PENGARUH FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
RAHMI RAHMAWATI
NIM: 1112046100024
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor makroekonomi jangka pendek dan jangka panjang terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA),
Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai proksi dari kinerja keuangan. Sedangkan variabel bebas adalah
industrial production index (IPI), inflasi, BI rate, indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error Correction Models (VECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini data runtun (time series) bulanan dari Januari 2010 – Desember 2015.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pada jangka panjang Pengaruh Industrial Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan Financial to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan BI rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan
Financial to Deposit Ratio (FDR). Industrial Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Sedangkan BI rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Pengaruh jangka pendek dari variabel makroekonomi terhadap kinerja keuangan (ROA, FDR dan BOPO) tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan.
v
serta salam semoga selalu tercurah keada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan juga sahabat-sabahatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Pengaruh Kondisi Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia” ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, bapak Ahmad Sudja’i dan ibu Iyah Akmaliyah yang
selalu mendo’akan dan mendukung dalam kondisi apapun serta telah menjadi
motivasi dan ambisi dalam hidup sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kakak-kakak ku yang selalu mendukung penulis dan memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan penelitian ini kakak-kakak ku teh Ina, aa Asep, teh Lia, mas Giyo dan adik penulis Neng Muti.
8. Bapak Aries Koentjoro yang telah membantu dan memberikan arahan untuk tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan serta mengingatkan untuk tetap optimis pada penelitian yang dilakukan.
9. Sahabat-sahabat Kost Kece ka Ella, Kartini dan teh Lia yang selalu menemani dan merawat di kostan selama kuliah, terimakasih selalu memberikan motivasi, berbagi cerita, memberikan suasana kekeluargaan, nasihat dan canda tawa.
10.Kepada sahabatku Rani K.D. terimakasih atas segala cerita, canda, emosi, nasihat dan selalu mengingatkan jika penulis banyak kesalahan yang diperbuat.
11.Kepada sahabat-sahabat Agashi (Deti, Lala, Ais, Ayu, Eva, Mulki, Nia, Iffa, Nada, Eka Sel, Mentari, Friska, Ifat) terimakasih sudah menemani, membantu dalam banyak hal dan membuat canda tawa.
12.Kepada sahabat-sahabatku Farida, Irfan (komeng), Mucus terimakasih selalu memberikan waktu luang untuk refreshing dan membuat canda tawa.
13.Teman-teman kelas Perbankan Syariah A terimakasih atas waktu dan kebersamaannya yang telah kita mulai sejak awal perkuliahaan.
vii
16.Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Jakarta 2013/2014 dan 2014/2015 terutama keluarga Keilmuan. MPL Lingkar Studi Ekonomi Syariah angkatan 2012. KBL (1 dan 2) UIN Jakarta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu dan nasihat untuk selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
17.Teman-teman KKN EXPRESSO Mekarsari Kec. Jambe Kab. Tangerang – Banten terimakasih atas perhatian dan kerjasama, dan saling pengertian dalam menjalankan kegiatan KKN serta pengerjaan laporan KKN serta pengalaman berharga penuh dengan cerita yang belum di dapatkan sebelumnya.
18.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan
mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua
viii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 15
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 15
1. Pembatasan Masalah ... 15
2. Perumusan Masalah... 16
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16
1. Tujuan Penelitian... 16
2. Manfaat Penelitian... 16
E. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Perbankan Syariah ... 19
1. Sejarah Perbankan Syariah ... 19
2. Pengertian Industri Perbankan Syariah ... 22
3. Karakterisktik Perbankan Syariah ... 23
ix
F. Efisiensi... 37
G. Variabel Makroekonomi ... 39
1. Industrial Production Index (IPI) ... 39
2. Inflasi ... 40
3. BI Rate... 41
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 43
5. Nilai Tukar ... 44
H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ... 47
I. Kerangka Konsep ... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM A. Ruang Lingkup Penelitian... 56
B. Metode Pengumpulan Data ... 56
C. Sumber Data ... 57
D. Variabel Penelitian ... 58
E. Metode Analisis ... 61
1. Uji Stasioneritas ... 61
2. Uji Lag Optimal ... 63
3. Uji Kointegrasi ... 65
4. Uji Vector Error Correction Model (VECM) ... 66
F. Model Penelitian ... 68
G. Kerangka Penelitian ... 72
x
1. Uji Stasioneritas ... 81
2. Uji Lag Optimal ... 83
3. Uji Kointegrasi ... 84
4. Uji VECM ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 109
xi
Tabel 1.3 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 6
Tabel 2.1 Review studi terdahulu ... 47
Tabel 4.1 Data Return on Asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 75
Tabel 4.2 Data Financial to Deposit Ratio Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah... 76
Tabel 4.3 Data Biaya Operasional Pendapatan Operasioal Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 77
Tabel 4.5 Pertumbuhan Industrial Production Index di Indonesia ... 78
Tabel 4.6 Pertumbuhan Inflasi di Indonesia ... 79
Tabel 4.7 Pertumbuhan BI Rate di Indonesia ... 79
Tabel 4.8 Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia .... 80
Tabel 4.9 Pertumbuhan Nilai Tukar di Indonesia ... 80
Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level ... 81
Tabel 4.12 Uji stasioneritas ADF tingkat 1st difference ... 83
Tabel 4.13 Hasil Penetapan Lag Optimal ... 84
Tabel 4.14 Hasil Uji Johansen Cointegration Test ... 85
Tabel 4.15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ROA ... 87
Tabel 4.16 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek FDR ... 88
Tabel 4.17 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek BOPO ... 89
Tabel 4.18 Nilai Impulse Respon Return on Asset (ROA) ... 91
Tabel 4.19 Nilai Impulse Respon Financial to Deposit Ratio (FDR) ... 95
Tabel 4.20 Nilai Impulse Respon Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ... 98
Tabel 4.21 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Return on Asset (ROA) 102 Tabel 4.22 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Financial to Deposit Ratio (FDR) ... 103
xii
1 A. Latar Belakang
Sistem keuangan didominasi oleh Bank yang memegang 79 persen aset sektor
keuangan (dibanding dengan 50 persen di Malaysia, sebagai contoh), sehingga
menyisakan ruang yang sedikit bagi lembaga keuangan lainnya. Di sisi lain,
perusahaan asuransi memegang sekitar 10 persen dari aset sektor keuangan dan
kurang dari 3 persen dipegang oleh dana pensiun1
.
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum
dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan
syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha
pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan
operasionalnya. Hasil tersebut menunjukan kebutuhan masyarakat akan hadirnya
institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai
syariah. UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka
peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang
1
Survey Ekonomi Ouachita Economic Development Coorporation (OEDC) Indonesia, (Maret
secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank
Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil2
.
Menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai
syariah, pemerintah telah memasukan kemungkinan tersebut dalam undang-undang
yang baru. Telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
akan mendorong pertumbuhan secara lebih cepat lagi. Dengan progress
perkembangannya yang impresif yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari
65 persen pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin
signifikan3
.
Tabel 1.1 Indikator Pertumbuhan Bank Syariah
Miliar Rupiah (in Billion IDR)
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Aset 97,519 145,467 195,018 242,276 272,343 270,735
DPK 76,036 115,415 147,512 183,534 217,858 272,750
2
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, h. 4
3Perbankan Syariah, “Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia”. Diakses: 13/06/2016 pada
Pembiayaan 68,181 102,655 147,505 184,122 199,330 212,996
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Aset 2,738,745 3,520,417 4,698,952 5,833,488 6,573,331 7,739,270
DPK 1,603,778 2,095,333 2,937,802 3,666,174 4,028,415 4,801,888
Pembiayaan 2,060,457 2,675,930 3,553,520 4,433,492 5,004,909 5,765,171
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif cepat dapat dilihat pada indikator
seperti aset, dana pihak ketiga serta volume pembiayaan yang terus mengalami
peningkatan, sebagaimana yang dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Aset dari tahun ke
tahun Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami peningkatan. Apabila dilihat dari
dana pihak ketiga dan volume pembiayaan kedua indikator ini menunjukan
pertumbuhan pada setiap tahunnya.
Secara umum kondisi perekonomian yang masih belum membaik telah
mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah (BUS, UUS dan BPRS) dengan
pertumbuhan yang tidak setinggi pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya. Selain
itu, saat ini bank syariah besar melakukan proses konsolidasi internal yang telah turut
internal perbankan syariah lainnya seperti kapasitas SDM, jaringan kantor dan
infrastruktur lain.4
Tabel 1.2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank 11 11 11 11 12 12
Jumlah Kantor 1215 1401 1745 1998 2163 1990
Unit Usaha Syariah
Jumlah UUS 23 24 24 23 22 22
Jumlah Kantor 262 336 517 590 320 311
Total Kantor BUS dan
UUS 1477 1737 2262 2588 2483 2301
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Jumlah Bank 150 155 158 163 163 163
Jumlah Kantor 286 364 401 402 429 446
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Perkembangan syariah dapat dilihat dari sisi jumlah Unit atau cabang dari Bank
Syariah itu sendiri dan indikator keuangan. Pada Tabel 1.2 terlihat pertumbuhan yang
positif dari jumlah Bank di Indonesia. Pada tahun 2010 Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah memiliki masing-masing 11 Bank
untuk BUS, 23 UUS dan 150 untuk jumlah BPRS. Stagnan untuk jumlah Bank
Umum Syariah pada tahun 2011 sampai 2013, akan tetapi untuk jumlah kantor dari
BUS dan UUS itu sendiri selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 dan
4
Booklet Perbankan Indonesia 2016, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan.
2015 jumlah BUS bertambah dari 11 Bank menjadi 12 Bank. Begitu pula dengan
jumlah kantor dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah selalu meningkat, meskipun
pada tahun 2013 sampai 2015 mengalami stagnan untuk jumlah Bank-bank tersebut.
Maka pertumbuhan perbankan syariah yang dilihat dari indikator aset, Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan pembiayaan memiliki trend yang sejalan dengan perkembangan
jumlah bank syariah itu sendiri.
Indikator lainnya dalam melihat pertumbuhan Perbankan Syariah dengan
digunakannya ukuran kinerja keuangan untuk mengetahui peningkatan nilai
perusahaan, dengan berbagai rasio keuangan misalknya: Capital Adequacy Ratio
(CAR). Return on Asset (ROA), Non Performing Finance (NPF), Financial to
Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).
Analisis kinerja keuangan merupakan interpretasi laporan keuangan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi dan data numerik lainnya yang dihasilkan oleh
perusahaan. Tujuan dari analisis kinerja keuangan adalah untuk mengetahui kinerja
keuangan pada saat tertentu, baik perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya sampai
saat penilaian hingga membuat suatu prediksi mengenai keadaan perusahaan pada
masa yang akan datang dengan melakukan analisis data keuangan dari tahun-tahun
oleh manajemen perusahaan, hingga diketahui kelebihan dan kekurangan bank yang
bersangkutan5
.
Tabel 1.3 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
CAR* 16.25 16.63 14.13 14.42 16.1 15.02
ROA 1.67 1.79 2.14 2 0.8 0.49
NPF 3.02 2.52 2.22 2.62 4.33 4.84
FDR 89.67 88.94 100 100.32 91.5 88.03
BOPO 80.54 78.41 74.97 78.21 79.28 97.01
Dalam Persentase
*Hanya Data Bank Umum Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Secara faktual selama kurun waktu 2010 sampai 2015, ukuran kinerja keuangan
yang dapat dilihat pada tabel 1.3 menunjukan kecenderungan meningkat. Secara
sekilas kecukupan modal yang dilihat dari rasio CAR mengalami fluktuasi dari tahun
ke tahun, pada tahun 2010 dan 2011 CAR ada pada kisaran 16 persen akan tetapi
mengalami penuruan pada dua tahun berikutnya menjadi 14,13 persen di tahun 2012
dan 14,42 persen pada tahun 2013 kemudian meningkat kembali pada tahun 2014
menjadi 16, 1 persen dan turun kembali pada tahun 2015 menjadi 15, 02 persen. Pada
penelitian yang dilakukan Kartika dan Syaichu menyatakan rasio kecukupan modal
5Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro
ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.
ini menunjukan kemampuan Bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi
dan manajemen bank, rendahnya CAR menyebabkan turunnya kepercayaan
masyarakat terhadap bank yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas6
.
Adapun ukuran kinerja yang dilihat dari ROA mengalami peningkatan pada tahun
2010 sampai 2013, akan tetapi terjadi penurunan yang tajam di tahun 2014 yang
hanya sebesar 0,8 persen dan di tahun 2015 sebesar 0,49 persen. ROA sendiri
merefleksikan tingkat profit yang diperoleh Bank, menurut Yuhanah penurunan profit
ini diduga akibat diberlakukannya aturan down payment (DP) dan finance to value
(FTV) pada perbankan Syariah sehingga menurunkan profit perbankan syariah7
.
Meskipun demikian, tingkat gagal bayar Bank Syariah ini yang dilihat dari rasio Non
Performing Finance (NPF) masih dibawah 5 persen dan ini berarti masih dibawah
ketentuan minimal. Hal ini menunjukan bahwa bank syariah tidak mengabaikan
prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
Dalam penelitian Yuhanah8
menyatakan hal tersebut terjadi karena adanya faktor
6Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor
-faktor yang mempengaruhi Kinerja
Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun 2006), h. 48.
7Siti uhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di
Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016), h. 6
8Siti uhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di
makroekonomi global seperti menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah,
melambatnya perekonomian Tiongkok dan faktor internal seperti menurunya
konsumsi pasar domestik sehingga memperburuk perusahaan-perusahaan tanah air.
Rasio pembiayaan yang dilihat dari nilai FDR mengalami fluktiatif dari tahun ke
tahunnya, nlai FDR yang rendah padah tahun 2010 dan 2011 masing-masing 89,67
persen dan 88,94 persen kemudian mengalami peningkatan di tahun 2012 dan 2013
hingga mencapai kisaran nilai 100 persen, akan tetapi mengalami penurunan di tahun
2014 menjadi 91,5 persen dan di tahun 2015 kembali pada nilai 88,03 persen.
Rendahnya FDR pada tahun 2015 menunjukan kurang efektifnya penyaluran
pembiayaan pada Bank Syariah ini, sebaliknya jika FDR tinggi maka Bank Syariah
tersebut mampu menyalurkan pembiayaan secara optimal. Indikator lain yang dapat
dilihat untuk menilai apakah bank tersebut efisien atau tidak salah satunya dari rasio
BOPO, nilai dari BOPO ini memperlihatkan perkembangan yang cukup baik secara
sekilas. Nilai dari BOPO cenderung menurun dari tahun ke tahun selama tahun 2010
sampai dengan 2014 dengan tetap mempertahankan pada kisaran nilai 70 persen,
meskipun pada tahun 2010 berada pada nilai 80,54 persen tetapi di tahun berikutnya
terjadi penurunan nilai BOPO, hal ini menandakan kinerja Bank Syariah lebih baik
dan efisien, akan tetapi terjadi kenaikan nilai yang cukup tinggi pada tahun 2015
Deskripsi diatas memunculkan pertanyaan tentang bagaimana sesungguhnya
kondisi kinerja keuangan Bank Syariah di Indonesia. Rismon dan Henny Satyo9
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kinerja bank yang baik memiliki daya tarik
sendiri kepada investor dan dapat mensejahterakan pemegang saham atas
investasinya. Dalam tahap ini membuat investor-investor baru untuk membeli saham
pada bank tersebut hingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Jika semakin
banyak modal yang ditanam investor pada bank tersebut, maka akan semakin banyak
juga pembiayaan yang dilakukan bank sehingga tingkat profit yang akan diperoleh
bank akan tinggi juga tapi dengan tetap harus memperhatikan prinsip kehatia-hatian
dalam menyalurkan pembiayaan tersebut.
Kinerja perbankan sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal yang dimaksud dapat berupa daya saing masing-masing
yang dimiliki, sedangkan faktor eksternal dapat berupa kondisi makro dan keuangan
suatu Negara secara umum10
. Faktor internal adalah karakteristik individu bank yang
mempengaruhi kinerja bank. Faktor-faktor ini pada dasarnya dipengaruhi oleh
keputusan internal manajemen dan dewan.
9
Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap
Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e -Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 15 - 32
10
Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s
Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April
Penelitian yang dilakukan oleh Rismon dan Henny11
yang melakukan penilaian
untuk melihat pengaruh faktor internal terhadap kinerja Bank yang diproyeksikan
dengan rasio profitabilitas (ROA, ROE dan NIM) dengan menggunakan perhitungan
CAMEL menunjukan bahwa terdapat korelasi positif secara keseluruhan antara rasio
CAMEL (Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency. Liquidity)
terhadap profitabilitas yang di proyeksikan oleh rasio ROA, ROE dan NIM, kecuali
Asset Quality berpengaruh negatif terhadap ROA dan NIM kemudian Capital
Adequacy terhadap ROE yang juga berpengaruh negatif. Adapun penelitian yang di
lakukan oleh Suria dan Roza12
yang juga meneliti pengaruh faktor internal terhadap
kinerja bank yang melihat dari profitabilitas dengan diproyeksikan oleh rasio ROA
dan ROE, untuk Faktor internalnya sendiri melihat karakteristik bank dengan variabel
CAMEL (Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency. Liquidity),
penelitiannya menunjukan bahwa rasio CAMEL tersebut mempengaruhi terhadap
kinerja Bank baik itu mempengaruhi secara positif maupun negatif.
Jauh sebelum penelitian yang dilakukan Rismon dan Henny serta Suria dan Roza,
penelitian sebelumnya telah meneliti mengenai faktor internal yang mempengaruhi
11Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap
Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e -Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 15 - 32
12Suria Rismawati S. dan Roza Hazli Z, “The Performance of Islamic Banks and
kinerja bank umum di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Kartika dan Saichyu13
dengan melihat profitabilitas dari rasio ROA yang menunjukan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposito Ratio (LDR) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, sedangkan untuk Non Performing Loans (NPL)
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, kemudian untuk Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan sedangkan untuk Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA.
Faktor makroekonomi merupakan salah satu faktor yang juga menyumbang
pengaruh terhadap kinerja keuangan14
. Menurut Ongore15
stabilitas kebijakan
makroekonomi, produk domestic bruto, inflasi, suku bunga dan ketidakpastian politik
juga merupakan variabel ekonomi makro lainnya yang mempengaruhi kinerja bank.
Faktor makroekonomi merupakan salah satu faktor yang datag dari luar yang sifatnya
diluar kekuasaan bank, sehingga kebijakan pemerintah secara tidak langsung akan
mempengaruhi tingkat kesehatan industri perbankan di Indonesia.
13Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor
-faktor yang mempengaruhi Kinerja
Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun 2006), h. 46 - 57
14Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (e -Journal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 16.
Adapun penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh faktor eksternal yang
merupakan faktor makroekonomi terhadap kinerja Bank, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Budi Santosa16
menyatakan bahwa korelasi antara variabel makro
yang diantaranya Inflasi, SBI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (kurs) dan IHSG
terhadap Return on Equity (ROE) memiliki korelasi yang kuat dan positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa jika naiknya inflasi, SBI, kurs dan IHSG akan meningkatkan
ROE. Sebaliknya, korelasi variabel makro tersebut terhadap Loan to Deposit Ratio
(LDR) korelasinya negatif, maksudnya disini jika naik/turnnya inflasi, SBI, kurs dan
IHSG cenderung akan menurunkan kinerja LDR.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Aviliani dkk17
kondisi makro yang
kondusif dapat memberikan lingkungan yang yang positif terhadap perkembangan
perbankan itu sendiri. Sebaliknya, kondisi makro dan keuangan yang kurang stabil
dapat mempengaruhi risiko pasar da risiko kredit perbankan yang pada gilirannya
dapat berdampak pada kinerja bank. Layaknya suatu siklus, stabilitas sistem
perbankan merupakan unsur terciptanya stabilitas sistem keuangan dan bermuara
kembali pada stabilitas perekonomian suatu Negara.
16Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekon
omi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.
Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007). (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), h. 2-3
Perkembangan perekonomian suatu Negara dapat diukur dari pendapatan
nasional, peetumbuhan ekonomi ataupun lainnya secara umum dianggap dapat
berpengaruh secara positif terhadap kinerja perbankan. Pertumbuhan ekonomi yang
semakin tinggi berasosiasi dengan semakin berkembangnya sektor perbankan
sehingga persaingan antar bank semakin ketat dan akhirnya dapat menurunkan
profitabilitas Bank. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Siew
Chun dan Shaikh18
yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara
pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan oleh GDP dengan tingkat profitabilitas
dan likuditas Bank. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rismon dan
Henny19
yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari GDP dan
Inflasi terhadap tingkat profitabilitas bank yang dilihat dari Rasio ROA, ROE dan
NIM.
Beberapa guncangan eksternal lain yang berasal dari luar negeri seperti krisis
keuangan global yang diikuti beberapa rangkaian resesi di dunia dapat berpengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja bank. Pengaruh tidak langsung
dapat terjadi salah satunya jika guncangan tersebut berpengaruh terhadap kondisi
18Shiew Chung Hong dan Shaikh Hamzah Abdul Razak. “The Impact of Nominal GDP and Inflation on The Financial Performance of Islamic Banks in Malaysia”. Journal of Islamic Economics,
Banking and Finance (Vol. 11 No. 1. Jan – March 2015), h. 158 - 180
makroekonomi Indonesia dan kemudian kondisi makro itulah yang berpengaruh
terhadap kinerja bank20
.
Sebagaimana literatur empiris yang telah disajikan sebelumnya, kinerja bank
dapat dispesifikasi sebagai fungsi dari kondisi internal dan eksternal bank. Variabel
internal mengacu pada faktor spesifik (karakteristik) masing-masing bank, sementara
variabel eksternal dapat mencakup kondisi makroekonomi. Kinerja bank yang baik
secara individual maupun dalam suatu sistem diharapkan dapat meningkatkan
kontribusinya dalam perekonomian. Karena peran perbankan yang begitu besar,
penting untuk dipastikan bahwa sistem keuangan dan perekonomian di suatu Negara
juga berjalan dengan lancar dan efisien.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu diteliti lebih jauh
mengenai pengaruh dari ketidakpastian kondisi makroekonomi terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melanjutkan penelitian yang kemudian dituangkan dalam skripsi dengan judul:
“Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah di Indonesia”.
20Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Terjadi fluktuasi kinerja keuangan Bank Syariah di Indonesia (Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah)
2. Penurunan beberapa kinerja keuangan yang dilihat dari rasio keuangan,
diantaranya menurunnya ROA pada tahun 2014 dan 2015 dari tahun-tahun
sebelumnya.
3. Rasio Non Performing Finance (NPF) yang pada tahun 2014 dan 2015 meningkat
dan hampir mencapai 5 persen.
4. Rasio Biaya Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional yang meningkat di
tahun 2015 dari tahun-tahun sebelumnya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis sebelumnya, penulis
membatasi masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk meneliti
masalah kinerja keuangan yang hanya melihat dari rasio Return on Asset (ROA), Non
Performing Finance (NPF) dan Finance to Deposit Ratio (FDR) serta pengaruh
faktor eksternal yang merupakan makroekonomi, diantaranya Industrial Production
terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan tidak melihat dari sisi
lainnya.
2. Perumusan Masalah
Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulisan skripsi
ini, penulis merumuskan masalah penelitan sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh dari kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah di Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1) Menganalisis pengaruh jangka pendek dari kondisi makroekonomi terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
2) Menganalisis pengaruh jangka panjang dari kondisi makroekonomi terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjawab masalah
dalam penelitian ini, selain itu diharapkan juga dapat memberikan manfaat diantanya:
a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti
b. Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun
yang akan dilakukan.
c. Penelitian ini dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan pada bank syariah.
d. Membantu memberikan saran dan masukan bagi bank syariah dalam pengambilan
keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu
setrategi baru, sehingga kinerja dari perbankan syariah di Indonesia mengalami
peningkatan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat memudahkan
penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab
dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini akan disajikan mengenai teori perbankan syariah, laporan keuangan dan
rasio rasio yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut, pengukuran kinerja
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode
pengumpulan data, sumber data, variabel yang digunakan dalam penelitian, teknik
pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi data penelitian mengenai pengaruh kondisi makroekonomi terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia pada periode tahun 2010 – 2015. BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Perbankan Syariah
1. Sejarah Perbankan Syariah
Upaya awal penerapan sistem profit-loss sharing tercatat di Pakistan dan
Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola jamaa’ah haji secara non-konvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di Desa
Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Lembaga Islamic Rural Bank dengan
Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar beroperasi di pedesaan Mesir dan
berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti
bagi perkembangan financial system dan ekonomi Islam1
.
Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah di tingkat Internasional muncul
dalam konferensi Negara-negara Islam sedunia di Kuala Lumpur, Malaysia pada
tanggal 21-27 April 1969 yang diikuti oleh 19 negara peserta. Konferensi tersebut
memutuskan beberapa hal, yaitu2
:
1) Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak ia
1
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h. 18 – 19.
2
Muh. Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan MAsalah Perbankan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram.
2) Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih dari sistem riba dalam
waktu secepat mungkin
3) Sementara menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank yang menerapkan
bunga diperbolehkan beroperasi, namun jika benar-benar dalam keadaan darurat.
Pembentukan bank syariah semula banyak diragukan, antara lain karena3
:
1) Banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga adalah suatu hal
yang tidak mungkin dan tidak lazim
2) Adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasionalnya, tapi
dilain pihak bank Islam adalah suatu alternatif sistem ekonomi Islam
Untuk lebih mempermudah berkembangnya bank syariah di Negara-negara
muslim perlu ada usaha bersama diantara Negara muslim. Maka pada bulan
Desember 1970, pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara Organisasi
Konferensi Islam (OKI) di Karachi, Pakistan, delegasi Mesir mengajukan sebuah
proposal untuk mendirikan bank syariah. Pada sidang Menteri Luar Negeri OKI di
Jeddah pada 1974 di setujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau
Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar atau ekuivalen
dengan 2 miliar SDR (special drawing right) IMF4
.
Indonesia sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sejak tahun
3
Tim Redaksi, Ensklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1994), h. 233
4
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press,
1989-an mulai merintis usaha pendirian bank Islam guna memenuhi permintaan
masyarakat yang membutuhkan alternatif jasa perbankan dengan syariat Islam.
Setelah melalui proses panjang, atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
akhirnya didirikanlah bank syariah pertama di Indonesia dengan nama Bank
Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991. Dengan didirikanya BMI ini, perbankan
mulai dikenal oleh masyarkaat Indonesia. Namun, sejak beroperasi 1 Mei 1992, bank
syariah belum mendapatkan perhatian optimal dalam tatanan perbankan nasional,
sehingga pertumbuhannya terbilang cukup lambat5
.
Dalam periode 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu Bank Umum
syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terlah beroperasi. Pada
tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yang hanya memberikan landasan hukum yang lebih
kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.
23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memerikan kewenangan kepada Bank
Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.
Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat
perundang-undangan tersebut diberlakukan6
.
5Ida Syafrida dan Ahmad Abror, “Faktor
-faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, (Vol. 10 No. 1, Juni
2011), h. 25
6
2. Pengertian Industri Perbankan Syariah
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang
kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan7
.
Apabila dilihat dari segi definisi, menurut pasal 1 angka 1 UU No. 10 Tahun 1998
mengungkapkan bahwa istilah Bank berarti badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Dari Definisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa bank merupakan perusahaan yang memperdagangkan utang
piutang, baik yang berupa uang sendiri maupun uang masyarakat, dan
memperedarkan uang tersebut untuk kepentingan umum8
.
Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sementara
Unit Usaha Syariah menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 adalah unit kerja
kantor dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor
7
Booklet Perbankan Syariah Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (Maret 2016), h. 13
8
Dr. Suwardi K. Lubis dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika,
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional yang berfungi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan unit usaha syariah.
3. Karakterisktik Perbankan Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi
pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank
syariah9
:
1) Penghapusan Riba
2) Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi
Islam
3) Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial
dan bank investasi
4) Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap
permohonan pembiayaan yang beroriantasi kepada penyertaan modal, karena
bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi,
ventura, bisnis atau industri.
5) Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha
6) Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan
9
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Lencana Prenada Media
likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen pasar uang antarbank syariah dan
instrument bank sentral berbasis syariah.
Menurut Sumitro10
terdapat beberapa ciri bank syariah yang membedakan dengan
bank konvensional:
1) Beban biaya
Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan
dalam jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan
kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya
dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak
2) Penggunaan persentase
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindari, Karena persentase bersifat melekat pada sisa utang, meskipun batas
waktu perjanjian telah berakhir, sehingga yang dipergunakan adalah nisbah bagi
hasil
3) Kontrak-kontrak pembiayaan proyek
Di dalam Kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan dimuka Karena
pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai
bank hanya Allah semata. Tingkat keuntungan yang dipergunakan adalah tingkat
keuntungan aktual, apabila tingkat keuntungan aktual lebih kecil daripada tingkat
10
Warkum Sumitro, Azaz-azaz Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan
keuntungan proyeksi maka yang dipergunakan adalah tingkat keuntungan aktual
tersebut.
4) Penyerahan dana dianggap titipan (wadiah)
Penyerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan
yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai
bank yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah, sehingga pada penyimpanan
tidak dijanjikan imbalan yang pasti
5) Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Terdapatnya Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasi bank
syariah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut
syariahnya. Selain itu, manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai
dasar-dasar muamalah Islam. Unsur Dewan Pengawas Syariah inilah hal utama yang
membedakan struktur organisasi antara bank syariah dan bank konvensional
6) Fungsi kelembagaan
Selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus, yaitu fungsi amanah, artinya
berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan
dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.
B. Laporan Keuangan Bank Syariah
laporan keuangan kepada bank sentral (yaitu Bank Indonesia) dan publik, setiap enam
bulan, yang terdiri atas laporan inti dan laporan pelengkap11
. Laporan inti terdiri dari
Neraca dan perhitungan laba/rugi, sedangkan laporan pelengkap terdiri atas:
1) Laporan komitmen dan kontijensi
2) Laporan perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
3) Laporan transaksi valuta asing dan derivatif
4) Laporan kualitas aktiva produktif dan derivatif
5) Perhitungan rasio keuangan
6) Pengurus bank dan pemilik bank
Tidak berbeda dengan laporan keuangan pada bank konvensional, selayaknya
organisasi bank syariah juga harus menyusun laporan keuangan pada akhir periode
akuntansinya. Menurut PSAK No. 59 (2002), laporan keuangan bank syariah yang
lengkap terdiri dari atas komponen-komponen sebagai berikut:
1) Neraca
Unsur neraca bank syariah meliputi aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat dan
ekuitas. Yang membedakan dengan neraca jenis organisasi lain adalah pada
“investasi tidak terikat”. Invetasi tidak terikat bukan merupakan kewajiban dan
juga bukan ekuitas. Investasi tidak terikat adalah dana pihak ketiga yang
dititipkan atau diserahkan kepada bank untuk dikelola tanpa ikatan dari penitip
dana atau dikelola secara bebas sesuai syariah.
11
2) Laporan laba/rugi
3) Laporan arus kas
Laporan arus kas bank syariah disajikan sesuai dengan PSAK No. 2 mengenai
laporan arus kas dan PSAK No. 31 mengenai akuntansi perbankan, dengan
catatan menyesuaikan kegiatan dan transaksi bank syariah
4) Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas bank syariah disajikan sesuai dengan PSAK No. 1
mengenai penyajian laporan keuangan. Urutan penyajian dan deskripsi, bila perlu,
dapat diubah sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan agar tercapai
penyajian laporan keuangan secara wajar dengan memperhatikan PSAK terkait.
5) Laporan perubahan dana investasi terkait
Investasi terkait adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi
terkait dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer investasi
berdasarkan mudharobah muqayadah atau sebagai agen investasi. Dalam hal
bank bertindak sebagai manajer investasi dengan akad mudharobah muwayadah,
bank mendapatkan keuntungan sebesar nisbah atas keuantungan investasi. Jika
terjadi kerugian maka bank tidak memperoleh imbalan apapun. Apabila dalam
investasi tersebut terdapat dana bank maka bank menanggung kerugian sebesar
bagian dana yang diikutsertakan.
6) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah
Unsur dasar laporan sumber penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah meliputi
shadaqah pada tanggal tertentu. Sumber dana zakat, infaq, shadaqah berasal dari
bank dan pihak lain yang diterima bank untuk disalurkan kepada yang berhak.
7) Laporan sumber dan penggunaan qardul hasan
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qardul hasan melipti sumber
penggunaan dana qardul hasan selama jangka waktu tertentu dan saldo dana
qardul hasan pada tanggal tertentu. Penggunaan dana qardul hasan meliputi
pemberian pinjaman baru selama jangka waktu tertentu dan pengembalian dana
qardul hasan temporer yang disediakan pihak lain.
8) Catatan atas laporan keuangan
C. Analisis Kinerja Keuangan
Menurut mulyadi12
, pengukuran kinerja adalah suatu tingkatan keberhasilan
dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, kinerja itu sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang
diinginkan dapat tercapai dengan baik. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara
periodik efektivitas operasional suatu karyawannya berdasarkan standar dan kriteria
yang telah ditetapkan.
Alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan,
diantaranya adalah analisis rasio, proporsional, Du Pont System of Analysis dan EVA
(Economic Value Added). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
12
hubungan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis
terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio ini memiliki keunggulan
dibandingkan dengan teknik analisis lainnya, keunggulannya sebagai berikut13
:
1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan
2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit
3) Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lainnya
4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengii model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi
5) Menstandarisir ukuran (size) perusahaan
6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik
7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakkan prediksi di masa yang akan
datang.
Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item antara
laporan keuangan (neraca dan laporan laba – rugi). Ada lima jenis rasio keuangan:14
1. Leverage ratios, memperlihatkan berapa hutang yang digunakan perusahaan.
13
Admad Rodoni dan Herni Ali, Manajemen Keuangan Modern (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2014), h. 24 – 25.
14
Drs. Lukas Setia Atmaja, Manajemen Keuangan. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003), h.
2. Liquidity ratios, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban perusahaan yang jatuh tempo.
3. Efficiency atau turnover atau asset management ratios, mengukur seberapa
efektif perusahaan mengelola aktivanya.
4. Profitability ratios, mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
5. Market value ratios, mempelihatkan bagaimana peusahaan dinilai oleh investor
dipasar modal.
Hingga saat ini analisis rasio keuangan bank syariah masih menggunakan aturan
yang berlaku di bank konvensional. Analisis rasio keuangan bank syariah dilakukan
dengan menganalisis posisi neraca dan laporan laba rugi.15
1. Rasio Likuiditas adalah ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, meliputi:
a. Current Ratio, adalah kemampuan bank untuk membayar utang dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
b. Quick (Acid test) Ratio, adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank
dalam membayar utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih
liquid
c. Loan Deposit Ratio (LDR), adalah menunjukan kesehatan bank dalam
memberikan pembiayaan.
15
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014), h.
2. Rasio aktivitas, adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam
memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi:
a. Fixed Asset Turnover (FAT) adalah kemampuan aktivitas (efisiensi) dana
yang tertanam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu
dengan jumlah keseluruhan aktiva.
b. Total Asset Turnover adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau
kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan
pendapatan (revenue)
3. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang menunjukan tingkat efektivitas yang
dicapai melalui usaha operasional bank, yang meliputi:
a. Profit margin, adalah gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan
laba.
b. Return on Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam
mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktifitas bank dalam
mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan.
D. Profitabilitas
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sylvia16
mengungkapkan bahwa tingkat
profitabilitas merupakan hal penting bagi sebuah bank dan menjadi salah satu
indikator untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank, karena profitabilitas menjadi
faktor penentu kelanjutan sebuah bank agar dapat terus berkembang secara
berkelanjutan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan memperoleh laba
yang berhubungan dengan penjualan total aset maupun modal sendiri. Sasaran yang
akan dicapai adalah laba perusahaan.
Tujuan analisis profitabilitas yaitu untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat
profitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio
profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan bank
berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang menunjukan
hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah satu rasio
profitabilitas yang digunakan bank pada umumnya adalah Return on Asset (ROA).
Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dapat menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mengelola asset yang dimilikinya. Rasio ini menjadi
gambaran dari tingkat produktifitas yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik adalah sekitar 1,5 persen. Semakin
16Sylvia Nur Indahsari, “Analisis Faktor Makroekonomi yang mempengaruhi profitabilitas Bank (studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.),” (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya,
besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin
besar. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Secara matematis
ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010):
ROA= Laba Sebelum Pajak
Rata rata Total Aktiva 100%
Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak,
sedangkan rata-rata total aset merupakan rata-rata volume usaha atau aktiva.
Perhitungan ROA terdiri dari17
:
1) Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank) sebelum
dikurangi pajak
2) Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari aktiva
lancar dan aktiva tetap.
17Siti uhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah
E. Likuiditas
Menurut Santosa18
kinerja likuiditas, rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan permohonan
kredit atau pembiyaan dengan cepat. Pemenuhan kemampuan likuiditas bank
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya persyaratan yang ditetapkan oleh
pemerintah dan dilema antara likuiditas dengan profitabilitas. Likuiditas yang tinggi
mengakibatkan kas menganggur semakin tinggi, ini akan merugikan bank yang
bersangkutan karena profitabilitasnya akan semakin rendah.
Likuditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu bank.
Kesulitan likuditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain sehingga
menimbulkan risiko sistematik. Kejutan (shock) dapat mendorong terciptanya spiral
likuditas yang menyebabkan hilangnya likuditas dan terbentuknya krisis keuangan.
Belajar dari historis, krisis perbankan yang terjadi selama ini terutama disebabkan
oleh krisis likuditas bank yang menyebabkan terjadinya gagal bayar bank terhadap
sebagain besar kewajibannya19
. Likuiditas adalah faktor lain yang menentukan tingkat
kinerja perbankan.
Likuiditas mengacu pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya,
18Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekono
mi terhadap Kinerja Keuangan pada PT.
Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”, (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), h. 28 – 29.
19Zulkarnain Sitompul dkk, “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Bulletin Ekonomi
terutama dari deposan. Menurut Dang20
rasio keuangan yang paling umum yang
mencerminkan posisi likuiditas bank adalah total kredit dibagi simpanan nasabah.
Likuidity dicerminkan dalam rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan
rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Menurut Kartika21
tingkat LDR menunjukan adanya risiko likuditas
(liquidity risk) yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank. Risiko likuiditas adalah
risiko yang dihadapi bank dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya dan kewajiban lain serta kemampuan memenuhi
permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penangguhan. Rasio ini
menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
LDR=Total Dana Pihak Ketiga KLBI Modal IntiJumlah Kredit yang Diberikan 100%
LDR digunakan untuk untuk mengukur kemampuan melempar dana berdasarkan
sumber tertentu. Semakin tinggi angka rasio LDR, maka semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank tersebut. karena sebagian besar dana bank tertanam pada
pinjaman. Jika ada penarikan dana oleh deposan, bank bisa mengalami kesulitan. Di
lain pihak, semakin tinggi angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut,
20Uyen Dang, “The CAMEL Rating System in Banking Supervision: a Case Study of Arcada”
(University of Applied Sciences, International Bussiness).
21Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor
-faktor yang mempengaruhi Kinerja
karena bank mampu melempar dana efektif22
.
Lebih banyak penelitian menggunakan objek konvensional, sehingga dalam
menggitung rasio yang sering digunakan dengan istilah loan yaitu Loan to Deposito
Ratio (LDR). Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan) namun
pembiayaan atau financing23
. Pada umumnya konsep yang sama ditunjukan pada
bank syariah dalam menyebut likuiditas dengan menggunakan Financing to Deposit
Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu seberapa besar dana pihak
ketiga bank syariah dilepaskan untuk pembiayaan. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut:
FDR=Total Dana Pihak KetigaTotal Pembiayaan 100%
Bank Indonesia menyatakan suatu bank masih dianggap sehat jika rasio berada
diantara 85 persen – 110 persen. Apabila FDR suatu bank berada diatas atau dibawah 85 persen – 110 persen, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Menurut Mahdiyah24
jika angka rasio FDR suatu bank berada pada angka 60% berarti 40% dari seluruh
dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga
22
Mahmud M. Hanafi dkk, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
2007), h. 333
23
Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), h.
170
24Mahdiyah, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Kualitas Aset Produktif dan Rasio
dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik.
Kemungkinan jika rasio FDR bank mencapai 110% berarti total pembiayaan yang
diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena dana yang
dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak
menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) yang baik.
F. Efisiensi
Working paper Bank Indonesia25
yang menjelaskan mengenai efisiensi telah
mendefinisikan efisiensi sebagai indikator yang menunjukan kemampuan manager
dan staf perusahaan dalam menjaga tingkat kenaikan pendapatan laba diatas tingkat
kenaikan biaya operasional. Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya yang dilakukan
untuk mengoperasikan dana tersebut.
Pengukuran efisiensi menurut Bank Indonesia dilihat dari nilai Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO). Dalam penelitiannya Rahmat26
memaparkan bahwa
semakin kecil nilai BOPO menunjukan semakin baik tingkat efisiensi bank dalam
menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat memiliki nilai BOPO kurang dari
satu, sebaliknya bank yang kurang sehat nilai BOPO nya lebih dari satu.
25Dadang Muljawan dkk, “Faktor
-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta
Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”, (Working Paper Bank Indonesia. Desember
2014), h. 6-7
26Rahmat Abdillah, “Faktor
-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas pada
Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Menurut Almilia dan
Herdiningtyas27
semaki kecil rasio ini berarti semakin efisiensi biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Biaya operasional dihitung berdasarkan
penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bagi hasil dan total pendapatan
operasional lainnya. Perhitungan adalah seperti berikut ini:
BOPO=Total Pendapatan Operasional Total Beban Operasional 100%
BOPO menggambarkan beban bunga yang harus dibayar dan pendapatan bank.
Beban bunga yang harus dibayar sangat tergantung dengan variabel makro, terutama
BI Rate yang menjadi acuan penentuan baik bunga pinjaman maupun simpanan.
Selain tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi BOPO tersebut, salah satu
aspek yang juga dapat mempengaruhi yaitu aspek ketidakpastian, sumber aspek
ketidakpastian ini merupakan tingginya tingkat inflasi yang terjadi.
27Tiara Kusuma Hapsari, “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM dan Rasio
G. Variabel Makroekonomi
1. Industrial Production Index (IPI)
Rinal28
dalam penelitiannya menjelaskan mengenai teori makro yang menyatakan
bahwa tabungan merupakan fungsi dari suku bunga dan pendapatan nasional.
Besarnya pendapatan menunjukan sebarapa besar kemampuan (ability) seseorang
untuk menabung. Apabila pendapatan masyarakat meningkat, maka Jumlah
pendapatan yang bisa dibelanjakan akan meningkat. Jika konsumsi diasumsikan tetap
atau peningkatannya relatif lebih kecil daripada peningkatan pendapatannya, maka
akan semakin banyak jumlah dana yang bisa ditabungkan masyarakat di perbankan.
Dalam penjelasan pada penelitian yang dilakukan oleh Sri29
Industiral Production
Index (IPI) adalah sebuah indikator ekonomi yang mengukur produksi output riil. IPI
sering digunakan sebagai representasi bagi pendapatan nasional untuk menggantikan
ketiadaan data PDB bulanan. Sejalan dengan teori yang ada pada penelitian yang
dilakukan oleh Aviliani30
mengungkapkan bahwa indeks produksi industri (IPI)
sebagai proksi dari pendapatan nasional memiliki hubungan kuat dengan hampir
semua indicator kinerja bank.
28Rinal Satria Anugrah, “Analisis Faktor
-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Bank Umum
Syariah di Indonesia”, (Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2006), h. 31.
29Sri Wulan Fatmawati, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga
Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index(JII)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 9