TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI PURWAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh Isti Widyanti
0900061
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS
BENDA LANGIT UNTUK MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA TUNAGRAHITA
RINGAN DI SDLB NEGERI PURWAKARTA
Oleh
Isti Widyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© RistiAmaiya 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
0900061
PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS BENDA LANGIT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI PURWAKARTA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Frahma Sekarningsih S.Sen. M.Si NIP. 195710181985032001
Pembimbing II
Heni Komalasari, M.Pd NIP. 197109152001122001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Benda Langit Untuk Mengembangkan Kemampuan Kognitif Siswa Tunagrahita Ringan di
SDLB Negeri Purwakarta”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran tari dapat dikembangkan melalui stimulus benda langit. Tujuan pnelitian ini adalah untuk memperoleh data tingkat kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan melalui aplikasi stimulus benda langit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
quasi eksperiment (eksperimen semu). Pengumpulan data digunakan dengan cara
observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran tari terjadi peningkatan yang signifikan setelah dilakukan perlakuan stimulus benda langit sebanyak lima kali pertemuan. Hal tersebut terbukti dari hasil pengumpulan dan analisis data berdasarkan perbandingan data hasil penilaian siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes perbuatan. Data yang diperoleh Dira pada saat pretest 45%, posttest 95%, Fatur pada saat pretest 50% ,
posttest 82%, Sodik pada saat pretest 45%, posttest 70%. Berdasarkan data
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi dan Rumusan masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 7
E. Hipotesis ... 7
F. Struktur Organisasi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Anak Tunagrahita... 10
1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 10
2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 12
3. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita ... 14
4. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan ... 18
B. Pendidikan Seni Tari ... 22
1. Peran Pendidikan Seni Di Sekolah ... 22
2. Pendidikan Seni Tari Bagi Anak Tunagrahita ... 23
C. Unsur Ruang Gerak Tari... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 35
1. Lokasi ... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ... 41
1. Observasi ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 49
6. Kondisi Pembelajaran Seni Tari di SDLB Negeri Purwakarta ... 51
7. Proses Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Benda Langit Untuk
Mengembangkan Kemampuan Kognitif Siswa Tunagrahita
Ringan di SDLB Negeri Purwakarta...77
B.Pembahasan... 83
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan ... 88
B.Rekomendasi ... 89
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi
baik dalam hal ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun pendidikan. Semuanya
dihadapkan kepada persaingan sumber daya manusia yang semakin sulit, sehingga
dibutuhkan sumber daya manusia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Salah satu upaya pemerintah untuk dapat menghasilkan sumber
daya manusia yang unggul salah satunya adalah melalui pendidikan. Pendidikan
memberikan peranan besar dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas.“Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang” (UUD No. 2 Tahun 1989, Bab 1 pasal 1). Pelayanan pendidikan wajib diberikan kepada seluruh warga negara baik yang tegolong
normal maupun tidak normal. Seperti terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 yakni:
Setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat 1), warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2), warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang tepencil berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 4), setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Berdasarkan pernyataan di atas pada dasarnya setiap warga negara
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Sama hal nya untuk
anak berkebutuhan khusus salah satunya yakni anak tunagrahita, mempunyai hak
dan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan sebagaimana anak
normal lainnya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Sebagaimana
dengan tujuan pendidikan yang salah satunya yaitu sebagai pembentukan manusia
yang berkualitas, melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku
moral, intelektual maupun sosialnya. Menurut Depdikbud (1994:8-9) menjelaskan
bahwa:
Tujuan pendidikan anak tunagrahita di SDLB bertujuan memberikan kemampuan dasar, pengetahuan, keterampilan dasar dan sikap yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan kelainan yang disandangnya dan tingkat perkembangannya serta memepersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan pada SMPLB.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan bagi anak tunagrahita
yakni dapat mengembangkan potensinya secara optimal untuk mempersiapkan
mereka ke dalam dunia kerja. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut anak yang mempunyai tingkat intelektual di bawah rata-rata dan
ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Anak tunagrahita pada umumnya diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yakni
tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Seorang anak
dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu (1) keterlambatan fungsi
kecerdasan secara umum di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam prilaku
adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun (Direktorat
PLB, 2004:16).
Moh. Amin (1995;23) mengemukakan yang dimaksud anak tunagrahita
ringan adalah mereka yang meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya
terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam
berbagai bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja.
Menurut T. Sutjihati Somantri (2006:106) karakteristik Anak tunagrahita ringan
disebut moron atau debil yang memiliki IQ antara 68-52 (menurut skala binet)
atau IQ antara 69-55 (menurut skala weschler) memiliki karakteristik diantaranya
yaitu
3
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita
ringan mempunyai karakteristik fisik tidak jauh berbeda dengan anak normal
lainnya. Pada anak tunagrahita, mereka memiliki keterlambatan dalam mengikuti
pembelajaran ditinjau dari sisi kognitif, afektif, motorik, sosial dan emosi. Aspek
Kognitif merupakan salah satu aspek yang paling penting dari perkembangan
peserta didik khususnya bagi anak tunagrahita. Kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai salah satu aspek perkembangan yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan). Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan
memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak
mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan
masyarakat dan lingkungan sehari-hari.
Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika mengalami proses perkembangannya.
Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan
sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Efendi (2008: 98), yaitu sebagai
berikut:
(1) Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkrit dan sukar berfikir. (2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi. (3) Kemampuan sosialisasinya terbatas. (4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit. (5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. (6) Pada tunagrahita ringan, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung, tidak lebih dari anak normal setingkat kelas tiga/ empat Sekolah Dasar.
Karena keterlambatan tersebut, hal ini menyebabkan mereka kurang bisa/
mengalami kesulitan untuk mengikuti pembelajaran di sekolah biasa/ umum. Oleh
karena itu anak tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan secara khusus
yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. Menurut UU No. 20 Tahun
2003 pasal 23 ayat (1) disebutkan bahwa “Pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau
memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.”
Pendidikan khusus sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus bagi
Purwakarta merupakan suatu lembaga pendidikan khusus bagi anak yang
mempunyai kelainan fisik untuk memperoleh pendidikan secara khusus yang
membantu mencapai perkembangan secara optimal yang disesuaikan dengan
tujuan institusional secara umum. SLB Negeri Purwakarta merupakan salah satu
Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Purwakarta. SLB Negeri Purwakarta terdiri
dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jenjang SDLB untuk dijadikan
sasaran penelitian. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan mengenai
pembelajaran tari di SLB Negeri Purwakarta khususnya bagi SDLB masih belum
diberikan secara khusus, pembelajaran tari hanya diberikan pada kegiatan
ekstrakurikuler. Dalam pembelajaran tari di kelas, guru hanya mengaitkan mata
pelajaran lain yang ada kaitannya dengan tari sehingga belum dipelajari secara
khusus hanya sekilas dan kurang mendalam. Pada anak tunagrahita ringan, tari
merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan dirinya, mengembangkan
imajinasi dan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide dan gagasannya
dalam bergerak sehingga menjadi gerak tari yang indah.
Siswa berkebutuhan khusus khususnya SDLB merupakan individu yang
perlu diberikan kesempatan dan pelayanan terhadap pendidikan seni, dalam hal ini
pendidikan seni tari dapat dijadikan media untuk membantu anak tunagrahita
untuk dapat melatih dan mengembangkan kepekaan serta kecerdasan mereka
walaupun mereka memiliki keterbatasan. Pembelajaran tari merupakan salah satu
cara untuk mengekspresikan dirinya, mengembangkan imajinasi, melatih daya
konsentrasi dan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide dan gagasannya
dalam bergerak sehingga menjadi gerak tari. Melalui kegiatan menari, siswa
tunagrahita diharapkan dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya sehingga
menumbuhkan sikap apresiatif, memunculkan minat, bakat, dan kreatifitasnya
dengan berbagai metode yang disesuaikan dengan keadaan dan karakeristik yang
dimiliki anak tunagrahita.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab
guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru
5
model, strategi, konsep, dan metode dalam pembelajaran di kelas. Guru harus
harus lebih kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Bagi
anak, bermain adalah suatu kegiatan yang mengasyikan. Bermain pada anak
merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman,
baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain, maupun dengan lingkungan
di sekitarnya. Metode bermain peran merupakan salah satu metode belajar yang
dapat digunakan dalam pembelajaran tari. Metode bermain peran adalah suatu
cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran,
dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan stimulus benda langit
dengan metode bermain peran, dimana siswa akan berimajinasi memerankan
tokoh benda mati yaitu “bintang”. Dalam pembelajarannya siswa menerapkan
salah satu unsur dalam tari yakni unsur ruang dalam melakukan gerak. Dalam
pembelajaran ruang anak belajar mengenai gerak dengan menggunakan ruang
volume (luas, sedang, sempit) berdasarkan bentuk bintang, ruang arah (depan,
belakang, samping) berdasarkan garis pada bintang, serta level (tinggi, sedang,
rendah) berdasarkan cerita.
Bagi anak tunagrahita yang mempunyai keterbatasan dalam segi
intelektual dalam proses pendidikan, dalam pembelajaran tari melalui media
stimulus benda langit ini siswa diharapkan memiliki kesempatan untuk
mengembangkan seluruh kemampuan kognitifnya, emosi yang meledak-ledak
dapat menjadi halus dan tidak emosian, siswa yang lemah dalam mengendalikan
dirinya dapat menjadi terkendali, siswa yang daya konsentrasinya terganggu
menjadi fokus, siswa yang tadinya tidak memiliki rasa kepercayaan diri menjadi
percaya diri.
Melalui Stimulus Benda Langit Untuk Mengembangkan Kemampuan Kognitif Siswa Tunagrahita Ringan Di SDLB Negeri Purwakarta ”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berupaya membatasi topik
pembahasan dengan cara merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yang
akan dijadikan acuan dalam penelitian, sehingga pada pembahasan bab
selanjutnya lebih fokus pada topik bahasan. Adapun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk
mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB
Negeri Purwakarta?
2. Bagaimana hasil pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk
mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB
Negeri Purwakarta?
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, tentunya terdapat tujuan-tujuan tertentu agar
hal-hal yang telah dirumuskan dapat tertulis dengan terarah. Terdapat tujuan
umum dan tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan mengenai pembelajaran tari melalui stimulus
benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan
di SDLB Negeri Purwakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh data bagaimana proses pembelajaran tari melalui stimulus
benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita
ringan di SDLB Negeri Purwakarta.
b. Untuk memperoleh data hasil pembelajaran tari melalui stimulus benda langit
untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di
7
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, adalah :
1. Bagi guru
a. Sebagai bahan acuan atau pedoman guru dalam pembelajaran seni tari
yang akan dilaksanakan selanjutnya
b. Sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam pembelajaran seni tari yang
telah dilakukan
c. Sebagai alternatif dalam mengembangkan model pembelajaran yang
inovatif.
2. Bagi siswa (anak tunagrahita ringan)
a. Siswa dapat berimajinasi, bereksplorasi, berekspresi dalam
mengembangkan kemampuan kognitifnya.
b. Melatih rasa kepercayaan diri untuk menyampaikan ide dan gagasannya
serta berani tampil dalam pembelajaran seni tari
3. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan pengetahuan dan
keterampilan serta pengalaman, dalam melaksanakan tari bagi anak berkebutuhan
khusus.
4. Bagi Lembaga (UPI)
Dengan adanya penelitian pembelajaran tari melalui stimulus benda langit
untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB
Negeri Purwakarta dapat memberikan informasi serta menambah literatur di
perpustakaan UPI.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimanarumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012 : 99). Hipotesis dapat diartikan sebagai
jawaban sementara terhadap permasalahan dalam penelitian yang dinyatakan
dalam jawaban teoritis, belum dinyatakan dalam jawaban yang empirik melalui
Berdasarkan anggapan di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut :
Hi : Terdapat pengaruh terhadap pengembangan kognitif setelah diberikan
treatment pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk siswa tunagrahita
ringan di SDLB Negeri Purwakarta.
Ho : Tidak terdapat pengaruh terhadap pengembangan kognitif setelah
diberikan treatment pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk siswa
tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.
F. Struktur Organisasi
Skripsi ini terdiri dari beberapa BAB. Yakni:
BAB I (Pendahuluan) dalam skripsi ini merupakan uraian dari beberapa sub
judul yaitu latar belakang masalah, yang isinya acuan peneliti dan penjelasan
peneliti tentang alasan mengambil penelitian dalam skripsi ini, kemudian terdapat
rumusan masalah yang menjadi acuan dalam pembahasan dalam penelitian agar
penelitian terfokus, selanjutnya tujuan penelitian yaitu berisi hal yang ingin
dicapai dalam penelitian, manfaat penelitian yaitu manfaat bagi semua pihak yang
terdiri dari manfaat bagi guru, siswa, peneliti, lembaga. Yang terakhir yaitu
struktur organisasi.
BAB II (Kajian Pustaka) menjelaskan tentang teori-teori yang menguatkan
dalam penelitian, terdiri dari beberapa sub judul diantaranya anak tunagrahita,
pendidikan seni tari, unsur ruang gerak tari, metode bermain peran dalam
pembelajaran seni tari
BAB III (Metode Penelitian) berisi tentang uraian proses penelitian yang
dilakukan peneliti dengan menggunakan metode-metode yang sesuai untuk
penelitian. Terdiri dari beberapa sub judul diantaranya lokasi populasi dan sampel
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, langkah-langkah penelitian, dan teknik
9
BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan) merupakan penjabaran dari
semua hasil penelitian dan pembahasan yang didalamnya membahas tentang
data-data hasil observasi, proses dan analisis hasil penelitian yang peneliti lakukan.
BAB V (Kesimpulan dan Saran) berisi tentang simpulan atau ringkasan dari
hasil penelitian dan saran sebagai masukan atau tindak lanjut untuk perbaikan
pihak-pihak yang terkait di dalam penelitian ini.
Yang terakhir yakni Daftar Pustaka merupakan bagian akhir dari skripsi ini
yang terdiri daftar-daftar sumber yang gunanya untuk memperkuat pembahasan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Purwakarta yang berlokasi di Jl.
Veteran Gg. Beringin No 2 Purwakarta. Peneliti mengambil jenjang SDLB untuk
dijadikan sasaran penelitian. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena
lokasi cukup representatif untuk dijadikan objek penelitian. Berdasarkan observasi
awal yang dilakuan bahwa di SDLB Negeri Purwakarta pembelajaran tari masih
kurang optimal dan memungkinkan untuk diteliti, selain itu belum ada yang
mengkaji tentang pembelajaran tari menggunakan stimulus benda langit untuk siswa
tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.
2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Populasi
yang dijadikan objek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita ringan
kelas 3 tahun ajaran 2013/2014.
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Suharsimi Arikunto, 2010: 174).
Adapun yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan
penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Pemilihan sampel penelitian
sebagai fokus utama yang dijadikan sebagai objek penelitian.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purpose
36
tertentu. Sample yang diambil dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas 3 yang
berjumlah 4 orang, yang terdiri dari satu orang siswi perempuan dan tiga orang
siswa laki-laki. Alasan peneliti mengambil sampel ini yakni dikarenakan jumlah
siswa kelas 3 hanya berjumlah 4 orang maka keseluruhan yang ada dalam populasi
dijadikan sampel penelitian. Selain itu berdasarkan hasil observasi awal yang
dilakukan, mereka dianggap memiliki IQ dan daya tangkap yang lebih dibanding
siswa lain sehingga memungkinkan untuk mengikuti ke dalam proses pembelajaran
tari sehingga proses pengamatan dapat dilaksanakan dengan mudah dan terarah.
Tabel 3.1
Sampel Siswa Tunagrahita Ringan Kelas 3 SDLB Negeri Purwakarta
B. Desain Penelitian
1. Rencana Penelitian
Pada tahap perencanaan penelitian tahapan yang dilakukan oleh penelii yaitu
dengan menghimpun informasi-informasi dari berbagai subyek melalui teknik
pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi yang
dilakukan selama satu bulan lebih.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Purwakarta yang beralamat di Jl.
Veteran Gg. Beringin No 2 Purwakarta.
No NamaSiswa L/P
1 Dira Amanda P
2 Faturrohman L
3 M. Sodikin. F L
4 Royan Firdaus L
3. Penyusunan Hasil Penelitian
Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini meliputi beberapa proses
kegiatan, diantaranya penyusunan data, dan pengetikan data.
a. Penyusunan Data
Penyusunan data dilakukan melalui tahap pengolahan data yang dihasilkan
dalampenelitian di lapangan. Hal ini dilakukan agar penulisan laporan penelitian
menjadi sistematis.
b. Pengetikan Data
Pengetikan data dilakukan setelah semua data yang diperoleh selama
penelitian dilakukan tersusun secara sistematis melalui beberapa kali proses
bimbingan.
C. MetodePenelitian
Metode dalam sebuah penelitian merupakan hal yang penting untuk
mendapatkan data yang bertujuan untuk mencapai hasil penelitian yang diharapkan.
Pemilihan metode yang tepat akan membantu dan menentukan keberhasilan suatu
penelitian. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010:3) bahwa “metode penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Desain penelitian quasi
eksperimen ada beberapa macam, diantaranya: (1) Model one shot case study, (2)
Model one group pretest-posttest, dan (3) Model posttest-only group design.
Mengenai penelitian eksperimen, Arikunto (2002:257) menjelaskan bahwa:
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dilakukan pada subjek yang diteliti. Penelitian ekserimen dikenal dua jenis yaitu eksperimen murni (true
eksperimen) dan eksperimen semu (Quasi eksperimen).
Dalam penelitian ini digunakan metode quasi eksperimen dengan
38
hanya pada satu kelompok saja tanpa adanya kelompok pembanding. Dalam
pelaksanaannya peneliti melakukan tes awal (pretest) sebelum diberikan treatment
(perlakuan), setelah diberikan perlakuan kemudian dilakukan tes akhir (posttest).
Hasil pengukuran dilakukan sebelum diberi perlakuan (O1), setelah diberikan
perlakuan(O2) dan hubungan sebab akibat dari keduanya (X). Desain ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Desain Model Eksperimen One-group Pretest-Posttest
Keterangan:
O1 = Nilai Pretest (sebelum diberikan perlakuan)
X = Treatment (perlakuan)
O2 = Nilai Posttest (setelah diberikan perlakuan)
Dalam penelitian ini, pada tes awal yang dilakukan yakni siswa tunagrahita
ringan diobservasi dengan pretest (O1) untuk mengetahui pengetahuan dasar dalam
pembelajaran unsur ruang tari secara sederhana tanpa adanya stimulus atau
rangsangan. Setelah dilakukan tes awal dapat diketahui sejauh mana kemampuan
kognitif siswa dalam pembelajaran tari. Selanjutya yaitu perlakuan (X) yang
diberikan pada penelitian ini yakni penggunaan stimulus benda langit dalam
pembelajaran unsur tari.
Hasil dari treatment bertujuan untuk mengarahkan perkembangan kognitif
siswa tunagrahita ringan melalui kemampuan dalam mengingat, mengerti dan
mengaplikasikan unsur ruang ke dalam gerak. Jika dalam hasil penelitian ini
terdapat perbedaan antara O1 dan O2 dimana O1 lebih besar dari O2 maka
penggunaan stimulus benda langit berpengaruh positif terhadap perkembangan
kognitif siswa tunagrahita ringan, sebaliknya jika O2 lebih besar dari O1 maka
peggunaan stimulus benda langit berpengaruh negatif.
Metode penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berupaya
mengujicobakan suatu bentuk pengajaran seni tari dalam pembelajaran unsur ruang
menggunakan stimulus benda langit pada siswa tunagrahita ringan dengan tujuan
untuk melihat sebab akibat dari pengaruh stimulus benda langit terhadap
kemampuan kognitif pada siswa tunagrahitaringan.
D. Definisi Operasional
Judul penelitian yang diambil dalam penelitian ini mengenai “pembelajaran
tari melalui stimulus benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif
siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta”.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari terjadinya
kesalahpahaman terhadap penafsiran istilah-istilah tersebut, maka dalam hal ini
peneliti memberikan pemahaman istilah yang dimaksud dalam penelitian sebagai
berikut.
Pembelajaran tari merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran melalui
gerak yang mempunyai unsure estetis atau keindahan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Stimulus benda langit merupakan rangsangan yang diberikan oleh guru atau
pengajar berupa gambar, lagu, dan cerita kepada murid agar tersampainya materi
pembelajaran.
Kemampuan kognitif merupakan salah satu dari beberapa kecerdasan yang
berpengaruh dalam mengoptimalkan kemampuan berfikir serta potensi-potensi yang
dimilikinya.
Anak tunagrahita ringan merupakan bagian anak yang masih mempunyai
karakteristik fisik yang tidak beda jauh berbeda dari anak normal lainnya, hanya
40
hal kognitif, motorik, sosial dan emosi dalam mengikuti pembelajaran akademik
yang cenderung mengalami keterlambatan.
SDLB Negeri Purwakarta merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi
anak yang mempunyai kelainan fisik yang membantu mencapai perkembangan
secara optimal yang disesuaikan dengan tujuan institusional secara umum.
E. InstrumenPenelitian
Instrumen adalah alat untuk mengukur informasi atau melakukan pengukuran
(Darmadi, 2011:85). Jadi, instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan
untuk mendapatkan data mengenai masalah yang diteliti. Dengan demikian
instrument pada penelitian ini merupakan alat yang digunakan untuk mengolah,
menganalisa, dan mengumpulkan data-data secara sistematis dan objektif.
Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian, karena
pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka dari itu harus ada
alat ukur yang tepat. Dengan penggunaan instrumen yang tepat maka kita bias
mendapatkan data yang betul-betul dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dan
menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan sebagai proses dalam
menyimpulkan hasil penelitian. Instrument yang digunakan pada penelitian ini
antara lain:
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi merupakan suatu pengamatan secara langsung dan
sistematis yangdilakukan untuk memperoleh data. Data yang diperoleh dalam
observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi. Pengamatan yang dilakukan
dam penelitian ini adalah terhadap proses belajar dan hasil pembelajaran.
2. Pedoman Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
penelitian ini menggunakan tes perbuatan. Tes perbuatan yang dinilai yakni
penilaian dari aspek kognitif dimana dalam tujuannya untuk mengetahui tingkat
kemampuan perkembangan kognitif siswa tunagrahita ringan.
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya
dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan dan pernyataan yang meminta untuk
dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan dan pernyataan bisa mencakup
tentang fakta, data, informasi, maupun evaluasi yang berkenaan dengan masalah
penelitian yang dikaji.
Pedoman wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap kepala sekolah,
guru, dan siswa yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan secara lisan.
Peneliti membuat pedoman wawancara yang berisi informasi yang dapat dijadikan
sebagai data.
4. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi merupakan instrumen untuk teknik pengumpulan
dokumentasi. Adapun pedoman dokumentasi yang digunakan dalam memperoleh
data berupa dokumentasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Format pengamatan, penilaian, konsep pembelajaran, dan rencana pembelajaran
(RPP) yang gunanya untuk mengetahui respon siswa selama kegiatan
berlangsung
b) Kamera foto dan videodalam proses pelaksanaan pembelajaran
F. TeknikPengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini, diantaranya :
1. Observasi
Teknik observasi digunakan sebagai studi pendahuluan untuk mengamati dan
42
Observasi ini memusatkan perhatian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
objek yang dilihat yakni tentang keadaan sekolah, pembelajaran, reaksi siswa dalam
merespon, tenaga pendidik (guru), maupun metode yang digunakan. Adapun
observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a) Observasi langsung yakni pengamatan yang dilakukan langsung oleh peneliti
terhadap gejala atau proses pembelajaran seni tari di SDLB Negeri Purwakarta.
b) Observasi partisipasi yakni pengamatan yang harus diperlihatkan/ ikut serta
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu/kelompok yang diamati.
Dalam penelitian ini, Peneliti tidak hanya sebagai pengamat langsung, tetapi
ikut seta dalam kegiatan yakni sebagai pengajar/guru tari yang dalam
pembelajaran unsur ruang dengan menggunakan stimulus benda langit dalam
pembelajaran tari di SDLB negeri Purwakarta.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi- informasi yang
erat kaitannya dengan objek penelitian.Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
melalui komunikasi secara lisan (tanya jawab) dengan responden atau narasumber
yakni kepala sekolah, guru seni tari, serta siswa tunagrahita ringan kelas 3 yang
mengikuti pembelajaran seni tari di SDLB Negeri Purwakarta. Tujuan wawancara
dalam penelitian ini yaitu menggali data yang lebih luas terutama kaitannya dengan
pembelajaran. Diharapkan daata-data yang diperoleh mampu memberikan informasi
tentang keadaan sekolah, keberadaan mata pelajaran seni tari, permasalahan-
permasalahan dalam pembelajaran seni tari, proses pembelajaran seni tari dan
kontribusi siswa tunagrahita ringan terhadap mata pelajaran seni tari.
3. Tes
Tes dilakukan untuk memperoleh data tentang sejauh mana siswa tunagrahita
ringan dalam proses pembelajaran seni tari di kelas. Adapun tes yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan pretest dan posttest. Pretest yang dilakukan
merupakan tes awal yang diberikan sebelum diberikan treatment dengan tujuan
mengetahui kemampuan awal siswa dalam mengetahui konsep ruang secara
sederhana, serta kemampuan siswa untuk membuat gerakan melalui imajinasi
mereka. Selanjutnya Posttest yang dilakukan yakni tes yang menguji mengenai
bagaimana kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan setelah mendapatkan
treatment yakni melalui stimulus benda langit dengan tujuan dapat mengembangkan
kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam mengingat, mengerti, dan
mengaplikasikan ke dalam geak tari.
Tabel 3.2
Format observasi pretest
No Nama Siswa Item Penilaian Kognitif Jumlah R Kriteria
Penilaian
K1 K2 K3
1 Dira Amanda
2 Faturrohman
3 M. Sodikin
4 Royan Firdaus
Keterangan :
K1 (Pengetahuan) = Siswa mampu menyebutkan unsur ruang tari
K2 (Pemahaman) = Siswa mampu membedakan unsur ruang tari
K3 (Aplikasi) = Siswa mampu mengkoordinasikan anggota tubuh
dengan menggunakan unsur ruang gerak
44
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
dalam memperoleh data dari berbagai sumber tertulis dan dokumen. Dokumen dapat
berupa data, foto-foto, dan arsip. Pada teknik studi dokumentasi ini, peneliti
memperoleh innformasi dari bermacam-macam sumber tertulis mengenai data
psikologi siswa tunagrahita ringan dan data mengenai sekolah SLB Negeri
Purwakarta. Selain itu, pada penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa foto
kegiatan pembelajaran siswa yang dilaksanakan saat pretest, posttest, dan berbagai
kegiatan siswa lainnya yang dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.
G. Langkah-langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Penelitian
Dalam tahapan persiapan ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Pra lapangan, berisi tentang menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan, menyusun perijinan dan melihat lokasi.
b. Memilih subjek penelitian, berdasarkan hasil informasi, pengamatan, dan
seleksi maka peneliti memilih anak tunagrahita ringan yang mengalami
gangguan kemampuan kognitifnya
c. Analisis data, yang berisi tentang konsep dasar analisis data serta
merumuskan dan melakukan analisis.
d. Mencari sumber, baik sumber lisan (narasumber) maupun sumber tertulis
(studiliteratur) yang ada hubungannya dengan penelitian.
e. Menyusun proposal penelitian dengan bimbingan melalui dosen pembimbing
f. Mengurus perizinan, pengurusan surat-surat izin dimulai dari jurusan
kemudian ke fakultas yang kemudian diteruskan ke instansi yang terkait
untuk memperlancar jalannya penelitian
g. Pelaksanaan, dimulai dengan memahami latar belakang penelitian,
mempersiapkan diri memasuki lapangan, pengumpulan data dengan
melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas, observasi
dengan melakukan pengamatan situasi kelas dan mengadakan pretest pada
sampel penelitian.
2. PelaksanaanPenelitian
Penelitian ini dilakukan di SDLB Negeri Purwakarta yang berlokasi di Jl.
Veteran Gg. Beringin No 2 Purwakarta. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian
ini karena lokasi cukup representatif untuk dijadikan objek penelitian. Selain itu,
berdasarkan observasi awal yang dilakukan bahwa di SDLB Negeri Purwakarta
dalam pembelajaran tari masih kurang optimal dan memungkinkan untuk diteliti,
selain itu belum ada yang mengkaji tentang pembelajaran tari melalui stimulus
benda langit untuk siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan melalui beberapa proses yakni sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan data
Pengumpulan data yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan selama
penelitian berlangsung, data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.
b. Analisis data
Kegiatan menganalisis data ini dilakukan setelah terkumpul data sebelumnya,
baik di awal pembelajaran (pretest) maupun proses dan akhir pembelajaran
(posttest). Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagai berikut :
1) Pretest/survey awal untuk mengetahui analisis data awal sebelum
46
2) Analisis proses pembelajaran, guna mengetahui perkembangan kognitif siswa
tunagrahita ringan
3) Analisis data terakhir (posttest) yaitu untuk menunjukan keberhasilan dari
pembelajaran yang dilakukan.
3. Kegiatan Pasca Penelitian
a. Penulisan dan pelaporan hasil penelitian, kemudian melakukan pengolahan data
yang didapat dari pretest, treatment, dan posttest.
b. Membuat grafik berdasarkan hasil pengolahan data agar pengaruh pembelajaran
unsur ruang melalui stimulus benda langit terhadap kemampuan kognitif agar
dapat dianalisis dengan mudah
H. Analisis Data
Dalam kegiatan penelitian, kegiatan analisis data termasuk ke dalam daftar
yang sangat penting. Langkah ini dilakukan agar data yang telah terkumpul
mempunyai arti dan dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan
yang diteliti. Dalam penelitian, yang menjadi variabel yang diukur adalah
kemampuan kognitif siswa yang dilihat dari pembelajaran unsur ruang melalui
stimulus benda langit dalam pembelajaran seni tari. Kemampuan kognitif siswa di
dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, aspek
pemahaman, dan aspek aplikasi.
Setelah data terkumpul kemudian data diolah. Data tersebut dianalisis ke
dalam statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas
tentang hasil treatment dalam jangka waktu tertentu dengan data yang ditampilkan
dalam bentuk statistik yang disertai analisis berupa paparan. Pemaparan data dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif didapatkan dalam perhitungan nilai pretest dan nilai posttest,
sedangkan data kualitatif digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap
Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Menjumlahkan hasil rata-rata pengukuran pretest terhadap subjek penelitian.
2. Menjumlahkan hasil rata-rata penskoran posttest terhadap subjek penelitian yang
dilakukan setelah diberikan treatment selama 5x pertemuan.
3. Membuat tabel untuk membandingkan skor yang yang telah diperoleh dari
penjumlahan hasil rata-rata pretest dan posttest.
4. Membuat grafik dari data yang telah diperoleh pada pretest dan posttest
Perbedaan antara O1 dan O2 yaitu O2-O1 diasumsikan merupakan efek dari
treatment (X). Digambarkan menggunakan grafik untuk menunjukkan tingkat
signifikan hasil pengolahan data yang didasarkan pada sebelum diberikan perlakuan
(treatment) dan sesudah diberikan perlakuan. Selain itu hasil data pretest dan
posttest dipaparkan untuk menunjukkan perbedaan hasil yang telah dicapai.
Pengolahan data dengan cara:
a) Menentukan bobot nilai huruf sebagai berikut:
A = Baik : Bobot 3,6 - 4
B = Cukup : Bobot 2,6 - 3
C = Kurang : Bobot 1,6 – 2
Bobot nilai tersebut penjabarannya dapat dilihat pada keterangan berikut:
A = Siswa mampu menyebutkan unsur ruang tari, membedakan unsur ruang
tari, mengeksplor gerak, dan mengaplikasikan gerak ke dalam unsur ruang.
B =Siswa mampu menyebutkan unsur ruang tari dan kurang mampu
membedakan unsur ruang, mampu mengeksplorasi gerak, mengaplikasikan
gerak ke dalam unsur ruang.
C = Siswa hanya mampu menyebutkan unsur ruang tari, kurang mampu dalam
mengeksplor gerak, dan mengaplikasikan gerak ke dalam unsur ruang.
b) Perhitungan nilai rata-rata siswa, menurut menurut Sugiyono (2012: 49)
48
seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu
yang ada pada kelompok tersebut.
c) Perhitungan persentase (%) berdasarkan jumlah skor yang didapat siswa.
% =
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dari Bab I sampai Bab V, maka
peneliti akan memberikan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat dijadikan
masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, dan dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan
penelitin yang memiliki tema yang sama dengan cakupan atau lingkup yang lebih
luas. Dari uraian dan perolehan hasil eksperimen, peneliti menarik beberapa
kesimpulan pokok.
Dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
seni tari, peneliti menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran unsur
ruang untuk siswa tunagrahita ringan. Pada proses pembelajaran berlangsung,
siswa terlihat cukup semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran seni
tari walaupun sering kali mereka merasa kesulitan pada saat berkomunikasi untuk
menyampaikan ide dan gagasannya, kesulitan saat bereksplorasi sendiri dan saat
menerima pembelajaran baru. Selain itu dengan metode ini dapat memberikan
pengalaman bagi anak dalam memerankan suatu peran untuk menciptakan gerak
dalam pembelajaran seni tari. Dalam pembelajaran unsur ruang menggunakan
metode bermain peran, siswa tunagrahita ringan dapat mengetahui, mengeksplor,
dan mengaplikasikan unsur ruang ke dalam gerak berdasarkan imajinasi dan
pengetahuannya. Selain itu, siswa tunagrahita ringan dapat merasakan esensi
pengalaman menari dengan ide dan gagasan yang ditemukannya.
Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa adanya peningkatan kognitif siswa tunagrahita ringan melalui
pembelajaran tari melalui stimulus benda langit. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan persentase sebelum dan sesudah diberikan stimulus benda langit
terhadap kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan. Dira pada saat pretest
45% pada saat posttest 95%, Fatur pada saat pretest 50% pada saat posttest 82%,
89
47,5% pada saat posttest 92,5%. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat adanya
perubahan persentase yang signifikan yaitu nilai posttest setiap siswa lebih besar
daripada nilai pretest. Hal tersebut membuktikan adanya perubahan pada
peningkatan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan yang artinya
kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan mulai berkembang dalam
pembelajaran tari. Hasil penelitian mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
tari dan sekaligus dapat diimplementasikan lebih lanjut oleh guru dengan tujuan
untuk mengembangkan kognitif siswa tunagrahita ringan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan yang
dikemukakan, diharapkan memberikan rekomendasi yang dapat dijadikan
masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait.
1. Lembaga Tinggi UPI
Dalam penerapan pembelajaran unsur ruang melalui stimulus benda langit
yang berpengaruh terhadap keadaan kemampuan kognitif siswa tunagrahita
ringan dalam pembelajaran seni tari dapat menambah khasanah kepustakaan,
khususnya bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI dalam memberikan
konstribusi ilmu pengetahuan pada pembelajaran seni tari bagi siswa
berkebutuhan khusus.
2. Bagi Mahasiswa Pendidikan Seni Tari
Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber literatur mengenai salah satu
proses pelaksanaan pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus
(Siswa tunagrahita ringan). Adapun sebagai sumber informasi bagi peneliti
selanjutnya yang meneliti tema yang sama dengan cakupan atau lingkup
penelitian yang lebih luas.
3. Bagi Guru
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menerapkan pembelajaran
seni tari di sekolah luar biasa khususnya pembelajaran seni tari bagi siswa
tunagrahita ringan yang berbasis untuk mengembangkan kemampuan kognitif
dimilikinya. Dengan begitu, pembelajaran seni tari mampu menyentuh berbagai
aspek yang dimiliki siswa dalam kehidupannya sesuai dengan tingkat
kecerdasannya, kemampuan dan potensinya.
4. Bagi Peneliti
Pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa tunagrahita
ringan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan serta pengalaman khususnya dalam proses pembelajaran seni tari
bagi siswa berkebutuhan khusus (siswa tunagrahita ringan), sehingga peneliti
dapat mengetahui lebih dalam mengenai kondisi, potensi maupun kemampuan
yang dimiliki dari siswa tunagrahita ringan, serta dapat meningkatkan mutu
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, et al. (2007). Penggunaan Media Animasi Komputer dalam Meningkatkan
Kemampuan Memahami Konsep Bilangan Anak Tunagrahita Ringan.
Skripsi S1 pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Bandung: tidak diterbitkan.
Amin, M dan Entang, M. (1984). Pedoman Bimbingan Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.
Amin, Moh. (1995). Orthopedagogik Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud
Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Delphie, Bandi. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama
Depdiknas. (2003) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Efendi, Mohammad. (2008). PENGANTAR PSIKOPEDAGOGIK ANAK
BERKELAINAN. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. (2003). PERENCANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN
PENDEKATAN SISTEM. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Haryati, Mimin. (2006). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Persada Press Jakarta.
Hidajat, Robby. (2005). Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Bandung: Banjar Seni Gantar Gumelar.
Joyce Bruce, dkk. (2009). Models Of Teaching (Model-model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kamalia, Lela. 2009. Model Pembelajaran Seni Tari Bagi Anak Tunagrahita
Ringan Melalui Pendekatan Kontekstual. Skripsi S1 pada Jurusan
Pendidikan Seni Tari FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rahmawati, Reni. (2011). Pengaruh Tari Kreatif Terhadap Kecerdasan Emosi
Siswa Tunagrahita Ringan Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SLB-C YPM Kadungora Garut. Skripsi S1 pada Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Soemantri, T. Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. ALFABETA.
Tim MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : UPI
Universitas Pendidikan Indonesia (2012) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI
Sumber dari Internet
Hidayat, Robby. (2011). Metode Pembelajaran Seni Tari. [Online]. Tersedia:
http://www.studiotari.com/2011/02/metode-pembelajaran-seni-tari.html?m=1
Wardani, Kamari. (2011). Peran Pendidikan Seni Di Sekolah. [Online]. Tersedia: