BI
S
DI MU
Diajuk MemM
IDANG S
DE
UNIV
STUDI MU
UARA SU
TUkan untuk M menuhi Syar Sarj D
MUHAMM
0
STUDI TE
EPARTEM
FAKU
VERSITA
UATAN S
UNGAI K
UGAS AKH Melengkapi rat Untuk M jana TeknikDisusun Oleh
MAD MU
09 0404 12
ABSTRAK
Sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi
kehidupan dan penghidupan masyarakat.Selain berfungsi sebagai aliran drainase
,
sungai juga berfungsi sebagai alat transportasi dan sumber bahan baku tenaga listrik. Sungai merupakan bagian yang penting dari suatu kota. Apabila sungai tersumbat, aliran air yang mengalir didaratan tentunya tidak bisa tersalurkan dengan lancar, hal itu bisa mengakibatkan terjadinya banjir. Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan banjir, salah satunya adalah karena pengendapan sedimentasi pada sungai. Sedimentasi menyebabkan pendangkalan sungai, hal itu terjadi karena ketinggian sedimentasi mengurangi kedalaman dari air, kalau pendangkalan melebihi kedalaman sungai, bisa menyumbat aliran sungai dan terjadilah banjir. Pada penelitian ini, lokasi yang diteliti oleh peneliti adalah daerah aliran sungai Krueng Aceh, Kecamatan Lampulo Kota Banda Aceh.Provinsi Aceh terletak di ujung Barat Laut Sumatera dengan Ibu KotaBanda Aceh, memiliki luas wiayah 56.758,85 km2 atau 5.675.850 Ha (12,26 persen dari luas sumatera), wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.479.802 Ha dengan garis pantai 2.666,27 Km2. Untuk pengelolaan sungai sebagai sumber daya air ditetapkan 11 wilayah sungai (WS) yang terdapat di Aceh, berdasarka Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11A/PRT/M/2006 ada empat klasifikasi Wilayah Sungai (WS) yang ada di Aceh yaitu WS Strategis Nasional yang dikelola Pemerintah Pusat, WS Lintas Propinsi yang dikelola Pemerintah Aceh, WS Lintas Kabupaten/Kota yang dikelola oleh Pemerintah Aceh, WS Dalam Kabupaten/Kota Aceh yang dikelolaoleh Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Dalam menghitung besarnya muatan sedimen yang terdapat di sungai krueng aceh digunakan beberapa metode yang berhubungan dengan laju angkutan sedimen. Diantaranya adalah metode Engelund and Hansen, metode Yang’s, metode Shen and Hung, dan metode Laursen. Untuk penggunaan metode tersebut dibutuhkan data-data dalam perhitungannya, data yang diperlukan antara lain data geometri sungai, serta data yang didapat dari hasil analisis lab yang menyangkut tentang karakteristik sedimen.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, didapat hasil muatan sedimen dengan menggunakan metode Engelund and Hansen sebesar 832.089,66 ton, dengan metode Yang’s didapat sebesar 652.263,81 ton, dengan metode Shen and Hung didapat sebesar 2819.915 ton, dan metode Laursen didapat sebesar 815.014,80 ton ( untuk tahun 2007 ). Maka dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan untuk perhitungan muatan sedimen adalah metode Engelund and Hansen.
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
Adapun judul dari tugas akhir ini adalah " Studi Muatan Sedimen Di Muara Sungai
Krueng Aceh ”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Strata I (S1) di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universita Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak DR.Ir.Ahmad Perwira Mulia,M.Sc selaku Dosen Pembimbing sekaligus orang
tua bagi penulis yang telah banyak memberikan bimbingan yang sangat bernilai,
masukan, dukungan, serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu
penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Muhammad Faisal, ST,MT selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah banyak
memberikan bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Ayahanda H. Muchtar Saad dan Ibunda Hj.Srinita serta keluarga besar yang sangat
saya cintai dan sangat saya sayangi yang selalu senantiasa mengirim doa dan
memberikan semangat serta motivasi yang tidak ada habisnya terhadap saya.
7. Kepada sahabat-sahabatku khususnya sahabat sejatiku Agus Budiman dan Kevin
yang selalu ada di saat saya senang maupun susah. Sahabat-sahabat seperjuanganku
2009 yang selalu hadir dalam kegiatan sehari-hariku baik dalam hal akademik
maupun non akademik, Aulia Piko, Lanacing Alay, Ridho ST, Khairun Raper, Deko
ST, M.Ryan, Irwan Coalnya, Toni, Rahman, Benny Pradana SE, Dewiq Brader, Mia
Pimpro, Firda ST, Putri, Evi Pose, Aya, Waida JK, all d’Revo Partners dan
temen-temen lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.
8. Kepada Abang-Abang Senior 2006, 2007, 2008 khususnya Bg.Aris Munandar yang
sudah banyak memberikan referensi terhadap saya, Bg.Muazzzi, Bg.Denny,
Bg.Hafiz, Adek-Adek 2010 khususnya M.Iqbal , 2011, 2012, serta sabahat-sahabat
lainnya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas SumateraUtara.
10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama ini
kepada penulis. (KakLince, Kak Dina, KakDewi, Bang Zul, Bang Edi dan Bang
Amin).
Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis
menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala
laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, April 2014
Hormat Saya
MUHAMMAD MULTAZAM 09 0404 129
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... ix
BAB I Pendahuluan 1. 1. Umum...……... 1
1. 2. Latar Belakang...………... 3
1. 3. Tujuan Penulisan...………... 4
1. 4. Pembatasan Masalah…...……….. 4
1. 5. Sistematika Penulisan...………... 5
BAB II Tinjauan Pustaka 2. 1. Umum……….. 7
2. 2. Sifat-sifat sedimen..………. 8
2. 2. 1. Ukuran dan Bentuk……….………. 8
2. 2. 2. Massa Jenis ( Densitas )……….……. 11
2. 3. Sifat-sifat Cairan...………..…….. 13
2. 3. 1. Berat Spesifik Partikel Sedimen………...……….… 13
2. 3. 2. Kekentalan ( Viscosity )...………...……….… 14
2. 3. 3. Kerapatan relatif dalam air-∆ ( tanpa dimensi )...……….… 14
2. 4. 1. Rumus-rumus Pengangkutan Sedimen……….. 17`
2. 4. 2. Metode Einstein...……….. 20
2. 4. 3. Pengendalian Sedimen...……….. 21
2. 5. Kecepatan Jatuh Partikel….………….……….... 23
2. 5. 1. Hukum Stokes...……….. 23
2. 5. 2. Bottom Withdrawal Tube...……….. 24
2. 6. Morfologi Sungai dan Karaktristiknya….…...…….... 25
2. 6. 1. Daerah Pengaliran...……….. 26
2. 6. 2. Corak dan Karakteristik Daerah Pengaliran... 27
2. 6. 3. Koefisien Yang Memperlihatkan Corak Daerah Pengaliran. . 28
2. 6. 4. Gradien Memanjang Sungai dan Bentuk Penampang Melintang.. 29
BAB III. Metodologi dan Deskripsi Lokasi Penelitian 3. 1. Metodologi Penelitian...……… 30
3. 1.1. Metode Pelaksana………...………... 32
3. 1.2. Pengumpulan Data………...………... 33
3. 1.3. Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai..…………... 34
3. 1.4. Perhitungan Kedalaman Sungai...………... 34
3. 1.5. Perhitungan Angkutan Sedimen...………... 36
3. 2. Lokasi Penelitian....……… 47
3. 2.1. Kondisi Topografi dan Bathimetri…..………... 50
3. 2.1.1. Kondisi Topografi ...…..………... 50
3. 2.1.2. Kondisi Klimatologi ...…..………... 51
3. 2.1.3. Gelombang...…..………... 52
3. 2.1.4. Kondisi Hidrologi... ...…..………... 52
3. 2.1.5. Kondisi Pasang Surut... ...…..………... 53
4. 1. Kemiringan Dasar Sungai……...……… 55
4. 2. Perhitungan Pasang Surut...……...……… 62
4. 3. Perhitungan Kedalaman...……...……… 78
4. 4. Perhitungan Muatan Sedimen Sungai Krueng Aceh dengan
Metode Shen and Hung...……...……. 86
4. 5. Perhitungan Muatan Sedimen Sungai Krueng Aceh dengan
Metode Yang’s...……...……. 88
4. 6. Perhitungan Muatan Sedimen Sungai Krueng Aceh dengan
Metode Engelund and Hansen...……...……. 92
4. 7. Perhitungan Muatan Sedimen Sungai Krueng Aceh dengan
Metode Laursen...……...……. 95
BAB V Kesimpulan dan Saran
V.1. Kesimpulan……….. 103
V.2. Saran…….……….……….. 103
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian...31
Gambar 3.2 Pengayakan Sampel Saringan Sedimen...33
Gambar 3.3 Faktor Koreksi Ditribusi Kecepatan...35
Gambar 3.4 Hubungan antara ∗′′ dan
Ѱ
...35Gambar 3.5 Penampang Sungai...37
Gambar 3.6 Langkah Penyelesaian Metode Shen and Hung...38
Gambar 3.7 Langkah Penyelesaian Metode Yang’s...42
Gambar 3.8 Langkah Penyelesaian Metode Engelund and Hansen...44
Gambar 3.9 Hubungan antara ∗ dan ...46
Gambar 3.10 Langkah Penyelesaian Metode Laursen...47
Gambar 4.1Grafik Kenaikan Muka Air Laut Akibat Pasut... 77
DAFTAR TABEL
Tabe1 2.1 Ukuran Partikel Sedimen Berdasarkan Skala Wentworth ... 9
Tabe1 2.2 Standar Ukuran Saringan ... 9
Tabe1 2.3 Batasan-Batasan Ukuran Butiran Tanah ... 10
Tabe1 2.4 Data Massa Jenis Dari Beberapa Zat ... 12
Tabe1 2.5 Parameter Yang Berpengaruh Pada Pengangkutan Sedimen ... 13
Tabe1 2.6 Koefisien Corak Sungai ... 28
Tabe1 3.1 Wilayah Perairan Sungai Provinsi Aceh ... 49
Tabe1 3.2 Luas Provinsi Aceh Menurut Penggunaan Lahan ... 49
Tabe1 3.3 Komponen Amplitudo Pasut Pengamatan ... 53
Tabe1 3.4 Elevasi Acuan Pasang Surut ... 54
Tabe1 4.1 Data kemiringan rata-rata sungai Krueng Aceh ... 55
Tabe1 4.2 Komponen Amplitudo Pasut Pengamatan ... 62
Tabe1 4.3 Pasang Surut Pada Muara Sungai Krueng Aceh ... 65
Tabe1 4.4 Kedalaman Sungai ... 82
Tabe1 4.5 Muatan metode Shen and Hung ... 88
Tabe1 4.6 Muatan sedimen metode Yang’s ... 91
Tabel 4.7 Muatan sedimen metode Engelund and Hansen ... 94
Tabel 4.8 Muatan sedimen metode Laursen...97
Tabel 4.9 Jumlah muatan sedimen ( ton ) per tahun dihitung dengan metode Shen and Hung ... 98
Tabel 4.10 Jumlah muatan sedimen ( ton ) per tahun dihitung dengan metode Yang’... 99
DAFTAR NOTASI
ρ = Densitas (gr/cm3)
= Berat jenis air
ν = Kekentalan kinematik
g = Gravitasi
d = Diameter Sedimen
= Berat jenis sedimen
V = Kecepatan aliran (m/s)
Ct = Konsentrasi sedimen total = Kecepatan jatuh (m/s)
S = Kemiringan sungai
D = Kedalaman sungai (m) Qs = Muatan sedimen (kg/s)
Vc = Kecepatan kritis (m/s)
U* = Kecepatan geser (m/s)
= Bilangan Reynold
= Tegangan geser (kg/m2)
D35 = Diameter sedimen 35% dari material dasar (mm)
D50 = Diameter sedimen 50% dari material dasar (mm)
P = Keliling basah
R = Jari-jari hidrolis
= Debit air
W = Lebar sungai
Q = Debit banjir (cfs atau m³/detik)
Ѱ
= Psi∆
= Beda tinggiDAFTAR LAMPIRAN
Foto Dokumentasi
Data debit sungai Krueng Aceh 2007-2012
Uji Laboratorium Mekanika Tanah ( analisa ukuran butiran )
Analisa saringan
Layout Muara Sungai Krueng Aceh
ABSTRAK
Sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi
kehidupan dan penghidupan masyarakat.Selain berfungsi sebagai aliran drainase
,
sungai juga berfungsi sebagai alat transportasi dan sumber bahan baku tenaga listrik. Sungai merupakan bagian yang penting dari suatu kota. Apabila sungai tersumbat, aliran air yang mengalir didaratan tentunya tidak bisa tersalurkan dengan lancar, hal itu bisa mengakibatkan terjadinya banjir. Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan banjir, salah satunya adalah karena pengendapan sedimentasi pada sungai. Sedimentasi menyebabkan pendangkalan sungai, hal itu terjadi karena ketinggian sedimentasi mengurangi kedalaman dari air, kalau pendangkalan melebihi kedalaman sungai, bisa menyumbat aliran sungai dan terjadilah banjir. Pada penelitian ini, lokasi yang diteliti oleh peneliti adalah daerah aliran sungai Krueng Aceh, Kecamatan Lampulo Kota Banda Aceh.Provinsi Aceh terletak di ujung Barat Laut Sumatera dengan Ibu KotaBanda Aceh, memiliki luas wiayah 56.758,85 km2 atau 5.675.850 Ha (12,26 persen dari luas sumatera), wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.479.802 Ha dengan garis pantai 2.666,27 Km2. Untuk pengelolaan sungai sebagai sumber daya air ditetapkan 11 wilayah sungai (WS) yang terdapat di Aceh, berdasarka Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11A/PRT/M/2006 ada empat klasifikasi Wilayah Sungai (WS) yang ada di Aceh yaitu WS Strategis Nasional yang dikelola Pemerintah Pusat, WS Lintas Propinsi yang dikelola Pemerintah Aceh, WS Lintas Kabupaten/Kota yang dikelola oleh Pemerintah Aceh, WS Dalam Kabupaten/Kota Aceh yang dikelolaoleh Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Dalam menghitung besarnya muatan sedimen yang terdapat di sungai krueng aceh digunakan beberapa metode yang berhubungan dengan laju angkutan sedimen. Diantaranya adalah metode Engelund and Hansen, metode Yang’s, metode Shen and Hung, dan metode Laursen. Untuk penggunaan metode tersebut dibutuhkan data-data dalam perhitungannya, data yang diperlukan antara lain data geometri sungai, serta data yang didapat dari hasil analisis lab yang menyangkut tentang karakteristik sedimen.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, didapat hasil muatan sedimen dengan menggunakan metode Engelund and Hansen sebesar 832.089,66 ton, dengan metode Yang’s didapat sebesar 652.263,81 ton, dengan metode Shen and Hung didapat sebesar 2819.915 ton, dan metode Laursen didapat sebesar 815.014,80 ton ( untuk tahun 2007 ). Maka dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan untuk perhitungan muatan sedimen adalah metode Engelund and Hansen.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi
kehidupan dan penghidupan masyarakat. Sungai adalah tempat berkumpulnya sejumlah air
yang berasal dari air hujan yang turun ke permukaan bumi ini, mengalir dari tempat tinggi ke
tempat yang rendah dan melimpah dalam sebuah aluran sungai, dimana perpaduan antara alur
sungai dan aliran air didalamnyalah yang disebut dengan sungai . Sungai merupakan lokasi
yang paling baik untuk mengamati pengaruh alamiah dari angkutan sedimen. Sungai
memperlihatkan variasi yang besar dalam formologinya dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
Pada lokasi tertentu, variasi dan komposisi sedimen sepanjang melintang sungai dapat berupa
pasir halus, kerikil, maupun batuan. Hal ini menunjukkan bahwa proses angkutan sedimen
terdiri dari beberapa faktor seperti diantaranya yaitu variasi bentuk ukuran, kepadatan, dan
kebulatan butiran. Ukuran butiran dan variasi gradasi tidak hanya penting bagi perkembangan
morfologi sungai secara alamiah, tetapi mempunyai pengaruh yang besar dalam perancangan
bangunan sungai. Diantara beberapa sifat sedimen, ukuran sedimen merupakan hal yang
paling penting untuk diperhatikan karena ukuran sedimen mempengaruhi mudah tidaknya
sedimen transpor dapat berlangsung.
Bantaran sungai berbeda dengan sempadan sungai. Bantaran sungai adalah areal
sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri luapan air sungai. Fungsi bantaran sungai
sungai. Sewaktu musim hujan dan debit sungai meningkat, sempadan sungai berfungsi
sebagai daerah parkir air sehingga air bisa meresap ke tanah.
Sungai adalah suatu aliran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi di
samping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya air yang mengalir di
dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus sepanjang masa
eksistensinya dan terbentuklah lembah-lembah sungai. Volume sedimen yang sangat besar
yang dihasilkan dari reruntuhan tebing sungai di daerah pegunungan dan tertimbun di dasar
sungai tersebut, terangkut ke hilir oleh aliran sungai. Karena di daerah pegunungan
kemiringan sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar. Tetapi setelah aliran
sungai mencapai daratan, maka gaya tariknya sangat menurun. Dengan demikian beban yang
terdapat dalam arus sungai berangsur-angsur diendapkan. Karena itu ukuran butiran sedimen
yang mengendap di bagian hulu sungai lebih besar daripada di bagian hilirnya.
Di wilayah Aceh terdapat 408 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar sampai kecil. Aceh
memiliki beberapa danau seperti Danau Laut Tawar di Aceh Tengah dan Danau Aneuk Laot
di Sabang, juga memiliki rawa seluas 444.755 ha, yang terdiri dari rawa lebak seluas 366.055
ha dan rawa pantai seluas 78.700 ha.
Untuk pengelolaan sungai sebagai sumberdaya air ditetapkan 11 Wilayah Sungai
(WS) yang terdapat di Aceh, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.11A/PRT/M/2006 ada empat kalisifikasi Wilayah Sungai (WS) yang ada di Aceh yaitu
WS Strategis Nasional (WS Meureudu-Baro, WS Jambo Aye, WS Woyla-Seunagan, WS
Tripa-Bateue) yang dikelola Pemerintah Pusat, WS Lintas Provinsi (WS Lawe Alas-Singkil)
yang dikelola Pemerintah Aceh, WS Lintas Kabupaten/Kota (WS Krueng Aceh, WS
Pase-Peusangan, WS Tamiang-Langsa, WS Teunom-Lambesoi, WS Krueng Baru-Kluet) yang
dikelola oleh Pemerintah Aceh, WS Dalam Kabupaten/Kota (WS Pulau Simeulue) yang
1.2 Latar Belakang
Sungai berfungsi sebagai alattransportasi, sumber bahan baku tenaga listrik, dan
tempat pembuangan akhir. Didaerah perkotaan sungai digunakan sebagai tempat mengalirnya
air ketika hujan.Karena itu sungai merupakan bagian yang penting dari suatu kota. Apabila
sungaitersumbat, aliran air yang mengalir didaratan tentunya tidak bisa tersalurkan
denganlancar, hal itu bisa mengakibatkan terjadinya banjir. Ada beberapa penyebabyang
mengakibatkan banjir, salah satunya adalah karena pengendapan sedimentasipada sungai.
Sedimentasi menyebabkan pendangkalan sungai, hal itu terjadikarena ketinggian sedimentasi
mengurangi kedalaman dari air, kalau pendangkalanmelebihi kedalaman sungai, bisa
menyumbat aliran sungai dan terjadilah banjir.
Aliran sungai pada umumnya memiliki aliran yang bercabang, dengan aliran yang
memiliki debit besar sebagai sungai utama dan anak sungai untuk debit yang lebih kecil dari
sungai utama. Percabangan sungai juga merupakan salah satu tempat yang rawan
mengakibatkan banjir, karena tingkat sedimentasi yang terjadi dalam aliran tersebut
dipengaruhi oleh dua aliran dengan tingkat debit aliran yang berbeda. Sehingga tingkat
sedimentasi pada percabangan, dimungkinkan lebih banyak dibandingkan dengan tingkat
sedimentasi pada aliran yang lain.Hal itu dikarenakan sedimen yang dibawa tidak hanya dari
satu arus sungai,tapi bisa lebih dari satu sungai. Dalam aliran sungai yang terdapat
sedimentasi,tingkat sedimentasi bisa diakibatkan oleh beberapa faktor alam, dan juga
keadaanmorfologi dari sungai tersebut. Tingkat sedimentasi dari segi morfologi
memilikibeberapa faktor, salah satunya keadaan dinding sungai, adanya jembatan, danadanya
pelengseran pada bagian bagian bawah sungai yang tentu dari keadaanmorfologi tersebut
dalam proses sedimentasi. Kecepatan aliran sungai, debitaliran, dan juga ketinggian sungai
bisa mengakibatkan proses sedimentasi bisasemakin besar terjadi.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penelitian pada Tugas Akhir ini bertujuan untuk:
a. Menentukan atau mencari persamaan yang dapat dipakai untuk menghitung
angkutan sedimen pada Krueng Aceh.
b. Mengkorelasikan data-data di lapangan dengan rumus-rumus teoritis tentang
muatan sedimen di muara sungai Krueng Aceh.
c. Untuk mengetahui jumlah muatan sedimen yang terdapat di Muara Sungai Krueng
Aceh dengan maksud untuk menghindari terjadinya pendangkalan sungai yang bisa
menyebabkan banjir di daerah perkotaan Banda Aceh, sehingga bisa bermanfaat
dalam meminimalisir besarnya debit banjir akibat adanya pengaruh sedimen.
1.4 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini, permasalahan yang akan dibahas dibatasi ruang
lingkupnya agar tidak terlalu luas. Permasalahan yang akan dibahas hanya meliputi berapa
besar muatan sedimen akibat adanya transpor sedimen di sepanjang kawasan Sungai Krueng
Aceh. Pada kasus ini, Sungai Krueng Aceh merupakan daerah sungai yang memiliki kadar
lumpur yang cukup besar sehingga sangat cocok sebagai tempat penelitian tugas akhir ini.
Adapun metode penulisan yang dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah:
1. Studi pustaka / literatur
Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan informasi dari buku, serta
jurnal-jurnal yang mempunyai relevansi dengan bahasan dalam tugas akhir ini serta
2. Studi lapangan
a. Pengambilan data sekunder
Dilakukan pengumpulan data-data sekunder di daerah Sungai Krueng Aceh.
b. Pengambilan data primer, yakni: data ukuran butiran sedimen
Data ini diperoleh dengan mengadakan survey di lapangan.
3. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan dan kepustakaan yang bersesuaian dengan pokok bahasan,
disusun secara sitematis dan logis dan dilakukan korelasi sehingga diperoleh suatu gambaran
umum yang akan dibahas dalam tugas akhirini. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode Yang’s , metode Engelund and Hansen, metode Laursen dan metode Metode Shen
and Hungs.
4. Analisa Data
Dari hasil pengolahan data akan didapat besarnya muatan sedimen di kawasan Sungai Krueng
Aceh, Banda Aceh.
5. Penulisan laporan tugas akhir
Seluruh data dan hasil pengolahannya akan disajikan dalam satu laporan yang telah disusun
sedemikian rupa hingga berbentuk sebuah laporan tugas akhir.
1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang hal yang umum mengenai sungai dan sedimen, terutama
menyangkut Sungai Krueng Aceh dan memberikan gambaran umum tentang muatan sedimen
di muara sungai tersebut serta tujuan, ruang lingkup dan metodologi dalam penulisan tugas
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini mencakup segala hal yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengambilan tema
penelitian, penentuan langkah pelaksanaan dan metode penganalisaan yang diambil dari
beberapa pustaka yang ada yang memiliki tema sesuai dengan tema penelitian ini.
Bab III Metodologi dan Informasi Lokasi Studi
Bab ini menyajikan gambaran lokasi studi tugas akhir yang menjelaskan kondisi daerah
Sungai Krueng Aceh serta metode yang akan digunakan. Metode yang dipakai adalah metode
Yang’s, metode Engelund and Hansen, metode Laursen, dan metode Metode Shen and
Hungs.
Bab IV Analisa Data
Bab ini berisi hasil dan pembahasan dari data-data yang diperoleh di lapangan serta
mengkorelasikannya dengan rumus-rumus teoritis tentang berapa besar muatan sedimenyang
ada di muara sungai.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisikan kesimpulan yang dirangkum dari hasil penelitian yang telah dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 UmumErosi dan pengangkutan sedimen yang dilakukan oleh air merupakan suatu proses penting
dalam pembentukan suatu daerah aliran sungai dan mempunyai konsekuensi ekonomi serta
lingkungan yang penting. Ada beberapa pengertian dari sedimentasi atau yang biasa juga
disebut proses pengendapan. Menurut Krumbein dan Sloss (1971) sedimentasi berdasarkan
ilmu geologi dan sratigrafi adalah proses-proses yang berperan atas terbentuknya batuan
sedimen.Selanjutnya disebutkan bahwa urutan proses sedimentasi adalah meliputi proses :
pelapukan, perpindahan, deposisi (sedimentasi), serta lithifikasi (pembatuan).
Sedimen merupakan hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit atau
jenis erosi tanah lainnya. Karena adanya transpor sedimen dari tempat yang lebih tinggi
(hulu) ke daerah hilir sehingga dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran
irigasi dan terbentuknya tanah baru di daerah pinggiran dan di delta-delta sungai. Dengan
demikian proses sedimentasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan
merugikan. Menguntungkan karena pada tingkat tertentu adanya aliran sedimen ke daerah
hilir dapat menambah kesuburan tanah serta terbentuknya tanah garapan baru di daerah hilir,
dan pada saat yang bersamaan aliran sedimen juga dapat menurunkan kualitas perairan dan
pendangkalan badan perairan. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen
layang dalam sungai (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam waduk. Batuan sedimen dibentuk dari batuan yang telah ada oleh kekuatan luar (gaya)dalam
seperti batuan beku dihancurkan, diangkut dan kemudian diendapkan ditempat-tempat yang
rendah letaknya, misalnya di laut, samudra atau danau (Kaliti,1963).
Kebanyakan sumber dari material sedimen adalah daratan, dimana erosi danpelapukan
sangat nyata terhadap pengikisan daratan dan dipindahkan ke laut. Pelapukanadalah aksi dari
tumbuhan dan bakteri, juga proses kimia, termasuk juga penghancuranbatuan secara mekanik
(Drake 1978).
2.2 Sifat-sifat sedimen
Sifat-sifat sedimen adalah sangat penting di dalam mempelajari proses erosidan
sedimentasi. Sifat sedimen yang paling mendasar adalah ukuran dan bentuknya,setelah itu
densitas, kecepatan jatuh ,dan lain-lain.
2.2.1 Ukuran dan Bentuk
Sedimen dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran butir menjadi lempung, lumpur,
pasir, kerikil, koral (pebble), dan batu. Salah satu klasifikasi yang terkenal adalah skala Wenworth yang mengklasifikasikan sedimen berdasarkan ukuran (dalam millimeter) seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Dalam skala Wenworth tersebut partikel yang berukuran diantara 0,0625 dan2
millimeter dianggap sebagai pasir. Material yang lebih halus dianggap sebagai lumpur
Tabel 2.1 Ukuran Partikel Sedimen Berdasarkan Skala Wentworth Nama Partikel Ukuran
Batu Bongkah >256 Krakal 64-256 Kerikil 4-64 Butiran 2-4 Pasir Pasir sangat kasar 1-2
Pasir kasar ½-1
Pasir sedang ¼-1
Pasir halus 1/8-1/4 Pasir sangat halus 1/16-1/8
Lanau Lanau kasar 1/16-1/32
Lanau sedang 1/64-1/32 Lanau halus 1/128-1/64 Lanau sangat halus 1/256-1/128
Lempung Lempung kasar 1/640-1/256
Lempung sedang 1/1024-1/640 Lempung halus 1/2360-1/1024 Lempung sangat halus 1/4096-1/2360
Untuk beberapa studi kasus analisa ayakan menggunakan SNI 03-6388-2000 dan SNI
03-6408-2000 seperti pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
Tabel 2.2 Standar ukuran saringan
Standar Ukuran (mm) Alternatif saringan
75 3 inchi
50 2 inchi
25 1 inchi
9,25 3/8 inchi
4,75 No. 4
2,00 No.10
0,425 No.40
Tabel 2.3 Batasan-batasan ukuran butiran tanah
Jenis butiran Ukuran butiran
Pasir kasar 2.0 mm – 0,42 mm
Pasir Halus 0,42 mm – 0,075 mm
Lanau 0,075 mm – 0,002 mm
Lempung 0,002 mm – 0,001 mm
Kolloida < 0,001 mm
Untuk menentukan batasan dari ukuran dalam suatu sample pasir, harus dilakukan
analisis ukuran. Mengayak pasir adalah dimaksudkan untuk menemukanbatasan dari ukuran
dalam sampel. Biasanya ayakan berupa pan dengan saringan kawat sebagai suatu standar
diberikan di dasarnya dan diklasifikasikan seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 2.2. Ayakan
disusun dalam suatu tumpukan di mana untuk ayakan yang lebih besar ditaruh pada bagian
atas dan ayakan yang lebih halus berada di bawah daripada ayakan yang lebih besar.
Kinerja daripada pengayakan ini dimulai dengan sampel diletakkan pada ayakan yang
paling atas dan ayakan digetarkan sehingga pasir jatuh sejauh mungkin menembus tumpukan
ayakan yang berada dibawahnya. Ukuran fraksi yang berbeda kemudian akan terjebak dalam
ayakan dengan ukuran variasi yang berbeda, lalu berat pasir yang tertangkap dalam setiap
ayakan ditimbang dan kemudian didapatlah persentase dari berat total sampel yang melewati
ayakan tersebut.
Bentuk dari sedimen alam beraneka ragam dan tidak terbatas. Di samping ukuran
harga kecepatan endap yang lebih kecil dan akan lebih sulit untuk terangkut dibandingkan
dengan suatu partikel yang bulat seperti muatan dasar.
Sifat-sifat yang paling penting dan berhubungan dengan angkutan sedimen adalah
bentuk dan kebulatan butir (berdasarkan pengamatan H. Wadell). Bentuk butiran dinyatakan
dalam kebulatannya yang didefinisikan sebagai perbandingan daerah permukaan partikel.
Daerah permukaan sulit ditentukan dan isi butiran relatif kecil,sehingga Wadell mengambil
pendekatan untuk menyatakan kebulatan.
Kebulatan dinyatakan sebagai perbandingan diameter suatu lingkaran dengan daerah
yang sama terhadap proyeksi butiran dalam keadaan diam pada ruang terhadap bidang yang
paling besar terhadap diameter yang paling kecil atau dengan kata lain kebulatan
digambarkan sebagai perbandingan radius rata-rata kelengkungan ujung setiap butir terhadap
radius lingkaran yang paling besar (daerah proyeksi atau bagian butir melintang).
2.2.2 Massa Jenis (Densitas)
Densiti dari kebanyakan sedimen yang lebih kecil dari 4 mm adalah 2.650
kg/m3(graviti spesifik, s = 2.65). densiti darimineral lempung (clay) berkisar dari 2.500 sampai 2.700 kg/m3.
Densitas merupakan perbandingan massa terhadap suatu volume zat. Densitaspada
dasarnya merupakan fungsi langsung dari kedalaman sungai, serta dipengaruhi juga oleh
salinitas, temperatur dan tekanan. Secara matematis dituliskan dalam Persamaan 2.1.
ρ
=
...
( 2.1 )dimana:
m = massa (gr)
v = volume (cm3)
Besarnya ρa tidak tetap, tergantung pada suhu, tekanan dan larutan. Pada air tawar memiliki nilai ρa = 1000 kg/m3, dan air laut memiliki nilai ρa = 1030 kg/m3. Pada perhitungan angkutan sedimen, pengaruh perbedaan kerapatan pada umumnya diabaikan.
Data massa jenis dari beberapa zat dapat dilihat dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Data Massa Jenis Dari Beberapa Zat.
Zat Kerapatan (kg/m3)
Zat cair
Air 1,00 x
Air laut 1,03 x
Darah 1,06 x
Bensin 0,68 x
Air raksa 13,6 x
Zat padat
Es 0,92 x
Alumunium 2,70 x
Besi & baja 7,8x
Emas 19,3 x
Gelas 2,4 – 2,8 x
Kayu 0,3 – 0,9 x
Tembaga 8,9 x
Timah 11,3 x
Tulang 1,7 – 2,0 x
Zat gas
Helium 0,1786
Hidrogen 0,08994
Uap air
100° C 0,6
2.3 Sifat-sifat Cairan
Angkutan sedimen di sungai pada umumnya digerakkkan oleh aliran air yang berada
dalam sungai tersebut, oleh sebab itu sangatlah penting untuk mengetahui sifat-sifat daripada
alirannya terutama aliran pada saluran yang terbuka. Beberapa sifat dan parameter yang
saling berkaitan dan berpengaruh pada pengangkutan sedimen dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Parameter yang berpengaruh pada pengangkutan sedimen
BESARAN SIMBOL SATUAN/DIMENSI KETERANGAN
Rapat massa /
kerapatan air Kg. -
Rapat massa /
kerapatan sedimen Kg. -
Kerapatan relatif
dalam air ∆ -
∆= /
Viskositas dinamatik H Kg. . -
Viskositas kinematik N / det -
Tegangan permukaan ∑ Kg. -
2.3.1 Berat Spesifik Partikel Sedimen
Besarnya harga γ tergantung pada tempat di bumi (g), pada garis katulistiwa harga g = 9,78 m/det2, sedangkan di daerah kutub harga g = 9,832 m/det2 . Dengan demikian pada umumnya diambil harga rata-rata g = 9,8 m/det2.
2.3.2 Kekentalan (viscocity)
Kekentalan (viscocity) merupakan sifat zat cair untuk melawan tegangan geser atau perubahan sudut, terbagi dua macam :
1. Kekentalan kinematik (ν)
Kekentalan kinematik sangat dipengaruhi suhu :
V =
. ... ( 2.3 )2. Kekentalan dinamik (η)
Kekentalan dinamik dipengaruhi partikel sedimen.
Untuk larutan yang dicairkan (c < 0.1) – Einstein (1906), mendapat :
, ... ( 2.4 )
dimana ηm adalah koefisien kekentalan dinamik – campuran/larutan sedimen; η adalah koefisien kekentalan dinamik air bersih; dan c merupakan konsentrasi sedimen.
2.3.3 Kerapatan relatif dalam air - Δ(tanpa dimensi)
∆
...
( 2.5 )2.4 Pengangkutan Sedimen
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terangkut oleh aliran dari
bagian hulu menuju bagian hilir akibat dari terjadinya erosi. Sungai-sungai membawa
sedimen dalam setiap alirannya. Sedimen dapat berada di berbagai lokasi dalam aliran,
tergantung pada keseimbangan antara kecepatan ke alas pada partikel (gaya tarik dan gaya
angkat) dan kecepatan pengendapan partikel. Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara :
• Suspension; umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang ukurannya sangat kecil (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.
• Bedload; terjadi pada sedimen yang relatif ukurannya lebih lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkahan) sehingga gaya yang ada pada suatu aliran yang bergerak dapat
berfungsi dan memindahkan partikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran
pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inersia butiran pasir tersebut
pada saat diam. Gerakan-gerakan tersebut bisa menggeser, menggelinding, atau bahkan bisa
mendorong antara sesama sedimen yang lainnya.
• Saltation; umumnya terjadi pada sedimen yang berukuran seperti pasir, dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
gravitasi yang sedang bekerja kemudian mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke
dasar.
Sedangkan berdasarkan asalnya material angkutan dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu (Yiniarti, 1997) :
• Muatan material dasar (bed material transport), yang berasal dari dasar, berarti bahwa angkutan ini ditentukan oleh keadaan dasar dan aliran (dapatterdiri dari sedimen dasar dan
• Muatan cuci (wash load), yang berasal dari hasil erosi daerah aliran sungai dan tidak berhubungan dengan kondisi hidrolik aliran setempat. Angkutan ini terdiri dari butiran yang
sangat halus dengan diameter < 50μm (terdiri darilempung dan lanau) yang hanya dapat
bergerak dengan cara melayang dan tidak berada pada dasar sungai. Beban ini terdiri atas
partikel-partikel yang sangat halus dan koloid, yang mengendap sangat lamban meskipun
dalam air tenang sekalipun. Jenis bahan ini didapatkan dari bahan alas ( bed material ) dalam
jumlah yang sangat sedikit, jadi jumlahnya sangat terbatas. Aliran turbulen yang biasa saja di
alur sungai sudah mempunyai kemampuan besar untuk mengangkut beban bilas, sehingga
banyaknya beban bilas yang diangkut hanya merupakan fungsi penyediaan material yang
terdapat di alas sungai.
Jumlah beban layang dan bilas lebih mudah untuk diukur karena partikel-partikel
sedimen tersebut bergerak secepat aliran, maka konsentrasi sedimen jika dikombinasikan
dengan pengukuran debit menghasilkan besarnya pengangkutan sedimen. Laju pengangkutan
sedimen adalah merupakan besarnya sedimen yang diukur sesaat. Jika debitnya tidak berubah
secara cepat, maka satu kali pengukuran laju pengangkutan sedimen saja sudah cukup untuk
menentukan laju rata-rata dalam satu hari. Tetapi jika debitnya berubah secara cepat dan laju
pengangkutan sedimennya tinggi, maka diperlukan beberapa pengukuran untuk menentukan
laju harian rata-rata secara lebih teliti. Pada umumnya dalam kondisi seperti ini penggunaan
cara depth integrating akan terlalu banyak memakan waktu, sehingga hanya cukup diambil
satu atau dua buah contoh air pada titik-titik yang ditetapkan dalam sungai. Suatu korelasi
antara konsentrasi-konsentrasi yang diukur pada pada titik-titik yang telah ditetapkan dengan
konsentrasi keseluruhan dapat dihitung dari pengukuran-pengukuran terdahulu yang lebih
ditetapkan kemudian dapat diperoleh dari korelasi tersebut. Prosedur ini digunakan dalam
program pengambilan sampel sedimen di kanada dengan maksud untuk penghematan biaya.
Sekali laju rata-rata pengangkutan sedimen diketahui, hasil musiman atau tahunan
dalam daerah pengaliran dapat diperoleh dengan menjumlahkan laju harian. Hasil sedimen
tahunan ini kerap kali berkorelasi secara baik dengan debit rata-rata tahunan. Jika demikian
halnya, maka apabila terdapat variasi yang jauh dari korelasi, maka merupakan indikasi yang
mengundang penilaian terhadapa perubahan situasi dalam daerah pengalirannya. Hasil
sedimen musiman atau tahunan dapat juga ditentukan dari pengukuran terhadap perubahan
dasar waduk yang dilewati oleh sungai tersebut.
Pengukuran secara periodik pada penampang-penampang melintang waduk yang
telah ditetapkan, dibarengi dengan pengamatan berat jenis dari dari bahan endapan akan
merupakan perkiraan banyaknya endapan sedimen di waduk. Bahan endapan tersebut hanya
merupakan sebagian dari besarnya pengangkutan total sedimen tahunan, karena sebagian lain
dari sedimen terangkut oleh aliran keluar dari waduk. Besarnya pengangkutan sedimen yang
keluar dari waduk tergantung dari ukuran butirannya dan luas waduk tersebut, besarnya aliran
keluar dari waduk, sifat-sifat bahan sedimen dan sifat-sifat outlet waduk. Dua buah faktor
pertama tersebut diatas mempengaruhi waktu penampungan, yakni waktu selama mana
pengendapan dapat terjadi dalam waduk. Waktu penampungan dalam hubungannya dengan
kecepatan mengendap dari butiran-butiran sedimen, merupakan faktor utama yang
mempengaruhi aliran keluar sedimen. Letak outlet pada bendungan dapat juga mempengaruhi
lebih-lebih jika letaknya pada berada pada elevasi rendah, sehingga aliran sedimen dapat
terjadi pada zona dimana terdapat konsentrasi sedimen yang lebih tinggi.
2.4.1 Rumus-Rumus Pengangkutan Sedimen
Shen dan Hungs mengasumsikan bahwa transportasi sedimen ialah kondisi yang
kompleks sehingga tidak menggunakan bilangan Froude, bilangan Reynolds, dimana
kombinasi ini didapati untuk menjelaskan semua kondisi transportasi sedimen. Sheng dan
Hungs mencoba menemukan variabel dominan yang mendominasi laju transportasi sedimen.
Persamaan Sheng dan Hungs dinyatakan sebagai berikut :
log , , . , . + 109503,872. … … ….( 2.6 )
Gw = ∗ ∗ ∗ ...( 2.7 )
Qs = Ct * Gw ... ( 2.8 )
Y =
,, , ... ( 2.9 )di mana :
Ct = kosentrasi sedimen total,
V = kecepatan aliran (m/s), = kecepatan jatuh (m/s),
S = kemiringan sungai,
W = lebar sungai (m),
D = kedalaman sungai (m), Qs = muatan sedimen (kg/s)
B. Persamaan Yang’s
Yang’s (1973) memberikan formula transportasi sedimen berdasarkan konsep unit aliran
listrik, dimana bisa dimanfaatkan untuk untuk memprediksi keseluruhan konsentrasi yang
diangkut dalam dasar flumes.
Persamaan Yang’s dinyatakan sebagai berikut :
( 1,799
–
0,409 log
0,314 log
∗) log (
–
)...
( 2.10 )Gw =
∗
∗ ∗
...
( 2.11 )Qs = Ct * Gw ...
( 2.12 )di mana :
Ct = konsentrasi sedimen total,
d50 = diameter sedimen 50% dari material dasar (mm),
ω = kecepatan jatuh (m/s),
v = viskositas kinematik (m2/s),
V = kecepatan aliran (m/s),
Vcr = kecepatan kritis (m/s),
S = kemiringan sungai,
U* = kecepatan geser (m/s),
W = lebar dasar sungai (m),
D = kedalaman sungai (m),
Qs = muatan sedimen (kg/s).
C. Persamaan England and Hansen
England dan Hansen didasarkan pada pendekatan tegangan geser.Persamaan England
dan Hansen dinyatakan sebagai berikut :
= 0,05
[
/
[
/...
( 2.13 )Qs = W *
...
( 2.14 )di mana :
Qs = muatan sedimen (kg/s).
D. Persamaan Laursen
Berdasarkan data hasil eksperimen, Laursen ( 1958 ) mengusulkan sebuah persamaan
transport sedimen dari hubungan antara kondisi aliran dan hasil debit sedimennya.
Persamaan Laursen dinyatakan sebagai berikut :
Ct = 0.01
/)
∗
... ( 2.15 )
∗ /
... ( 2.16 )
Qs = Q*Ct
... ( 2.17 )di mana :
Ct = konsentrasi sedimen total,
d50 = diameter sedimen 50% dari material dasar (mm),
ω = kecepatan jatuh (m/s),
= tegangan geser (kg/m2)
U* = kecepatan geser (m/s), Qs = muatan sedimen (kg/s).
2.4.2 Metode Einstein
Dalam penentuan beban material dasar dengan menjumlahkan beban melayang dan
beban dasar digunakan metode Einsten (1950). Ia adalah orang pertama yang
memperkenalkan ide daripada tegangan geser efektif. Tegangan geser total dipertimbangkan
geser yang berhubungan dengan tegangan geser akibat pembentukan dasar saluran ( form
shear stress ) .
, ... ( 2.18 )
Tegangan geser butiran adalah tegangan efektif untuk membawa sedimen
merupakan tegangan geser yang menghasilkan kecepatan rata-rata bila semua perlawanan
disebabkan kekasaran geseran. Dengan harga-harga yang diketahui dari kecepatan dan radius
hidraulik, tegangan geser efektif dapat dihitung langsung dari persamaan kecepatan yang
dipilih dan parameter geseran butiran. Ide ini telah dipakai dari awalnya pada hampir semua
hubungan transport sedimen, kecuali untuk metode yang langsung didasarkan pada kecepatan
atau kedalaman. Metode Einstein ini memperkenalkan beberapa konsep dasar dalam
transportasi sedimen yang kemudian dimodifikasi oleh lainnya untuk perhitungan transportasi
sedimen walaupun prosedur dasar difusinya kompleks serta beberapa ketidakpastian dalam
penentuan koefisien.
2.4.3 Pengendalian Sedimen
Cara pengendalian sedimen yang terbaik adalah pengendalian sedimen yang dimulai
dari sumbernya, yang berarti dalam hal ini dimaksudkan merupakan pengendalian erosi.
Sekali sedimen itu dihasilkan, maka harus ada tindakan lain yang dapat diambil untuk
memperkecil akibat-akibatnya. Tindakan-tindakan yang dimaksud antara lain berupa :
1. Pengendalian sungai ( river training )
Dalam hal ini terdiri atas pembuatan tanggul-tanggul, krib, bendung pembimbing (
Inggris : guiding dam , Belanda : strekdam ).
Bangunan inlet harus diletakkan sedemikian rupa sehingga laju masuknya sedimen ke
saluran harus seminimal mungkin. Untuk memperkecil masuknya sedimen ke saluran adalah
dengan membuat pembilas ( excluder ) atau saluran pengendap ( setling basin ), sebelum air
dimasukkan dalam saluran.
3. Pemilihan lokasi waduk yang benar
Pemilihan lokasi bendungan untuk waduk harus dipilih di hulu anak sungai yang
banyak mengangkut sedimen, agar tidak masuk ke dalam waduk, sejauh pemilihan lokasi lain
masih dimungkinkan.
4. Pembangunan checkdam di hulu waduk
Checkdam-checkdam tersebut berfungsi untuk mengumpulkan sedimen. Bila
checkdam-checkdam tersebut tidak dibangun, maka sedimen akan masuk ke dalam waduk,
sehingga akan memperpendek umur dari pada waduk tersebut.
5. Membuat alur pintas atau sudetan ( by pass channel )
Alur pintas atau sudetan tersebut dimaksudkan untuk mengelakkan aliran yang
mengandung sedimen agar tidak masuk ke dalam waduk. Kesulitan yang akan dihadapi oleh
pemecahan persoalan dengan cara ini ialah karena jumlah sedimen terbesar terjadi pada
waktu banjir, sedangkan waduk harus menampung air banjir tersebut untuk maksud
pengendalian banjir atau untuk maksud konservasi air permukaaan.
6. Perencanaan outlet waduk yang baik
Pembuatan bangunan outlet yang dekat dengan dasar sungai akan akan memberikan
kemungkinan membilas endapan yang terdiri atas material halus.
7. Perencanaan bangunan-bangunan ( structures ) yang baik
Perencanaan ini harus sedemikian baiknya sehingga dapat dihindarkan pengendapan
sedimen di depan bukaan ( opening ), atau ruang di mana ambang-ambang, pintu-pintu dan
2.5 Kecepatan Jatuh partikel
2.5.1 Hukum Stokes
Kecepatan jatuh sebuah partikel merupakan parameter yang sangat penting
untukmempelajari sedimentasi di sungai dan juga proses pengendapan lain yang berlangsung
serta untuk menentukangerak sedimen dalam suspensi maupun dasar saluran. Kecepatan
jatuh butiran ditentukan dengan persamaan hambatan aliran:
( ) g = ... ( 2.19 )
... ( 2.20)
∆
... ( 2.21 )
w
∆ ………... ( 2.22 )dimana :
w = kecepatan jatuh sedimen (mm/s)
g = kecepatan gravitasi (m/det2)
D = diameter butiran sedimen (mm)
CD = koefisien hambatan Δ= (ρs - ρa) / ρa
ρa = rapat massa air (1025 kg/m3) ρs = rapat massa sedimen (kg/m3)
Harga besaran CD tergantung dari bilangan Reynold dan bentuk dari partikel.
Re =
...
( 2.23 )V = kecepatan arus (mm/s)
ν= viskositas kinematik
Untuk partikel berbentuk bola dan bilangan Reynold rendah (Re < 1) (koefisien hambatan di
daerah Stokes adalah CD = 24/Re), rumus di atas menjadi :
w =
g
∆...
( 2.24 )atau untuk mencari fall velocity dari suatu sedimen bisa juga digunakan persamaan
umum seperti berikut :
w =
(
) ...
( 2.25 )2.5.2 Bottom Withdrawal Tube
Metode ini menggunakan alat yang dinamakan bottom withdrawal tube seperti yang dilampirkan pada Gambar 2.3. Awalnya sedimen yang diuji diambil dengan alat tersebut
secara melintang dengan dua sisi terbuka pada kedalaman 1 meter. Kemudian sedimen yang
diambil tersebut diangkat secara vertikal dengan bagian bawahnya yang telah ditutup, lalu
dibawa ke permukaan untuk kemudian dimasukkan dalam sebuah wadah dengan
pengendapan dalam perhitungan waktu 3’, 6’, 10’,15’, 25’, 40’, 60’. Dengan demikian, ada
tujuh sampel sedimen yang telah diambil untuk dihitung konsentrasinya dengan metode
gravimetri.
Konsentrasi sedimen didapati dari hasil laboratorium kimia analitik. Dengan
mengambil contoh sedimen sebanyak 50 ml dan kemudian ditaruh pada sebuah kertas saring
dandi-oven agar sampel tersebut kering sempurna. Kemudian setelah itu ditimbang berat kertas saring dan sedimen diatasnya. Dengan perhitungan sebagai berikut:
Dimana :
C = konsentrasi sedimen (kg/m3) a = massa kertas saring + sedimen
b = massa awal kertas saring
Untuk analisa data kecepatan jatuh sedimen, nilai konsentrasi yang dipakai dalambentuk
persentase (%) dengan tujuh perhitungan sesuai sampel.
∑ x 100% ; ∑ x 100% ; dst... ( 2.27 )
Perhitungan untuk kecepatan jatuhnya sendiri dengan:
W =
( mm/s ) ...
( 2.28 )2.6 Morfologi Sungai dan Karakteristiknya
Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari jenis, sifat, serta perilaku sungai
dengan mencakup seluruh aspek perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. Sungai
mempunyai fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan
mengalirkannya ke laut. Sungai itu dapat digunakan juga untuk berjenis-jenis aspek seperti
pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata, perikanan dan lain-lain. Dalam bidang
pertanian sungai itu berfungsi sebagai sumber air yang penting untuk irigasi. Sungai
merupakan tempat mengalirnya air. Sungai berfungsi sebagai alat transportasi, sumber bahan
baku tenaga listrik, dan tempat pembuangan akhir. Didaerah perkotaan sungai digunakan
sebagai tempat mengalirnya air ketika hujan.Karena itu sungai merupakan bagian yang
penting dari suatu kota. Apabila sungai tersumbat, aliran air yang mengalir didaratan tentunya
tidak bisa tersalurkan dengan lancar, hal itu bisa mengakibatkan terjadinya banjir. Ada
beberapa penyebab yang mengakibatkan banjir, salah satunya adalah karena pengendapan
sedimentasi pada sungai. Sedimentasi menyebabkan pendangkalan sungai, hal itu terjadi
kedalaman sungai, bisa menyumbat aliran sungai dan terjadilah banjir. Selain itu
pendangkalan sungai juga bisa mengakibatkan meluapnya air sungai,jika terdapat debit air
yang banyak yang melebihi kemampuan daya tampung aliransungai. Sehingga diperlukan
beberapa analisis yang detail guna mengatasi seberapajauh sedimentasi sungai yang
mempengaruhi terjadinya banjir.
Aliran sungai pada umumnya memiliki aliran yang bercabang, denganaliran yang
memiliki debit besar sebagai sungai utama dan anak sungai untuk debit yang lebih kecil dari
sungai utama. Pecabangan sungai juga merupakan salah satu tempat yang rawan
mengakibatkan banjir, karena tingkat sedimentasi yang terjadi dalam aliran tersebut
dipengaruhi oleh dua aliran dengan tingkat debit aliran yang berbeda. Sehingga tingkat
sedimentasi pada percabangan, dimungkinkan lebih banyak dibandingkan dengan tingkat
sedimentasi pada aliran yang lain. Hal itu dikarenakan sedimen yang dibawa tidak hanya dari
satu arus sungai,tapi bisa lebih dari satu sungai. Dalam aliran sungai yang terdapat
sedimentasi, tingkat sedimentasi bisa diakibatkan oleh beberapa faktor alam, dan juga
keadaan morfologi dari sungai tersebut. Tingkat sedimentasi dari segi morfologi memiliki
beberapa faktor, salah satunya keadaan dinding sungai, adanya jembatan, dan adanya
pelengseran pada bagian bagian bawah sungai yang tentu dari keadaan morfologi tersebut
mempengaruhi tingkat sedimentasi. Selain itu, ada juga faktor alam yang mempengaruhi
dalam proses sedimentasi. Kecepatan aliran sungai, debit aliran, dan juga ketinggian sungai
bisa mengakibatkan proses sedimentasi bisa semakin besar terjadi. Karena itu bisa
dimungkinkan kalau faktor-faktor tersebut tidak terprediksi, banjir bisa terjadi kapan saja.
2.6.1 Daerah Pengaliran
Daerah pengaliran sebuah sungai adalah daerah tempat presipitasi itu
mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas daerah-daerah aliran yang berdampingan disebut
pada peta topografi. Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai
pengaruh terhadap debit banjir, corak banjir, debit pengaliran dasar dan seterusnya.
2.6.2 Corak dan Karakteristik Daerah Pengaliran
1. Daerah Pengaliran Berbentuk Bulu Burung
Jalur daerah di kiri kanan sungai utama di mana anak-anak sungai mengalir ke sungai
utama disebut daerah pengaliran bulu burung. Daerah pengaliran sedemikian mempunyai
debit banjir yang kecil, oleh karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai itu berbeda-beda.
Sebaliknya banjirnya berlangsung agak lama.
2. Daerah Pengaliran Radial
Daerah pengaliran yang berbentuk kipas atau lingkaran dan di mana anak-anak
sungainya mengkonsentrasi ke suatu titik secara radial disebut daerah pengaliran radial.
Daerah pengaliran dengan corak sedemikian mempunyai banjir yang besar di dekat titik
pertemuan anak-anak sungai.
3. Daerah Pengaliran Paralel
Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di
bagian pengaliran yang bersatu dengan bagian hilir. Banjir itu terjadi di sebelah hilir titik
pertemuan sungai-sungai.
4. Daerah Pengaliran Yang Kompleks
Hanya beberapa buah daerah aliran yang mempunyai bentuk-bentuk ini dan disebut
2.6.3 Koefisien Yang Memperlihatkan Corak Daerah Pengaliran 1. Koefisien Corak/bentuk
Koefisien ini memperlihatkan perbandingan antara luas daerah pengaliran itu denngan
panjang sungainya.
...
( 2.29 )dimana :
F = koefisien corak
A = luas derah pengaliran (
L = panjang sungai utama ( km )
[image:43.595.103.530.369.483.2]Koefisien daripada corak sungai dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Koefisien Corak Sungai
Nama Sungai Daerah Pengaliran (1000
Panjang Sungai
Utama ( km ) F
Amazon 7.050 6.200 1.840
Missisipi 3.250 6.500 0.077
Yangtze 1.780 5.200 0.066
Donau 820 2.900 0.097
Kiso (3 sungai) 9.1 229 0.175
2. Kerapatan Sungai
Kerapatan Sungai adalah suatu indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai
dalam suatu daerah pengaliran.
Kerapatan Sungai = ... ( 2.30 )
Biasanya harga ini adalah kira-kira 0,30 ampai 0,50 dan dianggap sebagai indeks
yang menunjukkan keadaan topografi dan geologi dalam daerah pengaliran. Kerapatan sungai
itu adalah kecil di geologi yang permeabel, di pegunungan-pegunungan dan di lereng-lereng,
2.6.4 Gradien Memanjang Sungai dan Bentuk Penampang Melintang
Kurva yang memperlihatkan hubungan antara jarak dan permukaan dasar sungai
yang diukur sepanjang sungai mulai dari estuari, disebut profil sungai. Profil ini tahap demi
tahap berubah menjadi profil yang stabil sesudah terjadi erosi dan sedimentasi sesuai
pengaruh aliran itu. Profil yang telah menjadi stabil sedemikian disebut profil seimbang.
Bentuk penampang melintang sungai berubah-ubah sesuai dengan karakteristik bahan dasar
sungai, kecepatan aliran dan seterusnya.
Pada bagian hulu daerah-daerah pegunungan biasa dasar sungai itu sangat besar, dan
penampang melintangnya menjadi lembah yang berbentuk V. Pada bagian pertengahan
penampang lembah itu berbentuk U. Di zone alluvial bagian hilir sungai, penampang
melintangnya menjadi trapezoid pada bagian yang lurus dan berbentuk segitiga pada bagian
tikungan. Umumnya bentuk penampang melintang sungai adalah antara bentuk persegi
panjang dan segitiga. Umpamanya luas penampang melintang A, lebar b dan dalam air
maksimum h max maka :
A = c x b x h max ... ( 2.31 )
Dimana c disebut dengan koefisien bentuk penampang melintang.
Untuk bentuk persegi panjang c = 1, untuk segitiga c = ½ dan untuk parabola c = 2/3,
BAB III
METODOLOGI DAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Aspek yang akan dibahas dalam analisa tugas akhir ini, antara lain meliputi:
Mengerjakan survei kelapangan untuk mengambil data-data primer yang dibutuhkan.
Melakukan analisis laboratorium untuk mendapatkan nilai diameter butiran sedimen
dan nilai parameter lainnya yang diperlukan dalam rumusan teoritis.
Perhitungan kemiringan dasar sungai.
Perhitungan angkutan sedimen yang terjadi pada muara sungai.
Perhitungan kedalaman sungai.
Perhitungan kecepatan jatuh sedimen yang menjadi salah satu faktor pengaruh
besarnya muatan sedimen.
Perhitungan muatan sedimen total yang dihasilkan.
MM
Gambar 3.1: Diagram Alur Penelitian Mulai
Perumusan Masalah
Tujuan
Mengetahui jumlah sedimen yang terjadi dengan persamaan angkutan
Pengambilan Data
Prime Sekunde
1. Sampel sedimen 2. Survey Lokasi
Uji laboratorium
1. Mendapatkan karakteristik butiran sedimen.
2. Kecepatan jatuh
Perhitungan muatan sedimen
Kesimpulan & Saran
1. Peta topografi 2. Data penampang
memanjang & melintang sungai
Perhitungan kemiringan dasar sungai
3.1.1 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan yang akan dikerjakan yaitu mengambil langsung sampel sedimen
dilapangan dengan menggunakan alat Van Veen Grab, dimana prinsip kerjanya alat
diturunkan sampai dasar sungai dengan grab keduanya dalam keadaan terbuka, kemudian
kabel penggantung dikendurkan sambil alat ini diangkat ke permukaan untuk memperoleh
sampel sedimen yang diperlukan. Kemudian setelah sampel sedimen diperoleh akan
dilakukan analisa saringan terhadap sampel tersebut.Sedimen yang ukuran butirannya terbagi
rata antara yang besar sampai yang kecil disebut bergradasi baik ( well graded ). Apabila
besaran butirannya hampir sama seluruhnya maka sedimen tersebut bergradasi seragam (
uniformally graded ). Bilamana terdapat kekurangan atau kelebihan salah satu ukuran butiran
tertentu maka sedimen tersebut bisa dikatakan bergradasi buruk ( poorly graded ).
Metode pelaksanaan dalam analisa saringan (sieve analysis) antara lain sebagai berikut : 1. Sedimen dibiarkan mengering diudara terbuka lalu dibiarkan sampai keadaan rapuh, setiap
gumpalan butiran dipecah hingga merata.
2. Setelah sampel mengering, hancurkan gumpalan-gumpalan pasir tersebut dengan
menggunakan kedua tangan sampai menjadi butiran asli, usahakan agar tidak sampai
menghancurkan butiran sedimen yang asli.
3. Setiap contoh sampel ditimbang beratnya ± 500 gr.
4. Contoh sampel tersebut langsung disaring dengan menggunakan saringan ukuran no. 10,
no. 20, no.40, no.60, no. 80, no. 100, no. 200, dan pan. Ayakan disusun dalam suatu
tumpukan di mana untuk ayakan yang lebih besar pada bagian atas dan ayakan yang lebih
halus berada di bawahnya. Sampel diletakkan pada ayakan yang paling atas dan ayakan
5. Peny
selama
6. Tana
3.1.2 P
Data- d
a. Obse
Data ya
sungai y
yaringan di
± 10 menit
ah yang terta
Pengump
data yang dip
ervasi lapang
ang didapat
yang diteliti
lakukan de
agar penya
[image:48.595.112.487.223.562.2]ahan pada m
Gambar 3
pulan Dat
peroleh mel gan tkan adalah i. engan meng aringan berla masing-masi 3.2: Pengayta
liputi:h data kedal
ggunakan m
angsung sec ing saringan yakan Saring laman sung mesin penga cara sempur n ditimbang gan Sampel
gai, lebar da
ayak, setiap
rna.
g dan dicata
l Sedimen
asar sungai,
p sampel d
at beratnya.
, debit dari
dibiarkan
b. Eksperimen Laboratorium
Sedimen yang diambil dari lapangan kemudian di uji di lab. Hasil dari teslaboratorium berupa
analisa ayakan, data hydrometer, berat jenis dari sedimen, serta kecepatan jatuhnya.
c. Studi Pustaka
Dari literatur yang berhubungan dengan tugas akhir ini data yang diperoleh berupa nilai dari
gravitasi bumi, berat jenis air sungai, dan faktor bentuk darisedimen.
3.1.3 Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai
Perhitungan yang digunakan untuk mencari kemiringan sungai adalah sebagai berikut:
∆
∆ ... ( 3.1 )
Di mana :
S = kemiringan dasar sungai ΔH = beda tinggi
∆ = jarak memanjang
3.1.4 Perhitungan Kedalaman Sungai
Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut :
2. Untu
V = 5.7
3. Hitun
Ѱ
uk menentuk
75* ∗ log (
ng Ѱ dan hu
*
kan harga V
12.27 * X
Gam ubungan ant
...
Gam V digunakan ) ...mbar 3.3 : Hu
tara V/ ∗de
...
mbar 3.4 : H
n Gambar 3.
... Hubungan an engan meng
...
Hubungan an .3 ...ntara x dan K
ggunakan G
...
ntara ∗ da
...
Ks/ ′
ambar 3.4.
...
an
Ѱ
...
...
.. ( 3.2 )
4. Hitung ∗′′ = (
∗ )*V... ( 3.4 )
R’’ = ∗ ... ( 3.5 )
5. Hitung R = R’ + R’’
6. Hitung Q = V*A, jika Q hasil hitungan sama dengan harga Q awal maka perhitungan
sudah benar, jika belum maka terus dicoba sampai sama.
3.1.5 Perhitungan Angkutan Sedimen
Perhitungan Angkutan Sedimen dapat dicari dengan menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Shen and Hungs
b. Metode Yang’s
c. Metode Engelund and Hansen
d. Metode Laursen
A. Metode Shen and Hungs
Dalam metode Shen and Hungs diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diametersedimen (d50)
Kemiringan dasar sungai (S)
Lebar dasar sungai (W)
Kedalaman sungai (D)
Debit sungai (Q)
Langka
1. Meng
Dengan
2. Meng
V
=
.3. Meng
log
Dimana
Gravitasi (
ah-langkah p
ghitung luas
. .
n asumsi pen
ghitung kec ... ghitung kon a (g) perhitungan s penampan ... nampang sun cepatan rata ... nsentrasi sed ,
n yang akan
ng (A)
...
[image:52.595.156.451.312.415.2]ngai seperti p
Gambar 3.
-rata (V)
... dimen total , .
Y =
dikerjakan ... pada Gamba.5 : Penamp
... (Ct) .
=
,, adalah seba ... ar 3.5. ang Sungai ... , . + , .... agai berikut ... ... + 109503,87 ... t: ... ... ( 72. ... .... ( 3.6 )
3.7 )
( 3.8 )
4. Menghitung volume berat air (Gw)
Gw = ∗ ∗ ∗ ... ( 3.10 )
5. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Qs = Ct * Gw ... ( 3.11 )
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.6.
Menghitung Luas Penampang ( A )
Menghitung Kecepatan Rata-Rata ( V )
Menghitung Konsentrasi Sedimen Total ( Ct )
Gambar 3.6 : Langkah Penyelesaian Metode Shen and Hungs
B. Metode Yang’s
Dalam metode Yang’s diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kemiringan dasar sungai (S)
Kedalaman sungai (D)
Lebar dasar sungai (W)
Debit sungai (Q)
Massa jenis sedimen (γs)
Massa jenis air (γ)
Gravitasi (g)
Kecepatan jatuh (ω)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung luas penampang (A)
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
3. Menghitung keliling basah (P)
√ . ... ( 3.13 )
4. Menghitung jari-jari hidrolik (R)
... ( 3.14 )
5. Menghitung kecepatan geser (U*)
U* = ( g.R.S
, ... ( 3.15 )6. Menghitung nilai bilangan Reynold (Re)
Re =
∗
... ( 3.16 )7. Menghitung harga parameter kecepatan kritis (Vcr)
Vcr = ,
8. Menghitung konsentrasi sedimen total (Ct)
log
,
,
,
∗+
( 1,799
–
0,409 log
0,314 log
∗) log (
–
)
... ( 3.18 )9. Menghitung volume berat air (Gw)
10. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.7 :
Menghitung Luas Penampang ( A )
Menghitung Kecepatan Rata-Rata ( V )
Menghitung Keliling Basah ( P )
Gambar 3.7 : Langkah Penyelesaian Metode Yang’s
Menghitung Volume Berat Air ( Gw ) Menghitung Kecepatan Geser ( U* )
Menghitung Bilangan Reynolds ( Re )
Menghitung Kecepatan Kritis ( Vcr )
Menghitung Konsentrasi Sedimen Total ( Ct )
C. Metode Engelund and Hansen
Dalam metode Engelund and Hansen diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kemiringan dasar saluran (S)
Lebar dasar saluran (W)
Kedalaman sungai (D)
Debit sungai (Q)
Massa jenis sedimen (γs)
Massa jenis air (γ)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung luas penampang (A)
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
3. Menghitung harga qs
= 0,05
[
/
[
/ ...( 3.19 )dimana nilai tegangan gesernya adalah sebagai berikut :
4. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Qs = W *
... ( 3.21 )Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.8.
[image:59.595.178.453.278.689.2]
Gambar 3.8 : Langkah Penyelesaian Metode Engelund and Hansen
Menghitung Luas Penampang ( A )
Menghitung Kecepatan Rata-Rata ( V )
Menghitung Tegangan Geser )
Menghitung Nilai qs
D. Metode Laursen
Dalam metode Laursen diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kecepatan jatuh( )
Kedalaman sungai (D)
Debit sungai (Q)
Massa jenis air (γ)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung luas penampang (A)
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
3. Menghitung kecepatan geser (U*)
4. Menghitung
∗ /
...( 3.22 )
5. Menghitung
6. Meng
7. Meng
Ct = 0
8. Meng
Qs = Q
Untuk l
ghitung nila
ghitung kon
.01
ghitung mu
Q *
...lebih jelasny
ai f dan hub
Ga
nsentrasi sed
/
[image:61.595.87.537.108.369.2]atan sedime
...
ya dapat dil
bungan anta
ambar 3.9 : H
dimen total(
)
∗
en (Qs)
...
lihat dalam
ara U*/ de
Hubungan a (Ct) ∗ ... ... Gambar 3.1 engan meng
antara ∗ da
... ... 10. ggunakan G an ... ... Gambar 3.9. ... ( ... ( 3.24 )
[image:62.595.176.449.96.487.2]
Gambar 3.10 : Langkah Penyelesaian Metode Laursen
3.2. Lokasi Penelitian
Provinsi Aceh terletak di ujung Barat Laut Sumatera (2o00’00”- 6o04’30” Lintang
Utara dan 94o58’34”-98o15’03” Bujur Timur) dengan Ibukota Banda Aceh, memiliki luas
wilayah 56.758,85 km2 atau 5.675.850 Ha (12,26 persen dari lu