• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA DAN PEKERJA TERHADAP KECELAKAAN KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA DAN PEKERJA TERHADAP KECELAKAAN KERJA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(2)

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pada pasal 2 ayat (1)menjelaskan bahwa: “Keselamatan kerja yang diatur adalah keselamatan dalam segala tempat kerja, baik di darat, di tanah, di permukan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.”1

Keselamatan kerja ialah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengelolaanya, landasan tempat kerja dan lingkunganya, serta cara-cara melakukan pekerjaan.2

Adapun pendapat lain yang mengatakan bahwa keselamatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.3

Dan yang dimaksud dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan suatu kejadian yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Ada 3 faktor penyebabnya yaitu:4

1. Faktor manusianya

2. Faktor materialnya/bahanya/peralatannya 3. Faktor bahaya/sumber bahaya

a. Perbuatan berbahaya b. Kondisi/keadaan berbahaya

1Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

2 Abdul Khakim. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Bandung. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Hal 64

3 Lalu Husni. 2007. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Hal 138

(3)

Dari kecelakaan kerja yang terjadi di dalam hubungan kerja baik kesalahan dari pekerja maupun kesalahan dari pihak pengusaha maka akan menimbulkan kerugian. Secara umum kerugian akibat dari kecelakaan kerja dibagi menjadi dua, yaitu :5

1. Kerugian yang bersifat ekonomis. Misalnya, Kerusakan mesin produksi 2. Kerugian yang bersifat non ekonomis. Misalnya, luka cidera yang diderita oleh

pekerja dan kematian.

Di dalam suatu hubungan kerja antara pihak pekerja dan juga pihak pengusahatimbul hak dan juga kewajiban yang harus penuhi dan dilaksanakan oleh masing-masing pihak. Di dalam pasal 86 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa :6

“Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesulilaan; dan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Di dalam Pasal 1 huruf a Undang-Undang No. 33 Tahun 1947 tentang Kecelakaan Kerja dikatakan bahwa :7Di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan, majikan berwajib membayar ganti kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubung

dengan hubungan kerja pada perusahaan itu, menurut yang ditetapkan dalam

Undang-undang ini.”

Disini terdapat suatu permasalahan yang sampai saat ini belum menemukan suatu jawaban yang pasti tentang penggantian kerugian yang harus dipenuhi oleh pengusaha terhadap kecelakaan kerja. Karena, kewajiban pekerja seperti yang ada di dalam Pasal 12

5 Sedjun H. Manulang. 2001. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jakarta. Penerbit PT. Rineka

Cipta. Hal 88

(4)

huruf b dan c Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di katakan dengan jelas bahwa :8

a. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

b. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang

diwajibkan;

Sehingga jika terjadi hal kecelakaan kerja di dalam suatu perusahaan bagaimana bentuk bertanggung jawab baik dari pihak pengusaha maupun dari pihak pekerja yang diteliti oleh penulis.

Kasus kecelakaan kerja dialami oleh salah satu perusahaan asing yang telah mengeksploitasi hasil mineral dan batu bara di wilayah kabupaten Tanah Grogot ini adalah PT. Sims, yang telah beroperasi selama sepuluh tahun di Kalimantan Timur dan juga banyak mempekerjakan masyarakat sekitar pertambangan untuk menjadi tenaga kerja di pertambangan batu bara di wilayah tersebut. Dengan lokasi tambang yang cukup besar dan luas, untuk menunjang hasil yang maksimal, maka didalam lokasi tambang digunakan alat berat salah satunya excavator, dengan banyaknya menggunakan alat berat tersebut, maka keselamatan para pekerja menjadi salah satu aspek yang sangat diperhatikan saat bekerja.9

Berdasarkan statistik kecelakaan kerja yang diperoleh dari Jamsostek Cabang Balikpapan, periode 2009 hingga kurun waktu 2011 terjadi 4 kasus kecelakaan yang terjadi di PT. Sims Jaya Kaltim10. Kecelakaan kerja disebabkan faktor individual atau secara

8 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

9Skripsi Fahrul ChusairiUniversitas Brawijaya Malang . Jurnal-Fahrul-Chusairi-0810113049.pdf . Diakses pada

tanggal 6 September 2013

10Hasil wawancara dan prasurvey dari narasumber, Bapak Rudi, dikutip pada tanggal 17 Desember 2012. Di dalam

(5)

tekhnis, yaitu akibat dari human error atau kondisi alat yang tidak layak pakai seperti rem pada kendaraan yang blong.11

Kasus di atas merupakan salah satu kasus kecelakaan yang terjadi dikarenakan kesalahan dari pekerja itu sendiri, kasus kecelakaan kerja juga dialami oleh perusahaan daur ulang tabung gas berukuran 3 Kg di Kota Mojokerto yaitu PT. Sentral Swa Sembada.Kasus kecelakaan kerja yang terjadi di PT Sama Sentral Swa Sembada Mojokerto pada pertengahan tahun 2012 yaitu hilangnya satu jari kaki kanan salah satu pekerja yang bernama Pamudji Raharjo yang dikarenakan tertimpa tumpukan tabung gas yang telah selesai dicat. Kecelakaan tersebut terjadi dikarenakan Pamudji Raharjo tidak mengenakan sepatu perusahaan yang telah disediakan oleh pihak perusahaan yang dalam hal ini adalah pengawas produksi.12

Kasus lain yang menimpa pekerja bernama Pipin, terjadinya kecelakaan kerja ini dikarenakan Pipin yang bertugas untuk mengelas kaki tabung gas yang berkarat tidak memakai kaca mata yang berguna melindungi mata dari percikan-percikan api saat mengelas.

Kasus kecelakaan kerja seperti kasus di atas sangat merugikan bagi pihak pekerja maupun dari pihak perusahaan, karena kegiatan produksi saat kecelakaan kerja tersebut terjadi harus berhenti dalam beberapa jam. Yang seharusnya di dalam beberapa jam tersebut sudah bisa mendapatkan perbaikan tabung sebanyak sekitar 15 tabung, namun karena adanya kecelakaan kerja maka target dalam beberapa bulan jadi terganggu dan tidak sesuai dengan rencana. Di dalam kasus tersebut pihak yang seharusnya bertanggung jawab adalah

11Hasil wawancara dari narasumber, Bapak Ramadhan Satrio, mekhanik senior PT. Trakindo, sebagai data tambahan

dalam penulisan skripsi. Di dalam skripsi Fahrul ChusairiUniversitas Brawijaya Malang. Diakses pada tanggal 6 September 2013

(6)

pekerja itu sendiri dikarenakan kecelakaan tersebut disebabkan oleh kesalahan dari para pekerja itu sendiri yang tidak mematuhi peraturan untuk memakai sepatu pabrik yang telah disediakan. Namun pihak perusahaan bukan berarti tidak bersalah , karena tidak mengawasi dengan cermat dan segera menegur jika terlihat pekerja yang tidak memakai alat-alat pelindung tubuh. Sehingga dalam hal ini bagaimana tanggung jawab dari pihak pekerja dan pengusaha yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku saat ini.

(7)

Terjadinya hal yang demikian itu, maka tentunya adanya bentuk tanggung jawab dari kedua belah pihak baik pengusaha maupun dari pekerja itu sendiri. Bahkan kita mengetahui bahwa di atas telah banyak diketahui hampir seluruh referensi mengatakan bahwa jika terjadi kecelakaan kerja adalah tanggung jawab dari pengusaha. Sehingga bagaimana tanggung jawab pengusaha maupun pekerja yang akan menjadi rumusan dari permasalahan penulisan hukum ini.

Berdasarkan uraianlatar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “TINJAUAN TENTANG TANGGUNG JAWAB

PENGUSAHA DAN PEKERJA TERHADAP KECELAKAAN KERJA (STUDI DI

PT. SAMA SENTRAL SWASEMBADA MOJOKERTO)”

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana tanggung jawab pengusaha terhadap kecelakaan kerja? 2. Bagaimana tanggung jawab pekerja terhadap kecelakaan kerja?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab pengusaha terhadap kecelakaan kerja.

(8)

D. Manfaat dan Kegunaan Penulisan

a. Manfaat

Dari hasil penelitian ini maka secara teori diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan mengetahui lebih dalam mengenai tanggung jawab pengusaha maupun pekerja terhadap kecelakaan kerja.

b.Kegunaan

a) Untuk Penulis

Sebagai prasyarat untuk memenuhi tugas akhir guna menyelesaikan studi Strata-1 Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, Sekaligus memberikan wawasan baru kepada penulis terkait tanggung jawab pengusaha maupun pekerja terhadap kecelakaan kerja.

b) Untuk PT. Sama Sentral SwaSembada Mojokerto

Sebagai bahan kajian bagi PT. Sama Sentral SwaSembada Mojokerto untuk mengetahui bentuk tanggung jawab jika terjadi kecelakaan kerja sesuai dengan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang No. 33 Tahun 1947 Tentang Kecelakaan Kerja.

c) Untuk para pekerja

(9)

d) Untuk Masyarakat

Sebagai pengetahuan dalam hal tanggung jawab pengusaha maupun pekerja jika terjadi kecelakaan kerja.

E. Metode Penulisan

Dalam menentukan sebuah penulisan hasil penelitian maka dibutuhkan suatu metode penelitian. Pengertian Metode penelitian itu sendiri adalah salah satu bentuk dari pengungkapan yang digunakan untuk mencocokkan antara ilmu yang ada di dalam teori dengan fakta yang terjadi di dalam masyarakat. Disamping itu metode penelitian ini juga dapat membantu memperoleh data sebagai sumber dalam penulisan hasil penelitian ini sebagai Tugas Akhir (Skripsi).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode–metode sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penulisan adalah yuridis sosiologis (Socio Legal Research) yakni melihat hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat.13 Dalam hal ini penulis mengkaji tentang tanggung jawab pengusaha dan pekerja terhadap kecelakaan kerja.

(10)

2. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih PT. Sama Sentral Swa Sembada Mojokerto dikarenakan selain perusahaan ini baru berdiri sekitar 1 tahun sehingga masih sangat baru jika dijadikan obyek penelitian namun selain itu juga dikarenakan perusahaan ini salah satu perusahaan yang menggunakan tenaga kerja yang sangat beresiko jika terjadi kecelakaan karena alat-alat yang digunakan untuk berproduksi adalah alat-alat yang termasuk membahayakan jika tidak mempunyai keahlian dan ketelitian.

3. Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer Adalah jenis data, dokumen tertulis, file, rekaman, informasi, pendapat, dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang utama/pertama. Data jenis ini diperoleh dari sumber data yang merupakan responden penelitian yaitu :

1. Manajer Pelaksana : H. Saiful Munir

2. Pengawas Pelaksana : Dian Indra Tjahya

3. 26 Pekerja di PT Sama Sentral Swa Sembada Mojokerto b. Data Sekunder

(11)

1. Buku-buku yang berkaitan dengan kasus yang sedang diteliti. 2. Melihat hasil-hasil penelitian terdahulu

3. Melihat data-data , maupun berkas-berkas yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan besarnya tingkat kecelakaan kerja tersebut serta informasi yang berkaitan dengan kasus yang sedang diteliti.

4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian.

Untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara. Pengertian dari wawancara itu sendiri adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden.14

Dalam proses wawancara terdapat dua pihak yang menempati kedudukan yang berbeda, satu pihak berfungsi sebagai pencari informasi atau penanya atau interviewer, sedangkan pihak yang lain berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada penelitian yang dilakukan ini penulis atau peneliti berkedudukan sebagai interviewer dan sedangkan pemberi informasi diduduki oleh Saiful Munir sebagai manajer pelaksana dan juga Dian Indra Tjahya sebagai pengawas pelaksana dan juga para pekerja. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat bebas terpimpin yaitu wawancara dilakukan dengan menggunakan interviewer guide yang berupa catatan mengenai pokok-pokok yang

(12)

akan ditanyakan, sehingga dalam hal ini masih dimungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi dan juga kondisi ketika wawancara dilakukan.

Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu mendapatkan data melalui bahan-bahan kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kasus yang sedang diangkat yang tentunya masih berlaku pada saat ini, teori-teori atau tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku-buku literatur, catatan kuliah, surat kabar, bahan bacaan ilmiah yang mempunyai kaitan dengan permasalahan tersebut.

5. Teknik Analisa Data

Dalam penulisan hukum ini penulis menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif. Pengertian dari deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.15

F. Rencana Sistematika Penulisan

1. BAB I : Pendahuluan

Di dalam penulisan BAB I ini, penulis akan menjelaskan dan menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

2. BAB II : Tinjauan Pustaka

(13)

Di dalam penulisan BAB II ini, Penulis akan menjelaskan dan menguraikan secara khusus tentang Kecelakaan kerja, Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, Dampak kecelakaan kerja, Pihak yang bertanggung jawab atas kecelakaan kerja dan Pengaturan hukum yang terkait dengan kecelakaan kerja.

3. BAB III : Tanggung jawab pengusaha dan pekerja terhadap kecelakaan kerja.

Di dalam penulisan BAB III ini, penulis akan menjelaskan dan menguraikan tentang hasil penelitian sekaligus pembahasan terhadap permasalahan pertama dan kedua.

4. BAB IV : Penutup

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keberadaan pasar tradisional dewasa ini menjadi sebuah barang langka, atas gemerlapnya pasar modern yang dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi atas gaya hidup yang berkembang dari sebagian masyarakat, tidak hanya Kota Metropolitan, tetapi juga sudah merambah kota-kota kecil di tanah air, mudahnya menjumpai retail-retail modern seperti minimarket, supermarket, bahkan haypermarket, yang sudah berada di sekitar permukiman penduduk, yang mebuat aktivitas masyarakat yang menjanjikan kemudahan dan ke nyamanan dalam berbelanja.

(15)

pasar tradisional dalam situasi persaingan sempurna (perfect competition), maka hampir dapat dipastikan bahwa posisi pasar tradisional semakin terdesak bahkan dapat mematikannya.

Eksistensi pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah, maka dari itu masyarakat berharap agar pemerintah sebagai regulator yang seharusnya mampu mewadahi semua aspirasi yang berkembang tanpa ada yang merasa dirugikan. Pemerintah diharuskan mampu melindungi dan memberdayakan peritel kelas menengah dan kecil karena jumlahnya yang masyoritas, di sisi lain peritel besar pun yang telah dan akan beroperasi mempunyai sumbangan dalam perekonomian, yaitu selain menyerap tenaga kerja, peritel besar juga ikut memberdayakan dan meningkatkan kualitas pemasok setempat yang umumnya sebagai pengusaha kecil dan menengah.

Untuk keluar dari dilema tersebut, maka sebuah aturan ketat dibutuhkan untuk menata agar kompetisi berlangsung secara lebih adil, dan bukan dalam bingkai

‘kompetisi sempurna’ yang menganggap semua pelaku dianggap setara untuk

‘bertarung’ satu sama lain, di sinilah peran Pemerintah Kota Batu untuk hadir

(16)

Dalam konteks hubungan antara pasar tradisional dengan pasar modern1, maka secara normatif telah diterbitkan Undang-undang No 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, dan secara teknis diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 sebagai salah satu bentuk peran Negara / Pemerintah dalam melakukan penataan dan pembinaan bagi pasar tradisional dan pasar modern, untuk lingkup wilayah Provinsi Jawa Timur, juga telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Tradisional dan Penataan Pasar Modern di Provinsi Jawa Timur.

Dari keempat peraturan tersebut dirasa belum cukup untuk mengimbangi dinamika masyarakat Kota Batu yang berkarakter spesifik dan sejak tahun 2001 telah ditetapkan sebagai daerah otonom, sehingga perlu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kota Batu yang sekaligus diharapkan sebagai muara/penggabungan dari aturan-aturan terkait (omnibus regulations).

Keberadaan modernisasi yang tentu dipahami juga akibat desakan kekuatan kapitalis modern mendorong berdirinya pasar modern di tengah – tengah masyarakat Indonesia2, dalam jangka waktu singkat, para pelaku usaha ritel modern dengan kemampuan kapital yang luar biasa memanjakan konsumen

1 Positioning Paper Ritel Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2008. Jakarta, hal 3

(17)

dengan berbagai hal positif terkait kenyamanan saat berbelanja, keamanan, kemudahan, variasi produk yang kian beragam, kualitas produk yang makin meningkat, dan harga yang makin murah karena adanya persaingan, tetapi, meskipun kontribusi pasar modern terhadap pertumbuhan industri ritel di Indonesia menguntungkan konsumen, pertumbuhan ritel modern ternyata mendatangkan persoalan tersendiri berupa kian tersingkirnya hasil pertanian, perikanan, dan peternakan dalam negeri dari meja makan masyarakat Indonesia.

Bahkan secara historis, keberadaan pasar tradisional punya banyak sejarah perkembangan Kota Batu, dari hal itu diperlukan sebuah perda yang dapat melindungi pedagang pasar Kota Batu ini, dalam prosesnya terbentuknya sampai menghasilkan Perda yang sah, memakan waktu kurang lebih tiga bulan terhitung dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2012.

Dalam proses penyusunan, berbagai pihak menilai bahwa keterlibatan publik dan stakeholder yang terkait dirasa sangat kurang, walaupun keterlibatan publik tidak menjadi suatu kewajiban tetapi menjadi ironi ketika suatu aturan yang tujuan dasarnya melindungi keberadaan pasar tradisional, justru tidak melibatkan peran masyarakatdan khususnya para pedagang tradisional dalam perumusan suatu Perda.

(18)

dan UMKM (Unit Mikro, Kecil, dan Menengah). Melihat fenomena yang terjadi, ekspansi pasar modern di Kota Batu justru semakin tidak terkendali, Hal tersebut bisa dapat dilihat dari data yang dikeluarkan lembaga Nielsen, dimana sepanjang tahun 2010 pertumbuhan minimarket meningkat 42 %, dimana menjadi 16.922 unit dibanding sebelumnya sebesar 11.927 unit. contoh kasusnya.3 Pembukaan gerai-gerai minimarket baru seperti Alfamart, Indomaret, Alfa Midi dan Alfa Express juga turut berperan dalam marginalisasi pasar lokal. Bahkan khusus untuk AlfaMart, saat ini sudah membuka kurang lebih 60 gerai.

Sebagai akibat kebijakan Pemda yang mengijinkan pembangunan banyak toko modern dan pusat perbelanjaan, sebagai tambahan data dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), sejak tahun 2004 sebagai contoh, delapan pasar di Jakarta tutup karena ditinggalkan pembelinya dan overhead cost cukup tinggi, Yaitu pasar Blora, Cilincing, Cipinang Baru, Kramat Jaya, Muncang, Prumpung Tengah, Sinar Utara dan Karet Pedurenan.

Pedagang yang menganggur diperkirakan sedikitnya mencapai 2.100 pedagang. Pedagang yang bertahan sampai saat ini mengalami penurunan omzet hingga 75 persen. Sedangkan pasar-pasar tradisional lain di wilayah Jakarta, tingkat huniannya hanya 40-60% serta ditinggalkan pembelinya. Catatan APPSI menyebutkan, dari keseluruhan 151 pasar tradisional di Jakarta, terdapat 51 pasar yang berdekatan dengan toko modern dan pusat perbelanjaan, ada 45 pasar dengan rata-rata radius kedekatan kurang dari 2,5 km.

(19)

Banyak kasus yang terjadi bukan hanya di Jakarta, tetapi hampir seluruh wilayah di Indonesia, yang menyebabkan pasar tradisional mengalami penyusutan atupun gulung tikar4, hingga tahun 2006, berdasarkan data AC Nielsen pasar di Indonesia mengalami pertumbuhan mencapai 31,4 % per tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut hingga 8,1 % per tahun, sangatlah mengenaskan ketika pasar tradisional harus dihadapkan pada pasar modern “face to face” dan lebih tragis lagi

hampir tidak adanya keberpihakan pemerintah kepada pasar tradisional, berakibat pada kian menajamnya kesenjangan social, pemerataan pendapatan takakan tercapai jika media utama aktivitas perekonomian rakyat ekonomi lemah, dibiarkan tersisih. Pemberdayaan pasar tradisional sebagai wadah ekonomi mikro mutlak diperlukan5.

Menurut Pasal 1 ayat 12 pada Peraturan Daerah Kota Batu No 8 Tahun 2012 Kota Batu tentang Perlindungan Pasar Tradisonal, Penataan Dan Pengawasan Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern yang isinya, perencanaan pembangunan pusat perbelanjaan dan toko modern harus didahului dengan studi mengenai dampak lingkungan baik dari sisi tata ruang maupun non fisik, meliputi aspek lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya, untuk mencegah dampak negatif terhadap eksistensi pasar tradisional, usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi serta usaha lainnya.

4 Sinaga, Pariaman, 2006, Penelitian Dampak Keberadaan Pasar Modern (Supermarket dan Hypermarket)

Terhadap Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM: nomor 1 tahun 1-2006: 8

(20)

Dari hal inilah Pemerintah Kota Batu membuat produk hukum yang intinya untuk melindungi pedagang pasar tradisional yang terdapat pada Pasal 8 (ayat 4) pada Peraturan Daerah Kota Batu No 8 Tahun 2012 tentang Perlindungan Pasar Tradisonal, Penataan, dan Pengawasan, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. Dalam hal ini penulis menitik beratkan Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan perlindungan kepada Pedagang pasar tradisonal dalam beberapa aspek yaitu :

1. Lokasi usaha yang stategis dan menguntungkan pasar tradisonal kepastian hukum dan jaminan usaha dari kemungkinan penggusuran yang tidak menguntungkan

2. Persaingan dengan pelaku usaha pusat perbelanjaan dan toko modern baik dalam aspek lokasi maupun aspek lainnya.

3. Kepastian hukum dalam status hak sewa, untuk menjamin keberlangsungan usaha jika terjadi musibah yang menghancurkan harta benda yang diperdagangkan.

(21)

Tugas yang berat diemban oleh UPTD Pasar Kota Batu, dalam rangka membina dan melindungi pedagang pasar tradisional, tugas ini merupakan kewajiban yang harus diselesaikan secara tuntas di bidang pembinaan dan perlindungan yang merupakan proses kerja yang terpadu, maksudnya antara faktor penggerak dan sumber daya yang digunakan secara seimbang dan dinamis, sehingga usaha mewujudkan tujuan UPTD Pasar dapat tercapai secara optimal, meskipun nantinya meningkatkan daya saing pasar tradisional lewat aturan Peraturan Daerah Kota Batu No 8 Tahun 2012 Tentang Perlindungan Pasar Tradisonal, Penataan, dan Pengawasan, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern tersebut, yang kenyataan justru sebaliknya implementasi Perda dilapangan dirasa tidak berjalan sesuai harapan.

Secara garis besar pemerintah daerah dibantu oleh Satuan Kerja Perangkat Dinas yang berperan penting dalam hal penegakkan hukum masih lemah, dimana dalam Peraturan Daerah Kota Batu No 8 tahun 2012 Tentang Perlindungan Pasar Tradisonal, Penataan, dan Pengawasan, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, ditekankan bahwa pemerintah daerah diberikan kewenangan penuh dalam mengatur pemberian izin usaha dan pendirian pasar modern.

(22)

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna menyusun skripsi

dengan mengambil judul “PELAKSANAAN KEWAJIBAN PEMERINTAH

DAERAH TENTANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA PEDAGANG TRDISIONAL DI KOTA BATU”.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bentuk Pelaksanaan Pasal 8 Ayat 4 Tentang Memberikan Perlindungan Kepada Pedagang Tradisional Di Kota Batu?

2. Apa Hambatan Pelaksanaan Perlindungan Kepada Pedagang Tradisional Di Kota Batu ?

3. Upaya Apa Yang Dilakukan UPTD Pasar Kota Batu Dalam Mengatasi Hambatan Tersebut?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

a. Mengetahui dan mengkaji pelaksanaan implementasi dari kebijakan Pasal 8 ayat 4 Perda No.8 tahun 2012 di Kota Batu.

b. Mengetahui dan mengkaji hambatan dari pelaksanaan kebijakan Pasal 8 ayat 4 Perda No.8 tahun 2012, terhadap pelaksanaan perlindungan kepada pedagang pasar tradisonal yang ada di Kota Batu.

(23)

D.Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat sebagai :

1. Kegunaan Penelitian

a. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap wacana keilmuan di kalangan civitas akademika, khususnya mahasiswa dalam mengembagkan kajian pranata Hukum Tata Negara.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah dibidang Hukum Tata Negara dan pranata sosial di kalangan praktisi hukum, khsusnya dalam penemuan dan penerapan hukum serta nilai-nilai hukum dalam produk pemerintahan terhadap suatu peristiwa hukum yang terjadi di kalangan masayrakat.

c. Hasil penelitian ini menjadi kritik maupun saran bagi pemerintah khususnya di Kota Batu agar dapat melindungi hak-hak semua warganya tanpa terkecuali agar Kota Batu menjadi Kota Adil dan Makmur.

E.Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

(24)

maksud Ilmu hukum yang lain. Sehingga keilmuan Hukum dapat berkembang lebih maju dan dapat membuat produk-produk hukum yang lebih adil.

2. Bagi Masyarkat

Dapat mengetahui produk-produk hukum yang dihasilkan oleh pemerintah, iyalah produk yang adil dan dibuat sesuai dengan kehidupan masyrakat sekitar Pemerintahan itu sendiri. Dan dapat mengetahui seluk beluk sebuah peraturan kepemerintahan.

3. Bagi Pemerintah

Agar membuat peraturan lebih seksama dan teliti dalam membuat peraturan agar semua aspirasi masyarakat tertampung dan menjadi produk hukum yang pro rakyat.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

(25)

Perbelanjaan Dan Toko Modern”, khususnya melindungi pedagang pasar tradisonal Kota Batu.

2. Lokasi Penelitian

Sehubungan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, maka peneliti memilih lokasi yaitu UPTD Pasar Kota Batu, karena dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Implementasi Pasal 8 Ayat 4 Perda No 8 Tahun 2012 menegenai Perlindungan Hukum Pedagang Pasar Tradisional di Kota Batu, penjabaran isi pasal 8 ayat 4 yaitu terkait Lokasi Usaha yang startegis, persaingan usaha dengan pusat perbelanjaan dan toko-toko modern, dan kepastian hukum status hak sewa untuk menjamin keberlangsungan usaha jika terjadi forcemeyure atas harta benda yang di perdagangkan.

Dari permasalahan tersebut peneliti melakukan riset pendahuluan di suku Dinas Perdagangan Kota Batu, Dinas UPTD Pasar, dan Pedagang yang berada di pasar tradisional Kota Batu.

3. Sumber Data

(26)

3.1 Data Primer

Data Primer yaitu sumber data yang diperoeh langsung dari masyarakat6, didapatkan dengan dilakukannya wawancara. Wawancara yaitu data yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara secara mendalam untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya terutama yang berkaitan dengan penerapan kebijakan perda No.8 tentang perlindungan, pedagang di Kota Batu.

Proses wawancara ini menggunakan pedoman wawancara (interview guide), agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian. Informan yang

akan penulis wawancarai dalam pengumpulan data, ada dua yaitu:

a. UPTD Pasar Kota Batu diwakili oleh KA TU UPTD Pasar Kota Batu Bapak Sudarwito ST.MT

b. Beberapa Pedagang Tradisonal Kota Batu yang tidak saya cantumkan namanya, dikarenakan untuk menjaga responden ini dari intervensi dari pihak lain yang antara lain, narasumber 1 - 6.

3.2 Data Sekunder

Data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dengan mengumpulkan dan menganalisis arsip atau dokumen mengenai berbagai informasi yang berkaitan dengan kajian dan fokus penelitian. Arsip dan dokumen yang

6Soekanto, Soerjano, 1986. Penghantar Penelitian Hukum, cetakan ketiga, Penerbit Universitas

(27)

dimaksud dapat berupa artikel dan berita di surat kabar ataupu di internet, peraturan perundang undangan terkait, antara lain :

a) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.

b) Perpres No 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Trdisional, Pusat perbelanjaan dan Toko Modern

c) PerMen Perdagangan Ri No 53 Tahun 2008 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Trdisional, Pusat perbelanjaan dan Toko Modern

d) Perda No 8 tahun 2012 Tentang Perlindungan Pasar Tradisonal Penataan Dan Pengawasan Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

Dan masih banyak perundangan-undangan yang terkait dengan penelitian tersebut untuk dapat di gunakan untuk pelengkap dalil-dalil penulisan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

(28)

sementara yang akan dikaji lebih mendalam. Proses ini akan dimulai dengan penulisan data yang lebih teratur dari proses pengumpulan informasi yang dilakukan melalui proses wawancara, dokumentasi serta observasi. Hal ini untuk memudahkan peneliti mencermati sejumlah informasi tersebut. Informasi ini selanjutnya akan di triangulasi untuk memastikan keabsahan (validity) data. Dari pernyataan di atas saya menjelaskan metode-metode yang penulis gunakan yaitu :

1) Interview (wawancara)

Penulis gunakan untuk memperoleh data yang cepat dan tepat dengan cara berhadapan langsung dengan narasumber KA TU UPTD pasar Kota Batu serta beberapa pedagang di pasar tradisonal Kota Batu,yaitu Bapak Sun, Ibu Mar, Ibu Ruk, Ibu Al, Bapak Hl, Bapak Pi. Dari hal tersebut data dapat secara langsung diperoleh, dalam hal ini penulis menggunakan metode interview bebas terpimpin yang artinya, penginterview membawa kearangka pertanyaan untuk disajikan, tapi cara bagaiman pertanyaan itu di ajukan dan timeing interview sama sekali di serahkan kepada kebijaksanaan responden. Dalam kerangka pertanyaan ia mempunyai kebebasan untuk mengali alasan-alasan dan dorongan denga problem yang tidak kaku7.

(29)

2) Observasi

Penulis mempergunakan untuk mengumpulkan data dengan menyelidiki atau mengamati secara langsung dan aktif berpartisipasi serta mengingat-ingat, dengan mengunakan metode tersebut penulis secara lagsung dapat mengetahui kebenaran data yang diselidiki, penulis juga dapat menyatakan kepada hal-hal yang diragukan atau dianggap tidak jelas, dan terakhir penulis dapat melaksanakan metode tersebut.

3) Dokumentasi

Untuk mendapatkan hasil penelitian penulis menggunakan data dokumentasi. Untuk mendapatkan data, penulis mencatat secara langsung dari hasil penelitian sebagai berikut :

a. Penulis melihat dan membaca data yang diberikan KA UPTD Pasar Kota Batu

b. Penulis melihat dan membaca dokumen-dokumen dan mengutip hal-hal yang berkaitan dengan penulisan ini.

5. Analisa Data

(30)

Langkah selanjutnya adalah penyajian data yang diperoleh dari hasil analisis serta interpretasi terhadap sejumlah informasi selama penelitian, penggunaan penyajian data ini untuk memudahkan peneliti memahami data, selain itu, juga akan membantu dalam menentukan tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut, seperti melakukan proses analisis lebih dalam. Kesimpulan sementara ini selanjutnya akan dicermati untuk menghasilkan kesimpulan penelitian, dan akan dituliskan secara deskriptif-analitis, penelitian ini akan berakhir ketika data sudah mencukupi untuk menjawab pertanyaan penelitian.

G.Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyajikan dalam empat bab, dengan harapan mempunyai sistematika yang dapat membantu dan memudahkan untk mengetahui dan memahaminya. Adapun sistematika yang dimaksud adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab 1 meliputi : latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, rujukan/kerangka teori metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(31)

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitiannya serta analisa dari hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu pelaksanaan Pasal 8 (Ayat 4) Perda No.8 Tahun 2012 tentang perlindungan hukum dalam aspek lokasi usaha, persaingan usaha, kepastian hukum hak sewa pedagang pasar tradisional, apa hambatan pelaksanaan Pasal 8 (Ayat 4) Perda No.8 Tahun 2012 perlindungan hukum pedagang pasar tradisional, hasil interview dengan pedagang mengenai permasalahan , upaya/solusi apa yang dilakukan oleh pemerintahan Kota Batu terhadap pelaksanaan Perda tersebut.

BAB IV PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Dipping dengan Menggunakan Larutan Kaporit terhadap Tampilan Total Bakteri dan Derajat Keasaman Susu Sapi Perah” dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Rapat Pre-Bid Meeting dibuka oleh Ketua Pokja Pengadaan Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sumatera Utara.. Rapat ini dilaksanakan untuk menginformasikan

Pencapaian indikator keenam , jumlah teknologi spesifik lokasi telah tercapai sebesar 100%, dari target 250 teknologi. Adapun output yang dihasilkan berupa: 55 paket

Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa mampu menerapkan dan menguasai konsep dasar analisis survival dalam melakukan inferensi pada bidang ilmu kehidupan

(3) wawancara. Metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap kinerja lulusan pelatihan pada pekerjaan yang sebenarnya, merupakan pendekatan paling efektif

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

masing gaya kognitif (field dependent dan field independent), manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran