

pembelajaran. Kurikulum 2013 menanamkan dalam diri siswa untuk menerapkan Pendidikan

Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selain faktor pendukung, juga terdapat faktor

penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013, khususnya pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Pelajaran di MTs Negeri Loano purworejo terdiri dari 5 (lima) mata

pelajaran, yang meliputi Al-Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Fiqih, Bahasa Arab, dan Sejarah

kebudayaan Islam.

Sebagaimana yang diungkapkan Bapak Syamsul (Wakil Kepala Kurikulum) di SMP MTs

Negeri Loano Purworejo sebagai berikut:

Pemberlakuan Kurikulum 2013 di MTs Negeri Loano Purworejo berdasarkan surat edaran Dierektorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian agama telah menerbitkan surat edaran nomor SE/DJ.1/PP.00/143/2015 tanggal 5 Januari 2015. Pada awal pelaksanaan Kurikulum 2013 dipandang berat untuk dilaksanakan, dikarnakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang belum mencukupi. Beberapa kendala yang dihadapi MTs Negeri Loano Purworejo dalam melaksanakan kurikulum 2013 disamping sarana dan prasarana, kurangnya fasilitas sekolah, latar belakang siswa dari kalangan yang kurang mampu, media pembelajaran yang belum memadahi dan pelaksaan Kurikulum 2013 juga harus didukung dengan pelatihan guru Pendidikan Agama Islam (observasi pada tanggal 16 Agustus 2016).

Hasil menunjukkan bahwa MTs Negeri Loano purworejo telah melaksanakan kurikulum

2013 hasil wawancara bapak Maksum S. Pd pada kamis 16 Agustus 2016:

(18)

MTs Negeri Loano sebagai Sekolah Piloting Implementasi Kurikulum 2013 mulai tahun

2014/2015 ini selalu berupaya dan mempersiapkan peserta didik berdasarkan standar nasional

pendidikan, sehingga diharapkan lulusannya akan memiliki daya saing kabupaten, provinsi

maupun nasional dan Internasional. MTs Negeri Loano diharapkan akan memiliki siswa

dengan prestasi akademik maupun non–akademik yang maksimal di tingkat nasional maupun

internasional, memiliki tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional, memiliki

manajemen pendidikan baik, serta memiliki berbagai aspek penunjang lainnya yang dapat

mengembangkan peserta didik pada aspek kompetensi Sikap, Pengetahuan dan Ketrampilan

yang akan mewujudkan Manusia yang berkwalitas yang mampu dan proaktif menghadapi

tantangan yang selalu berubah di masa yang akan datang , menjadi manusia terdidik yang

beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Berdasarkan uraian diatas bahwa kurikulum 2013 dengan standarisasi yang kurang maka

kurang maksimalnya dalam melaksanakan atau menggerakkan kurikulum 2013. Peneliti

tertarik untuk melihat penerapan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di MTs Negeri Loano Purworejo.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Penerapan Kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di MTs Negeri Loano

Purworejo?

2. Bagaimana ketercapaian pelaksanaan Kurikulum 2013 pada MTs Negeri Loano

Purworejo?

(19)

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan penelitian

a. Untuk menganalisis Penerapan Kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di MTs Negeri

Loano Purworejo

b. Untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan Kurikulum 2013 pada MTs Negeri Loano

Purworejo.

c. Untuk mengetahui hambatan Kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di MTs Negeri

Loano Purworejo.

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian skripsi ini baik bersifat teoritis maupun praktis

adalah:

a. Kegunaan Teoritik

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah intelektual serta

dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi guru pembimbing dalam

pelaksanaan kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan agama Islam di MTs

Negeri Loano Purworejo.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan teoritis dalam mengembangkan

kurikulum 2013.

b. Kegunaan Praktis

1) Memberi landasan kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran pendidikan agama Islam

2) Bagi madrasah khususnya guru-guru PAI untuk meningkatkan kualitas dan

(20)

3) Bagi kepala sekolah, untuk masukan dalam meningkatkan mutu kualiatas

Kurikulum 2013.

D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Agar memudahkan memahami dalam membaca sekripsi ini, maka sistematika

pembahasan yang digunakan dalam sekripsi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal,

bagian pokok, dan bagian akhir.

Bagian awal sekripsi terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman

persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian, halaman motto, halaman

persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar bagan dan abstrak.

Bagian pokok dalam sekripsi ini terdiri dari beberapa bab, adapun penjelasanya sebagi

berikut.

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Pada Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori.

Bab III Metode Penelitian

Pada Bab ini memuat tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian,

metode pengumpulan data, anasisis data, validitas data.

Bab IV Berisi Tentang Hasil dan Pembahasan

Pada Bab ini memuat uraian tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data

penelitian dan bahasan hasil penelitian.

(21)

Bab terkhir berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. Kesimpulan

menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubunganya dengan

masalah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data

yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil

penelitian, berisi uraian mengenai langkah-langkah apa yang perlu diambil oleh pihak terkait

(22)

BAB II

TINTAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK

A. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang Evaluasi Pelaksanaan Mapel Pendidikan Agama Islam Kurikulum

2013 sebagai mana sudah di lakukan penelitian sebelumnya diantaranya:

Penelitian dari Neng Citra Maya Sari 2014 Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas

Ekonomi Pendidikan Ekonomi yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 Mata

Pelajaran Ekonomi Pada SMA Negeri Di Kabupaten Seleman. Isi dari penelitian ini yaitu

menegenai keterlaksanaan kurikulum 2013 mata pelajaran ekonomi menunjukkan bahwa

aspek: (1) kemanfaatan buku pelajara siswa, buku pedoman guru, dan pelatihan kurikulum

2013 bagi guru, (2) manajemen pembelajaran dan layanan kesiswaan, (3) proses pembelajaran

dan proses penilaian, (4) hasil belajar siswa, serta (5) kendala-kendala yang dihadapi.

Perbedaan penelitian terletak pada: mata pelajaran yang akan di teliti, peneliti terdahulu

mengambil sampel dalam tiga sekolah sedangkan pada penelitian ini hanya dalam satu sekolah.

perbedaan yang sangat terlihat dengan peneliti yaitu terletak pada pengambilan data dan

penyajian data.

Penelitian yang disusun oleh Samsul Hadi (2012) dengan jurnal yang berjudul Evaluasi

Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)

Program Otomotif DIY. Isi dari penelitian ini ialah Kesiapan dokumen kurikulum ini meliputi:

tujuan kurikulum yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang mengacu

kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk bidang otomotif roda

dua (sepeda motor), adanya peninjauan kurikulum, pembagian beban belajar antara teori dan

praktik, struktur materi diklat, kalender akademik, silabus, dan Rencana Pelaksanaan

(23)

meliputi: penggunaan test formatif, penilaian kemajuan belajar individual, penggunaan post

test, penggunaan test praktik dan transparansi penilaian test. Dengan kategori tinggi ini

membuktikan penilaian pembelajaran di LKP Program Keahlian Otomotif telah siap dalam

implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Teknik analisis data yang digunakan adalah

teknik analisis statistik deskriptif dengan bantuan komputer program SPSS 17, dan analisis

kualitatif, yaitu dengan mendiskripsikan dan memaknai data tiap-tiap komponen variabel.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: Pada jurnal ini peneliti menggunakan

metode CIPP (context, input, process, product) seangkan peneliti menggunakan metode

pengumpulan data kualitatif deskriptif. Peneliti mengamati kurikulum 2013 yang di mana

melihat permasalahan yang di hadapi di sekolah. Peneliti mengambil sampel penelitian pada

MTs Negeri Loano Purworejo pada sekolah ini sudah berbasis Islam dan peneliti meneliti

bagaimana kurikulum yang diterapkan pada sekolah apakah ada masalah dalam kurikulum

2013.

Penelitian yang dilakukan oleh Nela Pranawati (2015) pada jurnal Survei Keterlaksanaan

Kurikulum 2013 pada mata Pelajaran Penjasorkes di SMP Sasaran Kota Mojokerto. Isi dari

penelitian yang dilakukan dapat dijabarkan bahwa Guru Penjasorkes SMP sasaran di Kota

Mojokerto sudah melaksanakan proses pembelajaran berbasis kurikulum 2013, namun dalam

pelaksanaannya belum semua dapat maksimal. Dilihat dari data sebagai berikut : SMPN 1 dan

SMPN 2 Mojokerto yaitu 95 %, SMPN 3 dan SMPN 4 Mojokerto 80 %, dan SMPN 6

Mojokerto 90 %. Hasil penelitian yang dilakukan di SMP sasaran Kota Mojokerto dapat

disimpulkan bahwa: 1. Proses Belajar Mengajar mata pelajaran Penjasorkes di SMP sasaran

Kota Mojokerto sudah dilakukan sesuai kurikulum 2013, meskipun belum sepenuhnya dapat

berjalan dengan baik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei, termasuk dalam kategori

kualitatif. Penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

(24)

deduktif, yaitu dimulai dengan menggunakan sebuah teori dasar dan diakhiri dengan analisis

data hasil pengukuran.

Perbedaan dengan peneliti yaitu terletak pada sampel yang akan di teliti pada jurnal

tersebut melakukan dengan mengambil tiga sekolah sedangkan peneliti mengambil sampel

dengan melihat satu sekolah dengan metode sampel random. Pengambilan data pada sekolah

MTs Negeri loano yang dimana sekolah berbasis Islam pada jurnal di atas pengambilan data

pada sekolah Umum. Peneliti dalam penelitian kurikulum 2013 melihat mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam sedangkan pada jurnal yang di teliti yaitu matapelajaran Penjasorkes.

B. KERANGKA TEORITIK 1. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah sebuah patokan pendidikan atau rancangan belajar untuk

sekolah dan institusi lainnya. Kurikulum (curriculum) dalam Bahasa Yunani kuno

berasal dari kata curir yang berarti pelari dan curere yang artinya tempat berpacu.

Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari.

Murray Print (1993) pada (Yani, 2013: 4) menyatakan bahwa:

“curriculum is difened as all the planned learning opportunities offered to learners by the educational institution and the experiences learners encounter when the c urriculum is implemented. This includes those activities that educators have devised for learners which are invariably represented in the form of a written document and the process whereby theachers make make decisions to implement those activities given interaction with context variables such as

learners, resources, teachers and the learning environment”.

Intinya, ia berpendapat bahwa kurikulum adalah semua kesempatan belajar yang

(25)

Kurikulum juga dapat diartikan sebagai langkah kegiatan perancangan kegiatan

interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya yaitu interaksi dengan dirinya

sendiri sebagai guru, dengan sumber belajar dan lingkungan belajar lainnya.

Hal yang tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran atau sebagai Patokan dalam

pengajaran. Kurikulum sebagai kendali dalam sekolah, seperti kutipan di atas bahwa

semua kesempatan belajar yang direncanakan untuk peserta didik disekolah dan

institusi pendidikan lainnya, sehingga dalam pembelajaran di sekolah perancangan

pembelajaran kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan baik.

Sedangkan pengertian kurikulum menyebutkan bahwa kurikulum adalah sebuah

dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan

pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa, strategi dan cara yang

dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang

pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk

nyata. Untuk mengembangkan kurikulum, kegiatannya meliputi penyusunan dokumen,

implementasi dokumen, serta evaluasi dokumen yang telah disusun Sanjaya (2008)

pada Yani (2013: 6).

Pemahaman yang disampaikan di atas menyimpukan bahwa kuriklum adalah

masalah yang sangat komplek. Tidak sebatas pada merumuskan desain atau

pembelajaran di kelas, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar dalamarti yang lebih

luas. Dalam perkembangan kurikulum harus mengetahui atau memastikan bahwa

pengalaman belajar peserta didik dapat diperoleh program yang direncanakan dan juga

tidak direncanakan.

Maka kurikulum adalah patokan pembelajaran disekolah yang dirumuskan

(26)

materi ajar, suatu program pembejaran di sekolah. Kurikulum juga rancangan pelajaran

yang akan diberikan kepada peserta didik dalam suatu periode jenjang pendidikan.

b. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan

tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau

siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan

mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka boleh atau mereka ketahui

setelah menerima materi pembelajaran yang diharapkan siswa kita memiliki kompetensi

sikap, ketrampilan, dan pengetahuan lebih jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,

inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi

berbagai persoalan dan tantangan dizamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

Mengembangkan kurikulum dibutuhkan tiga langkah yang harus dilalui yaitu

mengkonstruksi kurikulum, mengembangkan kurikulum, dan implement tasi kurikulum.

Ketiganya merupakan rangkaian yang harus dilalui dan harus dirancang secara matang dan

tidak boleh ditinggalkan satu komponenpun karena akan mengalami kemandekan sistem

Hamalik (2000) dalam (Yani, 2013: 33).

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat dengan pendidikan karakter. Mindset

ini yang disadari sejak awal sebelum memahami teknis pelaksanaan Kurikulum 2013. Jika

tidak ada landasan pemikiran ini, maka kita akan merasa terbebani oleh banyaknya

“pekerjaan” yang harus dikerjakan. Pekerjaan yang akan banyak menyita waktu adalah

mengumpulkan nilai peserta didik disetiap mata pelajaran dari aspek sikap dan ketrampilan

Karena tidak lagi berbentuk nilai angka tetapi berbentuk uraian (kualitatif).

Kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan kurikulum yang sebelumnya Kurikulum

(27)

Berbagai penawaran di dalam kurikulum 2013 seperti aktif siswa, guru sebagai fasilitator

dan sarana yang menunjang dalam pendidikan.

c. Komponen Kurikulum 2013

Untuk memperjelas atau pengertian kurikulum sebaiknya melihat komponen

kurikulum. Dengan mengetahui kurikulum, maka pekerjaan tim pengembang kurikulum

tidak dianggap enteng dan tidak dapat dikerjakan oleh bukan ahli pendidikan.

Adapun pendapat menyebutkan empat komponen pokok kurikulum yaitu tujuan, isi

atau materi. Organisasi atau strategi, media, dan proses belajar mengajar Nasution (1993)

dalam (Yani, 2013: 8). Adapun komponen pendukungnya diantaranya administrasi dan

supervise, pelayanan Bimbingan dan penyuluhan, dan sistem evaluasi.

Sebagaimana yang disebutkan Abdullah Idi (2007) yang dikutip oleh (Yani, 2013:

8) ada enam komponen Kurikulum 2013:

1. Tujuan

2. Isi struktur program

3. Media atau sarana dan prasarana

4. Strategi pembelajaran

5. Proses pembelajaran dan

6. Evaluasi atau penelitian

Komponen dalam kurikulum sangat diperlukan apalagi kurikulum 2013 adalah

kurikulum yang baru saja diperkenalkan oleh pemerintah atau kurikulum baru, sehingga

memerlukan komponen untuk pembentukannya dari komponen tersebut maka terciptalah

kurikulum 2013.

Komponen evaluasi atau penilaian. Komponen ini diperlukan untuk mengukur

keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum. Evaluasi dilakukan untuk menilai rumusan

(28)

pembelajaran, setrategi pembelajaran, setrategi dan proses pembelajaran, dan sistem

evaluasi itu sendiri. Dalam proses evaluasi kurikulum yang bersifat pre-ordinate yaitu

kriteria evaluasi dipersiapkan sejak awal dan ditetapkan sejak awal tetapi ditetapkan dari

keadaan kurikulum yang dikembangkan, dan pendekatan process yaitu kriteria penilaian

bersifat naturalistic inquiry, kualitatif, dan fenomenologi yaitu peduli terhadap masalah

yang sedang dihadapi untuk segera diatasi Hasan (2008) dalam (Yani, 2013: 11).

Peran media dalam sekolah sebgai sarana penunjang dalam pembelajaran. Sarana

dan prasarana yang harus ada dalam pengembangan kurikulum, pemakaian media sangat

setrategis dalam dalam pembelajaran karena dapat dijadikan akselerasi instrumen

pencapaian tujuan kurikulum. Komponen lainnya yang penting strategi dan proses

pembelajaran. Strategi pembelajaran dipilih sesuai dengan tujuan dan isi materi

kurikulum. Jika tujuan memiliki tiga ranah yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif maka

pemilihan strategi dan proses pembelajaran disesuaikan dengan tujuan da nisi kurikulum.

Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar perlu dikaitkan dengan kompetensi yang

ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, fasilitas dan sumber belajar

dipilih dan digunakan dalam proses pembelajaran apabila sesuai dan menunjang

tercapainya kopentensi. Dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013, fasilitas dan

sumber belajar memiliki kegunaan sebagai berikut.

1. Merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran yang akan ditempuh.

2. Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara lebih teliti menuju pada pembentukkan kopetensi secara tuntas.

3. Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang akan dikembangkan.

4. Memberi petunjuk dan gambaran kaitan kompetensi dasar yang sedang dikembangkan dengan kompetensi dasar lainnya.

5. Menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain yang berhubungan dengan mata pelajaran tertentu.

(29)

Tuntutan pemngembangan kurikulum yang semakin berkembangnya pembelajaran

sehingga dalam proses belajar mengajarpun tuntutan sarana dan prasarana dalam sekolah

juga harus memenuhi syarat tertentu. Dalam kurikulum 2013 berbagai inovasi yang ada di

dalamnya sehingga tidak bisa terpisahkan antara kedua proses tersebut. Pendayagunaan

fasilitas seperti diatas sebagai tolak ukur bagai mana berjalannya pembelajaran di sekolah

di tuntut untuk selalu melihat kembali sarana dan prasarana yang memadai.

Komponen kurikulum adalah kemantapan sarana dan prasarana dalam sekolah.

Mampu menjalankan suatu kurikulum dengan sarana dan prasarana yang memadai

sehingga dalam proses belajar mengajar tidak ada hambatan. Sarana dan prasarana yang

memadai.

d. Peran dan Fungsi Kurikulum

Adapun pendapat dari tiga peranan dalam sistem pendidikan yaitu peranan dalam

melakukan konservatif, kreatif, dan kritis (evaluatife) Wina Sanjaya (2008) sebagaimana

di kutip oleh Ahmad Yani (2013: 25). Guru harus menyadari bahwa pembelajaran

memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan

didaktis secara bersama. Yang sebagaimana di jelaskan di atas bahwa fungsi kurikulum

dalam peranannya harus konservatif, kreatif, dan kritis sehingga dalam pelaksanaannya

harus mengacu pada tiga hal tersebut.

Dengan peranannya yang strategis, kurikulum perlu difungsikan di sekolah. Para ahli

banyak mengajukan gagasan tentang fungsi kurikulum. Stidaknya ada tiga kelompok

pendapat untuk mengisikan kurikulum(Yani, 2013: 25), yaitu:

1. Fungsi kurikulum berdasarkan stakeholder-nya

(30)

3. Fungsi kurikulum sebagai pengorganisasian proses belajar. Pengelompokan tersebut hanya untuk memudahkan dalam pembahasan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Karena pada fungsinya kurikulum untuk membentuk kreatifitas peserta didik

menciptakan sesuatu hal yang berguna untuk negara. Memberikan penghargaan untuk

peserta didik yang berprestasi untuk memacu perkembangan peserta didik yang lain. Pada

fungsinya kurikulum 2013 lebih sempurna dibandingkan dengan yang sebelumnya.

Peranan pendidik dalam menyampaikan materi lebih melihat beban peserta didik apakah

mampu memberikan pencapaian dalam menyerap materi.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk itu, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) yang dikutip

oleh (mulyasa, 2013: 20).

Melihat pada kurikulum 2013 tentang wacana presiden tentang revolusi mental. Maka

kurikulum 2013 menanamkan kepada siswa untuk mengembangkan diri mereka, seperti

yang dijelaskan di atas mengenai mengembangkan potensi peserta didik untuk selalu

mengembangkan diri mereka untuk berguna bagi dirinya dan orang lain.

Sehingga dapat ditarik dari kesimpulan tersebut peran dan fungsi kurikulum adalah

tiga peranan dalam sistem kurikulum serta fungsi kurkulum dengan peranan yang

setrategis untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(31)

Seperti yang dikemukakan di berbagai media massa, bahwa melalui pengembangan

Kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif,

efektif; melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam

kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, ketrampilan, dan

sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadat

konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.

Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam

proses pencapaian sasaranbelajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman

terhadap apa yang yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria

penguasaan kompetesi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil

belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan

terhadap sejumlah kompetensi dan karakter tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan

ke tingkat penguasaan kompetensi dan karakter berikutnya (Mulyasa, 2013: 65).

Secara makro penddikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang

bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju

suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, kemampuan komunikasi sosial

yang positif dan memiliki sumberdaya manusia yang sehat dan tangguh. Dan secara mikro

pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, beretika.

Mengacu pada penjelasan pada UU No. 20 Tahun 2003 pada (Mulyasa, 2013: 20),

bagian umum dikatakan, bahwa:

” Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini

meliputi:…, 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis

kompetensi,…” dan pada penjelasan Pasal 35, bahwa “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.” Maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “Melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi sikap, pengetahuan, dan

(32)

Tujuan negara dalam mengembangkan kurikulum adalah memudahkan pendidik dan

mengembangkan potensi peserta didik dalam proses belajar mengajar. Pada dasarnya

perumusan kurikulum baru memerlukan proses yang panjang dan pertimbangan yang

matang. Apakah dalam perjalannya kurikulum tersebut mampu menciptakan peserta didik

yang matang dalam pelaksanaan pembelajaran.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan kurikulum adalah untuk menilai hasil

belajar siswa dalam pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana perkembangan atau

potensi peserta didik dalam hasil belajar mereka. Kemudian untuk memudahkan pendidik

dalam mengambangkan potensi peserta didik menilai apakah kurikulum yang dilakukan

sudah pas atau cara menyampaikan materi pembelajaran sudah memenuhi syarat akan

kelulusan.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Beberapa ahli yang mengemukakan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam

(muhaimin dan mujib, 1993: 127) dalam (Gunawan, 2012: 198) mengatakan bahwa:

Istilah pendidikan dalam Islam di ungkapkan dalam bentuk al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib dan al-riyadlah. Setiap term tersebut memiliki makna yang berbeda, karena disebabkan perbedaan konteks kalimatnya (al-syiaq al-kalam), walaupun

dalam hal-hal tertentu term-term tersebut memiliki makna yang sama.

Pengertian di atas merupakan pengertian bahwa dalam kurikulum Pendidikan Agama

Islam harus memenuhi dari beberapa aspek. Karena banyaknya agama yang beragam di

Indonesia maka di tuntut untuk mengetahui satu sama lain atau tenggang rasa terhadap

agama lain.sehingga tidak menimbulkan perpecahan.

Secara etimologis Pendidikan Agama Islam sering diartikan dengan pendidikan yang

(33)

adalah proses mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,

mencintai tanah air, dan tegap jasmaninya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya,

manis tutur katanya, baik dengan lisan maupun tulisan dikatakan (Tafsir, 2004: 12) oleh

Rumayulis (2004: 12).

Tentu saja dalam pembelajaran kurikulum 2013 peserta didik dalam melakukan

pembelajaran di sisipkan pembelajaran yang menguatkan materi. Penggunaan

pembelajaran tematik untuk peseta didik mampu mengaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Memberikan definisi Pendidikan Agama Islam sebagai bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama

menurut ukuran Agama Islam. Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa Agama Islam

adalah suatu proses educative yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau

kepribadian Marimba sebagaimana dikutip oleh tafsir (2004) dalam (Gunawan, 2012:198).

Bahwa sudah ditekankan di atas dalam pembelajaran tematik pendidik lebih mudah

dalam mengendalikan peserta didik. Mengkonsepkan apa yang harus dilakukan peserta

didik dalam bersosial. Kemudian menanamkan rasa percaya diri pada peserta didik.

b. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Definisi pendidikan agama Islam secara lebih rinci dan jelas, tertera dalam

kurikulum Pendidikan Agama Islam (Majid dan Andayani, 2004: 130) yang telah dikutip

kembali oleh (Gunawan, 2012: 201).

sebagai upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak

mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci

al-Qur’an dan Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

(34)

agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Sebagaimana kurikulum 2013 yang menanamkan nilai penting agama kedalam diri

peserta didik, yang kemudian kemudian diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.

Bahwa dalam beragama siswa bisa bersosialisasi dalam masyarakat. Di MTs Negeri Loano

sekolah yang berbasis agama menjadikan peserta didik dituntut untuk mampu

mengaplikasikan pendidikan agama ini menjadi lebih baik.

Pengertian tersebut, dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan, dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam

sebagai usaha sadar, yakni kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang

dilakukan secara terencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

a. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada

yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan,

pemahaman, penghayatan, dan pengalaman terhadap ajaran agama Islam.

b. Pendidik atau guru Pendidikan Agama Islam yang melakukan bimbingan,

pengajaran atau pelatihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk

mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

c. Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam diarahkan untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman

ajaran agama Islam dari peserta didik, disamping untuk membentuk

kesalehan dan kualitas pribadi juga untuk membentuk kesalehan sosial

(Muhaimin, 2002: 76) dikutip kembali oleh (Heri, 2012: 202).

Penjabaran pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam di

sekolah, diharapkan mampu membentuk kesalehan pribadi (individu) dan kesalehan sosial

sehingga pendidikan agama diharapkan jangan sampai menimbulkan sikap fanatisme

menumbuhkan sikap intoleran dikalangan peserta didik dan masyarakat Indonesia dan

memperkuat kerukunan hidup umat beragama dan memperkuat persatuan dan kesatuan

(35)

ukhuwah Islamiyah, dalam arti yang luas yaitu ukhuwah fi ubudiyah, ukhuwah fi

al-insaniyah, ukhuwah fi al-wathaniyah wa al-nasab, dan ukhuwah fi din al-Islam.

Maka kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,

bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

utamanya kitab suci al-Qur’an dan Hadis. Sehingga dalam masyarakat dapat dipandang

sebagai seorang yang berpendidikan agama yang baik.

c. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasan berdasarkan

beberapa landasan.

a. Landasan Yuridis.

Landasan yang berkaitan dengan dasar dan undang-undang yang berlaku pada

suatu negara. Landasan yuridis formal tersebut terdiri atas tiga macam: (a) Dasar ideal,

yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama, ketuhanan Yang Maha Esa. (b)

Dasar structural atau konstitusional, yaitu UU 45, dalam bab XI pasa 29 ayat 1 yang

berbunyi, “ negara berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”, dan pasal 2 yang berbunyi,”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu”. (c) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 12 ayat 1 poin

a, yang mengatakan, “Setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut oleh pendidik yang seagama”.

Dalam landasan yuridis kita bisa melihat bahwa dalam satuan pendidikan

pemerintah juga melihat bagaiman dan apa yang harus dilakukan dalam sekolah. Pada

(36)

melihat bagaiman dalam luanglingkup sekolah, apakah peserta didik sudah

menerapkan pembelajaran pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana

perilaku peserta didik dan penilaian perilaku. Melihat UU yang dikeluarkan

pemerintah untuk mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan yang dianut oleh

pendidik yang seagama.

b. Landasan Psikologis.

Landasan yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan masyarakat. Hal

ini didaskan bahwa manusia dalam hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat, dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan

tidak tentram, sehingga memerlukan suatu pegangan hidup. Pegangan hidup itu yang

dinamakan dengan agama. Pegangan hidup itu yang dinamakan agama.

c. Landasan Religious.

Landasan yang bersumber dari agama Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan

agama adalah perintah Allah SWT., dan merupakan perwujudan beribadah

kepada-Nya. Landasan ini berdasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadist (Gunawan, 2012: 203).

Dari landasan di atas bisa kita lihat bahwa negara mempertimbangkan atas

Pendidikan Agama Islam. Karena bagaimanapun pendidikan agama sangat penting.

Dalam perkembangannya Pendidikan Agama Islam harus melakukan peningkatan

mutu dalam kurikulum. Tidak hanya di sekolah yang berbasis Islam tetapi juga sekolah

umum sehingga dalam kehidupan bermasyarakat dan sosial mereka mampu

mengamalkan poin penting tentang agama tersebut.

Dua ayat yang terkait dengan metode atau cara-cara yang digunakan dalam

Pendidikan Islam. Sementara itu, Islam mengajarkan secara umum bahwa materi

pendidikan agama Islam mencakup tiga hal utama, pertama, berkaitan dengan

(37)

norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia

dengan sesama manusia dan kingkungan. Ketiga, mencakup aspek akhlak manusia

terhadap khaliknya dan manusia dengan makhluk lainnya (Nurwadjah, 2007: 170)

dalam (Gunawan, 2012: 203).

Karena Pendidikan Agama Islam berlandaskan agama maka pengembang

kurikulum melihat kembali atau mengkaji kembali kurikulum tersebut dengan melihat

panduan yang telah di sebutkan, seperti melihat al-Qur’an dan Hadist karena sudah

digambarkan oleh Allah dan kemudian dikaji kembali oleh manusia.

Sehingga landasan pendidikan agama Islam adalah untuk mengerti landasan

yang mereka lakukan dalam pembelajaran dan ayat al-Qur’an yang terkait tentang

metode atau cara-cara yang digunakan dalam Pendidikan Islam. Sehingga tercipta

peserta didik yang mencerminkan Agama Islam.

d. Kegiatan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas tapi juga dimanapun

asalkan terdapat sumber balajar (Mulyasa, 2013: 125).

Dalam melaksanakan pembelajaran terdapat tiga tahap yang dilalui yaitu kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, dan kegiatan akhir atau penutup. Kegiatan awal dilakukan dengan membuka pelajaran, guru membina suasana yang kognitif untuk belajar, dan guru juga dapat memberikan tes pengetahuan awal kepada siswa.

Pengertian diatas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran adapun step atau langkah

yang harus dicermati pendidik. Dalam pertatapmuka atau pelajaran guru harus mampu

mengolah kelas supaya dalam pelaksanaan pembelajaran tidak membosankan dan

membuat siswa dapat berpatisipasi dalam pelajaran. Pelaksanaan kegiatan inti menurut

pengertian ahli (Amri, 2013:55)

(38)

berpatisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan peserta didik.

Pada dasarnya kegiatan inti mencakup penyampaian materi pembelajaran untuk

membentuk kompetensi dan karakter peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Kompetensi inti yang ingin dicapai dalam kurikulum 2013 meliputi kompetensi spiritual

dan kompetensi sosial. Kompetensi inti dijabarkan dalam kompetensi dasar dan diajarkan

melalui pelajaran.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya dalam kurikulum 2013

pendidik mampu memfasilitasi peserta didik dengan baik. Mengatur pembelajaran

kegiatan yang akan dilaksanakan dalam perkelasan.

e. Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru

Guru harus siap dengan adanya Kurikulum 2013 yang sudah dilaksanakan saat ini

dan akan terus diimplementasikan pada periode-periode selanjutnya. Adapun menurut ahli

bahwa (Arikunto, 2001: 54):

Kesiapan adalah suatu kompetensi, sehingga seorang yang mempunyai kompetensi berarti seorang tersebut memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu. Kesiapan tersebut mulai dari pemahaman, mental maupun kemampuan guru yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Pelatihan kurikulum 2013 pada guru sangat diperlukan untuk melaksanakan

kurikulun 2013, dimulai dengan persiapan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi, dan

pendampingan guru yang dilaksanakan satukali. Adapun monitoring kepala sekolah

terhadap guru dan pelatihan yang merata untuk guru. Karena dalam implementasi

kurikulum 2013 adalah agar terjadi perubahan polafikir guru dalam mempersiapkan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar.

Adapun dalam pembinaan guru dalam kurikulum 2013 diperlukan juga tenaga ahli

(39)

Dalam implementasi Kurikulum 2013 diperlukan pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi, kompetensi dan ketrampilan yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Hal ini sangat penting dilaksanakan, karena berkaitan dengan deskripsi kerja kerja yang akan dilakukan oleh masing-masing tenaga kependidikan.

Tenaga yang ahli sangat diperlukan agar setiap personil memiliki pemahaman dan

kompetensi yang menunjang terlaksananya pembelajaran tematik integrative dalam

pengambangan potensi peserta didik secara optimal. Sehingga dalam implementasi

kurikulum tersebut keterlaksanaan pengajaran berjalan dengan apa yang diinginkan dan

menjadikan kurikulum yang sempurna.

Sehingga dalam melaksanakan pelatihan guru dapat disimpulkan bahwa perlunya

pelatihan yang maksimal untuk pelaksanaan kurilum yang sempurna. Dimulai dengan

persiapan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi, dan pendampingan guru yang dilaksanakan

satukali.

f. Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintaha Nomor 55 ahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dana Pendidikan Keagamaan perlu menetapkan Peraturan Menteri

Agama tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Pada Sekolah. Bahwa dalam peraturan

kementrerian agama ini dimaksudkan untuk pendidikan agama adalah pendidikan yang

memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan perserta

didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya

melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

(40)

Tujuan dan ruang lingkup dalam pengelolaan pendidikan agama pada sekolah

sudah tertuang dalam peraturan kementrian agama pada bagian kedua pasal 2 yang

menyebutkan:

a) Tujuan pengelolaan pendidikan agama adalah untuk menjamin terselenggaranya

pendidikan agama yang bermutu disekolah.

b) Pendidikan agama terdiri dari: pendidikan agama islam, pendidikan agama

katholik, pendidikan agama Kristen, pendidikan agama hindu, pendidikan agama

Buddha dan pendidikan agama khonghucu.

c) Pengelolaan pendidikan agama meliputi setandar isi, kurikulum, proses

pembelajaran, kopetensi lulusan, pendidik dan tenaga pendidikan,

penyelenggaraan, sarana dan prasarana, pembiyayaan, penilaian, dan evaluasi.

2) Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan kementerian agama dalam BAB III Pasal 7 meliputi:

a) Kurikulum pendidikan agama disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh suatu

pendidikan sesuai standar nasional pendidikan

b) Kurikulum pendidikan agama dikembangkan dengan memperhatikan potensi dan

sumber daya lingkungan sekolah dan daerah.

c) Sekolah dapat menambah muatan kurikulum pendidikan agama berupa

penambahan dan/ atau pendalaman materi, serta penambahan jam pelajaran sesuai

kebutuhan.

d) Kurikulum pendidikan agama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)

disahkan oleh kepala kantor kementrian agama kabupaten /kota.

(41)

Kementrian agama dalam rangka pemenuhan beban kerja guru Madrasah perlu

menetapkan keputusan menteri agama tentang pedoman pedoman pemenuhan beban

kerja guru madrasah yang bersertifikat pendidik.

a) Tujuan

Pedoman ini bertujuan menjadi acuan bagi guru, kepala madrasah,

penyelenggara pendidikan, pengawas madrasah, kepala kantor kementerian agama

kabupaten/kota, dan kepala kantor wilayah kementerian agama provinsi dalam:

penghitungan beban kerja guru madrasah, dan optimalisasi tugas guru madrasah.

b) Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman ini meliputi:

1. Beban kerja.

2. Kesesuaian mata pelajaran dengan sertifikat pendidikan.

3. Tugas tambahan.

4. Penetapan beban kerja

3. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 a. Pengertian Evaluasi Kurikulum

Sebagaimana pengertian mengenai kurikulum maupun evaluasi kurikulum banyak

ditemukan oleh para ahli, salah satunya adalah kurikulum sebagai satu sistem keseluruhan

memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya

yakni tujuan, materi, metode, organisasi, dan evaluasi. Dalam pengembangan kurikulum,

evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh

(42)

Sehingga evaluasi dalam kurikulum sangat mendukung untuk mengetahui apakah

dalam pelaksanaan kurikulum mempunyai kekurangan. Mengendalikan jalannya

kurikulum dan menyeimbangkan.

Menekankan definisi evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and

judging its merit and worth:. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa evaluasi adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu

terhadap suatu sistem, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk

akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan Guba dan

Lincoln (1985) yang dikutip oleh (Arifin, 2011: 265).

Dalam evaluasi, pengukuran tidak lagi merupakan bagian suatu langkah yang selalu

harus ditempuh. Pengukuran hanya merupakan salah satu langkah yang memungkinkan

dipergunakan dalam kegiatan evaluasi. Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum

adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum,

berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas

pengembangan kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum.

b. Tujuan Evaluasi Kurikulum

Dalam kegiatan evaluasi, guru harus memahimi terlebih dahulu tentang tujuan dan

fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan

melaksanakan evaluasi. Tujuan evaluasi kurikulum adalah untuk mengetahui keefektifan

dan efesiensi sistem kurikulum, baik yang menyangkut tentang tujuan, isi/materi, strategi,

media, sumber balajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.

evaluasi kurikulum dirancang dan dilaksanakan dengan tujuan antara lain :

(Wirawan, 2011: 242)

(43)

2. Mengembangkan kurikulum nasional yang sedang berlaku, kurikulum yang sedang berlaku dikembangkan dengan menambahkan atau mengurangi mata pelajaran yang ada disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Mengembangkan kurikulum satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum ini hanya mengembangkan kurikulum satu satuan pendidikan.

4. Mengembangkan kurikulum satu mata pelajaran atau mata kuliah tertentu. Isi kurikulum setiap mata pelajaran/mata kuliah dikembangkan secara terus menerus karena ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan profesi dan kehidupan masyarakat berkembang secara terus menerus.

5. Mengembangkan kurikulum muatan local. Kurikulum muatan local dapat dikembangkan misalnya dengan ketrampilan dan kearifan budaya local yang diperlukan khusus di suatu daerah.

6. Menilai pertisipasi guru dan murid. Evaluasi kurikulum dapat mengidentifikasi partisipasi guru dan murid dalam melaksanakan kurikulum dalam proses pembelajaran. Evaluasi mengumpulkan informasi mengenai upaya guru dalam melaksanakan kurikulum dalam pengertian penggunaan metode pembelajaran, media teknologi, sarana dan prasarana pendidikan serta teknik mengevaluasi hasil pembelajaran. Evaluasi kurikulum juga mengumpulkan informasi mengenai motivasi, minat, dan hasil belajar mata pelajaran tertentu Menurut.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi kurikulum adalah menentukan kefektifan

kurikulum, milihat dimana kelemahan dan kelebihan dari kurikulum itu yang

menghasilkan tercapainya hasil belajar siswa dan mengukur pencapaian hasil belajar

siswa, untuk menentukan masukan atau memperbaiki program, mendeskripsikan kondisi

pelaksanaan kurikulum, dan menetapkan keterkaitan antar komponen kurikulum.

Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau

pembelajaran sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan

mutu pendidikan di sekolah. Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi adalah untuk

mengetahui tingkat pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai dari test untuk jenis

pekerjaan untuk jabatan tertentu (Arifin, 2011: 268).

Bahwa dalam melakukan evaluasi kurikulum melihat apa kekurangan dari kurikulum

tersebut sehingga dalam evaluasi mampu meningkatkan mutu dari kurikulum tersebut.

(44)

Maka tujuan evaluasi kurikulum adalah menentukan kefektifan kurikulum, milihat

dimana kelemahan dan kelebihan dari kurikulum. Meningkatkan mutu dari kurikulum

dengan melihat evaluasi yang telah dilaksanakan.

c. Fungsi Evaluasi

Fungisi evaluasi dapat dilihat dari jenis evaluasi evaluasi itu sendiri, yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfungsi untuk perbaikan dan

perkembangan sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai

kebaikan dari sistem secara keseluruhan.

Secara umum fungsi evaluasi kurikulum yaitu:

1) Untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang diarahkan pada semua komponen kurikulum secara keseluruhan.

2) Untuk memberikan informasi bagi pembuat keputusan.

3) Untuk pertangguang jawaban laporan seleksi dan penempatan.

4) Untuk akreditasi yang menilai kelayakan program dalam satuan pendidikan (Arifin, 2012: 269).

Dalam fungsinya evaluasi juga melihat apakah kurikulum dalam pelaksanaannya

mempunyai keunggulan dan kelemahan. Menilai kurikulum tersebut apakah sudah layak

untuk pembelajaran peserta didik dan pendidik yang memenuhi syarat

Fungsi evaluasi dapat dilihat dari kebutuhan peserta didik dan guru yaitu (Arifin,

2012: 269):

1) Secara psikologis

peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hingga mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada umumnya mereka tidak berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya melaikan mengacu pada norma-norma yang berasal dari luar dirinya.

2) Secara sosiologis

Evaluasi berfungi untuk mengetahui apakah peserta didik mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti peserta didik dapat berkomunikasi dan beradap tasi dengan segala karakteristiknya.

3) Secara didaktis-metodis

Evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya.

(45)

Hal ini berhubungan dengan sika dan hubungan terhadap orang tua. Sebagai pendidik perta dan utama dilingkungan keluarga.

5) Evaluasi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik

Jika peserta didik dianggap siap fisik dan non fisik maka program pendidikan dapat dilaksanakan sebalikanya jika peserta didik belum siap maka hendaknya program pendidikan jangan dulu diberikan.

6) Evaluasi membantu guru

Melalui evaluasi guru dapat mengetahui potensi peserta didik, sehingga dapat diberikan bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapakan.

7) Secara administrative

Evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentangkemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan peserta didik itu sendiri.

Dari paparan diatas terdapat berbagai fungsi dari evaluasi semana halnya evaluasi

yang tidak dapat di pisahkan dengan kurikulum. Evaluasi seperti joki yang mengendalikan

(46)

1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu

suatu penelitian yang diajukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis denomena,

perestiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2012: 60). Data diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian

evaluasi yang berfungsi mengukur kinerja kurikulum untuk mengotrol pelaksanaan

kurikulum yang sedang berjalan.

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang terjadi pusat

perhatian dalam penelitian. Hal ini karena suatu penelitian Kualitatif dimulai

dari suatu yang kosong atau tanpa ada masalah, baik masalah-masalah yang

bersumber dari penalaran penelitian atau keputusan ilmiah (Moleong,

2014:62). Penelitian ini dilaksanakan di MTsNegeri Loano Purworejo.

(47)

2

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah sumber data darimana data dapat diperoleh

(Arikunto, 2002: 107). Maka dalam penelitian mengambil beberapa subyek

penelitian sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah

Mengetahui bagaimana pengelolaan Kurikulum dalam sekolah tersebut.

Meliputi peraturan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, kebijakan

Kepala Sekolah kepada setiap Guru matapelajaran.

b. Waka Kurikulum

Mengetahui bagaimana penataan Kurikulum di sekolah tersebut. Apakah

dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 mengalami hambatan dan monitoring

kepada Guru matapelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Guru

Dari guru akan mengetahui bagaimana dalam proses belajar mengajar

terhadap siswa, data-data, dan informasi tentang pencapaian belajar siswa.

Dan mengetahui bagaimana cara atau metode Guru dalam mengajar.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pemeliti memakai beberapa metode untuk

mengumpulkan data, diantaranya:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan umum, profil

Gambar

Gambar 4.1 diatas menunjukkan guru madrasah dalam
Gambar 4.2 Dolumentasi Kegiatan awal melakukan pembelajaran
Gambar 4.5 dari hasil dokumentasi diatas menunjukkan
Tabel 4.1 Jumlah Beban Ajar Guru Madrasah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli ± Agustus 2015 di waduk Sermo, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DIY Yogyakarta dengan tujuan mengetahui adanya

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi intelektual dari penelitian saya dengan judul “ Analisis Frekuensi Resonansi Lokal dan Koefisien Serap pada Sonik Kristal 2D ” adalah hasil

[r]

Cara lain untuk memasukkan gambar agar tidak satu satu, pada saat muncul kotak dialog untuk menentukan file yang akan disisipkan, tekan tombol ctrl pada keyboard kemudian pilih

It transpires that the problem is governed by a rate function which consists of two parts: one contribution comes from the Freidlin-Wentzell theorem whereas a second term reflects

Computer (internet on line)/Bahasa dan multi media (1 siswa 1 unit computer).

Dilihat dari keutamaan transendensi yang menekankan kepada kekuatan spiritual dan menghubungkan kehidupan manusia dengan alam semesta serta menyediakan arti

pekerjaan (occupation), sosialisasi (socialization), dan komunikasi (communicatin). Tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan fungsi penglihatan yang