• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

B. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan



























“apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik”.( Al- Hasyr, 59:5)

Rasulullah SAW pun telah bersabda dalam hadisnya,

ًةحلاص اهْ لك ًةحلاص اه بكْ اف ةمجْعمْلا مئا بْلا ه ه ىف ها ا قَّا

Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuan mu terhadap binatang, kendarailah dan beri makanlah dengan baik”(HR. Tirmidzi).29 B. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan

Secara etimologi pendidikan adalah terjemah dari bahasa yunani

paedagogie yang berarti“pendidikan”sedangkan orang yang tugasnya

28

Abudin Nata, Op. cit., h. 150-151.

29

membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos.30 Dalam bahasa arab pendidikan disebut juga

tarbiyah seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman al-nahlawi bahwa tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu, Pertama raba, yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh, kedua rabiya, yarba yang berarti menjadi besar dan ketiga rabba, yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.31

Sedangkan pengertian pendidikan menurut istilah dijelaskan pada UU No.2 tahun 2003 bahwa “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”32

Dalam istilah lain pendidikan merupakan usaha yang dilakukan orang

dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.33 Pengertian pendidikan memang begitu banyak diungkapkan oleh para tokoh pendidikan, Beberapa tokoh terkemuka mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

Menurut Ki Hajar Dewantara:

“Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.34

30

Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD PRESS Jakarta,2005), h.17.

31

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 7-8.

32

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Biro Hukum dan Organisasi Seketariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional: 2003),

h. 49-50.

33

Armai Arief, Op. cit., h. 17.

34

Menurut Ahmad D. Marimba:

“Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.35

Menurut Hasan Al-Banna:

“Istilah pendidikan sering menggunakan kata at-tarbiyah yaitu proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama”.36

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu sarana manusia dalam mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, serta menjadikan manusia tahu cara berhubungan yang baik kepada Tuhan, sama manusia, dan kepada alam semesta. Dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan di atas dapat simpulkan bahwa pendidikan adalah segala usaha dan upaya seorang pendidik untuk mendidik, membina, membentuk dan mengembangkan potensi manusia melalui berbagai proses tindakan yang berkaitan dengan pendidikan untuk menjadi pribadi yang berpengetahuan luas dan berakhlak yang mulia.

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.37Pendidikan merupakan sarana yang didalamnya terdapat usaha dan kegiatan yang memiliki tujuan tertentu melalui tahapan-tahapan dan tingkatan tertentu pula. Jadi, Tujuan pendidikan merupakan harapan dari adanya kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam lembaga pendidikan melalui proses yang dicapai dalam jangka waktu tertentu.

35

Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2005), h. 9.

36

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 65.

37

Menurut Zakiyah Darajat, pendidikan memiliki beberapa tujuan pendidikan:

1) Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.38

Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 dikatakan

bahwa“…..bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sarta bertanggung jawab.”39

2) Tujuan Akhir

Tujuan akhir pendidikan terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir. Karena dalam tujuan pendidikan islam kagiatan pendidikan berlangsung selama hidup. Hal ini dapat dipahami dalam firman Allah:



























“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (Al-Imron: 102)

38

Ibid., h. 30.

39

Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim, Pendidikan kewarganegaraan Berbasis Nilai, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 5.

Mati dalam keadaaan berserah diri kepada Allah sebagai seorang muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup, jelas berisi kegiatan pendidikan.40 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari pendidikan islam itu sendiri adalah mati dalam keadaan bertakwa kepada Allah SWT.

3) Tujuan Sementara

“Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai

setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.”41

4) Tujuan Oprasional

Tujuan Oprasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan jumlah kegiatan pendidikan tertentu.dalam pendidikan formal, tujuan oprasional ini disebut juga sebagai tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.

b. Dasar-Dasar Pendidikan

Yang dimaksud dengan dasar dalam hal ini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tegaknya suatu bangunan atau yang lainnya. Seperti halnya sebuah bangunan atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan, yang dimaksud yaitu dasar dalam pelaksanaan pendidikannya. Dasar pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan pendidikan disekolah-sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

40

Zakiyah Darajat, Op. cit., h. 31.

41

Adapun dasar pendidikan Negara Indonesia yaitu adalah pancasila yang merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dengan arti dan peran tersebut, pancasila selain merupakan landasan atau dasar juga merupakan tujuan bagi semua bidang kegiatan bangsa Indonesia termasuk pendidikan.42

2. Kewarganegaraan

a. Pengertian Kewarganegaraan

Kewarganegaraan menurut kamus besar bahasa indoneisa memiliki arti hal yang berhubungan dengan warga negara/keanggotaan sebagai warga negara.43 Dalam penjelasan dari pasal II Peraturan Penutup Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia bahwa kewarganegaraan merupakan segala jenis hubungan dengan satu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.44

b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan perubahan akhir bila diacu dari segi kurikulum mulai dari Civic tahun 1962, pendidikan kewargaan Negara tahun 1968, pendidikan moral pancasila tahun 1975, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan tahun 1994, dan pendidikan kewarganegaraan(PKn) tahun 200345. Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha yang dilakukan sejumlah lembaga dalam mengingatkan pemahaman siswa akan pentingnya mengetahui dan memiliki nilai-nilai luhur dan moral, hak serta kewajiban sebagai warga negara, sesuai dengan tujuan dan harapan bangsa. Sedangkan Chamim

42

C.S.T. Kansil, Hidup Berbangsa dan Bernegara: Pedoman Hidup Bernegara Untuk Siswa Indonesia, (Jakarata: PT. Gelora Aksara Pramata, 1993), h. 115.

43

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet, ke-4, h. 1556.

44

Winarno, Paradigma Baru: Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 49.

45

Udin Saripudin Winataputra dan Sumanah Saripudin, Multikulturalisme-Bhineka Tunggal Ika dalam Perspektif pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembangunan

mengutip dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan berbasis Nilai

bahwa pendidikan kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap, mental, nilai-nilai, dan prilaku, yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujud warga masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera dan demokrasi46

. Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang penting dan harus diberikan pada setiap tingkatan lembaga pendidikan. Hal ini tertera dalam UU no. 20 tahun 2003 Tentang Sisdiknas pasal 37 menggariskan, program kulikuler pendidikan kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi. Adapun Konsep kewarganegaraan (citizenship) berdasarkan depdiknas, merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk mnjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter, sesuai dengan yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 194547

.

c. Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang wajib bagi Bangsa Indonesia. Dasar pendidikan kewarganegaraan adalah acuan yang digunakan dalam pendidikan kewarganegaraan agar dalam penyampaian pendidikan tersebut tidak keluar dari apa yang menjadi tujuan Bangsa Indonesia. UUD tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional jelas terlihat pada pasal 3 yang menyatakan: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

46

Ine dan Markum, Op. cit., h. 40.

47

mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab”.48

Jelas terlihat bahwa dasar dari pendidikan kewarganegaraan adalah Undang-Undang Dasar 1945 dan pancasila. Pancasila merupakan dasar negara pernyataan ini berdasarkan ketentuan pembukaan UUD 1945 yang menyatakan:

“…maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia

itudalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berdaulatkan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”.49

Undang-Undang ini terbentuk atas dasar pancasila yang merupakan filsafat negara, yang terlahir sebagai cita-cita bersama (collective ideology) seluruh bangsa Indonesia. Sebagai pancasila, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai-nilai-nilai-nilai fisafati, yang oleh sebab itu UUD 1945 dan pancasila harus dibedakan. UUD 1945 merupakan dasar (hukum) negara Indonesia pancasila merupakan dasar (filsafat) negara.

Fisafat yang merupakan dasar pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya,50 karakteristik tersebut diantaranya:

1) Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas).

48

Direktorat Jenderal pendidikan luar sekolah pemuda dan olahraga, departemen pendidikan dan kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya dan Peraturan Republik Indonesia Nomor 73

Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah. Tahun 1992. h. 3.

49

Winarno, Op. cit., h. 12.

50

Heri Herdiawanto&Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara:

2) Pancasila itu sebagai suatu substansi artinya unsur asli/permanen/primer pancasila merupakan yang ada mendiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.

3) Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakat sebagai suatu kenyataan hidup bangsa yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehisupan sehari-hari.51

Adapun pancasila itu sendiri tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 yaitu:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. 3) Persatuan Indonesia.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.52

Pendidikan kewarganegaraan pada dasarrnya mengemban misi sebagai pendidikan demokrasi, namun pendidikan kewarganegaraan di Indonesia ternyata tidak hanya mengemban misi demokrasi saja melainkan juga mengemban misi lain diantaranya:

1) Bertugas membina dan mengemnbangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik berkenaan dengan peranan, tugas, hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.

2) Bertugas membina dan mengembangkan nilai-nilai dan karakter bangsa yang dianggap baik sehingga terbentuk warga negara yang berkarakter baik bagi bangsa bersangkutan.

3) Bertugas membela negara, dalam membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kelangsungan negaran dari berbagai ancaman.53

51

Hamdayama, Op. cit., h. 9-10.

52

Neltje F & A Muchji, Pendidikan Pancasila, (Jakarta: Gunadarma, 1996), h.16.

53

Dokumen terkait