• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA LITERASI SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDAYA LITERASI SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA LITERASI SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF

Suyanti Universitas Pgri Madiun yantiee.nathan@gmail.com ABSTRACT

Literacy culture is currently not so developed, especially among students. Literacy is not only interpreted as reading and writing but is related to the ability to understand various issues and problems in life. Creative thinking can develop effectively if it continues to be trained and engaged in itself and there is cooperation between the family environment, school and society. The role of literacy culture is very beneficial for generations in this modern era and for advancing the quality of national human resources, especially in the field of education.

Keywords: Creative Culture, thinking, creative ABSTRAK

Budaya literasi pada saat ini belum begitu berkembang, khususnya dikalangan pelajar. Literasi tidak hanya di artikan membaca dan menulis tetapi berkaitan dengan kemampuan memahami berbagai isu dan permasalahan dalam kehidupan. Berpikir kreatif bisa berkembang dengan efektif jika terus dilatih dan ditekuni dalam diri dan adanya kerjasama antara lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Peran dari budaya literasi sangat besar manfaatnya untuk generasi pada masa era modern ini dan untuk kemajuan kualitas SDM bangsa khususnya dalam bidang pendidikan.

Kata kunci: Budaya Kreatif, berpikir, kreatif

PENDAHULUAN

Melihat Fenomena sekarang ini menonton film, tv, main gudget, lebih menjadi sebuah gaya hidup dibanding kegiatan membaca. Kualitas dari masyarakat pada umumnya di Indonesia ditentukan dari minat baca masyarakat itu sendiri. Minat baca yang tinggi maka wawasan atau pengetahuan yang di dapat semakin luas. Sebaliknya minat baca yang rendah semakin sedikit informasi yang di dapat. Minat baca yang rendah juga disebabkan oleh pola asuh yang kurang tepat, keteladanan dari orang tua untuk memberi contoh gemar membaca sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. (Irfan Muslim, 23 Oktober 2017). Sejalan dengan peryataan tersebut berdasar hasil survei dari lembaga internasional dalam bidang pendidikan UNESCO bahwa minat baca masyarakat Indonesia rendah di banding dengan negara- negara Asia lainnya. (Encang Soepudin, 2015:271).

Banyak manfaat dengan membaca buku, salah satunya melatih otak kita dalam berpikir lebih kreatif dengan membaca mengekspos diri kita sendiri dalam berbagai ide. Kegiatan membaca melatih seseorang berpikir aktif dan terbuka dengan segala sesuatu, menjadi lebih kreatif baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Literasi tidak hanya merupakan kegiatan membaca dan menulis akan tetapi, kegiatan yang dapat menambah pengetahuan mampu menumbuhkan daya imajinasi dan kemampuan dalam berpikir kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat wali kota Surabaya membaca mempunyai peran yang penting di dalam membentuk imajinasi dan kreativitas, melalui bacaan anak akan bisa berimajinasi, tentu saja berbeda melalui dengan digital yang didalamnya sudah ada suara serta gambar. Kompas, (Rabu 17 Desember 2014).

Penulis dalam mengangkat tulisan ini berdasarkan pengamatan di lingkungan berbagai sekolah.. Peserta didik biasanya hanya cenderung berpikiran instan dalam

(2)

mengubah pola pikirnya menjadikan manusia yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif dalam menghadapi tuntutan jaman yang sering berubah.

Literasi

Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis, dapat diartikan orang yang mempunyai ketrampilan membaca dan menulis, walaupun demikian kemampuan membaca menjadi lebih baik daripada kemampuan menulis pada umunya. (Lizamudin, 2010: 111). Literasi tidak diartikan membaca dengan buku saja, tetapi menjadikan seseorang yang tadinya tidak suka membaca menjadi senang dalam membaca. Budaya literasi telah dicanangkan oleh Dinas Pendiidkan Kota Surakarta, supaya anak sejak dini gemar dengan membaca, dalam kegiatan ini sebagai sarana menambah pengetahuan, menumbuhkan minat dalam membaca sejak kecil.(Satria, 2016:182). Budaya literasi tidak muncul begitu saja dari lahir tetapi melalui proses panjang dan melalui sarana yang efektif, proses itulah yang harus digerakkan sejak dini, kemudian dikembangkan di lingkungan sekolah kemudian masyarakat.

Well dalam Heyati, dkk (2010: 46) ada empat tingkatan dalam literasi, antara lain: a) Kemampuan membaca dan menulis, b). menunjukkan kemampuan dalam berbahasa dalam kehidupan sehari-hari, c). Kemampuan dalam menggali informasi, d). kemampuan dalam mentransformasikan informasi yang di dapat. Kegiatan membaca dan menulis merupakan bagian dari literasi, dan kemampuan dalam memnahami segala sesuatu di banyak bidang. The Literacy and Numeracy Secretariat (2009) berpendapat literasi yang pada akhirnya membentuk masyarakat kreatif dan menumbuhkembangkan seseorang hidup dalam masyarakat yang berpengetahuan.

Berpikir Kreatif

Berpikir dapat diartikan berkembangnya ide dan konsep seseorang melalui proses antara bagian-bagian informasi yang didapat seseorang yang pada akhirnya berupa pengertian-pengertian. Berpikir ialah memproses informasi yang didapat secara kognitif, representasi adanya symbol dari banyak peristiwa. (Khodijah, 2006: 117). Berpikir selalu menggunakan symbol, segala sesuatu yang biasa mewakili berbagai hal dalam alam pikiran seseorang.

Berpikir kreatif merupakan kemampuan dalam berhubungan dengan penemuan sesuatu mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan sesuatu yang sudah ada. (Daryanto, 2009: 146). Berpikir kreatif bisa diartikan kemampuan dalam menganalisis sesuatu dan menemukan solusi dari sesuatu permasalahan. Seseorang yang kreatif akan selalu memberi makna dari adanya proses belajarnya.

Dalam berpikir kreatif membutuhkan ketekunan serta perhatian penuh antara lain: a). Mengajukan pertanyaan, b). memeprtimbangkan informasi dan ide yang tidak lazim dengan pikiran yang terbuka, c). membangun adanya keterkaitan, diantara hal-hal yang sangat berbeda. d). menguhung-hbungkan berbagai hal, e). mendengarkan intusisi. (Elaine, 2011: 214-215).

Berpikr kreatif bisa diartikan kebiasaan dari cara pikiran yang dilatih dengan selalu memperhatikan intuisi seseorang, dalam menghidupkan daya imajinasinya, menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, memunculkan ide-ide yang tidak bisa diduga. Berpikir kreatif pada umunya menciptkan sesuatu yang berbeda, memberikan ide baru terhadap pemecahan masalah.

(3)

PEMBAHASAN

Berpikir Kreatif berakar dari adanya membaca yaitu budaya literasi dan ini sangat berguna sebagai daya tumbuh kembang anak sejak dini, dan diperlukan dalam kehidupan sehari –hari dalam memecahkan suatu permasalahan, berpikir kreatif diperlukan dalam lingkungan keluarga sampai terjun ke pergaulan masyarakat, seseorang contohnya yang ingin menjadi seorang pengusaha pun di butuhkan daya kreatifnya ketika ingin memulai usahanya, agar berbeda dengan yang lainnya, bahkan pemimpin atau pejabat tertentu harus mempunyai kemampuan berpikir kreatif dalam memajukan daerah/ wilayah yang di pimpinya.

Menurut Sandra secara medis dan akademis, seseorang yang aktif berpikir memakai otak kiri akan menghasilkan keputusan –keputusan yang selalu menggunakan logika dan rasional. Dan seorang yang aktif menggunakan otak kanan akan menghasilkan keputusan yang berkaitan dengan hal irasional atau berhubungan dengan seni atau emosi, dan yang mempunyai kreatif biasanya berhasil memadukan kekuatan otak kanan dan otak kiri., bahwa IQ tinggi juga harus di ikuti sifat sosial tinggi dengan melihat masalah yang ada di lingkungan sekitar. (Tempo, 29 September 2017).

Menurut Goodman (1998) membaca merupakan aktivitas mental dalam mengkonstruksi makna yang ada dalam teks, kegiatan merekonstruksi tersebut antara lain: 1). Rekognisiasi adalah proses dalam mengenal tulis yang di sajikan dalam teks, 2). Prediksi yaitu proses dalam mengantisipasi dan memprediksi makna atau maksud sebuah tulisan, 3). Konfirmasi adalah proses dalam mencari lalu memverifikasikan hasil prediksi, 4). Koreksi, adalah proses dalam memproses kembali, jika prediksinya tidak tepat atau akurat, 5). Terminasi adalah proses dalam menyelesaikan kegiatan ketika membaca, telah selesai di serap maknanya. Burns, dkk. (1996) komponen membaca pada dsarnya adalah komponen dalam berpikir termasuk berpikir kreatif. Komponen tersebut antara lain: ketrampilan dalam memfokuskan, memperoleh dalam informasi, menganalisis, menggeneralisasikan, mengitegrasikan dan evaluasi.

Adapun berpikir kreatif seperti telah dijelaskan sebelumnya, berpikir kreatif merupakan berpikir dalam melakukan sesuatu untuk menemukan cara atau hasil dari permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam membangkitkan gemar membaca ini harus di galakkan budaya literasi, Hudson (2007) dalam kegiatan membaca menurut pemahamannya terdapat tiga tingkatan yang antara lain: 1). Membaca literat (reading on

the online), 2). Membaca kritis (reading in the lines, 3). Membaca kreatif (reading beyond the lines). Ketiganya merupakan tingkatan dalam membaca dan satu kesatuan yang

lengkap. Sejalan dengan peryataan Wigfield dalam Sugihartati (2012) kenikmatan dalam membaca akan menumbuhkan aktifitas membaca sebagai aktifitas yang menyenangkan dan memiliki cara tersendiri. Dalam kegiatan membaca anak-anak dan remaja dilibatkan dalam kegiatan yang menyenangkan dan memberi kesempatan untuk mandiri, dan mendukung dalam bidang pendidikan, sebuah motivasi dalam prestasi, pekerjaan, dan dapat saling memahami dan menhargai diri sendiri dan orang sekitar.

Semiawan (1995) membaca secara kreatif merupakan membaca di sertai dengan proses berpikir kreatif yang juga melibatkan fungsi kreatifitas anatar lain: 1). Fumgsi rasa: kecenderungan dalam jiwa dan batin dalam menciptakan sesuatu yang menghasikan ide atau gagasan yang sebelunya belum pernah ada, 2). Fungsi rasio ialah berpikir yang cenderung rumit melawan arus. 3). Fungsi ketrampilan ialah dorongan dari diri seseorang dalam berperilaku yang berbeda dengan lainnya. Ketiganya saling berkaitan, dan memebri dorongan berpikir kreatif pada saat sesorang melakukan kegiatan membaca.

(4)

Pada saat pembelajaran maka perlu peserta didik di latih dalam mengembangkan kreatifitasnya, sehingga tidak menutup kemungkinan mengasilkan karya yang merupakan perwujudan dari berpikir kreatif. Kreatifitas harus tetap dipelajari dan ditekuni, hanya dengan itu kreatif akan berkembang. Penting sekali mengajarkan peserta didik untuk sering berlatih berpikir kreatif, karena berpikir kreatif merupakan salah satu kunci dalam mengahadapi kehidupan di dunia pada saat ini yang memerlukan orang-orang kreatif untuk mengisinya bagi kepenntingan pribadi maupun banyak orang. Oleh sebab itu, marilah kita mulai mengembangkan budaya literasi menjadi lebih baik dan maju.

Mengembangkan budaya literasi dalam tantangan di era gobal, bukan hanya peran pemerintah tetapi individu-individu dalam masyarakat. kemajuan dalam bidang tehnologi, seharusnya bisa kita manfaatkan dalam berbagi informasi, dan mengurangi informasi yang bersifat hoax. Para Generasi muda harus bisa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam mengahadapi tantangan di era global dan jangan sampai terbawa arus yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

PENUTUP

Kemampuan Berpikir kreatif dapat diperoleh dari literasi, kreatifitas sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai bidang kehidupan. Orang yang kreatif mempunyai kemampuan berpikir lancar, mampu berpikir luwes (fleksibel), mampu berpikir orisinal, imajinatif, dan berani mengambil resiko, menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Penemu atau pemikir dunia sepanjang sejarah cukup banyak dan mempunyai latar belakang yang beragam pula, di sisi lain mereka memiliki kesamaan dalam hal bagaimana sudut pandang dan cara mereka melihat dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Faizal. 2017. Kembangkan perpustakaan di Surabaya, Risma Dianugerahi Penggerak Budaya Literasi di http://kom.ps/AFokjh (di akses 17 Desember). Burns, Paul C. Roe, Betty D and Ross, Elinor P. 1996. Teaching Reading in the Today’s

Elementary Schools. Boston: Hongton Mifflin Company.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran, Jakarta: Publisher.

Endang Saepudin 2015. Tingkat budaya membaca masyarakat. Jurnal kajian informasi dan perpustakaan. Vol 3 No 2 :271-282.

Elaine B Johson. 2011. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar

Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

Goodman, Kenneth S. 1988. What Whole in Whole Language? . Porsmaouth: Heinemann. Heryati, Y,,dkk. 2010. Model Inovatif Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Multi

Kreasi Satu Delapan.

Hudson, Thom. 2007. Teaching Sacond Language Reading. Oxford: Univercity Press. Irfan Moeslim. 2017 Problematika dan Tantangan dalam Menumbuhkan Minat Baca di

https://www.Kompasiana.com/fairmuslim/problematika-dan-tantangan-dalam-menumbuhkan-minat-baca (diakses 23 Oktober 2019).

Lizamudin Ma’nur. 2010. Membangun Budaya Literasi. Jakarta: Diadit Media.

Mitra Tarigan. 2017. Membaca Mendorong Anak Berpikir Kreatif di Tempo.co.http://gaya.tempo.co/read/1020878/membaca-mendorong-anak-berpikir-kreatif (di akses 27 Juni 2019)

(5)

Satria Dharma (ed). 2016. Transformasi Surabaya Sebagai Kota Literasi. Surabaya: Unesa Univercity.

Sugihartati, Rahma. 2012. Masalah Minat Baca. Surabaya: Revka Petra Media. Semiawan, Corry R dkk. 1995. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia. The Literacy and Numeracy Secretariat. 2009. Capacity Building Series. Ontorio: The

Literacy and Numeracy Secretary. (Online)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks penelitian ini, penonton media online YouTube bisa digolongkan sebuah prilaku mengkonsumsi media tentu didorong oleh motif tertentu, sesuai dengan

Metodologi yang dilakukan pada praktikum mekanika tanah di lapangan Teknik Sipil Universitas Gunadarma bersifat kuantitatif.Hasil yang diperoleh dari percobaan

Lebih lanjut Syaodih (2004) menjelaskan bahwa selain guru / pendamping memiliki peran sebagai seorang pendidik dan pendamping, guru juga memiliki beberapa

B ł o ń ski was the translator and the editor of the selection of philo- sophical-critical texts of Gaston Bachelard and George Poulet (i.a.). Especially the last one made a signifi

Indeks kebolehpercayaan (alfa Chronbach) soal selidik bagi setiap konstruk adalah seperti dalam Jadual 1. Dengan ini, nilai kebolehpercayaan setiap dimensi dan setiap kumpulan

Dari hasil penelitian di dapat pada responden yang berjumlah sebanyak 69 orang responden, mengenai Hubungan Dukungan Suami Dengan Keikutsertaan Ibu Akseptor KB IUD di Puskesmas

Distribusi frekuensi jumlah leukosit pada tukang ojek yang merokok di pasar KM 5 Palembang tahun 2013 didapatkan 48 responden (88,9%) jumlah leukositnya normal, sedangkan

psikososial, praktek kebersihan, dan perawatan anak dalam keadaan sakit berada pada kategori baik ; Gambaran sosial ekonomi keluarga dengan balita BGM yang berada di