• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai akhlak dalam materi pendidikan kewarganegaraan : Study buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII SMP Darussalam Ciputat Berbasis KTSP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-nilai akhlak dalam materi pendidikan kewarganegaraan : Study buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII SMP Darussalam Ciputat Berbasis KTSP"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegeruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh

WILDAN MUKHOLLAD Nim: 109011000151

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Kewarganegaraan disusun oleh

Wildan Mukhollad,

NIM.

109011000151,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, l3 November 2014

Yang mengesahkan, Pembimbing

(3)

SURAT PERNYATAAN KARYA

SET-IDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

: Wildan Mukhollad

TempaVTgl.Lahir : Iakarta,23 Oktober 1991

NIM

: 109011000151

Jurusan /

Prodi

' Pendidikan Agama Islam

Judul

Skripsi

: Nilai-Nilai Akhlak dalam Materi Pendidikan Kewarganegarmn

Gtudy buku Pendidikan Kewarganegaraankelas VII SMp Darussalam Ciputat berbasis KTSP

Dosen Pembimbing :

l.

Dr. H. Dimyati, MA

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.

Jakarta, 26 Jmnari2Al5

Mahasiswa Ybs.

(4)

KEWARGANEGARAAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Wildan Mukhollad

NIM. 10901100015r

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Menyetujui,

(5)

109011000151, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalarn Ujian Munaqosah pada tanggal 26 Januari 2015 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana 51 (S.Pd.D dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 26 J anuari 201 5

Panitia Uj ian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Dr. H. Abdul Maiid Khon. M.Ae

NIP. 1 95 807 07 1987 031005

Sekertaris (Sekretaris Jurusan)

Marhamah Saleh. Lc. MA

NrP. I 972031320080 1201 0

Penguji I

Rusdi Jamil. M.Ae

NrP. 1 962123 1 1 99503 1 005

Penguji lI

Drs. Abdul Haris. MA

NrP. 19660901 1 995031001

Tanggal

Mengetahui:

wl"u -7or{

fl.:L:.ZPtr

__\u

,/

5-2-2-ott /

Dekan,

W

Nurlen4,Rifa'I. M.A.,Ph.D

(6)

dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai akhlak dalam materi pendidikan kewarganegaraan dan untuk mengetahui muatan akhlak yang terdapat dalam pendidikan kewarganegaraan. Dalam penelitian ini buku yang menjadi bahan penelitian menggunakan buku yang masih berbasis KTSP yang digunakan pada kelas VII SMP Darussalam Ciputat. Teknik yang digunakan peneliti adalah teknik studi kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan metode analisi isi (Content analysis) yaitu, penulis mencoba untuk mengungkap dan menangkap isi yang terdapat dalam materi pendidikan kewarganegaraan mengenai nilai-nilai akhlak dan juga muatan akhlak dalam pendidikan kewarganegaraan.

(7)

Civics

This study aims to determine the moral values in civic education material and to determine the morals charge contained in civic education. In this study a book that became the research using books that are still based KTSP used in class VII SMP Darussalam Ciputat. The technique used is the technique of literary study investigators (Library Research) by using content analysis method (Content analysis), namely, the author tries to uncover and capture the contents contained in civic education materials regarding moral values and morals charge in civic education.

(8)

Alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang maha dahsyat, yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalamnya-dalamnya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Esa. Yang memberikan nikmat dan hidayahNya Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Allahumma Shalli ‘ala Muhammad, shalawat beriring salam selalu

tercurah kepada junjungan mulia Nabi Muhammad SAW. seorang revolusioner, sang pemimpin, sang pencerah bagi umat islam.

Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Hambatan dan kesulitan tersebut tidak ada yang tidak berguna (sia-sia), penulis akui semua ini merupakan proses dan pelajaran yang amat berharga.

Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya lepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada yang semua yang tercinta dan tersayang:

1. Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan,

(9)

5. Dr. H. Dimyati, MA Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan membimbing serta mengajarkan kepada penulis dengan sabar,

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan Ilmu yang berguna bagi diri pribadi selama perkuliahan.

7. Kepala sekolah beserta seluruh keluarga Besar Guru-guru SMP Darussalam Ciputat

8. Teristimewa untuk ayahanda Tarmuzi dan ibunda Taslimah yang selalu memberikan cinta kasih serta restu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakek dan nenekku, saudara-saudaraku dan adik-adikku yang tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis khususnya Titi Fajriyah, Izan, Jihad, Novika, Mona, Bunda Wiwi, Bunda Tarfunah dan Khoirulah S.Ag.

10. Sahabat-sahabatku Ari Zaid, S.Pd.I, Muhammad Sholahuddin S.Pd.I, Humaidi Mufa S.Pd.I, Sandy Meylaz S.Pd.I Erik Ray Ramadhan S. Pd. I dan Semua yang selalu membantu penulis dalam mengajarkan penelitian ini.

11. Untuk teman-teman seperjuangan Ari, Burhan, Erik, Syihab, Anwar, Sandy, Fauzi, Humaidi, Ubaydilah, Fuad Dan teman-teman kosan yang saya tidak bisa sebutkan satu per satu namun tidak mengurangi rasa terimakasih saya kepada kawan-kawan sekalian.

(10)

pihak yang membacanya. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.

Jakarta, 2015 Penulis

(11)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 7

3. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KERANGKA TEORI A. Nilai-Nilai Akhlak ... 9

1. Nilai ... 9

2. Akhlak ... 9

a. Pengertian Akhlak ... 9

b. Sumber Akhlak ... 11

c. Macam-macam Akhlak ... 12

d. Ruang Lingkup Akhlak ... 15

B. Pendidikan Kewarganegaraan ... 17

(12)

a. Pengertian Kewarganegaraan ... 22

b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

c. Dasar Pendidikan Kewarganegaraan ... 23

3. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 28

1. Jenis Penelitian ... 28

2. Sumber Data ... 28

3. Teknik Pengumpulan Data ... 29

4. Teknik Analisis Data ... 30

C. Pengolahan Data ... 31

D. Fokus Penelitian ... 32

E. Teknik Penulisan ... 32

BAB IV NILAI-NILAI AKHLAK YANG TERDAPAT DALAM BUKU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Nilai-Nilai Akhlak Dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan ... 33

1. Prilaku Baik ... 34

a. Merasa Aman dan Damai ... 34

b. Tertib ... 36

c. Jujur ... 37

d. Menghormati ... 38

e. Tekun ... 40

f. Tolong-menolong ... 42

g. Memelihara kebersihan dan lingkungan sehat ... 43

(13)

l. Berani ... 53

m. Kerja Keras ... 54

n. Musyawarah ... 55

2. Prilaku buruk ... 57

a. Membunuh ... 57

b. Berkelahi ... 58

c. Narkoba ... 60

d. Pelecehan seksual ... 61

e. Mencuri, Perampokan, dan Penculikan ... 63

B.Muatan Nilai Akhlak dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan .. 65

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 67

B.Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(14)

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan Agama juga mengajarkan cara beretika/berakhlak kepada Tuhan, manusia, hewan dan tumbuhan. Jadi, pendidikan Agama memiliki peranan yang sangat penting pada lembaga pendidikan, baik pada lembaga yang berbasis agama maupun lembaga yang non-agama. Dalam hal ini semua lapisan masyarakat dan tingkatan pendidikan dapat mengangkat martabat bangsa dengan mempelajari pendidikan agama islam.

Seperti yang terdapat pada Tap MPR Nomor IV/MPR/2000 bahwa :

“Pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (propenas)/2000. Yang menyebutkan bahwa pendidikan agama disekolah umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemahaman dan pengalaman ajaran agama islam bagi siswa guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti luhur.1

Selama ini Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan acuan yang dipercaya masyarakat dalam membina anak-anaknya, untuk menjadi sosok yang taat kepada tuhannya, berbakti kepada orangtuanya dan memiliki pribadi yang berbudi luhur dalam menghadapai kehidupannya sehari-hari. Namun dalam kenyataannya, pendidikan agama islam ini harus berdampingan dengan pendidikan yang lain seperti pendidikan pancasila atau pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan yang lainnya, agar dapat tercapainya tujuan pendidikan nasional yang maksimal.

Pendidikan Agama Islam dan tujuan pendidikan nasional merupakan keberadaan yang tak bisa terpisahkan. Karena pendidikan agama islam dan

1

(15)

pendidikan nasional memiliki tujuan yang sama seperti yang terdapat pada:

“Undang-Undang Nomor 20/2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan

nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta

bertanggungjawab”.2

Jelas terlihat bahwa pendidikan agama islam dan pendidikan nasional memiliki tujuan yang sama yaitu agar peserta didik menjadi manusia yang bertakwa seutuhnya dan memiliki budipekerti yang luhur.

“Dalam Undang-Undang nomor 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional pun mewajibkan pendidikan agama islam di setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan. Hal ini tertera pada pasal 39 ayat 2 yang menyatakan bahwa : isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat (a) pendidikan pancasila (b) pendidikan

agama dan, (c) pendidikan kewarganegaraan”3

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berasaskan pancasila dan merupakan dasar ideologi Negara Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan harus didapatkan oleh seluruh lapisan masyarakt, agar negara kita tetap terjaga dari rasa persatuan dan persaudaraan. Indonesia merupakan negeri yang kaya bahasa, agama dan budaya, akan tetapi berkat adanya pancasila semua itu dapat dipersatukan sehingga menjadi masyarakat yang satu tanah air dan tumpah darah Indonesia yang disebut juga dengan istilah Bineka Tunggal Ika.

“Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama Islam merupakan dua matapelajaran yang relative dekat dan saling bersentuhan antar satu dengan lainnya, terutama dilihat dari orientasinya yang menekankan pada aspek pembinaan dan

2

Ibid., h. 134-135

3

(16)

pengembangan kepribadian siswa sebagai seorang muslim yang berakhlak mulia, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai warga negara indoesia yang menyadari akan status, hak, dan kewajiban dalam kehidupannya bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”4

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang membahas tentang sejarah, nilai, moral, hak-hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh maysrakat untuk negeri Indonesia, yang diharapkan dari sejarah, nilai, moral, hak-hak dan kewajiban tersebut dapat menjadikan warga negara Indonesia menjadi warga yang memiliki kecerdasan, keterampilan dan berbudi pekerti yang luhur. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang sistem pendidikan nasional pasal 3 tahun 2003 :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”5

Peneliti memilih materi pendidikan kewarganegaraan sebagai bahan penelitian yang berjudul Nilai-Nilai Akhlak pada Materi Pendidikan Kewarganegaraan. karena melihat keadaan pendidikan saat ini yang kurang mengimplementasikan sisi moral pada materi pelajaran, baik itu pada pendidikan agama islam maupun pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dalam penyampaian materi pendidikan kewarganegaraan, hanya sekedar memberikan informasi sejarah yang terjadi pada masa lalu dan hanya menghafal apa arti kerja keras dan mengapa harus bekerja keras serta hanya mengetahui hari-hari penting dalam setiap kejadian, tanpa mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sifat, perbuatan, peristiwa maupun kejadian yang

4

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen kelembagaan, Kurikulum hingga strategi Pembelajaran (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 129

5

(17)

berlangsung dimasa lalu, Sehingga dengan begitu siswa blum dapat merasakan lebih dekat dan mengerti arti dari sebuah kerja keras.

“Dalam Forum PPI Belanda tahun 2013 merekomendasikan agar pelajaran pendidikan kewarganegaraan tidak bersifak doctrinal melainkan lebih implementatif dan menggunakan pendekatan heart

touching. Seperti tolong menolong dan membantu orang yang susah,

siswa diminta untuk melakukan langkah yang kongkrit. Siswa dipinta berorespondensi oleh para veteran perang atau pihak yang kehilangan keluarganya akibat perang. Siswa diminta untuk merasakan bagaimana perasaan veteran kehilangan anggota tubuhnya atau bagaimana perasaan masyarakat kehilangan keluarga

akibat perang”.6

Dengan begitu maka siswa dapat merasakan lebih dekat dan mengerti bahkan dapat mendalami arti dari sebuah perjuangan, kerja keras, dan kesabaran yang dirasakan oleh para veteran, dalam sebuah perjuangan kemerdekakan bangsa dan negara demi masyarakat Indonesia. Terlebih seperti yang dikatakan oleh pakar etika politik dari Sekolah Tinggi Driyarkara, Romo franz magnis suseno menyatakan bahwa “Nilai-nilai pancasila telah mengalami kemerosotan akibat tidak dihayatinya lima butir pancasila dalam kehidupan sehari-hari“ saat ini lima butir pancasila tidak

dihayati oleh masyarakat”.7

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berasaskan pancasila, yang bisa didapatkan dalam sebuah lembaga pendidikan yang merupakan salah satu sarana utama dalam memberi pembelajaran bagi masyarakat. Begitu pentingnya bagi seorang pendidik untuk memahami nilai-nilai akhlak yang terdapat pada Pendidikan Kewarganegaraan, dengan harapan agar dapat lebih dipahami serta dapat diimplementasikan secara baik dan benar dalam kehidupannya bermasyarakat.

Nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan kewarganegaraan merupakan sebuah nilai yang harus diimplementasikan dengan

6

PPIBelanda, Pandangan Dan Masukan Pelajar Dan Masyarakat. 2013 (www.ppibelanda.org)

7

(18)

baiknya dan diajarkan secara total, dalam artian tidak meningalkan nilai-nilai akhlak yang terkandung didalam materi pendidikan kewarganegaraan. Sebagai pendidik, menanamkan nilai-nilai akhlak pada seluruh bidang studi pelajaran merupakan sebuah keharusan, baik pelajaran umum terlebih pada pelajaran agama. Sebab dalam materi pendidikan kewarganegaraan terdapat unsur budaya bangsa Indonesia yang diajarkan rasa persatuan dan kesatuan, nilai, norma, hukum, peraturan, hak asasi manusia dan lain-lain.

Nilai-nilai akhlak tersebut harus dimiliki oleh pemuda-pemudi dan remaja sebagai pelestari dari nilai-nilai pancasila serta penerus bangsa negara. Akan tetapi, sebagai mana diketahui bahwa pelajar saat ini telah meninggalkan nilai-nilai moral yang seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar. Hal ini terlihat dengan maraknya perseteruan antar anak sekolah (tauran), bolos sekolah, melawan perintah orang tua, menngunakan barang terlarang seperti narkoba, melakukan seks bebas dan kriminal lainnya yang merupakan suatu kegagalan bagi para remaja dalam mempersatukan bangsa dan negara serta menemukan jalan hidup sehingga dapat meninggikan martabat bangsa Indonesia.

Dari permasalah tersebut nampak jelas terlihat, bahwa kita telah kehilangan akhlak yang baik bagi bangsa yang telah diajarkan dalam lembaga pendidikan. Sebagai pendidik yang merupakan salah satu anggota dalam lembaga pendidikan, seharusnya memberikan pemahaman akan berbangsa dan bernegara yang baik dan benar, agar peserta didik dapat benar-benar memahami dan mengerti akan pentingnya arti kedamaian dan ketentraman bagi masyarakat. Disamping pendidikan agama islam juga merupakan pendidikan yang mengajarkan akhlak yang baik.

(19)

islam. Yang diajarkannya cara malakukan maupun bertindak yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya. Selain itu, Pelajaran agama maupun pelajaran umum yang bila dalam pengajaranya hanya berperan aktif pada ranah kognitif, maka peserta didikpun akan jauh untuk memahami dan mengerti akan pentingnya berprilaku yang baik dan benar. Seringkali dalam pemberian materi seorang pendidik hanya menyampaikan bahan ajar atau menekankan pada sisi kognitifnya saja. Sehingga siswa hanya dapat mengetahui tanpa adanya pemahaman dan pengaplikasian yang berarti bagi kehidupannya sehari-hari. Tanggungan dalam memperbaiki moral/akhlak ini tidak hanya terdapat pada pendidikan agama saja, melainkan Tanpa disadari bahwa tanggungan moral siswa juga terdapat pada pendidikan yang lain seperti, pendidikan kewarganegaraan. Keikut sertaan ini jelas tertera pada :

“Pasal 7 (ayat 1) PP. Nomor 19/2005, menumbuh kembangkan potensi iman dan takwa pada peserta didik bukan hanya tugas guru agama, melainkan tugas semua guru secara bersama-sama melalui sejumlah kegiatan terkait.8

Atas dasar itulah, penulis memandang penting dilakukan penelitian

mengenai “Nilai-Nilai Akhlak Pada Materi Pendidikan

Kewarganegaraan di SMP Daraussalam Ciputat” agar nilai-nilai akhlak/moral yang terkandung dalam materi pendidikan kewarganegaraan dapat diketahui dan direalisasikan pada mata pelajaran yang lain dan juga dalam kehidupan sehari-hari.

B.

Fokus Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka faktor-faktor terjadinya masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Kurangnya penekanan dalam pencapaian tujuan pendidikan pada ranah afektif dan psikomotorik.

8

(20)

b. Banyaknya kemerosotan akhlak yang terjadi pada kalangan pendidik.

c. Belum dipandangnya muatan nilai akhlak dalam materi pendidikan kewarganegaraan.

d. Tanggung jawab pembinaan akhlak tidak hanya pada pendidikan keagamaan tetapi juga pada pendidikan kewarganegaraan.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi pada: Nilai-nilai akhlak yang terdapat pada Materi Pendidikan Kewarganegaraa (kajian buku PKN SMP kelas 1).

3. Rumusan Masalah

Atas dasar pembatasan masalah diatas, maka rumusan penelitian ini adalah, nilai-nilai akhlak apa saja yang terdapat pada materi pendidikan kewarganegaraan? Bagaimanakah muatan nilai akhlak dalam materi pendidikan kewarganegaraan pada kelas 1 SMP?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

Dalam melakukan segala kegiatan maupun aktifitas sudah barang tentu memiliki sebuah tujuan, seperti halnya hidup di dunia ini. Demikian pula dengan penelitian yang penulis lakukan untuk menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memiliki tujuan antara lain :

a. Untuk mengetahui nilai-nilai akhlak yang terdapat pada materi pendidikan kewarganegaraan kelas VII SMP.

b. Untuk membuktikan bahwa pendidikan kewarganegaraan juga memiliki tanggungan dalam memperbaiki moral bangsa.

(21)

2.

Manfaat Penelitian

(22)

1. Nilai

Secara etimologi Nilai atau value (bahasa inggris) atau valere (bahasa latin) berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai

juga dapat dianggap sebagai “keharusan” suatu cita yang menjadi dasar

bagi keputusan yang diambil oleh seseorang.1

Dalam pengertian lain nilai adalah seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun prilaku. Oleh karena itu sistem nilai merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan yang diberikan atau diwahyukan Allah SWT. Sebab itu pula sistem nilai ada yang bersifat Ilahi yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah serta bersifat mondial (duniawi) yang bersumber pada ra‟yu (pikiran), adat -istiadat dan kenyataan alam.2 Dapat disimpulkan bahwa nilai adalah segala sesuatu yang disadari maupun tidak, langsung maupun tidak langsung yang ada dalam semesta yang dialami kehidupannya dilingkungan, yang dijadikan sebagai acuan tingkah laku.

2. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

1

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 29.

2

(23)

atau tabi‟at.3

Dalam bahasa yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Yang kemudian ethicos berubah menjadi etika.4

Sedangkan menurut istilah (terminologi) akhlak ialah „azimah (kemauan) yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat (membudaya) yang mengarah kepada kebaikan atau keburukan.5 Beberapa ulama berpendapat mengenai pengertian akhlak, yang pada dasarnya dalam banyak pendapat ini memiliki pengertian yang sama diantara pendapatnya :

1) Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa pengertian akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang tetap, yang memunculkan suatu perbuatan secara mudah dan ringan tanpa perlu pertimbangan pikiran dan analisa.6

2) Hamzah Ya‟qub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut.

a) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.

b) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.7

3) Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus di hindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.8

Akhlak pada dasarnya mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan tuhannya, sekaligus bagaimana

3

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11.

4

M. Yatim Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran, (Jakarta: Sinar Grafika Offset), h. 3.

5

A. Muhammad Al-Hufty, Akhlak Nabi Muhammad SAW, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 13.

6

M. Jamil, Akhlak Tasawuf, (Ciputat: Referensi, 2013), h. 3.

7 Hamzah Ya‟qub,

Etika Islam: Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung: Diponogoro, 1983), Cet. Ke-2. h. 12.

8

(24)

seseorang harus berhubungan dengan sesama manusia.9 Dari penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan atau tindakan baik maupun buruk yang dilakukan tanpa adanya suatu pertimbangan lagi untuk melaksanakan perbuatan tersebut, dengan kata lain perbuatan itu dilakukan secara spontanitas atau langsung.

b. Sumber Akhlak

Sumber ajaran akhlak merupakan sumber ajaran agama islam yaitu al-qur‟an dan hadist rasulullah SAW. Akhlak merupakan bagian dari ajaran yang disampaikan dalam ajaran agama islam. Nabi Muhammad SAW merupakan figur untuk memiliki akhlak yang mulia, Karena segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan bagi seluruh manusia. Hal ini dinyatakan oleh Allah SWT dalam firmannya ;



“Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti

mulia”. (QS.al-Qalam, 68: 4)10

Dalam ayat yang lain Allah berfirman ;





“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah

9

Sjarkawi, Op. cit., h. 32.

10

(25)

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS

al-Ahzab, 33: 21)11

Dalam percakapan Sa‟ad bin Hisyam dengan „Aisyah r.a, yang bertanya Sa‟ad kepada „Aisyah tentang akhlak Rasulullah SAW, maka

Aisy‟ah pun menjawab “akhlak beliau adalah Al-Quran.12Hal ini juga

diriwayatkan oleh Imam Muslim dari „Aisyah r.a berkata:

Sesungguhnya akhlak Rasulullah itu adalah Al-Quran. Hadis merupakan segala yang meliputi Rasulullah baik perkataan dan perbuatan beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah Al-Quran, karena setiap ucapan dan prilaku Rasulullah senantiasa mendapatkan bimbingan langsung dari Allah SWT.13

Jadi jelas bahwa Al-Quran dan hadis Rasulullah merupakan dasar ajaran akhlak dan merupakan pedoman hidup manusia didunia sampai akhirat agar manusia dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan mulia disisi tuhannya serta sesama makhluknya.

c. Macam-macam Akhlak

1) Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah atau yang sering disebut juga akhlakul karimah ialah tingkah laku yang terpuji/baik.14Akhlak terpuji mencakup karakter-karakter yang diperintahkan Allah dan rasulnya untuk dimiliki.15Adapun macam-macam akhlak mahmudah yaitu:

a) Bersifat Sabar b) Benar

c) Memelihara Amanah d) Bersifat Adil

e) Rasa Belas Kasihan

11

Ibid., h. 24.

12

A. Muhammad Al Hufy, Op. cit., h. 79.

13

M. Yatim Abdullah, Op. cit., h. 4.

14

M. Yatim Abdullah, Op. cit., h. 38.

15

(26)

f) Bersifat Kasih Sayang g) Hemat

h) Bersifat Berani i) Kuat (Al-Quwwah) j) Bersifat Malu (Al-Haya’)

k) Memelihara Kesucian Diri (Al-„Ifafah) l) Menepati Janji16

m)Pemaaf

n) Mau Bermusyawarah o) Tekun

p) Merendah Diri q) Persaudaraan

r) Perdamaian (Al-Ikhwan dan Al-Islahi) s) Tolong-menolong (Ta’awun)17

t) Murah hati

u) Menyambung tali persaudaraan v) Menghormati tamu

w)Memelihara kebersihan badan x) Merasa cukup

y) Tenang z) Lemah lembut aa)Bermuka manis

bb) Merendah diri kepada Allah.18

2) Akhlak Madzmumah

Akhlak madzmumah adalah lawan dari akhlak mahmudah, yang sering disebut dengan akhlak buruk. Akhlak yang buruk dapat dilihat dari tingkah laku perbuatan yang tidak elok, tidak sopan, dan

16

M. Yatim Abdullah, Op. cit., h. 41-46.

17

M. Jamil, Op. cit., h. 12-16.

18

(27)

tidak menyenangkan.19 Adapun pengertian dari akhlak madzmumah

ialah “perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin

pada diri manusia dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang

lain”. Akhlak secara fitrah manusia adalah baik, namun dapat berubah manjadi akahlak yang buruk apabila manusia itu lahir dari keluarga yang tabiatnya kurang baik, lingkungannya buruk, pendidikan yang tidak baik, dan kebiasaan-kebiasaan tidak baik sehingga menghasilkan akhlak yang buruk.20 Adapun akhlak madzmumah tersebut yaitu ;

a) Egoisti b) Lacur c) Kikir d) Dusta

e) Peminum Khamar f) Khianat

g) Aniaya h) Pengecut i) Dosa besar j) Pemarah k) Curang l) Mengumpat m) Adu domba n) Menipu o) Dengki p) Sombong

q) Mengingkari nikmat r) Homosex

s) Ingin dipuji t) Riba

19

M. Yatim Abdullah, Op. cit., h. 55.

20

(28)

u) Berolok-olok v) Mencuri

w) Mengikuti hawa nafsu x) boros

y) Tergopoh-gopoh z) Membunuh

aa) Membuat kerusakan bb) Dendam

cc) Merasa tidak perlu pada yang lainnya.21

d. Ruang Lingkup Akhlak

1) Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada sang khalik.22 Diantara akhlak manusia kepada sang Khalik yaitu, Rendah diri, Memelihara kesucian diri, dan Malu. Akhlak kepada Allah merupakan prilaku yang harus dilakukan oleh manusia dan juga prilaku yang tidak harus dilakukan manusia, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. terdapat empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allak :

a) Karena Allah lah yang menciptakan manusia

b) Karena Allah lah yang telah memberikan perlengkapan panca indra

c) Karena Allah lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup

d) Karena Allah lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.23

Jadi, akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai Sang Khalik.24

21

A. Mustofa, Op. cit., h. 199.

22

Abudin Nata, Op. cit., h. 147.

23

(29)

2) Akhlak terhadap Sesama Manusia

Al-quran telah banyak mengemukakan hal yang berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan dan yang lainnya tetapi juga sampai pada menyakiti hati dan menceritakan aib sesama25. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT :







”Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah

yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si

penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”.

Adapun Akhlak terhadap sesama manusia yaitu sabar, benar, amanah, adil, belaskasih, kasih sayang, malu, tepat janji, pemaaf, bermusyawarah, persaudaraan, perdamaian, tolong menolong, murah hati, menyambung tali persaudaraan, saling menghormati, lemah lembut, dan bermuka manis merupakan prilaku yang seharusnya dilakukan kepada sesama manusia. Islam mengimbangi hak-hak pribadi, hak-hak orang lain dan hak masyarakat sehingga tidak timbul pertentangan.26

3) Akhlak kepada Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang ada pada sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.27 Binatang Tumbuh-tumbuhan dan benda tak bernyawa semuanya diciptakan Allah SWT dan menjadi miliknya serta kesemuanya memiliki ketergantungan

24

M. Yatim Abdullah, Op. cit., h. 200.

25

Abudin Nata, Op. cit., h. 149.

26

M. Yatim Abdullah, Op. cit., h. 212.

27

(30)

Nya. Oleh karena itu, sebagai manusia seharusnya memiliki sikap kasih sayang terhadap makhluk hidup, saling menjaga, memelihara, dan melestarikan segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Keyakinan ini mengantarkan sorang muslim untuk menyadari bahwa

semuanya adalah “umat” tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik. Jangankan pada masa damai, dalam masa peperangan pun terdapat petunjuk Al-quran yang melarang melakukan penganiayaan terhadap manusia, binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang.28Allah SWT berfirman :















“apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang

kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya,

Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak

memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik”.( Al- Hasyr, 59:5)

Rasulullah SAW pun telah bersabda dalam hadisnya,

ًةحلاص اهْ لك ًةحلاص اه بكْ اف ةمجْعمْلا مئا بْلا ه ه ىف ها ا قَّا

Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuan mu terhadap binatang,

kendarailah dan beri makanlah dengan baik”(HR. Tirmidzi).29

B. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan

Secara etimologi pendidikan adalah terjemah dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti“pendidikan”sedangkan orang yang tugasnya

28

Abudin Nata, Op. cit., h. 150-151.

29

(31)

membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos.30 Dalam bahasa arab pendidikan disebut juga

tarbiyah seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman al-nahlawi bahwa

tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu, Pertama raba, yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh, kedua rabiya, yarba yang berarti menjadi besar dan ketiga rabba, yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.31

Sedangkan pengertian pendidikan menurut istilah dijelaskan pada UU No.2 tahun 2003 bahwa “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”32 Dalam istilah lain pendidikan merupakan usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.33 Pengertian pendidikan memang begitu banyak diungkapkan oleh para tokoh pendidikan, Beberapa tokoh terkemuka mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

Menurut Ki Hajar Dewantara:

“Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.34

30

Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD PRESS Jakarta,2005), h.17.

31

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 7-8.

32

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Biro Hukum dan Organisasi Seketariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional: 2003), h. 49-50.

33

Armai Arief, Op. cit., h. 17.

34

(32)

Menurut Ahmad D. Marimba:

“Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.35

Menurut Hasan Al-Banna:

“Istilah pendidikan sering menggunakan kata at-tarbiyah yaitu proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama”.36

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu sarana manusia dalam mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, serta menjadikan manusia tahu cara berhubungan yang baik kepada Tuhan, sama manusia, dan kepada alam semesta. Dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan di atas dapat simpulkan bahwa pendidikan adalah segala usaha dan upaya seorang pendidik untuk mendidik, membina, membentuk dan mengembangkan potensi manusia melalui berbagai proses tindakan yang berkaitan dengan pendidikan untuk menjadi pribadi yang berpengetahuan luas dan berakhlak yang mulia.

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.37Pendidikan merupakan sarana yang didalamnya terdapat usaha dan kegiatan yang memiliki tujuan tertentu melalui tahapan-tahapan dan tingkatan tertentu pula. Jadi, Tujuan pendidikan merupakan harapan dari adanya kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam lembaga pendidikan melalui proses yang dicapai dalam jangka waktu tertentu.

35

Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), h. 9.

36

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 65.

37

(33)

Menurut Zakiyah Darajat, pendidikan memiliki beberapa tujuan pendidikan:

1) Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.38

Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 dikatakan

bahwa“…..bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

sarta bertanggung jawab.”39

2) Tujuan Akhir

Tujuan akhir pendidikan terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir. Karena dalam tujuan pendidikan islam kagiatan pendidikan berlangsung selama hidup. Hal ini dapat dipahami dalam firman Allah:











“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali

kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”

(Al-Imron: 102)

38

Ibid., h. 30.

39

(34)

Mati dalam keadaaan berserah diri kepada Allah sebagai seorang muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup, jelas berisi kegiatan pendidikan.40 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari pendidikan islam itu sendiri adalah mati dalam keadaan bertakwa kepada Allah SWT.

3) Tujuan Sementara

“Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai

setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.”41 4) Tujuan Oprasional

Tujuan Oprasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan jumlah kegiatan pendidikan tertentu.dalam pendidikan formal, tujuan oprasional ini disebut juga sebagai tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.

b. Dasar-Dasar Pendidikan

Yang dimaksud dengan dasar dalam hal ini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tegaknya suatu bangunan atau yang lainnya. Seperti halnya sebuah bangunan atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan, yang dimaksud yaitu dasar dalam pelaksanaan pendidikannya. Dasar pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan pendidikan disekolah-sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

40

Zakiyah Darajat, Op. cit., h. 31.

41

(35)

Adapun dasar pendidikan Negara Indonesia yaitu adalah pancasila yang merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dengan arti dan peran tersebut, pancasila selain merupakan landasan atau dasar juga merupakan tujuan bagi semua bidang kegiatan bangsa Indonesia termasuk pendidikan.42

2. Kewarganegaraan

a. Pengertian Kewarganegaraan

Kewarganegaraan menurut kamus besar bahasa indoneisa memiliki arti hal yang berhubungan dengan warga negara/keanggotaan sebagai warga negara.43 Dalam penjelasan dari pasal II Peraturan Penutup Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia bahwa kewarganegaraan merupakan segala jenis hubungan dengan satu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.44

b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan perubahan akhir bila diacu dari segi kurikulum mulai dari Civic tahun 1962, pendidikan kewargaan Negara tahun 1968, pendidikan moral pancasila tahun 1975, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan tahun 1994, dan pendidikan kewarganegaraan(PKn) tahun 200345. Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha yang dilakukan sejumlah lembaga dalam mengingatkan pemahaman siswa akan pentingnya mengetahui dan memiliki nilai-nilai luhur dan moral, hak serta kewajiban sebagai warga negara, sesuai dengan tujuan dan harapan bangsa. Sedangkan Chamim

42

C.S.T. Kansil, Hidup Berbangsa dan Bernegara: Pedoman Hidup Bernegara Untuk Siswa Indonesia, (Jakarata: PT. Gelora Aksara Pramata, 1993), h. 115.

43

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet, ke-4, h. 1556.

44

Winarno, Paradigma Baru: Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 49.

45

(36)

mengutip dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan berbasis Nilai

bahwa pendidikan kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap, mental, nilai-nilai, dan prilaku, yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera dan demokrasi46

. Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang penting dan harus diberikan pada setiap tingkatan lembaga pendidikan. Hal ini tertera dalam UU no. 20 tahun 2003 Tentang Sisdiknas pasal 37 menggariskan, program kulikuler pendidikan kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi. Adapun Konsep kewarganegaraan (citizenship) berdasarkan depdiknas, merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk mnjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter, sesuai dengan yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 194547

.

c. Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang wajib bagi Bangsa Indonesia. Dasar pendidikan kewarganegaraan adalah acuan yang digunakan dalam pendidikan kewarganegaraan agar dalam penyampaian pendidikan tersebut tidak keluar dari apa yang menjadi tujuan Bangsa Indonesia. UUD tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional jelas terlihat pada pasal 3 yang menyatakan: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

46

Ine dan Markum, Op. cit., h. 40.

47

(37)

mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab”.48

Jelas terlihat bahwa dasar dari pendidikan kewarganegaraan adalah Undang-Undang Dasar 1945 dan pancasila. Pancasila merupakan dasar negara pernyataan ini berdasarkan ketentuan pembukaan UUD 1945 yang menyatakan:

“…maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia

itudalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berdaulatkan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”.49

Undang-Undang ini terbentuk atas dasar pancasila yang merupakan filsafat negara, yang terlahir sebagai cita-cita bersama

(collective ideology) seluruh bangsa Indonesia. Sebagai pancasila,

nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai-nilai-nilai-nilai fisafati, yang oleh sebab itu UUD 1945 dan pancasila harus dibedakan. UUD 1945 merupakan dasar (hukum) negara Indonesia pancasila merupakan dasar (filsafat) negara.

Fisafat yang merupakan dasar pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya,50 karakteristik tersebut diantaranya:

1) Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas).

48

Direktorat Jenderal pendidikan luar sekolah pemuda dan olahraga, departemen pendidikan dan kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya dan Peraturan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah. Tahun 1992. h. 3.

49

Winarno, Op. cit., h. 12.

50

(38)

2) Pancasila itu sebagai suatu substansi artinya unsur asli/permanen/primer pancasila merupakan yang ada mendiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.

3) Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakat sebagai suatu kenyataan hidup bangsa yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehisupan sehari-hari.51

Adapun pancasila itu sendiri tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 yaitu:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. 3) Persatuan Indonesia.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.52

Pendidikan kewarganegaraan pada dasarrnya mengemban misi sebagai pendidikan demokrasi, namun pendidikan kewarganegaraan di Indonesia ternyata tidak hanya mengemban misi demokrasi saja melainkan juga mengemban misi lain diantaranya:

1) Bertugas membina dan mengemnbangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik berkenaan dengan peranan, tugas, hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.

2) Bertugas membina dan mengembangkan nilai-nilai dan karakter bangsa yang dianggap baik sehingga terbentuk warga negara yang berkarakter baik bagi bangsa bersangkutan.

3) Bertugas membela negara, dalam membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kelangsungan negaran dari berbagai ancaman.53

51

Hamdayama, Op. cit., h. 9-10.

52

Neltje F & A Muchji, Pendidikan Pancasila, (Jakarta: Gunadarma, 1996), h.16.

53

(39)

3. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian relevan yang peneliti sajikan, yang berkaitan tentang nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam beberapa karya tulis dan merupakan acuan serta referensi bagi peneliti untuk memahami nilai-nilai akhlak yang akan menjadi objek dalam penelitian ini.

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya adalah:

a. Hena Khaerunnisa dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Moral Dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El

Shirazy” (Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, FITK, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kuaitatif dengan analisis isi. Penelitian ini dibatasi pada kajian nilai moral dalam novel ketika cinta bertasbih karya Habiburrahman Elshirazy. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada pendekatan dan teknis penulisannya, sedangkan perbedaannya terletak pada objek kajian penelitian dan tolak ukur yang digunakan. Penelitian Hena Khaerunnisa mengkaji aspek moral menggunakan tolak ukur norma pancasila dengan objek novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy, sedangkan dalam penelitian ini mengkaji nilai akhlak menggunakan tolak ukur Pendidikan Agama Islam dengan objek penelitian Pendidikan Kewarganegaraan.54

b. Ali Rif’an dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy"

(Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013). Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library Reasech) dengan

54

(40)

teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan menganalisi data menggunakan metode analisi isi dan metode

deskriptif. Ali Rif’an membatasi penelitian ini pada nilai-nilai pendidikan akhlak baik dan akhlak tercela, dengan objek penelitiannya, novel bumi cinta karya habiburrahman el shirazy. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian pada nilai-nilai akhlak dengan objek penelitiannya, Pendidikan Kewarganegaraan.55

c. Ulansari dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan

Moral Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi“ (Skripsi,

Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan metode objektif. Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan moral dalam objeknya novel ranah 3 warna karya ahmad fuadi. Sedangkan dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi nilai-nilai akhlak menngunakan pendekatan/jenis penelitian kepustakaan dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi serta menganalisi data tersebut dengan metode analisis isi, yang objeknya pendidikan kewarganegaraan. Dan penelitian ini tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai akhlak saja tetapi juga menjadikan pendidikan agama islam (PAI) sebagai tolak ukur dari niali-nilai akhlak yang terdapat pada pendidikan kewarganegaraan.56

55 Ali Rif’an,

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), Lt. 3.

56

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang menjadi lapangan penelitian adalah SMP Darussalam yang berlokasi di Jln.Otista No.36 Cimanggis, Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu yang dilalui penulis dalam penelitian ini terhitung dari januari 2014 sampai Agustus 2014.

B.

Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan”.1

Dalam skripsi ini metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis tempat dan objek yang peneliti kaji dalam sekripsi ini maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) karena bahan-bahan penelitian yang digunakan peneliti berupa buku dan berada di perpustakaan.2 2. Sumber Data

Adapun sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sumber data yang menjadi kajian utama dalam penelitian dan juga sumber data yang menunjang penelitian, yang dijadikan alat untuk membantu penelitian adapun sumber data tersebut yaitu:

1

Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011), h. 9.

2

(42)

a. Data Primer

Data primer merupakan literature yang membahas secara langsung objek permasalahan pada penelitian, dalam hal ini yang menjadi objek penulis yaitu, Buku Pendidikan Kewarganegaraan yang digunakan pada tingkat SMP/MTs Kls VII yang masih berbasis KTSP, yang dikembangkan oleh Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, yang dikarang oleh A.T. Sugeng Priyanto., DKK.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang digunakan peneliti dalam menunjang permasalahan penelitian. Adapaun sumber data sekunder tersebut yaitu, berupa sumber-sumber atau buku-buku dari penulis lain yang menjelaskan tentang hal-hal yang terkait dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pada umumnya teknik Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengumpulan data yang utama yaitu, Observasi Partisipan, Wawancara Mendalam, dan Studi Dokumentasi.3 Namun dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dalam sebuah penelitian, sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bentuk dokumentasi. Bentuk dokumentasi dalam penelitian ini berupa buku-buku yang sangat mendukung dan menunjang penelitian, surat kabar, Dan bukti terlampirnya wawancara.

3

(43)

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan cara percakapan antar dua orang atau lebih.4 Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada nara sumber.5 Sedangkan menurut Sugiono yang dikutip dalam buku “Metode

Penelitian Kualitatif: Dalam Perspektif Rancangan

Penelitian” menjelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dengan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.6 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan pada narasumber yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian, yaitu Guru Pendidikan kewarganegaraan di sekolah SMP

Darussalam Ciputat dan MTs Daarul Ma’arif Jakarta Selatan.

4. Teknik Analisi Data

Analisi data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi dokumentasi, wawancara, dan materi-materi yang lain yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti dalam menyajikan yang sudah ditemukannya dalam sebuah penelitian.7

Dalam hal ini metode yang digunakan peneliti dalam menganalisi data adalah metode analisis isi (Content analysis). Dalam buku yang ditulis soleh Dr. Irwan Soehartono dengan judul

4

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. 1, h. 1270.

5

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 192.

6

Andi Prastowo, Op. cit., h. 212

7

(44)

Metode Penelitian Sosial, Atherton dan Klemmack mendefinisikan Analisis isi (Content analysis) yaitu, studi tentang arti komunikasi.8Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa analisi isi merupakan salah satu metode yang menganalisis suatu karya sastra dalam mengungkap, memahami dan menangkap isi.9 Jadi dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengungkap dan menangkap isi yang terdapat dalam materi pendidikan kewarganegaraan mengenai nilai-nilai akhlak.

Dan penulis juga menggunakan metode deskriptif yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.10 Adapun teknik deskripsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dengan analisis kualitatif akan memperoleh gambaran sistematik mengenai isi suatu dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau pola tertentu. Tujuan dari analisi ini yaitu untuk menjelaskan pokok-pokok penting dalam sebuah dokumen yang penulis teliti.

C.

Pengolahan Data

Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini, setelah data-data yang diperlukan terkumpul lengkap, maka yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi dan mengkalsifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan untuk selanjutnya penulis analisis dan simpulkan dalam satu pembahasan utuh.

8

Irwan Soehartono, Op. cit., h. 72.

9

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Medpress, 2008), h. 160.

10

(45)

D.

Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan permasalahan utama yang terdapat dalam penelitian. Sedangkan menurut Sugiono, fokus penelitian adalah

“batasan masalah dalam penelitian kualitatif, yang berisikan pokok masalah yang masih bersifat umum”. Dengan adanya teori tersebut, maka penulis menjadikan batasan masalah yang ada pada penelitian ini menjadi fokus penelitian.

Jadi, yang menjadi fokus penelitian ini adalah mengenai nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam materi pendidikan kewarganegaraan. Dalam hal ini peneliti ingin mengungkap dan menangkap nilai-nilai akhlak yang ada pada bahan ajar pendidikan kewarganegaraan yang digunakan di SMP Darussalam Ciputat, adapun bahan ajar tersebut diambil dari setiap tingkatan yaitu bahan ajar pendidikan kewarganegaraan yang digunakan untuk kelas satu, kelas dua dan kelas tiga SMP Darusaalam Ciputat

E.

Teknik Penulisan

(46)

Demikian pada bab dua penulis menjelaskan beberapa penjelasan tentang pendidikan, kewarganegaraan dan akhlak. Menurut kajian teori pada bab dua penulis menguraikan tentang devinisi pendidikan, kewarganegaraan dan akhlak menurut beberapa ahli beserta ruang lingkupnya. Secara garis besar akhlak terbagi dalam dua macam pertama, Akhlak Mahmudah yaitu, Bersifat Sabar, Benar, Memelihara Amanah, Bersifat Adil, Rasa Belas Kasihan, Bersifat Kasih Sayang, Hemat, Bersifat Berani, Kuat, Bersifat Malu, Memelihara Kesucian Diri, Menepati Janji, Pemaaf, Mau Bermusyawarah, Tekun, Merendah Diri, Persaudaraan, Perdamaian, Tolong-menolong, Murah hati, Menyambung tali persaudaraan, Menghormati tamu, Memelihara kebersihan badan, Merasa cukup, Tenang, Lemah lembut, Bermuka manis, Merendah diri kepada Allah. Kedua,

Akhlak Madzmumah yaitu, Egoisti, Lacur, Kikir, Dusta, Peminum Khamar,

Khianat, Aniaya, Pengecut, Dosa besar, Pemarah, Curang, Mengumpat, Adu domba, Menipu, Dengki, Sombong, Mengingkari nikmat, Homosex, Ingin dipuji, Riba, Berolok-olok, Mencuri, Mengikuti hawa nafsu, Boros, Tergopoh-gopoh, Membunuh, Membuat kerusakan, Dendam, Merasa tidak perlu pada yang lainnya.

Namun dalam penelitian ini penulis hanya menemukan beberapa nilai-nilai akhlak yang sama dengan yang ada pada bab dua, meskipun terdapat pula nilai-nilai akhlak yang lain, yang tidak terdapat dalam kajian teori pada bab dua, baik itu pada Akhlak Mahmudah maupun Akhlak Madzmumah. Berikut beberapa temuan tentang nilai-nilai akhlak yang penulis temukan didalam buku pendidikan kewarganegaraan.

(47)

A. Nilai-Nilai Akhlak Dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan

1. Prilaku Baik

a. Merasa Aman dan Damai

Menurut A. T. Sugeng Priyanto., dkk, “Manusia selalu berusaha agar tatanan masyarakat dalam keadaan aman dan damai,

yang menjamin kelangsungan hidupnya”.1

Aman dalam kamus bahasa indonesia memiliki arti, bebas dan terlindungi dari bahaya.2 Sedangkan maksud aman dalam buku pendidikan kewarganegaraan adalah terhindarnya seseorang dari terjadinya suatu konflik. Konflik ini dapat terjadi dikarenakan banyaknya kepentingan antar pribadi atau antar sesama manusia yang kerap kali bertentangan. Sehingga menjadikan seseorang merasa tidak nyaman.

Setiap orang ingin merasakan keadaan yang nyaman dan damai dalam menjalankan hidupnya. Untuk itu diperlukan suatu tata yang dapat menjadikan hidup masyarakat menjadi aman, dan damai tanpa adanya gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tata merupakan aturan-aturan yang menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia untuk bertingkah laku, dalam kehidupannya dimasyarakat.

Dengan menjalankan tata yang berlaku maka kepentingan masing-masing manusia dapat terpelihara dan terjamin, sehingga sebagai warganegara yang baik kita dapat mengetahui hak dan kewajiban kita sebagai warganegara. Dengan begitu rasa aman dan damai pasti dirasakan disetiap lingkup masyarakat Indonesia.

Aman dan damai merupakan kata yang tidak bisa dipidahkan atau beriringan, karena dengan adanya kehidupan yang aman berarti kehidupan tersebut akan terasa damai. Damai itu sendiri

1

A. T. Sugeng Priyanto., dkk, Pendidikan Kewarganegaraan (untuk SMP Kelas VII), edisi 4, h. 3

2

(48)

berarti tidak ada kerusuhan atau tidak ada permusuhan.3 Memiliki musuh maupun adanya kerusuhan merupakan hal yang bukan di impikan bagi setiap warganegara dimanapun tanpa terkecuali Indonesia. hidup damai dan aman akan membawa negara pada kehidupan yang lebih makmur.

Dalam agama Islam keamanan atau rasa aman merupakan suatu hal yang bukan hannya diperuntukkan bagi kaum muslimin atau non-muslim, melainkan bagi seluruh warganegara di dunia. Karena rasa aman merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Pada dasarnya manusia memiliki tiga dasar kebutuhan yang apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka hidupnya akan menjadi tenang:

1) Kebutuhan rasa aman 2) Kebutuhan akan kesehatan 3) Kebutuhan pangan4

Rasa aman dan damai merupakan kata yang sulit untuk dipisahkan. Dengan kehidupan yang aman dan damai, tidak ada perselisihan maupun peperangan antar individu, golongan, maupun negara. Maka akan terciptanya ketentraman di dunia. Al-qur’an mengajak umat manusia untuk suka berdamai, sebagaimana firmannya dalam surat Al-Anfal : 6,





Gambar

Grafika Offset

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Rabu tanggal 16 Mei 2OL2, saya yang dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 324 Tahun 2012 tanggal 17 April 20t2, dosen yang diberi

dialog awal dan diskusi-diskusi yang dilaksanakan dengan komunikasi terbuka, hubungan yang baik, dan adanya kebersamaan dapat menimbulkan rasa ingin berubah

Hif ẓ h ul Qur’an (menghafal Al- Qur‟an) merupakan upaya untuk mengakrabkan orang-orang yang beriman dengan kitab sucinya, sehingga tidak buta terhadap kitab

Gigi Universitas Sumatera Utara Terhadap Prosedur Penggunaan Radiografi.. Dental dalam Melakukan Perawatan

Catatan: Dari ketiga jenis marga Jania yang ditemukan , jenis ini memiliki ukuran talus yang paling besar dan ditemukan menempel pada karang, sedangkan jenis yang lain

[r]

Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah relevansi pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi pada pendidikan kewarganegaraan

(1) Jenis penyimpangan-penyimpangan maksim pada wacana humor “Ah…Tenane” dalam surat kabar harian Solopos edisi November s.d. Desember 2011 yang dibagi menjadi dua