• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Path Analysis Untuk Melihat Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Dan Citra Rawat Inap Kelas III Di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Path Analysis Untuk Melihat Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Dan Citra Rawat Inap Kelas III Di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PATH ANALYSIS UNTUK MELIHAT PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN

DAN CITRA RAWAT INAP KELAS III DI RSUD CUT NYAK DHIEN MEULABOH

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

EVI NOVRINA RUNASMI NIM :081000042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENERAPAN PATH ANALYSIS UNTUK MELIHAT PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN

DAN CITRA RAWAT INAP KELAS III DI RSUD CUT NYAK DHIEN MEULABOH

TAHUN 2012

SKRIPSI

Ditujukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

EVI NOVRINA RUNASMI NIM :081000042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) terhadap kepuasan dan pencitraan pasien rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2012 dengan menerapkan metode Path Analysis.

Hasil penelitian menunjukkan variable kualitas pelayanan dimensi Technical quality berpengaruh langsung terhadap kepuasan pasien (p=0,005), sementara pengaruh langsung Technical quality terhadap citra (p=0,001). sedangkan pengaruh tidak langsung Technical quality terhadap citra melalui kepuasan sebesar 0,082. Dan pengaruh totalnya sebesar 0,602. Pengaruh langsung kualitas pelayanan dimensi Functional quality terhadap kepuasan pasien (p=0,007), sementara pengaruh langsung Functional quality terhadap citra (p=0,46). sedangkan pengaruh tidak langsung Functional quality terhadap citra melalui kepuasan sebesar 0,256. Dan pengaruh totalnya sebesar 1,044.

Disarankan kepada RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh agar dapat memberikan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Meningktkan sarana, prasarana dan kesehatan lingkungan serta memelihara dan memperbaiki fasilitas yang telah ada.

(5)

ABSTRACT

The purpose of this research is analyzing the effect of service quality (Technical quality and Functional quality) to the satisfaction level and image to patient of third (III) class in Regional General Hospitals of Cut Nyak Dhien Meulaboh in 2012 by applying Path Analysis method.

The results showed that the service quality variable as Technical quality dimensions directly affects to patients satisfaction (p=0.005). While the direct effect of Technical quality on image (p=0.001). Whereas the indirect effect of Technical quality on image through the satisfaction is 0.082 and the total effect is 0.602. The direct effect of service quality as Functional quality dimensions on patient satisfaction level (p=0.007), while the direct effect of Functional quality on image (p=0.46). Moreover the indirect effect of Functional quality on image through the satisfaction is 0.256 and the total effect is 1.044.

Suggested to the management of Cut Nyak Dhien Meulaboh Regional General Hospital to provide a patient-need oriented quality of service. Improve further more Facilities and environmental health and also maintain and develop the existing facilities.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Evi Novrina Runasmi

Tempat/Tanggal Lahir : Purbasari, 24 Novemver 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang

Anak ke : 3 dari 3 orang bersaudara

Nama Orang Tua : Alm. Panut & Suwartini

Alamat Rumah : Huta II, Jalan mawar No.29 Purbasari Kec. Tapian dolok Kab. Simalungun

Riwatat Pendidikan

1. (1996 – 2002) : SD Negeri 0916003 Simalungun

2. (2002 – 2005) : SMP Negeri 2 Tapiandolok, Simalungun 3. (2005 – 2008) : SMA Yayasan Perguruan Keluarga

Pematangsiantar

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “ Penerapan Path analysis Untuk Melihat PengaruhKualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Citra Pasien Rawat Inap Kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua Ayahanda tercinta Alm. Panut dan Ibunda tercinta Suwartini yang telah membesarkan, mendidik dan

membimbing penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih kepada kakanda terkasih Leli Sumanti, Mika Ariani, Adi prasetyo, Mustafa, abang Fawwaz Raihann Prasetyo dan adek Mhd. Hanif Alde Baran atas dukungan, nasehat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan materil dan moral dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Surya Utama, Drs, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Ibu Arnita, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

(8)

5. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku dosen penguji III yang telah banyak memberi saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini

6. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku dosen penasehat akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

7. Abang Romzi selaku pegawai Departemen Kependudukan dan Biostatistik yang telah banyak membantu penulis dalam urusan skripsi ini

8. Seluruh dosen Departemen Kependudukan dan Biostatistik dan staf pengajar di FKM USU yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

9. Seluruh staf pegawai Bidang Penelitian dan Pengembangan, Bagian Instalasi Rawat Inap RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian kepada penulis

10.Pasien Instalasi Rawat Inap RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini

11.Teristimewa untuk Ms.Nda Alfian Syaputra yang senantiasa menemani, memotivasi, memberikan semangat dan dukungan serta mendoakan penulis

12.Sahabat terkasih elep u “Community” Linda handayani, Sri ulia sari, Melisah pitri, Sri lestari, Winni R.E, Rahmi yang telah banyak mendoakan dan semangat yang diberikan kepada penulis serta terima kasih atas kebersamaannya selama ini

13.Temen-temen PBL Kak Rini, kak Yesika, kan Rofirma, bang Rio, Putra Syaputra Hutagalung dan Mei Panjaitan yang telah memotivasi dan mendoakan penulis

(9)

15.Teman-teman tercinta Budi Hardiansyah, Nia Rahmadaniaty, Arifa Masyita, Suriyati, Agnes ferusgel, Irwana Husrin, Fauzi Aldino dan Jehan 09 atas dukunngan dan bantuannya selama ini.

16.Keluarga di Medan kak ita beserta anaknya Annisa dan Alzazirah, Ibu dan Bapak Hambali beserta anaknya yang selalu membantu dan menyemangati penulis

17.Semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin.

Medan, 16 April 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstrak ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian. ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Path Analysis (Analisis Jalur) . ... 10

2.1.1 Sejarah Path Analysis ... 10

2.1.2 Pengertian Path Analysis. ... 10

2.1.3 Tujuan Path Analysis. ... 11

2.1.4 Manfaat Path Analysis ... 12

2.1.5 Istilah-istilah dalam path analysis ... 12

2.1.6 Model Path Analysis ... 15

2.1.7 Asumsi-asumsi Path Analysis ... 17

2.2 Rumah Sakit ... 19

2.2.1 Defenisi Rumah Sakit ... 19

2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 21

2.2.3 Kasifikasi Rumah Sakit ... 21

2.3 Kualitas Pelayanan Rumah Sakit ... 22

2.3.1 Pengertian Kualitas pelayanan ... 22

2.3.2 Kualitas pelayanan Rumah Sakit ... 23

2.3.3 Dimensi Pengukuran Kualitas Pelayanan ... 24

2.4 Kepuasan Pasien ... 26

2.4.1 Pengertian Kepuasan ... 26

2.4.2 Ukuran-ukuran Kepuasan ... 27

2.5 Citra ... 29

2.6 Kerangka Konsep ... 31

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian. ... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 32

3.3 Populasi dan Sampel. ... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data. ... 34

3.5 Definisi Operasional. ... 34

3.6 Aspek Pengukuran. ... 36

3.7 Validitas dan Reabilitas ... 36

3.7.1Validitas ... 36

3.7.2 Reabilitas ... 37

3.8 Teknik Analisis Data ... 37

3.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 37

3.8.1.1 Uji Normalitas ... 37

3.8.1.2 Uji Lineritas ... 38

3.8.1.3 Uji Multikolinieritas ... 38

3.8.1.4 Uji Autokorelasi ... 39

3.8.1.5 Uji Signifikasi Model ... 39

3.8.2 Uji Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RS Cut Nyak Dhien Meulaboh ... 42

4.1.1 Kedudukan RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh ... 42

4.1.2 Visi, Misi, Motto RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh .... 42

4.1.2.1 Visi ... 42

4.1.2.2 Misi ... 43

4.1.2.3 Motto ... 43

4.1.3 Fasilitas Pelayanan ... 43

4.2 Gambaran Umum Karateristik Responden ... 44

4.2.1 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.2.2 Karateristik Responden Berdasarkan Umur ... 45

4.2.3 Karateristik Responden Berdasarkan Lama Rawat Inap 46 4.2.4 Karateristik Responden Berdasarkan Ruang Perawatan 56 4.3 gambaran Distribusi Instrumen ... 47

4.4 Validitas dan Reabilitas ... 54

4.5 Pengujian Asumsi Klasik ... 56

4.5.1 Uji Normalitas ... 57

4.5.2 Uji Lineritas ... 58

4.5.3 Uji Multikolineritas ... 59

4.5.4 Uji Autokorelasi ... 60

4.5.5 Uji signifikasi Model ... 61

4.6 Pengujian Hipotesis ... 61

(12)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan ... 68

5.2 Pengaruh Technical Quality terhadap Kepuasan ... 69

5.3 Pengaruh Functional Quality terhadap Kepuasan ... 69

5.4 Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kepuasan terhadap Citra ... 70

5.5 Pengaruh Technical Quality Terhadap Citra ... 71

5.6 Pengaruh Functional Quality Terhadap Citra ... 71

5.7 Pengaruh Kepuasan terhadap Citra ... 72

5.8 Pengaruh Kulitas pelayanan terhadap Citra melalui Kepuasan 72 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Gambaran Indikator Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak

Dhien Meulaboh Diihat dari Nilai BOR, LOS, BTO dan

TOI Tahun 2006 s/d 2011 ... 7

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran ... 36

Tabel 4.1 Kareteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.2 Kareteristik Responden Berdasarkan Umur ... 45

Tabel 4.3 Kareteristik Responden Berdasarkan Lama Rawat Inap ... 46

Tabel 4.4 Kareteristik Responden Berdasarkan Ruang Perawatan ... 46

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Instrumen Technical quality ... 47

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Instrumen Fungtional quality ... 48

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Instrumen Kepuasan ... 51

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Instrumen Citra ... 53

Tabel 4.9 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 55

Tabel 4.10 Uji Normalitas Masing-masing Variabel ... 54

Tabel 4.11 Matrix Correlation Substruktural II ... 60

Tabel 4.12 Nilai VIF ... 60

Tabel 4.13 Hasil Hipotesis ... 62

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Regresi Berganda ... 15

Gambar 2.2 Model Mediasi ... 15

Gambar 2.3 Model Kombinasi ... 16

Gambar 2.4 Model Kompleks ... 16

Gambar 2.5 Rumah Sakit Sebagai Suatu Sistem ... 20

Gambar 4.1 Model Diagram Path Analysis ... 56

Gambar 4.2 Normalitas Persamaan Substruktural I ... 57

Gambar 4.3 Normalitas Persamaan Substruktural II ... 58

Gambar 4.4 Liniearitas Persamaan Substruktural I ... 58

Gambar 4.5 Liniearitas Persamaan Substruktural II ... 59

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian ... 79

Lampiran 2 Master Data ... 83

Lampiran 3 Output Validitas dan Reabilitas ... 89

Lampiran 4 Output Karateristik Responden ... 93

Lampiran 5 Statistik Deskriptif Instrumen ... 94

Lampiran 6 Output Normalitas dan Path analysis ... 100

Lampiran 7 Surat Keterangan Ijin Penelitian ... 104

(16)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) terhadap kepuasan dan pencitraan pasien rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh tahun 2012 dengan menerapkan metode Path Analysis.

Hasil penelitian menunjukkan variable kualitas pelayanan dimensi Technical quality berpengaruh langsung terhadap kepuasan pasien (p=0,005), sementara pengaruh langsung Technical quality terhadap citra (p=0,001). sedangkan pengaruh tidak langsung Technical quality terhadap citra melalui kepuasan sebesar 0,082. Dan pengaruh totalnya sebesar 0,602. Pengaruh langsung kualitas pelayanan dimensi Functional quality terhadap kepuasan pasien (p=0,007), sementara pengaruh langsung Functional quality terhadap citra (p=0,46). sedangkan pengaruh tidak langsung Functional quality terhadap citra melalui kepuasan sebesar 0,256. Dan pengaruh totalnya sebesar 1,044.

Disarankan kepada RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh agar dapat memberikan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Meningktkan sarana, prasarana dan kesehatan lingkungan serta memelihara dan memperbaiki fasilitas yang telah ada.

(17)

ABSTRACT

The purpose of this research is analyzing the effect of service quality (Technical quality and Functional quality) to the satisfaction level and image to patient of third (III) class in Regional General Hospitals of Cut Nyak Dhien Meulaboh in 2012 by applying Path Analysis method.

The results showed that the service quality variable as Technical quality dimensions directly affects to patients satisfaction (p=0.005). While the direct effect of Technical quality on image (p=0.001). Whereas the indirect effect of Technical quality on image through the satisfaction is 0.082 and the total effect is 0.602. The direct effect of service quality as Functional quality dimensions on patient satisfaction level (p=0.007), while the direct effect of Functional quality on image (p=0.46). Moreover the indirect effect of Functional quality on image through the satisfaction is 0.256 and the total effect is 1.044.

Suggested to the management of Cut Nyak Dhien Meulaboh Regional General Hospital to provide a patient-need oriented quality of service. Improve further more Facilities and environmental health and also maintain and develop the existing facilities.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, bahwa ilmu statistik telah memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Hampir semua kebijakan publik maupun masalah kehidupan sehari-hari yang diambil oleh pakar ilmu pengetahuan didasarkan dengan metode statistik serta hasil analisis dan interprestasi data baik secara kualitatif maupun kuantitatif ( Kuncoro, 2007).

Perkembangan IPTEK tersebut mendorong kemajuan teknologi di bidang kesehatan. Pada beberapa dekade terakhir ini menuntut ahli kesehatan untuk mempelajari prinsip dasar metode statistika, karena metode statistika merupakan salah satu alat bantu dalam menelaah laporan-laporan ilmiah, mengadakan analisis data yang diperoleh dari catatan rekam medis di rumah sakit, serta mengadakan penelitian yang berkaitan dengan masalah-masalah dalam bidang kesehatan (Budiarto, 2001).

Masalah dalam bidang kesehatan tersebut tidak hanya didasarkan pada hubungan satu variabel atau dua variabel saja, akan tetapi cenderung melibatkan banyak variabel. Analisis tentang banyak variabel dikaji secara mendalam dalam analisis multivariat (Nuningsih, 2010).

(19)

lebih banyak variabel yang berbeda. Karena dalam data akan terdapat pengaruh beberapa variabel terhadap variabel lainnya dalam waktu bersamaan.

Menurut Santoso (2010), analisis multivariat dapat didefenisikan secara sederhana sebagai metode pengolahan variabel dalam jumlah banyak untuk mencari pengaruhnya terhadap suatu objek secara silmutan.

Analisis multivariat juga dapat diartikan sebagai metode-metode statistik yang mengolah beberapa pengukuran menyangkut individu atau objek sekaligus. Serta, memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Teknik analisis multivariat diklasifikasikan menjadi dua yaitu analisis interdependensi/saling ketergantungan dan analisis dependensi/ketergantungan. analisis interdependensi bertujuan untuk memberikan makna terhadap seperangkat variabel atau membuat kelompok-kelompok secara bersama-sama, yang termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis faktor, analisis cluster/gerombol, dan multidimensional scaling. Sedangkan Analisis dependensi bertujuan untuk menerangkan atau memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas, yang termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis regresi multivariat, analisis diskriminan, analisis varians multivariat (Manova), analisis korelasi kanonik, dan Path Analysis. (Narimawati, 2008).

Path Analysis ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya memengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. (Robert D. Retherford 1993 dikutip oleh Sarwono 2007).

(20)

sosial oleh sosiolog O.D. Duncan. Otis D. Duncan pada tahun 1966 memperkenalkan literature sosiologi lewat tulisannya “Path Analysis: Sosiological Example” yang dimuat dalam AJS (American Journal Of Sosiology). Sejak itulah, Path Analysis banyak dibicarakan, khususnya oleh para ahli sosiologi, dan sampai kini Path Analysis banyak digunakan dalam berbagai bidang disiplin ilmu seperti matematika, ekonomi, pemasaran, bisnis, kesehatan, dan lain-lain, bahkan diantaranya ada yang menganggap Path Analysis sebagai “The Modus Aperandi of Sociological Research” (Miller dan Stokes, 1975 dikutip oleh Kuncoro, 2007).

Path Analysis merupakan pengembangan dari model regresi yang diurai menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, Path Analysis mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Atau dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari Path Analysis. Teknik dalam Path Analysis dikenal sebagai model sebab-akibat (causing modeling). Penamaan ini didasarkan pada alasan bahwa Path Analysis memungkinkan pengguna dapat menguji proposisi teoritis mengenai hubungan sebab dan akibat tanpa memanipulasi variabel-variabel. Memanipulasi variabel maksudnya ialah memberikan perlakuan (treatment) terhadap variabel-variabel tertentu dalam pengukurannya. Asumsi dasar model ini ialah beberapa variabel sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat satu dengan lainnya (Sarwono, 2007). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengkaji Path Analysis untuk melihat hubungan sebab akibat dalam bidang kesehatan.

(21)

dihadapi baik itu yang muncul dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari dalam negeri seperti muncul krisis moneter tahun 1997 yang kemudian muncul krisis multi dimensi meliputi krisis politik, ekonomi, sosia budaya dan keamanan yang mengarah pada disintegrasi bangsa yang berdampak luas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan ini berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran yang pada akhirnya mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat secara umum. Tantangan dari luar negeri yang terjadi adalah berlangsungnya era globalisasi dengan ditandai oleh meningkatnya persaingan bebas, mengharuskan setiap komponen bangsa meningkatkan daya saing termasuk dalam hal pelayanan kesehatan (Depkes, 2002).

Pelayanan kesehatan yang diberikan dalam hal meningkatkan daya saing harus berkualitas. Berkualitasnya pelayanan tersebut sudah menjadi tuntutan semua pihak yang terkait, termasuk masyarakat yang menjadi pemakai jasa. oleh karena itu masalah kualitas pelayanan kesehatan selalu menjadi perhatian. Rumah sakit salah satu institusi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan yang diberikan tidak akan pernah sempurna, karena setiap pasien adalah pribadi yang unik, sehingga pelayanan tidak selalu dapat memuaskan, karena kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien sangat ditentukan oleh pelaksana pelayanan itu sendiri (Anjaryani, 2009).

(22)

peningkatan kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan manajemen rumah sakit (Anjaryani, 2009).

Menurut Hanjon (2000) dikutip oleh Puspita (2009) ada tujuh dimensi kualitas dalam pelayanan kesehatan, yaitu jaminan, empati, kehandalan, daya tanggap, tampilan fisik, pelayanan medis dan profesionalisme. Sedangkan menurut Gronroos (2000) memaparkan ada tiga dimensi utama yang dipergunakan konsumen dalam menilai kualitas yaitu outcome-related (Technical quality), process-relted (fungtional quality), dan image-related dimentions.

Kualitas pelayanan dan kepuasan pasien di rumah sakit juga dapat tercermin dari citra rumah sakit itu sendiri. Citra merupakan seperangkat kepercayaan, daya ingat dan kesan-kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Citra rumah sakit merupakan wujud nyata dari persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan melalui apa yang diperoleh pelanggan sebagai hasil dari transaksi antara penyedia dan pengguna jasa serta bagaimna pelanggan memperoleh jasa tersebut (Kotler, 2003; Goonroos (2000).

Citra pelayanan kesehatan di Indonesia semakin menurun, hal ini terindikasi dengan tingginya minat masyarakat berobat ke luar negeri. Kecenderungan masyarakat berobat ke luar negeri secara umum disebabkan faktor fasilitas dan kualitas pelayanan yang diberikan telah memenuhi harapan pasien. Pada tahun 2004, sekitar 5.000 pasien berobat ke luar negeri. Rata-rata pasien yang berobat ke Malaysia dan Singapura berasal dari Jakarta, Medan, Riau dan Aceh (Purba, 2006).

(23)

jauh dibawah puskesmas dan puskesmas pembantu yang mencapai angka 33,4 % maupun praktek dokter mencapai 27,5 %. Disamping itu kategori lain seperti BOR (Bed Occupancy Rate) atau persentase yang menunjukan rata-rata tempat tidur yang dipakai setiap harinya, yang ada selama ini masih berada dibawah standart yang seharusnya dicapai. Tingkat BOR yang dicapai oleh rumah sakit umum yang ada di Indonesia sekarang ini masih berada dikisaran 50 % (Depkes, 2005 dikutip oleh Widaryanto, 2005). Padahal standar yang harus dicapai adalah 60 – 85 %. Nilai standar ini dihasilkan dari perbandingan antara jumlah pasien yang menginap dengan jumlah operasional rumah sakit secara keseluruhan.

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien merupakan rumah sakit yang ada di Kabupaten Aceh Barat dan merupakan rumah sakit rujukan untuk daerah Aceh Barat – selatan. Tipe Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien adalah Tipe C. Unit Rawat Inap merupakan salah satu unit usaha pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh terdiri dari ruang inap kelas III, ruang inap dan ruang inap kels utama. Berdasarkan prinsip departementalisasi menurut Hartanto (1991) dikutip oleh Mulyono (2002), rumah sakit sebagai unit usaha dibagi menjadi pusat-pusat biaya produktif, salah satunya unit rawat inap.

(24)

Adapun gambaran mengenai indikator-indikator tersebut yang terjadi pada Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Gambaran Indikator Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Diihat dari Nilai BOR, LOS, BTO dan TOI Tahun 2006 s/d 2011

Indikator Tahun Standar Depkes

2006 2007 2008 2009 2010 2011

BOR (%) 75 68 60 60 53 64 60-85

LOS (hari) 4 3 3 3 3 4 6-9

BTO (kali) 68 78 78 67 57 57 40-50

TOI (hari) 2 1 2 2 3 2 1-3

Sumber: Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh

Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa indikator mutu pelayanan Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh dibandingkan indikator standar, dapat ditarik kesimpulan mutu pelayanan belum memenuhi indikator ideal. Dari hasil survey pendahuluan munculnya keluhan-keluhan dari pasien rawat inap kelas III seperti kurang kenyamanan, minimnya fasilitas, pelayanan yang kurang cepat, dan lain-lain. sehingga perlu diwaspadai oleh pihak manajemen rumah sakit. Ada kemungkinan bahwa hal-hal diatas dikarenakan pelayanan rawat inap kelas III di Rumah sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh belum seperti yang diharapkan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien rawat inap) dan bisa jadi pasien tidak merasa puas atas pelayanan kesehatan yang diterima, karena pelayanan yang diberikan berbeda antara kelas utama dan kelas VIP.

Atas dasar uraian di atas, perlu kiranya dilakukan kajian untuk mengetahui peran statistik khususnya Path Analysis untuk melihat pengaruh kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) terhadap kepuasan pasien dan citra rawat inap kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012.

(25)

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana hasil penerapan Path Analysis untuk melihat besarnya pengaruh kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) terhadap kepuasan pasien dan citra rawat inap kelas III di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Menerapkan Path Analysis untuk melihat besarnya pengaruh kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) terhadap kepuasan pasien dan citra pasien rawat inap kelas III di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) terhadap kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012 baik secara simultan maupun secara parsial.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) dan kepuasan pasien terhadap citra rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012 baik secara simultan maupun secara parsial. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tidak langsung antara kualitas pelayanan

(Technical quality dan Functional quality) terhadap citra melalui kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012.

4. Untuk mengetahui pengaruh total antara kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) dan kepuasan pasien terhadap citra rawat inap kelas III di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Tahun 2012.

(26)

1. Bagi RSUD Cut Nyak Dhien sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk perencanaan bagi manajemen rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan di masa akan datang.

2. Bagi peneliti sebagai bahan pembelajaran dan penambah pengetahuan serta memahami kajian penerapan uji statistik khususnya Path Analysis dalam menerapkan teori dengan praktek di lapangan.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Path Analysis (Analisis Jalur)

2.1.1 Sejarah Path Analysis

Path Analysis atau juga dikenal dengan sebutan analisis jalur dikembangkan pertama kali pada tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika bernama Sewall Wrigh. mengartikan Path Analysis sebagai “ a technique for estimating the effect’s a set independents variabels has on a dependents variabel from a set correlation, given a set of hypothesized causal asymmetric relation among variabels” (Kuncoro, 2007).

Teknik-teknik yang dikembangkan Sewall Wrigh merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa inteprestasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, Path Analysis mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur. Teknik ini juga dikenal sebagai model sebab akibat (causing modeling). Penamaan ini didasarkan pada alasan bahwa analisis jalur memungkinkan pengguna dapat menguji proposisi teoritis mengenai hubungan sebab akibat tampa memanipulasi variabel. Manipulasi variabel-veriabel maksudnya ialah memberi perlakuan (treatment) terhadap variabel-variabel tertentu dalam pengukurannya. Asumsi dasar model ini ialah beberapa variabel sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat satu dengan lainya (Sarwono, 2007).

2.1.2 Pengertian Path Analysis

(28)

Sedangkan definisi lain mengatakan: “Path Analysis merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel.” (Paul Webley 1997 dikutip oleh Sarwono 2007).

David Garson dari North Carolina State University mendefinisikan Path Analysis sebagai “Model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga penghitungan uji keselarasan statistik. (David Garson, 2003 dikutip oleh Sunyoto 2011).

Menurut Kuncoro, 2007, teknik Path Analysis adalah teknik yang digunakan dalam menguji besarannya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1, X2,dan X3 terhadap Y serta dampaknya terhadap Z.

2.1.3 Tujuan Path Analysis

Menurut Sarwono, 2012, tujuan menggunakan Path Analysis diantaranya adalah: 1. variabel tetentu terhadap variabel lain yang dipengaruhinya.

(29)

3. Menerangkan mengapa variabel-variabel berkorelasi dengan menggunakan suatu model yang berurutan secara temporer.

4. Menggambarkan dan menguji suatu model matematis dengan menggunakan persamaan yang memadai.

5. Mengidentifikasi jalur penyebab suatu independen exogenous atau lebih terhadap variabel dependen endogenous lainnya.

2.1.4 Manfaat Path Analysis

Manfaat dari model Path Analysis sebagai berikut (Kuncoro, 2007) :

1. Menjelaskan explanation terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti.

2. Memprediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan memprediksi dengan Path Analysis ini bersifat kualitatif.

3. Faktor determinan yaitu penentu variabel bebas (X) mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel (X) terhadap variabel terikat (Y).

4. Pengujian model

2.1.5 Istilah-istilah dalam Path Analysis

Dalam metode Path Analysis ada beberapa istilah yang digunakan, istilah-istilah tersebut antara lain (Sarwono, 2007) :

(30)

atau lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan (variabel residue) dengan semua variabel endogenous masing-masing. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel exogenous.

2. Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan. meliputi pertama jalur-jalur arah dari anak-anak panah menuju ke variabel tersebut dan kedua jalur-jalur korelasi dari semua variabel endogenous yang dikorelasikan dengan variabel-variabel yang lain yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke variabel yang sudah ada tersebut.

3. Variabel exogenous ialah semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eskplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju kearahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel exogenous dikorelasikan maka korelasi tersebut ditunjukkan dengan anak panah dengan kepala dua yang menghubungkan variabel-variabel tersebut. Dalam istilah lain, dapat disebut pula sebagai independen variabel.

(31)

5. Koefesien jalur / pembobotan jalur. Koefesien jalur adalah koefesien regresi standar atau disebut ‘beta’ yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab, maka koefesien-koefesien jalurnya merupakan koefesien-koefesien-koefesien-koefesien regresi parsial yang mengukur besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur tertentu yang mengontrol dua variabel lain sebelumnya dengan menggunakan data yang sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan.

6. Mediasi. Mediasi ialah perantara yang berfungsi sebagai variabel endogenous pertama terhadap variabel sebelumnya (variabel axogenous) dan sebagai variabel exogenous terhadap variabel endogenous kedua, atau variabel yang secara teoritis memengaruhi hubungan antar variabel independent dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan di ukur. Dalam urutan posisi diagram jalur berada pada antara dua variabel dimana pengaruh tidak langsung akan diukur.

7. Total effect. Pengaruh tidak langsung dari satu variabel exogenous melalui variabel endogenous perantara menuju ke variabel endogenous kedua.

8. Direct effect. Pengaruh langsung dari suatu variabel exogenous menuju variabel endogenous.

9. Pengaruh gabungan. Pengaruh dari semua variabel exogenous terhadap satu variabel endogenous yang dikenal dengan nilai r2.

(32)

X1

Z

Y X

2.1.6 Model Path Analysis

Ada beberapa model Path Analysis yang dapat digunakan, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Menurut Sunyoto, 2011 model Path Analysis tersebut diantaranya:

1. Model Regresi Berganda (model analisis satu jalur)

[image:32.612.171.460.301.409.2]

Model ini merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua variabel eksogen, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogen. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Model Regresi Berganda

2. Model Mediasi

Model mediasi atau perantara yaitu dimana variabel Y memodifikasi variabel X terhadap variabel Z. Model ini digambatkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Model Mediasi

X2

[image:32.612.199.407.554.663.2]
(33)

X

Y

Z 3. Model Kombinasi

[image:33.612.222.457.223.344.2]

Model kombinasi adalah kombinasi antara model regresi berganda dan model mediasi. Maksudnya variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan sacara tidak langsung memengaruhi variabel Z melalui variabel Y. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Model Kombinasi

4. Model Kompleks

Model kompleks yaitu variabel X1 memengaruhi secara langsung Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsungmemengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh Y1.

Gambar 2.4 Model Kompleks

X1

Y1

X2

[image:33.612.169.440.490.593.2]
(34)

2.1.7 Asumsi-asumsi Path Analysis

Menurut Sarwono (2012) asumsi-asumsi pada Path Analysis adalah sebagai berikut :

1. Adanya linieritas (Linierity) artinya hubungan antar variabel bersifat linier. 2. Adanya aditivitas (Aditivity) artinya tidak ada efek-efek interaksi.

3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala interval dan rasio.

4. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkolerasi dengan salah satu variabel dalam model.

5. Disturbance terms (gangguan) atau variabel residual tidak boleh berkolerasi dengan semua variabel endogen dalam model.

6. Terdapat multikolinieritas yang rendah, artinya dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang sangat tinggi maka akan mendapatkan standar error yang besar dari koefisien beta (ß) yang digunakan untuk menghilangkan varian biasa dalam melakukan analisis korelasi secara parsial.

7. Adanya rekursivitas artinya semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh pemutaran kembali (looping)

(35)

9. Terdapat masukan korelasi yang sesuai, artinya jika menggunakan matriks korelasi sebagai masukan maka korelasi person digunakan untuk dua variabel skala interval. 10. Terdapat ukuran sampel yang memadai minimal 100.

11. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

12. Obseverved variabels diukur tampa kesalahan (instrument pengukuran valid dan reliabel artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung.

13. Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relavan. artinya model teori yang dikaji atau diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausal antar variabel yang diteliti.

(36)

setiap variabel terikat/endogen (Y) keadaanya ditentukan oleh seperangkat variabel bebas/eksogen (X).

1.2 Rumah Sakit

2.2.1 Defenisi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit berasal dari kata latin hospitium yang berarti suatu tempat tamu diterima. Menurut Anjaryani, 2009 defenisi rumah sakit terdiri dari:

a. Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran terselenggara.

b. Rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diaqnosis serta pengobatan penyakit yang diderita pasien.

c. Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya terselenggara.

d. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelayanan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

(37)

Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan kesehatan optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Soejitno ,2002).

Untuk dapat menyelenggarakan, upaya-upaya tersebut dan mengelola rumah sakit agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis maka setiap komponen yang ada dirumah sakit harus terintegrasi dalam sistem (Soejitno, 2002). Rumah sakit dalam suatu sistem dapat dilihat pada gambar berikut:

Lingkaran Luar

[image:37.612.104.545.337.528.2]

Sanak saudara, pihak asuransi, peraturan pemerintah, hukum, masyarakat, dsb.

Gambar 2.5 Rumah Sakit Sebagai Suatu Sistem

Selain itu juga dipengaruhi faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang memengaruhi penyelenggaran pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar yang paling terpenting adalah kebijakan, organisasi dan manejemen institusi kesehatan tersebut (Puspita, 2009).

Masukan

Pelanggan (sehat & sakit), Dokter, Karyawan, Sarana dan prasarana, peralatan

Luaran

Pasien sembuh /cacat/ meninggal

Proses

Pelayanan Medik, ICU & UGD, Rawat Inap, Rawat Jalan,

Hasil Akhir

(38)

2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Palayanan kesehatan secara paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

Fungsi utama rumah sakit adalah memberikan pelayanan kepada pasien-diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik bersifat bedah maupun non bedah (Tjandra, 2003).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standart pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melaui pelayanan kesehatan yang paripurna

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

(39)

disediakan, ketenagaan, fisik dan peralatan, maka rumah sakit pemerintah pusat atau daerah diklasifikasikan menjadi:

a. Rumah sakit kelas A, adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialitik luas.

b. Rumah sakit kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialialistik dan subspesialistik luas.

c. Rumah sakit kelas C, adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit kelas D, adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2.3 Kualitas Pelayanan Rumah Sakit 2.3.1 Pengertian Kualitas pelayanan

Goesth dan Davis (1994) yang dikutip oleh Tjiptono (2004) menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Defenisi kualitas jasa atau kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan pelanggan.

(40)

dan menikmati pelayanan perusahaan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas pelayanan.

Menurut Nasutioan (2004) yang dikutip oleh Elisa (2007) ada 2 (dua) faktor utama yang memengaruhi kualitas pelayanan yaitu expected service dan perceived sevice,dimana apabila pelayanan yang dirasakan atau diterima (perceived service) sesuai atau melebihi dengan yang diharapkan maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, begitu pula sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Pohan (2003) menyatakan palayanan kesehatan yang berkualitas adalah suatu pelayanan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi pelayanan kesehatan dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien maupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang satu pihak dapat minimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggraanya sesuai dengan standart dan kode profesi yang telah ditetapkan.

2.3.2 Kualitas Pelayanan Rumah Sakit

(41)

Kualitas pelayanan rumah sakit merupakan produk jasa yang diberikan pihak rumah sakit kepada kliennya. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit merupakan tolak ukur dari kualitas rumah sakit tersebut. Bila suatu rumah sakit telah berhasil memberikan pelayanan kesehatan dengan baik sehingga dapat memberikan kepuasan kepada kliennya, itu berarti rumh sakit tersebut telah memiliki kualitas yang baik (Lestari, 2004).

Kualitas pelayanan rumah sakit bukan hanya ditinjau dari sudut pandang aspek medis yang berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja tetapi juga sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk manejemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya (Wijono, 2000).

2.3.3 Dimensi Pengukuran Kualitas Pelayanan

Menurut Zeithaml dan Berry (1988) dikutip oleh Tjiptono (2005) mengemukakan ada 5 (lima) dimensi yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan. Beberapa dimensi tersebut diantaranya:

1. Kehandalan (Reliablility), berkaitaan dengan kemampuan rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan akurat, segera dan sesuai dengan waktu yang disepakati.

2. Daya tanggap (Responsiveness), berkaitan dengan kesedian dan kemampuan para staff untuk membantu pasien dan memberikan palayanan dengan tanggap.

(42)

4. Kepedulian (Empathy), berkaitan dengan rumah sakit bertindak demi kepentingan pasien, seperti kemudahan dalam melakukan hubungan komunitas yang baik, perhatian, memahami kebutuhan pasien.

5. Bukti fisik (Tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan yang tersedia, material yang digunakan rumah sakit serta penampilan karyawan.

Gronroons (2000) memaparkan tiga dimensi utama atau faktor yang dipergunakan konsumen dalam menilai kualitas, ketiga dimensi tersebut diantaranya Outcome-Related (Technical quality), Process-Related (Fungtional Quality), dan Image-Related Dimentions. Ketiga dimensi ini kemudian dijabarkan sebagai berikut:

1. Professionalism and skill, yaitu merupakan outcome-related, dimana pelanggan menganggap bahwa penyedian jasa, para karyawan, sistem operasional dan sumber daya fisiknya memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara professional.

2. Attitudes and behavior yaitu merupakan process related. Pelanggan merasa bahwa karyawan dalam memberikan pelayanan selalu memperhatikan mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah pelanggan secara spontan dan dengan senang hati. 3. Accessibility and flexibility merupakan process related. Pelanggan merasa bahwa

penyedin jasa, lokasi, jam kerja, karyawan, dan sistem operasionalnya dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengakesnya dengan mudah. Selain itu juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan.

(43)

karyawan dan sistem dalam memenuhi janji-janjinya dan bertindak demi kepentingan pelanggan.

5. Service recovery merupakan process related. Pelanggan meyakini bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, penyedia jasa akan segera dan secara aktif mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan menemukan solusi yang tepat.

6. serviscape merupakan process related. Pelanggan merasa bahwa kondisi fisik dan aspek lingkungan service encounter lainnya mendukung pengalaman positif atas proses jasa.

7. Reputation and credibility merupakan image related. Pelanggan menyadari bahwa bisnis penyedia jasa dapat dipercaya.

2.4Kepuasan Pasien 2.4.1 Pengertian Kepuasan

Menurut Pohan (2006) kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan seseorang atau masyarakat setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya. Apabila hasil yang dirasakan sama atau melebihi harapannya maka akan timbul perasaan puas, sebaliknya akan timbul perasaan kecewa atau ketidakpuasan apabila hasil yang dirasakan tidak sesuai dengan harapan.

(44)

Oliver (1997) dikutip oleh Koentjoro (2007) menyatakan kepuasan merupakan respon pelanggan terhadap dipenuhinya kebutuhan dan harapan. Hal tersebut merupakan penilain pelanggan terhadap pelayanan, yang merupakan cerminan tingkat kenikmatan yang didapatkan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan harapan, termasuk didalamnya tingkat pemenuhan yang kurang atau tingkat pemenuhan yang melebihi kebutuhan dan harapan. Setiap pasien memiliki standar pembanding untuk menilai pelayanan yang diterimanya. Hasil penilai tersebut menunjukan persepsi apakah kebutuhan dan harapan dipenuhi atau tidak, yang akan menghasilkan kepuasan atau ketidakpuasan. Ungkapan dari rasa kepuasan atau ketidakpuasan dapat berupa tindakan untuk membeli kembali, memberikan pujian, mengajukan komplain, atau menceritakan apa yang dialaminya kepada orang lain.

Kepuasan pasien terbentuk dari penilain pasien terhadap kualitas/mutu, kinerja hasil, dan pertimbangan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh dari produk atau pelayanan yang diterima (Koentjoro, 2007). Dengan demikian, kepuasan terjadi karena penilaian terhadap manfaat serta kenikmatan yang diperoleh lebih dari apa yang dibutuhkan atau dihatapkan.

2.4.2 Ukuran-ukuran Kepuasan

Menurut Pohan (2006) kepuasan pasien dapat diukur dengan beberapa indikator, indikator-indikator tersebut diantaranya:

(45)

2. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia. Hal ini ditentukan dengan malakukan pengukuran sejauh mana ketersedian layanan rumah sakit menurut penilaian pasien, persepsi tentang perhatian dokter atau profesi layanan kesehatan lainnya, tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter, tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnos, dan sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter atau profesi layanan kesehatan lainnya.

3. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan, hal ini ditentukan oleh sikap terhadap fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan, sistem perjanjian termasuk waktu menunggu serta sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan.

Menurut Sabarguna (2008) pengukuran kepuasan pasien meliputi 4 (empat) aspek, keempat aspet tersebut adalah:

a. Kenyamana, meliputi: lokasi rumah sakit, kenyamanan ruang, makanan, peralatan ruang, dan kebersihan rumah sakit.

b. Hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, meliputi: keramahan, komunikatif, responatif, suportif, dan cekatan.

c. Kompetensi teknis petugas, meliputi: keberanian bertindak, pengalaman, gelar, terkenal, dan kursus.

(46)

ini disebabkan sebagian besar fasilitas layanan kesehatan yang digunakan oleh masyarakat dari golongan strata bahwa (Pohan, 2006).

Pohan (2003) juga mengemukakan ketidakmudahan pengukuran kepuasan pasien dikarenakan layanan kesehatan tidak mengalami semua perlakuan yang dialami pasar biasa. Dalam layanan kesehatan, pilihan-piihan yang ekonomis tidak jelas. Pasien tidak mungkin atau sulit mengetahui apakah layanan kesehatan yang didapatinya optimal atau tidak. Apabila fasilitas layanan kesehatan dianggap produsen suatu layanan kesehatan, akan dijumpai suatu rentetan dari struktur dan proses. Didalam struktur terdapat gedung, peralatan, obat, profesi layanan kesehatan, prosedur, kebijaksanaan dan organisasi. Proses akan menyangkut penyelenggara pelayanan itu sendiri. Keluaran akan menghasilkan sesuatu untuk kepentingan pasien dan penyelenggara dari layanan kesehatan itu sendiri.

2.5 Citra

Peran citra sangat memengaruhi keberhasilan kegiatan suatu lembaga seperti rumah sakit. Citra perusahaan yang positif, akan membantu dalam era kondisi persaingan saat ini. Menurut Zeitham, (1996) dikutip oleh Puspita, (2009) menyatakan citra perusahan yang baik merupakan asset bagi kebanyakan perusahaan, karena citra dapat berdampak kepada kualitas, nilai dan kepuasan.

Citra tidak dapat dicetak seperti membuat barang di pabrik, akan tetapi citra ini adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang sesuatu. Citra terbentuk dari bagaimana perusahaan melaksanakan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan pada segi pelayanan (Alma, 2005).

(47)

keseluruhan. Evaluasi secara keseluruhan terhadap perusahaan diukur dengan menggunakan 3 indikator yaitu: (1) pendapat keseluruhan perusahaan, (2) pendapat mengenai kontribusi perusahaan untuk masyarakat dan (3) kesukaan terhadap perusahaan.

Sutojo (2004) mengatakan citra masyarakat terhadap perusahaan didasari pada apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

1. Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran.

2. Manfaat yang ditonjolkan cukup realitas.

3. Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. 4. Citra yang ditonjokan mudah dimengerti kelompok sasaran.

5. Citra yang ditonjolkan merupakan sarana untuk mencapai tujuan usaha.

Citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat sebagai berikut: (1) daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap, (2) menjadi perisai selama masa krisis, (3) menjadi daya tarik eksekutif handal, (4) meningkatkan efektifitas strategis pemasaran, dan (5) penghematan biaya operasional.

(48)

Technical quality

2.6Kerangka Konsep

Kualitas Pelayanan

2.7 Hipotesis Penelitian

a. Ada pengaruh antara kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) terhadap kepuasan pasien.

b. Ada pengaruh antara Technical quality terhadap kepuasan pasien. c. Ada pengaruh Functional quality terhadap kepuasan pasien.

d. Ada pengaruh antara kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) dan kepuasan pasien terhadap citra.

e. Ada pengaruh antara Technical quality terhadap citra f. Ada pengaruh antara Functional quality terhadap citra g. Ada pengaruh antara kepuasan pasien terhadap citra

h. Ada pengaruh tidak langsung antara kualitas pelayanan (Technical quality dan Functional quality) terhadap citra melalui kepuasan pasien

Functional quality

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian yang hendak mengetahui pengaruh/hubungan antara variabel. Oleh karena itu sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010) maka desain penelitian yang dipakai adalah penelitian kausal. Sebab menurutnya desain penelitian kausal beguna untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel. Tujuan penelitian kausal adalah untuk mengembangkan model penelitian dan menguji hipotesis-hipotesis penelitian yang telah diajukan. Penelitian ini juga bersifat explanatory research (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien dan citra rawat inap kelas III dan bermaksud menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh yang merupakan rumah sakit milik pemerintah Tipe C. Penelitian dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan mulai dari Desember 2012 sampai selesai.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(50)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh atas dasar inklusi:

1. Pasien yang dirawat lebih dari 2 x 24 jam, karena dianggap telah mengetahui situasi rumah sakit.

2. Pasien dalam keadaan sadar dan mampu berwawancara/menjawab pertanyaan. 3. Pasien anak-anak diwakili orang tuanya atau keluarga terdekat.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan Consecutive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sesuai dengan kriteria peneliti sampai kurun waktu tertentu. Alasan menggunakan teknik pengambilan sampel ini karena dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan secara Probability sampling. Sehingga Consecutive Sampling yang sesuai digunakan dalam penelitian ini, karena Consecutive Sampling dapat menyerupai Probability sampling (Sastroasmoro, 2011).

Besar sampel dihitung menggunakan rumus sampel tunggal untuk uji hipotesis. Rumus besar sampel adalah :

di mana: n = Besar sampel minimum

Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku α 5% sebesar 1,98

Z1-β = Nilai distribusi normal baku β 20% sebesar 0,842

P0 = Proporsi pasien rawat inap kelas III yang puas atas pelayanan yang diterima (P0 = 0,016)

(51)

Pa-P0 = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi pasien rawat inap kelas III yang puas atas pelayanan yang diterima (Pa-P0 = 0,05)

Sehingga:

Jumlah sampel dari hasil perhitungan diatas sebanyak 85 responden, untuk memenuhi persyaratan dari Path Analysis maka jumlah sampel tambahkan menjadi 100 responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh.

3.5 Defenisi Operasional

I. Variabel Eksogen

Penilaian kualitas pelayanan terdiri dari:

1. Technical quality adalah tanggapan pasien terhadap apa yang bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh responden, dengan indikator:

Professionalis, yaitu tanggapan pasien bahwa penyedia jasa pelayanan menjamin dalam mengatasi masalah yang dihadapinya dengan terampil dan profesional. 2. Functional quality adalah tanggapan pasien terhadap bagaimana penyedia jasa

(52)

a. Reliability adalah tanggapan pasien mengenai keandalan petugas dalam memberikan pelayanan kepada responden.

b. Attitudes adalah tanggapan pasien terhadap sikap yang ditunjukan petugas dalam memberikan pelayanan kepada responden.

c. Accessibility adalah tanggapan pasien terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan baik kemudahan menemui petugas, waktu kerja, menjakau fasilitas dan lokasi pelayanan kesehatan.

d. Service recovery adalah tanggapan pasien bahwa petugas mampu mengatasi masalah-masalah atau kesalahan tertentu yang tidak diduga yang terjadi akibat dari tindakan pelayanan yang diberikan.

e. Serviscape adalah tanggapan pasien terhadap kondisi fisik dan lingkungn penyedia jasa kesehatan baik fasilitas.

II. Variabel Endogen

1. Kepuasan pasien adalah respon atau persepsi pasien terhadap terpenuhinya kebutuhan dan harapan yang diterima dari rumh sakit. Dengan indikator:

a. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan yaitu sikap dan pengetahuan pasien tentang sejauh mana kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

(53)

c. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan yaitu respon pasien terhadap sistem perjanjian termasuk waktu menunggu serta kemudahan dalam proses pembayaran.

2. Citra adalah kesan atau kepercayaan pasien terhadap pelayanan dan reputasi rumah sakit.

[image:53.612.105.488.216.505.2]

3.6 Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran

Variabel Skala pengukuran Model Skala Pengukuran

Kualitas pelayanan

Interval Likert

1. Sangat tidak baik 2. Tidak baik 3. Kurang baik 4. Baik

5. Sangat baik Kepuasan pasien Interval Likert

1. Sangt tidak puas 2. Tidak puas 3. Kurang puas 4. puas

5. Sangat puas

Citra Interval Likert

1. Sangt tidak baik 2. Tidak baik 3. Kurang s baik 4. baik

5. Sangat baik

3.7Validitas dan Reabilitas 3.7.1 Validitas

(54)

3.7.2 Reabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Apabala suatu alat ukur ketika dugunakan secara berulang dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat ukur tersebut dianggap handal dan reliabel. Teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan menggunakan metode Crombach’s Alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dimana secara umum yang dianggap reliabel (andal) apabila nilai crombachnya > 0,6 (Notoatmodjo, 2010).

3.8 Teknik Analisis Data 3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Menurut Sarwono, 2012, untuk mengetahui apakah ada penyimpangan terhadap variabel yang ada dalam model dan untuk mendapatkan kesimpulan statistik yang dapat dipertanggungjawabkan digunakan uji asumsi klasik. Dalam path analysis ada beberapa uji asumsi yang harus dipenuhi, yaitu:

3.8.1.1Uji Normalitas

(55)

model mempunyai distribusi data normal atau mendekati nol. Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model, variabel endogenous dan variabel exogenous atau keduanya mempunyai distribusi normal. Salah satu cara yang dilakukan untuk menguji normalitas pada semua variabel adalah menggunakan grafik histogram, jika data membentuk kurva bel maka data berdistribusi normal. Apabila data tersebut berdistribusi normal maka model yang sudah dibuat dalam path analysis sudah layak/benar.

3.8.1.2 Uji Linieritas

Linieritas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik P-P Plot. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan membentuk garis lurus dari sisi kiri bawah ke kanan atas maka memenuhi asumsi Linieritas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak memenuhi asumsi Linieritas.

3.8.1.3 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan (korelasi) diantara atau semua variabel independen. Tujuan dari uji ini adalah untuk menguji apakah dalam model ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi maka terdapat masalah multikolinieritas. Untuk melihat adanya multikolinieritas dapat digunakan Tabel keluaran korelasi dan VIF (Variance Inflation Factor). Apabia nilai korelasi mendekati angka 1 atau lebih dan VIF > 5, maka terjadi multikolinieritas (Sarwono, 2012).

Santoso (2010), menyatakan bahwa untuk mendeteksi dan mengatasi multikolinearitas adalah:

1. Nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

(56)

• Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1. • Mempunyai angka Tolerance mendekati 1.

2. Besaran korelasi antar variabel independen

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antara variabel independen haruslah dibawah 1. Jika korelasi kuat maka terjadi problem multikolinearitas.

3.8.14 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat terjadinya korelasi antara anggota pengamatan. Terjadinya autokorelasi jika nilai Durbin-Watson lebih kecil dari 1 dan lebih besar dari 3.

3.8.1.5 Uji Signifikasi Model

Validitas kelayakan model digunakan untuk mengetahui apakah model sudah benar. Pengujian model dilakukan dengan melihat nilai probabilitas/nilai signifikan pada Tabel keluaran ANOVA. Jika nilai prob/sig < 0,05 maka model yang sudah dibuat layak/benar.

3.8.2 Uji Hipotesis

Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan Path Analysis. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien dan citra rawat inap kelas III. Semua data yang nantinya akan diolah menggunakan aplikasi komputer.

(57)

1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural. Struktural : Y = ρyx1x1 + ρyx2x2 + ρyε1

2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi

a. Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan rumuskan persamaan strukturnya yang sesuai hipotesis yang diajukan.

Hipotesisnya: naik turunya variabel endogen (Y) dipengruhi sacara signifikan oleh variabel eksogen ( X1 dan X2).

b. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan. Hitungan koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan: Persamaan regresi ganda: Y = a + b1x1 + b1x2 + ε1

Keterangan: koefisien jalur (path) merupakan koefisien regresi yang distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset dalam angka baku z-score (data yang diset dengan nilai rata-rata = 0 dan standar deviasi = 1). Koefisien jalur yang distandarkan (standardized path coefficient) ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh (bukan memprediksi) variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat (endogen).

3. Mencari besaran kontribusi bersama atau koefisien determinan (KD) dengan mengalikan Rsquare dengan 100%

4. Menghitung koefisien jalur secara slimutan (keseluruhan)

(58)

Ha: ρyx1 = ρyx2 = …… = ρyxk ≠ 0

Ho: ρyx1 = ρyx2 = …… = ρyxk = 0 Kaidah pengujian signifikansi:

− Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig

atau [0,05 ≤ sig], artinya tidak signifikan.

− Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig

atau [0,05 ≥ sig], artinya signifikan. 5. Menghitung koefisien jalur secara individu

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut:

Ha: ρyx1 > = 0

Ho: ρyx1 = 0

Kaidah pengujian signifikansi:

− Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig

atau [0,05 ≤ sig], artinya tidak signifikan.

− Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh

4.1.1 Kedudukan RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh

Rumh sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah Rumah sakit milik pemerintah yang berada dalam wilayah Aceh Barat dengan status tipe C. Adapun batasan Badan Pengelolah Rumah Sakit Daerah Cut nyak Dhien Meulaboh adalah:

a. Sebelah timur berbatasan dengan sekolah MIN/MANPK b. Sebelah utara berbatasan dengan jalan sisingamangaraja

c. Sebelah selatan berbatasan dengan lorong banteng/kompleks perumahan dokter d. Sebelah barat berbatasab dengn jalan gajah mada.

Pada tahun 1968 dengan bantuan swadaya masyarakat dan dana APBD Tk.II Aceh Barat RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh dibangun di dasa Drien Rampak dengan status type D. kemudian pada tahun 1983 diusulkan menjadi rumah sakit type C (Profil RSU Cut Nyak Dhien, 2009)

4.1.2 Visi, Misi, Motto RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh 4.1.2.1Visi

“Menjadi Rumah Sakit Terbaik di Propinsi NAD Tahun 2013”

(60)

4.1.2.2Misi

1. Memberikan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

2. Melakukan pengolahan limbah rumah sakit yang ramah lingkungan.

3. Mengembangkan, memotivasi dan menghargai karyawan serta menyediakan kondisi lingkungan kerja yang bersahabat.

4.1.2.3Moto

“Kami Siap Melayani Anda”

4.1.3 Fasilitas Pelayanan

Rumah Sakit Umum daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh memberikan pelayanan kepada masyarakat:

1. Pelayanan Rawan Jalan, terdiri dari: a. Poliklinik Umum

b. Poliklinik Spesialis

1. Poliklinik Penyakit Dalam 2. Poliklinik Bedah

(61)

2. Pelayanan Rawat Inap a. Ruang Rawat Bedah b. Ruang Rawat Anak

c. Ruang Rawat Penyakit Dalam d. Ruang Rawat Kebidanan e. Ruang Rawat VIP

f. Ruang Rawat Kelas Utama 3. Pelayanan IGD 24 jam

4. Pelayanan Tindakan Operasi dan Persalinan 5. Pelayanan Penunjang

a. Administrasi b. Laboratorium c. Unit Tranfusi Darah d. Instalasi Fisioterapi e. Kamar Jenazah f. Laundry g. Parkir

4.2 Gambran Umum Karateristik Responden

(62)

4.2.1 Karaterikstik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:62.612.111.452.166.228.2]

Data deskriptif berdasarkan jenis kelamin responden, dapat dilihat dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 39 39,0

Perempuan 61 61,0

Jumlah 100 100,0

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 61,0% dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 39,0%.

4.2.2 Karaterikstik Responden Berdasarkan Umur

Data deskriptif berdasarkan karateristik umur responden dapat dilihat dalam Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Karaterikstik Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden (tahun) Jumlah Persentase (%)

1 – 10 23 23,0

11 – 20 18 18,0

21 – 30 15 15,0

31 – 40 15 15,0

41 – 50 8 8,0

51 – 60 9 9,0

61 – 70 7 7,0

>70 5 5,0

Jumlah 100 100,0

[image:62.612.107.463.407.564.2]
(63)

4.2.3 Karaterikstik Responden Berdasarkan Lama Rawat Inap

[image:63.612.109.466.165.272.2]

Data deskriptif berdasarkan karateristik lama prawat inap dapat dilihat dalam Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Karaterikstik Responden Berdasarkan Lama Rawat Inap

Lama Rawat Inap (hari) Jumlah Persentase (%)

1 – 5 73 73,0

6 – 10 17 17,0

11 – 15 5 5,0

16 – 20 2 2,0

>20 3 3,0

Jumlah 100 100,0

Dari Tabel 4.3 lama responden dirawat sebanyak 73% antara 1 – 5 hari, sebanyak 17,0% antara 6 – 10 hari, 5,0% antara 11 – 15 hari, sebanyak 3,0% > 20 hari, dan sebanyak 2,0% antara 16 – 20 hari.

4.2.4Karaterikstik Responden Berdasarkan Ruang Perawatan

[image:63.612.108.458.458.564.2]

Data deskriptif berdasarkan karateristik ruang perawatan dapat dilihat dalam Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Karaterikstik Responden Berdasarkan Ruang Perawatan

Ruang Perawatan Jumlah Persentase (%)

Saraf 14 14,0

Internis 22 22,0

Anak

Gambar

Gambar 2.2 Gambar 2.1 Gambar 4.5 Gambar 4.4 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 4.1 Gambar 4.6
Gambar 2.2 Model Mediasi
Gambar 2.3 Model Kombinasi
Gambar 2.5 Rumah Sakit Sebagai Suatu Sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penderita dengan mioma uteri yang berukuran kecil. dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi

2 Koordinator/Sekretaris Pelaksana Kopertis Wilayah III Jakarta mendisposisikan surat permohonan usulan Pembukaan Program Studi Profesi Bidan Pada Rumpun Ilmu

Berwirausaha Fakultas Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon ... Gambaran Lingkungan Mahasiswa Terhadap Minat Berwirausaha Fakultas Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon ...

11. - Tulislah tanggal, bulan dan tahun penerimaan Formulir Penilaian Prestasi Kerja oleh atasan Pejabat Penilai kemudian dibubuhkan tanda tangan, nama dan NIP

Terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga petani padi sawah di Desa Sukamarga yaitu pendapatan padi, luas lahan padi, produksi padi,

Sastrawan terkenal seperti al- Akhthal, Farazdaq dan Jarîr jika diapresiasi secara mendalam maka muatan tema yang ekspresikan banyak menggambarkan situasi sosial

Hipotesis nurani mekanisme menyatakan bahwa proses pemerolehan bahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan kognitif umum atau mekanisme nurani umum

Saya termotivasi belajar dari orang-orang yang telah.. sukses