• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis biaya industri mainan edukatif dari kayu studi kasus CV Omocha Toys Bogor, dan Atham Toys, Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis biaya industri mainan edukatif dari kayu studi kasus CV Omocha Toys Bogor, dan Atham Toys, Tangerang"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA INDUSTRI MAINAN EDUKATIF DARI

KAYU: STUDI KASUS DI CV OMOCHA TOYS, BOGOR DAN

ATHAM TOYS, TANGERANG

ARDIYANSYAH

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ARDIYANSYAH. Analisis Biaya Industri Mainan Edukatif dari Kayu: Studi

Kasus di CV Omocha Toys dan Atham Toys. Dibimbing oleh Ir. Bintang C. H.

Simangunsong, MS., Ph.D.

Pulihnya keadaan politik dan ekonomi dalam negeri yang mulai stabil menyebabkan industri mainan termasuk industri mainan edukatif dari kayu mulai kembali membaik. Untuk menjaga kelangsungan dan meningkatkan daya saing analisis biaya produksi perlu dilakukan.

Penelitian ini dilakukan di dua tempat pembuatan mainan edukatif dari kayu yaitu di CV Omocha Toys dan Atham Toys. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang terdiri dari produktivitas, dimensi produk, biaya pemeliharaan, gaji, dan kebutuhan bahan ; dan data sekunder yang terdiri dari kapasitas produksi, harga produk, dan keadaan umum perusahaan. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui biaya produksi, break even point (BEP) dan tingkat profitabilitas perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) biaya produksi di CV Omocha Toys berkisar Rp 9,77 ribu per unit-Rp 61,93 ribu per unit sedangkan produk Atham Toys memiliki biaya produksi sebesar Rp 34,76 ribu per unit-Rp 40,19 ribu per unit; (b) dengan asumsi keuntungan 14,5% per tahun harga pokok produk CV Omocha Toys berkisar Rp 10,48 ribu per unit-Rp 66,42 ribu per unit, harga pokok mainan edukatif Atham Toys berkisar Rp 36,02 ribu per unit-Rp 41,76 ribu per unit; (c) break even point produk di CV Omocha Toys adalah 7 unit-493 unit Atham Toys memiliki nilai BEP 160 unit-255 unit; (d) CV Omocha Toys memiliki tingkat profitabilitas Rp 3,49 ribu per unit-Rp 7,84 ribu per unit dan Atham Toys berada pada kisaran Rp 3,68 ribu-Rp 4,93 ribu per unit; (e) Return on

Investment (ROI) untuk CV Omocha Toys adalah 175,70% per tahun, sedangkan

Atham Toys memiliki ROI sebesar 47,88% per tahun.

(3)

ANALISIS BIAYA INDUSTRI MAINAN EDUKATIF DARI

KAYU: STUDI KASUS DI CV OMOCHA TOYS, BOGOR DAN

ATHAM TOYS, TANGERANG

ARDIYANSYAH

E24054107

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Biaya Industri Mainan Edukatif dari Kayu: Studi

Kasus di CV Omocha Toys, Bogor dan Atham Toys,

Tangerang.

Nama : Ardiyansyah

NRP : E24054107

Departemen : Hasil Hutan

Fakultas : Kehutanan

Menyetujui:

Dosen Pembimbing,

Ir. Bintang C. H. Simangunsong, MS., Ph.D. NIP. 19630413198703 1004

Mengetahui,

Ketua Departemen Hasil Hutan

Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor,

Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc. NIP. 19660212199103 1002

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya Industri Mainan Edukatif dari Kayu: Studi Kasus di CV Omocha Toys, Bogor dan Atham Toys, Tangerang adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 April 1987 sebagai anak kelima dari lima bersaudara pasangan Chaidir dan Cicih N. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 3 Cibatok, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, sekolah lanjut tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Cibungbulang, Kabupaten Bogor dan sekolah lanjut tingkat atas di SMA Negeri 1 Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005 dan kemudian masuk Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan pada tahun 2006. Penulis selanjutnya memilih bagian Bio-Komposit dengan bidang keahlian Manajemen Industri Hasil Hutan pada tahun 2008.

Penulis pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Leuweung Sancang – Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kamojang pada tahun 2007, melaksanakan Praktek Pegelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi dan Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Tanggeung pada tahun 2008. Penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Sumalindo Lestari Jaya, Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 2009. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, yakni sebagai Staf PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) 2005-2006 dan Koordianator Bidang Internal Himasiltan pada tahun 2006-2007.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala nikmat, karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., kepada keluarga, sahabat dan kepada umatnya yang setia sampai akhir zaman.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak, Mama, Kakak-kakak, serta segenap keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang, perhatian, do’a, dukungan, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Bapak Ir. Bintang C. H. Simangunsong, MS., Ph.D. atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan ilmu, waktu, bantuan, arahan dan nasehat kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, M. For. Sc. Selaku dosen penguji mewakili Departemen Silvikultur, Ibu Eva Rachmawati, S. Hut., M. Si. selaku dosen penguji mewakili Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata dan Bapak Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M. Sc. F. Selaku dosen penguji mewakili Departemen Manajemen Hutan.

4. Seluruh staf dan laboran Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB khususnya Sofyan dan Akang Gunawan atas bantuan dan dukungannya. 5. Ibu Yuni dan Bapak Yoyok selaku pemilik CV Omocha Toys, Bapak

Thamrin pemilik Atham Toys, serta Bapak Buhori kepala produksi Atham Toys yang telah bersedia memberikan izin sebagai tempat penelitian penulis dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

6. Dina Sukma Ria yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi, memberikan motivasi, kritik, dan saran.

7. Teman-teman mahasiswa angkatan 42 Departemen Hasil Hutan: Haerul, Isran Mirardi, Irsan Alipraja, Rentry, Ridho, Rohani KV Silitonga, Amalia Septariani, Abdurrahman dan teman-teman mahasiswa Fahutan angkatan 42 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2011

(8)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini sebagai tugas akhir yang berjudul ”Analisis Biaya Industri Mainan Edukatif: Studi Kasus di CV Omocha Toys, Bogor dan Atham Toys, Tangerang”. Karya ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di kantor pemasaran dan workshop CV Omocha Toys dan Atham Toys dari bulan November 2010 hingga Januari 2011.

Mulai pulihnya keadaan ekonomi dalam negeri yang menyebabkan industri mainan pun mulai kembali membaik. Pertumbuhan ekspor mainan yang meningkat dari $ 209,75 juta pada tahun 2006 menjadi $ 277,83 juta pada tahun 2008 (sumber BPS 2007 dan 2008). Berkaitan dengan kelangsungan dan daya saing industri mainan kayu di Indonesia, analisis biaya produksi mainan edukatif dari kayu perlu dilakukan dengan harapan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha mainan edukatif dari kayu dan wawasan kepada pembaca mengenai analisis biaya produk mainan edukatif dari kayu.

Penulis juga menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga tulisan ini menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri... 3

2.2. Sejarah Mainan dari Kayu ... 7

2.3. Mainan Edukatif dari Kayu ... 9

2.4. Kriteria Pemilihan Mainan Edukatif dari Kayu ... 12

2.5. Proses Produksi Mainan Edukatif dari Kayu ... 14

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2. Jenis Data dan Pengumpulan Data ... 18

3.3. Analisis Data ... 19

IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. CV Omocha Toys ... 26

4.2. Atham Toys ... 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil ... 36

5.1.1. Biaya Produksi ... 36

5.1.2. Analisis Harga Pokok ... 40

5.1.3. Profitabilitas ... 41

5.2. Pembahasan ... 48

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 51

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Alur proses pembuatan mainan anak ...16

2. Proses produksi balok 30 dan 42 ...27

3. Alur proses pembuatan balok 41 dan 30 di CV Omocha Toys ...28

4. Proses produksi maze dan puzzle di CV Omocha Toys ...29

5. Proses produksi puzzle dan maze ...29

6. Produk yang dihasilkan CV Omocha Toys ...31

7. Mesin produksi di Atham Toys ...34

8. Alur proses pembuatan geobangun bertingkat dan wire game di Atham Toys ...34

(11)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Penggolongan industri menurut Siahaan (1996) ... 3

2. Penggolongan industri berdasarkan surat keputusan menteri perindustrian Nomor 19/M/I/1986 ... 6

3. Mesin-mesin dalam proses pembuatan mainan edukatif dari kayu ... 15

4. Jenis data dan pengumpulan data ... 18

5. Gaji pegawai di CV Omocha Toys ... 30

6. Gaji pegawai di Atham Toys ... 35

7. Biaya produksi mainan edukatif di CV Omocha Toys periode April-September 2010 ... 37

8. Biaya produksi mainan edukatif di Atham Toys periode November 2010-Januari 2011 ... 38

9. Harga pokok dan keuntungan di CV Omocha Toys ... 43

10. Harga pokok dan keuntungan di CV Atham Toys ... 44

11. Break even point (BEP), margin of safety (MOS), margin income ratio (MIR), di CV Omocha Toys ... 45

12. Break even point (BEP), margin of safety (MOS), margin income ratio (MIR) di Atham Toys ... 46

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Biaya produksi mainan per unit edukatif di CV Omocha Toys ... 54

2. Biaya depresiasi mesin produksi di CV Omocha Toys ... 56

3. Bunga modal mesin produksi CV Omocha Toys... 57

4. Biaya pemeliharaan mesin produksi di CV Omocha Toys ... 58

5. Produktivitas mesin produksi di CV Omocha Toys ... 59

6. Sarana prasarana, alat angkut dan mesin produksi di CV Omocha Toys ... 60

7. Kebutuhan material per unit di CV Omocha Toys ... 61

8. Upah pekerja material di CV Omocha Toys ... 62

9. Harga dan spesifikasi material di CV Omocha Toys ... 63

10. Kebutuhan material di CV Omocha Toys ... 64

11. Dimensi dan volume mainan edukatif di CV Omocha Toys ... 65

12. Biaya produksi per unit mainan edukatif di Atham Toys ... 67

13. Biaya depresiasi mesin produksi di Atham Toys ... 68

14. Bunga modal mesin produksi di Atham Toys ... 70

15. Biaya pemeliharaan mesin produksi di CV Omocha Toys ... 72

16. Produktivitas di Atham Toys ... 74

17. Mesin produksi, Sarana prasarana dan alat angkut di Atham Toys ... 76

18. Biaya Material di Atham Toys ... 77

19. Upah pegawai produksi di Atham Toys ... 79

20. Harga dan spesifikasi material di Atham Toys ... 81

21. Kebutuhan material di Atham Toys ... 82

22. Dimensi dan volume mainan edukatif di Atham Toys... 84

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kinerja total industri mainan Indonesia sebelum krisis moneter cukup baik. Hal tersebut diindikasikan dari pertumbuhan industri mainan pada periode 1989-1996 yang meningkat sebesar 60%. Fenomena pertumbuhan tersebut disebabkan peningkatan permintaan pasar dunia (Dianawati 2003).

Resesi global yang terjadi serta ketidakpastian kondisi politik dan ekonomi Indonesia pada tahun akhir tahun 1997 menyebabkan ketidakpercayaan terhadap kepastian pemenuhan order, sehingga importir beralih ke negara-negara lain yang mengakibatkan penurunan pertumbuhan total industri mainan Indonesia. Hal ini terlihat dari jumlah industri mainan yang menurun dari 52 industri mainan skala besar dan 106 industri mainan skala kecil pada tahun 1998 menjadi 43 industri mainan skala besar dan 95 industri mainan skala kecil pada tahun 2000 (sumber BPS 1998 dan 2000). Mulai pulihnya keadaan politik dan ekonomi dalam negeri menyebabkan industri mainan pun mulai kembali membaik. Pertumbuhan ekspor mainan meningkat dari $ 209,75 juta pada tahun 2006 menjadi $ 277,83 juta pada tahun 2008 (sumber BPS 2007 dan 2008).

Salah satu bahan baku yang banyak digunakan oleh industri mainan di Indonesia adalah kayu dan kayu olahan. Sifat kayu seperti kemudahan dalam proses pengerjaannya, awet, dan aman dalam penggunaanya karena tidak mengandung zat kimia yang berbahaya, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kayu dipilih sebagai bahan baku mainan anak. Disamping itu, produk mainan kayu juga memiliki peminat yang cukup tinggi khususnya produk mainan kayu yang memiliki nilai edukasi atau disebut juga dengan mainan edukatif dari kayu.

(14)

membuat masyarakat tetap memilih mainan kayu asal Indonesia1. Dilain pihak, untuk menjaga kelangsungan dan daya saing industri mainan kayu di Indonesia perlu dilakukan analisis biaya produksi mainan edukatif berbahan kayu dan MDF, sehingga industri mainan kayu dapat mengetahui biaya produksi, harga pokok mainan, tingkat Break Even Point (BEP), dan tingkat profitabilitas dari industri mainan edukatif dari kayu. CV Omocha Toys dan Atham Toys dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan mainan edukatif dari kayu dan MDF (Medium Density Fiberboard).

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya produksi, harga pokok dan tingkat profitabilitas dari industri mainan edukatif dari kayu.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pengusaha mainan edukatif berbahan baku kayu dan MDF tentang struktur biaya dan profitabilitas dari usaha mainan edukatif berbahan baku kayu dan MDF ini.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Industri

Siahaan (1996) dalam Anonim (2011), menggolongkan industri berdasarkan beberapa kriteria yaitu berdasarkan tenaga kerja, lokasi usaha, dan proses produksi yang secara rinci disajikan pada Tabel 1.

(16)

Tabel 1 Penggolongan industri menurut Siahaan (1996) dalam Anonim (2011) (lanjutan)

Kriteria Jenis Industri Ciri-ciri Contoh Industri Jumlah

(17)

Pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang diuraikan pada Tabel 2. Industri dalam surat keputusan tersebut dikelompokan menjadi industri kimia dasar (IKD), industri mesin logam dasar dan elektronika (IMELDE), aneka industri (AI), industri kecil (IK), dan industri pariwisata.

Tabel 1 Penggolongan industri menurut Siahaan (1996) dalam Anonim (2011) (lanjutan)

Kriteria Jenis Industri Ciri-ciri Contoh Industri Proses Industri ini sifatnya hanya menyediakan

(18)

sete-Tabel 2 Penggolongan industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986

Penggolongan Industri

(19)

Tabel 2 Penggolongan industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 (lanjutan)

Penggolongan Industri

Ciri-ciri Jenis Industri Contoh Industri Kecil perabotan dari tanah (gerabah) 2.2. Sejarah Mainan dari Kayu

Pertama kali mainan dibuat dari berbagai material, seperti batu, tongkat-tongkat kayu, dan tanah liat, umumnya mainan tersebut terbuat dari kayu, sebagai contoh boneka dibuat dari kayu yang dipahat dan rerumputan, orang-orang mesir kuno membuat mainan dengan cara disambung sehingga bagian-bagiannya dapat bergerak seperti nyata. Sulit untuk mengetahui kapan ditemukannya mainan kayu untuk pertama kali tapi para arkeolog menemukan bukti bahwa mainan kayu pertama kali dibuat oleh masyarakat Mesir kuno dan Yunani kuno (Mattoc 2009).

(20)

Mainan kayu mulai berkembang menjadi industri pada abad ke-18. Industri ini awalnya berkembang sebagai industri rumah tangga di Jerman, terutama di wilayah hutan karena pembelian harga kayu di daerah tersebut lebih murah. Pada masa itu para tengkulak membeli mainan kayu dari industri-industri rumah tangga untuk dijual kembali ke Amerika dan Eropa. Adapun mainan-mainan kayu yang banyak diminati, yaitu: Wooden Spinning Tops, Wooden

Rocking Horses/Hobby Horses, Wooden Dolls, Wooden Skittles, Wooden

Whistles, Wooden Rattles, Wooden Building Blocks, Wooden Sleds, Wooden

Miniature Animals (Mattoc 2009). Lebih lanjut, di Inggris berkembang juga

mainan kayu berupa puzzle kayu yang dibuat dengan menggunakan jigsaw. Mainan ini pertama kali dibuat oleh John Spilbury sekitar tahun 1760.

Abad berikutnya mainan kayu dibuat secara rinci, seperti boneka dengan rumah serta perabotannya sebagai mainan bagi anak perempuan, sedangkan untuk anak laki-laki dibuat satu set kereta api dan mobil-mobilan. Pada saat yang bersamaan, mainan kayu berupa konstruksi set menjadi populer. Mainan ini merupakan sekumpulan bagian-bagian yang terpisah yang dapat disusun untuk membentuk berbagai macam bangunan dan kendaraan. Mainan ini mirip lego yang ada saat ini (Mattoc 2009).

Pada akhir perang dunia ke II produksi mainan kayu menurun. Hal ini disebabkan bahan baku seperti karet, plastik dan besi mulai banyak digunakan untuk membuat mainan. Mainan dari bahan-bahan tersebut cepat populer karena harga mainan dengan bahan baku karet dan besi lebih murah dari mainan yang terbuat dari kayu (Mattoc 2009).

(21)

2.3. Mainan Edukatif dari Kayu

Seiring perkembangan dunia anak yang semakin maju, mainan untuk anak-anak semakin beraneka ragam. Mulai dari mainan tradisional sampai mainan import sudah menyebar hampir di seluruh Indonesia. Salah satu permainan yang sangat menjamur dan banyak diminati adalah mainan edukatif yang terbuat dari kayu.

Ismail (2006) dalam Usman (2009) mainan edukatif adalah jenis mainan yang besifat edukatif atau dapat memenuhi syarat sebagai perangsang bagi anak untuk terjadinya proses belajar anak. Mainan edukatif yang baik adalah yang dapat mengembangkan totalitas kepribadian anak, bukan karena kelucuan atau kebagusannya. Permainan yang sangat memiliki nilai edukatif tinggi ini memiliki harga yang terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat sehingga membuat mainan ini banyak diminati oleh masyarakat Indonesia2.

Manfaat dari mainan edukatif antara lain:

1. Melatih kemampuan motorik, stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak menjumput mainannya, meraba, memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar, dan mengangkat.

2. Melatih konsentrasi, alat permainan edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk kemampuannya dalam berkonsentrasi. Saat menyusun puzzle, katakanlah, anak dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya — ia tidak berlari-larian atau melakukan aktivitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya tidak memuaskan.

3. Mengenalkan konsep sebab akibat, contohnya, dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar anak akan memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang lebih besar. Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih kecil. Ini adalah pemahaman konsep sebab akibat yang sangat mendasar.

4. Melatih bahasa dan wawasan, alat permainan edukatif sangat baik bila dibarengi dengan penuturan cerita. Hal ini akan memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan berbahasa juga keluasan wawasannya.

2 Artikel yang terdapat pada toko piembiey toys(http://mainananakedukatif.blogspot.com/2009/07/

(22)

5. Mengenalkan warna dan bentuk, dari permainan edukatif, anak dapat mengenal ragam/variasi bentuk dan warna. Ada benda berbentuk kotak, segi empat, bulat dengan berbagai warna; biru, merah, hijau, dan lainnya3.

Tedjasaputra (2008) menyatakan bahwa suatu mainan dapat dikatakan sebagai mainan edukatif bila memiliki kategori sebagai berikut, diantaranya adalah:

1. Merangsang kemampuan dasar pada balita dan alat permainan yang memang sengaja dibuat untuk anak balita.

2. Memberikan stimulasi yang lebih beragam bagi anak dengan berbagai variasi mainan.

3. Melatih anak dalam problem solving, misalnya dalam permainan puzzle, anak diminta untuk menyusun potongan-potongannya menjadi utuh.

4. Melatih konsep-konsep dasar anak lewat alat mainan, anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan dasarnya, seperti mengenal bentuk, warna, besaran, juga melatih motorik halus.

5. Melatih ketelitian dan ketekunan anak, dengan mainan edukasi, anak tak hanya sekedar menikmati tetapi juga dituntut untuk teliti dan tekun ketika mengerjakannya.

6. Merangsang kreativitas anak, permainan edukatif ini mengajak anak untuk selalu kreatif lewat berbagai variasi mainan yang dilakukan. Bila sejak kecil anak terbiasa untuk menghasilkan karya, lewat permainan rancang bangun mainan kayu misalnya, kelak dia akan lebih berinovasi untuk menciptakan suatu karya, tidak hanya mengekor saja4.

Lebih lanjut Ismail (2006) dalam Usman (2009) menyebutkan ciri mainan edukatif adalah dapat merangsang anak secara aktif berpartisipasi dalam proses). Mainan ini melibatkan anak dalam permainan mainan edukatif tersebut, sebagai contoh: - alat-alat masak di dapur bisa disebut mainan edukatif saat anak sedang bermain peran memasak, anak terlibat dalam konsep bermainnya; - jam dinding bisa disebut mainan edukatif saat anak bermain mengenal waktu karena anak terlibat dalam proses bermain. Dilain pihak, robot-robotan atau mobil berbaterai kurang melibatkan anak, karena robotnya bergerak sendiri sehingga anak menjadi penonton saja.

3 Artikel yang terdapat pada website keluargasehat.wordpress(www.keluargasehat.wordpress.com)

(23)

Bentuk mainan edukatif biasanya instrumen, sehingga memungkinkan bagi anak untuk membentuk, merubah, dan mengembangkan sesuai imajinasinya serta dibuat untuk tujuan tertentu sesuai dengan target usia anak (Ismail 2006

dalam Usman 2009). Ada hasil akhir yang dicapai dari memainkan benda

tersebut, misalnya bermain boneka kucing, kelinci, anjing bisa ditujukan untuk mengenalkan jenis binatang agar anak tidak takut pada binatang tersebut. Oleh karena itu, boneka yang dikategorikan mendidik adalah boneka yang mendekati bentuk aslinya tanpa meninggalkan keceriaan dunia anak-anak. Dilain pihak tikus yang digambarkan seperti ”Micky Mouse” dan laba-laba seperti ”Spyderman” bisa menyesatkan anak-anak tentang bentuk asli tikus5. Bermain pada anak inipun ditujukan untuk mengembangkan kemampuan fisik motorik, kemampuan sosial-emosional, dan kemampuan kecerdasan (kognisi) (Ismail 2006 dalam Usman 2009).

Mainan kayu biasanya memiliki nilai edukatif karena mainan kayu merupakan permainan yang sederhana yang bisa mendorong anak-anak untuk menggunakan imaginasi mereka, puzzle kayu mendorong perkembangan kognitif dan juga mengembangikan kemampuan motorik mereka. Mainan-mainan kayu yang dapat dinaiki dan pedal mobil melatih kemampuan fisik mereka dan melatih perkembangan motorik. Mainan seperti miniatur peternakan dan stasiun pemadam kebakaran melatih mereka dalam perkembangan sosial dan emosi mereka mainan kayu memiliki nilai edukasi yang besar karena kesederhanaan mereka6. Beberapa contoh jenis produk mainan edukatif dari kayu yang diproduksi oleh industri mainan edukatif khususnya CV Omocha Toys adalah: Puzzles, Wire game, Block, Buah potong, Hammer, Maze, Menjahit, Life skill, Susun dan bentuk, Ronce (katalog produk CV Omocha Toys).7

Kecerdasan anak-anak perlu dilatih sedini mungkin, agar perkembangan inteligensinya lebih baik. Untuk anak dibawah usia lima tahun kita bisa

5 Artikel yang terdapat pada situs http//Zona orang gila.blogspot.com/2010/perbedaan-maianan-

edukatif-dengan-non.html

6 Artikel yang terdapat pada www.wikipedia.com

(24)

merangsang kecerdasannya dengan menggunaka mainan edukatif. Mainan yang sekaligus memiliki nilai-nilai pendidikan8.

Kualitas dari mainan kayu edukatif harus sangat diperhatikan karena kualitas yang dimiliki mainan eduktif ini tidak semua sama di setiap produsen mainan. Mulai dari kualitas bahan (kayu), cat (cat non toxic) dan juga kualitas permainan (nilai edukatif)9.

Alat peraga khususnya yang berupa mainan anak sangat terkait dengan aspek keamanan dan keselamatan, seperti permukaan atau ujung mainan tersebut tidak tajam sehingga tidak mudah melukai, cat yang dipergunakan tidak boleh mengandung bahan berbahaya seperti timah, arsen, atau jika ada tidak melebihi ambang batas yang ditentukan. Untuk itu, diperlukan suatu standar mutu produk mainan kayu sehingga alat peraga yang berupa mainan aman dari bahan-bahan yang berbahaya. Standar untuk alat peraga ini dikembangkan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan yang bertanggungjawab kepada Menteri Pendidikan Nasional.SNI yang dibuat meliputi Spesifikasi sifat fisis dan mekanis SNI 12.6527.1-2001, Spesifikasi sifat mudah terbakar SNI 12.6527.2-2001 Spesifikasi untuk perpindahan elemen-elemen tertentu SNI 12-6527.3-2001 (Badan Standarisasi Nasional 2009).

2.4. Kriteria Pemilihan Mainan Edukatif dari Kayu

Dunia anak-anak memang sangat lekat dengan mainan (Toys) dan hiburan. Tak sedikit orang tua yang berusaha melakukan apa saja demi kebahagiaan buah hatinya. Memberikan mainan adalah salah satu cara yang dilakukan para orang tua. Meski bertujuan untuk membahagiakan anak, orangtua juga harus memahami dan menyeimbangkan antara kebutuhan dan apa yang diinginkan anak, karena tak semua keinginan baik untuk perkembangan fisik maupun psikis anak. Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membeli mainan edukatif dari kayu, di

8 Artikel yang terdapat pada toko piembiey toys(http://mainananakedukatif.blogspot.com/2009/07

/mainan-edukatuf-dari-kayu-educational_13.html)

9 Artikel yang terdapat pada toko piembiey toys (http://mainananakedukatif.blogspot.com/2009/07

(25)

antaranya, sesuaikan dengan umur anak, sesuaikan dengan minat anak, dan perhatikan kualitas mainan10.

2.4.1. Kesesuaian dengan Umur Anak

Mainan edukatif biasanya memang dibuat sesuai dengan umur anak, sehingga mainan tersebut dapat membantu perkembangan anak. Untuk umur 0 - 7 bulan biasanya anak masih sangat senang dengan oralnya, yaitu dengan memasukan sesuatu kemulutnya untuk digigit-gigit, bentuknya bisa apa saja baik jari-jarinya, baju, dan sebagainya. Disinilah ibu harus mengawasi apa saja yang ia gigit. Pada masa ini mainan yang cocok adalah mainan yang aman dan lembut yang mudah digigit namun tidak mudah rusak. Sebaiknya mainan bersertifikasi

non toxic dan biasanya bermerk serta harganya cukup tinggi (Thamrin 2010).

Umur 8-12 bulan sudah dapat diberikan mainan kayu, biasanya mainan yang mendukung motorik kasar. Seperti hammer set, Geo sorter bentuk sederhana dan lain lain. Sedangkan untuk umur di atas 1 tahun dapat mulai divariasikan untuk mainannya, 1 tahun dapat diberikan kotak pos atau geo sangkar dan block yang besar (Thamrin 2010).

Umur 2 tahun, diberikan wiregame, geo basic, dan puzzle yang memiliki potongan besar dan mudah. Adapun ketika anak berumur 3 tahun akan banyak memiliki pilihan mainan dengan tingkat kesulitan yang bervariatif, biasanya anak akan lebih bosan dengan puzzle gambar. Oleh sebab itu lebih baik orang tua memberikan puzzle dengan warna warna yang berbeda dan pilihan yang banyak (Thamrin 2010).

2.4.2. Kesesuaian dengan Minat Anak

Setiap anak memiliki pribadi yang berbeda-beda. orang tua harus jeli Dalam memilih mainanyang sesuai dengan minat anak. Hal ini sangat berpengaruh pada pol a pikir anak, emosional, dan tumbuh kembang otak anak11. Mainan itu harus mendukung perkembangan anak. Berkaitan dengan minat anak,

10 Artikel yang terdapat pada toko piembiey toys(http://mainananakedukatif.blogspot.com/2009/07

/mainan-edukatuf-dari-kayu-educational_13.html)

11 Artikel yang terdapat pada toko piembiey toys(http://mainananakedukatif.blogspot.com/2009/07

(26)

maka mainan bayi/anak seharusnya dapat memberi kepuasan secara emosional kepada anak12.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui minat dari anak adalah dengan mengenali sifat-sifat anak anda dengan lebih dalam. Cari tahu apa yang menjadi hobi mereka, kemudian temukan mainan yang cocok untuk merek, atau bisa dengan cara memberikan kesempatan kepada mereka untuk memilih mainannya sendiri13.

2.4.3. Kualitas Mainan

Permainan edukatif tersedia dengan berbagai macam bahan. Untuk pemilihan mainan edukatif yang terbuat dari kayu, orang tua harus lebih waspada dalam hal penggunaan cat. Pastikan bahan-bahan dan cat tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Cat yang aman untuk anak adalah cat non toxic dan yang telah memiliki sertifikat dari Sucofindo14. Cat yang digunakan sebaiknya yang ramah lingkungan, yaitu menggunakan cat berbahan dasar air atau dikenal dengan water

base paint15.

Mainan kayupun tergolong mainan yang memiliki harga tinggi. Hal ini disebabkan karena mainan kayu adalah produk yang tergolong handmade atau barang kerajinan yang diproduksi oleh tangan-tangan trampil sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.

2.5.Proses Produksi Mainan Edukatif dari Kayu

Teknologi produksi dalam usaha mainan edukatif dari kayu merupakan gabungan antara teknologi sederhana dengan teknologi semi modern. Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern tercermin dalam penggunaan peralatan yang digerakkan dengan mesin listrik, meskipun masih dalam kendali

12Artikel yang terdapat pada

http//kamissore.blogspot.com/2009/05/tips-,mainan-edukatif-anak.html

13

Artikel yang terdapat pada toko piembiey toys(http://mainananakedukatif.blogspot.com/2009/07 /mainan-edukatuf-dari-kayu-educational_13.html)

14 Artikel yang terdapat pada toko piembiey toys(http://mainananakedukatif.blogspot.com/2009/07

/mainan-edukatuf-dari-kayu-educational_13.html)

(27)

pekerja bukan komputer. Pekerjaan dalam industri ini mengandalkan gabungan antara keterampilan tangan pekerja, baik dalam menggunakan peralatan sederhana/manual maupun dalam mengoperasikan peralatan semi modern. Dengan demikian tingkat keahlian tenaga kerja menjadi faktor yang kritikal untuk menghasilkan produk mainan edukatif dari kayu yang berkualitas baik.

Peralatan yang digunakan oleh para pengusaha mainan edukatif dari kayu, dapat dikelompokkan ke dalam beberapa peralatan mekanis dengan bantuan tenaga listrik dan peralatan manual yang dapat dilihat pada Tabel 3. Penggunaan peralatan dalam industri ini memerlukan keterampilan serta keahlian pekerja produksi, baik dari segi pengoperasian alat maupun kemampuan membuat bentukan kayu dengan ketelitian tinggi secara manual.

Tabel 3 Mesin-mesin dalam proses pembuatan mainan edukatif dari kayu

No. Mesin Fungsi

1 Cutting machine mesin ini digunakan untuk memotong kayu atau mdf

sesuai dengan ukuran mainan yang diproduksi

2 Scroll saw mesin ini berfungsi untuk membentuk mainan sesuai pola yang diinginkan

3 Planner mesin ini duganakan untuk menyerut komponen mainan edukatif dari kayu

4 Borer mesin ini berfungsi untuk melubangi mainan

5 Sander mesin ini untuk mengamplas, dimana fungsi dari amplas adalah menghaluskan hasil potongan dan permukaan mainan

6 Mesin profil mesin ini digunakan untuk membuat profil pada mainan edukatif dari kayu

7 Mesin bubut mesin ini berfungsi untuk membuat bentuk-bentuk tertentu pada komponen mainan edukatif dari kayu

(28)

Gambar 1 Alur proses pembuatan mainan anak (Sumber: wawancara dengan Bapak Tomo sebagai marketing PT Guru Mainan Anak pada Senin, 17 Mei 2010 Pukul 13.00 WIB)

.

Proses pembuatan mainan edukatif dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu pembuatan design dan pembahanan, pemotongan, pengampelasan, pewarnaan, perakitan, dan pengepakan. Proses produksi dimulai dengan pemberian design mainan edukatif berupa ukuran, warna, dan bentuk mainan edukatif kepada para pekerja produksi oleh Kepala produksi. Bahan baku berupa kayu di serut terlebih dahulu untuk memperoleh ketebalan komponen mainan edukatif yang diinginkan, sebelum dipotong dengan menggunakan cutting

machine, atau scroll saw, sehingga menjadi ukuran panjang dan lebar komponen

mainan edukatif yang akan diproduksi. Proses berikutnya komponen mainan edukatif dilubangi dengan borer terlebih dahulu atau bisa langsung dihaluskan dengan menggunakan sander dan amplas manual, tergantung design mainan yang

Penjaminan mutu Pengecatan dan

finishing

Packing

Pemilahan produk dan pengamplasan

Perakitan mainan edukatif

dari kayu Penutupan pori-pori Pembuatan design mainan

edukatif dari kayu dan

pembahanan dengan planer

Pemotongan kayu berdasarkan

ukuran dan design dengan

mengunakan cutting machine,

scroll saw

Pengeboran dengan borer dan

Penghalusan (pengampelasan pertama)

komponen

produk mainan edukatif dari kayu dengan

(29)
(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi produsen mainan edukatif dari kayu yaitu di CV Omocha Toys, Bogor, Jawa Barat dan di Atham Toys, Tangerang, Banten pada bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011.

3.2. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini mengumpulkan data primer dan data sekunder. Kedua jenis data ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer didapatkan dengan cara mengukur dan wawancara secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara mencatat data yang tersedia dilapangan. Jenis data dan pengumpulan data secara lengkap disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis data dan pengumpulan data

Jenis Data Data Cara Pengumpulan Data Sumber Data Data

Primer

-Proses pro-duksi

-Pengamatan di lapangan - Pabrik

-Gaji pegawai -Wawancara kepala pro--Penyusutan -Wawancara kepala

produksi dan pemi-lik perusahaan

- Kantor

-Biaya

peme-liharaan

-Wawancara kepala produksi dan pemi-lik perusahaan

(31)

Tabel 4 Jenis data dan pengumpulan data (lanjutan)

Jenis Data Data Cara Pengumpulan Data Sumber Data Data - Jenis produk -Mencatat dari katalog

produk perusahaan

Data primer dan data sekunder yang diperoleh selanjutnya dianalisis. Analisis data yang dilakukan adalah analisis produktivitas, analisis biaya produksi, analisis harga pokok, dan analisis profitabilitas.

3.3.1. Analisis Produktivitas

Produktivitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa per satuan waktu. Analisis produktivitas ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung dilapangan. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung jumlah produk yang selesai dikerjakan pada tiap tahapan produksi dalam kurun waktu satu jam.

3.3.2. Analisis Biaya Produksi

Analisis biaya produksi dilakukan untuk mengetahui struktur biaya yang diperlukan dalam industri mainan edukatif dari kayu. Biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan, biaya penyusutan, bunga modal, pemeliharaan, dan biaya

overhead. Sementara biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya pekerja

(32)

Gaji karyawan terdiri dari gaji harian, mingguan dan bulanan. Gaji harian dan mingguan diberikan perusahaan kepada para pekerja tidak tetap atau

outsourcing, sedangkan gaji bulanan diberikan perusahaan kepada karyawan

tetap. Besarnya gaji tergantung dari jabatan dan kebijakan perusahaan dan dihitung sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.

Biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penggunaan mesin-mesin dan peralatan yang diperhitungkan disini adalah jumlah biaya penyusutan (depresiasi), bunga modal, asuransi, dan biaya pemeliharaan dari modal tetap perusahaan. Penghitungan biaya penyusutan mesin, biaya penggunaan mesin-mesin mengacu pada Simangunsong (2005) dalam Purnama (2005) dimana biaya penyusutan mesin dan peralatan dapat dihitung dengan persamaan (3), cara perhitungan depresiasi mesin dapat dilihat pada persamaan (1), sedangkan biaya bunga modal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2).

1

∑ 1

2 % 2

3

(33)

4

∑ 1

2 5

6

Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses pengangkutan barang hasil produksi. Biaya pengangkutan yang diperhitungkan disini adalah jumlah biaya penyusutan, bunga modal, asuransi dan pemeliharaaan, serta umur alat yang dipakai. Persamaan yang digunakan untuk menghitung biaya pengangkutan adalah persamaan (7).

" " " "

7

Dimana:

Bpm = Biaya penggunaan mesin dan peralatan mainan edukatif (Rp/unit);

Bsp = Biaya penggunaan sarana dan prasarana per satu buah mainan edukatif (Rp/unit);

Bp = Biaya penggunaan alat angkut (Rp/unit); D = Depresiasi (Rp/bulan);

M = Biaya bunga modal (Rp/bulan); S = Biaya pemeliharaan (Rp/bulan); B = Harga beli (investasi) (Rp); N = Masa pakai ekonomis (Bulan); R = Nilai sisa (rongsokan) (Rp); I = Biaya asuransi (Rp/bulan);

J = Jam kerja dalam 1 bulan (Jam/bulan);`

(34)

Wu = Waktu penggunaan mesin dan peralatan ke-u per satu buah mainan edukatif (Jam/unit);

I% = Tingkat bunga per bulan (% per bulan);

u = 1,2,...n; jenis mesin-mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi;

v = 1,2,...n; jenis sarana dan prasarana yang dipergunakan dalam proses produksi; dan

w = 1,2,...n; jenis dari alat angkut yang dipergunakan dalam proses produksi.

Biaya variabel terdiri dari biaya pekerja produksi, biaya bahan baku kayu, biaya bahan pelengkap dan biaya pengecatan serta finishing. Biaya bahan baku kayu untuk setiap satu buah produk mainan edukatif dihitung dengan menggunakan rumus:

$% &'(' 8 Dimana:

Bkb = Biaya bahan baku kayu (Rp unit);

Lj = Kebutuhan bahan baku kayu untuk memproduksi satu produk mainan edukatif dari kayu ke- j (m3/unit);

Hj = Harga bahan baku kayu (Rp/m3).

Bahan pelengkap terdiri dari plastik, paku, sekrup, lem, cat. Dengan memerhatikan formulasi yang dipergunakan dari harga setiap komponennya dihitung dengan cara:

% * +'(' 9

Dimana:

Bbp = Biaya bahan baku pelengkap (Rp unit); aj = Kebutuhan bahan pelengkap ke- j; Hj = Harga bahan pelengkap ke – j;

j = 1,2,3……..n, jenis bahan pelengkap dalam pembuatan mainan edukatif.

(35)

Analisis harga pokok perlu dilakukan untuk mengetahui perbandingan biaya produksi terhadap kegiatan usaha yang telah dilakukan sebagai patokan penentuan harga jual. Analisis harga pokok dihitung dengan menggunakan metode pembagian (Sumarni & Soeprihantono 1993) seperti pada persamaan (10) dimana p% merupakan besarnya keuntungan yang ingin diperoleh oleh perusahaan.

(- 1 .% / 10

Dimana:

HP = Harga pokok (Rp);

T = Total biaya untuk memproduksi mainan edukatif (Rp/Bulan); Q = Rata-rata produksi mainan edukatif (Unit/Bulan);

p% = Persen keuntungan yang ingin diperoleh (% per tahun).

3.3.4. Analisis Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari hasil penjulan produk yang dihasilkan. Profitabilitas ini dapat dilihat dari nilai BEP (Break Even Point), nilai perkalian antara MIR (Marginal Income Ratio) dan MOS (Margin Of Safety), dan nilai ROI (Return Of Investment).

Break even point adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan,

perusahaan tersebut tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian (Sigit 1987) dalam Purnama (2005). Analisis ini memberikan gambaran pada perusahaan tingkat volume penjualan minimum yang tidak mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Analisis

Break Event Point (BEP) dihitung dengan menggunakan persamaan (11).

' 21'

' 3' 11 Dimana:

Nj = Tingkat produksi mainan edukatif jenis ke- j pada titik impas;

(36)

Cj = Biaya variable persatuan unit produksi jenis j (Rp/Unit); Ej = Harga persatuan unit jenis j (Rp/Unit);

j = 1,2,………..n ; jenis mainan edukatif yang dihasilkan.

Profitabilitas dapat dilihat dari hasil kali antara Margin Income Ratio (MIR) dan Margin of Safety (MOS). Margin Income Ratio adalah rasio antara

margin income dengan hasil penjualannya. Rasio ini menggambarkan bagian dari

hasil penjualan produk yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan laba. Nilai MIR yang semakin besar menunjukan keadaan perusahaan yang semakin baik karena kemampuan perusahaan untuk menutup biaya tetap dan mendapat laba semakin besar. MIR diperoleh dengan menggunakan persamaan (13). Sementara itu, Margin Of Safety menunjukan hubungan antara volume penjualan yang dianggarkan atau diperkirakan dengan volume penjualan pada titik impas. Hubungan ini disebut sebagai batas keamanan bagi perusahaan agar tidak merugi dan juga tidak pula memperoleh laba (Sigit 1987). Semakin tinggi nilai MOS maka tingkat keamanan perusahaan untuk menurunkan volume produksi atau penjualannya semakin besar. MOS didapatkan dengan menggunakan persamaan (14)

- 4 5 12

Dimana:

P = Profitabilitas;

MIR = Margin Income Ratio; MOS = Margin of Safety.

% 2 32 13

5 % 2. 2.2. ' 14

Dimana:

(37)

Q = Jumlah produk;

Nj = Produksi pada saat titik impas;

j = 1,2,3..., n; jenis mainan edukatif dari kayu.

ROI adalah kemempuan perusahaan dalam mengembalikan investasi dari keuntungan yang diperoleh. ROI dihitung dengan menggunakan persamaan (15) dibawah ini:

5 978 100 15 Dimana:

ROI = Kemampuan perusahaan memperoleh laba; Ni = Laba bersih perusahaan per tahun (Rp/Tahun);

(38)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. CV Omocha Toys

CV Omocha Toys merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan dan penjualan mainan edukatif. Mainan edukatif yang diproduksi oleh CV Omocha Toys pada umumnya berbahan baku kayu dan MDF (Medium

Density Fiberboard).

4.1.1. Keadaan Umum Perusahaan

CV Omocha Toys tergolong industri berorientasi pada tenaga kerja berdasarkan penggolongan lokasi usaha, karena lokasi berdirinya pabrik di daerah sekitar pemukiman para pekerjanya. Sedangkan menurut proses produksinya CV Omocha Toys tergolong sebagai industri hilir, karena produk yang dihasilkannya bisa langsung digunakan oleh konsumen.

CV Omocha Toys didirikan oleh Yuni Yoyok. Ketertarikan Yuni terhadap mainan edukatif berawal dari berita di sebuah tabloid. Pada awalnya Yuni menjual mainan edukatif sendiri secara “kaki lima” di setiap hari minggu, sedangkan hari biasa Yuni berjualan dari pintu ke pintu, ke TK, RA, dan play group di Kota Bogor. Akibat tingkat penjualan yang terus bertambah, maka Yuni mulai merasa perlu mempunyai showroom dan tempat produksi yang lebih mumpuni, sehingga Yuni pun memberanikan diri untuk menyewa tempat di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Bogor.

Internet menjadi salah satu sarana yang digunakan oleh Yuni untuk menawarkan barang-barang hasil produksinya. Tawaran berbagai pihak untuk menjadi distributor produk-produk mainan edukatif yang diproduksi oleh Yuni, semakin membuat CV Omocha Toys terus berkembang menjadi seperti saat ini.

(39)

juta dan sarana prasarana sebesar Rp 18 juta. CV Omocha Toys berlokasi di Griya Melati Blok A4 No. 12A/14 Bubulak, Bogor Barat, Jawa Barat 16115 Indonesia.

4.1.2. Proses Produksi

Proses produksi pembuatan mainan edukatif di CV Omocha Toys dibagi menjadi 2 yaitu proses pembuatan balok dan proses pembuatan maze dan puzzle. Proses pembuatan balok dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan proses pembuatan maze dan puzzle terlihat pada Gambar 4. Pada Gambar 3 terlihat proses produksi mainan balok kayu di CV Omocha Toys dimulai dengan memilah bahan baku yang tepat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku kayu. Bahan baku kayu yang digunakan CV Omocha Toys berupa kayu utuh dan kadang pula menggunakan limbah dari industri kayu, kayu yang digunakan biasanaya jenis kayu pinus, karet dan sungkai atau jati belanda. Limbah industri kayu yang didapatkan memiliki spesifikasi ukuran yang tidak seragam dan juga memiliki cacat-cacat akibat proses industri, sehingga pemilahan kayu sebagai bahan baku menjadi sangat penting. Proses setelah pemilahan kayu adalah proses penyerutan dengan planer atau jika ukuran tebal sudah memenuhi bahan baku kayu langsung dipotong dengan menggunakan tabel

saw. Kayu dipotong sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan dan memerhatikan

spilasi pemotongan sebesar 4 mm.

Pengamplasan Perakitan

Gambar 2 Proses produksi balok 30 dan 42.

(40)

ujung permukaan kayu. Proses selanjutnya bagian kayu diamplas menggunakan tangan untuk menghaluskan permukaan kayu sebelum memasuki proses pengecatan. Pengecatan di CV Omocha Toys dilakukan 2 tahap yaitu pemberian warna dasar, pemberian warna utama. Sebelum kayu diberi warna utama kayu diamplas untuk menghaluskan permukaan dan menghilangkan debu yang menempel. Setelah pemberian warna utama maka kayu diberi melamine agar terlihat lebih mengkilat dan cat yang telah diberikan menjadi lebih menempel pada kayu. Sebelum dilakukan proses pengepakan atau packing dilakukan terlebih dahulu proses perakitan produk, setelah produk dirakit maka produk akan dipacking dengan menggunakan bungkus plastik.

Gambar 3 Alur proses pembuatan balok 41, balok 30 di CV Omocha Toys (Sumber: Pengamatan langsung di CV Omocha Toys).

Pada pembuatan puzzle dan maze bahan baku yaitu MDF ukuran 122 cm x 244 cm x 0,3 cm atau ukuran 122 cm x 244 cmx 0,6 cm dipotong berdasarkan ukuran yang ditentukan yaitu 20 cm x 30cm sampai ukuran 30 cm x 30 cm. Mesin

scroll saw digunakan sebagai pemotong MDF, sehingga MDF dipotong

membentuk alur pada maze dan bagian-bagian yang kecil atau kepingan puzzle

(41)

atau maze. Setelah proses pemotongan maka ujung wadah puzzle atau maze diamplas dengan menggunakan belt sander. Amplas tangan digunakan untuk kepingan-kepingan puzzle atau maze. Proses pengamplasan bertujuan agar sudut-sudut tajam pada puzzle atau maze menjadi tumpul. Proses perakitan dilakukan secara manual setelah permukaan puzzle atau maze tidak tajam dan proses terakhir adalah proses packing puzzle maupun maze dengan menggunakan packing plastik dan pemanas packing. Untuk lebih jelas proses pembuatan puzzle dan maze dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Alur proses produksi maze dan puzzle di CV Omocha Toys (Sumber: pengamatan langsung di CV Omocha Toys Desember 2010).

Pemotongan dengan scroll saw Penempelan stiker Gambar 5 Proses produksi puzzle dan maze.

Pemotongan MDF menjadi ukuran yang diinginkan dengan

menggunakan tabel saw

Penempelan stiker secara

manual

Pemotongan dengan scroll saw

Penempelan alas secara

manual Penumpulan ujung

dengan belt sander dan amplas manual Perakitan

secara manual

Packing secara

(42)

4.1.3. Sistem Ketenagakerjaan

CV Omocha Toys tergolong dalam industri sedang dengan jumlah pekerja sebanyak 36 orang. CV Omocha Toys memiliki 30 orang tenaga kerja produksi dengan gaji yang berbeda sesuai dengan kemampuan pekerja tersebut. Kisaran gaji di CV Omocha Toys adalah Rp 15.000 - Rp 50.000 per hari, gaji pegawai dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Meskipun CV Omocha Toys memiliki

workshop sendiri, tetapi pimpinan sekaligus pemilik dari usaha ini tetap harus

membayar secara borongan tergantung dari produk yang dibuat. Pemilik sekaligus pemimpin perusahaan hanya menyediakan workshop dan bahan-bahan yang diperlukan untuk kegiatan produksi. Selain ke 30 tenaga kerja di workshop, Yuni juga memiliki 6 orang pekerja non produksi yang bertugas sebagai teknisi mesin, penjaga gudang, marketing, penjaga toko (showrom), dan pekerja administrasi. Gaji para pekerja non produksi dibayarkan setiap bulan dengan jumlah tertentu tergantung pada jabatannya.

Tabel 5 Gaji pegawai di CV Omocha Toys

Jabatan Jumlah pekerja

(orang)

Gaji (Rp/bulan)

Pekerja produksi 30 22.110.000

Mandor 1 1.500.000

Operator mesin 4 1.200.000

Cat 4 990.000

Operator scroll saw 6 750.000

Perakitan dan penempel

stiker 4 600.000

Amplas 11 450.000

Total gaji pekerja non

produksi 6 4.500.000

Total 36 26.610.000

(Sumber : wawancara dengan pemilik perusahaan)

4.1.4. Produk dan Pemasaran

(43)

Maze peternakan Puzzle kura-kura Puzzle hijaiyah

jelasnya produk yang dihasilkan di CV Omocha Toys dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk periode April 2010 sampai dengan September 2010 jumlah produk yang dihasilkan sebanyak 17.797 unit dari 180 jenis mainan edukatif. Dimana jumlah produk yang diproduksi sesuai dengan jumlah pesanan dan stok produk yang dibutuhkan untuk retail.

Pemasaran produk biasanya melalui distributor-distributor dan retail, yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Harga produk pun bervariasi dari harga Rp 30,00 ribu sampai Rp 266,00 ribu.

Gambar 6 Produk yang dihasilkan CV Omocha Toys.

4.2. Atham Toys

Atham Toys merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan dan penjualan alat peraga edukatif termasuk di dalamnya mainan edukatif dari kayu. Pada umumnya mainan edukatif yang diproduksi oleh Atham Toys berbahan baku kayu dan MDF (Medium Density Fiberboard).

4.2.1. Keadaan Umum Perusahaan

Atham Toys tergolong industri berorientasi pada tenaga kerja, karena lokasi berdirinya pabrik Atham Toys di daerah sekitar pemukiman para pekerjanya, sedangkan menurut proses produksinya Atham Toys tergolong sebagai industri hilir karena produk yang dihasilkannya bisa langsung digunakan oleh konsumen.

(44)

perusahaan elektronik terkemuka di Indonesia. Pada awalnya Thamrin tertarik dengan mainan edukatif dari kayu ketika Beliau hendak membelikan mainan untuk anaknya. Ketika mencari mainan yang cocok untuk anaknya, Thamrin melihat mainan edukatif dari kayu. Akibat dari harga yang cukup mahal untuk mainan edukatif dari kayu ini, membuat Thamrin tertarik untuk menggeluti bisnis penjualan mainan edukatif tersebut. Thamrin mulai mencari tahu tentang mainan edukatif dari kayu dengan cara mempelajari proses pembuatan mainan edukatif dari kayu ini.

Pengalamannya sebagai marketing membantu Thamrin jeli dalam memasarkan produk-produk mainan edukatifnya yang berasal dari hasil kerjasamanya dengan pengrajin mainan edukatif, Thamrin pun memasarkan produknya ke TK dan playgroup. Penjualan yang terus meningkat membuat Thamrin memutuskan untuk menyewa kios sebagai tempat Beliau berjualan, selain itu Thamrin juga memasarkan produk-produk yang dijualnya secara online. Banyaknya komplain mengenai kualitas produk mainan edukatif yang dijual Thamrin, membuat Thamrin mengambil keputusan untuk memproduksi mainan edukatif dari kayu sendiri. Untuk membangun workshop Thamrin menggandeng adik kandungnya (Buchori) sebagai kepala produksi. Setelah 3 tahun berkembang jumlah pekerja di Atham Toys bertambah dari 4 orang menjai 12 orang pegawai.

Modal Atham Toys berasal dari pemilik perusahaan. Total investasi Atham Toys sampai dengan bulan Januari 2011 adalah Rp 323,35 juta. Investasi mesin produksi di Atham Toys sebesar Rp 37,75 juta, sedangkan investasi terbesar Atham Toys dialokasikan untuk membeli tanah workshop sebesar Rp 165 juta dan membangun workshop sebesar Rp 120 juta. Atham Toys berlokasi di Jl. Kayu Gede 3 No.47 RT 08 RW 03 Desa Pakujaya, Serpong, Tangerang, Banten.

4.2.2. Proses Produksi

(45)

pengamplasan, sedangkan produk CV Omocha Toys tidak mengalami proses pengeboran.

Pada Gambar 8. terlihat proses produksi mainan edukatif kayu di Atham Toys dimulai dengan memilah bahan baku yang tepat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku kayu. Bahan baku kayu yang digunakan Atham Toys berupa limbah dari industri kayu, limbah industri kayu yang didapatkan memiliki spesifikasi ukuran yang tidak seragam dan juga memiliki cacat-cacat akibat proses industri, sehingga pemilahan kayu sebagai bahan baku menjadi sangat penting. Proses setelah pemilahan kayu adalah proses pemotongan, kayu dipotong sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan dengan memerhatikan spilasi pemotongan sebesar 4 mm.

(46)

Hand jigsaw Table saw

Gambar 7 Mesin produksi di Atham Toys.

Gambar 8 Alur proses pembuatan geobangun bertingkat dan wire game di Atham Toys (Sumber: Pengamatan langsung di Atham Toys periode November 2010-Januari 2011).

4.2.3. Sistem Ketenagakerjaan

(47)

gudang, marketing, penjaga toko (showrom), dan pekerja administrasi. Gaji para pekerja non produksi dibayarkan setiap bulan dengan jumlah tertentu tergantung dari jabatan. Gaji pekerja di Atham Toys dapat terlihat pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6 Gaji pegawai di Atham Toys

Jabatan Jumlah pekerja

(orang)

Gaji (Rp/bulan)

Pekerja produksi 9 10.400.000

Mandor dan operator

tabel saw 1 2.000.000

Operator mesin 5 1.200.000

pekerja biasa 4 600.000

Total gaji pekerja non

produksi 5 5.100.000

Total gaji 24 15.500.000

(Sumber : wawancara dengan pemilik perusahaan)

4.2.4. Produk dan Pemasaran

Jenis produk yang biasa dihasilkan di Atham Toys di antaranya adalah

puzzle, wire game, maze, geobangun, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 9. Jumlah produk yang dihasilkan untuk bulan Januari 2011 sebanyak 1.250 unit dari 4 jenis mainan edukatif. Pada Atham Toys sedikit berbeda dengan CV Omocha Toys, jumlah produk yang dihasilkan justru dibuat untuk stok penjualan. Dimana bila produk sudah siap jual maka Atham Toys akan menghubungi para agen distributornya.

Gambar 9 Produk yang dihasilkan di Atham Toys.

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di CV Omocha Toys dan Atham Toys, maka didapatkan biaya produksi, harga pokok dan profitabilitas.

5.1.1. Biaya Produksi

CV Omocha Toys dalam kurun waktu 6 bulan (April-September 2010) paling banyak memproduksi puzzle ikan sebanyak 2023 unit dan paling sedikit memproduksi maze magnet kupu-kupu yaitu sebanyak 59 unit. Rata-rata produksi tiap unit produk per 6 bulan dapat dilihat pada Tabel 7. Pada Atham Toys dalam kurun waktu November 2010-Januari 2011 memproduksi wire game 3 line sebanyak 450 unit, wire game 2 line sebanyak 400 unit dan geobangun bertingkat sebanyak 400 unit. Untuk lebih jelasnya produksi Atham Toys terlihat pada Tabel 8.

Berdasarkan data di atas maka didapatkan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh CV Omocha Toys sebesar Rp158,87 juta per 6 bulan. Biaya

overhead menjadi biaya yang mempunyai nilai paling besar yaitu Rp 68,53 juta

per 6 bulan atau memiliki persentase 43,14% dari total biaya produksi. Biaya

overhead ini terdiri dari gaji pekerja tak langsung termasuk gaji mandor, sewa

toko, biaya telekomunikasi dan biaya listrik workshop. Biaya bunga modal menjadi komponen biaya terkecil dalam biaya produksi di CV Omocha Toys yaitu sebesar Rp 5,51 juta per 6 bulan dan memiliki persentase 3,47% dari total biaya produksi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk memproduksi Balok 42 yaitu Rp 11,79 juta per 6 bulan, sedangkan biaya terendah terdapat pada produk

puzzle angka 1-20 yaitu Rp 945,72 ribu per 6 bulan. Biaya variabel terendah pada

(49)

Nama Produk

Puzzle angka simbol 1.152

646,13 418,81 728,87 1.793,81 2.788,44 976,27 3.764,72 5.558,52

Puzzle huruf kecil 492

Puzzle hijaiyah bunga 572

(50)

Puzzle doa 361

202,48 131,24 228,40 562,12 873,81 305,93 1.179,74 1.741,86

Puzzle angka 1-20 196

109,93 71,26 124,01 305,20 474,42 166,10 640,52 945,72

Maze magnet

kupu-kupu 59

34,44 21,75 43,79 99,97 957,07 58,70 1.015,77 1.115,74

Maze peternakan 498

290,68 183,59 369,59 843,86 2.662,57 495,47 3.158,04 4.001,89

Balok 30 254

1.089,82 304,10 398,51 1.792,43 5.532,56 1.118,58 6.651,14 8.443,57

Balok 42 207

1.234,75 325,29 402,57 1.962,61 8.860,14 972,72 9.832,85 11.795,46

Total 13.860 9.873,07 5.507,99 9.707,14 68.532,68 93.620,89 51.341,11 13.913,69 65.254,80 158.875,68

Presentase (%) 6,21 3,47 6,11 43,14 58,93 32,32 8,76 41,07 100,00

(Sumber : Hasil pengolahan data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan di lapangan )

Keterangan : (5)=(1)+(2)+(3)+(4) (9)=(5)+(8)

(51)

Nama produk

(Sumber : Hasil pengolahan data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan di lapangan )

Keterangan : (5)=(1)+(2)+(3)+(4)

(8)=(6)+(7)

(52)

Total biaya produksi pada Atham Toys adalah Rp 47,40 juta per 3 bulan dengan komponen biaya produksi terbesar terdapat pada biaya overhead yaitu sebesar Rp 21,50 juta per 3 bulan atau sekitar 45,36%. Biaya overhead yang dihitung di Atham Toys terdiri dari biaya sewa toko, gaji pegawai tak langsung, biaya listrik workshop dan biaya telekomunikasi. Komponen biaya terendah di Atham Toys terdapat pada pemeliharaan yaitu Rp 2,43 juta per 3 bulan. Biaya produksi tertinggi pada Atham Toys terdapat pada wire game 3 line yaitu sebesar Rp 9,63 juta per 3 bulan, biaya terendah terdapat pada produk wire game 2 line sebesar Rp 7,02 juta per 3 bulan. Wire game 3 line memiliki biaya variable paling tinggi yaitu Rp 5,53 juta per 3 bulan. Sedangkan biaya variable terendah terdapat pada produk wire game 2 line yaitu sebesar Rp 3,59 juta per 3 bulan, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Biaya tetap terbesar untuk produk Atham Toys terdapat pada produk wire game 3 line sebesar Rp 4,1 juta per 3 bulan. Biaya tetap terendah terdapat pada wire game 2 line yaitu Rp 3,43 juta per 3 bulan.

Biaya produksi per unit produk di CV Omocha Toys dapat dilihat pada Lampiran 1. Biaya produksi terbesar per unit produk di CV Omocha Toys terdapat pada produk balok 42 yaitu Rp 61,93 ribu per unit, sedangkan biaya produksi

puzzle berkisar Rp 9,77 ribu per unit sampai Rp 14,15 ribu per unit. Biaya

variabel terbesar di CV Omocha Toys untuk memproduksi per unit berkisar Rp 3,27 ribu per unit pada beberapa produk puzzle sampai dengan Rp 47,50 ribu per unit untuk balok 42 dan untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Material bahan baku pada produk yang dihasilkan CV Omocha Toys merupakan komponen biaya variabel yang paling besar baik untuk produk berbahan baku kayu maupun produk yang berbahan baku MDF, kecuali untuk maze magnet kupu-kupu. Pada produk berbahan baku kayu biaya bahan baku memiliki presentase 47% - 55% dari total biaya variabel. Produk berbahan baku MDF, biaya bahan baku MDF berkisar 36% - 59% dari total biaya variabel. Pada produk

maze magnet kupu-kupu, kertas acrilik merupakan komponen biaya variabel yang

(53)

Biaya tetap per unit di CV Omocha Toys berkisar Rp 6,50 ribu per unit sampai dengan Rp 14,43 ribu per unit.

Biaya per unit terbesar di Atham Toys terdapat pada produk geobangun bertingkat yaitu Rp 40,19 ribu per unit, sedangkan biaya per unit terkecil terdapat pada produk wire game 2 line sebesar Rp 34,76 ribu per unit. Biaya variabel terbesar terdapat pada produk geobangun bertingakat yaitu Rp 13,43 ribu per unit biaya terendah terdapat pada produk wire game 2 line Rp 8,98 ribu per unit. Biaya tetap terendah terdapat pada produk wire game 2 line dengan biaya Rp 25,78 ribu per unit, sedangkan geobangun bertingkat merupakan produk dengan biaya tetap tertinggi yaitu Rp 26,76 ribu per unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

Biaya material yang paling besar untuk produk wire game adalah biji bubut yaitu sebesar Rp 1,8 ribu per unit, untuk memproduksi satu unit wire game 2 line dibutuhkan biji bubut sebanyak dua unit sehingga memakan biaya sebesar Rp 3,6 ribu (39% dari total biaya variabel), sedangkan untuk memproduksi wire

game 3 line dibutuhkan tiga unit dengan biaya sebesar Rp 5,4 ribu (41% dari total

biaya variabel). Biaya biji bubut ini lebih besar dibandingkan dengan biaya bahan baku kayu yang hanya Rp 439,10 per unit (5% dari total biaya variabel) untuk

wire game 2 line dan Rp 462,48 per unit (4% dari total biaya variabel) untuk wire

game 3 line. Biaya material yang paling tinggi untuk produk geobangun

bertingkat adalah vernis/melamin sebesar Rp 1,92 ribu per unit (14% dari total biaya variabel). Luas permukaan produk geobangun bertingkat yang besar menyebabkan kebutuhan akan melamin menjadi besar.

5.1.2. Analisis Harga Pokok

(54)

Omocha Toys memiliki harga pokok di bawah harga jual, hal ini menunujukan CV Omocha Toys mendapatkan keuntungan atas setiap produk yang dijualnya.

Harga pokok mainan edukatif Atham Toys terbesar dengan asumsi keuntungan yang diperoleh 14,5% adalah produk geobangun bertingkat yaitu sebesar Rp 41,76 ribu per unit, sedangkan harga pokok terendah di Atham Toys terdapat pada produk wire game 2 line sebesar Rp 36,02 ribu per unit. Dari perhitungan harga pokok telihat bahwa harga jual produk Atham Toys berada di atas harga pokoknya. Ini berarti Atham Toys pun mendapatkan keuntungan dari setiap penjualan produk mainan edukatifnya. Harga pokok untuk setiap jenis mainan Atham Toys dapat dilihat pada Tabel 10.

5.1.3. Profitabilitas

Break Even Point (BEP) di CV Omocha Toys berkisar 7 unit per 6 bulan

sampai 493 unit per 6 bulan, dengan nilai BEP paling rendah terdapat pada maze magnet kupu-kupu. Puzzle ikan memiliki BEP paling besar, dimana nilai BEP untuk CV Omocha Toys dapat dilihat pada Tabel 11. Dengan demikian CV Omocha Toys harus berproduksi diatas BEP agar perusahaan memperoleh laba. Dari analisis data terlihat bahwa CV Omocha Toys berproduksi diatas nilai BEP-nya.

Terlihat dari Tabel 12 bahwa wire game 2 line memiliki nilai BEP paling tinggi yaitu 225 unit per 3 bulan dan geobangun bertingkat memiliki nilai BEP paling rendah sebesar 160 unit per 3 bulan. Berdasarkan analisis data Atham Toys berproduksi lebih besar dari BEP-nya.

(55)

ribu dan MIR 89,11% maka bagian yang menutupi produksi dan laba adalah Rp 26,73 ribu.

Nilai MIR rata-rata dari ketiga produk Atham Toys adalah 82,28%. Produk wire game 2 line menjadi produk yang memiliki nilai MIR terbesar yaitu 83,67% dengan harga jual Rp 55 ribu berarti bagian yang menutupi laba dan biaya produksi adalah Rp 45,75 ribu, sedangkan produk wire game 3 line memiliki nilai MIR terendah yaitu sebesar 79,71%. Lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 12.

MOS rata-rata produk CV Omocha Toys adalah 72,57%. Dari Tabel 11 terlihat MOS di CV Omocha Toys berkisar 44,58% pada puzzle cars dan puzzle princess sampai dengan 89,43% pada maze magnet kupu-kupu. Tingkat MOS yang tinggi menunjukan bahwa CV Omocha Toys dapat melakukan penurunan volume produksi yang cukup tinggi tanpa mengalami kerugian.

Rata-rata nilai MOS ketiga produk Atham Toys adalah 52,59% dengan produk geobangun bertingkat memiliki nilai terbesar yaitu 60,04%. Produk wire

game 2 line memiliki nilai MOS paling rendah yaitu 43,97%.

Pada Tabel 11 terlihat bahwa profitabilitas dari hasil perkalian MIR dan MOS, terbesar di CV Omocha Toys terdapat pada produk maze peternakan yaitu sebesar Rp 7,84 ribu. Profitabilitas terendah terdapat pada produk puzzle cars dan

puzzle princess yaitu sebesar Rp 3,49 ribu.

Tingkat profitabilitas paling tinggi pada Atham Toys dimiliki oleh produk geobangun bertingkat yaitu sebesar Rp 4,93 ribu, sedangkan produk yang memiliki profitabilitas terendah yaitu produk wire game 2 line yaitu sebesar Rp 3,68 ribu.

(56)

Gambar

Tabel 1 Penggolongan industri menurut Siahaan (1996) dalam Anonim (2011)
Tabel 1 Penggolongan industri menurut Siahaan (1996) dalam Anonim (2011)  (lanjutan)
Tabel 1 Penggolongan industri menurut Siahaan (1996) dalam Anonim (2011) (lanjutan)
Tabel 2 Penggolongan industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986  Penggolongan Ciri-ciri Jenis Industri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Nugroho (2003), penambahan perlakuan blansir tidak dianjurkan karena akan mempercepat kerusakan paprika yang disebabkan oleh tingginya suhu dan lamanya

37 Dalam penelitian ini penulis menggambarkan bagaimana praktek jual beli jagung dengan berhutang yang terjadi di Karangmalang Wetan Kecamatan Kangkung Kabupaten

Building Products Indonesia dalam melakukan kegiatan ekspor telah didukung dengan dokumen V-Legal yang sah untuk produk yang wajib menggunakan dokumen V-Legal dan

It has been widely recognized that interlanguage fossilization is the common phenomena in second or foreign language acquisition. Interlanguage fossilization is

Mengundang seluruh anggota Pelkat PKB untuk hadir dalam ibadah Pelkat PKB gabungan yang akan dilaksanakan pada hari Senin, 25 Juli 2016, Pukul : 19.00 Wita, Tempat :

Institusi : Program Studi D III Keperawatan Fa kultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :

Pada waktu pengambilan sampel pertama dan kedua didapatkan kadar nitrat yang cukup tinggi, hal ini disebabkan karena adanya pertemuan air limbah dengan air sungai, dimana

Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan maka tempurung kelapa dapat digasifikasi menggunakan updraft gasifier untuk menghasilkan gas mampu bakar. Api hasil pembakaran