PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE(TPS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
K OM UNIK ASI M ATEM AT IK A SISWA K ELAS VII I SM P NEGER I 4 SATU A TA P PA NA I HULU
K AB. LAB UHAN B ATU T.A 2016/201 7
Oleh :
Martin Edward Fernando Sihite 4123311026
Program Studi Pendidikan matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR
SHARE(TPS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
K OM UNIK ASI M ATEM AT IK A SISWA K ELAS VII I SM P NEGER I 4 SATU A TA P PA NA I HULU
K AB. LAB UHAN B ATU T. A 201 6/201 7
Martin Edward Fernando Sihite (4123311026)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dikelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu T.A. 2016/2017. Subjek dalam peneliti ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu yang berjumlah 40 orang dan objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) di kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes, observasi, dan wawancara.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan pada setiap akhir siklus, siswa diberikan tes kemampuan komunikasi matematika.
Dari hasil analisis data tes awal diperoleh peningkatan hasil tes akhir kemampuan komunikasi matematika. Jumlah siswa yang mampu berkomunikasi dari tes awal adalah 9 dari 40 orang siswa (22,50%.) dengan rata-rata kelas 52,62. Hasil analisis data tes kemampuan komunikasi matematika pada siklus I setelah menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share (TPS) menunjukkan 24 orang siswa (60%) yang mampu berkomunikasi dengan nilai rata-rata 70,50. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 35 orang siswa (87,50%) yang mampu berkomunikasi dengan nilai rata-rata 80,62. Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi Pangkat Rasional di kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu. Saran yang diajukan adalah agar penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang direncanakan.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think pair share (TPS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Tahun Pelajaran 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika Falkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: Ibu Dra. Mariani, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Pardomuan Sinambela, S.Pd,M.Pd, yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Dian Armanto,M.Pd,Ph.D. M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan FMIPA UNIMED, dan Bapak Dr. Edy Surya,M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.
v
kepada sahabatku Novita Sari Ipak Simahate, S.Pd yang telah membantu dalam penelitian.
Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-temanku Lambok Putera Paulus, Afwanil Huda Nst, Ridho Uji Dwi Angga, Wiliater F.Sirait, Delvita Sari Ginting, Siti Zahara, Masleni Harahap , Indri Nani Sihaloho, Ade Yolanda Kaban, Jihan Hidayah Putri, Rita Malona Butar-Butar di Kelas Ekstensi A 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.
Medan, Januari 2017 Penulis
vi
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Identifikasi Masalah ... 9
1.3.Batasan Masalah... 9
1.4.Perumusan Masalah ... 9
1.5.Tujuan Penelitian ... 9
1.6.Manfaat Penelitian ... 10
BAB II Tinjauan Teoritis ... 11
2.1. Landasan Teori ... 11
2.1.1. Pengertian Belajar ... 11
2.1.2. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 13
2.1.3. Kemampuan Komunikasi Matematis. ... 17
2.1.4. Kemampuan komunikasi Matematika Siswa menurut Teori Psikologi Pembelajaran Kognitif. ... 26
2.1.4.1. Kemamampuan Komunikasi Matematika menurut Bruner ... 26
2.1.4.2. Kemamampuan Komunikasi Matematika menurut Lolfand ... 28
2.1.5. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ... 29
2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) .. 31
2.1.6.1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 31
2.1.6.2. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 34
vii
2.1.6.4. Pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam
Pembelajaran Matematika ... 38
2.1.7. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 40
2.1.8. Uraian Materi Pangkat Rasional ... 42
2.1.8.1. Pangkat Rasional ... 42
2.1.8.2. Pangkat Bulat Positif ... 42
2.1.8.3. Pangkat Nol ... 43
2.1.8.4. Pangkat Bulat Negatif ... 43
2.1.8.5. Pangkat Pecahan ... 44
2.2. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 44
2.3. Kerangka Berfikir ... 45
2.4. Kajian Penelitian yang Relevan ... 46
2.5. Hipotesis Tindakan ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48
3.1.1. Lokasi Penelitian ... 48
3.1.2 Waktu Penelitian ... 48
3.2. Subjek dan Objek Penelitian ... 48
3.2.1. Subjek Penelitian ... 48
3.2.2. Objek Penelitian ... 48
3.5. Prosedur Penelitian ... 52
3.5.1. Siklus I ... 52
3.5.1.1.Permasalahan I ... 52
3.5.1.2.Tahap Perencanaan Tindakan I ... 53
3.5.1.3.Tahap Pelaksanaan Tindakan I ... 53
3.5.1.4.Tahap Observasi I ... 54
viii
3.6.3. Menarik Kesimpulan ... 63
3.7.Indikator Keberhasilan ... 65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66
4.1. Hasil Penelitian ... 66
4.1.1. SIKLUS I ... 66
4.1.1.1. Permasalahan I ... 66
4.1.1.2. Alternatif Pemecahan I ... 69
4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I ... 70
4.1.1.4. Observasi I ... 72
4.1.1.5. Analisis Data I ... 76
4.1.1.5.1. Analisis Data Tindakan Guru ... 76
4.1.1.5.2. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I ... 77
4.1.1.6. Refleksi I ... 80
4.1.2. SIKLUS II ... 82
4.1.2.1. Permasalahan II ... 82
4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II ... 83
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II ... 84
4.1.2.4. Observasi II ... 86
4.1.2.5. Analisis Data II ... 90
4.1.3. Temuan Penelitian ... 94
4.1.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
5.1. Kesimpulan ... 98
5.2. Saran ... 100
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 56 Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada
Tes Awal 67
Gambar 4.2. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa per Indikator pada Tes Awal 68 Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada
Tes Siklus I 78
Gambar 4.4. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa per Indikator pada Tes Siklus I 79 Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada
Tes Siklus II 92
Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget 28 Tabel 3.1. Kriteria Menentukan Tingkat Kemampuan Komunikasi
Matematik 64
Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa pada Tes Awal 67
Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Per Indikator pada Tes Awal 67 Tabel 4.3. Hasil Observasi Guru Siklus I 73 Tabel 4.4. Hasil Observasi Siswa Siklus I 75 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa pada Tes Siklus I 78
Tebel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Per Indikator pada Tes Siklus I 79 Tabel 4.7. Hasil Observasi Guru Siklus II 87 Tabel 4.8. Hasil Observasi Siswa Siklus II 89 Tabel 4.9. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Per Indikator pada Tes Siklus II 91 Tabel 4.10. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus 1) 103 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 107 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) 111 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajran II (Siklus II) 115 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus I) 119 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus I) 121 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus II) 123 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus II) 129 Lampiran 9. Kisi Kisi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa 131
Lampiran 10. Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematik 137 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian Tes Awal Kemampuan Komunikasi
Matematik 138
Lampiran 12. Lembar Validasi Tes Awal Kemampuan Komunikasi
Matematik 140
Lampiran 13. Pedoman Penskoran Tes Awal Kemampuan Komunikasi
Matematik 146
Lampiran 14. Kisi Kisi Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa I 148
Lampiran 15. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik I 149 Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik I 150
Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika I (Siklus I) 152
Lampiran 18. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik I 158
Lampiran 19. Kisi Kisi Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa II 160
xii
Matematik I 162
Lampiran 22. Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika II (SiklusI I) 165
Lampiran 23. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik II 171
Lampiran 24. Lembar Observasi Kegiatan Guru 173
Lampiran 25. Lembar Observasi Kegiatan Siswa 175
Lampiran 26. Pedoman Wawancara 177
Lampiran 27. Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa 179
Lampiran 28. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Siklus I 181
Lampiran 29. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Siklus II 183
Lampiran 30. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika per Indikator 185
Lampiran 31. Deskripsi Presentase TKKM Per Indikator 187
Lampiran 32. Hasil Observasi Siswa 193
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk
mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan juga merupakan
aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, mulai dari manusia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Tujuan yang ingin
dicapai dari proses pendidikan tersebut adalah pengabdian kepada Allah, hal ini
sejalan dengan tujuan penciptaan manusia.
Tujuan tersebut sejalan dengan tujuan hidup manusia, yaitu sematamata
untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini pendidikan harus
memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya
sedemikian rupa, sehingga semua ibadahnya dilakukan dengan penuh
penghayatan dan kekhusu’an kepada-Nya. Sejalan dengan itu, UUD 1945 pasal 31
ayat 1 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan satu pendidikan nasional yang mampu meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini senada dengan yang
tertuang dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan pendidikan
nasional BAB II Pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (Depag R.I., UU R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta:Depag R.I., 2006), h. 8.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka diselenggarakanlah
rangkaian kependidikan. Diantaranya pendidikan formal seperti sekolah, mulai
2
tinggi. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar dan
pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar dan pembelajaran di sekolah.
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah, dimana terjadi
interaksi antara guru dan siswa. Seseorang dikatakan telah belajar apabila terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2012:30). Salah satu disiplin
ilmu yang dipelajari di sekolah adalah mata pelajaran matematika. Matematika
merupakan dasar dari semua disiplin ilmu, oleh karena itu matematika selalu
dipelajari di setiap jenjang pendidikan.
Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam kemajuan peradaban suatu bangsa karena pendidikan merupakan suatu
upaya yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan berfungsi sebagai alat untuk membagun SDM yang bermutu
tinggi.Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Rohman,2012
:259) pengertian pendidikan adalah :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan
adalah matematika.Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan besar
dalam perkembangan teknologi modern dan terus berkembang dari zaman ke
zaman. Peranan yang sangat besar itu telah hampir dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat diketahui melalui setiap kegiatan
manusia yang kerap sekali terkait dengan matematika. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat tergantung kepada perkembangan
pendidikan dan pengajaran di sekolah sekolah terutama pendidikan matematika.
3
matapelajaran yang lainnya,artinya kesuksesan mempelajari matematika akan
memberikan kesuksesan bagi siswa pada saat mempelajari materi materi pada
matapelajaran yang lainnya. Oleh karena peranan matematika yang sangat besar,
seharusnya matematika menjadi matapelajaran yang menyenangkan dan menarik,
sehingga dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam
mempelajarinya.
Di sekolah, proses belajar dan pembelajaran meliputi berbagai bidang ilmu
pengetahuan diantaranya ilmu agama, sains, sosial, bahasa dan matematika.
Dalam sistem pendidikan, matematika merupakan bidang studi yang menduduki
peranan penting. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jam pelajaran matematika di
sekolah yang lebih banyak di banding dengan jam mata pelajaran lainnya. Selain
itu, matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan di semua jenjang
pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagian di
perguruan tinggi (PT). Tidak seperti halnya mata pelajaran lain yang hanya
diberikan pada jenjang tertentu.
Bertolak dari pentingnya peranan matematika dalam pendidikan, maka
matematika perlu diajarkan. Cockroft mengemukakan bahwa matematika perlu
diajarkan karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua
bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan
sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. (Mulyono Abdurrahman,
Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h.
253).
Rendahnya prestasi belajar matematika bukan hanya disebabkan karena
matematika yang sulit, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi
berbagai hal seperti siswa itu sendiri, guru, metode pembelajaran, maupun
lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama lain. Faktor dari siswa itu
sendiri adalah kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang
4
belajar siswa adalah adanya anggapan/asumsi yang keliru dari guru-guru yang
menganggap bahwa pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran
guru ke pikiran siswa. Dengan adanya asumsi tersebut, guru memfokuskan
pembelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan tentang matematika
sebanyak mungkin kepada siswa. Akan tetapi, dalam perkembangan seperti
sekarang ini, guru dituntut agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi
informasi melainkan sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktifitas seperti komunikasi matematis.
”Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit,
diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis,
sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang
membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai
matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin
komunikasi”.
Selain itu kemampuan komunikasi matematik siswa terutama pada
materi pangkat rasional juga dinilai masih rendah, hal ini diungkapkan oleh salah
seorang guru matematika di SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu (Ibu Herlina,
S.pd. 18 September 2016) menyatakan bahwa:
”Di saat menyelesaikan soal mengenai pangkat rasional, siswa sulit
dalam mengaplikasikan rumus-rumus yang sesuai atau yang memenuhi
sifat-sifat pangkat rasional. Selain itu kemampuan siswa dalam
memahami bahasa verbal juga masih kurang. Bahkan siswa tidak dapat
menjelaskan dengan bahasanya sendiri cara menyelesaikan soal-soal
yang ditugaskan akibatnya siswa tidak mengerti pengerjaan selanjutnya.
Hal ini dikarenakan rendahnya komunikasi matematik siswa pada pokok
bahasan pangkat rasional”.
Sebagai contoh soal adalah :
1.Hitunglah ( 2 × 3 )3 yang memenuhi sifat pangkat rasional!
2.Volume kubus A adalah empat kali volume kubus B, dimana luas
kubus B adalah 16cm2. Hitunglah volume kubus A dalam bentuk
5
Pada contoh nomor satu, siswa tidak dapat mengaplikasikan rumus yang
sesuai dengan sifat pangkat rasional, dimana banyak diantara siswa yang
menjawab (2 × 3)3 = 63 = 216. Seharusnya jawaban yang memenuhi sifat pangkat
rasional adalah (2 × 3)3 = 23 × 33 = 8× 27 = 216. Sedangkan pada contoh soal
nomor dua, siswa sulit dalam memahami bahasa verbal sehingga siswa kurang
paham akan soal, dimana siswa menjawab volume kubus A = 4cm × 16cm2 =
64cm3 = 43cm3 = 26cm3. Sehingga menyebabkan jawaban yang salah. Seharusnya
volume kubus A = 4 × volume kubus B, dimana volume kubus B = Luas kubus B
× tinggi kubus B. Karena Kubus memiliki panjang sisi yang sama maka panjang =
lebar = tinggi = 4 cm ( sisi = 16cm2 4cm). Sehingga volume kubus B = 16cm2
× 4cm = 64cm3. Jadi volume kubus A = 4 × 64cm3 = 256cm3 = 44 cm3 = 28cm3.
Kemampuan berkomunikasi matematik sangat penting didalam belajar
matematika untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain, seperti
yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Edward, 2002:40) yang mengatakan
bahwa: ”Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa
diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fathoni bahwa:
”Dalam mempelajari matematika bukan semata-mata hanya menghafal,
tetapi siswa harus bisa mengartikan simbol-simbol matematika dan
rumus yang terdapat dalam matematika karena simbol-simbol
matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya”. (www.komunikasimatematika.com)
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan
untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi
matematik siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan upaya
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Pentingnya
peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa juga telah tertulis dalam
tujuan pendidikan nasional Indonesia dan kurikulum terbaru tahun 2007 yaitu
matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Seperti halnya yang diungkapkan
6
pengertian yang terkandung didalamnya mampulah matematika bertindak sebagai
bahasa keilmuan.
Dari beberapa kutipan di atas menjelaskan begitu penting arti dan
peranan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik
siswa. Abdurrahman bahkan mengatakan bahwa kesulitan dalam bahasa dapat
berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika . Hal tersebut
didukung penelitian Cocking dan Mestre (dalam http/www.geocities.com/
executiveimet) dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesulitan
siswa dalam berbahasa dengan kesulitan mereka dalam mempelajari matematika.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa juga tidak terlepas
dari kemampuan guru dalam mengajarkan matematik. Selama ini dirasakan bahwa
sebagian guru kurang tepat memilih metode pembelajaran yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran matematika. Pernyataan ini diperkuat oleh Freire
(2006) (dalam www.pikiran-rakyat.com) yang menyatakan bahwa:
”Masih ditemukannya pembelajaran dimana guru mengajar dan siswa
diajar, guru mengerti semuanya dan siswa tidak tahu apa-apa, guru
berbicara dan siswa mendengarkan, guru mendisiplinkan dan siswa
didisplinkan, guru subjek dan siswa adalah objek dari proses belajar”.
Menurut Usman (2001: 306) juga menyatakan bahwa:
”Yang menjadi penyebab rendah atau kurangnya pemahaman peserta
didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode
pembelajaran yang digunakan oleh pengajar misalnya dalam
pembelajaran yang berorientasi kepada pendekatan tradisional yang
menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai
pendengar”.
Didukung juga oleh Manullang (2004:2) menyatakan bahwa:
”Ketidakcocokan model, metode dan strategi pembelajaran di sekolah,
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika”.
Umumnya dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan pelajaran
menggunakan metode konvensional, dimana guru lebih aktif sebagai
7
menerima masukan saja dan biasanya siswa kurang aktif dalam
menyampaikan pendapatnya.
Untuk mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka
guru perlu mengusahakan perbaikan pembelajaran sebagai suatu strategi untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan cara bagaimana
materi itu dapat dikemas menjadi pelajaran yang menarik dan mudah dimengerti
oleh siswa. Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru dalam memilih
pembelajaran yang dapat menjadikan seluruh siswa aktif dalam mengikuti
kegiatan belajar. Salah satunya adalah menerapkan pembelajaran koperatif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Ada beberapa tipe pembelajaran koperatif yang dapat dikembangkan
dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah pembelajaran koperatif tipe
Think Pair Share (TPS). Seiring dengan hal tersebut Lie (2004:57) menyatakan :
”Strategi pembelajaran koperatif Think-pair-share ini unggul dalam
membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep – konsep
yang sulit, menumbuhkan kemampuan berkomunikasi dan kemampuan
membantu teman saat mereka saling mendiskusikan suatu
permasalahan”.
Pendapat ini juga didukung oleh Anshari (2009:10) dalam buku
komunikasi matematik adalah:
“Strategi pembelajaran think-pair-share (saling bertukar pikiran secara berpasangan) merupakan struktur pembelajaran koperatif yang efektif
untuk meningkatkan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat
terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehinggga dapat
memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta
merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk
partisipasi siswa”.
Mengacu pada pendapat tersebut bahwa strategi pembelajaran
Think-pair-share adalah strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan dan merangsang
kemampuan komunikasi matematik siswa. Dengan harapan tersebut maka
8
dalam penelitian ini untuk dilihat pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan
komunikasi matematik siswa. Sehubungan dengan permasalahan di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematikaSiswa Kelas VIII SMP
Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu Kab. Labuhan Batu.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka timbul beberapa
pertanyaan yang dapat diidentifikasi permasalahan, yaitu:
1. Rendahnya kemampuan komunikasi siswa
2. Rendahnya prestasi belajar siswa
3. Para siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika adalah mata
pelajaran yang sulit dan membosankan.
4. Kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika yang
masih kurang.
1.3.Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, biaya, sarana dan prasarana penunjang
lainnya, dan melihat ruang lingkup masalah, bahwa banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran matematika, maka
yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah menerapkan
strategi pembelajaran think-pair-share dalam mengajarkan materi pangkat
rasional untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.
1.4.Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis merumuskan masalah
yang akan diteliti ini adalah ”apakah dengan menerapkan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 4 Satu
9
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu setelah diterapkan
strategi pembelajaran think pair share.
1.6.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan, diantaranya:
1. Bagi penulis, sebagai pedoman sekaligus menambah pengetahuan tentang
strategi mengajar mata pelajaran matematika dalam mempersiapkan diri
menjadi seorang pendidik profesional.
2. Bagi guru, agar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam memilih
variasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa serta menjadikan
proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif, efisien dan bermakna.
3. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika
dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi dalam kelompok belajar
matematika.
4. Bagi sekolah yang di teliti, agar dapat meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah tersebut.
5. Bagi pembaca, agar dapat dijadikan suatu kajian yang menarik untuk perlu
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan Penerapan Strategi Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di
kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu, dimana peningkatan
diperoleh setelah siklus II dilaksanakan. Dengan data sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer (guru
matematika kelas VIII-B yaitu Ibu Herlina,S.Pd) diperoleh pengelolaan
pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dengan menerapkan strategi
pembelajaran think-pair-share dapat dikatakan termasuk kategori baik
dengan skor 2,25.
2. Pada siklus I terdapat 24 siswa (60%) yang memperoleh kemampuan
komunikasi matematika minimal sedang pada siklus II meningkatkan
menjadi 35 siswa (87,50%) yang memperoleh kemampuan komunikasi
matematika minimal sedang.
3. Persentase kemampuan komunikasi matematika pada tes awal 50,51%
dengan nilai rata-rata kelas 52,62. Pada presentasi tes kemampuan
komunikasi matematika I 70,61% dengan nilai rata-rata kelas adalah
70,50. Dan presentasi pada tes kemampuan komunikasi matematika II
99
4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, deskripsi
kemampuan komunikasi matematika siswa untuk setiap indikator
adalah sebagai berikut:
1. Pada siklus I : pada aspek representasi skor rata-rata siswa 70,50
(kategori sedang), pada aspek mendengar skor rata-rata siswa 70,50
(kategori sedang), pada aspek membaca skor rata-rata siswa 70,50
(kategori sedang), pada aspekdiskusi skor rata-rata siswa 70,50
(kategori sedang), pada aspek menulis skor rata-rata siswa 70,50
(katagori sedang).
2. Pada siklus II : terjadi peningkatan pada aspek representasi skor
rata-rata siswa 80,62 (kategori tinggi), pada aspek mendengar skor
rata-rata siswa 80,62 (kategori tinggi), pada aspek membaca skor
rata siswa 80,62 (kategori tinggi), pada aspek diskusi skor
rata-rata siswa 80,62 (kategori tinggi), pada aspek menulis skor rata-rata-rata-rata
100
4.2.Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, bahwa saran (rekomendasi) yang
diajukan adalah :
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 4
Satu Atap Panai Hulu, disarankan memperhatikan kemampuan
komunikasi matematika siswa dan melibatkan peran akitf siswa dalam
proses belajar mengajar terutama dalam menemukan konsep
matematika. Untuk itu disarankan hendaknya guru matematika dapat
menerapkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran Think pair
share.
2. Kepada siswa SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu disarankan lebih
aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk
menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk
menemukan konsep itu.
3. Kepada kepala sekolah SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan pembelajaran dengan
strategi pembelajaran Think pair share untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa.
4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk lebih menerapkan pembelajaran dengan
strategi pembelajaran Think pair share pada tahap Think (berpikir) pada
materi pangkat rasional ataupun materi yang lain dan dapat
101
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Algoritma, Volume 1 No.1, Jakarta: CeMED Jurusan Pendidikan Matematika UIN Jakarta, 2006.
Anitah, Sri, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. _______, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Aryan, Bambang, Komunikasi dalam Matematika, http: //rbaryans. wordpress.com / 2007/05/30/ komunikasi dalam matematika/, (14 Mei 2016, 15:20).
Bahri Djamarah, Syaiful , Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.
Budhi,W. S. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga.
Depag R.I., UU R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depag R.I., 2006.
Djaali dan Pudji Mulyono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Isjoni, Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), Bandung: Alfabeta, 2009.
Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada
102
Laporan Penelitian, Desain dan Pengembangan Multimedia Matematika Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran, Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP, Bandung: UPI, 2007.
Lie, Anita, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2009.
Majalah Ilmiah Pendidikan Matematika dan IPA, Volume 8, nomor 1, Kendari: Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Haluoleo Kendari, 2009.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karasteristik dan Implementasi, P.T. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Riyanto,Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Refensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Rusman. 2012. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sanjaya,Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Sukidin., Basrowi & Suranto. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendekia
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Trianto.2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group