• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE TAFSIR AYAT AYAT SAINS DAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE TAFSIR AYAT AYAT SAINS DAN SOSIAL"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“RESUME”

“ METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL”

Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri

Mata Kuliah: pengembangan keterpaduan islam dan IPTEK Dosen: Edy Candra.S.si M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Maya Rosfikawati

NIM : 59461246

Kelas : IPA-Biologi C/ VII

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al-qur’an Al-karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam agama islam, memandang bahwa alam semesta berserta isinya bukanlah merupakan realitas independen apalagi terakhir (ultimate) melainkan “tanda-tanda” dari kebesaran dan keberadaan tuhan.

Kata metode berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti “cara atau jalan”. Kemudian dalam entri ensiklopedi dijelaskan bahwa “metode “adalah cara melakukan sesuatu atau cara penyampaian pengetahuan. Kemudian istilah tafsir dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “ keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat al-quran. Kata sains berasal dari bahasa inggris “science” dengan makna “ilmu pengetahuan”. Fungsi “metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial :

1. Tabyin (menjelaskan ilmu pengetahuan)

2. I’jaz (mengungunkap kemukjizatan al-quran di bidang ilmu pengetahuan)

3. Istikhrajal-ilm (adanya isyarat penemuan teori ilmu pengetahuan baru), jika didapatkan, maka di tawarkan kepada public atau kepada pakar ilmu pengetahuan untuk ditindak lanjuti.

B. BIOGRAFI PENGARANG

Andi Rosadisastra lahir di Cirebon pada tanggal 16 oktober 1976, dari pasangan Dursa’I Yuliadisastra, A.Ma. Pd. Dan Hj.Siti Rukiyah, selanjutnya ia tinggal dan di bersarkan oleh kedua orang tuanya di tanggerang-Banten. Pernah mengikuti pendidikan dari SD hingga Aliyah (MAN 2 Bogor) pendidikan tinggi yang di tempuhnya adalah program diploma LIPIA Jakarta (1999),S-1 Jurusan bahasa dan sastra arab IAIN “Syarif Hidayatullah”Jakarta (1999 ), S-2 jurusan tafsir-Hadist –UIN “Syarif Hidayatullah” Jakarta (2005).

(3)

Jakarta. Sedang menggagas pembentukan yayasan Nirlaba:”jaringan islam integral”(JII),yang berjuang untuk mengintegrasikan Ilmu dan Agama. Pembaca dapat berkorespondensi melalui : Andi76207@yahoo.co.uk.

INFORMASI BUKU

A5.01.073

Penulis :

Andi Rosadisastra

Di terbitkan oleh AMZAH

Jln. Sawo Raya No.18

Jakarta 13220

www.bumi aksara.co.id

email : info@bumi aksara.co.id

cetakan pertama,September 2007

perancang kulit, Fahmi S.

Di cetak oleh Sinar Grafika Offset

Andi Rosadisastra

Metode tafsir ayat-ayat sains dan social

Andi Rosadisastra: editor,Achmad Zirzis

Ed. 1, cetakan 1. Jakarta:Amzah,2007

Xvi,236 hal: 21cm

Biblografi: halm.227

BAB II

(4)

PEMBAHASAN

A. SISTEMATIKA METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL

Sistematika metode tafsir ayat-ayat sains dan social pada teks al–qur’an (al- mahaj fi at-tafsir al- ilmi) ini adalah sebagai berikut :

1. Konsepsi metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial. 2. Metode-metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial.

3. Prinsip-prinsip analisis tafsir ayat-ayat sains dan sosial.

Adapun hubungan ketiga bagian dari sistematika metode tafsir ayat- ayat sains dan social tersebut adalah : pertama, konsepsi dan prinsip adalah syarat, sedang prinsip merupakan rukunnya, kedua, konsepsi dan metode, konsepsi merupakan teori dan criteria sedang metode adalah praktik dari teori dan kriteria tersebut. Ketiga, prinsip dan metode, prinsip adalah rambu-rambu, sedang metode merupakan jalur yang tidak boleh menyalahi dari rambu-rambu yang telah di terapkan.

B. KONSEPSI METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL

Kata tafsir dalam al-quran di sebutkan dalam surah al- Furqon (25): 33 yang bermakan penjelasan dan perincian. Kata tafsir di dalam al-quran ini di sandingkan dengan kata al- haq yang berarti kebenaran eksak dan absolute. Menurut konteks ayat tersebut kata

tafsir merupakan penjelasan atau konfirmasi terhadap segala sesuatu yang ganjil yang disodorkan oleh orang ingkar (kafir) kepada Muhammad sebagai pembawa al-quran. Sehingga makna etimologis dari at- tafsir al-ilmi, ialah penjelasan atau perincian tentang ayat-ayat al-quran yang terkait dengan ilmu pengetahuan, khususnya ayat tentang alam dan realita sosial.

Sedangkan kata Al-ilm dan berbagai keturunannya kerap di gunakan dalam al quran dalam arti umum pengetahuan (knowledge), termasuk arti makna sains-sains alam dan kemanusiaan (science of nature and humanities). Juga mencangkup pengetahuan yang di wahyukan (revealed) maupun yang di peroleh (acquired).

(5)

Jadi, untuk mengaplikasikan metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial di tuntut untuk berpegang pada dua paradigma sekaligus, yakni paradigma tafsir (dalam hal ini tafsir al-quran) dan paradigma ilmu pengetahuan.

Paradigma tafsir al- quran (paradigma of Quranic Exegesis)

Kitab suci al quran mengungkap dua hal yang berbeda: pertama, memuat keaslian pernyataan yang tertuju pada waktu tertentu (karakter bumi), kedua, memuat penjelasan tentang tawaran informasi yang bersifat transsenden dan bernilai abadi bagi para pemeluknya kapanpun waktunya (aspek karakter surga).

Oleh karena itu, untuk melakukan penafsiran termasuk tafsir ayat-ayat sains dan social ( at-tafsir al- ilmi),bagi setiap musafir di tuntut berpegang pada adab atau etika dan persyaratan dalam menafsikan al-quran.

Kajian yang menjadi keharusan bagi seorang musafir khususnya dalam paradigma al-qurqn yang terkait dengan kapabilitas ilmu yang harus di kuasai yaitu :

1. periode turunya al-quran,

2. macam serta fungsi tata bahasa arab,

3. Nasikh-Mansukh,

4. Asbab An- Nuzul,

5. Sirah Nabawiyyah,

6. Qawa’id At-Tafsir

7. Ushul Fiqh,

8. Qawa’id Ushuliyyah.

Paradigma ilmu pengetahuan (paradigma of Scientific Knowledge)

Ada tiga komponen yang merupakan kategari dari hakikat ilmu pengetahuan, yaitu :

a. Ontologi b. Epistemologi

c. Kajian atas aksiologi

(6)

Pertama, ontologi ilmu pengetahuan

Dasar ontologi ilmu pengetahuan adalah mempelajari objek-objek empiris seperti batu-batuan, binatang, tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri. Ilmu mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang menurut anggapan peneliti mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, dengan kata lain, proses keilmuan dalam ontology ilmu bertujuan untuk memeras hakekat objek empiris tertentu, untuk mendapatkan sari yang berupa pengetahuan mengenai objek itu.

Kedua, Epistemologi ilmu pengetahuan

Epistemologi ilmu pengetahuan atau teori ilmu pengetahuan, secara garis besar terbagi atas: teori mengenai metode dan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Epistemologi ilmu pengetahuan mengkaji empat pokok permasalahan pengetahuan yaitu keabsahan, struktur, batas, dan sumber.

Ketiga, Intuisi

Intuisi adalah perasaan yang telah tersadarkan yang mampu mengintegrasikan (unitif) antara subjek dan objek, ia merupakan akal yang lebih tinggi yang mampu memahami apa yang tidak di pahami akal dengan bertumpu pada pengalaman batin, amosional, mental, dan spiritual.

Intuisi dapat muncul melalui tiga cara: perkataan, gambaran, dan sensasi (gerak/ kerja) tubuh. Kebanyakan dari kita akan cocok dengan salah satu cara daripada dengan dua cara lainnya, sehingga sangatlah penting mengetahui cara mana yang terbaik bagi masing-masing kita. Intuisi akan berkembang sejalan dengan kemampuan kita mengsampingkan hal-hal yang kita yakini, opini, dan prasangka tentang apa yang terjadi didunia.

Kebenaran ilmiah

Teori ini terbagi ke dalam empat kelompok yaitu sebagai berikut :

(7)

menegaskan dualitas objek dan subjek dengan cenderung mengutamakan objek karena subjek yakni akal budi hanya mengolah sesuatu yang di berikan objek.

b. Teori yang memperteguh sistem pemikiran yang sudah mapan.Teori tersebut mensyaratkan adanya keselarasan pernyataan logis, menekankan pengetahuan apriori (penetahuan yang kebenarannya abstain dari pengalaman tetapi berdasarkan definisi, seperti keseluruhan lebih besar dari bagian-bagiannya).

c. Teori kebenaran praktis; kebenaran menurut teori tersebut adalah ide yang bermanfaat dan sesuai dengan sifat yang baik (moral).

Jadi yang di tekankan adalah pengetahuan bagaimana (pengetahuan praktik), tidak hanya merupakan pengetahuan bahwa (teori atas data).

C. METODE-METODE ANALISIS TAFSIR AYAT-AYAT SAINS SAN SOSIAL 1. Metode Tafsir

Metode analisis yang akan di bahas dalam menafsirkan ayat-ayat ilmu penetahuan dalam al-quran adlah dengan memilih metode analisis yang di gunakan para tafsir dan peneliti kontemporer terhadap teks al-quran. Termasuk metode tematik, yang banyak di rekombinasikan oleh penelitian al-quran dari negeri-negeri timur tengah dalam menerapkan

at- tafsir al- ilmi.

a. Metode sistematik b. Metode tematik c. Metode hermeneutik

D. PRINSIP-PRINSIP ANALISIS TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL

Al-quran pada dasarnya, telah memberikan pedoman bagi para peneliti ayat-ayat yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Adapun beberapa prinsip di maksud yang harus di terapkan oleh para aktifis at- tafsir al- ilmi dalam melakukan penelitian terhadap ayat al-quran.

Al-quran yang terkait dengan kajian ilmu-ilmu alam juga ilmu social adalah sebagai berikut :

1. Prinsip keesaan allah dalam alam, menyadari tuhan tak terbatas dalam segala hal dan ia melingkupi semua realitas alam. Sehingga alam adalah sebuah keteraturan, kesatuan dan keordinasi yang padu dan sistematis

2. Keyakinan terhadap realitas dunia eksternal, memahami adanya realitas-realitas yang lain yang berbeda dan tak tergantung pada pikiran kita. Citra mental terhadap objek-objek tertentu dapat perhubungan dengan realitas tersebut, sehingga tidak menjadikan sebagai khayalan yang tidak dapat membimbing menuju realitas sebernarnya.

(8)

a. Realitas sufrafisik : pertama, adanya sesuatu yang tidak bias diraih lewat pancaindera. Kedua: danya realitas supranatural.

b. Pengetahuan manusia terbatas

Keyakinan akan realitas metafisika dan keterbatasan pengetahuan manusia dapat membimbing kita membuat kesimpulan.

4. Memahami filsafat ilmu terkait atas pembahasan yang sedang diteliti, baik ilmu alam atau ilmu social.

5. Isyarat-isyarat ilmiah yang terdapat pada ayat al quran tidak termasuk untuk ayat yang berbicara secara langsung tentang akidah / teologi dan penerapan ibadah ritual.

6. Ayat-ayat ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al quran bertujuan agar umat manusia dapat mempercayai adanya allah dan hendaknya para musafir menentukan tema tertentu yang di hubungkan dengan fenonema atau tema lain yang bersifat kauniyah.

7. Isyarat ilmiah dalam al quran bersifat umum dan universal.

8. Jika terjadi pertentangan antara dilalah nash yang pasti dengan teori ilmiah, maka teori ini harus di tolak, karena nash adalah wahyu dari tuhan yang ilmunya mencangkup sesuatu.

9. Musfir at-tafsir al-ilmi tidak menjadikan penafsiran yang dikemukakan sebagai ajaran aqidah qur’aniyah (teologi) dan tidak bertentangan dengan prinsip atau ketentuan kaidah kebahasan.

10. Mengaktifkan rasio dan kemampuan di bidang spesialis ilmu yang dimilikinya atau yang akan di tafsirkan guna mengetahuan watak hubungan yang seimbang antara ayat al quran dengan premis-premis ilmiah demi mencari faedah atau manfaat dari corak atau orientasi baru dalam dunia tafsir al-quran.

11. Menyeimbangkan anatar bidang spesialis ilmu yang di miliki dengan kemampuan dirinya dalam menafsirkan atau menjelaskan makna ayat yang memungkinkan untuk menyingkap petunjuk yang dimaksud oleh ayat al-quran.

12. Berpegang teguh kepada esensi, subtansi dan eksitensi al-quran.

13. Landasan penafsiran al-quran tafsir ayat-ayat sains dan social secara berurutan ( at-tafsir al- ilmi) secara berurut adalah al-quran sebagai sumber pokok utama, kemudian hadisht-hadist Nabi Muhammad.

14. Memanfaatkan hakikat ilmiah yang fleksibel dengan indikasi adanya universal dan kontinuitas tanpa henti.

E. APLIKASI METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL

(9)

F. SISTEM PERBANKAN MODERN MENURUT METODE AYAT-AYAT SOSIAL

Sistem perbankan yang berkembang saat ini ada dua jenis, Pertama: perbankan yang berdasarkan kepda system bunga atau yang di sebut dengan perbankan konvensioanl. Kedua: perbankan yang didasari kepada system bagi hasil atau yang di kenal dengan nama perbankan syariah.

1. Sistem bunga pada perbankan konvensional

Ciri yang paling menonjol dari perbnkan konvensional adalah di terapkannya system bunga bank. Proses penentuan bunga pada perbankan komvensional, seperti pada produk-produk pinjaman dan deposito.

Adapun contoh perhitungannya adalah 90/0 (hasil riset pasar yang dianggap bersaing dan menguntungkan kedua belah pihak) di tambah OHC sebessar 10/0 kemudian di tambah risiko 10/0 dan di tambah margin sebesar 10/0 sehingga jumlah bunga untuk peminjaman adalah 120/0 pertahun.

2. System bunga perbankan Menurut Al quran dan tradisi Nabi

System bunga ini dalam sejarahnya berasal dari orang yahudi yang di tolak untuk bekerja di sector pertanian, lalu pada awal abad ke 11 mereka mulai mengubah profesinya menjadi pedagang.

a. Hubungan Makna Bunga (Interest) dalam system ekonomi modern dengan makna riba dalam al-quran

Bunga perbankan (Interest) berdasarkan asumsi berbagai pakar bidang ilmu ekonomi Islam adalah berpijak kepada system riba.

Medan makna yang terdapat dalam al-quran tentang lafad riba adalah ar-rizq (rejeki), al-ghina (kecukupan), at-tijarah (perniagaan), ad-dain (utang piutang termasuk rahn/ gadai),

dan al bai’(jual beli) serta lafal riba.

Pertama makna rejeki (ar-rizq) dalam al-quran:

(10)

keuntungan/penghasilan yang dapat di manfaatkan baik untuk pribadi/untuk orang lain perolehan rejeqi itu tidak tergantung kepada kualitas keimanan kepada allah tetapi rejeqi berjalann dengan suanattullahyang berelaku untuk makluknya, sehingga manusia harus berusaha bertebaran di muka bumi ini untuk mendapatkan rejeqi dan karunianya.

Kedua makna al-ghina: lafad alquran yang tersusun atas huruf : - -ﻍ ﻦ ﻯdengan berbagai derivasinya berjumlah 71 kali setelah di inventarisir, lafad yang tersusun atas huruf - -ﻦ ﻯ ﻍyang termaksud dalam alquran ini ternyata merupakan memiliki makna dualisme (negative dan positif), yaitu sebagai berikut :

1. Makna positif, yaitu bermanfaat tumbuh dan dapat memberikan manfaat, berguna nkarena memiliki ilmu, kekayaan, kekuasaan, tidak di benci, karunia tuhan dan keputusan hati.

2. Makna negative, meliputi: merugi, berdiam, mengingkari, kezaliman, memperolok-olok, kekurangan.

Ketiga makna al bai’: lafad yang menggunakan untaian huruf: - -ﻉ ﻯ ﺏdengan berbagai derivasinya di sebut 11kali, yaitu surah At-Taubah (9): 111,Al- Fath (48): 10,





































 































 









“bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah[1396]. tangan Allah di atas tangan mereka[1397], Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

G. PENCIPTAAN ALAM RAYA BERDASARKAN METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS

1. Teori Dan Hakikat Penciptaan Alam Semesta

(11)

semesta bagi kita, apa sebenarnya tujuan diciptakannya alam semesta, apa menfaat alam semesta bagi kita dan lain-lain.

Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh manusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia tidak dapat hidup dan “mandiri” dengan sesungguhnya. Karena antara manusia dan alam semesta saling membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia butuh alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia lainnya.

Di dalam perspektif Islam, alam semesta merupakan sesuatu selain Allah Swt. Oleh sebab itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh yang ada dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam semesta tidak saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui panca indera manusia, tetapi alam semesta juga merupakan segala sesuatu yang keberadaaannya tidak dapat diamati oleh panca indera manusia.

Alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan. Dari itulah pemakalah khusus membahas tentang Esensi Alam Semesta menurut Persfektif Filsafat Pendidikan Islam yang terdiri dari pengertian, proses penciptaan Alam Semesta, tujuan dan fungsi penciptaan Alam Semesta dan implikasi Alam Semesta terhadap pendidikan islam.

2. Alam Semesta dalam perspektif Falsafah Pendidikan Islam

(12)

dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia.

Istilah alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari keterangan al-quran yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia. Menurut Al-Rasyidin, dalam bukunya Falsafah pendidikan Islam bahwa kata `alamin merupakan bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan beraneka ragam. Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi Islam bahwa hanya Allah Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak bisa dibagi-bagi. Kemudian beliau menuturkan kembali bahwa konsep islam megenai alam semesta merupakan penegasan bahwa alam semesta adalah sesuatu selain Allah Swt.

Dari satu sisi alam semesta dapat didefenisikan sebagai kumpulan jauhar yang tersusun dari maddah (materi) dan shurah (bentuk), yang dapat diklasifikasikan ke dalam wujud konkrit (syahadah) dan wujud Abstrak (ghaib). Kemudian, dari sisi lain, alam semesta bisa juga dibagi ke dalam beberapa jenis seperti benda-benda padat (jamadat), tumbuh-tumbuhan (nabatat), hewan (hayyawanat), dan manusia.

Menurut Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Al-rasyidin dalam bukunya falsafah pendidikan Islam menerangkan bahwa semua yang maujud selain Allah Swt baik yang telah diketahui maupun yang belum diketahui manusia disebut alam. Kata `alam terambil dari akar kata yang sama dengan `ilm dan `alamah, yaitu sesuatu yang menjelaskan sesuatu selainnya. Oleh karena itu dalam konteks ini, alam semesta adalah alamat, alat atau sarana yang sangat jelas untuk mengetahui wujud tuhan, pencipta yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Mengetahui. Dari sisi ini dapat dipahami bahwa keberadaaan alam semesta merupakan tanda-tanda yang menjadi alat atau sarana bagi manusia untuk mengetahui wujud dan membuktikan keberadaan serta kemahakuasaan Allah Swt.

Di dalam Al Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami dengan istilah "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"[8]. Istilah ini ditemui didalam beberapa surat Al Qur'an yaitu: Dalam surat maryam ayat 64 dan 65.

(13)

Dalam surat ar-rum ayat 22

                   

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui.

Dalam surat al-anbiya ayat 16

     

Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapa-apat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan bahagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.

3. Proses Penciptaan Alam Semesta

Al Qur’an telah menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalamnya. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan merujuk pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia. Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya sudah diberitahukan kepada manusia lewat Al Qur’an, sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah manusia mau atau tidak memahaminya guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.[9]

Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan secara gamblang mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut al-Qur`an adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt dalam Surat Al Anbiya ayat 30:

                

(14)

Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains modern, maka konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya. Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya[10]. Berkenaan Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula terdapat dalam surat fushilat ayat 9 sampai 12 yaitu:

Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".(9) Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.(10) Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".(11) Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.(12)

Al-Rasyidin mengungkapkan bahwa Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidak sekaligus atau sekali jadi, akan tetapi melalui beberapa tahapan, masa atau proses. Dalam sejumlah surah, al-Qur`an selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang dapat diterjemahkan dalam arti enam hari, enam masa atau enam periode.[11] Adapun ayat yang menceritakan tentang penciptaan alam dalam enam masa terdapat pada surat yunus ayat 3 dan surat Al-Araf ayat 54 adalah:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah , Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran.

Dalam surat An-Naaziat ayat 27-33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam semesta.

(15)

Proses penciptaan alam semesta diungkapkan dengan menggunakan istilah yang beragam seperti Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan untuk penciptaan ini mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menjadikan, dengan tidak meniscayakan waktu dan tempat penciptaan. Dengan kata lain, bahwa penciptaan alam semesta tidak mesti harus di dahului oleh ruang dan waktu. Dalam diskursus keagamaan dan kefilsafatan, hakikat penciptaan telah terjadi perdebatan panjang yang bermuara pada adanya perbedaan interpretasi etimologis terhadap terma-terma yang digunakan oleh AlQur`an. Para teolog muslim berpendapat bahwa ala mini diciptakan dari ketiadaaan (al-khalq min `adam) atau creation ex nihillo.

Bagi mereka, karena Allah maha kuasa, maka dalam menciptakan sesuatu dari ketiadaaan bukanlah suatu kemustahilan. Di pihak lain, dengan berdasarkan logika dan ilmu serta dengan pengamatan terhadap fenomena alam secara alamiah, para filosof berpendapat bahwa penciptaan terjadi atas dasar pengubahan bahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Terlepas dari perdebatan panjang mengenai penciptaan alam semesta ini, maka Al-Qur`an telah menerangkan bahwa alam diciptakan oleh Allah Swt melalui tahapan dan proses, dan tidak terjadi sekaligus. Dalam hal ini pemakalah mengambil kesimpulan bahwa: a. Alam semesta diciptakan oleh Allah secara bertahap dan berproses

b. Asal mula penciptaan alam semesta berasal dari asap

c. Penciptaan alam semesta terbentuk melalui enam masa atau enam hari atau enam periode Dari keterangan di atas pemakalah mengindikasikan bahwa keterkaitan tentang proses penciptaan alam semesta bagi manusia dalam pendidikan, adalah manusia yang sudah mempunyai potensi dari Allah Swt dalam mengembangkan potensi tersebut tidak dapat dilakukan secara spontan, namun harus dilakukan dengan proses dan tahapan panjang melalui alam ini, sebagai sarana dan fasilitas yang menghantarkan manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya.

(16)

Al-qur`an dalam hal ini menjelaskan bahwa penciptaan alam semesta bertujuan bukan menjadi seteru bagi manusia, bukan menjadi penghambat manusia dalam berpikir dan berkembang, juga bukan menjadi musuh manusia, akan tetapi alam semesta diciptakan oleh Allah Swt untuk bekerjasama dengan manusia dengan menggunakan alam sebagai sumber dan mediasi untuk mendapatkan respon ilmu, yang dapat membantu mereka dalam menjalankan amanah yang telah diberikan Allah Swt sebagai khalifah dalam menjalankan roda kehidupan dan serta dalam menjalankan kemaslahatan umat manusia seluruhnya.

4. Al Qur’an Dan Hakikat Penciptaan Alam Semesta

Meskipun alam diciptakan dan ditundukan Allah Swt untuk manusia, bukan berarti manusia dapat mengetahui dan memahami apa-apa yang terdapat dari padanya, karena sampai sekarang pun fenomena alam dengan segala kerahasiaan Allah Swt dalam menciptakannya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan secara tuntas. Oleh dasar inilah Al-Quran mengajurkan kepada manusia untuk terus menggali khazanah yang terdapat dari penciptaan alam semesta ini. Anjuran dan kemungkinan untuk mempelajari alam semesta tertuang di berbagai ayat-ayat al-quran yang di antaranya:

Surat Yunus ayat 101













































Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

Dalam surat al-Ankabut ayat 20

          

Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam surat At-Tariq ayat 5

















(17)

Mahdi Ghulsyani menegaskan bahwa ayat di atas menunjukkan bahwa memahami dan mempelajari alam adalah mungkin, apabila tidak, maka Allah Swt dalam ayat-ayatNya tidak akan menganjurkan untuk mempelajarinya.

BAB III PENUTUP

A. Komentar

Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah Swt tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sealigus, Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah Swt, yakni flora dan fauna. Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya.

(18)

B. Kelebihan Dan Kekurangan Buku 1. Kelebihan Buku

Buku ini mencangkup secara menyeluruh antara ilmu pengetahuan dengan ilmu sains dan social. Buku ini memerangkan dari pengertian ilmu pengetahuan sampai pada aplikasi (penerapan) metode tafsir ayat-ayat sains dan social. Buku ini sangat membantu kita untuk menambah wawasan kita tentang ilmu pengetahuan yang di kaitkan dengan ilmu agama (al-qur’an). Buku ini di tulis berdsarkan pengetahuan penulis yang di tambahkan dari sumber buku lainnya. Buku ini sangat baik untuk kita pelajari, karena selain kita mengetahui metode tafsir ayat-ayat sins dan social tetapi kita juga mengetahui kaitannya antara ilmu sains dan social dengan ilmu agama (al- qur’an).

2. Kekurangan Buku

Buku ini masih menggunakan tata bahasa yang tinggi (kata-katanya tidak sederhan). Gaya bahasa yang penulis ungkapmn dalam buku ini sangat berbelit-belit. Buku ini sangat mendominasikan antara ilmu agama (al-qur’an) dengan ilmu sains. Buku ini juga menggunakan kata baku yang sulit untuk di talar oleh anak-anak muda sekarang ini. Seharusnya buku ini bias menggunakan tata bahasa yang lebih mudah di mengerti oleh anak-anak muda untuk saat ini.

IDENTITAS DATA

Bucaille, Maurice. 2000/1421. Bibel, Qur’an dan Sains Modern,. Terjemahan dari La Bible La Qur’an et La Scince. Cet III. Jakarta: Bulan Bintang.

Buillaume, Alfred.1983. Islam. Midlesex, England: Penguin Ltd.

Tim Penyusun . 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet 1. Jakarta: Balai Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

(3) Hermeneutika pembebasan yang memahami makna asal dalam konteks kekinian tanpa menafikan masa silam, dan lebih dari itu yang terpenting penafsiran atau

Tafsir Muqarin adalah tafsir yang menggunakan cara perbandingan atau komparasi. Para ahli tafsir tidak berbeda pendapat mengenai definisi metode ini. Dari berbagai

Khusus kaitannya dengan lafaz yadullāh yang merujuk terhadap Allah Swt memiliki tangan secara fisik atau tidak, yang mengakibatkan hilangnya pesan utama sebenarnya dari

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa i>la>’ adalah sumpah suami kepada seorang istri dengan menggunakan nama Allah atau salah satu sifat-Nya untuk tidak menggauli

Jika yang menjadi alasan lamanya masa iddah tersebut, salah satunya, adalah untuk menetukan prihal bara’at al -rahm (adanya kemungkinan perempuan tersebut hamil atau

Dalam perspektif ini, maka integratif dilakukan antara empiris yakni kondisi alam semesta atau wahyu yang tidak teertulis kauniyah dan normatif yaitu ayat-ayat al-Quran dan hadits atau