KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
Ahmad Reza Ramdani NIM : 109101000031
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
ii
AHMAD REZA RAMDANI, NIM : 109101000031
Analisis Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Kegiatan Penambangan Batubara Di Bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur Tahun 2013.
(xix + 329 halaman, 27 Tabel, 14 Gambar, 10 Lampiran) ABSTRAK
Proses kegiatan penambangan batubara di PT. Thiess Contractors Indonesia
Sangatta Mine Project, mempunyai tingkat kekritisan risiko yang sangat tinggi. Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project tahun 2012, telah terjadi 159 kasus kecelakaan kerja. Oleh sebab itu, perlu dilakukan identifikasi terhadap risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada proses kegiatan penambangan batubara yang kemudian dianalisis untuk diketahuinya tingkat risiko keselamatan kerja pada setiap tahapan proses kegiatan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini yaitu, mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui potensi risiko serta tingkat kemungkinan, paparan dan konsekuensi dari risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi langsung ke lapangan untuk melihat proses kegiatan penambangan batubara dan potensi risiko dengan menggunakan instrumen lembar observasi dan pedoman wawancara, kemudian melakukan penilaian risikonya dengan menggunakan metode analisis semi kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat risiko yang mempunyai nilai tertinggi pada proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation
PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project yaitu, unit Drill terbakar dan tabrakan antar unit pada proses hauling dengan nilai risiko 1500 yang termasuk dalam kategori very high. Saran yang diajukan yaitu, perusahaan sebaiknya melakukan identifikasi dan penilaian risiko pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara secara lebih terperinci dan dilakukan review secara berkala untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
iii JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY FACULTY OF HEALTH AND MEDICINE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduated Thesis, 27th August 2013
AHMAD REZA RAMDANI, NIM : 109101000031
Analyze Level of Occupational Safety Risk in Coal Mining Activities at The Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, East Kalimantan in 2013.
(xix + 329 Pages, 27 Tables, 14 Pictures, 10 Attachments) ABSTRACT
The process of coal mining operations in PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, has a critical level of risk is very high. Based on occupational incident data PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project in 2012, there have been 159 cases of occupational incidents. Therefore, it is necessary to identify the safety risk contained in the procces of coal mining operations, than analyzed for know level of occupational safety risk at each stage of the activity.
The purpose of this research is to know level of occupational safety risk in the process of coal mining operations at the Mining Operations PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, East Kalimantan in 2013. While the specific goal is to know potential risk and level of likelihood, exposure and consequences of occupational safety risks are present in every stage of coal mining operations.
This is a qualitative research with conducting interviews and direct observation to the field to see the process of coal mining operations and the potential risk of using the observation sheet instruments and interviews guides, then doing risk assessment using a semi-quantitative analysis methods.
The results showed that, the level of risk that have the highest value in the process of coal mining operations at the Mining Operations PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project is Drill unit caught fire and collision between the units in the process of hauling with a 1500 value of risk and included in the very high category. Suggestions were put forward, namely, companies should conduct risk identification and assessment at every stage of coal mining operations in greater detail and to be reviewed at regular intervals to prevent incidents.
vi Nama : Ahmad Reza Ramdani
Alamat : Jl. Kesadaran RT002/RW003 No.6A, Pondok Benda,Pamulang, Tangerang Selatan
TTL : Bekasi, 3 April 1991 Jenis Kelamin : Laki – laki
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Golongan Darah : O
No. Hp : 081381828531
E-mail : rearamdani03@yahoo.co.id PENDIDIKAN FORMAL
1997 – 2003 : SDN Pondok Benda 2003 – 2006 : SMP Waskito 4
2006 – 2009 : SMA Negeri2 Tangerang Selatan, Tangerang Selatan
2009 – Sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program studi Kesehatan Masyarakat, Perminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
vii
2002 – 2005 : English Course, PEC (Practice English Conversation) Pamulang.
2008-2009 : Bimbingan belajar, Almamater 88 Pamulang. PENGALAMAN ORGANISASI
2006 – 2007 : Wakil Ketua Ekstrakurikuler Basket SMA N 2 Tangerang Selatan.
2006 – 2007 : Anggota PASKIBRA SMA N 2 Tangerang Selatan. 2010 – 2012 : Staff Departemen Seni dan Olah Raga Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat (BEMJ Kesmas) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. PENGALAMAN MAGANG KERJA
2011- 2012 : Pengalaman Belajar Lapangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Ciputat Timur Kabupaten Tangerang Selatan, Banten.
2013 : Pengalaman Magang di Departement Safety Sangatta Mine Project, PT. Thiess Contractors Indonesia
viii
skripsi denganjudul “Analisis Tingkat Risiko Keselamatan KerjaPada Kegiatan Penambangan Batubara di Bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur Tahun 2013”.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan serta bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta. Ayahanda Dirman, dan Ibunda Nurlaela, yang selalu memberi dukungan secara moril dan materil, kasih sayang dan kesabaran yang tulus. Ketiga saudaraku, Ahmad Revqi D.P, Ahmad Raditya S, dan Ahmad Rizwan A, karena kehadiran kalian lah yang membuat saya terus semangat kuliah dan terus berjuang agar kelak bisa membuat kalian bahagia. Terimakasih untuk semuanya.
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin Sp And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febrianti M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang telah meluangkan waktu dan memberikanbanyak masukan kepada penulis. Terimakasih banyak bu.
ix
6. Sahabat-sahabat di K3 yang saya kagumi, Pikih, Ubay,Dio, Novan, Fadil,Vj, Nia, Denisa, Diana, Heni,dan seluruh mahasiswa kesmas angkatan 2009 UIN Jakarta. Terimakasih atas semangat yang sudah kalian berikan.
7. Temmy Meil Siska, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan semangat serta membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak nda. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), kalangan akademisi serta pihak-pihak terkait yang membutuhkan informasi khususnya mengenai analisis tingkat risiko keselamatan kerja.
Jakarta, Agustus 2013 Penulis
Ahmad Reza Ramdani
x
PERNYATAAN PERSETUJUAN iv
LEMBAR PENGESAHAN v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 6
1.3.Pertanyaan Penelitian 7
1.4.Tujuan Penelitian 8
1.4.1. Tujuan Umum 8
1.4.2. Tujuan Khusus 8
1.5.Manfaat Penelitian 9
1.6.Bagi Mahasiswa 9
xi
1.6.2. Bagi Perusahaan 9
1.7.Ruang Lingkup 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kesehatan dan Keselamatan Kerja 11
2.2.Kecelakaan Kerja 13
2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja 13
2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja 15
2.2.3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja 17
2.2.4. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja 21
2.3.Bahaya 22
2.3.1. Definisi Bahaya 22
2.3.2. Jenis Bahaya 22
2.3.3. Sumber Bahaya di Tempat Kerja 24
2.4.Risiko 27
2.5.Manajemen Risiko 29
2.5.1. Definisi Manajemen Risiko 29
2.5.2. Manfaat Manajemen Risiko 29
2.5.3. Proses Manajemen Risiko 30
xii BAB IV METODE PENELITIAN
4.1.Desain Penelitian 58
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 59
4.2.1. LokasiPenelitian 59
4.2.2. Waktu Penelitian 59
4.3.Informan 60
4.4.Instrumen Penelitian 61
4.5.Teknik Pengumpulan Data 62
4.5.1 Data Primer 62
4.5.2 Data Sekunder 65
4.6.ValiditasData 65
4.7.Pengolahan Data 67
4.8.Analisis Data 68
4.9.Penyajian Data 69
BAB V HASIL
5.1Gambaran Umum Perusahaan 70
xiii
5.1.2. Visi dan Misi Perusahaan 72
5.1.3. Struktur organisasiPT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine
Project 73
5.1.4. Waktu Kerja 75
5.2P2K3 PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta MineProject 76 5.3 Profil P2K3 PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project 76 5.3Area Proyek Kerja PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project 79 5.4Tahapan Penambangan Batubara di PT. Thiess ContractorsIndonesiaSangatta
Mine Project 80
5.4.1. Drilling 81
5.4.2. Blasting 83
5.4.3. Loading 86
5.4.4. Hauling 90
5.4.5. Dumping 92
xiv
5.6.2. Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting 156 5.6.3. Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading 170 5.6.4. Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling 183 5.6.5. Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 189 5.7TingkatRisiko Keselamatan Kerja Pada Proses Penambangan Batubara diPT. Thiess
Contractors Indonesia Sangatta Mine ProjectTahun 2013 200 5.7.1. Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling 200 5.7.2. TingkatRisiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting 204 5.7.3. TingkatRisiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading 207 5.7.4. TingkatRisiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling 210 5.7.5. TingkatRisiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 212
BAB VIPEMBAHASAN
6.1Keterbatasan Penelitian 215
6.2Pembahasan Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Penambangan Batubara di PT. Thiess Contractors Indonesia 215
xv
6.2.4. Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling 227 6.2.5. Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 228 6.3Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Penambangan
Batubara di PT. Thiess Contractors Indonesia 231 6.3.1. Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling 231 6.3.2. Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting 257 6.3.3. Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading 275 6.3.4. Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling 299 6.3.5. Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 307
BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN
7.1Kesimpulan 322
7.2Saran 328
xvi
Tabel 2.2Skala Ukur Coonsequences Secara Kualitatif 36 Tabel 2.3Tingkat Kemungkinan Metode Analisis Semi Kuantitatif 38
Tabel 2.4Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif 39 Tabel 2.5Tingkat Konsekuensi Metode Analisis Semi Kuantitatif 40 Tabel 2.6Tingkat Risiko Metode Analisis Semi Kuantitatif 41 Tabel 2.7Perbandingan Metode Analisis Risiko Menurut Cross (1998) 42
Tabel 4.1 Informan Penelitian 61
Tabel 4.2 Teknik Pengumpulan Data 63
Tabel 4.3 Triangulasi Sumber 66
Tabel 4.4 Triangulasi Metode 67
xvii
Tabel 5.10 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling 188 Tabel 5.11 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 198
Tabel 5.12 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling 202 Tabel 5.13 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting 205 Tabel 5.14 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading 208 Tabel 5.15 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling 211 Tabel 5.16 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 213
xviii
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko 31
Gambar 2.2 Bagan Proses Penambangan Batubara 46
Gambar 3.1Kerangka Konsep 49
Gambar 5.1Map Lokasi Tambang Sangatta Mine Project 72 Gambar 5.2 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Thiess Contractors Indonesia
Sangatta Mine Project 74
Gambar 5.3 SusunanPengurusP2K3 PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine
Project 78
Gambar 5.4 Area Proyek Penambangan Batubara di PT. Thiess Contarctors Indonesia
Sangatta Mine Project 80
Gambar 5.5 Mesin Drilling & Proses Pekerjaan Drilling 83
Gambar 5.6 Proses Blasting 86
Gambar 5.7 Proses Loading dengan Teknik Normal 88 Gambar 5.8 Proses Loading dengan Teknik Top Loading dan Double Loading 89
Gambar 5.9 Proses Hauling 92
Gambar 5.10 Proses Dumping 93
xix
Lampiran 1Struktur Organisasi di PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project
Lampiran 2JSEA proses Drilling
Lampiran 3JSEA proses Blasting
Lampiran 4JSEA proses Loading, Hauling dan Dumping
Lampiran 5 Risk Assesment Drilling
Lampiran 6 Risk Assesment Blasting
Lampiran 7 Risk Assesment Loading
Lampiran 8 Risk Assesment Hauling
Lampiran 9 Risk Assesment Dumping
1 1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Semakin kompleknya peralatan yang digunakan, semakin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi dan semakin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan pengamanan dan pengendalian sebaik mungkin.
Menurut data International Labor Organization (ILO) yang diterbitkan dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dunia pada 28 April 2010, tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja dan terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia.
2
Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia pun masih tergolong tinggi, tahun 2008 terjadi sebanyak 59.164 kasus kecelakaan kerja dengan korban meninggal sebanyak 20.188 orang dan terdapat 62.960 kasus di tahun 2009 meningkat dari tahun 2008 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 19.979 orang. Jumlah kecelakaan kerja tersebut meningkat kembali pada tahun 2010 sebanyak 66.488 kasus dengan korban meninggal sebanyak 19.873. Sedangkan pada tahun 2011 kasus kecelakaan meningkat sangat tinggi menjadi 108.606 kasus dengan korban meninggal sebanyak 31.195 orang. (Badan Pusat Statistik, 2011).
Kecelakaan tersebut tentunya menimbulkan kerugian yang besar, baik itu kerugian material dan fisik (Anizar, 2010). Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan tidak terjadi kebetulaan, melainkan ada sebabnya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja di dalam industri, diantaranya peralatan, bahan, cara kerja, lingkungan dan manusia (Sahab, 1997). Oleh sebab itu, sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan usaha-usaha koreksi yang ditujukan kepada sebab itu, kecelakaan dapat dicegah dan tidak berulang kembali.
yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan (Ramli, 2010).
PT. Thiess Contractors Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi dan pertambangan. Sangatta Mine Project merupakan salah satu proyek tambang PT. Thiess Contractors Indonesia terbesar yang berlokasi di kota Sangatta, kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Sangatta Mine Project
ini memiliki beberapa departemen yang saling berhubungan yaitu, departemen
Mining, Plant, Safety, Warehouse, dan Supply Chain. Setiap departemen tersebut memiliki aktifitas kegiatan yang berbeda-beda pada setiap tahapan pekerjaannya. Departemen Mining memiliki kegiatan Mining Operation yaitu, mulai dari kegiatan pembukaan lahan (Land Clearing), pembersihan tanah pucuk (Top Soil), kegiatan penambangan batuan tertutup (Over Burden) dan kegiatan penambangan batubara.
Pada proses kegiatan penambangan batubara di PT. Thiess Contractors Indonesia, Sangatta Mine Project mempunyai tingkat kekritisan risiko serta potensial bahaya yang paling tinggi, karena dalam proses produksinya banyak menggunakan alat-alat berat bergerak seperti, DumpTruck, Dozer, dan Excavator dan mesin-mesin besar seperti, mesin Drilling untuk pengeboran dengan area kerja yang berbahaya pada setiap tahapan kerjanya. Seperti pada tahap peledakan (blasting), dimana area
4
Area kerja penambangan batubara juga sangat berbahaya dengan adanya interaksi antara unit kendaraan besar dengan pekerja yang ada di lokasi kerja, interaksi antar unit kendaraan besar, potensi terjadinya longsor di area kerja, serta masih banyak lagi bahaya yang terdapat di area kerja penambangan batubara.
Oleh karena itu, perusahaan telah melakukan identifikasi risiko pada proses kegiatan penambangan batubara sebagai upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Namun berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, identifikasi risiko pada kegiatan penambangan batubara terakhir dilakukan pada tahun 2005 dan sampai pada tahun 2013 belum ada perbaikan pada hasil identifikasi risiko tersebut, sehingga hasil identifikasi risiko sudah tidak sesuai dengan kondisi lapangan sekarang. Pada hasil identifikasi risiko tersebut juga belum mengidentifikasi setiap langkah kerja dari masing-masing tahapan kegiatan penambangan batubara, sehingga terdapat bahaya dan risiko yang belum teridentifikasi.
Gambar 1.1
Grafik jumlah kasus kecelakaan kerja berdasarkan kegiatan operasi dari setiap
departemen di PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Main Project Tahun 2012
Sumber: Dokumentasi Safety Tahun 2012
Menurut data tersebut, jumlah kasus kecelakaan di bagian Mining Operation
6
Jika dibandingkan dengan kegiatan lain, kegiatan di bagian Mining Operation
khususnya pada kegiatan penambangan batubara, merupakan kegiatan yang paling banyak mendapat perhatian akan keselamatan, karena pada kegiatan ini selalu berhadapan dengan risiko-risiko yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja yang serius. Namun, hampir pada setiap tahunnya masih saja terjadi kecelakaan kerja yang serius pada proses kegiatan ini. Kecelakaan tersebut mengakibatkan pada menurunnya produktifitas perusahaan serta menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Kecelakaan tersebut juga berakibat pada meningkatnya kekhawatiran pekerja akan keselamatan dirinya yang mengakibatkan hilangnya konsentrasi dalam bekerja. Sehingga perlu adanya upaya untuk memberikan perlindungan yang lebih serius terhadap pekerja.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan analisis tingkat risiko keselamatan kerja pada kegiatan penambangan batubara yang dimulai dengan melakukan identifikasi risiko sampai dengan menentukan tingkat risiko keselamatan kerja dari setiap tahapan-tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangtta Mine Project tahun 2012 telah terjadi 159 kasus kecelakaan yang terdiri dari 122 kasus kecelaakaan ringan dan kasus kecelakaan
nearhit atau hampir celaka, 16 kasus kecelakaan signifikan, 9 kasus kecelakaan serius, 6 kasus kecelakaan berat, dan 1 kasus kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya waktu kerja. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi terhadap risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation yang kemudian dianalisis untuk diketahuinya tingkat risiko keselamatan kerja pada setiap tahapan proses kegiatan tersebut, sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian yang tepat agar kecelakaan tidak terulang kembali.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana risiko pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013?
2. Bagaimana kemungkinan, paparan dan konsekuensi dari risiko keselamatan kerja pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project,
Kalimantan Timur tahun 2013?
8
4. Bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya tingkat risiko keselamatan kerja pada proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013.
1.4.2 Tujuan Khusus :
1. Diketahuinya risiko pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013.
2. Diketahuinya kemungkinan, paparan dan konsekuensi dari risiko keselamatan kerja pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini memberikan pengalaman berharga, menambah wawasan serta dapat mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja. Terutama mengenai analisis tingkat risiko keselamatan kerja pada tahapan kegiatan penambangan batubara.
1.5.2 Bagi Fakultas
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan bagi civitas akademik Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai analisis tingkat risiko keselamatan kerja pada tahapan kegiatan penambangan batubara.
1.5.3 Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan mengenai analisis tingkat risiko keselamatan kerja pada tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation. Sehingga dapat menjadi bahan dalam proses penetapan kebijakan keselamatan kerja di perusahaan tersebut.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah penelitian analisis kualitatif mengenai analisis tingkat risiko keselamatan pada kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation
10
2013. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni – Agustus 2013. Sasaran dari penelitian ini adalah proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation, mulai dari kegiatan, Drilling, Blasting, Loading, Hauling dan Dumping
batubara. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat risiko keselamatan kerja pada kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan Timur tahun 2013. Untuk mengetahui tingkat risiko digunakan metode analisis risiko semi kuantitatif berdasarkan Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360, 1999/1991).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada petugas safety, pengawas lapangan, dan para pekerja atau operator yang berinteraksi langsung pada kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation serta melakukan observasi secara langsung kelapangan. Sedangkan data sekunder berupa profil perusahaan, struktur organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, proses kegiatan penambangan batubara, lembar Job Safety and Environment Analysis (JSEA), lembar
11
2.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Suma’mur (1996), keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja juga diartikan sebagai suatu usaha guna melaksanakan suatu pekerjaan tanpa timbulnya kecelakaan, dengan kata lain membuat suasana kerja bebas dari segala macam bahaya dengan tercapai hasil yang menguntungkan (Pasiak, 1999 dalam Mulya, 2008).
Sedangkan kesehatan kerja adalah spesialis dalam ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tinginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang berhubungan dengan kerja.
12
Menurut Permenaker No. 4/1985 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditunjukan agar pekerja dan orang lain yang berada disekitar tempat kerja selalu berada dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi digunakan secara aman dan efisien. Secara keilmuan, K3 didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang penerapannya berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1) adalah upaya dan pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani manusia pada umumnya dan pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.Di dalam undang-undang No. 1 tahun 1970 ditegaskan:
a. Setiap tenaga kerja mendapatkan perlindungan atas keselamatannya, dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksiserta produktivitas nasional.
b. Bahwa setiap orang lain yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.
c. Setiap sumber produksi perlu dipelihara, sehingga dapat dipakai secara aman dan efisien
mencegah kecelakaan, penyakit, cacat dan kematian akibat kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan efisien.
2.2 Kecelakaan Kerja
2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Pengertian kecelakaan kerja menurut Frank Bird Jr (1990), adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan (Frank Bird Jr dan George L Germain, “Practical Loss Control Leadership”, Institute
Publishing, USA 1990):
1. Accident : adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik bagi manusia maupun harta benda.
2. Incident : adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugian.
3. Near Miss : adalah kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir menimbulkan kejadian incident maupun accident.
14
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur”. Menurut UU No 1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dan dalam sekejap mata, dan setiap kejadian menurut Benneth dan Silalahi (1995), terdapat empat faktor yang bergerak dalam satu kesatuan berantai yaitu, lingkungan, bahaya, peralatan, dan manusia. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu:
1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau 2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga juga meliputi kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan di rumah atau rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah di luar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukan program keselamatan perusahaan. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk kepada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya. Terdapat tiga kelompok kecelakaan:
3. Kecelakaan di rumah
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut adalah sebagai bahaya nyata (Anizar, 2009).
2.2.2 Penyebab Kecelakaan
Kecelakaan dalam industri sesungguhnya merupakan hasil akhir dari suatu aturan dan kondisi kerja yang tidak aman. Namun demikian kecelakaan itu sendiri dapat dicegah, karena kecelakaan itu tidak terjadi dengan sendirinya. Kecelakaan biasanya timbul sebagai hasil gabungan dari beberapa faktor, tiga yang paling utama adalah faktor pekerjaan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri (International Labour Office, 1989).
Menurut Anizar (2009), secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu
unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan). a. Unsafe Action
Unsafe actionatau tindakan yang tidak aman dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut:
1) Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja, yaitu: Cacat fisik
16
Kepekaan panca indra terhadap sesuatu 2) Kurang pendidikan
Kurang pengalaman
Salah pengertian terhadap suatu perintah Kurang terampil
Salah mengartikan SOP (Standard Operational Procedure) sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja.
3) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan 4) Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya 5) Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura 6) Mengangkut beban yang berlebihan
7) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja b. Unsafe Condition
Unsafe condition atau kondisi yang tidak aman dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut:
1) Peralatan yang sudah tidak layak pakai 2) Ada api di tempat bahaya
3) Pengamanan gedung yang kurang standar 4) Terpapar bising
5) Terpapar radiasi
7) Kondisi suhu yang membahayakan
8) Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan 9) Sistem peringatan yang berlebihan
10)Sifat pekerja yang mengandung potensi bahaya
2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan kerja
Menurut International Labour Organization (ILO) pada tahun 1962 ada beberapa klasifikasi kecelakaan akibat kerja, antara lain:
1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi kecelakaan diatas.
18
1) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik 2) Mesin penyalur (transmisi)
3) Mesin untuk mengerjakan logam 4) Mesin pengolah kayu
5) Mesin pertanian 6) Mesin pertambangan
7) Mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut b. Alat angkut dan alat angkat
1) Mesin angkat dan peralatannya 2) Alat angkutan di atas rel
3) Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api 4) Alat angkutan udara
5) Alat angkutan air 6) Alat angkutan lain c. Peralatan lain
1) Bejana bertekanan
2) Dapur pembakar dan pemanas 3) Instalasi pendingin
4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tidak dikecualikan alat-alat listrik(tangan)
5) Alat-alat listrik (tangan)
7) Tangga
8) Perancah (steger)
9) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut d. Bahan-bahan, zat-zat dan radisai
1) Bahan peledak
2) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak 3) Benda-benda melayan
4) Radiasi
5) Bahan-bahan dan zat-zat yang belum termasuk golongan tersebut e. Lingkungan kerja
1) Di luar bangunan 2) Di dalam bangunan 3) Di bawah tanah
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut 1) Hewan
2) Penyebab lain
3) Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut ataudatatidak memadai.
3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan a. Patah tulang.
20
d. Memar dan luka dalam lain. e. Amputasi.
f. Luka-luka lain. g. Luka di permukaan. h. Gegar dan remuk. i. Luka bakar.
j. Keracunan-keracunan mendadak (akut). k. Akibat cuaca.
l. Mati lemas.
m. Pengaruh arus listrik. n. Pengaruh radiasi.
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.
4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka Di Tubuh a. Kepala.
b. Leher. c. Badan. d. Anggota atas. e. Anggota bawah. f. Banyak tempat. g. Kelainan umum.
2.2.4 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik itu kerugian material dan fisik. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja antara lain adalah (Anizar, 2009):
a. Kerugian ekonomi yang meliputi:
Kerusakan alat/mesin, bahan dan bangunan Biaya pengobatan dan perawatan
Tunjangan kecelakaan
Jumlah produksi dan mutu berkurang Kompensasi kecelakaan
Penggantian tenaga kerja yang mengalami kecelakaan. b. Kerugian non-ekonomi yang meliputi:
Penderitaan korban dan keluarga
Hilangnya waktu selama sakit, baik korban maupun pihak keluarga
Keterlambatan aktivitas akibat tenaga kerja lain berkumpul sehingga aktivitas terhenti sementara
22
2.3 Bahaya
2.3.1 Definisi Bahaya
Bahaya adalah sumber yang berpotensi untuk menimbulkan cidera dan kesakitan pada manusia, kerusakan peralatan dan lingkungan atau kombinasi dari semua itu (Frank Bird-Loss Control Management dalam Ramli, 2010). Sedangkan menurut Ramli (2010), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.
Menurut Ridley (2008), bahaya merupakanfaktor instrinsik yang ada pada suatu barang atau kondisi tertentu yang mempunyai potensi menimbulkan efek merugikan. Sedangkan menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999 memaparkan bahwa bahaya adalah sumber atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan kerugian.
2.3.2 Jenis Bahaya
Berdasarkan kelompoknya, bahaya dapat di bagi menjadi 2 jenis, yaitu (Mulya, 2008) :
a. Bahaya Keselamatan (Safety Hazard)
dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja. Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.
b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
b. Bahaya Kesehatan (Health Hazard)
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia. Dampak bahaya kesehatan bersifat kronis, konsekuensi rendah, bersifat terus-menerus, dan probabilitas untuk terjadi tinggi. Jenis-jenis health hazard, antara lain:
a. Physical Hazard, berupa energi seperti kebisingan, radiasi, pencahayaan, temperature ekstrim, getaran, dan lain-lain.
b. Chemical Hazard, berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang mempunyai sifat toksik, beracun, iritan, dan patologik c. Biological Hazard, bahaya dari mikroorganisme, khususnya yang patogen yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
24
2.3.3 Sumber – Sumber Bahaya di Lingkungan Kerja
Menurut Sahab (1997), kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya dan risiko yang ada di lingkungan kerja. Sumber bahaya itu bisa berasal dari :
a. Bangunan, Instalasi, dan Peralatan
Proses bahaya yang berasal dari bangunan, instalasi, dan peralatan yang digunakan bisa berupa konstruksi bangunan yang kurang kokoh dan tidak memenuhi persyaratan yang ada. Selain itu desain ruang dan tempat kerja serta ventilasi yang baik merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan.
b. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada proses produksi dapat memiliki bahaya dan risiko yang sesuai dengan sifat bahan baku, antara lain :
1) Mudah terbakar. 2) Mudah meledak. 3) Menimbulkan alergi. 4) Bahan iritan.
c. Proses Kerja
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung dari teknologi yang digunakan. Proses yang ada pada industri ada yang sederhana, tetapi ada juga yang prosesnya rumit. Ada proses yang berbahaya dan ada juga proses yang kurang berbahaya. Dalam proses biasanya juga digunakan suhu dan tekanan tinggi yang memperbesar risiko bahayanya. Dari proses ini terkadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan. Hal ini dapat berakibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
d. Cara Kerja
Bahaya dari cara kerja yang dilakukan oleh pekerja yang dapat membahayakan pekerja itu sendiri atau orang lain disekitarnya, yaitu :
1) Cara mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah maka dapat menyebabkan cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung atau Low Back Pain (LBP). 2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,
percikan api, serta tumpahan bahan berbahaya.
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah.
e. Lingkungan Kerja
26
keselamatan dan kesehatan kerja, serta penurunan produktivitas kerja dan efisiensi kerja, bahaya-bahaya tersebut adalah :
1) Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari lingkungan fisik di sekitar kita dan berasal dari benda bergerak atau bersifat mekanis seperti ruangnan yang terlalu panas, kebisingan, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi, mesin pemotong, dan lain-lain.
2) Bahaya kimia adalah substansi bahan kimia yang digunakan secara tidak tepat baik dalam proses kerja, pengolahan, penyimpanan, dan penanganan limbah. Biasanya bahaya yang bersifat kimia berasal dari bahan baku yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung.
3) Bahaya biologis adalah bahaya yang berasal dari makhluk hidup selain manusia seperti bakteri, virus, dan jamur. Bahaya ini lebih mengarah kepada kesehatan.
4) Bahaya ergonomi, biasanya gangguan yang bersifat faal atau ergonomi ini karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan kerja yang digunakan desainnya tidak sesuai dengan pekerja seperti kursi yang terlalu rendah, meja yang terlalu tinggi, dan lain-lain. Bahaya ini akan muncul dalam jangka waktu yang lama.
lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada pekerja, seperti keharusan mengenai pencapaian target produksi yang terlalu tinggi di luar batas kemampuan si pekerja.
2.4 Risiko
Menurut Australian Standard/New Zealand Standard 4360: 2004, risiko adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran. Risiko tersebut diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau konsekuensi yang dapat ditimbulkannya. Sedangkan pengertian risiko K3 menurut OHSAS 18001 dalam Ramli (2010), adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu:
1. Risiko Keselamatan
28
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat
2.5 Manajemen Risiko
2.5.1 Definisi Manajemen Risiko
MenurutAustralian Standard/New Zealand Standard 4360 : 1999, manajemen risiko adalah budaya, proses, dan struktur yang mengacu langsung pada pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial dan efek yang merugikan. Menurut Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360 : 2004, manajemen risiko merupakan suatu kumpulan dari berbagai tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko-risiko keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu aktifitas kegiatan.
2.5.2 Manfaat Manajemen Risiko
Menurut AS/NZS 4360 (2004) terdapat beberapa manfaat manajemen risiko yaitu :
1. Memperkecil kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan mengurangi efek yang ditimbulkan dari kemungkinan tersebut.
2. Membantu meningkatkan perencanaan kerjaperusahaan yang efektif.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan pencapaian performa perusahaan menjadi lebih baik.
4. Meningkatkan produktifitas kerja.
5. Mendapat keuntungan dari segi ekonomi dan kemudahan untuk memenuhi target perusahaan dan perlindungan aset.
30
7. Meningkatkan kesehatan dan keselamaran serta kesejahteraan karyawan.
2.5.3 Proses Manajemen Risiko
Terdapat beberapa tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko menurut Australian Standard/New Zealand Standard 4360 : 1999, yaitu :
1. Menetapkan tujuan dan lingkup pelaksanaan manajemen risiko. 2. Melaksanakan identifikasi bahaya.
3. Melakukan analisis risiko untuk menetapkan kemungkinan dan konsekuensi yang akan terjadi serta menetapkan tingkat risiko.
4. Menetapkan evaluasi untuk menetapkan skala prioritas dan membandingkan dengan kriteria yang ada.
5. Melakukan pengendalian risiko yang tidak dapat diterima.
6. Melakukan pemantauan dan tinjauan ulang program manajemen risiko yangtelah dilaksanakan.
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko
1. Penetapan Konteks
Penetapan konteks ekstrenal, konteks internal, dan konteks manajemen risiko dimana proses manajemen risiko akan diterapkan. Kriteria yang digunakan pada saat resiko akan dievaluasi harus disusun dan struktur analisis didefinisikan.
2. Identifikasi Risiko
32
Menurut Rijanto (2011), JSA adalah suatu prosedur yang digunakan untuk meninjau metode atau cara kerja dan menentukan bahaya yang sebelumnya mungkin telah diabaikan pada peletakan pabrik atau bangunan dan pada rancangan mesin-mesin, alat-alat kerja, material, lingkungan tempat kerja, dan proses. Menurut Ramli (2010) Terdapat lima langkah dalam membuat JSA :
1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisa.
Pekerjaan tidak dapat dipilih secara acak, pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan terburuk seharusnya dianalisis terlebih dahulu. Dalam memilih pekerjaan untuk dianalisis dan dalam menyusun tata cara analisis, pengawasan utama yang harus dilakukan pada jenis – jenis pekerjaan sebagai berikut :
a) Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka kecelakaan tinggi.
b) Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal.
c) Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis bahaya yang ada.
d) Pekerjaan yang rumit atau kompleks dimana sedikit kelalaian dapat berakibat kecelakaan atau cidera.
2. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa langkah langkah aktifitas
a) Membagi pekerjaan menjadi terlalu rinci yang seharusnya tidak perlu menghasilkan sejumlah banyak langkah.
b) Menbuat rincian kerja yang terlalu umum, sehingga langkah dasar tidak tertulis.
3. Melakukan identifikasipotensi bahaya pada setiap langkah
Setelah membagi pekerjaan ke dalam beberapa tahapan kegiatan, maka dilakukan identifikasi terhadap bahaya-bahaya dan kecelakaan yang potensial dalam tahapan kegiatan tersebut.
4. Menentukan langkah pengamanan untuk mengendalikan bahaya
Menentukan apa saja pengamanan yang tersedia atau yang perlu dilakukan untuk setiap langkah pekerjaan. Mengembangkan suatu prosedur kerja yang aman yang dianjurkan untuk :
a) Mencegah timbulnya kecelakaan.
b) Mencari data baru untuk melakukan pekerjaan itu. c) Merubah kondisi fisik yang menimbulkan risiko/bahaya.
d) Menghilangkan bahaya-bahaya yang masih ada, ganti prosedur kerja. e) Mengurangi frekuensi melakukan tugas.
5. Komunikasikan kepada semua pihak berkepentingan
34
Menurut Diberardinis (1999), beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode JSAadalah :
a. Pendekatan JSA sangat mudah dipahami dan tidak membutuhkan suatu tahapan training, serta dapat dengan cepat disesuaikan dengan pandangan individu yang berpengalaman.
b. Proses pada JSA dapat memberikan kesempatan pada individu untuk mengenali atau memberikan pengetahuan mengenai operasi.
c. Hasil dari analisis dapat digunakan untuk dokumentasi yang dapat digunakan untuk melatih pekerja baru.
d. Dokumentasi JSA juga dapat digunakan sebagai bahan audit.
3. Analisis Risiko
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah salah satu metode yang menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan tingkat risiko dari suatu pekerjaan. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus diselesaikan (AS / NZS 4360 : 1999). Metode ini menggunakan bentuk matriks risiko dengan dua parameter, yaitu kemungkinan dan konsekuensi. Skala ukur kemungkinan (Likelihood) dan konsekuensi (Consequences) secara kualitatif menurut Risk Management AS/NZS (1999) yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Skala Ukur Likelihood Secara Kualitatif
Level Deskripsi Definisi
A Almost Kejadian yang dapat terjadi kapan saja B Likely Dapat terjadi secara berkala
C Moderate Dapat terjadi pada konsiai tertentu D Unlikely Dapat Terjadi tetapi Jarang
E Rare Memungkinkan tidak terjadi
36
Tabel 2.2 Skala Ukur Coonsequences Secara Kualitatif
Level Deskripsi Definisi
1 Insignificant Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil
2 Minor
Memerlukan perawatan P3K, penanganan dilakukan tanpa bantuan pihak luar, kerugian materi sedang.
3 Moderate
Memerlukan perawatan medis, penanganan membutuhkan bantuan pihak luar, kerugian materi besar.
4 Major Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi
tubuh secara total, kerugian materi besar. 5 Catasthropic Menyebabkan kematian, kerugian materi sangat
besar
Sumber: Risk Management AS/NZS 4360 (1999)
b. Analisis Kuantitatif
c. Analisis Semi Kuantitatif
Analisis semi kuantitatif bukan bagian dari analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif. Analisis semi kuantitatif menghasilkan prioritas yang lebih rinci dibandingkan dengan analisis kualitatif, karena risiko dibagi menjadi beberapa kategori. Pada prinsipnya metode ini hampir sama dengan analisis kualitatif, perbedaannya terletak pada uraian atau deskripsi dari parameter yang ada pada analisis semi kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Menurut AS/NZS 4360:1999, analisis semikuantitatif mempertimbangkan kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas (likelihood) dan paparan (exposure) sebagai frekuensi. Terdapat hubungan yang kuat antara frekuensi dari paparan dengan probabilitas terjadinya risiko.
Dalam metode analisis semikuantitatif terdapat 3 unsur yang dijadikan pertimbangan, yaitu:
a) Kemungkinan (Likelihood)
38
Table 2.3 Tingkat Kemungkinan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Faktor Kategori Deskripsi Rating
Kemungkinan (Likelihood)
Almost Certain Kejadian yang paling sering terjadi 10 Likely Kemungkinan terjadi 50% – 50%. 6 Unusualy Mungkin saja terjadi tetapi jarang. 3 Remotely sangat tidak mungkin terjadi.
0,1
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999
b) Paparan (Exposure)
Tabel 2.4 Tingkat Paparan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Faktor Kategori Deskripsi Rating
Paparan(Exposure)
Continously Terjadi secara terus – menerus
setiap hari.
10
Frequently Terjadi sekali setiap hari. 6
Occasionally Terjadi sekali seminggu sampai
dengan sekali sebulan.
3
Infrequent Terjadi sekali sebulan sampai
dengan sekali setahun.
2
Rare Pernah terjadi tetapi jarang,
diketahui kapan terjadinya.
1
Very Rare Sangat jarang, tidak diketahui
kapan terjadinya.
0,5
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999
c) Konsekuensi (Consequences)
Konsekuensi adalah nilai yang menggambarkan suatu keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan. Analisis konsekuensi ini sangat berguna untuk memperoleh suatu informasi mengenai cara mencegah dan meminimalkan dampak terjadinya kecelakaan akibat suatu proses pekerjaan. Tingkat konsekuensi metode analisis semi kuantitatif dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu :
40
Dibawah ini merupakan table penentuan konsekuensi dengan metode semi kuantitatif.
Table 2.5 Tingkat Konsekuensi Metode Analisis Semi Kuantitatif
Faktor Kategori Deskripsi Rating
Konsekuensi
(Consequences)
Catastropic
Kerusakan yang fatal dan sangat parah, terhentinya aktifitas, dan terjadi kerusakan lingkungan yang sangat parah.
100
Disaster
Kejadian yang berhubungan dengan Kematian, serta kerusakan permanen yang kecil terhadap lingkungan.
50
Very Serious
Cacat atau penyakit yang permanen dan kerusakan sementara terhadap lingkungan.
25
Serious
Cidera yang serius tapi bukan penyakit parah yang permanen dan sedikit lokasi tetapi tidak menimbulkan kerusakan.
5
Noticeable
cidera atau penyakit ringan, memar bagian tubuh, kerusakan kecil, kerusakan ringan dan terhentinya proses kerja sementara waktu tetapi tidak menyebabkan pencemaran di luar lokasi.
1
Tingkat risiko pada analisis semi kuantitatif merupakan hasil perkalian nilai variabel kemungkinan, paparan, dan konsekuensi dari risiko-risiko keselamatan kerja yang terdapat pada setiap tahapan pekerjaan. Tingkat risiko metode analisis semi kuantitatif dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu : Very High, Priority 1, Substansial, Priority 3, dan Acceptable (AS / NZS 4360 : 1999).
Tabel 2.6 Tingkat Risiko Metode Analisis Semi Kuantitatif
Tingkat Risiko Kategori Tindakan
>350 Very High
Aktifitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi hingga mencapai batas yang diperbolehkan atau diterima.
180 – 350 Proirity 1 Perlu pengendalian sesegera mungkin.
70 – 180 Substansial Mengharuskan adanya perbaikan secara teknis.
20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan.
<20 Acceptable Intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin.
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999
42
Tabel 2.7 Perbandingan Metode Analisis Risiko Menurut Cross (1998)
No. Metode Analisis Kelebihan Kekurangan
1. Analisis Kualitatif Lebih Mudah Lebih Cepat
Hasil analisis Kurang akurat jika dibanding dengan hasil analisis metode yang lain
2. Analisis Kuantitatif Lebih akurat dibandingkan Skala yang dipakai harus
tepat untuk menentukan tingkat risiko
Sumber: Risk Management Study Notes. Jean Cross. 1998
4. Evaluasi Risiko
keseimbangan antara manfaat potensial dan hasil yang tidak menguntungkan untuk menilai dan menentukan prioritas pengendalian risiko berdasarkan kriteria yang ditetapkan mengenai batasan risiko mana yang bisa diterima, risiko mana yang harus dikurangi atau dikendalikan dengan cara yang lain.
5. Pengendalian Resiko
Pengendalian risiko yaitu suatu upaya penanganan dan pengendalian terdahap risiko, terutama risiko dengan tingkat tinggi serta mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian risiko dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :
a. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi (engineering control).
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi. e. Penegakan hukum.
44
a. Eliminasi adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Eliminasi berarti menghilangkan peralatan yang dapat menimbulkan bahaya.
b. Substitusi, prinsip dari sistem pengendalian ini adalah mengganti sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada.
c. Engineering Control dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi tingkat risiko. Ciri khusus dari tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
d. Administrative Control, dalam tahap ini pengendalian dilakukan dengan menggunakan prosedur, standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi risiko. Pengendalian administrasi dapat diartikan juga sebagai pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja seperti, rotasi kerja, shift kerja, serta pengembangan standar kerja. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian administrasi tetap membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya.
demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif. Alat pelindung diri yang biasa digunakan yaitu:
1) Pelindung kepala : safety helmet dari berbagai bahan. 2) Pelindung mata : safety googles dari berbaga bahan.
3) Pelindung wajah : face shield
4) Pelindung tangan : safety gloves dari berbagai jenis. 5) Pelindung alat pernafasan : respirator atau masker khusus.
6) Pelindung telinga : tutup telinga atau sumbat telinga seperti, ear plug, ear muff, dan ear cap.
7) Pelindung tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja.
6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang
46
7. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi yang baik dapat menjamin pihak yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan manajemen risiko dan pihak lain yang berkepentingan memiliki pemahaman yang sama mengenai pengambilan suatu keputusan dan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan.
2.6 Proses Penambangan Batubara
Proses penambangan batubara memiliki beberapa tahapan proses kerja yang saling berhubungan. Mulai dari pengeboran lapisan batubara, peledakan lapisan batubara, penggalian lapisan batubara, pengangkutan sampai pada penurunan muatan batubara pada tempat penyimpanan (stock pile).
Gambar 2.2 Bagan Proses Penambangan Batubara a. Drilling
Drilling merupakan proses pekerjaan yang dilakukan untuk melakukan pengeboran pada lapisan batubara pada titik pengeboran yang telah ditentukan. Proses drilling ini biasanya juga digunakan untuk membantu proses Blasting
dalam membuat lubang-lubang peledakan.
Drilling
Dumping
Hauling
Blasting
b. Blasting
Blasting adalah proses pekerjaan yang dilakukan untuk melakukan peledakan pada lapisan batubara yang memiliki struktur lapisan batubara yang tebal dan keras, sehingga memudahkan proses penambangan batubara selanjutnya. Proses blasting dilakukan dengan membuat lubang-lubang peledakan dengan standar lubang yang telah ditentukan.
c. Loading
Loading merupakan proses pemuatan material dari hasil pengeboran dan peledakan yang telah dilakukan. Proses pemuatan material dilakukan oleh unit Excavator dan di muat ke dalam unit Truck.
d. Hauling
Hauling adalah proses pengangkutan batubara dari tempat pemuatan batubara menuju tempat penyimpanan (Stock Pile).
e. Dumping
48
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini berdasarkan kepada teori tahapan manajemen risiko yang ditetapkan oleh Australian Standard/New Zealand Standard 4360 : 1999 dengan adanya modifikasi sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko keselamatan kerja pada kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project
secara kualitatif. Kerangka berpikir tersebut di gambarkan pada Gambar 3.1.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi risiko pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation. Setelah itu dilakukan analisis risiko dengan menilai kemungkinan, paparan dan konsekuensi berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Australian Standard/New Zealand Standard
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
2. Identifikasi Risiko
Job Safety Analysis (JSA)
(Risiko, Penyebab, dan Upaya Pengendalian) pada tahapan proses kegiatan penambangan batubara.
3. Nilai Risiko
(Kemungkinan x Paparan x Konsekuensi) 2. Analisis Risiko
Kemungkinan (Likelihood) Paparan (Exposure)
Konsekuensi(Concequency)
4. Tingkat Risiko 1. Identifikasi Risiko
Job Safety Analysis (JSA)
(Risiko, Penyebab, dan Upaya Pengendalian) pada tahapan proses kegiatan penambangan batubara.
50
3.2 Definisi Istilah
1. Identifikasi Risiko
Merupakan kegiatan dengan melakukan identifikasi terhadap setiap tahapan pekerjaan dengan mencari risiko yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan, penyebab, dan upaya pengendalian yang telah dilakukan pada proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation(AS/NZS 4360 : 1999).
Metode : Wawancara dan observasi.
Instrumen : Tabel identifikasi risiko Job Safety Analysis (JSA) dan kamera.
Hasil : Diketahuinya risiko yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan, penyebab, dan upaya pengendalian yang telah dilakukan pada setiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation.
2. Analisis Risiko
penanganan yang terdapat disetiap tahapan kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation. Pada penelitian ini analisis risiko yang dilakukan menggunakan metode analisis semi kuantitatif berdasarkan AS / NZS 4360 : 1999.
a. Kemungkinan (Likelihood)
Kemungkinan adalah nilai yang menggambarkan kecenderungan terjadinya konsekuensi dari sumber risiko pada setiap tahapan pekerjaan. Tingkat Likelihood disesuaikan berdasarkan AS/NZS 4360:1999.
Metode : Wawancara dan Observasi.
Instrumen : Tabel analisis risiko semi kuantitatif (Rating faktor Likelihood).
Hasil : Berbagai kategori dan rating tingkat kemungkinan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Tingkat Kemungkinan Metode Analisis Semi Kuantitatif
Kategori Deskripsi Rating
Almost Certain Kejadian yang paling sering terjadi 10
Likely Kemungkinan terjadi 50 – 50. 6
Unusualy Mungkin saja terjadi tetapi jarang. 3
Remotely
Possible
Kejadian yang sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.
52
Kategori Deskripsi Rating
Conceivable
Mungkin saja terjadi, tetapi tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan yang bertahun – tahun.
0,5
Practically
Impossible
Tidak mungkin terjadi atau sangat tidak mungkin terjadi.
0,1
Sumber : Risk Management AS / NZS 4360 : 1999
b. Paparan (Exposure)
Paparan menggambarkan tingkat frekuensi interaksi antara sumber risiko yang terdapat di tempat kerja dengan pekerja pada proses kegiatan penambangan batubara di bagian Mining Operation dan menggambarkan kesempatan yang terjadi ketika sumber risiko ada yang akan diikuti oleh dampak atau konsekuensi yang akan ditimbulkan.
Metode : Wawancara dan Observasi.
Instrumen : Tabel analisis risiko semi kuantitatif (Rating faktor
Exposure).