• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 SATU ATAP PANAI HULU KAB. LABUHAN BATU T.A 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 SATU ATAP PANAI HULU KAB. LABUHAN BATU T.A 2016/2017."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE(TPS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

K OM UNIK ASI M ATEM AT IK A SISWA K ELAS VII I SM P NEGER I 4 SATU A TA P PA NA I HULU

K AB. LAB UHAN B ATU T.A 2016/201 7

Oleh :

Martin Edward Fernando Sihite 4123311026

Program Studi Pendidikan matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR

SHARE(TPS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

K OM UNIK ASI M ATEM AT IK A SISWA K ELAS VII I SM P NEGER I 4 SATU A TA P PA NA I HULU

K AB. LAB UHAN B ATU T. A 201 6/201 7

Martin Edward Fernando Sihite (4123311026)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dikelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu T.A. 2016/2017. Subjek dalam peneliti ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu yang berjumlah 40 orang dan objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) di kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes, observasi, dan wawancara.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan pada setiap akhir siklus, siswa diberikan tes kemampuan komunikasi matematika.

Dari hasil analisis data tes awal diperoleh peningkatan hasil tes akhir kemampuan komunikasi matematika. Jumlah siswa yang mampu berkomunikasi dari tes awal adalah 9 dari 40 orang siswa (22,50%.) dengan rata-rata kelas 52,62. Hasil analisis data tes kemampuan komunikasi matematika pada siklus I setelah menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share (TPS) menunjukkan 24 orang siswa (60%) yang mampu berkomunikasi dengan nilai rata-rata 70,50. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 35 orang siswa (87,50%) yang mampu berkomunikasi dengan nilai rata-rata 80,62. Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar.

Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi Pangkat Rasional di kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu. Saran yang diajukan adalah agar penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang direncanakan.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think pair share (TPS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Tahun Pelajaran 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika Falkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: Ibu Dra. Mariani, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Pardomuan Sinambela, S.Pd,M.Pd, yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Dian Armanto,M.Pd,Ph.D. M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan FMIPA UNIMED, dan Bapak Dr. Edy Surya,M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.

(6)

v

kepada sahabatku Novita Sari Ipak Simahate, S.Pd yang telah membantu dalam penelitian.

Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-temanku Lambok Putera Paulus, Afwanil Huda Nst, Ridho Uji Dwi Angga, Wiliater F.Sirait, Delvita Sari Ginting, Siti Zahara, Masleni Harahap , Indri Nani Sihaloho, Ade Yolanda Kaban, Jihan Hidayah Putri, Rita Malona Butar-Butar di Kelas Ekstensi A 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Januari 2017 Penulis

(7)

vi

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 9

1.3.Batasan Masalah... 9

1.4.Perumusan Masalah ... 9

1.5.Tujuan Penelitian ... 9

1.6.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II Tinjauan Teoritis ... 11

2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1. Pengertian Belajar ... 11

2.1.2. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 13

2.1.3. Kemampuan Komunikasi Matematis. ... 17

2.1.4. Kemampuan komunikasi Matematika Siswa menurut Teori Psikologi Pembelajaran Kognitif. ... 26

2.1.4.1. Kemamampuan Komunikasi Matematika menurut Bruner ... 26

2.1.4.2. Kemamampuan Komunikasi Matematika menurut Lolfand ... 28

2.1.5. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ... 29

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) .. 31

2.1.6.1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 31

2.1.6.2. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 34

(8)

vii

2.1.6.4. Pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam

Pembelajaran Matematika ... 38

2.1.7. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 40

2.1.8. Uraian Materi Pangkat Rasional ... 42

2.1.8.1. Pangkat Rasional ... 42

2.1.8.2. Pangkat Bulat Positif ... 42

2.1.8.3. Pangkat Nol ... 43

2.1.8.4. Pangkat Bulat Negatif ... 43

2.1.8.5. Pangkat Pecahan ... 44

2.2. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 44

2.3. Kerangka Berfikir ... 45

2.4. Kajian Penelitian yang Relevan ... 46

2.5. Hipotesis Tindakan ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

3.1.1. Lokasi Penelitian ... 48

3.1.2 Waktu Penelitian ... 48

3.2. Subjek dan Objek Penelitian ... 48

3.2.1. Subjek Penelitian ... 48

3.2.2. Objek Penelitian ... 48

3.5. Prosedur Penelitian ... 52

3.5.1. Siklus I ... 52

3.5.1.1.Permasalahan I ... 52

3.5.1.2.Tahap Perencanaan Tindakan I ... 53

3.5.1.3.Tahap Pelaksanaan Tindakan I ... 53

3.5.1.4.Tahap Observasi I ... 54

(9)

viii

3.6.3. Menarik Kesimpulan ... 63

3.7.Indikator Keberhasilan ... 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1. Hasil Penelitian ... 66

4.1.1. SIKLUS I ... 66

4.1.1.1. Permasalahan I ... 66

4.1.1.2. Alternatif Pemecahan I ... 69

4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I ... 70

4.1.1.4. Observasi I ... 72

4.1.1.5. Analisis Data I ... 76

4.1.1.5.1. Analisis Data Tindakan Guru ... 76

4.1.1.5.2. Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I ... 77

4.1.1.6. Refleksi I ... 80

4.1.2. SIKLUS II ... 82

4.1.2.1. Permasalahan II ... 82

4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II ... 83

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II ... 84

4.1.2.4. Observasi II ... 86

4.1.2.5. Analisis Data II ... 90

4.1.3. Temuan Penelitian ... 94

4.1.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Saran ... 100

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 56 Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada

Tes Awal 67

Gambar 4.2. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa per Indikator pada Tes Awal 68 Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada

Tes Siklus I 78

Gambar 4.4. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa per Indikator pada Tes Siklus I 79 Gambar 4.5. Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada

Tes Siklus II 92

Gambar 4.6. Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget 28 Tabel 3.1. Kriteria Menentukan Tingkat Kemampuan Komunikasi

Matematik 64

Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa pada Tes Awal 67

Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Awal 67 Tabel 4.3. Hasil Observasi Guru Siklus I 73 Tabel 4.4. Hasil Observasi Siswa Siklus I 75 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa pada Tes Siklus I 78

Tebel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Siklus I 79 Tabel 4.7. Hasil Observasi Guru Siklus II 87 Tabel 4.8. Hasil Observasi Siswa Siklus II 89 Tabel 4.9. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa Per Indikator pada Tes Siklus II 91 Tabel 4.10. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus 1) 103 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 107 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) 111 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajran II (Siklus II) 115 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus I) 119 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus I) 121 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I (Siklus II) 123 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II (Siklus II) 129 Lampiran 9. Kisi Kisi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa 131

Lampiran 10. Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematik 137 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian Tes Awal Kemampuan Komunikasi

Matematik 138

Lampiran 12. Lembar Validasi Tes Awal Kemampuan Komunikasi

Matematik 140

Lampiran 13. Pedoman Penskoran Tes Awal Kemampuan Komunikasi

Matematik 146

Lampiran 14. Kisi Kisi Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa I 148

Lampiran 15. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik I 149 Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik I 150

Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika I (Siklus I) 152

Lampiran 18. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik I 158

Lampiran 19. Kisi Kisi Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa II 160

(13)

xii

Matematik I 162

Lampiran 22. Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika II (SiklusI I) 165

Lampiran 23. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik II 171

Lampiran 24. Lembar Observasi Kegiatan Guru 173

Lampiran 25. Lembar Observasi Kegiatan Siswa 175

Lampiran 26. Pedoman Wawancara 177

Lampiran 27. Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa 179

Lampiran 28. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Siklus I 181

Lampiran 29. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Siklus II 183

Lampiran 30. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematika per Indikator 185

Lampiran 31. Deskripsi Presentase TKKM Per Indikator 187

Lampiran 32. Hasil Observasi Siswa 193

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk

mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan juga merupakan

aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia, mulai dari manusia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Tujuan yang ingin

dicapai dari proses pendidikan tersebut adalah pengabdian kepada Allah, hal ini

sejalan dengan tujuan penciptaan manusia.

Tujuan tersebut sejalan dengan tujuan hidup manusia, yaitu sematamata

untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini pendidikan harus

memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya

sedemikian rupa, sehingga semua ibadahnya dilakukan dengan penuh

penghayatan dan kekhusu’an kepada-Nya. Sejalan dengan itu, UUD 1945 pasal 31

ayat 1 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan

menyelenggarakan satu pendidikan nasional yang mampu meningkatkan

keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini senada dengan yang

tertuang dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan pendidikan

nasional BAB II Pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. (Depag R.I., UU R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, (Jakarta:Depag R.I., 2006), h. 8.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka diselenggarakanlah

rangkaian kependidikan. Diantaranya pendidikan formal seperti sekolah, mulai

(15)

2

tinggi. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar dan

pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa

berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada

bagaimana proses belajar dan pembelajaran di sekolah.

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah, dimana terjadi

interaksi antara guru dan siswa. Seseorang dikatakan telah belajar apabila terjadi

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu

dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2012:30). Salah satu disiplin

ilmu yang dipelajari di sekolah adalah mata pelajaran matematika. Matematika

merupakan dasar dari semua disiplin ilmu, oleh karena itu matematika selalu

dipelajari di setiap jenjang pendidikan.

Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting

dalam kemajuan peradaban suatu bangsa karena pendidikan merupakan suatu

upaya yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas dan berfungsi sebagai alat untuk membagun SDM yang bermutu

tinggi.Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Rohman,2012

:259) pengertian pendidikan adalah :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara.

Salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan

adalah matematika.Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan besar

dalam perkembangan teknologi modern dan terus berkembang dari zaman ke

zaman. Peranan yang sangat besar itu telah hampir dirasakan oleh semua lapisan

masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat diketahui melalui setiap kegiatan

manusia yang kerap sekali terkait dengan matematika. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat tergantung kepada perkembangan

pendidikan dan pengajaran di sekolah sekolah terutama pendidikan matematika.

(16)

3

matapelajaran yang lainnya,artinya kesuksesan mempelajari matematika akan

memberikan kesuksesan bagi siswa pada saat mempelajari materi materi pada

matapelajaran yang lainnya. Oleh karena peranan matematika yang sangat besar,

seharusnya matematika menjadi matapelajaran yang menyenangkan dan menarik,

sehingga dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam

mempelajarinya.

Di sekolah, proses belajar dan pembelajaran meliputi berbagai bidang ilmu

pengetahuan diantaranya ilmu agama, sains, sosial, bahasa dan matematika.

Dalam sistem pendidikan, matematika merupakan bidang studi yang menduduki

peranan penting. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jam pelajaran matematika di

sekolah yang lebih banyak di banding dengan jam mata pelajaran lainnya. Selain

itu, matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan di semua jenjang

pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagian di

perguruan tinggi (PT). Tidak seperti halnya mata pelajaran lain yang hanya

diberikan pada jenjang tertentu.

Bertolak dari pentingnya peranan matematika dalam pendidikan, maka

matematika perlu diajarkan. Cockroft mengemukakan bahwa matematika perlu

diajarkan karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua

bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan

sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk

menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan

berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan

terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. (Mulyono Abdurrahman,

Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h.

253).

Rendahnya prestasi belajar matematika bukan hanya disebabkan karena

matematika yang sulit, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi

berbagai hal seperti siswa itu sendiri, guru, metode pembelajaran, maupun

lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama lain. Faktor dari siswa itu

sendiri adalah kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang

(17)

4

belajar siswa adalah adanya anggapan/asumsi yang keliru dari guru-guru yang

menganggap bahwa pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran

guru ke pikiran siswa. Dengan adanya asumsi tersebut, guru memfokuskan

pembelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan tentang matematika

sebanyak mungkin kepada siswa. Akan tetapi, dalam perkembangan seperti

sekarang ini, guru dituntut agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi

informasi melainkan sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktifitas seperti komunikasi matematis.

”Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit,

diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis,

sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang

membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai

matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin

komunikasi”.

Selain itu kemampuan komunikasi matematik siswa terutama pada

materi pangkat rasional juga dinilai masih rendah, hal ini diungkapkan oleh salah

seorang guru matematika di SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu (Ibu Herlina,

S.pd. 18 September 2016) menyatakan bahwa:

”Di saat menyelesaikan soal mengenai pangkat rasional, siswa sulit

dalam mengaplikasikan rumus-rumus yang sesuai atau yang memenuhi

sifat-sifat pangkat rasional. Selain itu kemampuan siswa dalam

memahami bahasa verbal juga masih kurang. Bahkan siswa tidak dapat

menjelaskan dengan bahasanya sendiri cara menyelesaikan soal-soal

yang ditugaskan akibatnya siswa tidak mengerti pengerjaan selanjutnya.

Hal ini dikarenakan rendahnya komunikasi matematik siswa pada pokok

bahasan pangkat rasional”.

Sebagai contoh soal adalah :

1.Hitunglah ( 2 × 3 )3 yang memenuhi sifat pangkat rasional!

2.Volume kubus A adalah empat kali volume kubus B, dimana luas

kubus B adalah 16cm2. Hitunglah volume kubus A dalam bentuk

(18)

5

Pada contoh nomor satu, siswa tidak dapat mengaplikasikan rumus yang

sesuai dengan sifat pangkat rasional, dimana banyak diantara siswa yang

menjawab (2 × 3)3 = 63 = 216. Seharusnya jawaban yang memenuhi sifat pangkat

rasional adalah (2 × 3)3 = 23 × 33 = 8× 27 = 216. Sedangkan pada contoh soal

nomor dua, siswa sulit dalam memahami bahasa verbal sehingga siswa kurang

paham akan soal, dimana siswa menjawab volume kubus A = 4cm × 16cm2 =

64cm3 = 43cm3 = 26cm3. Sehingga menyebabkan jawaban yang salah. Seharusnya

volume kubus A = 4 × volume kubus B, dimana volume kubus B = Luas kubus B

× tinggi kubus B. Karena Kubus memiliki panjang sisi yang sama maka panjang =

lebar = tinggi = 4 cm ( sisi = 16cm2 4cm). Sehingga volume kubus B = 16cm2

× 4cm = 64cm3. Jadi volume kubus A = 4 × 64cm3 = 256cm3 = 44 cm3 = 28cm3.

Kemampuan berkomunikasi matematik sangat penting didalam belajar

matematika untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain, seperti

yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Edward, 2002:40) yang mengatakan

bahwa: ”Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa

diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Fathoni bahwa:

”Dalam mempelajari matematika bukan semata-mata hanya menghafal,

tetapi siswa harus bisa mengartikan simbol-simbol matematika dan

rumus yang terdapat dalam matematika karena simbol-simbol

matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah

makna diberikan kepadanya”. (www.komunikasimatematika.com)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan

untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi

matematik siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan upaya

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Pentingnya

peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa juga telah tertulis dalam

tujuan pendidikan nasional Indonesia dan kurikulum terbaru tahun 2007 yaitu

matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan

terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Seperti halnya yang diungkapkan

(19)

6

pengertian yang terkandung didalamnya mampulah matematika bertindak sebagai

bahasa keilmuan.

Dari beberapa kutipan di atas menjelaskan begitu penting arti dan

peranan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik

siswa. Abdurrahman bahkan mengatakan bahwa kesulitan dalam bahasa dapat

berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika . Hal tersebut

didukung penelitian Cocking dan Mestre (dalam http/www.geocities.com/

executiveimet) dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesulitan

siswa dalam berbahasa dengan kesulitan mereka dalam mempelajari matematika.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa juga tidak terlepas

dari kemampuan guru dalam mengajarkan matematik. Selama ini dirasakan bahwa

sebagian guru kurang tepat memilih metode pembelajaran yang digunakan untuk

menyampaikan materi pelajaran matematika. Pernyataan ini diperkuat oleh Freire

(2006) (dalam www.pikiran-rakyat.com) yang menyatakan bahwa:

”Masih ditemukannya pembelajaran dimana guru mengajar dan siswa

diajar, guru mengerti semuanya dan siswa tidak tahu apa-apa, guru

berbicara dan siswa mendengarkan, guru mendisiplinkan dan siswa

didisplinkan, guru subjek dan siswa adalah objek dari proses belajar”.

Menurut Usman (2001: 306) juga menyatakan bahwa:

”Yang menjadi penyebab rendah atau kurangnya pemahaman peserta

didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode

pembelajaran yang digunakan oleh pengajar misalnya dalam

pembelajaran yang berorientasi kepada pendekatan tradisional yang

menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai

pendengar”.

Didukung juga oleh Manullang (2004:2) menyatakan bahwa:

”Ketidakcocokan model, metode dan strategi pembelajaran di sekolah,

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika”.

Umumnya dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan pelajaran

menggunakan metode konvensional, dimana guru lebih aktif sebagai

(20)

7

menerima masukan saja dan biasanya siswa kurang aktif dalam

menyampaikan pendapatnya.

Untuk mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka

guru perlu mengusahakan perbaikan pembelajaran sebagai suatu strategi untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan cara bagaimana

materi itu dapat dikemas menjadi pelajaran yang menarik dan mudah dimengerti

oleh siswa. Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru dalam memilih

pembelajaran yang dapat menjadikan seluruh siswa aktif dalam mengikuti

kegiatan belajar. Salah satunya adalah menerapkan pembelajaran koperatif dalam

kegiatan belajar mengajar.

Ada beberapa tipe pembelajaran koperatif yang dapat dikembangkan

dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah pembelajaran koperatif tipe

Think Pair Share (TPS). Seiring dengan hal tersebut Lie (2004:57) menyatakan :

”Strategi pembelajaran koperatif Think-pair-share ini unggul dalam

membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep – konsep

yang sulit, menumbuhkan kemampuan berkomunikasi dan kemampuan

membantu teman saat mereka saling mendiskusikan suatu

permasalahan”.

Pendapat ini juga didukung oleh Anshari (2009:10) dalam buku

komunikasi matematik adalah:

“Strategi pembelajaran think-pair-share (saling bertukar pikiran secara berpasangan) merupakan struktur pembelajaran koperatif yang efektif

untuk meningkatkan daya pikir siswa. Hal ini memungkinkan dapat

terjadi karena prosedurnya telah disusun sedemikian sehinggga dapat

memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, serta

merespon sebagai salah satu cara yang dapat membangkitkan bentuk

partisipasi siswa”.

Mengacu pada pendapat tersebut bahwa strategi pembelajaran

Think-pair-share adalah strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan dan merangsang

kemampuan komunikasi matematik siswa. Dengan harapan tersebut maka

(21)

8

dalam penelitian ini untuk dilihat pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa. Sehubungan dengan permasalahan di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam Upaya

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematikaSiswa Kelas VIII SMP

Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu Kab. Labuhan Batu.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka timbul beberapa

pertanyaan yang dapat diidentifikasi permasalahan, yaitu:

1. Rendahnya kemampuan komunikasi siswa

2. Rendahnya prestasi belajar siswa

3. Para siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika adalah mata

pelajaran yang sulit dan membosankan.

4. Kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika yang

masih kurang.

1.3.Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, biaya, sarana dan prasarana penunjang

lainnya, dan melihat ruang lingkup masalah, bahwa banyak faktor-faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran matematika, maka

yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah menerapkan

strategi pembelajaran think-pair-share dalam mengajarkan materi pangkat

rasional untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

1.4.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka penulis merumuskan masalah

yang akan diteliti ini adalah ”apakah dengan menerapkan strategi

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 4 Satu

(22)

9

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika

siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu setelah diterapkan

strategi pembelajaran think pair share.

1.6.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan, diantaranya:

1. Bagi penulis, sebagai pedoman sekaligus menambah pengetahuan tentang

strategi mengajar mata pelajaran matematika dalam mempersiapkan diri

menjadi seorang pendidik profesional.

2. Bagi guru, agar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam memilih

variasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa serta menjadikan

proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif, efisien dan bermakna.

3. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika

dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi dalam kelompok belajar

matematika.

4. Bagi sekolah yang di teliti, agar dapat meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah tersebut.

5. Bagi pembaca, agar dapat dijadikan suatu kajian yang menarik untuk perlu

(23)

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil

kesimpulan Penerapan Strategi Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di

kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu, dimana peningkatan

diperoleh setelah siklus II dilaksanakan. Dengan data sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer (guru

matematika kelas VIII-B yaitu Ibu Herlina,S.Pd) diperoleh pengelolaan

pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dengan menerapkan strategi

pembelajaran think-pair-share dapat dikatakan termasuk kategori baik

dengan skor 2,25.

2. Pada siklus I terdapat 24 siswa (60%) yang memperoleh kemampuan

komunikasi matematika minimal sedang pada siklus II meningkatkan

menjadi 35 siswa (87,50%) yang memperoleh kemampuan komunikasi

matematika minimal sedang.

3. Persentase kemampuan komunikasi matematika pada tes awal 50,51%

dengan nilai rata-rata kelas 52,62. Pada presentasi tes kemampuan

komunikasi matematika I 70,61% dengan nilai rata-rata kelas adalah

70,50. Dan presentasi pada tes kemampuan komunikasi matematika II

(24)

99

4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, deskripsi

kemampuan komunikasi matematika siswa untuk setiap indikator

adalah sebagai berikut:

1. Pada siklus I : pada aspek representasi skor rata-rata siswa 70,50

(kategori sedang), pada aspek mendengar skor rata-rata siswa 70,50

(kategori sedang), pada aspek membaca skor rata-rata siswa 70,50

(kategori sedang), pada aspekdiskusi skor rata-rata siswa 70,50

(kategori sedang), pada aspek menulis skor rata-rata siswa 70,50

(katagori sedang).

2. Pada siklus II : terjadi peningkatan pada aspek representasi skor

rata-rata siswa 80,62 (kategori tinggi), pada aspek mendengar skor

rata-rata siswa 80,62 (kategori tinggi), pada aspek membaca skor

rata siswa 80,62 (kategori tinggi), pada aspek diskusi skor

rata-rata siswa 80,62 (kategori tinggi), pada aspek menulis skor rata-rata-rata-rata

(25)

100

4.2.Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, bahwa saran (rekomendasi) yang

diajukan adalah :

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 4

Satu Atap Panai Hulu, disarankan memperhatikan kemampuan

komunikasi matematika siswa dan melibatkan peran akitf siswa dalam

proses belajar mengajar terutama dalam menemukan konsep

matematika. Untuk itu disarankan hendaknya guru matematika dapat

menerapkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran Think pair

share.

2. Kepada siswa SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu disarankan lebih

aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk

menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk

menemukan konsep itu.

3. Kepada kepala sekolah SMP Negeri 4 Satu Atap Panai Hulu, agar dapat

mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan pembelajaran dengan

strategi pembelajaran Think pair share untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi matematika siswa.

4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk lebih menerapkan pembelajaran dengan

strategi pembelajaran Think pair share pada tahap Think (berpikir) pada

materi pangkat rasional ataupun materi yang lain dan dapat

(26)

101

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Algoritma, Volume 1 No.1, Jakarta: CeMED Jurusan Pendidikan Matematika UIN Jakarta, 2006.

Anitah, Sri, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. _______, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Aryan, Bambang, Komunikasi dalam Matematika, http: //rbaryans. wordpress.com / 2007/05/30/ komunikasi dalam matematika/, (14 Mei 2016, 15:20).

Bahri Djamarah, Syaiful , Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.

Budhi,W. S. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga.

Depag R.I., UU R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depag R.I., 2006.

Djaali dan Pudji Mulyono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Isjoni, Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), Bandung: Alfabeta, 2009.

Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada

(27)

102

Laporan Penelitian, Desain dan Pengembangan Multimedia Matematika Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran, Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP, Bandung: UPI, 2007.

Lie, Anita, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2009.

Majalah Ilmiah Pendidikan Matematika dan IPA, Volume 8, nomor 1, Kendari: Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Haluoleo Kendari, 2009.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karasteristik dan Implementasi, P.T. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Riyanto,Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Refensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Rusman. 2012. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya,Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sukidin., Basrowi & Suranto. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendekia

Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Trianto.2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gambar

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa jenis mineral magnetik yang dominan pada sampel guano Gua Solek dan Gua Rantai melalui analisa dengan kurva saturasi IRM

mengelompok dan tersebar berdasarkan letak dan luas kepemilikan lahan, serta keragaman pola wanatani pada berbagai topografi lahan; (3) Pengelolaan hutan rakyat

Berdasarkan hasil di atas, tujuan peneli- tian yang hendak dicapai adalah untuk menge- tahui ada dan tidaknya perbedaan hasil belajar IPA materi gaya pada siswa yang

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penggunaan bidimensional sto- chastic dominance orde pertama dan kedua, menurunkan ulang statistik uji pada metode bidimensional

Beranjak dari kenyataan yang ada maka penelitian tentang pasar uang yang ditinjau dari segi norma hukum Islam mencoba untuk mengetahui apakah mekanisme transaksi

Kegiatan usaha penunjang angkutan udara tersebut dapat berupa kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga antara lain sistem reservasi

Sumber: Data Olahan, 2011.. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar kayu yang digunakan pada pembuatan kapal yaitu kayu jati. Pada kapal 1

Manfaat secara praktis yang bisa diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai referensi untuk peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji tindak tutur dan juga kesantunan