• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat di Pulau Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat di Pulau Jawa"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Bdakang

Sektur pertmian rnenrpakm sekor yang melibatkan Eenaga kerja paling banyak di Indonesia, baik bagi penduduk di Jawa m a u p luar Jawa. Di Jawa jumlah

penduduk yang bekerja di bidang pertanian semakin berkurang seiring dengan bertmbahnyrt fapangan kerja di perkotaan ddam berbagai sektor, sehingga pada beberapa t m p a t telah terjadi kelangkaan tenaga kerja perhian (Collier et al. 1996). Sektor pertanian (termasuk: kekutanan) menymbang 18,84 % pendapatan nasional brut0

(PNB)

dan menyerap 45% tenaga kerj a nasional pada tahun I 998. Pangsa PNB dm peneyerapan tenaga kerja sehtaar perhian ini menunjukkan bahwa selaor

pertanian cukup penting dm strategis. Namun demikian sektor p e r h i a n rnasih mempakan sektor yang memiliki pendapatan dan prduktivitas tenaga kmja ymg

rnasih rendah hens 45% tenstga kerja hanya memperoieh 18.84% PNB (Jusuf,

X

9991, Karena sangat pentingnya sektur ini, m&a setiap Replita selalu mernberi prioritas pada pembangunan sektor pertmian, bususnya dalam rangka upaya mencapai dm mempertahmkm swsembada pangan. Tetapi seperti apa yang terjadi di banyak ncgara berkembang lain, pemberian prioritas pada sektor pertmian dalam

kebijrtksanaan pcrnbangunan ekonomi *id& seIdu rnenghasilkan pertumbuhan

(2)

sehingga darongm pertumbuhan dari Iuar tidak selalu mendapat " tanggapan " pusitif dari petani benrpa kegiatan investasi (Mubyma, 1991).

Pada umumnya eiconomi pedesaan berhubungan erat dengan pemilikan fahan

yang meliputi pekarangan, tegalan, kebun, talun, sawah, dm sebagainya. Di Jawa, ekonomi pedesaan yang lebih maju biasanya bila sebagian bsar pemilikan Iahannya berupa sawah kwena pruduktivitm sawah lebih tinggi dm s e m a t e k s sawah rnemiiiki kesuburan dan ketersediaan air yang lebih baik dibanding bentuk: penggunaan lahan Iainnya. Dengan kata lain wilayah pdesaan ymg xbagian besar berupa lahm kering, tingkat pexekanomiannya Iebih rendah. Hal ini sesuai dengm pendapat Gourou f 1969) diacu dalam Shrjito (2002).

H a e m a n (2003) rnenyatakm bahwa penduduk Indonesia mmih tergalang miskin (38 jutrt orang pada tahun 2000) yang tersebar di semua kabupaten, di pedesm dm di seputar hutan, dengm pemilikan lahan sempit dm kernampurn telcnalogi yang rnasih rendah disertai cfengm kelangkaan modal dm akses playanan

yang langka membuat pendud& miskin tidrtk: mmpu bangkit dari kerniskinannya. Gum meningkatican pendapatm masyardat padst d m & dengan mayoritas lahm kering, salah satunya adalah dengan melakukm intensifi kmi pemanfststtan Iahan

dengan cara menman berbagai komoditi. Kambinasi berbagai jenis taxraman

(3)

daIam bentuk agroforestry ini dianggap mempunyai kemmpuan untrrlc rnewujudkan fungsi ekonomi, ekdogi dm sosiaI ( Nair, 1993; Raintre, 1987).

Bent&-bent& agroforestry telah banyak diterapkan di berbagai wilayalz di hdonesia, hrbagai penelitian telah dilakukan seperti yang dilakukan aleh Tarquebiau (1984) di Krui Lampung yang menunjukkan bahwa stnxktur dan

mitektur serka keanekaragman genetik agoforest dmar mata kucing rnenyempai

hutm alam. Agrororest di Maninjau, Swnatem Baat menurut Michon et al, (1 986) mernifiki keanekaragaman jenis ymg tinggi, serta keberlanjutm ekonomi dm biufogi

y m g tinggi pula.

Agroforestry pada masyaakat di Jawa diterapkm hampir pada setiap lahm kering miliknya mulai d x i pekarangan, kebun, Iadmg, talun dm sebagainya. Di Jawa Barat rnisalnya bentuk kebun-talun memiliki keanekaragman tanaman y m g tinggi (Christanty ef a!. 1986). Dari sma1a.h antam lain kayu rakyat dihasilkm, ymg semula untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dm pada saat ini perkernbangannya menunjukkan bahwa kayu rakyat justru ditanam dengan orientmi untuk dijual.

Praktek agmforestry s e e m perorangan banyak tersebar di Jawa

-

Madwa dengan perbedaan kornbinasi jenis yang ditmam serta pilihm jenis kaydpohon sebagai j enis dominan. Sebagai contoh jenis sengodjeunj ing (Paraseriarzthes faicuturia) banyak diusahakan pada hutan rakyat di wilayah Jawa Barat pada

umumnya, dm sebztgian di Jawa Tengah (Haeruman er al, 1986 ;Haemman et al.

(4)

2001). Sedmg jenis Acacia auricul@iormis banyak diusahalcan di Kab. Bm&k.dan (Widjayanto f 992). Selunxh bentuk: agrofo~stry di Jawa lazim disebut hutan rakyat karena antara lain menghasilktn kayu.

Hutan rakyat dengan hasiI utamEl berupa kayu mk~at, ymg sefanjutny a menjadi

obyek ddam penelitim ini, rnemiiiki sejarah usaha yang telah berlangsung pduhm

tahun. Usaha kayu rakyat tersebut berjdan mengikuti paar secara alamiah datam arti

tidak: ada intervensi dari pihak: manapun.

Di Jawa sampai saat ini kayu rakyat belum banyak: diperhatikan dm dipahmi kens kayu rakyat dihasilkan dari hutan d y a t ymg s l m a ini dianggap merupakan bagian ymg scmpit dibanding hutan negaa (tidak Iebih dari 5 %). Dengan demikian dinamika kayu rakyat tidak banyak dikendi oleh orang awam rnaupun pwisi-pmktisi di bidang kehutmm sekalipm. Penelitim pad& tahun 1979 aleh F&uita K e h u t m EPB (1976)

d m

juga FaXcuItas Kehutanan UGM f1977), rnemberikm hasil yang kurang lebih samct yaitu bahwa 70 % konsumsi kayu pertukmgan di Jawa dm 90 % kunsumsi h y u b&ar dipmuhi dari kayu mkyat. H a i l penelitian tersebut ternyata mengejutkan banyak pihak. yang berkecimpung di dunirt kehuman. Sejak itu kayu rakyat tersebut menjadi bahan yang tidak ditinggalkm

dalam berbagai macam pembicwaan mengenai kunsumsi kayu.

(5)

di beberapa Pemerintahan Daerah Tingkat: 11 teferh terdapat instmsi ymg mengurus hutan rakyat yaitu Dinas Perhutanan dm Kunservasi Tanah. Pembentukan institusi tersebut rnenunjukkm bahwa urusan hutan rakyat semakin pnting. Hd ini berarti sekaligus memberikan keyakinm bahwa r n d a a t ganda h u b ralcyat telah dirasakan oleh masymakat luas, yaitu sel&n m e m b e h manfaat susial ekonomi seperti dalam menciptakm kesempatan kerja dan menlngkatkan pendapatan masyarakat melalui perdagmgm kayu ymg ditimbukm d m damp& gmda lainnya juga manfaat lingkungm seperti pencegahan erosi dm banjir, peningkatan kesuburan tahan dan sebagainya,

Program penghijauan sejak taExun 1976 salah satu t u j m y a add& untuk

mewujudkan h u m rakyat, namun demikim program ini lebih banyak: kegagalstnnya karena berbagai sebab, sehingga hutan rakyat yang diharapkan &mya tidak terwujud. Pada tahun 1980 muncul irrgres untuk h u m rakyat, sehingga pada smt itu tcrdapat dua maam hutan rakyat yaitu hutan rakyystt swadaya dm hutan mkyat inpres (IPB, 1983)

Semula orang menanam pohon pada hutan ralcyatnya Iebih ditujukan untuk konsurnsi sendiri baik untuk kebukihan kayu enersi maupun kayu pertukmgan. Selmjutnya dengm adanya industri pengoldan k a p berbagai skala, sampai hadirnya industri skala kecil di pedesaan, pohon-pohon tersebut, mulai menjadi kumoditi kornersictl. Walaupun demikian, tampslknya laj u intensifihi usaha penanaman hutan rakyat, oleh para petani lebih kecil dibanding dcngm laju "kkornersialisasi "

(6)

rakyat ini salah satunya karena kayu rakyat b l u m mendapat perhatian Mxusus dalam pengmbilrtn keputusan di bidang hutan dm kehutamn b&k dalam kebijakan nasional selama ini, maupm pada era otanomi d m & saat ini. Dengan demikim beberqa pertanyam besw addah : Mengapa usaha kayu mkyat illi dapat hrlangsung sampai

saat ini ? Faktar-f&or apa yang mempmgaruhi kinerja usaha kayu rakyat ?

Bag,aimma damp& usaha kayu xakyat terhadap pendapatan masing-masing pilxak: yang terlibat serta dampak terhadap pndapatan daerah ? Bagaimma ke1es:starian hail d m kelestarian usahmya ? D a l m sistem kelembagaztn ekunumi sepefti apa usaha kayu &yat selma ini berlangmg ? Disamging pwtmyaan-pertanyaan tersebut, mas& banyak pertmyam lain, ymg kesemuanya perlu digdi untuk dam d i g m a h sebagai baE.lan pengembangan usaha kayu mkyat.

Usaha kayu rakyat juga rnempaHran bagian dari, obyek kajim ekunumi pertanian

swara mum, karemya perilakmya serta m a pmdmg di dalam mdisisnya dalam

(7)

Atas dasar Iokasi usaha, skda usaha, manfaat atau dmpak yang ditirnbullcannya serta ksarnya pihak: yang terlibat didalamnya, maka penelititian tentang pengembangan usaha Irayu rakyat ini sangat pentiixg untuk d i l d d m , h e m

sangat relevan dengan upaya pengembangan ekonomi pedestdekonomi rakyat yang menjadi prioritas saat ini

dan

masa mendatang.

1.2. Perurnusan Masalalr

Penelitian ini bermaksud untuk membuat rumusan strategi dm program pengembangan sistem usaha kayu rakyat. Karena usatra kayu rakyat merup&an suatu sistem, m&a untuk membuat m u s m tersebut: penelitim ini terlebih dahulu difukuskan untuk menggali perilah dm dinamilca sistemnya, dimma sistern us&& kayu rakyat terdiri, dari empat sub sistem yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengulahan, sub sistern p e m m a n dm sub sistem kelembagaan.

Sccara detail, pernasalahan pada keempat sub sistem tersebut adstlah sebagai berikut : (1) Sub sistern produksi. Sdah satu ciri khas pemi di Jawa adalah pemilikan l&an yang sempit, karenanya skala usaha tani setiap rumah tangga juga kecil. Kayu rakyat sebagai salah satu komoditi ymg dirnililci dapat diprtstilcan jumlahnya juga sedikit, sehingga pada banyak daerah kayu rakyat ini merupakan "

(8)

menggunakan bibit unggul dalam penanammya, ti& dilalruh pmeliharaan

tanaman secara khusus, bahkan beXum memperhatikm jar& tanm sehingga

perhmbuhtffl phon dm mutu batrrng yang dihasilkan kurmg baik. UszlXln k a p rakyat $el& dibdctikan memiliki nilai BCR dm IRR Iebih ksar

dari

usaha pdawija, namun demikian toh setiap petmi tidak serta merta memindahkan usahanya menjack

usrtha kayu rakyat seluruhnya (Damsman, 2002). Hal ini diduga selain palawija dapt membrikan manfaat langsung yang cept dalam jztngka pendek, juga diduga terdapat faktor-faktor sosial yang rnembedah mtara usaha pdawija dm kayu rakyat. Era industrialimi tefah rnenyebstbkan migmi tenaga kerja di pdesaan, yang pada gilirannya lmgsung atau tidak akan mendorung untuk mefirik usaha mi yang tidak intensif, salafx satunya adalah usaha kayu rakyat. Dengan demikian diduga semakin berkurang tenaga kerja pertmian di pedesm, maka hutan rakyat semakin berkembang ( 2 ) Sub sistem pengolahim. Pemintaan kayu rakyat dewasa ini setidaknym terdiri dari tiga macam yaitu pertama pasar low ; kedua, industri menengah dimma p r o d h y a ditujukan untuk pasax yang lebih lw, maupun orientmi ekspor ; ketiga, industri besar y m g lebih padat modal seperti

PT.

Kertas Bekasi Teguh.

Pada industri jenis pertama dm Iredua, umumnya masih menggmakan alat-alat sederhana, sehingga mutu kayu alahan yang d i h a s i l h rnasih rendah serta banyak menghasilh limbah. Belurn dikenalnya sbndar prod& serta input bahm b&u y m g

(9)

Pada sub sistem inipun belum ada upaya pengelompoh industri, sehingga beium terj adi kerjasama menuju spesialisasi industri, karenan ya terj adi industri- industri yang bekerja dibawah sbla usaha, yang pada gilirarrnya mengakiiratkan hubungan mma

sub

sistern produksi

d m

sub sistem pengolahan h i 1 yang ti& Ianggeng, h e n a kecenderungan penekanan terhadap sumkr bahan baku dalm bentuk semacam eksploitasi berlebih. Secara Iogis semestinya antara petani (lay rakyat) dengan pl&u industri memiliki "ikatan" yang saling rnernbutuhkm karena adanya ketergantungm usaha, namun demikim kenyataann ya terjadi kecenderungan p e n m a n sediaan dari daerah-daerah sumber h y u rakyat. Hal ini merupakan indikator admya pernasalahan &lam kelestaim usaha.

Masing-masing industri, telah memiliki pasar produknyn mstsing-masing, Industri pengolahan kayu skala kecil dm menengah seperti pernbuat papan, k s o , peti-peti kernasan sayuran

d m

buah, palet ssampai bahm-bhan kerajinan, mereka telah memiliki ppasar nasional maupun ekspor. Mengingat kuatnya pas= produk olahm tersebut sem kerasnya prsaingan untuk rnendapatkan b&m baku, sertrt kepentingan bisnisnya, maka tidak mustahil bahwa pel& industri tidak memiliki visi dm misi tentang bentuk kelanggengan hubungm industri dm pasokan bahan bakunya yang berasal d a i hutan rakyat.
(10)

tengkulak, pnebas, industri kwil, dsb) menrpakan suatu usaha yang lebih terorganisir sehingga biasanya memiliki posisi tstwar yang lebih h a t . Dalm kasus kayu rakyat ini terdapat tiga ha1 yang memperlemah posisi tawar produsen (petmi) yaitu pefima masing-masing individu tidak memiliki pengetahw dm atau infomasi pasar dengan baik ; kedua, kayu mkyat maih diposisikan sebagai bbungan oleh prniliknya ; dm ketiga, beium adanya k e r j m a mtar produsen (petani).

Dilain pihak, konsumen memiliki bahkan mengwai informasi paaf s e m h t . Dengm demikian dalm pemasaran ini selalu saja produsen @etanil mendapat manfaat paling kwil dibanding lernbaga-lembaga pernasaran lainnya walaupun Mam

berbagai kntuk: d w m distribusi seperti yang difaparkm oleh Soerwiatmaka (1988)

; Haeruman et 01. (1990) ; Priyoadi (1992) ; Kurniadi (1993).

Pada kondisi pttsar seperti itu, petani hanya berperan sebagai pengmbii harga, (price ta8tr)sementara konsumen sebagai penentu hags dapat mengendalikan paar. Sebenamya petmi mernpasisikm kaymya sebagai tabungan, merupakm putensi dalam posisi tawamya. Akm tetapi karma padst umumnya petmi itu miskin, &a kayu rak-yat bergeser b W la@ sebagai tabungan, tetapi sebagai " wet rutin

",

sehingga posisi tawmya tetap saja lernah. Hal tersebut difaprkm oleh Hwdjctntu (2001) bahwa jumiah kayu rakyat yang diabang ternyata cenderung meningkat dengm admya krisis ekonomi. Sung&pun mtar industri terjadi prsaingan kuat

(11)

secara aktif melalui jaringan yang dikembmgkannya, sehingga terbentuklah semacam rnonapsani-monopsoni Iokal terhadap bahan b&u.

Daxi sisi petmi, penjdan pafran y m g mereka I&ukan lebih bmyak berkajtan dengan kebuttuhannya rnisalnya untuk biaya menyekolahkan an&, biaya hajadan yang merupakan tradisi srta kewajiban yang harus dilakukan, sehingga kbexapa pnelitian menyebutkan sebagai "daur butuh" dalam menentrrkan kapm pohon hams ditebang/dijual. Pada posisf butuX1, maka petmi cendrung

A m

berlstku sebagai pengmbil harga.

Pennasalahan terairhir yaitu pa& (4) Sub sistem kelembagm. Kelernbagam yang dimdsud meliputi kelembagaan pengumsan hutan rakyat, kelernbagtan sosial dm kelembagaan ekonorni yang dapat mempengaruhi kinerja usaha kayu rakyat. Kelembagaan yang mengums hutan rakyat secara teknis, baik iembaga bentukan pemerintah maupun masyarakat be1m ada. Satu-satunya instmsi yang rnemiliki

urusm hutan rakyat adalah Dinas Perhutanan dan Konsewasi Tanah, dengan berkaicunya SK Menteri Kchutanan Nu. 86Kpts-11/94 tentang penyerahm bebrapa urusan kepada Dati

XI.

Namun demikim lernbaga ini sampai sekamg aktivitasnya b m smpai kepada pnycdiaan bibit kepada para petmi. Kelembstgmn sasial pada usaha kayu rakyat di Jawa juga tidak nampak adst, hanya pada beberapa tempat saja dijurnpai adanya kerjasama dztiarn penyedim bibit, penyebarluasan informasi dalm telcni k budidaya dm se bagainya, yang kesernuanya masih bersifat, sangat terbatas. Kelembagartn ekonomi IebiR rneaonjoi perannya ddam usaha kayu rakyat ini
(12)

masyardcat hingga saat ini, m u n seperti dikemukakan bahwa dalam pemasaran ini petani masih pada pusisi yang lemah, Lembaga keuangan nun bank lebih mempmyai perman, sedang lembaga keuangan benrpa bank belum memberikan peran apapun khususnya bagi petmi produsm ddm rangka penguatan usaha s e a penguatan posisi &war terhdap konsumen, Kelompak-kelampak petmi untwk membentuk permodaim juga praktis belum d i k e d &lam usaha kayu rakyat ini.

Atas d m informasi tersebut mak.8 jelas b&wa setiap petani dalam usaha kayu

d y a t pmktis harus berusaha berdmarkm kernampurn sendiri, Karenanya pengembangan usdm kayu rakyat ini &an sangat lambat b&m sdit karena setiap individu hams melakukmya sendiri dengm kemmpuan yang sangat terbam. Atas dasar b e k a p a pernasalahan ddam kelembagaan usaha kayu rakyat tersebut, m&a dirasakan perlunya penafaan ketembagman untuk dapat mewujudkan usaha ymg

lestari d m d i m i s yang berkeadilan secma sosial dm ekanomi baik melafui inavasi- inovasi maupun intervensi kelembagm,

D k

seluruh permasdahm tersebut jelas bahwa kinerja usaha kayu rdcyat be1 um optimal sehingga perlu dikembmgkm. Selanjutnya untuk: m e w j u d h maksud penelitian yaitu pengembangan usaha kayu rakyat, terlebih dahulu harus
(13)
(14)

2, Dari sucfut implikasi praktis, hasil penelitian inj, d i h a p k m bergma bagi upaya pengembangan usaha kayu rakyat s e a peminat pembmgunan pedesaan d d m menin&a&an ekonomi kerakyatan khususnya meldui usaha kayu rakyat. Dimping itu diharapkm clapat dimmf~atkan bagi penentu kebijakan dalam mgka pemi1ihan prioritas strategi pengembangan gunti meningkatksan kinerja

usaha h y u rakyat secara keseluruhm, 1.6, Ruang Lingkup Penelitian

(1) Penelitian usaha kayu rakyat ini dititikhtkan untuk memuskm strategi dm program pengembangan usaha b y u rakyat. Dengm demikian analisis untuk mengetahui keragaan usaha menj adi prasyarat, sementara itu keragaan usstha diperoleh dengan menganalisis struktur sistm us&a serh pub&- peutrah yang berpengaruh terhadap sistein usaha kayu rakyat dm kelembagam yang berlaku.

(2) Untuk mendapatkm gambaran utuh usaha kayu ralcyat m&a penelitim itli

juga menggunakan "soft. system metodhology" guna mendapatkan infarmasi yang bersifat kualitatif terhadap faktor-f&ar internal dm eksternal dalam sistern usrtha, yang akan menjadi pertimetangan ddam strategi dm program kebijakan pengembangan usaha kayu rakyat. Untuk itu malca dilakukan :

(15)

disusun ddam kfltuk hierarki, sesuai dengm pengaruhnya terhadap sistem u s a h kayu rakyat.

(b) Analisis stdctural elemen program b e r d a a r h hubmgm kontekstustl. dm tingkat ketergantungm antar sub elemen dalm sedap elemen program, untuk: dapat mengidentifkasi s t n h u sistem usaha kayu rakyat, Dari analisis tersebut a k a digunakan untulr menyusun hiermki dm klasifikasi sub elemen dari elemen program guna menjelaskm p e m b a n tentang sistem usaha kayu rakyat.

(3) Pengkajim krhadap f&or kelembagaan usaha kayu rakyat yang dapat rnenin&tk:an manfaat us& ichususnya bagi petmi kayu rakyat.

(16)

IS.

TIIYJAUAN

PUSTAKA

Dalam bat, ini diuraikan s e w a ringkas tentang berbagai twri yang digmakan sebztgsti dasar ddam penefitian ini serta hrbagai hmi1 penelitian yang relevan dengan rnasdah ymg sedang diteliti. Uraim ymg dimaksud mulai dari (1) hutan rakyyat dm penguszthaannya, (2) ekonomi pedesaan dm ekonomi nxmstRtanggh (3) sistem pemasaan, (4) pendekatm sistem, (5) analisis SWOT, (6) proses hierarki analisis dm (7) pernodefan stnrlctural.

Uraim-uraim tersebut: baik kmpa penjelsrsan dari buku teks maupurz sajian

dari bebempa studi ymg telah dilakukan para peneliti terdahulu, baik yang berupa smdi psusistl maupurr komprehensif, penerapan teori dm metode tersebut di atas

terhadap berbagai obyek atau bidang,

Uraian dalm bab ini akan rnenjadi dasar datam pengembangan kerangka pemikiran dm metode pendekatan ddam penelltian ini.

2.1, Hutan Rakyat dan Pengusahaannya

2. 1. 1. Perrgertian

(17)

milik addah hutan yang turnbuh di atas tanah yang dibebztni

hak.

mi£& dm lazim disebut hutan rak-yat.

Menurut Mergen (1 987) diacu &lam Anomim (1 989) kebun rakyat menrpakan sistem pengelolaan atau perrggwm lahm Eradisiod ymg sebagian besar sesing diternuh di drteratr tropika Iembab meskipun berada pa& Iereng-lereng yang curam. Selmj utny a ia mengemukdzm bahwa kebun-kebun d y a t tersebut dicirikan oleh suatu struktur lapisan tegkan ganda,

2. 1.2. Bentuk dan Manfaat

Menurut IPB (1 983) pula pernbangunan hutan rakyat terdiri dari dua, y h i :

a. Hutan rakyat tradisional : merupakm cara penanaman tanman hutan pada tanah milik ( l d m Hrering) yang d i u s & h oleh m a s y h t itu sendiri tanpa utmpur

tangan pemerintah. Bentuk pertanammya yaitu campuran mtar buah-buatran, misalnya : Durian (Durio zibefhinus), Melinjo (Gnetum g~emonf, dm lain-lain. Bent& tersebut lebih dikenal dengan pola usatra tani lahan kering atau lhan darat.

b. Hutm rakyat inptes : yaitu hutan mkyat yang pnmamannya m m i difakukan di tanah terlmtar, Pernbangunm hutm rakyat ini diprakarsai oleh proyek bantwn

penghijauan.

Sedang hutan rakyat menurut pola tanmnya terdiri dari :

a. Hutan Rakyrtt Mumi

Pada hutan rakyat murni hmya ditmmi satu jenis pohon kayu-kayuan saja.

b. Hutan Rakyat Campwan

(18)

c. Hutan Rakyat dengan Sistem Agoforestry

Sistem yang cukup baik untuk dikernbangkan dafam pengelolam hutan ralcyat addah sistem agrafurestry dengan cam turnpang sari.

Menurut Michon (1983) ada tiga tipe Rutan rakyat yaitu : tipe pekarmgm, Mun

dm kebun c m p m . PerWaan diantara ketigmy a adalah sebagai krilcut :

a. P e h g m mempunyrni sistem pengabran tanaman yang termg dm baik serka biamya berada di sekitar rumah. Luas minimum sekitar 0,l Ha, dipagari mulai dari jenis sayur-sayuran hingga pohon yang berukuran sedan6 dimma tingginya mencapai 20 meter.

b. Talun mempunyai ukuran yang lebih fum, penanaman paRon sedikit rapat, tinggi pohun-pahonnya mencapai 35 meter dm terdapat bebrapa pohon yang m b u h secara liar dari jenis herba atau liana.

c. Tipe ketiga kadang-kadmg dapat dditemui di kberapa desa. Jenis tumbuhan cenderung lebih hamugen dengan satu jenis tanaman pokak Cengkeh atau Pepaya

dm berbztgai macam jenis tanaman herb. Kcbun tersebut sringkali diternui di sekitar desa.

Dari segi pengelalaannya hutan rakyat: sama dengan kebun mkyat. &tau

(19)

mengusdmkan tanrunan jenis pobon-pahonan yang terbagi ddam tiga golongan yaitu: (a) budidaya pohon-phonan be~ampw tmman p e r k e b w , tmman makmm dm semak, (b) paRon-pohoxlan dm tamman malranan tern& dm tern& dm (c) pohon- pohonm

d m

i k . Sementara itu Haemman (2001) menyaaan bahwa hutan milik rnasyarakat yang memilfki banyak bent&, dapat berfungsi produksi material dm penghasii jasa lingkungan. Selanj utnya dinyatakan bahwa hutan masyarakat dalam kntuk: kebun crnmpumn merupakan produsen kayu yang m a t besar di daerah s e m i di Jawa ymg padat penduduk, dm ddam ha1 ini hrunpir tidrrk ada lembaga pmerintah yang membantu masyaakat mengurus "hutan"nya.

Berlcaitan dengm manfaat: hutsuz rak:yat, KEPAS (3 988) mengemukakan bahwa upaya pewggulangan terhadap erusi dm konservasi tanah melalui penanaman pohon-pohonan telah dilaks- pemerintah sej

ak

tcthun 1950 melalui berbagai bentuk yang secam tents menems dikernbangkan dm diperbaiki seperti Upaya Komando Operasi Gerakan Makmw khun 1950, Gerakan Pekm Penghijaum Nasional tahw 1961, Prayek Departemen Pertmian 001 -037 khun 1967, Proyek B a n W Tehis FAO-UNDP tahun 1973-1976, Proyek Pengembangan dm Pengelalaan Daerah Alirstn Sungai khun 1979, Pruyek Pengembangan Wilayah DAS Citanduy t&un 198 1 dm Prayek Permian L&an Kering tahun 1984.

Menurut Bashar (1964) umha hutan rakyztt yang u m a n y a bertujuan untuk

rneningkatkan kcsejahtcraan para petani, disamping itu beberap mrtrrfaat lain juga diperuleh dalarn pengusahztan hutan rakyat ini yaitu :

(20)

c. Perlinclungm tanman-tanman pertmian d. ~erlinddgan binatang liar

Disamping itu hutan rakyat berhngsi untuk menmbah pendapatan pnduduk, memenuhi kebutuhan

ka

yu bakar dm pertukangan, sebagai hidro-urologis Iahan dm men-ngi terj adinya kwu&an hutan,

Secara garis besar manfaat Rutan rakyat terdiri dwi manfaat hutan secwa langsung (sosial ekanami) dm manfaat secara tidak: langsung (terhadap Ridra- arologis, klimatolagis, strategis dm estetik). Hutan rakyat: dalam bent& agroforestry dapat memenuhi pengawetan tanah dm air, ppohonm dapat melindmgi tm& dari butiran air hujan, jug8 sinar matahxi dapat dirnanfmtk.an secara optimal dengan

strata tajuk yang beriapis.

2,1.3. Luas PemiXikan, dan Potensi Hutan Rakyat

Hutan rakyat dirniliki oleh banyak: petani, baik golongan ptstni kecil, menengah rnaupun besar, dari sebagim k s a r luasannya reiatif sempit f< I hekar). Dari hasii studi Haemman el 01. f 1986) meliputi enam Kabupaten di 3awa Barat, yaitu

: Kabupatcn Rogar, Pandeglang, MajaIengka, Tasihalaya, Subang dm Sukstbumi menunjukkan bahwlt luas rata-rata hutan rakyat setiap kabupaten yaitu 0,66 ha, dengan selang iuasan mta-rata terbesar 1,07 ha di Kabupaten Pandeglang dm terkecil 0,34 ha di Kabupatcn Tasikrnalaya. Nutan rakyat yang cukup lum (> 1 hektar)

terutarna dimiliki aleh petani goiangan menengah dm besar. Pernilikan hutan rayat

yang cukup Iuas per satwan pemilik terutztma dijumpai di daerah-dacrah yang masih jarang penduduknya serta kondisi tanahnya yang kering. Pengelolaan hutan r&yat

(21)

Sedangkm dalam skala usaha yang besar, pmilik jugt rnempekerjakan para penggarap sebagai bunrh di l&m rnilihya.

Sementara itu peneiitian H a e m a n et al. (1 991) terhadap 6 desa contoh di tiga kecamatan di Kabupaten Bandung rnenunjukkan bahwa tuas p m i l i b n hutan rakyat rata-rata adalah 1,08 ha. Dari berbagai m a a m p n g g u m I&m di wilayah studi

tersebut, yang menjadi arcal potentid penghasii kayu rakyat adalah yang berupa I&an kering (kebun, tegalan dm pekarangan), sdmg sawah, jumlah kayu rakyat yang ada sangat terbatas. Dengan demikian kmena lahm potential pnghasil kayu rakyat adalah lahm kering maka putensi kayu rakyat di suatu damah dapat didekati dari Iuas l h n kering.

L a h s i hutm d y a t terpencar-pencar dari satu pemilik ke pemilik lainnya dengan luasan relatif sempit. Usahatmi kayu rakyat ini terdapat pada berbagai pola penggunaan lahstn, seperti : di pekarmgctn, kebun czunpuran, talun/tegalan dm hutan. Penyebaran hutan rakyat dapat diproyeksikm dari jumlah puhon ymg terdapat di krbagai pola penggunaan lahan. HasiI studi Haemman er al. (1990) terhadap desa- desa contoh di Jawa Barat. menunjukkan bahwa jumlah pohon per hektar yang paling banyak ditanami kayu rakyat yaitu pada pola penggurzaan lal-~an sebagai "hutan" sebanyak 422 pohodha atau 50% d a i total pohon untuk seiuruh pola penggunam lahm. Lalu diikuti kebun carnpuran sebanyak 226 pohodha (27% d a i total), talun sebanyak I09 pohodha (1 3% dari totaf) dan terkecil pckarangm 9 I pohon/ha (1 0%

dari total).

(22)

statistik ygng terpublikasikan. Menurut Suyana ( I 976), ratrt-rata putensi produksi hu- tan rakyat di Sukabumi sebesar 2,9447 m3&a/th. Potensi kayu rakyat dorninan di

Jaws Barat yaitu jenis jeunjing, dwi total potensi praduksi kayu r&yat sebanyak 2,2954 rn3/halth atau 77% dari total praduksi berasd dari kayu jeunjing, lalu 0,5109 m3ihaltth atau 17% dari total pmduksi berasal dari kayu kampung (duren, nangka, kuprt, teureup, sawo, rambutan, kernlandingan, gempal dm sebagainya) d m 0,1384 m3/hdth atau 4% berasal dari kayu-kayu kehutman (bayur, huru, manili, gelam, suren, cangcaram, vitex, kernpas dm sebagainya) sisanya 0,0589 atau 2% dari total

berasal dari kayu-kayu iaimya. Di Kabupaten Sukabumi, dari jumlah volume kayu yang dikunsumsi rnasyarakat tahun

X.

976 sebanydc 87,6% krasal dcui b y u rakyat,

H a i l studi Haemman ei al. (1986) dengrtn contoh 6 kabupaten (Bogor, Pandeglang, Maj alengka, "I'asikmalstya, Subang dm Sukabumi) rnenunj ukkrtn bahwa potensi rata-rata per lrektar sebesar 144 batmg, dengm selang jumlah pohon rata-rara terbesar 364 batangha di Mupaten Sukabumi dm terkecil 60 batangha di

Kabupaten Pandeglang, Dari h a i l studi terhadap enam desa contoh di tiga

kecamatan di Kabupaten Bandung rnenunjukkan bahwa potensi rata-rata puhon per hektar sebesar 156 batang. Potensi rata-rata terbesar di Kecamatan Padalarang 181

batandha, lalu cfiikuti Kecamatan Cipatat 165 batangha dm terkecil Kecamatan

Ci peundeuy I22 batanglha.

(23)

diameter rata-rata antara

X

-

SO cm. Dari data ymg diperoleh menunjukh b&wa s e b m diameter terbesar yaitu pada umur 1 tahun dewan selmg diameter 1

-

10 cm sebanyak 1.237 batang atau 33 % dari total jumlah pohon sampel, lalu diikuti umur 2 tahun dengan selang diameter I 1

-

20 cm sebmyak 1.2 12 batang atau 32% dari total,

umur 3 tahun dengan selang diameter 2 1

-

30 cm sebmyak 7

t

9 batang atau 20% dari total, umur 4 tahun dengan ~ l m g diameter 3 1

-

40 crn =banyak 290 batang m u 8 % dari total, umw: 5 tahun dengan slang diameter 4 1

-

50 cm sebanyak: 1 34 htang atau 3 O/o dmi total dm umur diam 5

tatrun dengan

diameter 50 cm keatas sebanyak 175 bamg atau hanya 4 % drtri total puhun sampel. Ben& sebaran diameter pohon yang sangat beragam ini menyebabkm kesulitan pengaturan kelestmim hasil hutan M a t . 2.1.4. Sistem Produksi, Pengolaham dan Pemasaran

Unit p r o d h i usaha kayu rakyat umurnnya berskala kecil dm

bersifat

individudperomgan. Pola usaha tani krtyu rakyat ini rnasih dilakukan secara tradisional dm belum sepnuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi kmsaha ymg lebih menguntungkan. Pemilik kayu rakyat umumnya beium menggmtungh kehidupruurya pada pahan-pohon yang dimiiikinya. U m m y a bagi mereka us&
(24)

Pengetahurn masyarakat dalam menanam pahon-pohonan belum diwujudkan dengm baik. Upaya maksimd dalm budidaya befum diterapkan, seperti pengwaan bibit unggd, pengaturan jarak tanam, pmeliharm dm sebagainya sehingga pertumbuhan pohon dm mutu yang dihasiikan kumg baik Umumnya ptani h y a menggwdm bibit dari permudaan alm yang mutunya k m g baik, h e m biasanya pohan induknya masih muda dm bibit tidak dipifih khusus dari pahon induk yang bermutu baik, sehingga anakan yang dihasilkan juga h a n g baik. Dari beberap studi yang telah dilakukan menunjukkm bahwa sebagian besar bibit diadakan sendiri aleh rakyat, sedangkan peran pemerintah ddam p g a h bibit. hanya sebagian ksiX dari jumlah total bibit yang ditanam di hutan mkyat. Dalam penmaman, umumnya jar& tanam kurang diperhatih, pada iokasi sekitar pohon irrduk jarak; tanamnya terlalu rapat, sementara di fokasi lain terldu j m g . Pemangkasan cabmg hanya dil&&an pada mat pohon masih kecil, setelah b a r pemangkasan sama sekali tidak dilakukan. F e r n b a r n dm penjarangm dil&&an menurut pengetahurn masing masing pemiliknya, pada umumnya mutu kayu ymg dihasilkan masih lnrrang baik, Masalah lain yang cukup menanjol dalam membangun hutan rakyat yaitu k l u m

adanya kerjmama antar pemitik hutan rakyat, sehinggst keprrtusan pengelalaan tergmtung pada masing-masing pemili k yang jumlahnya banyak.

(25)

Berdasarkan penelitian Haemman et al, (19901, s e a m mumbahwa strulctur

tegakm yang ada belum menunjukkan h u m normal. Hal tersebut memperkihatkan bahwa kelestarian kayu rakyat dmgm pola pengeialaan yang berlaku s a t ini belurn dapat menjamin kelestarim, baik untuk kesinambungan pendapatan petmi rnaupun keberadaan kayu rakyat itu sendiri. Hal tersebut terjadi karma keputusan pengelolaan kayu rakyat tergantung kepada petani pemilik secara individual. Setelah penebangm tidak semua petmi selalu melakukm penmaman kernbdi, tetapi ada pula yang ditanami dengan kumoditi lain atau bahkan terjadi perubahan penggunm lahm. Selain itu pola pemanenan yang dilakukan atas dasar kebutuhm uang y m g tidak

terencana seringkali rnernpercepat habisnya sediaan pohon-phan ymg dimilikinya, Walaupun terjadi perkembangan permintaan dari industri yang menginginkan syarat-

syarat diameter p h o n , tetapi tnmpaknya belurn bisa merubah pola panen sebagim

besar petmi. Selain itu ketidakteraturan siklus pengelolam kayu mkyat berkaitan pula dengm belum adanya pengaturan pengeloiaan kayu rakyat yang direncanalcan secara bersarna-ma dan atau di bawah birnbingan pernerintah. Sehingga seluruh keputusan dalam pengelolam berdda sepenuhnya pada masing-masing petani, dimma petani sendiri urnumnya lebih mendasarkan keputusannya kepada kebutuhan dirinya sendiri. Dengan demi kinn pengelolaan dengan rotasi penmaman dan pemancnan yang teratur belum bisa diharapkan dilakukan oleh petani. Hal lain yang perlu rnendapat perhatian dalam masalah kefestaristn ini adrtlzth sernpitnya pernilikan lahan

dm pola ranam campuran rnenjadikan jurnlah anrtkan untuk penggmti pohon ymg

(26)

ddam penanaman polrun, jumiah keluarga miskin tebih sedikit dibanding jurnlak keluarga kaya, demikian pula jumiah p h o n yang ditanam rumahtangga miskin Iebih sedikit dari rumahtangga kztya.

PengoXahm hasil kayu rakyat oleh petani rnasih menggunakm alat-alat yang

sederhana (seperti : gergaji tangan, guiok dm sebagainya) serta masih kurangnya pengetahuan petani dalam rnengolah kayu menyebabkan mutu kayu olahan ymg dihasilkm seringkdi masih rendah dm banyak menghasilkan limbah, Jenis-jenis kornoditi hasil pengoI&an kayu rakyat ini terntarria berupa kayu gergajiadkayu

bangman fdalam bentuk papan, bdok, reng, kaso dm sebagainya).

Pernasaran kayu rakyat: biasanya dilakukan seperti p m a m hasil-hasil perta- nian lainnya, Pernilik langswg menjual kayu yang masih berdiri kepada para pem- beli. J m g sekali pmilik rnengolah sendiri kayu-kayunya d m menjual lmgsung ke kunsumen, Sebagim ksar petmi masih s w a t kurang pengetahuannya dalam me- masarkan hasil-hail kayunya, beiwn adanya infumasi pasar dm ditambah kurang- nya modal menyebabkan masilr dominannya pem tenglculak ymg membeti b y u - kayu dwi rakyat dengan harga yang relatif rendah. Dari hasil studi terhadap cara pernasctran kayu ymg biasa d i l a k h oleh petani di Jawa Barat (Haemman et a!. 1990) rnenunjukkan bahwa cara pemasaran Brayu yang paling banyak dilakukan aleh petmi yaitu menjual dalarn bentuk pohon (berdiri) yaitu sebesar 3 1 % dari total cara

(27)

gergajim, rata-rata memberikm pendapatan bagi petani pemilik berkistu an-

Rp

4.000

-

Rp 165.0001haIth. Sementara itu Andayani (2003) juga melaporkan bahwa penjdan pohon oleh petani di beberapa kecamatan di wilayah kabupaten Wanosobo ddm bentuk p h o n berdiri. Lebih lmjut petmi memperoleh rnarjin pemasaran paling kecil dibmding penebas maupun p&gang pengumpul.

Daer& tujum pemrpsaran temtama untuk: memenuhi kebutuhan permintam bahm b&u industri ymg terdapat Lraik di pedesaan maupun di daerah. perkotaan. Dari hasil pneiitian H a e m a n ef a/. (1 990) menunjukkm bahwa d a e d tujuan pemasaran kayu mkyat sebagian ksar y&tu untuk memenuhi kebutuhan di dalam desa sebesar 74,78 %, sedangkan sisanya untuk tujurtn pmasaran

ke

luar desa sebesar 25,22 %. Unhk Iokasi tujuan pemasaran ke luar desa sebagian bsar mtuk memenuhi kebutuhan bahan b&u industri di d a d perkotaan. H a i l pnelitian tersebut m e m j u k k m b h w a dari total, tujuan p x n a s m kayu ke I w desa tersebut, sebmyak 60,92 % dijual ke lmr kecamatm dm h y a 39,09 % untrak: tujuan pemasam ke d a l m k e c m a h ,

2.1.5. Kclembagaan Dafam Usaha Pertanirmn

a, Organisasi

(28)

sebagai wadah bagi para ptani bisa berupa Koperasi atau lembaga kelompok tani jenis lainnya.

Brudjosaputro ( I 989) mendefinisikan bahwa koperasi Unit Desa adalah organisasi ekonomi d y a t yang berwatak sosial, t d i r i dari kumpulan orang-orang

dalam kesamam dm k e b e m a a n keptingm ekonomi serta bekerja sama lrntuk

meningkatkan kesejahkraan hidupnya. Suatu orgmisasi kemasy&tm bertujustn unruk: memenuhi kebututxan p k u k mwymkatnya (Smkanto 1990).

b. Kecenderungan Petani

Sundoro dm Sumaryati (1989) diacu dalam Kumiadi (1 993) menyatakan bahwa kecenderungm pmi ymg dapat mernpengaruhi keberhasilmya, etdalah karma:

a. Berorientasi ke arah selaras dengm dam; masyarakat menyatakm bahwa lingkungan di sekihmya perlu dipelihara dan yang mak perlu diperbaiki. b, Berorientasi ke ar& gotong royong; artinya gotang rayang yang hidup di

masyardcat: m e m p h kewajibm yang hams difaksanakan oleh warp desa.

c. Berurientasi ke arah vertikd; artinya amg-ormg ymg mempunyai kedudukan tinggi ahu lebih senior di lingkungamya, merekdah yang dianggap paling dihurmati dm dijadikan sebagai teladan serta dapat memotivasi m a s y h t n y a .

(29)

2.1.6. Keberhwflan dan Kendala Pengusahaan Hutan Rabat

Usaha kayu rakyat yang terjadi di Jam temyata suaah cukup lam diialrukan oleh para petmi pemilik. Sejauh ini usaha knyu rakyat memiliki keragman antar

dxrah tetapi cenderung seragam ddam daerah, Aspek-aspek y m g menyebabkm terjdnya keragaman yaitu : tingkat perhatian terhadap kayu rakyat, pendapatan, penyerapan tenaga kerja, keleshan fisik, intensitas penutupm lahan dm pemntase pernenuhan kayu b hdari kayu rakyat.

Ddam mpek tingkat perhatian texhadap by" dcyat sampai saat ini masyardcat di beberapa daerah mwih rnemdmg b&wa usaha ini mwih menxpakm u d a sampingan sehingga prioritas perhatimnya menjadi rendah (Pri yoadi, 1992; Suhardana,2003). Oleh kwemya perlu dila'kukm upaya menibah pandangan tersebut kemh yang lebih positif yang berupa contoh-contoh nyata di Inpangan. Persentase pndapatan dari. kayu terhadap pendapatan total di beberap damah tersebut relatif masih rend& (<lU%o) untuk: itu diperf- insentif-insentif ymg meinberih penghailan lebih baik bagi petani hutan rakyat, seperti fasiltas

permodalan, perbaikm tcltaniaga, bimbingm t e h i k budidaya dm sebagainya. Dalam aspek penyerapan tenaga kmja masih relatif rendah, disamping itu juga befum ada inovrtsi banr fseperti : diversifrkasi pengolahran hyu) ymg mengakibatkan

terbulcanya lagangan kerj a,

(30)

Bebefapa faktur prxghambat dalm usaha kayu rakyat f H a e m a n et al, 1 990) adatah :

a. Belum adanya persaturn antar pemilik hutan d y a t

.

b. Sistem budidaya yang digunakan belum memhri.km hmif optimal. c. K m g n y a pengetahurn petmi dalam pmasarstn hasiX hutan mkyat,

d. Belum admya fembaga khusus yang menangani pengusaRaan hutan rkyat. Fungsi d m manfaat h u m rakyat bagi kelima pihak (pemilik, penggarap, pen- duduk, pemda dm lingkungm) telah dapat dimakan manfaatnya, namun demikian masih px1u ditingkatkan.

Peningkatm manfaat ekonami bagi pemilik, penggarap d m penduduk sejalan dengan usaha yang dilakukm, tetapi peningkatan ekunurni bagi pernerintah daerah

nampaknya perlu diatw tersendiri agar supaya tetap mernberikan situasi yang kondu- sif k g i kemajuan usaha kayu rakyat, Manfaat sosial nampalrnya juga mstsih perlu ditingkatkan khususnya agar dapat lebih bmyak menyerap tenaga kerja. Manfaat ekolagi secara mum telah dapat dirasakan oleh 5 pihak yang terlibat ddam pengelo- laan kayu rakyat, tetapi mstsih diperlukan upaya peningkatm khususnya melafui bimbingan penyuluhm tehik budidaya dm pengatman h i 1 kayu rakyat. Untuk

keperlum itu adanya penvuluh &usus hutan mkyat di daerah akan rnernpercepat peningkatan manfaat tersebut. Menurut Suhardana (2003) sztlah sahl kendala ddam pengembangan hutan rakyat adstlah sempitnya prnilikm l&m sehingga pohon yang

(31)

2.2. Ekonomi Pedesaan

Sayogyo ddam Mubyarto (1995) menyatak:an bahwa : Jika mda ingin memahami perek~namian negm kami, pefajarilah kebudayam dm sistm pofitik kami ; j i b anda ingin memahami kebudaym dm sistem politik k m i , pelajarifah perekonomian k m i .

Dari pernyatam tersebut @at diyakini bahwa pemalan ekonomi

ti&

pernah berdiri sendiri, dm &m setdu kitan dengan masalah kebudaya dm politik. Apabila pernyataan tersebut krlaku pada setiap ruang dm wakb di negeri ini, maka untuic memperlajari etranorni pedesaan pasti ada perbedm dibanding mempelajari. ekanomi perkotaan. Bmhitan dengm fial tersebut, Boeke (19821, menunjukkan adanya hutrungan kebutuhm eonomi

dan

kebututran sosid bagi masyarakat Indonesia meldui teori dualisme ekoriominya.

Ekonomi p & e m yang d i d s u d disini tebih diartikan sebagai ekonomi yang berlaku di wilayah pedesaan, Berbicara wilayah pedesaan m&a sering erat k a i m y a dengan rakyat (banyak). Dengan demikian jika ada istilah ekanomi pdewan, ekonomi d y a t dan ekonomi kerakyatan pada umumnya ketiganya d i r d r t n sebagai

satu top& bahasm yang sarna. Tapik ini menjadi sangat pnting dm relevan

dibicstrakan smpai saat ini karena bukan saja sebagim ksstr penduduk (mkyat)

tinggal di pedesaan, tetapi Iebih dari itu y i t u bahwa kinerja ekonominya masih t m s

memprihatinitan dalam arti k l u m m e n d a p a h ruang yang c&up unhk mengernbmgkanny a (masih tertindas).

Dalam sub bat, ini disrtjikm beberapa segi dari ekonomi pdesaan antara lain :

(32)

2.2.1. Sejarah Ekonomi Pedesaan

Sejak jmm penjajahm, perekonomian dibagi tiga sektor yaitu sektur ekonomi modem yang kapitalistik, sektur ekanomi rakyat (priburni) yang trrtdisianat, dm sektor ekunumi pedagang perantata yang merkmtilistik f Mubymto, 1 99 f b). Sdstnjutnya dijelaskan bahwa ketiga sektar tersebut perniliknya terpisalr. Berkaitan dengm ha1 tersebut, Boeke dm juga Clifford Geertz yang mtropolog Amerika, begitu pesimis mengenai peran penduduk pribumi &lam perekonamian Indonesia, kwena dua sektor yang lain telah hm-benar mengusai tampuk produksi dm distribusi termasuk pemasaran ke luar negeri. Setel& kelahiran Budi Utomo (1908) bemlah perjuangan pemm rakyat dalam perekonomian dimuld dengan admya Sarekat Dagang Islam, Sarekat Islam dm AdB Bumiputra 1912 di Magelang. Pmjuangan ekanomi rakyat disini selanjutnya me:mp&an bagim dari perjuangan politi k.

Dari uraian tersebut jjelas bahwa suatu sistem pofitik yang gigih untuk. mewujudkan ekonomi rakyat y q kmt dengm rnenterjemahkm pasal33 UUD 1945

untuk direalisasikm menj adi perekonamim bfang berasas kekelwrgaan.

Pasal33 UUD 1945 yang dirumuskm aleh Bung Hatta sebagai takoh ekunomi sangat jelas rnencmtumh tujuan atchir sistern k e m d c m m mkyat secara maksirnal. Pmekanamian haws disusun berdasar demubasi ekonomi, di maria k e m h u r a n masyardcat: lebih diutmakm ketimbang kemalvnuran perarmgan/individml. Sebab, j i b kemakYnuran prorangan yang justm diutamakan, m&a tampuk pruduksi akan

(33)

dihasai oleh negara wtuk: ~besar-besar k e - m xakyat. Inilah bunyi penjelasan UUD 1945 pasat. 33, (Mubyartu, t 991a)

Djogo diacu ddam Mubyarto (1999) mmyebutkan bahwa " ekonomi konglomerat " addah ekonomi prtumbuXran dm

"

ekanami rakyat " A d a h ekonomi pemerataan. Dengan demifcian krarti bafxwa bila keduanya ingin brdampingan secara sehat ten& barus ada kebijakm yang simultan p d a kedmya.

Kasus Indonesia ini menunjukkan kegagdan hmpan trr'cMe down eQ'ect ddam

teori pembangunan yang mengutamah pertumbuhan seprti yang dipelajari, aleh Rostow. Kenyatw yang ada saat ini menghanrskan bmgsa Indonesia berpilrir ulang tentang pilihm kebij &an pembangunan (ekonomi) khususnya* Dengan semangat clernokrasi dm keadilan nafnpdaya tidak ada pilihan bin kawtli h a m rndakuIcan

pmihdcan kepada ekanumi rakyat.

Pernerintah hams menerapkan kebijakm yang benar-benar berpihak pada ekonomi d y a t d m pelaku ekonorni kecil, bukm lagi pada kongfamerat, kalau ingin menggalakkan kembali ekonomi mkyat. Sikap berpihak itu b u i m dilakukan dengan rnemberikan fasilitas gratis pada mereka, tetapi dengm menciptah sistern ekonumi ymg terbuka, adil, dm berdasarkm mekanisme pasar. Orientasi kebijakan ini h e n d h y a juga bukan sernata-mata pa& eIrspor, tetapi lebih pada upaya peningkatm daya beIi rakyat.

(34)

Selain ikr pemerintah haus memberi bimbingan teknis menyangkut standarisasi produk, bantuan keumgan, atau memberi latihan alnrntsfisi agar mereka bisa menjadi

perusaham kmil dmgm sistem yang rndem,

Dibyo Prabowo menyatdm bahwa masdah ymg dibadapi oleh pngusaha kecil dm menengah berWa-Ma sehingga bantuan yang dapat diberikan sebaiknya tidak seragam. Pemerintah h m s jeli sebab ada yang butuh dana, ada ymg butuh pasar, namun ada yang butuh bimbingan mmajamen saja. Bagi pemerintah yang penting jmgan membustt kebijakan ymg mengganggu pengwaha kecil dm menengah k h m n y a ymg h gberkembang (Kompm, 20 A p t u s 200 1)

2.2.2, Ciri-ciri Ekonarni Pedesaan

Baswir dalam Mubyarto dm Baswir (1989) rnenyebukm bahwa ciri sistem ekonomi Indonesia menurut pas& 33 UUD 1945 addah sebagai berikut :

1, Perekonomian terbagi &lam 2 (dual wilayah :

a. Wilrtyafr Sekor Formal, terdiri atas :

I) WilayrtR cabang-cabang pruduksi yang pentkg bagi negara ; dm

2) Wilayah ~bmg-cabmg pruduksi yang menguasai hajat hidup orang banyak*

b. Wilayah Sektor Informal, disebut juga sebagai wilay& cstbmg-cabang produksi yang tidak penting bagi negara dan tidak menguasai hajat hidup orang banyak.

(35)

3. Kopmi m e r u p h satu-satunya bentuk: pmahaan ymg beroprasi dalam wilayah cabang-cabang produksi yang rnengurtsai hajat hidup orang banyak. 4. Ruang gerak usaka-usaha swash yang tidak kbentuk: kopemi terbatas pada

wilayah =bang-cabmg produksi ymg tidak pentirig bagi negItSa dm ti& m e n g d hajat hidup orang banyak, Karen8 skala kegiatannya rats-mta kecil r n a b wifayah ini tidak diatw oIeh pemerintah.

5. Penentuan harg8 lebih banyak: disc:mMn kepada mekmisme pasar,

Berbiwa masalah pedesaan pada dunia ketiga umumnya dan pedesaan

di

Indonesia khususnya, sangat erat dengotn kmiskinan. Megapa dmikim, karma secara relagif sumberdaya manusia berHrualitas lebih rend& penguman met (fahan) ymg sempit serta seretnya iHim d e m o h i di segala bidang,

Dati ciri sistem ekonami Indonesia tersebut, sebnamya telah memberikm ruang yang cukup bagi seluruh warga negara khususnya masyrtrrtkat pedesrtan untuk: s e w 8 &if melalukamya, Namun demkian ddam kenyatam rnengapa masymkat p e d e s w mas& banyak yang miskin, hal ini karena belum d m y a kekrpihakan secara nyata. Herlaitan dengan hal tersebut: Sen dalam f emy (1 990) menunjukm bahwa kematian karma keiaparan di dalam kncana k e l a p m tidak sepnuhnya atau sebagim besar disebabkan aleh adnya kekwangan pangan, tetapi penyebab utama adalah admya kegagalan pernberian hak: (entitlements). Disini tersedia cukup pangan

(36)

Sejalan dengan sistem ekunomi Indonesia, Clark dm Hetswell Balm Penny (19901, menyahkan dengm tegas bahwa perlunya pasafisasi dalam ekonomi pdesaan. Namun demikian Penny (19901, menyangsikm para ekonom pembangunan yang menifai ketexbukm pada kekuatan pa= sebagai jalur menuju kesejahteraaxl bagi ptani subsisten. Dengan datanya mengemi dem-desa di Indonesia, Penny menunjukkan bahwa p n g d p a w dapat menrsak, d i m p i n g membantu. Dalam konteks terakhir ini bennrti knar bahwa pemerintah hendaknya berpem sebagai pengawas

dan

pengatw.

Usaha kayu rakyat di Jawa tidak lain di1ak:ukm aleh keIuarga ptani kecil biasanya subsisten yang memp&m ciri mum petani Indonesia. Golongan petmi subsisten tersebut menurut Scott (1 976) rnereka memiliki kcbiasam mendahulukan selamat minya apa yang diusahakm prioritas p m a adalah untuk. memukupi kebutuhan kunsumsi sendiri, ymg biasa disebut dengm etika subsisten.

Penduduk pdesaan pada umumnya memiliki fahan ymg relatif sempit; dengan lahan tabatas tersebut prioritas bercocuk tmm adafah menanam tanman pangan

untuk: memenuhi kebutuhannya sehasi-hari, kemudian tanaman buah-bu&m dm yang terakhir adalah tanaman yang merighasilkan kayu. Dapat pula terjadi pohon ditanam tanpa pemair berpikir untuk dapat ddiambil hasilnya, tetapi sekedar untuk

mendapat Eungsi lain misalnya sebagai titanaman pelindung, pagar, pencampur dan sebagainya. Dari hail s e l u d usaha prtaniannya, beberapa jenis hasil dijwl untulc diprtukxkan dengm b m g lain dan atau untuk mencukupi kebutuhan selain

(37)

pedesaan juga tecbatas, atau dengan kata lain di dalamnya terhpat banyak Magang- pe8agmg kecil. Keseluruhan usaha tersebut baik sebagai produsen maupun konsumen tazim disebut dengan usaha kecil. Modal-modal usah ymg febih besar di pedesam biasanya dimiliki oleh para pernil& tanah yang luas (tuan tanah) &itrat adanya alr~uzldasi tabungannya. Hal ini dijelmkan ofeh Scott (1976) pada petmi- petani di Asia Tenggm. Cantoh lain seperti yang d'kemdmkm oleh Hardjosoediro (1 977) tentang tumbuhnytt industri mebe1 @ti) di daerah KIaten.

h e n a pemilikan sumberdaya masing-masing rumahtangga terbatm, serta adanya kesrunm lingkungan fisik, sosial dm budztya m a b suatu usaha brtentu segera &an diikuti oleh mahtangga fahmya baik itu bmpa kegiatan memproduksi

bahan b&u maupun kegiatan ymg berupa pengolahan. Dengan demikian timbullah kesamm usaha yang dikerjakan oleh banyak rurnahtmgga, dengan slrafa usaha kecil, yang ticlak jarang belum memenuhi skila ekonurni.

Usaha-usaha tersebut di atas sering masih dilakukm dengm cm-cara

irebermam antar nrmahtangga ddam proses pmduksinya, sehingga cendemg menutup muncufnya rnonapoli us&. Hal ini disebabkan karena pada dasamya

(38)

2.2.3, Pasang Surut Ekonomi Pedwaan

Ekonomi psdesam ymg sering dianalogkan sebagai ekonomi rakyat, tentu sudah ada sej& rakyat itu ada, karena ekonami pada dasamya mengatur ntmahtannga. Jika ekonomi rakyat hi dilihat mdai jamm penjajahan w p a i saat ini, maka sebenarnya ekonomi rakyat belum pernah mendapah pernihakan s e w hati. Dengan. bta lain xlalu tersingkirkan.

Pada jaman penjajahan, ekonomi &at sangat marjind perkembangmya, karena perekolramian dikuasai oleh penjajah yang kapitalis d m para pechgrtng (merkantilis).

Setelah kemerdekaan, penvujudan ptasal 33

UUD

1945 seperti yang diterjemahkm oleh Bung Hatta, sangat banyak mendapat hambatan &lam

pelaksmsuuzya.

Pada

jaman

pemerintEthan Orde Baru, kwena seem kuznsisten mengmut tmrj. pertmbubmya Rastow (F&h 200 1 ), d i m a mmerlukm rndal-modd besax yang artinya rnasuk dalam sistem ekonomi kapitdis, maka selama kurang lebih 30 t&un ekunomi r&yat ttidak mendzipat m gy m g cukup untuk berkembang

.

(39)

ditegaskan oleh klubyrrrto (1991a), W w a sistem pasar ymg cocok dengan kondisi Jawa adalah sistem pasar dengan unit gelayanan yang kecit dm tersebar, dm bukan

unit ksar yang terpusat. Sdanjutnya dikatakm bahwa ekonomi mkyat telah rnenemulcan cara-caranya send% untuk bisa be- menghwkpi gfobalisasi yang keras dm semakin canggih. Menurut Mubyarto (1999) apabila ekanomi rakyat telah dapat berbhm mmghadapi gempuran sistem ekonomi modern dari luar %lama penjajahm (350 tahun), m k a ekonumi rakyat yang sudaxl m a k i n kuat dm krdaya pasti dapat Iebih d i d d k a n lagi menghadapi era globalisasi abad 21. Ekonorni rakyat atau ekonomi kemkyatan addah sumber kekwtan kiw s m k r daya tahan ketangguhan ekonomi nasional masa depan.

Dimuka telah disebutkm perbdaan anma ekonomi d y a t (ekonomi pememtaan) dcngan ekunomi konglumerat (ekonomi pmtumbuhan). Kebijaksanaan ekonomi ymg menghasilkm pertumbuhan ekonomi amat tinggi ~ t a m a h p i r 30 tahun temkhir memang telah berhasil menumbuhkan prekonomian Indonesia dengan

rab-rats 7% per $ahtattun, tetapi jelas b l u m berhasil meratdm pembagiannya. Maka krisis moneter dm krisis ekonami yang r n e r o n t o ~ ekonami konglomerat h m dipmdang sebagai tindakan Tuhan. Sefanjutnya ddam G B W 1998 unh& perkma kdinya ddam 20 hhun terakhir sejak PancasiIa diterima sebagai satu-satunya asas berbangsa dm bernegara, tereantum f stilah Sistem

Ekanami

Pancasifa (SEP) y m g dianggap paling cocok unhlk dilaksanakan di Indonesia.

2.3. Ekonomi Rumahtangga

(40)

tersebut menggunakan sumbrdaya ymg dimilikinya dalam pencapaim tujmnya. Sebagai eontoh perusahaan menggmakm tenaga kerja, tanah dm modal untuk: mencttpai mjum parusahm yaitu m&simum kewtungan. R d t a n g g a

mengalok8sikm sumberdaya yang dimililrinya

ke

dalam beberapa kegiatan dengan hampan dapat menghsilkan ouput yang memuaskan

d m

dam meningkatkan derajat kesejahteraan anggota keluarga.

Keadaan di dalm dm di luar rumahtangga &an menentukan jurnlah dm jenis sumberdaya nrmafrtangga, produkivitas masing-masing kegiatm

dm

kepuasan yang diterima, Dengan demikim bila kondisi dl dalam dm di Iuar mmhtangga bembafi, mka pola penggunaan sumberdaya dm kegiatan nrmaXrtangga &an berubah. Pola baru ini disebut dengm pengaturan ekonomi mmhtangga,

Berbicara tentang sumkrdaya rumahtangga menurut Bryant f 1990), terdapat tiga hd penting yaitu : ulrum, kompasisi dm stwktw nrmahtangga. Ukuran m a h t m g g a bera-ti menunjukkm bmapa ksar / jumlrntr anggata ddam nrmahtmgga. Koniposisi berarti rnembicarakan mengenai macm mggota ketuarga dilihat dari kategori dalam umur, sedang s t m h w berarti berbicara tentang keluwga ddam kaitannya dengan pernikahan. Mengatur ekonomi nunahtangga b e m i mengatur

ukwan, struktur d m kompsisi rumahtangga yang menunjukkan poIa penggunw sumberdaya dm kegiatan ymg ingin dicapai oleh rumahtangga.

Sumberdaya mnahtmgga dibagi menjadi dm yaitu sumberdaya fisik (physical capital) dm sumberdaya manusia (human capital). Sumberdaya manusia meliputi :

(41)

Kegiatan nunahtangga berarti penggunw sumberdaya baik sumberdaya rnanusia, sumberdaya fisik, dimma kegiataxx tersebut dapat m e m k r i h kquasan bagi wahtangga baik secara tangmg maupun

ti&&

langsung, Bekerjct menxpakan contoh kegiatan y m g rnemberikan kquasan tidak fangsung sdang konsumsi merupah cantoh kegiatan yang memberikm kepuasan larigsung.

Ddam kegia-ya untuk: rnemaksimumkm kepuasan, rumah tangga tidak

bebas nilai, tetapi disana tmdapat pembatas-pembatas yang hams d i p h i . Pembatas tersebut menurut Bryant (1 990) addah ekonami, teknik, h&um dm susid budaya. Pembatas ekonomi berarti menentuk.an apa yang akm dilakukm rumahtangga, bagaimana melakukan dm apa ymg &an digeroleh. Contah pembahs ekonomi addah walctu yaitu bahwa sehari hanya terdiri dari 24 jam saja. Pembatas teknik menerangkan b&wa sef

d

kegiatm mengikuti proses-proses

hukum bialogi, fimia, fisika dm sebagainya,

Pembatas h k u m serta pembatas sosid-budaya %id& lain addah pembatas y m g ditentukm atau diatur hukum, peratwan, paiitik, rronna-norma sosia1 budrtya dimma mahtan.gga ikut krpartisipasi

di

d a l m y a . Dua pembatas pertam disebut pembatas absolut kmem tidak dapat diabaikm, sedang dua pembatas terak:hir disebut pernbatas relatif karena ddam prdctek d q a t diabrtikan oleh mmhtmgga (Bryant, 1990).

2,3. I. Bekerjit dan Waktu Senggang

(42)

Dengan demikian kontribusi kerja merupakan refleksi sistern produksi dalam rumah tangga. Namun demiErian sebagai sumberdaya rnanusist setiap mggota nrmahtangga ddm mencurahkan waktu untuk k e g i a h baik b m p a kegiatan ekornomi atau bukan,

dia ingin memaksimumkan kepuasan dirinya maupun keluarganya. Oleh karenartya setiap keputumya akm seldu terkait dengtn keputusan kelwga secara keselunrhsux (Bryant, 1990).

R d t a n g g a merupakan w i t terkecil pengambil keputusan, b n a hampir mirip dengan perusaham j i b ditinjau dari twri permintam tenaga kerja. Seorang anggota keluarga &an kkerja, pasti Rams melihat pertirnbangan mggota fain, Dengm kata lain suplai tenaga Icerja ditentukan secara simultan dalam rurnaktangga

unmk mencapai kepuasan mahimum dengan sumberdaya terbatas.

Secara alamiah sumberdaya manusia mempunyai dua pilihan yaitu bekerja dm memanfaatkm w a h senggang. Bekerja baik di dalam m a h maupun di luar m a h ,

keduanya menyita w&tu, sebalihya w&tu yang lain tidak diisi dengm bekerja, tetapi justru dinikmati xbagai wakh luang. Dai sini yang menjadi pertanyam

adalah bagaimanzt alokasi waktu bagi rumahtang@ maupun setiap anggotstnya (Becker, 1976).

2.3.2. Kegiatan Ekonomi Rumahtangga

(43)

Menurut Mangkuprawira (19841, kontribusi kerja reIatif

tiap

anggota keluarga

akan

beragam ymg diduga berkaitan d e n p segi-segi kedudukan di d t r t n g g a ,
(44)

p q a n Ban untuk

lain-lain

yang lebih bsar biasanya dialoicasikan wtuk pndidikm, kesehatan, invatmi rumah tangga dm lain-lain.

U k m atau proporsi m a k : x m tersebut ~ p a k n y a juga mengkuti hukm Engel di rnanzt makln tinggi pndapatan maka malcin rendah proporsi pngelustran untuk . rn- Di samping itu &pat dinyabkan d d m ukuran elastisitas konsumsi terhdap pndqatan atau pengelwan total. Ada kecendemgrtn makin tinggi tingkat pendapatan keluarga makin rendah elastisitas konsumsi pangan dibmdhg komumsi bukan pangan. Hal ini j u g ada hubmgannya dengan jumlah keluttrga. Suam rumah

tangga dengan jumlah mggota ymg malrin banyak dengan pendapatm tertentu berarti proporsi pengeluaran unhrk. konsumsi pmgm &an makin besar pula. Dengan demikian elastisitas konsumsi untuk pmgm akan makin be= sejalm dengan pertimbahan jumlrth anggota. Keadaan di atas diduga terjadi pula pada rumahtangga ymg &an diteliti.

Selain faktor-faktur di ddam mmhmgga, f&or di luar rumah tangga diduga ada p e n g d y a tahadap perilaku konsumsi rumah tmgga seperti tingkat upah, k g a b r a s dm h q a bukan beras. Tin&$ upah yang makin tinggi sebenarnya mericeminkan tingkat pendapatm keluarga semdcin tinggi pula.

(45)

suatu keluafga mengmbil keputusan di ddm rnengalokwikan pndapatan ufltuk. p

Gambar

Gambar 3.3. Diagram Atir Teknik ISM pada Sistem Usaha Kayu Rakyat (Eriyatno, I999 dimodifikasi)
Tabel-4.2. Penggunaan Lahan Rata-rata Responden di WiIayah Contah
Tabel 4.3. Perkiman Luas Areal Kesesuaian Agroklimat Sengon
Gambar 4.3. Gambaran Sistem Usaha Kayu Rakyat dm Lingkungan yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan respon kecepatan motor induksi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6, dapat dilakukan analisa untuk menentukan parameter respon sistem dengan

Tujuan penelitan mengetahui gambaran financial distress dan faktor apa yang menyebabkan perbedaan financial distress pada PT Lippo Cikarang, Tbk dan PT Bukit Darmo Property,

Melalui penerapan sistem data warehouse dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, diantaranya proses analisis ataupun pengelolaan informasi berdasarkan data

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran siklus belajar hipotetik deduktif untuk meningkatkan pemahaman konsep, dan

Perlakuan terhadap sukarelawan sakit hiperkolesterol ini dilakukan selama satu bulan, dengan pengamatan kadar kolesterol darah dan trigliserida darah pada

pihak adat Dompu yang melembagakan diri melalui LAMDO menjadi pihak yang berperan aktif dalam menggalang dan menjaga perdamaian pada saat konflik ataupun pasca

Terdapatnya suatu arah kebijakan hukum untuk menangani korupsi dengan mengkaitkan ketentuan anti pencucian uang nampak juga dalam Konvensi PBB Anti Korupsi tahun 2003 seperti

Tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah atau menduduki jabatan 1 tingkat dibawah Direksi pada perusahaan Asuransi yang