PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BANK ISLAM
DI KABUPATEN BOGOR
OLEH:
M.
ABDUH KHALID. M
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
' -/'
ABSTRAK
M.ABDUH KBAL1D.M. "Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam
di Kabupaten Bogor" (Dibawah bimbingan Margono Slarnet sebagai ketua, Soedijanto Padmowihardjo dan Bunasor Sanim sebagai anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan gambaran persepsi
masyarakat tentang bank Islam dan menguraikan faktor-faktor karakteristik personal dan situasional yang berhubungan dengan persepsi tersebut.
Pengumpulan data dilaksanakan di empat kecamatan di Kabupaten Bogor sejak bulan November 2000 sampai dengan Pebruari 2001. Penentuan
daerah penelitian dilakukan secara sengaja @urvosive). Penentuan sampel
dilakukan dengan menggunakan tehnik sampel quota (quota sampling), berjumlah 80 orang. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji kompa~atif Man Whitney U Test dan uji korelasi peringkat Spearman.
Hasil penelitian rnenunjukan terdapat perbedaan sangat nyata antara persepsi responden nasabah dengan non nasabah t e n p n g bank Islam, ha1 ini diduga karena persepsi responden nasabah tentang konsep bank Islam mayoritas
berkategori sedang (55%), sedangkan persepsi responden non nasabah tentang
konsep bank Islam, mayoritas berkategori jelek (57,5%). Persepsi responden nasabah tentang prosedur bank Islam mayoritas berkategori sedang (50%), untuk
responden non nasabah persepsinya tentang prosedur bank Islam mayoritas
adalah jelek (92,5%). Persepsi responden nasabah tentang pelayanan bank Islam berkisar antara kategori sedang yaitu (473%) dan kategori baik yaitu (47,5%), untuk responden non riasabah, persepsi tentang pelayanan bank Islam mayoritas adaIah jelek (92,5%).
Analisis korelasi rank Spearman (rs) menunjukan bahwa variabel status ekonomi responden nasabah hanya memiliki hubungan nyata dengan persepsi tentang konsep bank Islam. Variabel kekosrnopolitan responden fiasabah memiliki hubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam dan terhadap bank Islam secara
keseluruhan.. Untuk responden non nasabah variabel kekosmopolitan
berhubungan sangat nyata dengan prosedur bank Islam. Variabei pengetahuan responden nasabah rnerniliki hubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam.
Sedang variabel pengetahuan responden nasabah berhubungan nyata dengan
pelayanail bank Islam. Untuk responden non nasabah variabel pengetahuan
berhubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam. Variabel motivasi berusaha
responder1 nasabah memiliki hubungan nyata dengan prosedur bank Islam.
Variabel kebijakan bank Islam untuk responden nasabah memiliki hubungan
sangat nyata dengan konsep bank Islam dan bank Islam secara keseluruhan,
sedangkan untuk responden non nasabah hubungannya antara dua variabel bersifat nyata. Variabel intensitas sosialisasi bank Islam untuk responden nasabah berhubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam dan dengan bank Islam secara keseluruhan dan responden non nasabah memiliki hubungan nyata hanya dengan konsep bank Islam.
Berdasarkan data yang didapat, responden nasabah (32,5'/0) tidak bersedia mengajak keiuarga dan masyarakat untuk menjadi nasabah bank Islam, (22,5%)
ragu-ragu dan (45%) bersedia. Untuk responden non nasabah sebagian besar
SURAT
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam Di Kabupaten Bogor
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BANK ISLAM
DI KABUPATEN BOGOR
M. ABDUH KHALID. M
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Judul Tesis : Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam Di Kabupaten Bogor
N a m a : M.Abduh Kha1id.M
NRP : 97090
Program Studi : Umu Penyuluhan Pembangunan
Menyetuj ui, 1.Komisi Pembimbing
Pr0f.Dr.H
etua
I
P r o f . ~ r . l r . ~ . ~ o e d i i a n 6 ~ Anggota
~ r o f . ~ d ~ r . ~ u n a s o r Sanim.M.Sc Anggota
Mengetahui,
2.Ketua Program Studi Ilmu 3.Di-tur Program Pascasariana Penyuluhan Pernbangunan
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Bogor pada tanggal 30 Juli 1963 sebagai anak
ke tujuh dari-pasangan (alrn) Ahmad Mamad Ma'turidi dan (alm) Hj.Neneng
Nafsiah. Pendidikan saqana ditempuh di Jurusan Muamalat Fakultas Syari'ah
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1997,
penulis diterima kuliah di Program Pascasajana (5-2) di Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan IPB Bogor. Beasiswa pendidikan pascasarjana
diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (BPPS).
Penulis beke rja sebagai staf pengajar di Jurusan Muamalah/Ekonomi
Islam Fakultas Studi Islam Universitas Djuanda Ciawi Bogor dan kini menjabat
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarga
dan sahabatnya.
Judul penelitian yang penulis laksanakan adalah "Persepsi
Masyarakat Tentang Bank Islam di Kabupaten Bogor". Penulisan ini dilakukan
sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir Program Magister Sains (S-2)
pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis ucapkan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
(1) Bapak ProEDr.H.R.Margono Slamet; Bapak Prof.Dr.Ir.H.Soedijanto
Padmowihardjo dan Bapak ProfDr.Ir.Bunasor Sanim, M.Sc seiaku ketua
d m anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan dalam penelitian dan penulisan.
(2) Direksi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Insan Cita Parung, BPRS
Bina Rahmah Darmaga, BPRS
Rif
atul Ummah Ciomas dan BPRS AmanahUmah Leuwiliang Bogor khususnya Bapak H.Taufik Rahman atas bantuan
data-data dan dananya.
(3) Biro Syariah Bank Indonesia (BI), BAZIS DKI, Yayasan Pusat Studi dan
Pengembangan lslam dan Fakultas Studi Islam Universitas Djuanda,
Yayasan Pendidikan Taman Islam atas bantuan dana dan kesempatan
(4) Drs. E.Mujahidin M a k ~ n u n M.Si, I r Setyono, M.Si dan 1r.Mohana atas
kontribusinya berupa bantuan pengolahan data dan diskusi-diskusinya
sehingga menambah analisa penulis.
(5) Orang t u a penulis, ayahanda (Alm.) Ahmad Mamad Ma'turidi dan ibunda
(Alm.) Hj.Neneg Nafsiah atas jasa-jasa berupa pendidikan dan kasih
sayangnya yang diterima penulis.
(6) Istri tercinta Dra. Rahmah, serta anak-anak penulis yaitu Zara Fathia
Muflihani (8 tahun) dan Muhammad Firhad (5 bulan) atas dorongan, doa
dan pengorbanannya.
Somoga hasil penelitian ini dapat b e m a n f a a t baik bagi penulis
maupun pihak-pihak terkait, khususnya sebagai tambahan masukan bagi
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ... x
[image:133.554.61.456.69.586.2]PENDARULUAN ... 1 ... ...
Latar Belakang
:
1...
Masalah Penelitian 4
. .
...Tujuan Penelitlan
. .
4...
Ruang Lingkup Peneld~an
. .
5...
Kegunaan Penelitlan 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 6 Pembangunan Nasional ... 6 Peranan Bank Islam dalam Pembangunan ... 8 Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ... 17 Faktor-Faktor yang Mempengamhi Persepsi ... 23
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
.
.
... 25 Kerangka Perniklran ... 25 Hipotesis ... 28METODOLOGI PENELITIAN
. .
... 29 Lokasi Penel~tran ... 29. .
Rancangan P e n e l ~ t ~ a n ... 29 Populasi dan Sampel ... 29 Data ... 31 Waktu dan Metode PengumpuIan Data ... 32 Validitas Instrumen ... 32 Realibi :itas I~lstruinen ... 32 Analisa Data ... 33 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
HASIL PENELITMN DAN PEMBAHASAN ... 44
Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 4 4 Identitas Responden ... 45
Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ... 48 Persepsi Masyarakat tentang Konsep Bank Islam ... 48 Persepsi Masyarakat tentang Prosedur Bank Islam ... 56 Persepsi Masyarakat tentang Pelayanan Bank Islam ... 58
Hubungan Karakteristik Personal
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ... 63 Hubungan Status Ekonomi
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ... 64 Hubungan Pengalaman Berusaha
Hubungan Kekosmopolitan
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ... 68 Hubungan Pengetahuan
dengan Persepsi Masy arakat tentang Bank Islam ... 70 Hubungan Motivasi Berusaha
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ... 72
Hubungan Karakteristik Situasional
...
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam 74
Hubungan Kebijakan Bank Islam
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ... 74 Hubungan Intensitas Sosialisasi Bank Islam
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ... 75
Perilaku Masyarakat terhadap Bank Islam ... 77
Model Penyuluhan tentang Bank Islam untuk Masyarakat ... 83
KESfMPULAN D A N SARAN ... 87 Kesimpulan ... 87 Saran-Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 9 3
DAFTAR TABEL
Halalaan ...
1 . Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga 14
...
2 . Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional 16
...
3 . Populasi Nasabah Bank Islam 30
4 . Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia. Tingkat
Pendidikan Dan Jenis Usaha ... 46
5 . Perseps; Masyarakat Tentang Konsep Bank Islam ... 49
6 . Uraian Variabe! Persepsi Nasabah Tentang Konsep Bank ... 49
...
7 . Uraian VariabeI Persepsi Non Nasabah Tentang Konsep Bank 50
8 . Persepsi Masyarakat Tentang Prosedur Bank Islam ... 5 6 '
9 . Uraian Variabel Persepsi Nasabah Tentang Prosedur Bank Islam ... 57
...
I 0
.
Uraian Variabel Persepsi Non Nasabah Tentang Prosedur Bank Islam 571 1 . Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Bank Islam ... 59
12 . Uraian Variabel Persepsi Nasabah Tentang Pelayanan Bank Islam ... 59
13 . Uraian Variabel Persepsi Non Nasabah Tentang Pelayanan Bank Islam ... 60
14 . Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam ... 61
...
15 . Proporsi Uji Beda (Nilai P) Responden Antar Wilayah Penelitian 63
16 . Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi ... 64
17 . Hubungan Status Ekonomi Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank
Islam ... 64 ... 18 . Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha 67
19 . Hubungan Pengalaman Berusaha Dengan Persepsi Masyarakat Tentang
Bank Islam ... 67
...
20 . Distribusi Responden Berdasarkan Kekosmopolitan 68
22. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan .... ... . ... ... .. ... ... . . . . 70
23. Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam. 7 1
24. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Berusaha ... ... ... .. ... ... . .. 7 2
25. Hubungan Motivasi Bemsaha Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam .... ... .... . ... . ... . ... . . . . .
.
. ..
. ....
. . . . . , . . . . . . , 7 326. Distribusi Persepsi Responden Tentang Kebijakan Bank Islam
.
... .. .... . . .... . 7427. Hubungan ~ e b i j a k a n Bank Islam Dengan Persepsi Masyarakat Tentang
Bank Islam ... 7 5
28. Distribusi Persepsi Responden Tentang Intensitas Sosialisasi Bank Islam ... 76
29. Hubungan Intensitas Sosialisasi Bank Islam Dengan Persepsi Masyarakat
Tentang Bank Islam 76
30. Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Islam 7 8
3 1. Uraian Karekteristik Personal dan Situasional Nasabah Yang Mendorong Perilaku.Terhadap Bank Islam ... 79
32. Uraian Karekteristik Personal dan Situasional Non Nasabah Yang
Mendorong Perilaku Terhadap Bank Islam ... ... ... .. ... . . . . XO
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ummat Islam di Indonesia, memiliki posisi yang ssngat strategis dalam
penentuan keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini mengingat karena mereka
(baca: ummat Islam) adalah mayoritas penduduk di Indonesia, sehingga mereka
juga merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan terseb~at. Meskipun
demikian, peranan umat Islam secara keseluruhan dalam pembangunan nasional
relatif masih sangat kecil. Hal ini terbukti dengan banyaknya permasalahan yang
dihadapi oleh umat Islam. Diantara permasalahan tersebut adaIah: tingkat
penghasilan (riil) yang rendah, tingkat kemampuan bersaing yang rendah dalam
pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat pengangguran yang tinggi.
keterbatasan kemampuan dalam mengelola kegiatan bisnis, dan ketidakmerataan
kemakrnuran dnn kesejahteraan hidup yang tinggi (Chotib,
dalam
Sasono, et.al1948).
Salah satu muara permasaiahan di atas pada hakikatnya terletak pada
salah satu ha1 pokok, yaitu rendahnya aspek permodalan umat Islam, disamping
masalah lain yaitu adalah kualitas sumber daya manusianya. Hal ini dapat terjadi,
karena sebagian ummat Islam tidak optimum memanfaatkan jasa perbankan
nasional. Sebab, bagi sebagian mereka, dalam praktek perbankan nasional terdapat
beberapa ha1 yang secara fundamental bertentangan dengan ajaran Islam, terutama
yang berkaitan dengan konsep bunga bank.
Untuk mengurai permasalahan ini, pada tanggal 22-25 Agustus 1990
Lokakarya mengenai "Bunga Bank dan Perbankan", lokakarya tersebut
merumuskan pandangan mengenai pembentukan Bank Islam atau sering disebut
juga sebagai Bank Syariah. Berangkat dari hasil lokakarya itulah kemudian
dibentuk B a n k Muamalat Indonesia (BMI) yang mengawali operasinya pada
tanggal 1 Mei 1992 (Chotib,
dalam
Sasono, et.al, 1998).Setelah B M I didirikan, selanjutnya didirikan pula Bank Perkreditan
Syariah (BPRS) di berbagai daerah. Kesemuanya ini dengan sengaja dibentuk
untuk menyediakan "fasilitas permodalan" bagi ummat Islam, disertai harapan agar
problematika ekonomi ummat Islam bisa dipecahkan secara bertahap.
Sejarah berdirinya perbankan dengan sistem bagi hasil (bank Islam),
didasarkan pada dua alasan utarna yaitu (1) adanya pandangan bahwa bunga
- (i~zlerest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam
kategori riba yang dilarang dalam agama, bukan saja pada agama Islanl tetapi juga
oleh agama lainnya, (2) dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap
salah satu pihak dlnilai melanggar norma keadilan (Sjahdeini, 1999).
Perkembangan bank Islam di Indonesia dewasa ini masih berada pada
tahap awal, ha1 ini ditunjukan dengan populasi bank Islam yang masih kecil, yaitu 3
Bank U m u m Islam (Bank Muarnalah Indonesia, Bank IF1 Syariah. Bank Syariah
Mandiri) d a n 77 Bank Perkreditan Syariah (BPRS), dibandingkan dengan populasi
bank konvensional, yaitu sejumlah 208 Bank Umum dan 2.23 1 Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Dari segi volume usaha terhadap bank konvensional masih sangat
rendah yaitu 0.08 O h . DaIam kegiatannya, bank Islam masih menghadapi beberapa
kendala antara lain persepsi masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan
Apabila dilihat dari data tahun 2001 asset bank Islam baru mencapai
2,25 triliun (0,20°,4 dari total asset perbankan nasional), sedangkan dana
masyarakat yang dapat dihimpun melalui bank Islam adalah 1,34 triliun (0,20% dari
total dana masyarakat di perbankan nasional), kemudian dilihat dari
pembiayaadkredit yang diberikan kepada masyarakat oleh bank Islam adalah 1.77
triliun (0,59% dari total pembiayaadkredit perbankan nasional). (Anomius,2001).
Perkembangan yang kurang menggembirakan bagi ummat Islam
tersebut secara umum dapat dikatakan bank Islam memang kurang populer atau
kurang memasyarakat, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang belum
mengetahui adanya pelayanan jasa bank Islam. Sebagian besar masyarakat
Indonesia terutama di kawasan luar kota atau pedesaan, belum rnengetahui adanya
bank Islam, sedangkan bagi masyarakat yang mengetahui, banyak yang memiliki
persepsi yang kurang tepat mengenai bank Islam (Syafiie, dalam Pengembangan
Perbankac, 1999).
Bank Islam sebagai sebuah inovasi pembangunan, khususnya
pembangunan ekonomi mengalami banyak kendala. Salah satu kendala yang
dihadapi dalam pengembangan bank Islam adalah pemahaman anggota-anggota
masyarakat mengenai kegiatan operasional bank Islam. Meskipun banyak
masyarakat yang membutuhkan dan mendambakan keberadaan bank berdasarkan
prinsip syari'ah, namun pada kenyataannya mereka belum memahami sepenuhnya
produk, mekanisme, sistem, dan seluk beluk bank Islam (Sabirin,
dalam
Syafi'i,1999)
Sosialisasi tentang bank Islam bisa dimulai dari penyamaan persepsi
~nasyarakat baik akan membawa konsekwensi yang baik pula terhadap
perkembangan bank Islam Oleh karena itu, suatu kajian identifikasi persepsi
masyarakat tentang bank Islam sangat penting untuk dilakukan.
Masalah Penelitian
Upaya sosialisasi bank Islam di tengah-tengah masyarakat perlu
dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi masyarakat. Perkembangan jumlah
bank Islam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rnerupakan bukti bahwa
masyarakat belum mengetahui secara utuh tentang bank Islam.
Untuk melibatkan masyarakat dalarn pembangunan, khususnya dalam
bank Islam, perlu terlebih dahulu digali persepsi mereka tentang bank Islam dan
faktor-faktor yang mempengamhinya, baik faktor personal maupun thktor
situasional Berdasarkan latar belakang dan kenyataan di alas, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) Bagaimana gambaran persepsi masyarakat tentang bank Islam ?
(2) Faktor-faktor karakteristik personal dan situasional apa yang berhubungan
dengan persepsi tersehut 7
Tujuan Penelitian ~
Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Menguraikan gambaran persepsi masyarakat tentang bank Islam .
(2) Menguraikan faktor-faktor karakteristik personal dan situasional yang
Ruang Lingkup Penelitirn
Penelitian ini difokuskan kepada pencarian data mengenai persepsi
masyarakat tentang bank Islam yang berkaitan dengan konsep, prosedur dan
pelayanan bank Islam.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di empat kecamatan di Kabupaten
Bogor, yaitu Kecamatan Parung, Darmaga, Ciomas dan Leuwiliang
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiIiki kegunaan sebagai berikut:
(1) Merumuskan model penyuluhan -peningkatan persepsi masyarakat tentang
bank Islam.
(2) Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang
merniliki kaitan dengan konsep perubahan perilaku
(3) Sebagai bahan rnasukan bagi pernegang kebijakan yang berkaitan dengan bank
Islam untuk menentukan langkah-langkah awal dalam pendirian bank Islam
(4) Sebagai bahan masukan bagi pembuat program penyuluhan pembangunan
masyarakat yang akan melibatkan masyarakat.
(5) Sebagai data dasar ( bench mark &a
>
bagi penelitian lebih lanjut para penelitiTINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Nasional
Pembangunan sebagai upaya perbaikan mutu kehidupan, baik di
negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang maupun negara-negara maju
telah menjadi suatu keharusan. Pembangunan secara sederhana didefinisikan
sebagai perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang
diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa (Rogers, 1985). Senada dengan itu,
Todaro (1987) menyatakan pembangunan merupakan pencerminan dari kehendak
yang terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan yang berasal dari, oleh dan
untuk masyarakat.
Hakikat pembangunan di Indonesia adalah membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia selumhnya. Dengan
demikian orientasi dari setiap kegiatan pembangunan difokuskan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pembangunan juga itu tidak hanya
mengejar kemzjuan lahiriah, seperti pangan, sandang, perumahan dan kesehatan;
akan tetapi juga mengejar kemajuan atau kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa
aman, kebebasan mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, rasa keadilan,
yang merupakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya.
Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang berkeadilan sosial. Akan tetapi pelaksanaannya masih banyak
ditemukan hambatan yang menjadi penghalang bagi pencapaian tersebut. Misalnya,
konsentrasi penduduk masih tetap berada di daerah pedesaan yang masih dicirikan
oleh hal-ha1 yang berkonotasi serba rendah, seperti keterbatasan modal dan
Keterbatasan modal mempakan masalah utama yang dihadapi
masyarakat kecil untuk rnengembangkan usahanya dalarn rangka peningkatan taraf
hidup. Masyarakat ekonomi lernah dan miskin sulit rnengakses sumberdaya modal
usaha pada bidangnya yang mendatangkan keuntungan. Lebih-iebih dalam keadaan
pasar yang kompetitif, golongan ini semakin sulit bersaing dengan golongan
masyarakat lainnya (Anwar, 1993). Sementara itu, sumber dana dari luar yang
dapat mernbantu rnereka dalam mengatasi kekurangan modal tidak mudah
diperoleh.
Masyarakat kecil akan tetap dalarn kerniskinan jika masalah perolehan
sumberdaya modal tidak dapat ditangguiangi. Kerniskinan akan membawa mereka
kepada sikap dan tingkah laku yang rnenerima keadaan sebagai "sesuatu" yang
seakan-akan tidak dapat diubah. Sikap dan tingkah laku ini tercerrnin dalam
lemahnya kemauan untuk maju, ditambah dengan rendahnya kualitas sumberdaya
manusia dan sangat terbatasnya modal yang dimiliki yang pada akhirnya akan
sampai padz terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
(Anomius, 1993).
Mayoritas penduduk Indonesia adalah orang Islam dan dengan
sendirinya golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil yang tertinggal dalain
proses pembangunan sebagian juga ummat Islam. Untuk itu diperlukan suatu solusi
yang dapat mengatasi kendala ummat Islam dalarn mengakses modal usaha
sehingga dapat lebih berperan dalam pembangunan. Dengan kata lain, dibutuhkan
suatu lembaga keuangan yang dapat melayani masyarakat luas dan rnenyentuh
masyarakat kecil dengan suatu sistem yang rnudrah dimengerti oleh masyarakat dan
Kehadiran bank Islam diharapkan dapat menggugah ummat Islam
untuk menyimpan uangnya di bank Islam untuk kemudian disalurkan pada orang
yang membutuhkan modal. ~ a s ~ a r a k a t muslim yang tingkat perekonomiannya
masih rendah hendaknya tergugah untuk bangkit dan ilcut serta dalam
pembangunan terutama dalarn pembangunan bidang ekonomi dengan menggunakan
modal yang diperoleh dari bank Islam untuk meningkatkan produktifitas. Dengan
demikian akan tercipta partisipasi penuh dari seluruh ummat -Islam mulai dari
tingkat ekonomi yang lemah hingga yang kuat dalam mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional.
P e r a n a n B a n k Islam Dalam Pembangunan
Menurut Poerwadarminta (1989), peranan merupakan bagian dari
tugas yang harus dilakukan. Gibson et.al (1996) mcndefiniskan peranan sebagai
pola perilaku yang diharapkan diberikan kepada suitu posisi tertentu. Indrawijaya
(1 983) menyatakan bahwa peranan yang diterima seseorang akan mendorong yang
bersangkutan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan peranan yang dimilikinya.
Peranan suatu posisi berhubungan dengan posisi lain, sehingga suatu peranan dapat
dipandang sebagai kewajiban dan hak dari pemegang posisi (Newco~zlb, et.al,
1981). Peranan (role), menurut Soekanto (1996), merupakan aspek yang dinamis
dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka berarti dia menjalankan suatu peranan. Peranan
mencakup tiga hal, yaitu (1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2) Peranan adalah suatu
organisasi, dan (3) Peranan jjuga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi tentang peranan di atas d a p a t
disimpulkan bahwa peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau lembaga karena posisi tertentu yang diterimanya.
Adapun pengertian bank Islam, menurut Ensiklopedi Islam (1994),
bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya mmemberikan kredit
dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari'at .-Islam. Sedangkan
menurut Sjahdeini (1 999) bank Islam seperti halnya bank konvensional, berfbngsi
sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu mengerahkan
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Bank Islam sering juga disebut bank syariah. Secara akadernik, istiIah
Islam dan syari'ah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara
teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syari'ah mempunyai pengertian
yang Sama (Sun~itro, 1996).
Berdasarkan rumusan tersebut, bank Islam berarti bank yang tata cara
beroperasinya didasarkan kepada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni
mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Qur'an dan al-Hadist (Sumitro, 1996).
Sedangkan pengertian muamalat aadalah ketentuan-ketentuan yang mmengatur
hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun antara
T a n p a mengabaikan peranan perbankan konvensional (dengan s i s t e ~ n
bunga) kehadiran lembaga keuangan Bank Islam sangat diperlukan uuntuk
melayani masyarakat yang enggan melakukan transaksi dengan bank yang
menggunakan sistem bunga Fungsi (bank konvensional) dalain konteks
perekonomian modern seperti sekarang ini dipandang belum dapat
mendistribusikan dana secara merata dari dana yang berhasil dihimpunnya yang
disebabkan oleh sistenl yang mendasarinya. Sistem yang dianut lebih berorientasi
pada proJitabiCity serta secur@ dan belum sampai pada misi kesejahteraan ummat
(Alwi, 1991). D a n a lebih banyak beredar dan didistribusikan di kalangan orang- orang kaya. D a t a menunjukan bahwa kredit yang dilepas oleh Bank-bank
Pemerintah pada akhir tahun 1992 sejumlah R p 71,7 triliun, sebesar R p 30,2 trilyun diterima oleh hanya 20 nasabah besar (konglomerat). Sedangkan sisanya untuk
pengusaha menengah dan kecil yang jumlahnya puluhan ribu orang ( Sanim, 1995)
S u a t u ha1 yang saat ini perlu mendapatkan perhatian adalah masalah
penanggulangan kemiskinan, bagaimana upaya meningkatkan peran umlnat lslam
terutama golongan pengusaha lemah sehingga mampu memasuki sistem
perekonomian nasionaI secara sehzt pada skala tertentu pada sektor-sektor yang
tersedia (tradisional atau modern). Hal yang sering menjadi penghambat dalain
usaha ini adalah modal, mengingat bahwa bank-bank umum kurang memperhatikan
goiongan ekonomi lemah dan cenderung menyalurkan sebagian besar kreditnya
kepada pengusaha besar.
B a n k Islam telah lama menjadi dambaan ummat Islam di Indonesia
materiil juga bersifat imateriil yaitu rasa tentram karena terbebas dari keraguan
tentang riba.
Secara umum tujuan bank Islam ialah mendnrong dan mempercepat
kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan.
berupa kegiatan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam ((Metwally, 11995)
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut Bank Islam mencoba
mengembangkan pembiayaan dengan sistem bagi hasil, dimana dengan sistem
tersebut nasabah bank tanpa bunga diharapkan kondisi ekonominya akan menjadi
lebih baik dari pada memanfaatkan modal dari bank yang mendasarkan diri pada
sistem bunga terutama adalah golongan ekonomi lemah.
Kehadiran bank Islam di Indonesia tidak terlepas dari munculnya
kebutuhan adanya lembaga keuangan yang berasaskan syariah Islam dan
mengembangkan sistem bagi hasil dalam operasionalnya diharapkan akan menolong
masyarakat yang masih ragu terhadap bunga (deposit0 atau kredit) itu riba atau
bukan Menurut Alwi (1 99 1) diwujudkamya bank tanpa bunga akan menghasilkan
alternatif mekanisme perekonomian yang lebih dinamis dan kompetitif, karena
masyarakat nasabah tidak lagi hanya memiliki satu alternatif keputusan yaitu
mendasarkan pada perhitungan bunga @ro#t oriented yang sepihak) sebagai basis
pendapatan bagi kekayaan yang dimilikinya (uang), melainkan sudah beralih kepada
perhitungan untung-rugi yang dibenarkan oleh Islam. Paham untung-rugi
mempunyai hikmah tersendiri yaitu semua orang berusaha mencari keuntungan dan
berusaha menghindarkan kerugian, ha1 ini akan membuat kita menjadi dinamis
Jelas ha1 ini berbeda dengan sistem bunga sebagai basis yang menyebabkan bank
dalam menjalankan uangnya. Sistern bagi hasil yang berlandaskan keadilan dan
peningkatan keuntungan bagi kedua belah pihak akan merangsang orang-orang
atau pengusaha-pengusaha kecil yang lemah permodalannya untuk bekerja sama
dengan bank Islam dalam permodalannya guna mendirikan usaha baru dan
rnengembangkan usaha yang telah dijalankan ((Aziz, 1992). Dengan munculnya
kegiatan-kegiatan usaha baru dan pengembangan kegiatan yang telah ada maka
akan terbuka luas lapangan ke j a ban?, yang akan mengurangi angka pengangguran
dan meningkatkan pendapatan rnasyarakat dan mengurangi kerniskinan.
Bank Islam dengan sistem bagi hasil yang lebih mengutamakan
kegiatan produksi dan perdagangan serta kebersamaan dalam ha1 investasi,
rnenghadapi resiko usaha dan membagi hasil usaha, akan memberikan sumbangan
yang besar kepada perekonomian Indonesia khususnya dalam menggiatkan
investasi, penyediaan kesempatan k e j a dan pemerataan pendapatan
(Perwataatmaja, 1991). Dengan tidak adanya agunan kekayaan (atau kekayaan
bukan sebagai jaminan utama) dan tidak adanya beban bunga akan mendorong
masyarakat golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil untuk lebih berani
memanfaatkan dana dari lembaga keuangan formal, karena selama ini masyarakat
golongan ekonomi Iemah mengalami kesulitan mengakses dana kredit yang
disebabkan oleh kekurangan agunan atau masalah legalitas agunan serta tingginya
bunga. Masyarakat kecil dan usaha kecil biasanya masih sangat sulit mendapatkan
modal. Mereka umumnya mendapat kredit d a ~ i rentenir dengan bunga yang tinggi.
Pada bank-bank konvensional juga, kredit usaha kecil sangat langka dan faktor
utama yang menimbulkan usaha kecil sulit untuk mendapatkan dana adalah agunan.
cukup untuk mendapatkan kkredit, apalagi jika besarnya nilai agunan hams lebih
besar dari besarnya pinjaman. Kondisi seperti itu akan menghambat pengembangan
usaha kecil dan perekonomian nasional.
Adapun peranan bank Islam dalam pembangunan nasional menurut
Aziz (1992) adalah: Pertama, sebagai pelengkap dari bank yang telah ada dan
menyediakan alternatif cara k e j a perbankan yang memuaskan pemakainya. Bank
Islam bukanlah muncul sebagai pesaing bagi lembaga-lembaga ekonomi yang teIah
ada, tetapi lebih merupakan sebagai pengisi atau sebagai pelengkap lernbaga-
lembaga keuangan yang diperlukan bagi pembangunan ekonomi.
Umat Islam yang rnerupakan mayoritas di lndonesia tidak mau
berhubungan dengan bank-bank konvensional, karena alasan kepercayaan agama.
Kehadiran bank Islam dengan menggunakan sistem bagi hasil akan lebih berpeluang
untuk melayani uumat Islam yang merupakan bagian terbesar bangsa Indonesia
untuk mendirikan dan mengembangkan kegiatan usaha ekonomi. Oleh karena itu
kelahiran bank Islam akan Iebih merupakan lembaga perbankan pengisi kekosongan
atau alternatif untuk melayani masyarakat Indonesia, sehingga rnereka lebih terlibat
dan lebih produktif dalam pembangunan nasional.
Kedua, sebagai suatu sarana untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat banyak dalam pembangunan nasional dan mengurangi kesenjangan
sosial ekonomi. Dalam GBHN (Garis-garis Besar HaIuan Negara) dinyatakan
bahwa tujuan pembangunan nasional adalah "untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spritual".
Kehadiran bank Islam yang sistem dan operasinya dituntun oleh syariah
kualitas hidup dirinya dan masyarakat Indonesia terutama di dalam bidang
pembangunan ekonomi Kehadiran bank Islam juga harus menggugah orang-orang
Islam yang menyimpan uangnya di rumah (karena enggan berhubungan dengan
bank konvensional yang menggunakan sistem bunga) untuk menyimpan uangnya di
bank Islam untuk kemudian oleh bank Islam disalurkan pada orang yang
membutuhkan modal.
Kefiga, menciptakan idpangan kerja. Dengan semakin banyaknya
masyarakat menyimpan dananya di bank Islam dan memanfaatkan fasilitas
pembiayaan yang disediakannya untuk mendirikan usaha atau memperluas
usahanya, maka akan terbuka Iuas lapangan kerja baru yang membutuhkan tenaga
k e j a yang banyak Hal ini akan membantu adanya pemecahan masalah banyaknya
pengangguran yang menjadi kendala bagi pembangunan nasional.
Keempat, sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Baik peningkatan pendapatan dari sisi pengerahan dana masyarakat maupun
peningkatan pendapatan dari sisi penyaluran dana kepada masyarakat.
Bank Islam adalah lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan
prinslp operasinya berdasarkan syari'at Islam (Aziz, 1992) Dalam operasinya
Bank Islam menggunakan sistem bagi hasil serta imbalan jasa lainnya dan tidak
menggunakan perangkat bunga karena diyakini tata cara atau sistem bunga seperti
yang dilakukan bank pada umumnya (konvensional) mengandung unsur riba
Diberlakukannya syariat Islam adalah rnerupakan perbedaan yang mendasar antara
bank Islam dengan bank konvensional Secara ringkas dapat dibedakan antara
sistem bagi hasil (bank Islam) dengan sistem bunga (bank Konvensional) pada tabel
Tabel I .
Perbedaan Sistem Bagi Hasil Dengan Sistem Bungs
nasabah untung atau rugi.
***
keuntungan maka kerugian akanbisa dilakukan penyitaan ke kayaan peminjam.****
Surnber:
*
Saefuddin (1991)* *
Antonio (200 1)***
Perwataatmaja (1 993)****
Uzair (1985)*****
Karirn (1995) [image:151.552.59.469.62.571.2]Jika diteliti lebih jauh akan terdapat tiga perbedaan antara pendapatan
yang berasal dari bunga dengan pendapatan yang berasal dari non bunga. Menurut
Uzair, (1985) perbedaan tersebut adalah: (1) Jumlah pengembalian (pinjaman
ditambah dengan bunga pinjaman) yang telah ditetapkan sebelumnya ( a p r e
determined rare of return) adalah indepeden atau terlepas dari produktivitas aktual,
profitabilztas, atau utilitas dana pinjaman @in&) yang disediakan oleh pihak
pertama, dan digunakan oleh pihak lainnya. (2) Suku bunga yang telah ditetapkan
sebelumnya @re-determined r a t e ofinterest) menurut definisinya adalah sama bagi
semua pihak, apakah mereka kaya atau miskin, jujur atau curang. Singkatnya,
permintaan, kebutuhan, atau desirabilitas atas pinjaman itu akan menghasilkan
sesuatu yang produktif atau tidak, semuanya adalah tidak relevan di dalam sistem
yang didasarkan pada penarikan bbunga. (3) Penarikan pre-determined rate of
rehtrn secara hukum tetap dilakukan, meskipun jika pemakai dana pinjaman (user
of fhe fznzds.) menderita kebangluutan, kadang-kadang bisa terjadi Likuidasi atas
peminjam dengan menyita kekayaan atau aset-asetnya.
Secara kelernbagaan juga terdapat perbedaan secara prinsip antara
bank Islam dengan bark konvensional seperti terlihat pada tabel 2.
.
T a b e l 2.
P e r b e d a a n A n t a r a B a n k S y a r i a h Dengan B a n k Konvensional
Landasan Operasional
Variabel
+
Tidak bebas nilai(berdasarkan prinsip
Syariah Islam)
+
Uang sebagai alat tukar bukan komoditi.+
Bunga dalam berbagaibentuknya dilarang.
+
Menggunakan prinsip bagihasil dan keuntungan atas
Bank Svariah
I
Bank Konvensial+
Bebas Nilai (berdasarkanprinsip materialistis).
+
Uang sebagai komoditi yang diperdagangkan.+
Bunga sebagai instnimen+
Bunga sebagai instrumen [image:152.545.63.463.69.582.2]I
transaksi rielI
uang yang ditetapkan di mukaFungsi dan
I
+
Lembaga IntermediasiI
+
Lembaga IntermediasiRisiko Usaha
-
+
Agen Investasi, managerinvestasi
+
Investor.+
Penyedia jasa lalu lintaspembayaran (tidak
bertentangan dengan
syariah).
+
Pengelola dana kebajikan: ZIS (hngsi opsional).+
Hubungan dengan nasabahadalah hubungan
kemitraan (investor timbal balik pengelola investasi).
+
Dihadapi bersama antarabank dengan nasabah
dengan prinsip keadilan dan kejujuran.
+
Tidak mengenalkernungkinan tejadinya
selisih negatif (negatif
spread) karena sistem yang
,
+
Aspek moralitas sering kaliterlanggar karena tidak
adanya nilai-nilai religius yang mendasari operasional.
-
+
Penghimpun dana masy danmeminjamkan kembali kpd.
Masyarakat dalam bentuk
kredit dengan imbalan bunga
+
Penyedia jasa/lalu lintaspembayaran.
+
Hubungan bank dengannasabah adalah hubungan
debitur-kreditur.
+
Risiko bank tidak terkaitlangsung dengan debitur,
risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank.
+
Kemungkinan t e j a d i selisihnegatif antara pendapatan
bunga dan beban bunga.
Sistem Pengawasan
Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam digunakan.
+
Adanya dewan pengawassyariah untuk memastikan
operasional bank tidak
menyimpang dari syariah
disamping tuntutan
moralitas pengelola bank dan nasabah sesuai dengan akhlakul karimah.
Persepsi ialah suatu proses dimana seseorang memperoleh kesadaran Sumber: Wiroso (2001).
mengenai keadaan sekitar lingkungannya (Sereno dan Bodaken, 1975). Sedangkan
Berent et.all (1977), menyebut persepsi itu sebagai penafsiran otak terhadap apa
Lebih jauh Ton Kertapati (I981), menyatakan bahwa persepsi dapat
diartikan sebagai proses untuk mengerti dan menyadari dunia luar diri sendiri.
kesadaran atau pengalaman tentang suatu hal. Ini dapat berupa kegiatan melihat,
mendengar, meraba atau memberi reaksi dengan membeda-bedakan obyek-obyek
atau peristiwa- peristiwa yang tejadi dilingkungan sekitarnya.
Persepsi bukanlah proses yang berdiri sendiri. Sereno et.al (1975),
menjelaskan bahwa proses pembentukan persepsi merupakan serangkaian tiga jenis
proses, yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Ketiga proses tersebut merupakan .. .
rangkaian peristiwa yang te rjadi dengan cepat dan bersamaan.
Seleksi, merupakan suatu proses dimana seseorang berusaha
memusatkan seluruh perhatiannya terhadap sesuatu atau beberapa dimensi stimuli
yang .relevan dari ssjurnlah rangsangan yang ada. Tidak semua rangsangan menarik
perhatian seseorang. Hanya sebagian kecil saja yang diubah menjadi kesadaran.
Organisasi, ialah kegiatan menyusun rangsangan kedalam bentuk yang
sederhana dan terpadu. Seseorang cenderung mengorganisasikan rangsangan yyang
terpilih melalui dua cara. Pertama, dengan membedakan antara unsur-unsur
rangsangan (figure) dan tempat dimana unv~r-unsur tersebut berada (ground).
Kedua, dengan menyederhanakan unsur-unsur rangsangan termasuk
memadukannya, sehingga rangsangan dengan mudah dapat dimengerti.
Sedangkan interpretasi, merupakan proses dimana seseorang
membentuk penilaian-penilaian dan mengambil kesimpulan. Umumnya, ha1 ini lebih
dikenal sebagai evaluasi dan identifikasi.
Sejalan dengan pendapat di atas, Gibson et.al (1988), menyatakan
oobyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman dari masing-masing individu yang
mempersepsi. Dengan kata lain, persepsi mencakup proses penerimaan rangsangan,
pengorganisasian dan penafsiran rangsangan yang telah diorganisir untuk
menentukan sikap dan membentuk perilaku.
Sementara itu Kemp et al, (1975) menyatakan bahwa dalam proses
persepsi, seseorang menggunakan pikiran untuk mernahami objek atau peristiwa.
Sedangkan mata, telinga dan ujung-ujung saraf rnerupakan alat-alat utama persepsi.
AIat-alat ini mengumpulkan data bagi sistem saraf. Data kemudian diubah menjadi
impuls listrik yang selanjutnya memicu proses lain: perubahan listrik dan kimiawi di
dalam sel-sel otak. Hasilnya suatu kesadaran internal terhadap suatu objek atau
peristiwa Karena itu dapat disebut bahwa persepsi adalah awal proses komunikasi
Selanjutnya, Krech e t al, (1976) melihat rangkaian persepsi sebagai
suatu konsep yang dapat digunakan untuk meringkas proses yang dilalui untuk
memperoleh kesadaran. Proses tersebut terdiri atas lima mata rantai: (1)
lingkungan, (2) media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan organ perasa
seseorang, misaInya gelombang suara; (3) interaksi antara rangsangan dengan
organ perasa; (4) saraf perasa yang menghantarkan rangsangan k e otak, dan (5)
otak itu sendiri, dimana rangsangan yang datang akan bergabung dengan informasi-
informasi terdahulu seperti kepercayaan dan memori untuk merefleksikan persepsi.
Selain itu, persepsi mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Kemp et al,
(1975), menyatakan ada dua prinsip penting: (1) persepsi tidak berdiri sendiri,
tetapi terdiri atas beberapa proses penginderaan yang dihubungkan dan dipadukan
menjadi suatu pola yang komplet. Inilah yang menjadi dasar pengetahuan seseo-
lingkungannya. Ia akan memilih bahagian peristiwa yang ingin ia alami dan menarik
perhatiannya.
Sementara itu, Berelson and Steiner (1967) menyatakan bahwa
persepsi merupakan kebutuhan atau keinginan individu untuk mengetahui dan
memahami makna informasi yang diterimanya dalarn ruang lingkup dimana ia
berada. Bagaimana seseorang belajar mengenali dan menafsirkan lingkungan
mereka, merupakan dasar untuk rnemahami perilaku rnanusia.
Persepsi berhubungan dengan perilaku. Hal ini ditegaskan oleh Toch
dan McLean &(J&II Kemp e t a1.,1975) yang menyatakan: "tidak ada perilaku
tertentu tanpa persepsi; perilaku adaiah hasil persepsi masa lalu dan permulaan
persepsi berikutnya".
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah
proses penginderaan, penyusunan, dan penafsiran rangsangan, sehingga seseorang
dapat mengenali, memahami, dan menilai makna rangsangan yang diterimanya.
Dengan demikian, orang yang memiliki persepsi tentang sesuatu berarti orang
tersebut mengenali, memahami, dan mampu menilai tentang sesuatu itu SeIain itu,
persepsi merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan
tanggapan, bahkan dapat membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu
rangsangan
Sedangkan pengertian masyarakat, menurut Ralp Linton (1963).
merupakan kelompok manusia yang telah lama hidup dan bekerjasama pada suatu
tempat tertentu guna mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan mahluk
sosial. Pendapat lain, Gillin (1948) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan
yang sama. Kehidupan masyarakat merupakan pengorganisasian kepentingan
perorangan, pengaturan sikap seseorang antara sesamanya, dan pemusatan orang
dalam kelompok tertentu untuk melaksanakan kegiatan secara bersama.
Pengertian persepsi masyarakat menurut Krech (1962) adalah sebagai
proses perubahan kognitif masyarakat untuk menafsirkan serta memahami dunia
yang berada disekitar mereka. Reksowardoyo (1983) mengemukakan bahwa
persepsi masyarakat merupakan tanggapan, ppengertian dan interpretasi
masyarakat tentang sesuatu obyek yang diinformasikan kepada mereka, terutama
bagaimana mereka memandang sesuai dengan dirinya sendiri dalam lingkungan
tempat dia berada. Sedangkan N o r d (1976) mengemukakan bahwa persepsi
masyarakat rnerupakan proses pemberian arti oleh masyarakat terhadap
Ilinghngannya. Setiap orang dapat memberi arti dan memiiih berbagai macam
isyarat yang akan mempengaruhi persepsinya terhadap orang lain atau stimulus
tertentu bahkan individu yang berbeda akan mmelihat ha1 yang sama dengan
dengan cara yang berbeda pula, seperti obyek dan tanda-tanda tertentu.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka sering t e j a d i ketidak seimbangan
pemberian arti oleh masyarakat seIungga t e j a d i salah persepsi terhadap orang lain,
terhadap kelompok atau obyek-obyek tertentu. Masyarakat cenderung menafsirkan
perilaku seseorang yang disesuaikan dengan keadaan dirinya sendiri.
Dari ungkapan di atas, persepsi masyarakat tentang bank Islam dapat
didefinisikan sebagai tanggapan, pengertian dan interpretasi masyarakat tentang
bank Islam yang diinformasikan kepada mereka, sesuai dengan pemahaman diri dan
Persepsi masyarakat tentang bank Islam itu sendiri, bisa dilihat dari
hasil pengumpulan pendapat di Jakarta yang dilakukan oleh Majalah INFO BANK
tahun 1992 terhadap 479 orang responden yang cukup terdidik (tamat Universitas
45,3 % dan tamat SLTA 42,O %). Hasil pengumpulan pendapat mereka tentang
suku bunga bank dapat dilihat sebagai berikut: setuju 34,3 %, tidak setuju 3 1,7 %,
kurang setuju 25,9 %, sangat tidak setuju 8 , l % (Taufik , t.th). HasiI pengumpulan
pendapat ini menggambarkan bahwa rnasyarakat masih menyetujui adanya bunga
bank
Sedangkan persepsi yang agak berbeda ditunjukan oleh sebuah hasil
survei yang dilakukan pada buIan April 1999 di lima kota besar (Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta dan Surabaya) oleh PDAP yang menyebutkan bahwa 68.4
O h responden mengetahui secara pasti tentang apa itu bank Islam, waIaupun 48,6 O h
responden menganggap bank Islam belum disosialisasikan. Sebanyak 80,6 % dari
mereka percaya bahwa praktik perbankan konvensional menyumbang terjadinya
krisis ekonorni, dan 85,5 % menaruh harapan besar bahwa sistem bank Islam
rnampu menjadi jawaban atas krisis yang diakibatkan praktik-praktik buruk
perbankan konvensional (Zainul , 1999)
Sedangkan jajak pendapat yang dilakukan oleh litbang Republika pada
tanggal 19-22 Agustus 2000 terhadap 500 responden yang berdomisili di DKI
Jakarta ditanyakan tentang minat pada Bank syariah 4,40 % sudah menjadi
nasabah, 29,OO % tidak tertarik 34,40 % tertarik menjadi nasabah dan 32,20 O h
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Bailey (1982), menyatakan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu
fakta atau keterangan, ditentukan oleh nilai dan kepercayaan yang dianut serta
pengalaman masa lalu Sedangkan Powell (1963), menyatakan bahwa persepsi
seseorang ditentukan oleh jenis kelamin dan umur Persepsi anak-anak akan
berbeda dengan orang dewasa. Perbedaan tersebut disebabkan antara lain oleh
faktor usia dan kematangan fisik.
Sementara itu, Krech et.al. (1976) mengemukakan bahwa persepsi
seseorang ditentukan oleh dua faktor utama. pengalaman masa lalu yang erat
kaitannya dengan rangsangan yang diterima sekarang, sangat mempengaruhi
persepsi seseorang. Hal ini dapat dibuktikan dalam banyak kesempatan orang akan
tertarik untuk rnelihat apa yang ia lihat sebelumnya. Selain itu faktor-faktor pribadi,
baik yang bersifat sesaat seperti suasana kejiwaan, lapar dan dingin; maupun yang
bersifat menetap seperti sikap, nilai, kebutuhan jangka panjang dan emosi,
sesungguhnya mengendalikan apa yang dilihat, didengar atau dirasakan.
Selanjutnya, Berlo (1960) menjelaskan bahwa seseorang membuat
sendiri keputusan-keputusan tentang apa yang akan -diterima dan ditolaknya l a
menyusun persepsi yang mendukung keputusannya itu. Dalarn ha1 ini, pengalaman
sebelurnnya serta nilai yang dianut tidak dapat dipisahkan saIing mengkait dalam
keputusan dan persepsinya
Sereno dan Bodaken (1975), menyatakan bahwa kondisi internal
bersama-sama dengan rangsangan eksternal pada situasi tertentu akan
mempengaruhi persepsi seseorang. Khusus mengenai kondisi internal dapat dilihat
Selain itu, pengalaman masa lalu bukan saja membuat seseorang lebih peka
terhadap rangsangan yang menonjol, tetapi juga mempengaruhi kemampuannya
mengenal rangsangan yang sama, meskipun dalam suasana yang berbeda
Kemudian, suasana kejiwaan secara nyata mempengamhi persepsi seseorang. Ini
meliputi sikap, motivasi, emosi dan hasrat.
Toch dan McLean
(a
Kemp et a]., 1975), menyimpulkan bahwapengalaman seseorang sangat mempangamhi persepsinya Selain itu, dua orang
yang berada di dua tempat yang berbeda akan melihat sesuatu dengan cara
berlainan.
Sementara itu Ton Kertapati (1981) menyatakan bahwa pengalaman
masa lampau berfimgsi sebagai kerangka berpikir yang berpengamh dalam
menerima pengalaman dan kesan-kesan baru. Penerimaan itu akan menjadi sulit
dengan bertambahnya usia seseorang. Selain itu, persepsi juga bersifat selektif atas
dasar dorongan kepentingan. Karena itu persepsi setiap orang terhadap peristiwa
atau fakta tertentu akan berbeda tergantung pada orang yang mempersepsi
Berdasarkan beberapa faktor yang telah dikemukan di atas, dapatlah
disirnpulkan bahwa faktor-faktor yang diduga mempengamhi persepsi masyarakat
tentang bank Islam adalah faktor: (1) status ekonomi, (2) pengalaman berusaha, (3)
kekosmopolitan, (4) pengetahuan (5) motivasi berusaha, (6) kebijakan bank Islam,
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HLPOTESIS
Kerangka PemikiranSecara umum tujuan bank Islam ialah mendorong dan mempercepat
kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan,
berupa kegiatan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Salah satu cara untuk
mencapai tujuan tersebut bank lslam mencoba mengembangkan pembiayaan
dengan sistem bagi hasil, dimana dengan sistem tersebut nasabah bank tanpa bunga
diharapkan kondisi ekonominya akan menjadi lebih baik dari pada memanfaatkan
modal dari bank yang mendasarkan diri pada sistem bunga.
Perkembangan bank Islam dari tahun ketahun menunjukan grafik yang
meningkat. Akan tetapi jika dibandingkan dengan populasi ummat Islam,
perkembangan tersebut sangat minim. Hal ini tidak terlepas dari persepsi
masyarakat tentang bank Islam.
Adapun persepsi masyarakat tentang bank Islam paling tidak berkaitan
dengan tiga ha1 ~ o k o k yaitu: pertama, konsep bank Islam; kedua, prosedur bank
Islam; dan ketiga, pelayanan bank Islam. Apabila persepsi masyarakat tentang
bank Islam baik, diharapkan masyarakat ikut mendukuilg dengan cara menjadi
nasabah bank Islam dan berusaha mengajak keluarga dan masyarakat untuk
menjadi nasabah bank Islam serta bersedia menyimpan dana dan memanfaatkan
dana bank Islam (pembiayaan) sehingga tujuan bank Islam untuk mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat akan tercapai.
Persepsi masyarakat tentang bank Islam bisa dilihat dari jajak pendapat
yang dilakukan oleh Majalah M O BANK tahun 1992, 65,7% tidak menyetujui
responden mengetahui secara pasti apa itu bank Islam, 80,6% percaya bahwa
praktek perbankan konvensional menyumbang terjadinya krisis ekonomi dan 85.5%
menaruh harapan besar bahwa sistem bank Islam mampu menjadi jawaban atas
krisis yang diakibatkan praktek-praktek buruk perbankan konvensional, dan
penelitian harian Repubhka tahun 2000 menunjukkan 38,s % tertarik menjadi
nasabah bank Islam.
Adapun status ekonomi, pengalaman bemsaha, kekosmopolitan,
pengetahuan, motivasi berusaha, kebijakan bank Islam serta intensitas sosialisasi
bank Islam diduga berhubungan dengan persepsi masyarakat tentang bank Islam.
SeteIah diketahui bagaimana persepsi masyarakat tentang bank Islam yang
menyangkut konsep, prosedur dan pelayanan bank Islam, kemudian akan diketahui
perilakunya terhadap bank Islam, apakah bersedia, ragu-ragu atau tidak bersedia
berhubungan dengan bank Islam.
Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah digambarkan sebuah kerangka
1. Status Ekonorni
2. Pengalaman berusaha 3. Kekosmopofitan 4. Pengetahuan-- 5. Motivasi berusaha
Tentang Bank Islam Perilaku
Masyarakat Terhadap Bank
2. Prosedur lslam
Faktor Karakteristik Sistuasional 1. Kebijakan Bank Islam 2. Intensitas Sosialisasi
[image:163.552.62.507.72.605.2]Bank Islam
Gambar 1.
Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan
di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) rerdapat perbedaan yang nyata antara persepsi nasabah dengan non nasabah
tentang bank Islam.
( 2 ) Persepsi masyarakat tentang konsep bank Islam berhubungan nyata dengan
karakteiktik personal yaitu status ekonomi, pengalaman berusaha,
kekosmopolitan, pengetahuan, motivasi bemsaha, dan berhubungan nyata
dengan karakteristik situasional yaitu kebijakan bank Islam dan intensitas
sosialisasi bank Islam.
(3) Persepsi masyarakat tentang prosedur bank Islam berhubungan nyata dengan
karakteristik personal yaitu status ekonomi, pengalaman berusaha,
kekosmopolitan, pengetahuan, motivasi berusaha, dan berhubungan nyata
dengan karakteristik situasional yaitu kebijakan bank Islam dan intensitas
sosialisasi bank Islam.
(4) Persepsi masyarakat tentang pelayanan bank Islam berhubungan nyata
dengan karakteristik personal yaitu status ekonomi, pengalaman berusaha,
kekosmopolitan, pengetahuan, motivasi bemsaha, dan berhubungan nyata
dengan karakteristik situasional yaitu kebijakan bank Islam dan intensitas
METODOLOGI
PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di empat kecamatan yang berada di