• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYESUAIAN SOSIAL PADA PENDERITA TRANSVESTISME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYESUAIAN SOSIAL PADA PENDERITA TRANSVESTISME"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENYESUAIAN SOSIAL PADA PENDERITA TRANSVESTISME

SKRIPSI

Oleh : Ratih Musfianita

07810003

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

i

PENYESUAIAN SOSIAL PADA PENDERITA TRANSVESTISME

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Ratih Musfianita

07810003

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Penyesuaian Sosial pada Penderita Transvestisme

2. Nama Peneliti : Ratih Musfianita

3. NIM : 07810003

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Tanggal Penelitian : 02 September 2011

7. Tanggal Ujian : 05 November 2011

Malang, 11 November 2011

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah di uji oleh dewan penguji

Pada tanggal 05 November 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Hudaniah, S.Psi, M.Si ( )

Anggota Penguji : Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi ( )

Dr. Diah Karmiati, M.Si ( )

Lindayani P, S.Psi, M.Si ( )

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

(5)

iv

Mengetahui, Malang, 11 November 2011

Ketua Program Studi Yang menyatakan

M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Si Ratih Musfianita SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ratih Musfianita

NIM : 07810003

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :

Penyesuaian Sosial pada Penderita Transvestisme

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan

kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan

telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan skripsi/ karya ilmiah dari penelitian yang saya lakukan

merupakan hal bebas royalti non eksperimen, apabila digunakan sebagai

sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai

(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmani rahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penyesuaian Sosial pada Penderita Transvestisme”. Tidak lupa sholawat serta salam

semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang

telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yaitu Islam.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnaya kepada:

1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammaiyah Malang.

2. Ibu Hudaniah, S.Psi, M.Si, selaku Pembimbing I dan Bapak Zainul Anwar,

S.Psi, M.Psi, selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi ini, sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik

3. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M,Si selaku Dosen Wali yang telah mendukung

dan memberikan arahan sejak awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan

skripsi ini.

4. Subjek Penelitian di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur yang telah

meluangkan waktunya dan bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

5. Ayahku “ M. Syafe’I, SE “ dan Ibuku “ Mustika, S.Pd “ yang selalu mendoakan,

memotivasi, dan memberikan kasih sayang, nasehat dan perhatian yang tidak

(7)

vi

6. Bang Oon, Bang Aan, Fadli, Kakak Amar, Ibu Linda, Mih’Tua, Mih’Mut, Babe,

dan Emmu, yang selalu memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. JeRe-ku “ Arif M Rifa’I ” yang setia menemani, memotivasi , dan memberi

pengertian sampai akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabatku Wilda, Barry, Anti, Githa, Tami, Yuli, dan Gengki yang telah

membantu penulis, menemani penulis dalam suka dan duka. Terima kasih atas

cerita-cerita indah, pengalaman seru, dan hari-hari indah yang kita lalui dari

awal semester satu sampai sekarang. Sampai kapanpun kalian akan jadi

sahabatku.

9. Teman-teman angkatan 2007 khususnya Psikologi kelas A yang selalu

memberikan semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi

ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan,

mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tidak ada satupun karya

yang sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan

karya skripsi ini. meski demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Malang, 11 November 2011

Penulis

(8)

vii INTISARI

Ratih Musfianita, 07810003 (2011). Penyesuaian Sosial pada Penderita Transvestisme. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Hudaniah, S.Psi, M.Si (2) Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi

Kata kunci: penyesuaian sosial, transvestisme

Kelainan transvestisme merupakan salah satu bentuk gangguan identitas gender. Pria heteroseksual dalam fantasinya atau secara aktual mengenakan pakaian wanita untuk membangkitkan nafsu seksual dan kemudian mendapatkan kepuasan seksual. Menurut DSM IV, ciri dari pengidap transvestisme disini adalah selama periode kurang lebih dari enam bulan pada pria heterosexual, mengalami fantasi seksual yang intens, kebutuhan seksual, atau perilaku transvestisme serta juga keadaan dimana fantasi seksual, kebutuhan seksual, atau perilaku cross dressing tersebut menjadikan pelaku mengalami tekanan dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau fungsi-fungsi penting lainnya, termasuk penyesuaian sosial dari penderita transvestisme. Penyesuaian sosial merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh individu terhadap lingkungan di luar dirinya seperti lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. Peneliti disini tertarik untuk mengungkap penyesuaian sosial pada penderita transvestisme. Tujuan penelitian disini adalah untuk mengetahui bagaimana penyesuaian sosial pada individu dengan gejala transvestisme.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui wawancara dan observasi terhadap dua orang subyek dengan persyaratan tertentu, yakni subyek adalah pria, telah melewati masa remaja awal (usia > 17 tahun), memiliki kebiasaan melakukan cross dressing yang menetap selama lebih dari enam bulan, dan memperoleh kepuasan seksual dari kebiasaan tersebut. Untuk pemeriksaan keabsahan data, peneliti menggunakan metode triangulasi.

(9)

viii ABSTRACT

Ratih Musfianita, 07810003 (2011). Social Adjustment in Sufferer Transvestism. Undergraduate-Thesis. Faculty of Psychology. University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (1) Hudaniah, S.Psi, M.Si (2) Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi

Keywords: social adjustment, transvestism

Transvestism deviation is one of gender identity disturbance. Heterosexual male in his fantasy or actual use female dress to raise his sexual lust, then get sexual satisfaction. According to DSM IV, characteristic of transvestite here is, occurred in more or less six months period on heterosexual male, intent sexual fantasy, sexual needs, or transvestism behavior, also condition where sexual fantasy, sexual needs or cross dressing behavior turn the subject into pressure in their social life, work, or other important functions. This transvestism development basically also influenced by subject’s personality. This personality influenced by many factors, including social adjustment factor. Basically, human is a social creature who always be part of certain environment. That’s why it’s so important for individual to do social adjustment well. Social adjustment is adjusting effort done by individual to environment outside him/her, such as house, school, and society environment. The researcher here has interest to reveal social adjustment in sufferer transvestism. The research purpose here is to know social adjustment in individual with transvestism symptoms.

The research is qualitative research through interview and observation to two subjects with certain conditions, which are subject is a male, he has passed early adolescent phase (age > 17 years old), has habit to do cross dressing stayed for more than six months, reached sexual satisfaction from the habit. For data validity checking, the researcher used triangulation method.

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI ... ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial ... 8

2. Aspek-aspek Penyesusaian Sosial ... 9

3. Tanda-tanda Kemampuan Penyesuaian Sosial ... 11

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Sosial ... 12

B. Transvestisme 1. Pengertian ... 14

2. Rentang Usia... 16

(11)

x

4. Ciri-ciri/ Kriteria Transvestisme ... 23

5. Perbedaan antara Transvestisme dan Transeksual…. ... 25

C. Penyesuaian Sosial pada Transvestisme ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 31

B. Batasan Istilah ... 31

C. Lokasi Penelitian ... 32

D. Subjek Penelitian... 32

E. Prosedur Penelitian ... 33

F. Metode Pengumpulan Data ... 35

G. Analisis Data ... 38

H. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Identitas Subyek Penelitian... 40

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

B. Analisis Data ... 50

C. Pembahasan... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA... 75

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Identitas Subyek Penelitian……… 40

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Screening ……… 85

(14)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol (2004). Psikologi Kepribadian. Malang:Penerbit UMM Press.

Agustiani, Hendriati. (2009). Psikologi Perkembangan. Cetakan Kedua. Bandung:Refika Aditama.

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders (DSM-IV). Fourth Edition. (2000). Washington: APA

Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. (2006). Abnormal Psychology. New York: John Willey and Sons, inc. Terjemahan: (2010) Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali Press.

Doorn , Poortinga , & Verschoor. (2002) Cross-gender identity in transvestites and male transsexuals. Journal Title: Archives of Sexual Behavior. Volume: 23.

Halgin & Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis. (Terjemahan). Edisi 6. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika

Hurlock, E., (1978). Perkembangan Anak. Jilid 1. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

__________(1987). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan ( terjemahan ). Jakarta: Erlangga

Kurniawati, M. (2003). Latar Belakang Kehidupan Laki-laki yang Menjadi Waria. Skripsi Sarjana Strata 1 (tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Moleong, L, J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Scott, Richard L. (1995) The Childhood and Family Dynamics of Transvestites. Journal Title: Archives of Sexual Behavior. Volume: 24. Issue: 3.

Semiun, Yustinus (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius

Soesilowindradini. Tanpa tahun. Psikologi Perkembangan (Masa Remaja). Surabaya:Penerbit Usaha Nasional

(15)

xiv Artikel Internet

Anonim, (2011, 17 Juni) Weleh, Martini Nyaris Dinikahi Dania. http://www.wandinews.com/2009/06/weleh-martini-nyaris-dinikahi-dania.html

Anonim, (2011, 17 Juni) Icha bersedia melakukan hubungan intim tetapi dengan dua syarat. www.beritaterbaru.com

Anonim, (2011) Transvestic Fetishism, http://www.minddisorders.com/Py-Z/Transvestic-fetishism.html

Anonim (2011) Cross Dressing Information,

http://www.gendercentre.org.au/cross_dressing_ information.htm

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dalam hidupnya akan selalu berkembang dan harus melalui

tahap-tahap perkembangannya. Akibat dari perkembangan tersebut, manusia akan

mengalami perubahan-perubahan, baik fisik maupun psikologisnya. Bila ditinjau

dari manusia sebagai makhluk holistic, maka perkembangan manusia tidak akan

dapat dilepaskan dari interaksi antara unsur biologis, psikologis, dan sosial.

Ketiga unsur ini saling mempengaruhi sebagai satu kesatuan (Maramis dalam

Kurniawati, 2003).

Dalam kurun waktu perkembangan tersebut, tidak setiap individu akan

berkembang sesuai dengan perkembangan fisiknya. Sebagai contoh, tidak semua

anak laki-laki akan berkembang menjadi laki-laki sesungguhnya, dan tidak semua

anak perempuan akan berkembang menjadi wanita sesungguhnya. Bisa saja

terjadi, anak laki-laki akan berkembang menjadi waria dan anak perempuan

berkembangan menjadi “tomboy”.

Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat penting adalah peran jenis

kelamin. Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai dengan jenis

kelaminnya. Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin

ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan

memahami perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal

dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut

akan mengalami konflik atau gangguan identitas jenis kelamin.

Salah satu bentuk gangguan identitas jenis kelamin tersebut adalah kelainan

transvetisme. Kelainan transvestisme merupakan salah satu bentuk gangguan

identitas gender. Pria heteroseksual dalam fantasinya atau secara aktual

mengenakan pakaian wanita untuk membangkitkan nafsu seksual dan kemudian

mendapatkan kepuasan seksual. Mengenakan pakaian wanita merupakan

pernyataan identifikasi diri sebagai “wanita” (feminine identification). Bila

(17)

2

Ada kaum transvestit yang melakukan hal itu di kamar tidurnya sendirian, lalu

bercermin memandangi dirinya. Pada waktu mengenakan pakaian wanita inilah

terjadi ereksi. Di sini orgasme dapat terjadi spontan atau lewat masturbasi.

Transvestit lain terdorong untuk mondar-mandir di jalan dengan berpakaian

wanita lengkap dengan rambut palsu, tata rias wajah, dan perhiasannya. Ia dapat

sangat teliti dan mahir dalam “menyulap” dirinya menjadi wanita, sehingga sering

sangat mirip wanita.

Praktik transvestisme ini bervariasi mulai dari memakain pakaian dalam

perempuan di balik pakaian konvensional hingga memakai pakaian perempuan

lengkap. Beberapa transvestit menyukai muncul di depan umum sebagai

perempuan; beberapa peniru penampilan perempuan tersebut menjadi artis

panggung di klub-klub malam, memberikan kesenangan bagi banyak orang yang

konvensional dalam hal seks dengan menonton pemakai pakaian lawan jenis yang

beraksi dengan terampil. Meskipun demikian, kecuali bila memakai pakaian

lawan jenis berhubungan dengan gairah seksual, maka para peniru tersebut tidak

dianggap transvestik (Davison, Neale, & Kring, 2010:623).

Contoh kasus penyimpangan dimana gender tertentu berperilaku seperti

lawan jenisnya antara lain terjadi di Blora, Jawa Tengah, dimana seorang wanita

bernama Martini alias Agustin, mengaku sebagai pria bernama Agus dan hampir

saja menikah dengan seorang gadis bernama Dania. Artikel dari situs online

www.wandinews.com (2011, 17 Juni) menyatakan:

Seorang Wanita Menyamar Menjadi Pria dan Hampir di nikahi sang wanita - Martini alias Agustin (26) sejatinya adalah perempuan. Namun, sehari-hari ia tampil bak pria dengan rambut cepak dan dandanan bak lelaki. Untuk "menyempurnakan" identitasnya sebagai lelaki, ia pun mengaku bernama Rega.

Dengan penampilan seperti itu, ia nyaris menikahi seorang gadis Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sebut saja Dania.

Meskipun jarang, tindakan yang dilakukan oleh Martini tersebut termasuk

ke dalam gejala transvestik. Pada dasarnya transvestisme lebih banyak ditemukan

pada diri pria. Dimana bila seorang laki-laki, mengalami gairah seksual dengan

memakai pakaian perempuan, meskipun ia tetap merasa sebagai laki-laki, maka

(18)

3

mengungkap bahwa Martini sehari-harinya tampil sebagai pria dengan rambut

cepak dan dandanan seperti seorang lelaki. Ini menunjukkan bahwa Martini

memiliki kecenderungan mengalami kepuasan tersendiri ketika mengenakan

pakaian laki-laki yang berlawanan dengan gendernya. Ini menunjukkan adanya

unsur transvestisme dalam diri Martini, namun juga ada kecenderungan

homoseksualitas, karena Martini memanfaatkan ‘samaran’ tersebut untuk menarik

perhatian sesama perempuan.

Kasus yang benar-benar merupakan gambaran fetisisme transvestik terjadi

baru-baru ini dimana seseorang bernama Rahmat melaporkan bahwa ternyata istri

yang dinikahinya adalah seorang pria. Artikel dari situs www.beritaterbaru.com

(2011, 17 Juni) menyatakan:

Berawal dari perkenalan melalui Facebook, Muhammad Umar (32) menikahi ‘gadis’ bernama Fransisca Anastasya (19) alias Icha. Setelah enam bulan pernikahan berjalan, baru diketahui bahwa sang istri yang memakai jilbab itu ternyata seorang pria. Nama asli Icha adalah Rahmat Sulistiyo.

Kasus yang digambarkan pada artikel tersebut sempat menjadi headline

beberapa surat kabar nasional karena keunikannya, dimana seorang pria bisa

menyamar sebagai perempuan untuk menikah. Kasus ini selain menunjukkan

perilaku transvestisme, juga menunjukkan adanya kecenderungan penyimpangan

seksual pelaku. Dari gambaran kasus tersebut, nampak bahwa Rahmat Sulistyo

menikmati ‘penyamaran’-nya sebagai perempuan, sehingga hal ini menunjukkan

bahwa ia memiliki kecenderungan transvestik terkait terpenuhinya beberapa

ciri-ciri khas transvestisme, yaitu perilaku mengenakan pakaian perempuan dalam

waktu yang lama, serta juga adanya kepuasan yang didapat pelaku dalam berlaku

demikian. Rahmat juga pada dasarnya heteroseksual, karena ia sempat memiliki

pacar seorang perempuan. Meskipun demikian, kasus yang terjadi tersebut juga

menunjukkan bahwa ada kecenderungan homoseksualitas dalam diri Rahmat

karena ia bersedia ‘berhubungan seksual’ dengan Umar.

Dari berbagai berita, latar belakang pelaku, yaitu Rahmat Sulistyo

sebelumnya tidak menunjukkan ada penyimpangan. Hanya saja diberitakan bahwa

sebelum bertemu dengan Umar, Rahmat memang baru saja putus cinta dengan

(19)

4

Sebelumnya keluarganya menyatakan bahwa kehidupan Rahmat normal dan ia

memiliki pacar seorang perempuan.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa gangguan seksual

transvestisme memiliki hubungan erat dengan cross dressing. Penelitian Doorn,

Vertinga, & Verschoor, yang dituangkan dalam jurnal “Cross-gender identity in

transvestites and male transsexuals” mengungkapkan bahwa Transvestis

cenderung menunjukkan identitas pria mereka dan menekankan bahwa mereka

berbeda dengan transeksual dimana dalam aktivitasnya mereka berfokus pada

pelepasan seksual. Transeksual menekankan identitas cross-gender mereka dan

cenderung menyangkal asosiasi erotik pada cross-dressing. Penyangkalan itu

berhubungan dengan “kecenderungan dari keinginan untuk melakukan operasi

dimana mereka mendistorsi sejarah transeksualisme klasik merek agar

memperoleh izin operasi” Dalam suatu proyek penelitian di klinik, suatu

perbedaan telah ditemukan pada usia cross-dressing, yang tidak ditemukan

Blanchard, dan menyebabkan spekulasi atas distorsi pada sejarah hidup mereka.

Ini mengindikasikan bahwa dalam populasi distoris sejarah transeksual tidak ada

– atau justru dikurangi dan dilebihkan. Alasannya adalah kebijakan Lembaga

Gender yang didasarkan pada diagnosis diri transeksual. Secara keseluruhan,

jurnal ini mengungkap perbedaan antara transeksualisme, transvestisme, dan

fetisisme melalui variabel transeksual muncul dini (early-onset transsexuals –

EOT) dan transeksual muncul kemudian (late-onset transsexual – LOT), yang

mana mempertimbangkan relevansi batasan antara transeksual primer dan

sekunder yang dibuat oleh teori Doctor.

Jurnal lain, yaitu “The childhood and family dynamics of transvestites”

karya Schott, menyatakan bahwa transvestisme seperti halnya parafilia lain, tidak

dipahami dengan baik. Penyebab dan kemajuannya sangat kompleks dan dikenali

dengan kenyataan dimana sebagian besar transvestis menyimpan

permasalahannya sebagai sesuatu yang pribadi, populasi dari transvestit jauh lebih

besar dibanding yang ada dalam klinik, dengan pengecualian, hanya yang terbaru

yang dipelajari. Artikel mengenai etiologi dan hal transeksual ini muncul sejak

beberapa dekade lalu, kemudian ditambahkan dengan studi kasus dan interpretasi

(20)

5

keluarga dan dinamika masa kanak-kanak dari transvestit, meskipun jarang, telah

berkembang. Jurnal ini secara umum mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak

dan keluarga berpengaruh pada kebiasaan transvestisme. Hal ini berawal dari

kebiasaan melakukan cross-dressing, baik secara terbuka maupun

sembunyi-sembunyi yang sering dilakukan oleh anak-anak. Dari pembahasan singkat

tersebut, dapat diketahui bahwa penyebab seseorang menjadi transvesit belum

dapat dipastikan. Hanya saja kemungkinan hal tersebut timbul karena perilaku

transvestisme yang menetap selama jangka waktu lebih dari enam bulan.

Menurut DSM IV, terdapat ciri dari pengidap transvestic fetishism. Ciri

Transvestic fetishism disini adalah selama periode kurang lebih dari enam bulan

pada pria heterosexual, mengalami fantasi seksual yang intens, kebutuhan seksual,

atau perilaku transvestisme serta juga keadaan dimana fantasi seksual, kebutuhan

seksual, atau perilaku cross dressing tersebut menjadikan pelaku mengalami

tekanan dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau fungsi-fungsi penting lainnya

(DSM IV, 2000:575)

Dilihat dari penyebab transvestisme, dapat diketahui salah satu diantaranya

adalah karena pelaku mengalami tekanan dalam kehidupan sosial. Pada dasarnya

manusia adalah mahluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan

tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan dengan

harapan dan tuntutan tertentu dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di

samping itu individu juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan di dalam

dirinya yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Bila individu

mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka dikatakan bahwa individu

tersebut mampu menyesuaikan diri. Jadi penyesuaian diri dapat dikatakan sebagai

cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan dalam

diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya (Agustiani, 2009:146).

Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah

kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma

sosial yang berbeda-beda. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan

(21)

6

mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya (Yusuf,

2004:37).

Penyesuaian adalah proses yang dilakukan individu pada saat menghadapi

situasi dari dalam maupun dari luar dirinya. Pada saat individu mengatasi

kebutuhan, dorongan-dorongan, tegangan dan konflik yang dialami agar dapat

menghadapi kondisi tersebut dengan baik. Ada beberapa jenis penyesuaian antara

lain penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial merupakan penyesuaian yang

dilakukan oleh individu terhadap lingkungan di luar dirinya seperti lingkungan

rumah, sekolah dan masyarakat (Agustiani, 2009:147) Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penyesuaian sosial merupakan tingkah laku yang mendorong

seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok sesuai

dengan keinginan dari dalam dan tuntutan lingkungan.

Berdasarkan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

penyesuaian sosial pada penderita transvestisme.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang peneliti paparkan, perumusan

masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana penyesuaian

sosial pada penderita transvestisme?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana penyesuaian sosial

pada penderita transvestisme.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis: Memperkaya khasanah teori Psikologi Klinis dan Psikologi Sosial mengenai fenomena transvestisme.

b. Manfaat Praktis :

1) Manfaat bagi orang tua : Memberikan wawasan kepada orang tua tentang

pentingnya penyesuaian sosial untuk mencegah agar tidak mengalami

penyimpangan kepada anak-anak mereka nantinya, terutama terkait

(22)

7

2) Manfaat bagi individu transvestit: Memberikan wawasan bagi individu

transvestit untuk dapat menyadari kondisinya serta memberikan wawasan

yang bermanfaat untuk kesembuhannya agar tidak berkelanjutan.

3) Manfaat bagi pendidikan: Memberikan wawasan kepada masyarakat

mengenai aspek psikologi klinis dan psikologi sosial, terutama terkait

penyesuaian sosial yang penting bagi individu, serta juga memberikan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan fortifi kasi menggunakan bayam kering, yaitu tepung bayam akan membentuk adonan yang lebih kering dibandingkan bayar segar4. Masing- masing produk olahan

Pembuatan amonium nitrat merupakan proses netralisasi yang merupakan reaksi antara asam nitrat dan amonia, membentuk amonium nitrat dengan Proses Uhde.. Reaksi netralisasi

Strategi promosi yang dilakukan oleh BPRS HIK insan Cita telah mengikuti semua promosi yang terdiri dari periklanan (Advertising), penjualan pribadi (personal

Sebaliknya arah pergerakan arus yang bergerak dari barat menuju ke timur, pada kondisi purnama saat pasang menuju surut (gambar 12), Hal ini sesuai dengan Ningsih (2002) yang

Ini adalah Sijil Takaful Hospital & Pembedahan Berkelompok yang komprehensif di mana melindungi kos rawatan perubatan yang ditanggung oleh pekerja atau ahli-ahli di dalam

meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan pada Bila ada pakan pada baik baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap membuka,

1) Media ajar interaktif berbasis komputer pokok bahasan segitiga di Sekolah Menengah Pertama yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria valid. Valid terlihat dari hasil

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau