• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI TINGKAT SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI TINGKAT SMP"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu konteks yang penting dalam proses belajar adalah sekolah. Kita sering berpendapat bahwa sekolah adalah suatu tempat dimana proses belajar secara akademis mendominasi. Tetapi sekolah sebenarnya lebih dari sekedar kelas akademis dimana siswa dapat berpikir, melakukan penalaran, dan mengingat. Sekolah juga merupakan suatu arena sosial yang penting bagi remaja, dimana teman dan perkumpulan memiliki makna yang besar. Sekolah memiliki pengaruh yang besar bagi remaja. Pengaruh sekolah sekarang ini lebih kuat dibandingkan pada generasi sebelumnya karena lebih banyak individu yang menghabiskan waktunya di sekolah.

Pada tahun 1998/1999 pemerintah telah mengeluarkan undang-undang bagi peserta didik berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat dan minatnya dan berhak menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Pemerintah telah menyelenggarakan program akselerasi (program percepatan belajar). Dimana siswa yang di anggap memiliki kemampuan yang lebih (berbakat akademik) dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat di banding teman sebayanya dalam program reguler.

(2)

2

dipercepat menjadi dua tahun. Materi pelajaran yang disampaikan dilakukan dengan cara pemadatan materi pelajaran.

Mihali Csikszentmihaly dari Universitas Chicago telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan kemampuan tinggi yang luar biasa disembarang domain, tidak hanya secara akademis, tetapi juga di bidang seni rupa, musik, bahkan atletik sebetulnya secara sosial tidak padu dengan sebayanya. Anak-anak berbakat cenderung “ngotot”, berpikir bebas dan introver. Mereka lebih banyak menyendiri dan meskipun memperoleh energi dan kesenangan dari kehidupan mental yang menyendiri itu, mereka juga mengungkapkan bahwa mereka merasa kesepian. Anak perempuan yang berbakat akademik lebih banyak mengalami depresi, memiliki harga diri yang rendah, dan keluhan-keluhan psikosomatik lain bila dibandingkan dengan sebayanya laki-laki yang berbakat (Hawadi-Akbar, 2004).

Kurikulum pendidikan nasional di Indonesia saat ini lebih banyak bobot pendidikannya yang diarahkan untuk merangsang perkembangan kognitif siswa dengan kurang diimbangi oleh stimulasi bagi perkembangan aspek sosial dan emosi. Sehingga, para siswa sibuk mengejar prestasi di sekolah dan akibatnya akan mengurangi waktu mereka bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga bisa dipastikan waktu sosialisasi remaja menjadi sangat terbatas. (Hawadi-Akbar, 2004)

Seperti halnya pemadatan materi di kelas Akselerasi menuntut peserta akselerasi harus tetap stabil dalam mengikuti pelajaran. Hal ini membuat sejumlah peserta kesulitan untuk mengikuti kegiatan di luar kelas, seperti ekstrakurikuler. Padahal kegiatan di luar pembelajaran akademis itu dapat menjadi wadah bagi siswa untuk melakukan pengembangan kompetensi sosialnya (Widyasari, 2008).

Hasil temuan dari Aswan Hadis (dalam Widyasari, 2008) banyak penelitian mutakhir yang menemukan bahwa anak yang berbakat akademik dalam satu kelas homogen, sekitar 25-30% siswanya mengalami masalah-masalah emosi dan sosial. Masalah yang sering dialami adalah kurangnya pengetahuan tentang interaksi teman sebaya, isolasi sosial, kepercayaan diri, penurunan prestasi belajar, dan kebosanan yang dialami oleh siswa-siswa berbakat akademik dalam kelas homogen.

(3)

3

diatas normal akan superior dalam kesehatan, penyesuaian sosial, dan sikap moral. Iswinarti (dalam Ari, tt) mengungkapkan pada kenyataanya dilapangan tidak sebaik yang di harapkan, karena sebagian anak dengan IQ tinggi akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial, karena anak dengan IQ tinggi mempunyai pemahaman yang lebih cepat dan cara berpikir yang lebih maju sehingga sering tidak sepadan dengan teman-temannya. Kondisi tersebut semakin tidak diuntungkan dengan adanya labelling dari lingkungan sekitar terhadap siswa akselerasi.

Hawadi (2004) mengungkapkan bahwa masalah utama dalam program akselerasi adalah bila dilakukan dengan tergesa-gesa, anak dapat saja belum “siap” atau “matang”, baik secara fisik maupun emosi untuk masuk atau dapat diterima dengan teman-temannya yang lebih tua. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan akselerasi bagi anak berbakat akademik adalah memenuhi kebutuhan akan tugas-tugas yang penuh tantangan dalam bidang keberbakatan dan adanya persahabatan di antara teman sejawat yang memiliki kemampuan yang sama. Persahabatan ini sangat penting mengingat mereka cenderung mengisolasi diri.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Dimana di setiap lingkungan yang berbeda individu selalu dihadapkan pada harapan-harapan dan tuntutan yang berbeda. Seperti halnya siswa yang mengikuti program akselerasi, siswa tersebut di tuntut untuk dapat mengikuti setiap materi pelajaran yang di berikan lebih cepat di banding program reguler. Selain itu siswa diharapkan dapat melakukan penyesuaian sosial dengan lingkungan sekitarnya baik dengan siswa sekelasnya di akselerasi maupun dengan siswa reguler yang satu sekolah dengannya. Demikian juga meraka dituntut untuk bisa melakukan penyesuaian dengan guru maupun dengan masyarakat lingkungan sekitarnya.

(4)

4

dengan murid. Dengan kata lain, aspek dari sekolah sebagai suatu sistem sosial berperan terhadap pencapaian prestasi siswa di sekolah (Santrock, 2003).

Sejalan dengan pendidikan individu menuju sekolah menengah atau sekolah lanjutan tingkat pertama, lingkungan sekolah meningkat dalam hal ruang lingkup dan tingkat kompleksitasnya. Remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam guru dan teman sebaya yang berasal dari beragam latar belakang sosial dan etnis (Santrock, 2003). Transisi menuju sekolah menengah atau sekolah lanjutan tingkat pertama dari sekolah dasar merupakan suatu pengalaman yang normatif bagi anak-anak. Proses transisi tersebut menimbulkan stres karena terjadi secara bersamaan dengan transisi-transisi lainnya dalam diri individu, dalam keluarga, dan di sekolah (Eccles, dkk., dalam Santrock, 2003).

Ketika siswa mengalami transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah atau sekolah lanjutan tingkat pertama, siswa menghadapi fenomena yang teratas ke bawah (top-dog phenomenon), yaitu keadaan dimana siswa bergerak dari posisi yang paling atas menuju posisi yang paling rendah (Santrock, 2003). Dengan demikian penyesuaian sosial dibutuhkan bagi remaja saat remaja mengalami masa transisi seperti yang telah dipaparkan di atas. Disamping siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri pada masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan tingkat pertama, siswa yang masuk dalam kelas akselerasi juga dituntut untuk dapat bergabung dengan lingkungan kelasnya yang cenderung lebih tua darinya. Penyesuaian sosial sangat penting bagi remaja, khususnya bagi siswa akselerasi. Karena dengan remaja dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik, siswa akselerasi tidak lagi bersifat introvert dan merasa kesepian, karena mereka sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(5)

5

dapat dengan mudah menyesuaikan dengan lingkungan yang baru dan dapat bergabung dengan teman-teman barunya.

Hawadi-Akbar (2004) mengatakan siswa berbakat yang ditempatkan di kelas atas yang lebih sesuai dengan kemampuan berpikir mereka, memang beruntung karena anak akan dihadapkan dengan soal-soal yang lebih rumit daripada dikelas asal sehingga mengurangi kebosanan. Masalahnya, mereka bergaul dengan anak yang jauh lebih tua. Kondisi ini akan mengisolasi si anak dan menimbulkan self esteem yang rendah. Keadaan ini juga akan menimbulkan gangguan pada konsep diri anak. Disatu pihak ia merasa memiliki pengetahuan yang lebih dari kawan-kawannya, dipihak lain ia merasa kurang karena pengalaman dan pengetahuan yang minim di luar mata pelajaran yang diberikan sehingga pengetahuannya tidak seimbang dengan teman-teman sekelas.

Monks (dalam Ari, tt) mengungkapkan bahwa usia siswa-siswi SMP dapat dikategorikan dalam masa remaja awal, yaitu 12-15 tahun. Memasuki masa remaja, anak mulai melepaskan diri dari ikatan emosi orang tua dan menjalin hubungan yang akrab dengan teman-teman sebayanya. Havighurst (dalam Ari, tt) menjelaskan beberapa tugas perkembangan remaja yang berhubungan dengan perkembangan sosial emosional, yaitu menjalin hubungan dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai suatu peran sosial baik bagi pria maupun wanita sesuai dengan jenis kelaminnya, melakukan perilaku sosial yang diharapkan, dan mencapai suatu kemandirian sosial dari orang tua dan dewasa disekitarnya.

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock,1980). Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Nurdin, 2009).

(6)

6

menuju kepada kesesuaian antara kebutuhan dirinya dengan keadaan lingkungan tempat ia berada dan berinteraksi secara efektif dan efisien. Penyesuaian sosial akan terasa menjadi penting, apabila individu dihadapkan pada kesenjangan yang timbul dalam hubungannya dengan orang lain. Betapapun kesenjangan itu dirasakan sebagai hal yang menghambat, akan tetapi sebagai makhluk sosial, kebutuhan individu akan pergaulan, penerimaan, dan pengakuan orang lain atas dirinya tidak dapat dielakkan sehingga dalam situasi tersebut, penyesuaian sosial akan menjadi wujud kemampuan yang dapat mengurangi atau mengatasi kesenjangan tersebut.

Widyasari (2008) mengemukakan bahwa untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik, maka kematangan emosi mempunyai peranan yang sangat penting. Siswa yang matang secara emosional lebih dapat diterima dalam lingkungan sosialnya. Mengajarkan keterampilan emosional dan sosial pada siswa dapat membentuk kematangan emosional yang selanjutnya memudahkan siswa dalam melakukan penyesuaian sosial. Hurlock (1980) juga menjelaskan bahwa tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.

Yusuf (2011) mengungkapkan kematangan emosi merupakan kemampuan individu untuk dapat bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri sendiri, perasaan mau menerima dirinya dan orang lain, selain itu mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif.

Sejalan dengan bertambahnya kematangan emosi seseorang maka akan berkuranglah emosi negatif. Bentuk-bentuk emosi positif seperti rasa sayang, suka, dan cinta akan berkembang jadi lebih baik. Perkembangan bentuk emosi yang positif tersebut memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan menerima dan membagikan kasih sayang untuk diri sendiri maupun orang lain. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain ataupun teman sebayanya (Hurlock, 1980).

(7)

7

melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima (Hurlock, 1980).

Berangkat dari masalah dan sumber informasi yang telah dipaparkan diatas, Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang hubungan antara kematangan emosi dan penyesuaian sosial pada siswa akselerasi tingkat SMP.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara kematangan emosi dengan penyesuaian sosial pada siswa akselerasi.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dan penyesuaian sosial pada siswa akselerasi.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Untuk menambah wawasan pengetahuan di bidang psikologi pendidikan dan perkembangan.

2. Manfaat praktis

(8)

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN

PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI TINGKAT SMP

SKRIPSI

Oleh :

Endah Susilowati

08810209

FAKULTAS PSIKOLOGI

(9)

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN

PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI TINGKAT SMP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Endah Susilowati

08810209

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan pemilik semesta alam yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Hubungan

antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian

Sosial Pada Siswa Akselerasi Tingkat SMP”, sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1.

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang.

2.

Dra. Tri Dayakisni, M.Si dan Nimatuzahroh, S.Psi., M.Si selaku Pembimbing

I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3.

Mohammad Shohib, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung

dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi

ini.

4.

Kepala SMPN 1 Malang yang telah memberikan ijin dan fasilitas bagi penulis

untuk melakukan penelitian.

5.

Ayah dan ibu yang selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayang

sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6.

Eko Agus Susanto, teman, sahabat sekaligus orang yang selalu ada dan

memberikan semangat serta membantu dalam pelaksanaan pengumpulan data

hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7.

Teman-teman angkatan 2008 khususnya kelas D yang telah memberikan

(14)

8.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan segala kebaikan kita semua dengan

balasan yang lebih baik.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga

kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski

demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 22 April 2012

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

i

INTISARI ...

iii

ABSTRAK ...

iv

DAFTAR ISI ...

v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAM ... viii

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...

1

B. Rumusan Masalah ...

7

C. Tujuan Penelitian ...

7

D. Manfaat Penelitian ...

7

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Sosial ...

8

1. Pengertian penyesuaian sosial ...

8

2. Kriteria penyesuaian sosial ...

8

3. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial ... 10

4. Masalah-masalah dalam penyesuaian sosial ... 13

B. Kematangan Emosi ... 14

1. Pengertian Kematangan Emosi ... 14

2. Ciri-ciri kematangan emosi yang baik ... 15

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi ... 15

4. Tahapan kematangan emosi ... 16

5. Pola kematangan emosi yang baik ... 17

6. Pola kematangan emosi yang buruk ... 17

C. Akselerasi ... 17

1. Pengertian Akselerasi ... 17

(16)

3. Manfaat akselerasi ... 19

4. Kelemahan akselerasi ... 19

D. Hubungan Antara Kematangan Emosi ... 21

E. Kerangaka Pemikiran ... 23

F. Hipotesis ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... 25

B. Identifikasi variabel penelitian ... 25

C. Definisi Operasional ... 26

D. Populasi dan Sampel ... 26

E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 27

F. Prosedur Penelitian ... 31

G. Validitas dan Reliabilitas... 32

1. Validitas ... 32

2. Reliabilitas ... 35

H. Metode Analisa Data ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek ... 38

B. Deskripsi Data ... 39

C. Analisa Data ... 40

D. Pembahasan ... 42

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ...

47

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

a.

Petunjuk pengisian skala

b.

Skala kematangan emosi

c.

Skala penyesuaian sosial

Lampiran II

a.

Hasil uji validitas reliabilitas

b.

Hasil uji T score dan korelasi Product Moment

Lampiran III

a.

Bukti konsultasi

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H., (2006).

Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya

dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT Refika

aditama.

Ari, B. W., Andayani, T. R., & Sawitri, D. R. (tt).

Hubungan konsep diri dengan

penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi di SMP Negri 2 dan SMP PL

Domenico Savio Semarang. 1-12. Di akses pada tanggal 5 januari 2012 dari

http//www.epr

ints.undip.ac.id/…skripsi.pdf.

Arikunto, S. (1992). Prosedur penelitian (Suatu pendekatan praktik). Jakarta: Rineka

Cipta.

Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

________. (2010). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

________.(1995).

Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Chaplin, J. P. (2008). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Chair, N. C., Assouline, S. G., Marron, M. A., Castellano, J. A., Clinkenbeard, P. R.,

Rogers, K., Calvert, E., Malek, R., & Smith, D., (2010).

Guidelines for

developing an academic acceleration policy. Journal of advanced

academics, 21, 2, 180-203. Di akses pada tanggal 15 januari 2012 dari

http//www.krepublishers.com/02-jurnalis.pdf.

Hawadi, R. A. (2004).

Akselerasi (A-Z informasi program percepatan dan anak

berbakat intelektual). Jakarta : Gramedia.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Martin, A. D. (2003). Emotional quality management. Jakarta : Arga.

Nulhakim, T. R. (2008).

Program akselerasi bagi siswa berbakat akademik.

pendidikan dan kebudayaan, 14,

073. Di akses pada tanggal 10 januari

2012 dari

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/pengertian-dan-tujuan-program.html.

(19)

15

januari

2012

dari

http//www.

file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.../Karya_Ilmiah_8.pdf.

Poerwanti, E. (1998). Dimendi-dimensi riset ilmiah. Malang: UMM Press.

Sharma, D. (2011).

Emotional maturity of ICDS and Non-ICDS children: a

comparative study. Journal of research in peace, gender and development,

11, 1, 320-323,. Di akses pada tanggal 5 april 2012 dari

http://www.interesjournal.org/JRPGD.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan remaja). Jakarta : Erlangga.

Sanusi, A. (2003). Metode penelitian. Malang: Buntara Media.

Setyosari, P. (2010).

Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta:

Prenada Media Group.

Soesilowindradini. (tt).

Psikologi perkembangan masa remaja. Surabaya : Usaha

Nasional.

Sukmadinata, N. S. (2007).

Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Susanti, F. R. (2008). Hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial

siswa akselerasi kelas VIII SMP Santa Maria Fatima. Psiko-edukasi,VI,

21-33.

di

akses

pada

tanggal

20

desember

2012

dari

http//www.file.upi.edu/Direktori/FIP/...pdf.

Winarsunu, T. (2002). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang:

UMM Press.

Widyasari, C. (2008).

Program pengembangan kompetensi sosial untuk remaja

siswa SMA kelas akselerasi. Di akses pada tanggal 20 desember 2011 dari

http//www. file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.../Karya_Ilmiah_8.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, kata syukur yang selalu penulis panjatkan kepada penguasa alam ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

The objectives of the study are to analyze the novel based on its structural elements and to analyze the novel based on the psychoanalytic analysis.. In analyzing Are You Afraid

Ha : “Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kemampuan Mata Pelajaran Produktif dan Pengalaman Praktik Kerja Lapangansecara bersama-sama terhadap Kesiapan Menjadi

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan siklus haid atau menstruasi pada remaja

Karakter yang memiliki pengaruh langsung bernilai positif yang besar dan sama di ketiga ketinggian tempat yaitu karakter jumlah anakan produktif, persentase gabah

screenshoot halaman daftar peserta ujian yang ditunjukkan pada

Dalam penulisan ini pembatasan dibatasi pada proses pelapisan cat dasar, cat antara, dan cat akhir, serta perangkat yang menunjang selama proses pengecatan sepeti bak pencelupan,

[r]