KEANDALAN BIFENTHRIN
SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU
LAPIS: PENGARZJH
TERHADAP SIFAT FISIS, MEKANIS DAN KEAWETART
OLEH :
EDHI HARYANTI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KEANDALAN
B I F E N T H W
SEBAGAI
BAHAN
PENGAWET
KAYU LAPIS: PENGARUH
TERHADAP SIFAT
FISIS, MEKANIS DAN
KEAWETAN
Tesis
Sebagai saiah satu syarat untuk mernperoleh gelar Magister Sttins pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis: Pengaruh terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Nama Mahasiswa : Edhi Haryanti
NRP. : 99321
Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan
1 . Kornisi Pembirnbing I
Prof.
Dr. Ir. H. Dodi Nandika. MS KetuaProf. Ir. H. M. Suriono Suriokusumo. MSF. Ph.D Dr. Ir. Fauzi ~ebrianto. MS
Anggota Anggota
2. Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan
*-
Y-
Prof. Dr. Ir. H. Dodi Nandika. MS
&Gfi
tida&mem6e6ani seseorang meChi&n
sesuai dengan
&sanagupannya.
.
.
.
. . .
.
(QS.AfBiqarafi
286)ABSTRAK
EDHI HARYANTI. Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis: Pengaruh terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan. Dibimbing DODI NANDIKA, SURJONO SURJOKUSUMO dan FAUZI FEBRIANTO.
Penelitian dilakukan uniuk mengetahui efektivitas pengawetan kayu lapis dengan senyawa bifenthrin melalui metode pencampuran perekat (glue line treatment). Pembuatan kayu lzpis dilakukan I laboratorium dan di pabrik kayu lapis PT. Alas Kusuma Pontianak, Kalimantan Barat. Senyawa bifenthrin diaplikasikan den an lima pemberian dosis yang berbeda yaitu 0 g a.i/m3,
4
10 g a.i/m3, 20 g a . i h.
30 g a.i/rn3 dan 40 g a.i/m3. Proses pembuatan kayu lapis di laboratorium menggunakan kayu tusam (Pinus rnerkusii Jungk et de Vriese). Sedangkan pembuatan di PT. Alas Kusuma Pontianak, Kalimantan Barat menggunakan carnpuran kayu meranti merah (Shorea sp), meranti kuning (Shorea sp) dan kamper (Dryobalanops sp). Kayu lapis yang dihasilkan diuji sifat fisis dan mekanisnya. Dan untuk menguji keefektifan senyawa bifenthrin sebagai bahan pengawet kayu lapis dilakukan pengujian keawetannya terhadap serangan rayap tanah Copiotermes curvignafhus Holmgen (Isoptera: Rhinotermitidae).Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi senyawa bifenthrin dapat meningkatkan ketahanan kayu lapis terhadap serangan rayap tanah C
curvignarhus tanpa menurunkan sifat fisis maupun mekanisnya, baik pada pembuatan kayu lapis di laboratorium maupun di pabrik memenuhi standar SNI 02 - 2704
-
1992. Pada dosis 30 g a.i/rn3, bifenthrin dapat rneningkatkan keawetan kayu lapis baik pembuatan di laboratoriurn rnaupun pabrik. Mortalitas dan pengurangan berat kayu lapis produksi laboratorium sebesar 96,67 O h dan 3,17 %.SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang be judul:
KEANDALAN BIFENTHRIN
SEBAGAI BAEIAN PENGAWET K A W LAPLS: PENGARUH TEREXADAP SWAT FISIS, MEKANIS DAN K E A W T A N
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digumkan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Penulis dilahirkan di Grobogan Jawa Tengah pada tanggal 13 September
1973 sebagai anak ke-3 dari lima bersaudara pasangan H. Sudarlan dan Hj. Sri
Suwarni. Pendidikan Sekolah D w r sampai Sekolah Menengah Atas diselesaikan
di Grobogan Jawa Tengah. Tahun 1991 melanjutkan pendidikan di Xnstitut
Pertanian Stiper Yogyakarta Fakultas Kehutanan Jurusan Teknologi Hasil Hutan,
lulus tahun 1996. Pada tahun 1999 penulis diterima di Progam Studi Ilmu
Pengetahuan Kehutanan Progam Pascasarjana IPB dengan beasiswa BPPS.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Universibs Lancang Kuning Pekanbaru
Riau.
Untuk menyelesaikan studi progam Magister Sains penulis menyusun tesis
dengan judul "Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis:
Pengaruh terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan" dibawah bimbingan Prof.
Dr. Ir. H. Dodi Nandika, MS., Prof. Ir. H. Surjono Surjokusumo, MSF. Ph.D dan
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugrahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul
"Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis: Pengaruh terhadap
Sifat Fisis, hfekanis dan Keawetan" dapat diseiesaikan.
Penulisan tesis ini adalah salah satu syarat memperoIeh gelar Magister
Sains pada Progam Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Dalam penelitian
maupun penulisan tesis ini penulis mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mangucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dodi Nandika, MS., Prof. Ir. H. Surjono
Sutjokusumo, MSF. Ph.D., dan Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS atas semua
bimbingan dan saran selarna penulis melakukan penelitian dan
penulisan tesis.
2. Ibu Fadillah, Mbak Isna, terima kasih atas bimbingan spiritual dan
kebersarnaan yang indah tak terlupakan.
3. Teman-teman di Laboratorium Biologi Hasil Hutan Pusat Studi Ilmu Hayati P B (mak Diba, Mbak Nana, Tekat, P. Yudi, P. Anhari),
terima kasih atas segala bantuan dan ke rjasarnanya.
4. Farid, Mbak Emi, Entin, Dina, Mbak Tanti dan ternan-teman IPK
lainnya, terima kasih atas persahabatan yang indah.
5. S e l d warga An-Nisa, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
6. Adik Reni, pergaulan ikhlas ini menjadikan persaudarm kita begtu
7. Departemen Pendidikan NasionaI yang telah memberikan bantum
beasiswa sehngga penulis dapat menjalani pendidikan Magister Sains. Penulis menyadari isi tesis ini jauh dari kesempumaan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat dm memberikan sumbangan pemikiran untuk perkembangan teknologi pengendalian rayap tanah yang bemawasan lingkungan.
Bogor, Januari 2002
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN. ... ii RIWAYAT HIDUP... ... iii PRAKATA.. ... iv DAFTAR IS1 ... vi DAFTAR TABEL.. ... vii DAFTAR GAMBAR.. ... x D A F T A R L A M P W ... xii PENDAHLJLUAN
Latar Belakang.. ... 1 .
.
...
Tujuan P e n e l ~ t ~ a n . . 3
Manfaat Penelitian.. ... 4 Hipotesis.. ...
.
.
... 4TINJAUAN PUSTAKA
...
Kayu Lapis.. 5
Pengawetan Kayu Lapis.. ... 7 Bahan Pengawet.. ... 9 Rayap Coptotermes curvigna~hus Holmgen.. ... 1 1
SAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian.. ... 14 B a h n dan Alat Penelitian..
...
14 Prosedur Penelitian.....
14...
Pembuatan Kayu Lapis.. 1 4
...
PengujianSifatMekanis 19
Pengujian Efikasi ... 23
...
Analisis Penetrasi Perekat 25
Analisis Data ... 26 HASLL DAN PEMBAHASAN
Constituent Ratio ... 27 Sifat Flsis Kayu l a p i s ... 28 Sifat Mekanis Kayu Lapis ... 34 Keawetan ... 41 Penetrasi Perekat ... 48
KESIMF'ULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 50 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 5 2
DAFTAR TABEL
No.
1.
Teks Halaman
Nisbah antara Tebal Lapism Inti dengan Lapisan Muka.. ... 20 ... Nilai Constituent Ratio Berdasarkan Ketebalan Finir.. 27
Perbandingan Kualitas Kaya Lapis Hasil Produksi Laboratorium dan Pabrik antara Contoh Uji Kontrol dan Aplikasi Bifenthrin
30 g a.i/n13 Disesuaikan dengan Standar yang Dipersyaratkan.. .... 48 Analisis Keragaman Kadar Air pa& Cbntoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium ... 59
Analisis Keragarnan Kerapatan pada Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium.. ... 59
Analisis Keragaman Pengembangan Tebal Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ... 59
Analisis Keragaman Penyerapan pada Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium.. ... 59
Analisis Keragaman Keteguhan Rekat Interior I Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratoriurn.. ... 60
Analisis Keragaman Keteguhan Rekat Interior I1 Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ... 60
Analisis Keragaman Keteguhan Lentur Statis Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratoriurn..
...
60Analisis Keragawn Keteguhan h n t u r P a a h Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratorium..
...
60Analisis Keragaman Keteguhan Tekan Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ... 6 1 Analisis Keragarnan Mortalitas Rayap Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium ... 6 1
Analisis Keragaman Pengurangan Berat Umpan Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ... 6 1
Analisis Keragaman Kerapatan pada Contoh Uji Kayu Lapis
...
Produksi Pabrik.
Analisis Keragaman Pengembangan Tebal Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Pabrik.. ...
Analisis Keragaman Penyerapan Air Contoh Uji Kayu Lapis
...
Produksi Pabrik..Analisis Keragaman Keteguhan Rekat Interior I Contoh Uji Kayii Lapis Produksi Pabrik.. ...
Analisis Keragaman Keteguhan Rekat Interior II Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Indutri. ...
Analisis Keragaman Keteguhan Lentur Statis Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Pabrik. ...
Analisis Keragaman Keteguhan Lentur Patah Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Pabrik.. ...
Analisis Keragaman Keteguhan Tekan Contoh Uji
... Kayu Lapis Produksi Pabrik..
Analisis Keragaman Mortalitas Rayap Contoh Uji Ydyu Lapis Produksi Pabrik. ...
Analisis Keragaman Pengurangan Berat Umpan Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Pabrik ...
...
Kebutuhan Perekat Kayu Lapis Produksi Laboratorium..Komposisi Perekat Kayu Lapis Produksi Laboratorium..
...
Komposisi Perekat Kayu Lapis Produksi Pabrik.. ...
...
DAFTAR GAMBAR
Teks Halaman
No.
1 . 2.
Rumus Bangun Scnyawa Bifenthrin.. .
.
..
. . ..
. . ..
. ..
. . ..
. . . 9 Skema Pernotongan Coctoh Uji Sifat Fisis, Mekanis danKea-wetan Kayu Lapis setelah Aplikasi Senyawa Bifenthrin.. .
. . .
..
16 Sketsa Contoh Uji Pengujian Keteguhan Rekat... . . .
. . . ..
.
. . .. . .
. .. 20Pengujian Keteguhan Rekat Kayu Lapis dengan Uji Oeser Tarik.. 21
Sketsa Pengujian Keteguhan Lentur.. . .
.
. . .. .
. . ..
. . . 22Sketsa Pengujian Keteguhan Tekan.. . .
. .
.. .
. . .. . .
. ..
. .. .
.. . .
. .. . .
. . . 23Termitarium yang Digunakan untuk Pengumpanan Contoh Uji
terhadap &yap C curvignathus.
.. . .
.. . .. . .. . .
.... . . .. .
.. . .
.. ..
. .
24Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Kadar Air Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik.. . . .
. . . .
. . .. .
. . .. .
. . .. .
..
28Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Kerapatan Kayu Lapis Produksi I~boratorium dan Pabrik.. . .
. . .
..
. . .. . . .
. . .. . .
. . . ..
..
. .. 30Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Pengembangan Tebal Kayu Lapis Produksi Laboratorium clan Pabrik.. . .
. .
. . .. .
. . .. ..
3 1 Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Penyerapan Air Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik.. . .. . .
. . ..
.. . .
. . ..
..
.. .
32Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Keteguhan Rekat
Kayu Lapis Produksi Laboratorium dad Pabrik.. .
. . .
. .
. . ... . .
..
36 Hubungan antara Bosis Bifenthrin dengan Modulus Elastisitas Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik.. ..
.. . .
. . . .. . .
. ..
37Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Modulus Patah
Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik..
. . . .
. ..
..
. . .
39Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Keteguhan Tekan
Kayu Lapis Produksi Laboratoriurn dan Pabrik.. . .
.
.. . .
. . .. . .
. . 40Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Mortalitas Rayap C. curvignathus setelah Pengumpanan Kayu Lapis Produksi
Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Pengurangan Berat Umpan Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik.. . . 44
Kondisi Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Laboratorium setelah . . . Pengumpanan terhadap Rayap C. curvignathus Holmgen 45
Kondisi Contoh Uji Kontrol dan Contoh Uji Aplikasi Bifenthnn 40 g a.i/m3 dri Kayu Lapis Produksi Laboratorium setelah
Pengumpanan Rayap C. curvignathus Holmgen.. ... 45
Kondisi Contoh Uji Kontrol dari Kayu Lapis Produksi Laboratorium setelah Pengumpanan Rayap C. curvig~atlzris
Holmgen.. ... 46
Kondisi Contoh Uji KontroI (0 g a.i/m3) dan Contoh Uji dengan Aplikasi Bifenthrin 40 g a.i/m3 Kayu Lapis Produksi Pabrik setelah Pengumpanan terhadap Rayap C. curvignathus Holmgen.. . . 46
Kondisi Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Pabrik setelah
...
Pengumpanan Rayap C. cuntignathus HoImgen.. 47
Hasil Pengamatan Potongan Melintang Contoh Uji Kontrol
...
dengan SEM 49
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1 . Sifat Fisis Kayu Lapis dengan Aplikasi Bifenthrin.. . . ..
. . .
..
..
. .. . .
. 562. Sifat Mekanis Kayu Lapis dengan Aplikasi Bifenthrin.. . .
. .
.... ..
. . . .. 573. Keawetan Kaya Lapis dengan ApIikasi Bifenthrin untuk Mencegah Serangan Rayap C. curvignathus..
. . .
.. . .
..
.. . . .
. .. . .
. . .. . .
. . ..
. . ..
. . 584. Hasil Analisis Keragaman Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Kayu Lapis Produksi Laboratoriurn setelah Aplikasi Bifenthrin . . .
.
. . . 5 95 . Hasil Analisis Keragaman Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Kayu Lapis Produksi Pabrik setelah Aplikasi Bifenthrin.. . . .. . . .. . 6 2
6 Kebutuhan Perekat dan Bahan Pengawet Bifenthrin.. . . .. .. . . 65
Latar Belakang
Kayu lapis merupakan material istimewa, dengan beberapa sifat unik y m g
membuatnya menjadi bahan bangunan yang ideal dengan julukan "The wood of
thousand uses". Kayu lapis dapat dilengkungkan dari lengkung biasa sarnpai
bergelombang dan membentuk lingkaran, sehingga rnerupakan bahan material
yang kuat dan fleksibel sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keistimewaan kayu
lapis sebenamya terletak pada susunan lapisan finimya. Finir-finir tersebut
direkatkan satu sama lain dengan arah serat bcrsilangan tegak lurus. Dengan cara
demikian kekuatan kayu yang secara alamiah hanya terletak searah dengan arah
serat sajs, dirubah kehuatannya menjadi tersebar merata sehingga panel-panel
yang relatif tipis dimungkinkan rnemikul beban yang sama dengan kayu solid
yang jauh lebih tebal.
Produksi kayu lapis Indonesia sebagian besar diarahkan untuk memenuhi
pernlintaan ekspor disamping untuk penggunaan &lam negeri. Negara pengimpor terbesar produk kayu lapis Indonesia adalah Jepang, kemudian diikuti negara-
negara lain seperti Arnerika, Jeman, Hongkong, Thailand dan China (Dephutbun,
1999). Volume ekspor kayu Papis pada tahun 1999 mencapai 7,7 juta m3 dengan
nilai 2,7 milliar dolar AS. Industri ini secara nyata telah memberikan sumbangan
yang cukup besar dalam perolehan devisa negara setelah minyak dan gas bumi
(Apkindo, 1999). Berdasarkan hasil sensus industri Apkindo sarnpai akhir tahun
1999 tercatat sebanyak 121 buah industri kayu lapis yang rnasih beroperasi
dengan kapasitas terpasang sebesar 11.537.197 m3 per tahun (Apkindo d&
Selama ini diketahui bahwa bahan baku kayu lapis addah kayu-kayu
dengan berat jenis sedang dan kebanyakan mempunyai keawetan alarni yang
rendah sehingga rentan oleh serangan organisme perusak kayu. Dalam
penggunaan kayu lapis baik sebagai bahan bangunan maupun penggunaan lain
banyak dipengaruhi oleh faktor biologis, fisis, mekanis maupun kimia yang akan
menimbnlkan kerusakan pada produk-produk kayu tersebut. Pengaruh terbesar
yang banyak menimbulkan kerugian adalah faktor biologis. Hal ini didukung oleh
jumlah dan jenis organisme perusak kayu di Indonesia yang cukup tinggi serta
kondisi lingkungan di Indonesia yang mendukung perkembangannya. Salah satu
jenis organisme perusak kayu yang mengakibatkan kemgian cukup besar adalah
rayap tanah Coptofermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotennitidae).
Spesies ini mempunyai penyebaran yang luas clan kasus serangannya tejadi
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kemarnpuan merusak rayap tanah erat
hubungannya dengan ukuran populasi yang tinggi dari satu koloni, wilayah jelajah
yang luas, dan daya adaptasi terhadap lingkungan yang cukup baik.
Beberapa metode pengawetan kayu lapis yang telah dikenal adalah dengan
cara mengawetkan finirnya, mencampurkan bahan pengawet ke dalam perekat
serta pengawetan kayu lapis setelah proses perekatan. Pemilihan metode
pengawetan dan bahan pengawet yang tepat diharapkan tidak akan menurunkan
daya rekat kayu lapis. Dalam ha1 ini perlu dilakukan penelitian menggunakan
bahan pengawet yang diharapkan &pat memperbaiki keawetan kayu lapis pada
khususnya tanpa menurunkan sifat fisis dan mekanisnya.
Sejalan dengan kepedulian manusia terhadap lingkungan terutarna adanya
penekanan penggunaan bahan kimia berbahaya sekecil mungkin, maka teknologi
pengendalian rayap dengan bahan pengawet yang lebih aman dan ramah
lingkungail dengan biaya yang relatif murah terns dikembangkan. Dalam kaitan
ini Bifenthrin merupakan salah satu bahan pengawet yang direkomendasikan oleh
Komite Pestisida Indonesia. Bifenthrin merupaku: pyrethroid sintetis termasu!!
dalam kelompok insektisida alami. Aktifitas kerjanya bersifat gangguan terhadap
syaraf serangga, terutama melalui syaraf penciuman dan pengecapan. Bifenthrin
pernah dicobakan untuk mencegah serangan bubuk kayu kering (Dinoderus
Minutus FAB) pada rotan. Hasilnya menunjukkan bahwa pada konsentrasi larutan sebesar 0,04 % bifenthrin cukup efektif untuk rnencegah serangan bubuk kayu
kering dengan mortalitas 100 % (Hartono, 1995). Sedangkan efehititas bif'enthnn
untuk mencegah serangan rayap belwn banyak diketahui. Demikian juga
penganlhnya terhadap sifat fisis dan mekanis kayu lapis.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas perlu untuk mengkaji
penggunaan bifenthrin sebagai bahan pengalvet untuk mendapatkan produk kayu
lapis yang handal.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan senyawra bifenthrin
yang ditambahkan pada perekat kayu lapis ditinjau dari sifat fisis, mekanis dan
ketahanan terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus Holrngren.
Manfaat Penelitian
pengendalian serangan rayap tanah C. curvignattzm Holmgren dengan senyawa
bifenthnn yang dapat diaplikasikan pada industri
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, diajukan beberapa
hipotesis sebagai berikut.
I . Bifenthrin pada dosis tertentu efektif untuk rnengurangi serangan rayap C. cuwig~zuthus Holmgren.
2. Penambahan Bifenthrin tidak menurunkan sifat fisis dan mekanis kayu lapis.
TINJAUAN PUSTAKA
khyu Lapis
Kayu lapis adalah produk panel-panel kayu yang direkat bersama sellingga
arah serat sejumlah finir tegak lurus dan yang lain sejajar sumbu panjang panel. Pada kebanyakan tipe kayu Iapis setiap dua lapisan sekali diletakkan sejajar yang pertama.
Karenanya untuk menjaga keseirnbangan dari satu sisi panel ke yang lainnya
digunakan jumlah finir yang ganjil (3,5,7,9 dan setemsnya). Sejumlah kayu lapis
diproduksi dengan jumIah genap, contoh utama adalah kayu lapis dari kayu daun
janun (soft wood) yang terbuat dari 4 atau 6 lapisan finir. Dalarn ha1 ini dua fink diletalckan sejajar untuk rnembentuk inti pueat yang tebal (Haygreen d m Bowyer,
1989). Perkin (1962) rnenyatakan bahwa kayu lapis adalah panel rekayasa yang
terdiri dari lembaran finir dengan jumIah ganjil yang disusun secara bersilangan antara finir yang satu dengan finir yang lainnya yang kernudian direkat dan ditekan
secara bersamaan dengan perekat tahan air yang mernpunyai kekuatan yang lebih
besar daripada kayu itu sendiri.
Pada dasarnya semua jenis kayu dapat dijadikan fkir, tetapi dalam praktek hanya beberapa jenis saja yang dipergunakan karena beberapa alasan seperti besamya
sumber, kemudahan pengupasadpenyayatan, karakteristik perekatan, kerapatan kayu,
komposisi clan karakteristik mesin, rnutu hasil olahan dan lain sebagainya
(Surjokusumo, 1984).
Kayu yang akan digunakan untuk kayu lapis harus memiliki beberapa persyaratan seperti berikut ini Qkljapar, 1996):
1. Bentuk kayu lurus dan bulat
2. Kayu cukup mudah atau lunak jika dikupas.
4. Tidak banyak terdapat mata kayu.
Secara umum langkah-langkah dasar pembuatan kayu lapis meiiputi tahap
pemanasan blok (kayu yang masih berupa log), penpupasan (penyayatan log),
penyimpa~an dan pemotongan .tinir, pengeringan finir, pelaburan perekat serta
penyusunan dan pengepresan finir menjadi kayu lapis (Michael, 1999).
K a y lapis sangat praktis untuk komponen bangunan karena merupakan
lempengan yang lebar dan Iuas yang cocok untuk penutup lantai, dinding maupun
atap. Karena susunan lapisannya panel kayu lapis rnempunyai bentuk yang stabil,
kekuatan yang lebih homogen dibandingkan kayu utuh (solid), mudah dipotong-
potong dan dike jakan, kuat dan kaku, siap dipakai secara langsung, &pat disambung
dengan paku atau perekat, dan pemukaannya dapat langsung dicat karena sudah
cukup halus (Surjokusurno, 1984).
Urea Formaldehida sebagai salah satu perekat sintetis untuk merekat kayu
lapis dapat tersedia dalam berbagai bentuk seperti bubuk, cairan, pasta dan sebagainya. Urea formaldehida adalah salah satu jenis perekat thermosetting yang
termasuk dalam kategori perekat interior (Vick, 1999).
Kayu lapis dapat dimasukkan ke ddam panel kayu (wood basepanels) seperti
halnya papan partikel, papan wol kayy papan serat dan produk semacamnya. Selain
itu kayu lapis dapat pula dimasukkan ke dalam kayu majemuk (composite wood)
karena terdiri atas beberapa komponen yang direkat menjadi satu dengan bahan
perakat (Sutigno, 1994).
Fonnaldehda adalah aldehida alifatik yang paling sederhana dan secara
komersial paling penting. Sejak satu abad lalu formaldehida dlproduksi dan
berperan penting dalam pembuatan (sintesa) senyawa-senyawa organik (F'rayitno,
1990).
Kualitas kayu lapis ditentukan oleh beberapa macam hal berdasarkan kriteria
tertentu diadakan penggolongan kualitas kayu lapis. Pada saat ini yang sudah dikenal
adalah penggolongan herdasarkan finir luar dan berdasarkan keteguhan rekatnya. Keadaan finir di luar ditentukan ole11 keadaan kayunya @ahan baku) dan oleh proses
pengolahannya. Penggolongan kualitas kayu lapis berdasarkan keteguhan rekatnya
ditentukan oleh macam perekat d m komposisinya. Pada garis besarnya kayu lapis digolongkan ke &lam kayu lapis interior clan kayu lapis eksterior. Berbeda dengan
keberadaan finir luar yang dapat dengan rnudah dilihat, maka keteguhan rekat kayu lapis tidak dapat dilihat sehmgga peneraan tmda pada kayu lapis memegang peranan
penting (Sutigno, 1994).
Penggolongm kayu lapis berdasarkan penggunaamya dibagi dalam dua
kelompok yaitu kayu lapis penggunaan umum clan kayu lapis penggunaan khusus. Kayu lapis struktural termasuk kayu lapis penggunaan khusus. Kayu lapis struktural
adalah suatu tipe kayu lapis tertentu yang strukhrrnya terdiri atas susunan lembaran-
lembaran finu saling tegak lurus dan digunakan dalam struktur bangunan, clan dalam
penggunaannya memerlukan perhitungan beban. Kayu lapis siruktural dibuat dengan
mengutamakan kemampuan panel mernikul beban konstruksi yang direncanakan
(Surjokusumo, 1984).
Pengawetan Kayu Lapis
Pengawetan kayu lapis mempakan kegiatan untuk meningkatkan daya tahan
kayu lapis terhadap serangan faktor-faktor p e n w k kayu, sehingga dapat
perlakuan pengawetan yang digunakan tidak menurunkan sifat-sifat kayu lapis
tersebut (Apkindo, 1978).
Jenis kayu yang umum dipakai untuk kayu Iapis termasuk kelas awet I11
seperti keruing, kelas kuat IV seperti meranti dan kelas kuat V seperti jelutung. Sifat
keawetan dari kaya praktis tidak berubah setelah menjadi kayu lapis. Bila finu dalarn terbuat dari kayu kelas awet V dan finir Iuar dari kelas awet HI maka jika ada seragan
rayap, yang akan rusak adalab h i r dalam lebih dulu. Usaha untuk meningkatkan
keawetan kayu lapis dapat dilakukan dengan menambahkan bahan pengawet ke
dalam perekat, rnengawetkan finirnya, atau mengawetkan kayu lapisnya (Sutigno, 1984).
Hunt dan Garrat (1967) menyatakan bahwa metode pengawetan kayu lapis secara pelaburan pada permukaan kayu Iapis, sebagian zat cair akan masuk ke dalam
kayu sebagai akibat dari gaya kapiler tetapi penetrasinya biasanya tidak begitu d a l m .
Permukaan kayu lapis hams cukup halus agar penetrasi larutan pengawet berlangsung
sempuma, hsamping itu jumlah clan konsentrasi bahan pengawet yang dilaburkan hams tepat. Metode pelaburan adalah cara yang paling sederhana dan sangat rnudah
dilakukan, serta tidak memerlukan biaya besar. Sedangkan menurut Apkindo (1978)
menyatakan pada pengawetan cara sederhana seperti pelaburan, perembesan bahan
pengawet dangkal sehingga hanya efektif luituk jangka waktu yang relatif pendek.
Karena perembesan yang dangkal ini kayu lapis yang diawetkan janganlah dipotong
tanpa mengawetkan bagian-bagian bekas potongan.
Mengawetkan finir sebelum dirakit rnenjadi kayu lapis sebadaya
menggunakan bahan pengawet yang cocok sehingga tidak mengurangi nilai
keteguhan rekatnya. Telah dibuktikan bahwa keteguhan rekat kayu lapis yang
arsen (CCA) menunjukkan perbadaan jika dibandingkan dengan kayu lapis yang
finimya tidak diawetkan @inlay, 1962). Sedangkan menurut Sutigno (1994),
mengawetkan finir sebelum dirakit menjadi kayu lapis akan menyebabkan keteguhan
rekat menurun. Hal ini berlalcu bagi perelat buatan seperti Urea Formaldehida (ID),
Fen01 Formaldehida (PF)-ataupun perekal. dam yang terbuat dari tumbuhan
Mengawetkan finir sebelum dirakit menjadi kayu lapis akan memberikan hambatan yang nyata dalam proses perekatan akibat adanya bahan pengawet yang ada
pada permthan finir &-an menjadi penghambat dalam mencapai hubimgan yang era€
antara perekat dm h i r @unt dan Garrat, 1967). Hambatan-hambatan seperti tersebut
diatas dapat dikurangi apabila beberapa persyaratan dapat terpenuhi sebagai berikut (Prayitno, 1984):
a. Permukaan finir yang direkat hams benar-benar rata dan halus, misalnya diamplas sebelum direkat.
b. Bahan pengawet mampu tetap tinggal di dalam finir pada waktu pengeringan finir. Hal ini sulit dilakukan untuk jenis bahan pengawet larut air, karena bahan pengawet larut air akan i h t bersama-sama ke permukaan kayu &bat gaya kapiler dan gaya lainnya yang mendorong air keluar dari kayu pada waktu pengeringan.
c. Menggunakan bahan pengawet yang mampu mengadakan ikatan yang kuat bersama-sama dengan perekatnya ataupun
f i
sebagai bahan yang direkat.Bahan Pengawet
Bifenthrin (C23H22CF3o2) merupakan bahan aktif yang terdapat sebasar
25,3396 pada bahan pengawet yang bernama dagang Biflex 25 EC. Bifenthrin
mempunyai nama kimia (2 methyl { 1,l- biphenyl]
-
3-
Y) methyl 3 - (2-
chloro-3,3,3-trifluoro-propenyl)
-
2,2-
dimetyl-
cyclopropane carboxilate hasil penemuanpengecapan. Mengganggu enzim perut serangga dan memberikan rangsangan
[image:118.487.43.418.33.604.2]penolakan yang diberi bahan pengawet ini.
Gambar I . Rumus Bangun Senyawa Bifenthrin
Yang dimaksud dengan formulasi EC (Enzulsihle Concentrate) adalah
formulasi pestisida berupa pekatan jemih yang dapat diemulsikan dengan air.
Bifenthrin juga dapat melar~tkan lemak, susu dan alkohol. Selain itu bahan pengawet
Biflex 250 EC ampuh dan efektif untuk:
1. Mencegah serangan rayap tanah dengan konsentrasi bahan pengawet 0,06%
-
O,12%2. Mencegah serangan rayap kayu kering dengan konsentrasi brthan pengawet 0,006%
3. hfencegah bubuk kayu dengan konsentrasi 0,06%
4. Mencegah lebah dan semut dengan konsentrasi 0,06%
Data fish bifentbrin antara lain: berupa cairan berwarna coklat kekuningan, kekentalan cairan 4,8
-
5,5 sentipoise pada suhu 20°C, lama penyimpanan lebih dari 2 tahun pH 5.7*
0,7, tihi nyala 37OC- 43OC.
Tidak bersifat korosif terhadap lagam dan tidak mudah menguap \'FMC, 1987).Rayap CoptoLerrnes curvignuthus Holmgren
Ordo : Isoptera
FamiLi : Rhinotermitidae Subfamili : Coptotermitinae
Genus : Coptotennes
Species : Coptotemes curvignathus Holmgren
Rayap adalah serangga kecil, bertubh lunak yang hidup berkoloni
(bermasyarakat), sehitrgga disebirt serangga sosial yang dapat menyerang melaltii riga
jdan utarna unhlk dapat masuk rumah:
a. Menyerang kayu yang berhubungan langsung dengan tanah
b. MelaIui retakan-retakan atau celah-celah, plesteran, pondasi dinding tembok.
c. Membangun pipa-pipa perlindungan di atas bahan-bahan yang tidak dapat ditembus untuk mencapai sasaran.
Rayap C. curvignathus daerah penyebarannya sangat luas di dunia termasuk
di Asia tenggara d m di Indonesia terdapat
*
200 species rayap atau sekitar 10% dari total jenis rayap yang ada di dunia. Tempat bersarang rayap tersebut bisa di dalamkayu yang sudah mati, kayu yang masih hidup atau di dalam tanah dan mempunyai cara-cara mekanis untuk pertahanannya yang dalarn ha1 ini rayap kadang-kadang diperlengkapi/mempunyai satu cairan kimia yang lengket dan beracun disekresikan
pada musuhnya (Rodriguez and Slansky, 1987). Di h e r a h tropika rayap tanah merupakan salah satu serangga perombak yang penting yang memsak kayu bangunan
dan bahan laimya seperti bambu, kertas, papan clan bahat~ berlignoseldosa l&mya.
Menurut Tarumingkeng (1971), C. curvfgnathus merupakan salah satu rayap
dan cekaing pada bagian depan kepala antara dua mat% pada bagian mesonoturn dan metonaturn terdapat sayap yang mempunyai tipe reticulate (seperti semacam jarhg)
tanpa bulu-bulu. Famili ini dikenal sebagai rayap tanah. Jenis rayap ini dapat hidup
walau tanpa berhubungan dengan tmah, jika kayu yang dierang mendapat air secara teratur, misalnya pada bagian-bagian rumah yang ~cemperoleh air hujan karena
kebocoran atap dan bagian-bagian dekat karnar mandi.
Graham (1952) menyatakan bahawa C. curvignathus merupakan hama serius
pada pohon karet di Asia Tenggara d m menyerang kulit pohon pada bagian lainnya.
Untuk rnencapai sasarannya rayap jenis ini membuat tunnels bawah tanah dan kadang-kadang tunnels tersebut ditutupi dengan bekas kayu yang diserang dan
partikel
tanah.
Sarangnya terdapat pada kayu rnati, log atau tunggul kayu tua. Sarangterdiri dari kamar-kamar yang berbelok-belok dan diisi dengan lapism tipis karton
kayu keras membentuk stnrktur kerusakan sarang lebah (honey comb damage).
Struktur ini membentuk sarang sekunder terdiri dari pekerja, prajurit dan telur-telur dibawa ke tempat inidani sarang utama. Sedangkan menurut Sorrnuwat (1996), jenis
rayap dari famili Rhinotennitidae seperti Reticuliterrnes spp dan Coptotermes spp
banyak digunakan dalam penelitian karena rayap tersebut sangat ganas serangannya
terhadap tnaterial kayu atau bahan lain yang mengandung selulosa.
Nandlka dan Husaeni (1991) menyatakan bahwa kasta pekerja rayap jenis C.
curvignathus yang berwarna putih pucat ini mampu membentuk saluran-saluran yang
ditutupi oleh tanah yang melekat pada tembok maupun kayu. Disamping sebagai
tanpat perhidungan dari predator dm1 si~m rnatahari tanah tersebut juga berfimgsi untuk mernpertahankan kelembaban dan suhu sehingga keadaan seperti habitat
mengeluarkan eksudat seperti susu yang berguna untuk melumpuhkan musuhnya.
Mandibulanya berwarna rnerah kecoklatan, berbentuk seperti anIt dan melengkung di
ujungnya. Rayap secara umum memakan kayu atau bahan yang berselulosa. Selulosa
dalam makanan dicerna d e h berbagai protiata flagelata tidak terbilang jumlahnya yang hidup dalam saluran pencemaamya. Hubungan ini adalah suatu contoh
simbiosis mutualisme. Beberapa rayap ~nengandung bacteria clan flagelata. Rayap
melakukan satu bentuk pertukaran cairan dubur (tropalaksis) dengin cara inilah
milaworganisme usus ditularkarr dari satii indivldu ke individu ymg lainnya.
Rayap C. c~rvignathus dalam kehidupan sosialnya dapat dijumpai kasta-kasta reproduktif primer, reproduktif sekunder, peke j a (steril) dan prajurit (steril). Kasta reproduktif mempunyai panjang badan 7,5 - 8 m, sedang yang bersayap
BAHAN DAN METOIIE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di taboratorium Biologi Hrrsil Hutan Pusat Studi
Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor (IPE), PT. Alas Kusuma Pontianak,
Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan LPB, dan
Laboraiorium Keteknikan Kayu Fakultas Kehutanan IPB dari bulan Februari 2001
sampai Agustus 2001.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan d m alat yang digunakan dalam penelitian adalah kayu tusam
(Pinus merktlsii Jungh et de Vriese) untuk pernbuatan kayu lapis di laboratorium. Campuran kayu meranti merah face), meranti kuning (Crossband dun bac& dan
kamper (core) untuk pembuatan di PT. Alas Kusuma Pontianak, Bifenthrin,
termitarium, koloni rayap C. cuwignathus Hoimgen, Horpres dan Coldpress,
timbangan satorius, Universal Testing Machine
(w
merk Amsler danBaldwin, dan Scanning Electron Microscope (SEMI.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Kayu Lapis
Di Luboratorium
Finir dibuat dan kayu tusam (Pinus merkusir Jungh et de Vriese) dengan
ketebalan 1,5 mm untuk face, back d m core, sedangkan untuk crossband tebalnya
2,5 mm. Finir tersebut kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 50°C
sampai kadar airnya c 10%. Sebelum dibuat kayu lapis lembaran-iembaran finir
dan kotoran. Kayu lapis dibuat dengan menyusun lima buah finir dengan arah
serat yang bersilangan. Perekat yang digunakan adalah UF denganJifler tepung tempurung kelapa, lzardener N-CL dan bahan pengawet bifenthrin yang akan
diketahui efektivitasnya. Berat labur yang digunakan adalah 300 g/m2 dengan
sistem pelaburar, double glue line. Kemudian dilakukan pengempaan dingin
selama 11 menit dilanjutkan dengan kempa panaq selama ;O menit dengan suhu kempa 110 O C dan tekanan kempa 110 psi. Dosis bifenthrin yang ditambahkan
untuk masing-masing perlakuan adalah 0 g a.i/m3 (kontrol), 10 g a.i/m3, 20 g
a.i/m3, 30 g a.i/rn3 ,40 g a.i/m3. Kayu lapis yang sudah jadi kemudian dikondisikan
selama 14 hari.
Di Pabrik
Kayu lapis dibuat dari campuran kayu kamper, meranti merah dan meranti
kuning dengan bahan perekat campuran melamin dan urea formaldehida. Finir
disusun sebanyak lima lapis dengan ketebalan 1,3 mm untuk face dan back, untilk core 3,6 mm sedangkan untuk crossband tebalnya 2,7 mm. Berat labur yang
digunakan adalah 300 &m2. Bahan pengawet Rifenthnn dicampurkan daIarn perekat dengan dosis 0 g a.i/m3 (kontrol), 10 g a.i/m3, 20 g a.i/m3, 30 g a.i/m3, 40 g a.i/m3. Pengempaan dilakukan dengan kempa dingin selama 10 menit dan
dikempa panas selama 2 menit. Kemudian kayu lapis dikondisikan selama 14
hari.
Pernbuatan Contoh Uji
Nasional Indonesia (SNI 0 1 - 2704 -1992), Untuk pengujian efikasi didasarkan
atas Standar Austsalia (Gay et. al., f 9 5 5 ) . Sementara itu pengujian sifat mekanis
(keteguhan rekat, keteguhan tekan, Modulus elastisitas, dan Modulus patah)
didasarkan atas Standar Jepang (JAS, 1983). Untuk mengetahui kedalaman
masuknya bahan perekat ke &lam lapisan finir dilakuKan pengamatan dengan
menggunakan Scannirzg Electron Microscope (SEM) JEOL JSM 5200 dengan
perbesaran 350x. Skema pernotongan contoh uji dari masing-masing lembaran kayu lapis lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Garnbar 2. Skema Pemofongan Contoh q i Srfat Fisis. Mekanis dun Keawetan Kayu Lapis setelah Aplikusi Senyuwa B~yenthrin
Keterangan :
A I , A ~ = Contoh Ui Keteguhan Lentur dan Keteguhan Patah (MOE/MOR)
C1, Cz = Contoh Uji K e t e d a n Rekat (Interior I dan Interior 11)
E = Kontrol
F = Contoh Uji Kadar Air clan Kerapatan G = Contoh Uji Delaminasi
H1,H2 = Contoh Uji Keteguhan Tekan
I = Contoh Uji Pengembangan Tebal dan Penyerapan air
Yengujian Sifat Fisis Kadar Air
Penentuan kadar air kayu lapis didasarkan atas standar uji kayu lapis
Indonesia (SNI-01-2704 -1992). Contoh uji berukuran 10 x 10 cm ditimbang
untuk mengetahui berat awalnya. Setelah itu dikeringkan dalam oven
dengan suhu 103
*
2 "C sampai mencapai berat konstan. Kadar air kayulapis dapat dihtung ctengan nunus:
Kadar Air (%) = Bb
-
BKt x 100% BKtdimana: Bb = Berzt awal (g) BKt = Berat Kering tanur (g)
Kerapatan
Penentuan nilai kerapatan diukur berdasarkan standar uji kayu lapis
Indonesia (SNi-01-2704 -1992). Contoh uji berukuran 10 x 10 cm
dikeringkan dalam oven dengan suhu 103
*
2 OC sampai mencapai beratkonstan. Setelah beratnya konstan cuntoh uji diukur dimensinya. Kerapatan
kayu lapis dapat dihitung dengan rutnus:
Kerapatan = BKt/ V
Pengembangan Tebal dan Penyerapan Air
Pengembangan tebal dan penyerapan air diukur berdasarkan standar
uji kayu lapis Indonesia (SNI-01-2704 -1992). Contoh uji berukuran 5 x 5
cm, direndam dalam air sarnpai tenggelarn. Setelah jenuh air contoh uji
diangkat dan diukur ketebalannya. Contoh uji yang sudah diukur
ketebalannya pada saat basah, kemudiaii dikeringkan dalam oven pada suhu
60 O C selama 3 hari dan diukur juga ketebalannya. Sebelum dan sesudah
perendaman contoh uji ditimbang untuk mengetahui besamya penyerapan
air. Pengembangan tebal kayu lapis dapat dihitung dengan rumus:
dimana: T = Persentase pengembangan tebd (Oh)
tl = Ketebalan kayu lapis setelah dioven (mm) t2 = Ketebalan kayu lapis setelah direndam (mm)
Sedangkan untuk Penyerapan Air dapat dihitung dengan nunus:
dimana:WA = Penyerapan air (%)
Ba = Berat kering tanur sebelum direndam (g) Bb = Berat kering tanur setelah direndam ( g )
Delaminasi
Contoh uji dengan ukuran 7,s x 7,s crn direndam air panas 70 + 3 "C C selama 2 jam, kemudian contoh uji dikeringkan &lam oven 60 + 3 "C
selama 3 jam. Persyaratan minimum adalah panjang Iapisan yang lepas atau
terbuka (delaminasi) h a n g dari 2,5 cm. Bila 2,5 atau lebih berarti tidak
Pengujian Sifat Mekanis Xetegultan Rekat
Keteguhan rekat kayu lapis diukur berdasarkan standar uji kayu lapis
Indonesia (SNI-01-2704 -1992). Contoh uji keteguhan rekat dibuat menjadi
tiga lapis, Oan setelah itu dibuat takikan dengan lebar 3 mm. Untuk
pengujian kayu lapis interior I, sebeIum pengujian contoh uji diberikan
perlakuan pendahuluan yaitu dengan merendam contoh uji dalam air panas
pada suhu 60 "C + 3 "C selama 3 jam dan dicelupkan dalam air dingin
sampai mencapai suhu kamar. Contoh uji tersebut diuji dengan alat uji geser
tarik pada waktu masih basah. Sedangkan untuk pengujian kayu lapis
interior I1 contoh uji langsung diuji dengan uji geser tarik. Mesin uji
keteguhan rekat yang digunakan adalah UTM Baldwin dan data yang dicatat
adalah beban putus (kg) dan luas bidang geser (cm2).
Nilai keteguhan rekat dihitung dengan:
dirnana: Fs = Kete y h a n Geser Tarik (kdcm2) P = Beban tarik (kg)
Bh = Luas bidang geser (cm2)
Sedangkan kerusakan kayu dihitung dengan rumus:
Kerusakan kayu = Luas kerusakan (cmZ) x 100% Luas bidang geser (cm2)
Nilai keteguhan rekat adalah:
Keteguhan rekat = Beban vutus (kg) x f Luas bidang geser (cm2)
dimana: f = Koefisien ratio antara tebal lapisan inti dengan lapisan
Koefisien ratio diperoleh dari perbandingan antara tebal lapisan inti dengan lapisan muka. Berdasarkan SNI 01 - 2704 - 1992, nilai koefisien
ratio dapat dilihat pada Tabel I.
[image:128.487.83.388.118.415.2]Tabel 1. Ratio Tebal Lapisan Inti Dengan Lapisan Muka
Gambar 3. Sketsa Contoh Uji Pengujian Keteguhan Rekat Perbandingan tebal
1.5
-
(2.02.0
-
(2.52.5 - <3.0
3.0 -< 3.5
3.5 -<4.0
4.0 - <4.5
t 4.5
Gambar 4. Pengujian Keteguhan Rekat K a y u Lapis dengan Uji Geser Tarik
Keteguhan Lentur
Pengujian keteguhan Ientur statis didasarkan atas JAS for Structural
Plywood (1983). Contoh uji diletakkan pada alat uji arnsler berkapasitas 6000
kgf, dengan jarak sangga 14 kali tebal contoh uji, diberi perlakuan
pembebanan secara teratur dengal laju pembebanan rata-rata tidak melebihi
150 kg/cm2 per menit. Defleksi akibat pembebanan dibaca pada deflektometer
yang pengamatannya dilakukan pada setiap penarnbahan beban 5 kg, dimulai
pada pembebanan 10 kg sampai 35 kg. Perhitungannya tnenggunakan persamaan regesi linear sederhana dengan model persamaan Y = a
+
bx,dimana Y merupakan besarnya defleksi yang terjadi pada saat beban sebesar
Nilai MOE dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MOE = P L~ / 4 b h3 Y (kgkm2)
Dimana: P = Beban sebelum batas proporsi (kg), di tengah-tengah bentang
L = Jarak sangga (cm)
b = Lebar contoh uji (kg) h = Tebal contoh uji (cm)
Y = Defleksi yang terjadi akibat P (cm)
Sedangkan nilai MOR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
MOR = 3 PL !2 bh (kgicm2)
dimnana: P = Beban maksimum (kg), di tengah-tengah bentang L = Jarak sangga (cm)
b = Lebar contoh uji (cm) h = Tebal contoh uji (cm)
Gambar 5. Sketsa Pengujian Keteguhan Lentur
Keteguhan Tekan
dimana: K& = Keteguhan tekan (kdcmi)
Pmaks = Beban maksimurn (kg)
[image:131.489.113.350.63.225.2]A = Luas permukaan contoh uji (cm2)
Gambar 6. Sketsa Pengujian Keteguhan Tekan
Pengujian Efikasi
Pengujian efikasi bahan pengawet Bifenthrin berdasarkan prosedur
Gay et. al., 1955. Contoh uji kayu lapis bemkuran 4 x 20 cm dimasukkan
&lam botol gelas dengan volume 3,5 liter yang telah diisi dengan media rayap
sebanyak 150 gram. Kelembaban diatur sedemikian rupa dengan
menambahkan air pada media sehingga rnendekati kelembaban 80 O h . 10 gram
rayap tanah C. curvignathus dimasukkan ke dalam botol gelas tersebut, kemudian diletakkan di &lam ruangan geIap yang mempunyai tempera- 30
"C selama deiapan minggu. Setelah delapan minggu pengumpanan, dilakukan pembongkaran termitarium dan dilakukan perhitungan persentase kehilangan
berat umpan dan mortalitas rayap. Adapun perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Persentase Kehilangan Berat Untgan
Pengujian efikasi bahan pengawet diukur dari besarnya persentase
A
=W - F ~100%
Wdimana: A = Persentase kehilangan berat contoh uji {%)
W = Berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan ke rayap (9)
F =Berat kering oven contoh uji setelah diumpankan ke rayap ( g ) Mortalitas Rayap
Persentase mortalitas rayap dapat dihitung dengan menggunakan
dimana: M = Persentase mortalitas rayap (%) M1 = Jumlah rayap yang mati ( g )
Gambar 7. Termitarium yang Digunakan untuk Pengumpanan Contoh Uji terhadap Rayap Tanah C curvignathus
Analisis Penetrasi Perekat
Penetrasi perekat kedalam finir pada masing-masing diamati dengan
banhlan Scanning Electron Microscope (SEW JEOL JSM 5200 masing- masing periakuan. Contoh uji berukuran 5 x 5 x 2 mm diletakkan pada plat yang telah dilapisi karbon hitam. Selanjutnya specimen dilapisi dengan paliadium gold secara vakum pada mesin JEOL JFC 1 100
E
selarna 4 menit.Kemudian diamati penetrasi perekat di sekitar garis rekat dengan perbesaran
Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan
lima kali ulangan. Perbedaan dosis bahan pengawet yang dicampurkan &lam
perzkat dianggap sebagai perlakuan.
Model urnurn rancangan x a k lengkap adalah sebagai berikut:
Dimana:
Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dengan perlakuan ke-j P = Pengaruh nilai rata-rata urnum
Xi = Perngaruh sebenarnya dari perlakuan ke-i
~ i j = Pengaruh kesalahan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
I = Perlakuan ke-1,2,3.. . n J = Ulangan ke-1,2,3.. .n
Untuk mengetahui a& tidaknya pengaruh perlakuan terhadap sifat
kayu lapis maka dilakukan uji F. Jika pengaruh perlakuan nyata maka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Constituent Ratio
Constituent Ratio adalah perbandingan antara jwnlah tebal finir yang arah
seratnya sejajar terhadap arah serat firiir permukaan dengan tebal total kayu lspis.
Tebal finir yang sejajar dengan finir luar menentukan sifat kekuatan kayu lapis.
Senlakin besar jumlah tebal finir yang sejajar dengan finir luar maka kekua-zin
kayu lapis akan semakin tinggi, hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan
kekxratan antara sejajar dan tegak lurus arah sent kayli. Hasil identifikasi kayu
lapis berdasarkan ketebalan finir penyusunnya baik prod-&si laboratorium
maupun pabrik dapat dillihat pa& Tabel 2.
Keterangan:
TFL = Tebal finir searah arah serat finir perrnukaan C R = Constituent Ratio
Tabel 2. Nilai Constituent Ratio Berdasarkan Ketebalan Finir
Nilai Constituent Ratio rata-rata contoh uji kayu lapis yang dibuat di
laboratorium adalah 47,650 O h , sedangkan kayli lapis yang dibuat di pabrik adalah
-
No.1.
2.
49,971 %. Dibandingkan dengan persyaratan yang teeera pada SKI. C
-
bo - 002 Tebal Kayu Lapis (mm)9,5 ( 1,5-2,5-1,5-2,5-1,5 )
1 1,6 ( 1,3-2,7-3-6-2,7- 1,3 ) Jenis
Laboratorium
Pabrik
tahun 1987 (Nilai Constituent Ratio yang disyaratkan berkisar antara 40 %
-
65%), baik kayu lapis yang dibuat di laboratoriwn maupun di pabrik memenuhi
TFL
(mm)4.5
6 2
standar yang dipersyaratkan.
CR
(%)47,650
[image:135.485.41.429.19.572.2]Sifat Fisis Kayu Lapis Kadar Air
Hasil Pengujian sifat fisis kayu lapis proctuksi laboratorium rnenunjuklran
bahwa nilai rata-rab kadar air pada contoh ilji koiltrol adalah 11,336 %,
sedangkan contoh uji yang mendapat perlakuan nilainya bervariasi antara 11,035
YO sampai dengan 11,573 % (Gambar 8). Nilai rata-rata kadar air secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 1.
0 10 20 30 40
[image:136.489.45.423.54.605.2]Dosis Bifenthrin (g a.ilmS)
Gambar 8. Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Kadar Air Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Psbrik
Hasil analisis keragaman kadar air menunjukkan bahwa pengawetan kayu
lapis tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air kayu lapis yang
dihasilkan. Gambar 8 memperlihatkan hubungan antera kadar air kayu lapis
dengan dosis bifenthrin. Terlihat bahwa kadar air pada masing-masing perlakuan
cenderung homogen/seragam. Nilai kadar air contoh uji kayu lapis produksi
laboratorium yang dihasilkan dalarn penelitian ini memenuhi Standar Nasional Indonesia 01-2704- 1992 (I 14%).
Kadar
air rata-rata kayu lapis kontrol hasil produksi di pabrjk adalahantara 8,506 % sampai dengan 9,209 % (Garnbar 8). Nilai rata-rata kadar air dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Hasil analisis keragaman kadar air kayu lapis produksi di pabrik
menunjukkan bahwa perlakuan pengawetan tidak berpengaruh nyata terhadap
nilai kadar air kayu lapis. K a h r air p& masing-masing perlakuan cenderung
homogen/seragam. Nilai kadar air contoh uji b y u lapis yang dihasilkan &lam
penelitian ini secara keselwvhan memenuhi Standar Nasional Indonesia 01
-
2704-
1992 (I 14%).Kerapatan
N~lai rata-rata kerapatan kayu lapis produksi laboratoriurn untuk masing-
rnasing perlakuan penambahan senyawa bifenthrin pada beberapa dosis yang
berbeda menunjukkan nilai yang seragam/homogen. Data nilai rata-rata kerapatan
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hasil penelltian menunjukkan kerapatan kayu lapis rata-rata adalah 0,714
g/cm3. Kisaran besarnya kerapatan antara 0,701 &cm3 sampai 0,729 &m3. Hasil analisis keragaman kerapatan wntoh uji kayu lapis yang terlihat pa& Lampiran 5
menunjukkan bahwa pengawetan kayu lapis tidak berpengaruh terhadap kerapatan
kayu lapis yang dihasilkan. Sutigno dan Sulastiningsih (1992) menyatakan bahwa
kerapatan kayu lapis dipengaruhi oleh kerapatan bahan baku kayu lapis, tekanan
kempa, adanya perekat dan lama pengempaan dalam proses pernbuatan kayu
lapis. Kayu lapis yang dibuat dari kayu dengan kerapatan tinggi akan
menghasilkan kayu lapis dengan kerapatan tinggi pula. Pembuatan kayu lapis
akan meningkatkan kerapatan. Kayu lapis yang dihsilkan selalu lebih tinggi dari
penelitian ini dimana rata-rata kerapatan kayu tusam sebagai bahan dasar kayu lapis adalah 0-55 &m3 dan kayu lapis yang dihasilkan mempunyai kerapatan rata-
rata 0,714 &m3.
Nilai rata-rata kerapatan kayu lapis produksi industri untuk masing-
niasing perlskuan penambahan senyawa bifenthrin pada beberapa dosis yang
berbeda menunjukkan nilai yang seragam/homogen yaitu berkisar antara 0,462
g/cm3 sampai 0,514 g/cm3. Hasil analisis keragaman kerapatan contoh uji kayu
lapis yang terlihat pada Lampiran 5 menunjukk~n bahwa pengawetan kayu lapis
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan kayu lapis yang dihasilkan. Kerapatan kayu lapis dipengaruhi aleh bahan baku kayu lapis, tekanan
kempa, dan waMu kempa.
-
[image:138.485.56.425.23.493.2]Dosis Bifenthrin (g a.i/m3)
Gambar 9. Hubungan Antara Dosis Bifenthrin dengan Kerapatan Kayu Lapis Prnduksi Lttboratorium dan Pabrik
Pengembangan Tebal
H a i l peneIitian menunjukkan bahwa aplikasi bifenthrin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pengembangan tebal kayu lapis (Lampiran
bifenthrin terlihat adanya kecenderungan penurunan persentase pengembangan
tebal kayu lapis dengan bertambahnya dosis bahan pengawet(Gambar 10). Hal ini
disebabkan bahan pengawet akan menghalangi air yang akan ke dalam kayu.
Fenomena ini menunjukkan bahwa penambahan bahan pengawet akan
memberikan respon yang positif ierhadap pengembangan tebal kayu lapis, karena
semakin kecil pengembangan tebal kayu lapis maka semakin baik kualitas kayu
lapis yang dihasilkan. Dengan demikian kayu lapis yang dihasilkan menjadi lebih
stabil. Bahan yang lebih stabil akan sangat mengunttmgkan dalam pemakaian.
Disarnping dipengaruhl oleh kerapatan, pengembangan tebal juga
dipengaruhi oleh kadar air. Dengan kerapatan yang lebih tinggi (papan lebih kompak), kemampuan kayu lapis menyerap air menjadi berkurang, sehingga
pengembangan tebal menjadi lebih kecil. Menurut Haygen and Bowyer (1989)
perubahan dimensi kayu lapis dipengaruhi oleh variabel-variabel pengolahan
produk panelnya sendiri seperti kerapatan bahan baku, kadar perekat dan besamya
tekanan yang diberikan saat pengempaan. Selain itu pengembangan tebal produk
panel berkaitan dengan bahan baku panel itu sendiri, yaitu kemampuan bahan
baku itu untuk mengikat mo1eM air.
Data pengembangan tebal kayu lapis produksi laboratorium dengan
perlakuan pengawetan disajikan pada Lampiran 1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemnbahan bahan pengawet tidak memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pengembangan tebal kayu lapis setelah dilakukan analisis keragaman
seperti terlihat pada Lampiran 5.
dosis penambahan bifenthrin sebesar 40 g a.i/m3 (Gambar 10). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Memed et. a1 (1993) yang menyatakan bahwa semakin
tinggi bahan pengawet dalam perekat akan semakin tinggi pengembangan tebal
kayu lapis yang dihasilkan setolah perendaman.
0 10 20 30 40
Dosis Bifentrin (g a.i/m3)
Gambar 10. Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Pengembangan Tebal Kayu Lapis Produksi Lab~ratorium dan Pabrik Penyerapan Air
Nilai rata-rata penyerapan air kayu lapis produksi laboratorium adalah
sebesar 7,297 O h . Penyerapan air terkecil terjadi pada perlakuan penambahan 10 g
a.i/m3 dalam perekat kayu lapis dengan i~ilai penyerapan air sebesar 6,720 % dan nilai terbesar pada sampel kontrol yaitu sebesar 7,448 %. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa aplikasi bifenthrin tidak
berpengaruh nyata pada penyerapan air kayu lapis. Pada dosis penambahan
senyawa bifenthrin sebesar I0 g a.i/m3 kayu lapis mempunyai daya serap air yang
rendah kemudian meningkat pada dosis penambahan 20 g a.i/m3 sampai
[image:140.487.53.422.15.605.2]Nilai rata-rata penyerapan air kayu lapis produksi di pabrik adalah sebesar
7,890 %. Penyerapan air terkecil tejadi contoh uji kontrol yaitu 6,116 O/b sedangkan nilai terbesar adalah pa& contoh uji dengan penambahan bifenthrin
10 g a.i/m3 yaitu sebesar 8.961 %. Dari analisis keragaman menunjukkan bahwa pengalvetan kayu lapis tidak berpengaruh nyata pa& penyerapan air kayu lapis.
Dzri nilai rata-rata contoh uji kontrol memberikan nilai penyerapan air terkecil,
kemudian daya serap air kayu lapis meningkat dengan adanya penarnbahan
bifenthrin (Gambar 1 1).
0 10 20 30 40
[image:141.485.38.418.20.509.2]Dosis Bifenthrin (g a.i/m3)
Delaminasi
Delaminasi adatah salah satu ukuran untuk mengetahui kualitas keteguhan
rekat kayu lapis disamping peng~jian keteguhan geser tarik dan uji pisau.
Pengujian delaminasi dilakukan dengan uji perendaman. Dari pengujian kayu
lapis produksi laboratorium didapatkan hasil bahwa semua contoh uji tidak
mengalami kerusakan atau lepasnya perekat kayu iapis kecuali satu contoh uji
yaitu yang mendapatkan perIakuan dengan penambahan senyawa bifenthrin
sebesar 40 g a.i'm3. Dari keseluruhan, sampel yang mengalami delaminasi hanya 3,330 %. Sehingga &pat dikatakan bahwa kayu lapis lulus uji delan~inasi sesuai
dengari standar Jepang yaitu kayu lapis lulus uji 2 90%. Data lebih jelasnya
terlihat pada Lampiran 1.
Sedangkan dari pengujian delaminasi kayu Iapis produksi pabrik didapatkan
hasil yang sama dengan produksi laboratoriurn bahwa semua contoh uji tidak
mengalami kerusakan atau lepasnya perekat kayu lapis kecuali satu contoh uji