• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARATIF : STUDI KORELASI KECERDASAN EMOSIONAL DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FBS UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARATIF : STUDI KORELASI KECERDASAN EMOSIONAL DAN BERPIKIR KREATIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FBS UNIVERSITAS NEGERI MEDAN."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARATIF

STUDI KASUS KORELASI KECERDASAN EMOSIONAL DAN BERPIKIR KREATIF

DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FBS

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Teknologi Pendidikan

Disusun Oleh :

TANGSON R. PANGARIBUAN NIM. 071188210036

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan pencipta seluruh alam bahwa dengan kasih dan sayang-Nya akhirnya tesis dengan judul, “Kemampuan Menulis Teks Naratif : Studi

Korelasi Kecerdasan Emosional dan Berpikir Kreatif dengan Kemampuan Menulis

Narasi” dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat

mengikuti ujian Sidang Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sangat disadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam penyelesaian tesis ini beberapa bantuan dan bimbingan telah diterima dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tinnginya. Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang takterhingga terutama disampaikan kepada Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd. selaku pembimbing I dan Prof. Dr. Belferik Manullang selaku pembimbing II atas perhatian dan kesabarannya memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

(6)

administratif yang diberikan. Untuk itu, disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus.

Terima kasih yang khusus dan mendalam juga disampaikan kepada istri, anak-anak, dan cucu yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan dukungan doa untuk penyelesaian tesis ini.

Akhirnya kepada segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tesis ini, disampaikan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Mudah-mudahan semua jasa, bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi amal saleh dan mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Medan, Maret 2012

(7)

i

1. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Menulis Narasi ... 47

(8)

3. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Berpikir

Kreatif dengan Kemampuan Menulis Narasi ... 52

D. Pengajuan Hipotesis ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

B. Metode Penelitian... 57

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 57

D. Variable Penelitian ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 59

F. Teknik Analisis Data ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 77

1. Deskripsi Data Kemampuan Menulis Narasi ... 77

2. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional ... 79

1. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kemampuan Menulis Narasi ... 85

2. Hubungan Berpikir Kreatif dengan Kemampuan Narasi ... 88

3. Hubungan Kecerdasan Emosional dan berpikir Kreatif dengan Kemampuan Narasi ... 92

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

1. Kecerdasan Emosional ... 95

(9)

iii

secara Simultan Memiliki Hubungan Signifikan

dengan Kemampuan Menulis Narasi ... 98

E. Keterbatasn Penelitian ... 99

BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Implikasi ... 103

C. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 114

SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN ... 222

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 224

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Menulis Narasi ... 61

Tabel 3.2 Kisi-Kisi instrumen Kecerdasan Emosional ... 67

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Berpikir Kreatif ... 73

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Narasi ... 78

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Emosional ... 81

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Berpikir Kreatif ... 81

Tabel 4.4 Rangkuman Analisis Uji Normalitas ... 83

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 84

Tabel 4.6 Tabel ANAVA untuk Pengujian Signifikasi dan Liniearitas Regresi ... 85

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Keberartian Koefisien Korelasi X1 dengan Y ... 87

Tabel 4.8 Rangkuman Koefisien Korelasi Parsial ry 12 ... 88

Tabel 4.9 Tabel ANAVA untuk pengujian Keberartian dan Linearitas Regresi Y = 57,69 + 0,90X2 ... 89

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi antara X2 Dengan Y ... 90

Tabel 4.11 Rangkuman Perhitungan Koefisien Korelasi Parsial ry 12 ... 91

Tabel 4.12 Tabel ANAVA untuk Pengujian Signifikansi Regresi Y = 15,55 + 0,54 X1 + 0,60 X2 ... 92

Tabel 4.13 Uji Keberartian Koefisien Korelasi Jamak... 93

(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Penulisan Menurut Hayes dan Flower ... 20

Gambar 2.2 Struktur Alur yang Ditandai dengan Satu Klimaks ... 24

Gambar 2.3 Struktur Alur yang ditandai dengan Beberapa Klimaks ... 24

Gambar 2.4 Model Integratif Kreativitas Clark... 38

Gambar 3.1 Pola Hubungan Antar Variabel ... 56

Gambar 4.1 Histogram Skor Kemampuan Menulis Narasi ... 78

Gambar 4.2 Histogram Skor Kecerdasan Emosional ... 80

Gambar 4.3 Histogram Skor Berpikir Kreatif ... 81

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Menulis Narasi... ... 86

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian...115

Lampiran 2 Hasil Analisis Uji-Coba Instrumen ...130

Lampiran 3 Data Penelitian 3.1 Data Kemampuan Menulis Narasi...160

3.2 Data Kecerdasan Emosional...161

3.3 Data Berpikir Kreatif... 164

3.4 Deskripsi Data... 166

Lampiran 4 Perhitungan Statistik Dasar... 168

4.1 Statistik Dasar Kemampuan Menulis Narasi (Y) ... 170

4.2 Perhitungan Statistik Dasar Data Kecerdasan Emosional (X1) ... 172

4.3 Statistik Dasar Data Kemampuan Berpikir Kreatif (X2) ... 174

Lampiran 5 Uji Normalitas Data...176

5.1 Uji Normalits Data Variabel Y ... 179

5.2 Uji Normalitas Data Variabel X1 ... 180

5.3 Uji Normalitas Data Variabel X2 ... 181

Lampiran 6 Uji Homogenitas ... 182

6.1 Uji Homogenitas Varian Y Atas X1 ... 185

6.2 Uji Homogenitas Varian Y Atas X2 ... 187

Lampiran 7 Analisis Hubungan (Korelasi Sederhana) Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 189

7.1 Analisis Hubungan (Korelasi) X1 Dengan Y ... 194

7.1.1 Regresi Y Atas X1 ... 194

7.1.2 Korelasi Sederhana X1 Dengan Y ... 196

7.1.3 Korelasi Parsial Antara X1 Dengan Y Jika X2 Dikontrol ... 197

7.2 Analisis Hubungan (Korelasi) X2 Dengan Y... 198

7.2.1 Regresi Y Atas X2 ... 198

7.2.2 Korelasi Sederhana X2 Dengan Y ... 200

7.2.3 Korelasi Parsial Antara X2 Dengan Y Jika X1 Dikontrol ... 201

Lampiran 8 Analisis Korelasi Dan Regresi Jamak ... 202

8.1 Bentuk Regresi ... 203

8.2 Analisis Koefisien Korelasi Jamak ... 205

Lampiran 9 Contoh Hasil Jawaban Responden ... 207

Lampiran 10 Surat Keterangan Ijin Melaksanakan Penelitian ... 223

(13)

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat, potensi tersebut perlu diberdayakan sehingga pribadi manusia itu dapat berfungsi dan berkembang dengan baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Pemberdayaan potensi sebagai makhluk individu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuannya dalam meningkatkan kualitas pribadinya, sementara pemberdayaan sebagai makhluk sosial dimaksudkan agar pribadinya mampu berperilaku positip di tengah-tengah masyarakat. Pemberdayaan dan pengembangan potensi manusia tersebut dilaksanakan melalui pendidikan. Atas dasar itulah maka tujuan pendidikan sebagaimana dituangkan dalam GBHN RI 1993 adalah untuk mewujudkan manusia yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, tangguh, sehat, cerdas, patriotik, berdisiplin, kreatif, produktif, dan professional.

(14)

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam suasana perubahan masyarakat global, pendidikan menjadi sebuah usaha penyiapan peserta didik yang terencana, sistemik dan sistematis untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu berkompetisi dalam menghadapi tantangan kehidupan yang senantiasa berubah dan berkembang.

Pengembangan potensi peserta didik ditandai dengan semakin menguatnya apresiasi dan kepemilikan kekuatan spiritual keagamaan, kemampuan mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik itu sendiri. Selain dibutuhkan oleh dirinya sendiri, peningkatan kemampuan peserta didik demikian juga diperlukan oleh masyarakat, bangsa dan negara.

Pada sisi lain, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa interaksi dengan orang lain. Perkembangan manusia ditandai dengan semakin berkembangnya kemampuan mereka dalam berinteraksi melalui komunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Gejala-gejala sosial yang mereka temukan dalam dunianya diekspresikan baik secara imajinatif maupun nyata dan salah satu bentuknya yaitu dengan menulis. Perkembangan manusia hingga sampai kepada komunikasi tulis seperti itu didukung kuat oleh adanya upaya belajar bahasa.

(15)

mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan di dalam otak yang disalurkan melalui penggunaan tangan dan mata ke dalam bahasa tulis dan 4) memasuki dunia yang semakin luas di mana dia bisa berakulturasi dengan dunia dewasa.

Kenyataan di lapangan dapat dilihat bahwa banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis atau mengarang. Keadaan ini dapat saja terjadi karena mereka kurang mampu berbahasa dengan baik dan benar. Pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, gagasan yang belum terungkap karena kesulitan memilih kata dan membuat kalimat, bahkan kurang berkembangnya ide secara teratur dan sistematis, di samping adanya kesalahan ejaan pun sering dijumpai yang merupakan kendala bagi mereka dalam menulis. Singkatnya bahwa mahasiswa tidak mampu menulis narasi pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unimed menjadi sebuah fenomena yang harus di jawab.

Kemampuan menulis termasuk salah satu dari empat keterampilan berbahasa – menyimak, berbicara, membaca, dan menulis - yang harus dikuasai oleh peserta didik. Semua keterampilan berbahasa tersebut harus dipelajari secara integratif dengan latihan-latihan yang difokuskan pada penggunaan bahasa dalam konteks nyata. Dalam bidang menulis khususnya, pembelajar mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk mengungkapkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Menulis adalah keterampilan berbahasa yang paling sulit karena tidak semua pesan komunikatif penulis dapat dipahami pembaca meskipun maksud atau arti yang dinyatakan dalam tulisan sangat baik dan jelas.

(16)

... Writing requires much more complex mental effort. Writers are forced to concentrate on both the meaning of ideas, that is, ensuring that what they write conveys their intended messages, and to the production of ideas, that is, producing the linear form in which ideas actually take shape on page (Hugey, 1983: 5)

Lebih lanjut ditambahkan bahwa faktor psikologi, linguistik dan kognitif tertentu membuat menulis lebih komplek dan sulit bagi banyak orang baik itu dengan menggunakan bahasa ibu maupun dengan bahasa kedua (Hugey, 1983:3).

Menulis bukanlah semata menuliskan satu atau sejumlah kalimat tanpa aturan yang jelas. Menulis akan menghasilkan serangkaian kalimat yang tersusun secara beraturan dan saling berkaitan, sehingga terbentuklah rangkaian kalimat yang terstruktur secara bermakna dan logis dalam sebuah teks. Ini semua bukanlah aktivitas yang mudah dan spontan melainkan sebuah keterampilan tersendiri dan harus dipelajari.

(17)

serta kemampuan menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang sangat menarik atau tidak biasa dalam tulisannya.

Menjadi seorang penulis adalah suatu proses yang kompleks dan perlu latihan secara terus menerus sehingga pembelajaran menulis menjadi suatu yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena aktivitas menulis tidak hanya menggunakan salah satu keterampilan otak (kiri atau kanan) tetapi juga menyangkut aktivitas seluruh otak baik itu menggunakan otak bagian kiri maupun otak bagian kanan. Dengan kata lain seorang penulis dalam membuat tulisannya dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor emosi yang mencakup imajinasi, gairah, emosi, spontanitas, semangat, dan sebagainya dan faktor logika seperti outline, tata bahasa, perencanaan, tanda baca, penelitian, dan sebagainya ( De Porter and Hernacky, 2000: 179).

(18)

Wujud keterampilan menulis itu banyak dan salah satu di antaranya yaitu berbentuk Narasi (naration). Dalam menulis narasi, kemampuan bercerita sangat diperlukan seperti kemampuan menciptakan alur yang dinamis dalam suatu cerita, menciptakan klimaks-klimaks yang membuat pembaca ikut merasakan apa yang terjadi dan menciptakan sebuah penyelesaian akhir yang mungkin tidak biasa. Menulis narasi juga melibatkan pengalaman seseorang. Dalam hal ini, penulis haruslah memiliki ide tentang hidup. Mahasiswa yang telah mempelajari dan dalam proses belajar telah memperoleh beberapa mata kuliah seperti Menulis Sastra termasuk Narasi dan dalam kompetensi target, mereka haruslah mampu membuat karangan narasi. Adapun alasan mengapa mahasiswa harus memiliki kemampuan tersebut, yaitu : pertama, untuk merangsang atau menstimulasi ide-ide dan imajinasi mereka untuk menulis; kedua, untuk memberikan mereka kesempatan berpikir secara kreatif; ketiga, memberikan apresiasi pada mereka terhadap karya prosa; kempat, agar mereka dapat menikmati penulisan narasi; dan kelima. memberikan pengetahuan dan pengalaman untuk pengajaran.

Lima hal di atas membuat seorang penulis harus memiliki kreativitas yang tinggi dan mampu menuangkan ide dan gagasan-gagasannya ke dalam bahasa tulis yang baik dan benar, sehingga dapat mempengaruhi emosi pembacanya. Dalam hal inilah disadari bahwa kemampuan bercerita pada seorang penulis erat kaitannya dengan faktor emosional dan faktor kreativitas.

(19)

mencerdaskan emosi peserta didik. Hal ini penting sebab emosi mengandung kekuatan luar biasa yang sangat berarti bagi manusia. Dengan emosi manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi. Dengan emosi pula manusia bisa menjadi baik atau buruk tergantung kecerdasan manusia tersebut mengelolanya. Sebagaimana yang telah dilontarkan oleh Goleman dalam bukunya yang sangat populer bahwa kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain serta kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri kita sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain (Goleman, 1999:47). Dalam hal ini kecerdasan emosional mempunyai kedudukan yang sama dengan kecerdasan intelektual.

Menulis narasi membutuhkan kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan mengenali emosi untuk membuat keputusan yang baik dalam mengakhiri suatu konplik. Mampu mengatur emosi dan perasaan sehingga dalam proses penulisan tercipta kestabilan berpikir dan kemampuan mengungkap perasaan untuk tujuan spesifik. Di samping itu, juga mampu mengempati perasaan orang lain (pembaca) sebagai dasar untuk berinisialisasi dan membangun hubungan yang menyenangkan dengan pembaca. Kemampuan-kemampuan demikian merupakan kecerdasan emosi yang patut dimiliki seorang penulis.

(20)

menghasilkan sesuatu yang baru. Kemampuan berpikir kreatif itu sendiri adalah kesanggupan mengelaborasi suatu gagasan secara divergen berdasarkan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas. Dengan pengertian lebih sederhana dapat juga dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah suatu rangkaian kesanggupan dalam diri seseorang yang meliputi kesanggupan membedakan, menghasilkan banyak gagasan, dan kesanggupan menambah detail suatu gagasan hingga menghasilkan sesuatu yang baru. Dengan pemahaman seperti itu, maka kemampuan berpikir kreatif menjadi variabel kritis yang mempengaruhi aktualisasi diri seseorang dalam tulisannya.

(21)

yang menggunakan seluruh belahan otak baik itu otak bagian kanan (emosional) maupun otak bagian kiri (logika).

Kecerdasan emosional (EQ) dan kemampuan berpikir kreatif keduanya sangat penting dalam proses pendidikan sama kedudukannya dengan kecerdasan intelektual (IQ). Akan tetapi, baik kecerdasan emosi maupun kemampuan berpikir kreatif tidak memiliki tempat atau porsi yang sama dengan kecerdasan intelektual dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pendidikan formal, kreativitas dan kecerdasan emosi seharusnya merupakan bagian terpenting sebagai perkiraan keberhasilan pendidikan dan mampu menggali kreativitas peserta didiknya.

Demikian pula proses belajar bahasa khususnya belajar menulis, sistem penilaian yang dikembangkan menekankan pada porsi tata bahasa, ejaan, tanda baca, atau outline yang semuanya cenderung mengarah pada berpikir konvergen yaitu mengandalkan otak bagian kiri. De Porter ( 2000: 179) mengatakan bahwa tulisan yang baik memanfaatkan kedua belahan otak baik bagian kiri maupun bagian kanan.

Dari pengalaman selama mengajar bahasa khususnya menulis baik ditingkat SMA maupun Perguruan Tinggi, diperoleh gambaran bahwa rata-rata pembelajar mengalami kesulitan atau bahkan tidak mampu mengungkapkan ide dan imajinasi mereka ke dalam bentuk tulisan narasi yang baik. Kelemahan ini menjadi fenomena keseharian yang menyebabkan kemampuan menulis narasi mereka masih rendah.

(22)

berpikir kreatif merupakan dua variabel yang patut diperhitungkan. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah ada hubungan yang berarti antara kecerdasan emosional dan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi? Hal ini merupakan masalah urgen yang membutuhkan penelitian yang luas dan mendalam.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

a. Mengapa para mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis narasi?

b. Apakah fenomena kesulitan menulis narasi sebagaimana disebutkan di atas merupakan akibat dari metode pembelajaran yang kurang efektif?

c. Apakah fenomena tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal peserta didik seperti kurangnya kecerdasan emosional dan kreativitas berpikir?

d. Faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan mengungkapkan idenya melalui tulisan narasi?

e. Metode apa yang seharusnya diterapkan agar kemampuan menulis narasi mereka menjadi lebih baik?

f. Faktor-faktor seperti kecerdasan emosional dan kreativitas berpikir ikut serta dalam mewujudkan ekspresi dan aktualisasi diri seseorang, seberapa besar pengaruh kedua variabel itu dalam mendukung kemampuan menulis narasi?

C. Pembatasan Masalah

(23)

luas dan mendalam. Agar penelitian lebih terarah, masalah yang akan dikaji dibatasi hanya pada kaitan kecerdasan emosional dan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia FBS Unimed.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kemampuan menulis narasi adalah kecakapan atau kesanggupan untuk melakukan suatu bentuk komunikasi dan aktivitas mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk cerita melalui bahasa tulis yang baik dan benar serta sesuai dengan aturan-aturan penulisan yang berlaku (ejaan, titik, tanda koma, huruf besar, dan sebagainya).

Selanjutnya, yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam menyadari atau mengenal, mengatur atau mengendalikan dan memotivasi emosi diri serta kemampuan seseorang dalam mengenal dan membaca emosi orang lain (empati) dan mengembangkan serta menjaga hubungan dengan orang lain (bersosialisasi) guna mencapai kesuksesan hidup.

Yang dimaksud dengan berpikir kreatif adalah suatu proses dalam diri seseorang yang mencakup proses membedakan, proses memperoleh sesuatu yang tidak biasa (unik) dalam berpikir, proses menghasilkan banyak ide, dan kemampuan untuk menambah detail suatu ide sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.

(24)

keterikatan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi dan keempat, hubungan peubah residu terhadap kemampuan menulis narasi. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FBS Universitas Negeri Medan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dengan kemampuan menulis narasi ?

b. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi ?

c. Apakah terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan kemampuan menulis narasi?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk hal-hal berikut.

a. Untuk mendeskripsikan hubungan kecerdasan emosional dengan kemampuan menulis narasi.

b. Untuk mendeskripsikan hubungan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi.

c. Untuk mendeskripsikan hubungan kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan kemampuan menulis narasi.

F. Kegunaan Penelitian

(25)

praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan bermanfat : (1) untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pembelajaran bahasa pada umumnya dan pembelajaran menulis narasi pada khususnya, dan (2) untuk menstimulasi buah pikiran yang berguna sebagai rujukan maupun bandingan bagi penelitian lanjutan yang mengkaji variabel-variabel kritis yang berkaitan langsung dengan pembelajaran manulis narasi.

(26)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari kajian teoretis dan temuan penelitian sebagaimana telah disajikan pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini, yaitu : (1) terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dengan kemampuan menulis narasi; (2) terdapat hubungan positif dan signifikan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis narasi; dan (3) terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama dengan kemampuan menulis.

Berikut akan dijelaskan hasil penelitian ini secara rinci:

(1) Kecerdasan Emosional (X1) memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kemampuan menulis narasi (Y). Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi (ry1) = 0.747, Koefisien determinasi (ry1)2 = 0.5580 yang menunjukkan bahwa 55.80 % dari kemampuan menulis dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Dengan demikian, kecerdasan emosional secara konsisten memiliki hubungan langsung dengan kemampuan menulis narasi. Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang semakin tinggi pula kemampuan menulis narasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional seseorang semakin rendah pula kemampuan menulis narasinya.

(27)

koefisien korelasi (ry2) sebesar 0.707, Koefisien determinasi (ry2)2 = 0.4999, menunjukkan bahwa 49.99 % dari kemampuan menulis narasi dipengaruhi oleh berpikir kreatif. Dengan demikian, berpikir kreatif secara konsisten memiliki hubungan langsung dengan kemampuan menulis narasi, artinya semakin tinggi berpikir kreatif seseorang semakin tinggi pula kemampuan menulis narasi orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah berpikir kreatif seseorang semakin rendah pula kemampuan menulis narasi orang tersebut.

(3) Kecerdasan emosional (X1) dan berpikir kreatif (X2) secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan kemampuan menulis narasi (Y). Koefisien korelasi ganda (Rv12) kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0.856, dan koefisien determinasi (Ry12)2 = 0.7327, menunjukkan bahwa 73.277% dari kemampuan menulis narasi dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan berpikir kreatif. Dengan demikian, kecerdasan emosional dan berpikir kreatif secara bersama-sama konsisten memiliki hubungan langsung dengan kemampuan menulis narasi. Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosional dan berpikir kreatif seseorang semakin tinggi pula kemampuan menulis narasinya Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional dan berpikir kreatif seseorang secara bersama-sama, semakin rendah pula kemampuan menulis narasi orang tersebut.

B. Implikasi

(28)

keterampilan menulis khususnya menulis narasi di kalangan mahasiswa. Hasil-hasil penelitian tersebut pun berimplikasi terhadap banyak hal terutama dalam mengembangan strategi pembelajaran menulis narasi, pengembangan teori-teori menulis narasi, dan juga terhadap penelitian yang relevan. Beberapa hal penting sebagai implikasi penelitian ini dipaparkan berikut ini.

1. Pengembanan Kemampuan Menulis Narasi dengan Memperhatikan Kecerdasan Emosional

Untuk memaksimalkan kemampuan menulis narasi, berbagai variabel kritis patut mendapat perhatian khususnya dari seorang guru maupun siswa. Sesuai hasil penelitian ini, tersimpul bahwa variabel kecerdasan emosional merupakan salah satu di antaranya yang berhubungan positif dan signifikan. Dengan memperhatikan aspek kecerdasan emosional peserta didik mereka berada pada ambang kesiapan diri dan dengan motivasi yang cukup untuk menulis. Untuk sampai pada ambang demikian, berbagai upaya dapat dilakukan guru di antaranya dijelaskan berikut ini:

Pertama, membangun atau mengenali kesadaran diri. Apabila seseorang

(29)

dengan aktivitas menulis narasi, kesadaran diri akan membantu dalam mengatur emosi terutama dalam mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasan dengan bebas. Orang demikian akan merasa bahwa ia mempunyai ungkapan tersendiri tentang sesuatu ke dalam bentuk tulisan tanpa terpengaruh dari luar. Dia merasa yakin tentang apa yang ia tulis.

Kedua, memiliki kepribadian yang tegas. Kepribadian ini mencakup

kemampuan mengungkapkan perasaan, apa adanya, memiliki kepercayaan diri, dan bersifat terbuka serta kemampuan mempertahankan hak individual. Kepribadian yang tegas juga merupakan kemampuan berkomunikasi dengan jelas dan lugas. Pada saat yang sama juga memiliki sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain. Dengan memiliki kepribadian yang tegas, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaannya, ide-ide, gagasan-gagasan, dan pikiran-pikiran yang cemerlang tanpa takut membuat kesalahan. Mereka bebas untuk mengatakan sesuatu, mengungkapkan apa yang mereka inginkan tetapi mereka juga masih dapat mempertimbangkan ide-ide orang lain dan memiliki perasaan yang sensitif terhadap orang lain, seperti mampu bekerja sama dalam sebuah kelompok di mana mereka dapat bekerja sama.

Ketiga, memiliki motivasi diri yang tinggi. Dengan harapan sukses,

(30)

termotivasi ketika ada kontes menulis narasi misalnya. Dalam situasi seperti itu, guru atau dosen sebaiknya memberikan ekspektasi bagi mereka yang memenangkan kontes tersebut.

Keempat, memiliki aktualisasi diri. Memiliki aktualisasi diri

dimaksudkan bahwa ia mampu mengatur dirinya sendiri dalam menghadapi lingkungannya. Setiap orang memiliki potensi untuk berkembang dan membuat hidupnya menjadi bermanfaat. Aktualisasi diri ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan bakatnya ke tingkat yang maksimal sekaligus mencoba untuk memperbaiki dirinya sehingga apa yang mereka tulis merupakan cerminan dari keadaan dirinya.

Kelima, fokus pada perasaan dan keinginan sendiri. Misalnya, seorang

mahasiswa ingin menulis sebuah cerita pendek dan berharap untuk mendapatkan hasil yang baik. Ketika mencoba menulis tetapi menghadapi beberapa masalah seperti tidak memiliki waktu, tidak mempunya ide, tidak dapat berpikir, sulit memilih tema dan perasaan sedang tidak mood, dia akan menghentikan sementara keinginannya itu kemudian mencoba untuk rileks atau tidur beberapa saat. Setelah dia segar kembali, mencoba untuk menulis kembali dan akan merasa menikmati pekerjaan menulisnya.

Keenam, mengenali pengalaman yang telah didapatnya. Ketika

(31)

menyenangkan ketika saat ia merasa jatuh cinta lalu diberi tugas untuk menulis tentang cinta. Hal ini membuatnya memiliki ide-ide yang segar dan menarik ketika mengungkapkannya ke dalam tulisan. Semakin banyak pengalaman yang ia dapatkan akan semakin mudah ia menulis.

Ketujuh, membangun imajinasi. Membangun imaginasi adalah aspek lain

untuk mengontrol emosi seseorang. Bentuk imajinasi ini tidak diartikan sebagai kemampuan menciptakan saat-saat yang buruk akan tetapi bagaimana menciptakan saat-saat yang menyenangkan. Kita mencoba merasakan emosi kita sendiri dengan cara yang tepat. Buku-buku, film, koran, televisi, dan sebagainya dapat mendukung imajinasi penulis,. Mereka dapat memberikan banyak informasi. Semua sumber tersebut dapat meningkatkan kemampuan berimaginasi sehingga pembaca akan merasa senang dan menikmati karangan narasi yang dihasilkan. Beberapa mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis narasi karena mereka tidak merasa yakin akan apa yang ingin mereka ungkapkan. Dalam hal ini, satu hal yang harus mereka lakukan adalah menulis apapun yang mereka ketahui, menyadari bahwa pada awalnya mereka akan melakukan beberapa kesalahan, sehingga mereka akan mengetahui dan memahami poin penting setelah mereka menulis dan mensupport mereka untuk menulis lagi.

2. Pengembangan Kemampuan Menulis Narasi dengan Memperhatikan Berpikir Kreatif.

(32)

yang lebih baik pula. Orang tersebut juga mampu mengeluarkan ide-idenya secara unik atau tidak biasa dan ia juga akan mampu menyelesaikan suatu masalah yang tidak terduga di dalam karangannya.

Kelancaran dalam menggunakan kata-kata, kelenturan dalam membuat kata-kata, keorisinalitasan ide yang ia tuangkan ke dalam tulisannya dan penambahan detail dari suatu cerita sehingga membuat karangannya sangat unik dan beragam adalah impian bagi para pembaca. Pembaca akan merasa senang apabila membaca hasil suatu karangan yang unik, lain dari biasa dan memiliki keberagaman pemilihan kata yang sangat menarik. Oleh karena itu, perlu adanya upaya meningkatkan kemampuan menulis narasi melalui peningkatan berpikir kreatif. Adapun upaya peningkatan tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama, sehubungan dengan upaya untuk peningkatan kemampuan menulis

narasi, mahasiswa hendaknya diberikan motivasi atau dorongan untuk selalu mencari sesuatu yang baru dalam karangannya atau berusaha untuk seunik mungkin dalam membuat suatu cerita dengan suatu penyelesaian akhir yang tidak terduga. Pendidik harus berupaya untuk dapat memupuk dan meningkatkan daya kreativitas para mahasiswa, namun pendidik juga harus berhati-hati jangan sampai dorongan tersebut berlebih atau tidak pada tempatnya sehingga malah melemahkan daya kreativitas.

Kedua, perlunya pengembangan berpikir kreatif mahasiswa sehingga

(33)

gagasan, (2) kelenturan dalam struktur kalimat, (3) orisinalitas dalam tema, orisinalitas dalam pemecahan suatu akhir cerita, orisinalitas dalam membuat karangan yang bersifat humor atau menggelikan dan orisinalitas dalam gaya penulisan, dan (4) elaborasi yang mampu membuat suatu karangan nampak lebih kaya dengan membumbui atau menghiasi suatu cerita, misalnya dengan memakai kata-kata yang tidak biasa atau unik.

Ketiga, Diperlukan dukungan dari lingkungan yang meliputi fleksibilitas

dalam memberikan kesempatan, model yang positif, bimbingan dan dukungan untuk membangun kepercayaan diri dalam melakukan kegiatan kreatif dan menghargai karya kreatif seperti diadakannya majalah khusus untuk para mahasiswa di mana terdapat kolom cerita pendek atau karangan lainnya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian ini ada beberapa hal yang patut diajukan sebagai saran penelitian ini. Beberapa saran dimaksud lebih terkait dengan operasionalisasi hasil penelitian ini. Saran-saran penelitian ini lebih lanjut diurutkan berikut ini.

Pertama, Menulis narasi adalah sebuah proses dan untuk itu diperlukan

latihan. Apabila mahasiswa berlatih menulis narasi secara teratur dan terbimbing, tulisan mereka menjadi baik. Latihan adalah sebagai dasar untuk memperbaiki kemampuan menulis narasi, juga memungkinkan mereka menambah kosakata baru karena faktor kurangnya kosa kata sangat mempengaruhi mutu suatu tulisan.

Kedua, Peserta didik hendaknya dibimbing dan diarahkan agar dapat

(34)

antaranya yaitu : (1) penggunaan tanda baca, pemilihan kata, penyusunan paragraf, penggunaan ejaan, kosakata dan sebagainya. (2) menciptakan alur yang logis, karakter tokoh yang tepat, menciptakan konflik yang berakhir pada suatu penyelesaian, setting waktu, dan yang lain. Dengan kemampuan-kemampuan tersebut upaya menciptakan tulisan narasi yang baik dan komunikatif akan dapat diwujudkan.

Ketiga, Menulis narasi melibatkan emosi, perasaan, dan fantasi di dalamnya.

Berhubungan dengan hal tersebut, mahasiswa haruslah diberikan kebebasan untuk mengungkapkan apapun perasaan mereka, ide-idenya, atau pikiran-pikirannya. Itu semua akan mampu memotivasi mahasiswa menulis hingga mereka dapat menghasilkan narasi yang baik dan komunikatif.

Keempat, Kelancaran dalam menggunakan kata-kata, kelenturan dalam

Gambar

Gambar  2.1

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat melalui kemampuan kognitifnya yang unik dikatakan bahwa siswa ini menggunakan seni untuk menciptakan sesauatu yang luar biasa berpikir kreatif dalam

Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA Taman Siswa Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013, Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Oleh karena itu, seni berpikir kreatif dalam matematika merupakan kesanggunpan seseorang melalui kemampuan kognitifnya yang unik untuk menciptakan sesauatu yang

Berkaitan dengan hal ini, dalam usaha pencapaian kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis yang memadai melalui PBM, maka aspek kecerdasan emosional perlu diperhatikan..

Hal ini dapat melalui kemampuan kognitifnya yang unik dikatakan bahwa siswa ini menggunakan seni untuk menciptakan sesauatu yang luar biasa berpikir kreatif dalam

D.W Mc.Kinon (dalam Sayuthi, 2010) menyatakan bahwa selain menghasilkan sesuatu yang baru, seseorang bisa dikatakan berpikir kreatif apabila memenuhi persyaratan

Berpikir dapat diartikan berkembangnya ide dan konsep seseorang melalui proses antara bagian-bagian informasi yang didapat seseorang yang pada akhirnya berupa

Belajar mengetahui yang dimaksud adalah, dosen sebagai fasilitator bagi mahasiswa setidaknya dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa, belajar melakukan sesuatu artinya