i
SKRIPSI
KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM KERJASAMA MILITER
DENGAN CHINA
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1
Jurusan Hubungan Internasional
Oleh:
FERRY DWI PROVIANTO
07260006
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
NAMA
: Ferry Dwi Provianto
NIM
: 07260006
Jurusan
: Hubungan Internasional
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi
: KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM KERJASAMA
MILITER DENGAN CHINA
Disetujui
DOSEN PEMBIMBING
Pembimbing I
Pembimbing II
M. Syaprin Zahidi, M.A.
Ayusia Sabhita K, S. IP., M. Soc. Sc.
Mengetahui :
Dekan
Ketua Jurusan
FISIP UMM
Hubungan Internasional
iii
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA
: Ferry Dwi Provianto
NIM
: 07260006
Jurusan
: Hubungan Internasional
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi
: KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM KERJASAMA
MILITER DENGAN CHINA
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional
Dan dinyatakan LULUS
Pada : Selasa
Tanggal : 26 Februari 2013
Tempat : Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional
Mengesahkan,
Dekan FISIP
–
UMM
Dr. Wahyudi, M.Si.
Dewan Penguji:
1.
Gonda Yumitro, M.A.
Penguji 1
(
)
2.
Ruli Inayah R, S.Sos., M.Si.
Penguji 2
(
)
3.
M. Syaprin Zahidi, M.A.
Penguji 3
(
)
iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
1. Nama
: Ferry Dwi Provianto
2. NIM
: 07260006
3. Jurusan
: Hubungan Internasional
4. Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
5. Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
6. Jenjang Studi
: Strata Satu (S-1)
7. Judul Skripsi : KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM
KERJASAMA MILITER DENGAN CHINA
8. Pembimbing
: I. M. Syaprin Zahidi, M.A.
II. Ayusia Sabhita K, S.IP.,M. Soc. Sc.
9. Pembimbingan : Lihat Tabel
WAKTU
PARAF
KETERANGAN Pembimbing
I
Pembimbing II
12 Juni 2011 Pengajuan Judul
21 Juni 2011 ACC Judul Skripsi
03 Januari 2013 ACC Seminar
Proposal
13 Januari 2013 Seminar Proposal
02 Februari 2013 ACC BAB I
26 Februari 2013 ACC Bab II
10 Maret 2013 ACC Bab III
30 April 2013 ACC Bab IV dan V
03 Mei 2013 ACC Ujian Skripsi
Malang, 30 Mei 2013
Pembimbing I,
Pembimbing II,
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Ferry Dwi Provianto
Tempat Tanggal Lahir
: Gresik, 29 Februari 1988
NIM
: 07260006
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan
: Hubungan Internasional
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul :
KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM KERJASAMA MILITER DENGAN
CHINA
Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya
dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Malang, 30 Mei 2013
Yang Menyatakan,
vi
ABSTRAKSI
Ferry Dwi Provianto,
2013, 07260006,
Universitas Muhammadiyah Malang,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hubungan Internasional,
Kepentingan
Pakistan Dalam Kerjasama Militer Dengan China
.
Pembimbing I: , M. Syaprin
Zahidi, M.A. Pembimbing II : Ayusia Sabhita Kusuma, S. IP., M. Soc. Sc.
Realitas dunia internasional yang kompleks ditandai oleh berbagai bentuk
perilaku negara yang tidak menentu. Dalam kondisi seperti itu, setiap negara di
dunia dihadapkan pada persoalan keamanan yang dilematis. Suatu negara tidak
memiliki jaminan apa pun bahwa negara lainnya akan selalu berprilaku sesuai
dengan arah politiknya. Kedaulatan negara tergantung pada negara itu sendiri,
bukan niat baik negara lain.
Secara teoritis, melalui pendekatan
Politik Luar Negeri dan Kepentingan
Nasional,
setiap negara dituntut untuk mencapai kepentingan nasionalnya secara
maksimal sebagai syarat menjamin kemanan internasionalnya. Suatu negara
dituntut untuk melakukan cara-cara apa saja yang dapat menjamin bahwa negara
lain tidak mengancam kedaulatannya. Salah satunya adalah dengan melakukan
kerjasama militer, seperti yang dilakukan Pakistan.
Kerjasama milter Pakistan dengan China dapat dilihat dalam dua wilayah,
politik dan ekonomi. Secara politik, kerjasama militer Pakistan dapat dilihat
dalam tiga sub-wilayah, yaitu, bilateral, regional, dan global. Sedangkan secara
ekonomi, Pakistan berkepentingan untuk meningkatkan industri persenjataan
sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lainnya.
Kata kunci : Kerjasama, Militer dan Kepentingan Nasional.
Malang, 30 April 2013
Peneliti
Ferry Dwi Provianto
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
vii
ABSTRACT
Ferry Dwi Provianto,
2013, 07260006,
Muhammadiyah University of Malang,
Faculty of Social and Political Science, International Relations,
Pakistan’s
Interest In Military Cooperation With China
,
Advisor I: Drs. M. Syaprin Zahidi,
M.A. Advisor II : Ayusia Sabhita Kusuma, S. IP., M. Soc. Sc.
Complex international reality characterized by various forms of state
behavior is erratic. In such conditions, every country in the world are faced with
the dilemma of security issues. A country does not have any guarantee that other
countries will always behave in accordance with its political direction.
Sovereignty of the state depends on the state itself, not the goodwill of other
countries.
Theoretically, the approach Foreign Policy and National Interests, each
state is required to achieve maximum national interests as a condition for its
international security guarantees. A state is required to perform any ways to
ensure that other countries do not threaten its sovereignty. One way is to conduct
military cooperation, as did Pakistan.
Pakistan military cooperation with China can be seen in the two regions,
politics and economics. Politically, Pakistan military cooperation can be seen in
the three sub-regions, ie, bilateral, regional, and global. While economically,
Pakistan's interest to increase armaments industry that can compete with other
countries
Keywords: Military Cooperation and National Interest
Malang, 30 April 2013
Researcher
Ferry Dwi Provianto
Approve by,
Advisor I Advisor II
viii
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
nikmat,
taufik,
dan
hidayah-Nya
sehingga
skripsi
dengan
judul
“
KEPENTINGAN
PAKISTAN
DALAM
KERJASAMA
MILITER
DENGAN
”
ini dapat penulis selesaikan. Shalawat serta Salam tak lupa penulis
haturkan kepada junjungan besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang-benderang yaitu Dinul
Islam.
Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata 1 (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan
Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki, masih banyak kekurangan-kekurangan yang
harus diperbaiki. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna, khususnya bagi dunia
pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.
My Dad, Bpk Suyadi dan My Mom, Ibu Rina Agustina
yang dengan penuh
kesabaran dan pengorbanannya selalu memberikan semangat, doa dan
dorongan,serta bantuan material maupun non material agar penulis dapat
menyelesaikan studi.
2.
Keluarga besarku di manapun berada, terima kasih atas doa dan
semangatnya.
3.
Bapak Muhadjir Efendi, M.AP. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang.
4.
Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
ix
memberikan bantuan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6.
Dosen-dosen Jurusan Hubungan Internasional seluruhnya yang telah
mengajar dan berbagi ilmu serta pengalaman dari semester 1 hingga skripsi.
Ruli Inayah Romadhoan, S.Sos., M.Si, Tonny Dian Effendi, S.Sos., M.Si,
Gonda Yumitro M.A, Ayusia Sabhita K, S. IP., M. Soc. Sc, Dyah Estu K,
S.sos., M.Si, dll.
7.
Sahabatku anak-anak kontrakan ATEN UYEE : Firdaus
‘Xenia’
Asmarinda,
Jhoni
‘Rush’
Setiawan,
Abim ‘Madupan’, Putra ‘Fab’
Doni Irsyah,
Audifadh,
Wahyu ‘Kimik’ Hidayat,
Jay Arya, M. Hadi Sensei Sururin Tora
Sudiro, Permadi ‘SteelSeries’
,
Riki ‘Tukinyong’ Rahmawan
serta guru besar
kontrakan Ahmad ‘Kacong Uyee’ Juhairi
yang selalu ada dan setia
memberikan doa, semangat, dukungan, dorongan dan segalanya serta
kebersamaan yang indah kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi
ini.
8.
Teman-teman HI semua angkatan terutama 2007 yang sudah membagi ilmu,
pengalaman, dan untuk semangat dan kebersamaannya melewati studi ini
bersama-sama.
9.
Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi,
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT selalu melindungi dan meridhoi atas segala apa yang
telah penulis sampaikan dalam skripsi ini. Dan semoga penulisan skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya. Akhirnya,
saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan dalam rangka
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini.
Malang, 21 Agustus 2013
x
Motto
“
Setiap kekalahan selalu ada
strategi baru yang tersembunyi.
Hanya dimengerti oleh yang
xi
DAFTAR ISI
Hal.
SAMPUL DAN COVER ... i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... v
ABSTRAKSI ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
MOTTO ... x
LEMBAR PERSEMBAHAN ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penulisan ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
1.4.1 Tataran Akademis ... 7
1.4.2 Tataran Praktis ... 7
1.5 Kerangka Pemikiran ... 8
1.5.1 Studi Terdahulu ... 8
1.5.2 Konsep dan Teori... 11
1.5.2.1 Teori Politik Luar Negeri ... 11
1.5.2.2 Kepentingan Nasional... 12
xii
1.5.2.4 Aliansi ... 16
1.6 Metode Penelitian ... 18
1.6.1 Tipe Penelitian ... 18
1.6.2 Tingkat (Level) Analisa ... 19
1.6.3 Teknik Analisa Data ... 20
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20
1.6.5 Ruang Lngkup dan Jangkauan Penelitian ... 20
1.7 Argumen Dasar ... 21
1.8 Sistematika Penulisan ... 21
BAB II SEJARAH, KONFLIK HUBUNGAN BILATERAL PAKISTAN. 24
2.1 Sejarah Berdirinya Pakistan ... 24
2.2 Konflik Bilateral Pakistan-India ... 28
2.2.1 Kashmir Sebelum Perang India-Pakistan ... 30
2.2.2 Kashmir Pada Masa Perang India-Pakistan ... 32
2.3 Hubungan Pakistan-China Dalam Kajian Militer ... 36
BAB III POSTUR DAN KERJASAMA MILITER (ALIANSI)
PAKISTAN DENGAN CHINA ... 43
3.1 Postur Militer Pakistan ... 43
3.2 Proyek Kerjasama Pengembangan Alutsista Pakistan-China ... 57
3.3 Persenjataan Nuklir ... 62
BAB IV KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM KERJASAMA
MILITER DENGAN CHINA ... 75
4.1 Kepentingan Politis ... 75
4.1.1 Penguatan Posisi Pakistan terhadap India
(Kepentingan Bilateral) ... 75
xiii
Internasional Amerika Serikat (Kepentingan Global)... 79
4.2 Kepentingan Ekonomis ... 83
BAB V PENUTUP ... 91
5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 93
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Posisi penulisan ... 21
Tabel 3.1 Lembaga Pengawas dan Pengembangan Nuklir Pakistan... 45
Tabel 3.2 Postur Militer Pakistan Tahun 2002... 46
Tabel 3.3 Postur Militer Pakistan Tahun 2010... 48
Tabel 3.4 Markas Besar dan Basis Utama Militer Pakistan ... 49
Tabel 3.5 Peralatan Militer Pakistan Tahun 2012 ... 53
Tabel 3.6 Perusahaan-Perusahaan Alutsista Pakistan ... 56
Tabel 3.7 Daftar Bantuan China Terhadap Pengembangan Nuklir Pakistan ... 67
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Equipment Angkatan Darat ... 50
Gambar 3.2 Equipment Angkatan Laut ... 51
Gambar 3.3 Equipment Angkatan Udara ... 52
Gambar 3.4 Lokasi Pengembangan Nuklir Pakistan ... 70
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembahasan mengenai Pakistan tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
suatu kawasan yang dikenal dengan Asia Selatan. Kawasan ini memiliki posisi
yang strategis dilihat dari letak geografisnya. Wilayah Asia Selatan berbatasan
dengan Arabia dan Laut Bengali, serta memiliki akses langsung ke Samudera
Hindia.
Dalam konteks politik internasional, daya tarik Asia Selatan dapat dilihat
peran India dan Pakistan yang begitu dominan di kawasan tersebut. Ini karena
sejak awal hubungan kedua negara senantiasa diwarnai konflik. Konflik dan
potensi konflik di Asia Selatan utamanya berasal dari hubungan bilateral kedua
negara yang tidak harmonis, yang kemudian menyentuh kepentingan-kepentingan
yang lebih besar sehingga bisa menarik kekuatan-kekuatan di luar Asia Selatan.
Latar belakang terjadinya perang antara India dengan Pakistan berawal
dari konflik politik, yaitu tentang perebutan wilayah Kashmir. Konflik tersebut
bermula pada tahun 1941, yaitu ketika Singh dan penggantinya menguasai
Kashmir. Kemudian, pada sensus tahun 1941, wilayah Kashmir memiliki jumlah
penduduk sebesar 4.021.698 orang, serta 3.101.247 diantaranya adalah beragama
Muslim. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pada wilayah yang bergejolak di
Kashmir, 94% penduduknya beragama Muslim. Pada saat itu rakyat Kashmir
penguasa yang terkenal dengan kekejamannya, terutama pada saat proses
penumpasan pemberontakan yang terjadi pada tahun 1931.1
Konflik Kashmir ini adalah bibit konflik yang terus berkembang dan
belum terselesaikan dengan baik antara di Asia Selatan, khususnya antara Pakistan
dan India. Tercatat ada beberapa kali perang terbuka yang diakibatkan oleh
sengketa wilayah Kashmir ini. Setelah perang pertama yang terjadi pada tahun
1947, perang kedua terjadi kembali pada tahun 1971 yang terus berlanjut dengan
konflik-konflik bersenjata skala kecil yang berlangsung hingga pertengahan tahun
1980an. Tahun 1999, kembali pecah konflik yang dikenal dengan konflik Kargil.2
Konflik Kashmir merupakan salah satu konflik terpenting dalam hubungan
Pakistan dan India. Masalah ini adalah hambatan dalam hubungan kedua Negara.
Karena semenjak kemerdekaan kedua negara, konflik ini tidak pernah reda dan
menjadi pemicu adanya perlombaan senjata antara Pakistan dan India. Menurut
Iftikhar H. Malik, Masalah Kashmir dalam dunia internasional dikenal dalam isu
separatisme, sehingga kelompok-kelompoknya melakukan pergerakan etnik yang
dapat disebut sebagai kaum separatis, berbeda dengan kaum Sikh dan Tamil yang
bergerak untuk otonomi. Kashmir dikategorikan dalam etnis separatis karena
seluruh pergerakannya ditujukan untuk mengkonsolidasikan etno-nasionalisme
1
Yasir M Hadi, Latar Belakang, Proses Dari Konflik Antara India Dengan Pakistan Sampai Saat Ini diakses dari: http://pensa-sb.info/wp-content/uploads/2011/01/LATAR-BELAKANG-PROSES-DARI-KONFLIK.pdf pada tanggal 9 Desember 2012
2
dengan wilayah Lembah Kashmir menjadi fokus pergerakan yang dimotori oleh
aktivis muslim.3
Konflik kedua negara semakin menghangat ketika India mulai menguji
coba kemampuan nuklirnya pada tahun 1974 lewat proyek Smilling Budha di gurun Pokhran. Tindakan India tersebut mendorong Pakistan untuk
mengembangkan kemampuan nuklirnya pula. Pakistan diketahui telah memulai
progam nuklirnya pada tahun 1956 melalui badan pengembangan atom ( The Pakistan Atomic Energy Commission atau PAEC ) yang dibentuk pada tahun 1956.4 Namun Presiden Zulfikar Ali Bhutto yang menjadi perdana menteri
Pakistan pada 20 Desember 1971 merealisasikan opsi untuk memiliki senjata
nuklir. Dalam perkembangannya, Pakistan memperoleh banyak dukungan China
dalam pengembangan senjata nuklirnya.
Pertikaian panjang antara India dan Pakistan menyebabkan ketidakstabilan
di kawasan Asia Selatan. Keadaan ini mendorong kekuatan-kekuatan besar dunia
untuk berperan di wilayah ini, karena Asia Selatan memiliki nilai strategis. China
dan AS adalah dua kekuatan besar di luar kawasan Asia Selatan yang banyak
berperan dalam hubungan India dan Pakistan.
Pada masa perang dingin, wilayah Asia Selatan juga mendapat perhatian
khusus dari AS karena wilayah ini masuk dalam containment strategy untuk membendung komunisme. Presiden Harry S. Trumman pernah menyatakan
3
Iftikhar H. Malik, The Continuing Conflict in Kashmir Regional Détente in Jeopardy, dalam Ethnic and Religious Conflict (Vermont: Darmouth Publishing Company, 1994), sebagaimana dikutip oleh Ita Mutiara Dewi, Dilema Masalah Kashmir dalam Kerangka Hubungan India-Pakistan, dalam MOZAIK Vol.1 No. 1, Juli 2006 ISSN 1907-6126, pdf, hlm. 6
4
mengenai efek domino, yaitu apabila suatu wilayah atau negara berhasil dikuasai
oleh suatu ideologi (dalam hal ini komunis) maka negara-negara disekitarnya juga
berpotensi untuk dikuasai oleh ideologi tersebut.5 Rusia telah berhasil menguasai
dan menanamkan ideologi komunisme di sebagian besar wilayah Eropa Timur. Di
China, komunisme dibawah pimpinan Mao Zedong juga berhasil merebut
kekuasaan dan menyebabkan kaum nasionalis pimpinan Chiang Kai-Sek
menyingkir ke pulau Formosa pada 1949. Cina yang dikuasai oleh komunisme
dianggap AS sebagai ancaman dan hal ini menyebabkan hubungan kedua negara
tidak harmonis.6
Hubungan diplomatik yang baik kedua negara antara Pakistan dan Cina
dimulai pada konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955. Pada April 1955
Perdana Menteri Pakistan, Mohammad Ali Bogra bertemu dengan Perdana
Menteri Cina, Zhou Enlai. Pakistan adalah salah satu negara yang pertama-tama
mengakui berdirinya Republik Rakyat RRC pada 4 Januari 1950 dan membuka
hubungan diplomatik dengan Beijing walaupun kedua negara memiliki sistem
politik dan ideologi yang berbeda serta meningkatkan kerjasama dalam
membendung ancaman yang datang dari India.7 Namun hubungan awal Cina dan
Pakistan menjadi terganggu dengan masuknya Pakistan ke dalam SEATO yang
merupakan Fakta Pertahanan Pembentukan AS untuk menghadang gerakan China
di Asia.
5Ibid, 6
Taiwan’s 400 years of History : Important millestown from 1600’s to Present diakses dari http://www.taiwandc.org/hst-1624.htm#1945, pada tanggal 7 November 2011
7
Pakistan pada awal mula kemerdekaannya di tahun 1950an memberi
dukungan pada China untuk duduk dalam Dewan Keamanan PBB. Namun pada
1953 Pakistan menarik dukungannya terhadap China untuk duduk dalam Dewan
Keamanan PBB sebagai akibat dari pengaruh AS. Bahkan Pakistan juga
bergabung dengan CENTO dan SEATO yang merupakan bentukan AS untuk
membendung China secara khusus. China pun menyebut fakta tersebut sebagai
alat “imperialisme Amerika”.
Kenyataan di atas menggambarkan posisi Pakistan diantara dua kekuatan
besar, Amerika Serikat dan China. Sebagai salah satu negara yang cukup strategis
di Asia Selatan, Pakistan menjadi rebutan kedua negara untuk memperluas
pengaruhnya. Kenyataan di atas juga menggambarkan bahwa secara historis,
Pakistan pernah menjalin hubungan baik dengan China dan AS. Secara historis
pula, Pakistan pernah memutuskan hubungan dengan China ketika negara tersebut
bergabung dengan SEATO.
Namun, dalam perkembangannya hubungan Pakistan dengan AS juga
mnengalami kendala. Hal ini terjadi ketika dalam perang Pakistan-India, AS lebih
mendukung India. Permasalahan ini mendorong Pakistan kembali memilih China
sebagai mitra kerjasamanya, terutama di bidang militer. Dorongan yang kuat itu
dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa China merupakan salah satu negara besar
yang menjadi kompetitor kekuatan AS di Asia Selatan,8 bahkan di dunia.
Berdasarkan kepentingan kedua negara, kerjasama Pakistan dan China
terjalin dengan mudah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Menteri Pertahanan
8
China, Liang Guanglie, dan Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan, Ashfaq Parvez
Kayani. Menurut Liang Guanglie, hubungan bilateral dalam "semua-kondisi persahabatan" China dan Pakistan adalah pilihan strategis dan sesuai dengan kepentingan mendasar kedua negara.9
Sementara itu, Kayani mengatakan Pakistan memandang sangat penting
untuk hubungan dengan China. Dia menambahkan bahwa kedua negara memiliki
kepentingan bersama yang luas baik dalam urusan internasional dan regional.10
Salah satu bukti adanya kerjasama kedua negara adalah sejak tahun 1968 sampai
sekarang adalah, China membantu Pakistan dengan menyuplai persenjataan
seperti pesawat tempur Hongdu k 8 Karakorum yang dibuat pada tahun 1990an.11
Bagi Pakistan, kerjasama dengan China merupakan upaya aktualisasi
kepentingan nasionalnya. Kepentingan Pakistan dalam hal ini, meliputi
kepentingan yang bersifat politis dan ekonomis. Dari sisi politik, tentunya terkait
denga posisi strategis Pakistan di kawasan dan global. Selain itu, Pakistan juga
berkepentingan untuk mengantisipasi agresi India. Sedangkan dari sisi ekonomis,
Pakistan berkepentingan untuk memajukan industri persenjataannya yang
berdasarkan pengalaman, kemajuan industri persenjataan akan berpengaruh pada
kemajuan ekonomi suatu negara. Amerika Serikat dan China adalah bukti yang
paling nyata. Karena itulah, kepentingan-kepentingan Pakistan terkait dengan
kerjasama militernya dengan China menarik untuk diteliti lebih jauh.
9
Intelejen, Cina-Pakistan Perkuat Kerjasama Pragmatis Militer, di aksesl dari
http://www.intelijen.co.id/warta/1704-cina-pakistan-perkuat-kerjasama-pragmatis-militer, tanggal 6 Januari 2012
10 Ibid, 11
1.2 Rumusan Masalah
Dari fakta-fakta diatas, maka permasalahan yang diajukan adalah:
Bagaimana kepentingan Pakistan dalam kerjasama militerdengan China?
1.3 Tujuan Penulisan dan Kegunaan Penelitian
Secara khusus, penelitian ini ditujukan untuk memahami secara
komprehensif mengenai kepentingan yang mendorong Pakistan melakukan
kerjasama dengan China dan juga sebaliknya, terutama dalam hal kerjasama
militer. Skenario yang terjadi di wilayah Asia Selatan adalah pola kompetisi
terutama bila kita mencermati hubungan China dan Amerika Serikat. Dua negara
ini memiliki potensi untuk menjadi negara yang hegemon. Di kawasan Asia
Selatan, kedua negara ini saling menancapkan pengaruhnya kepada Pakistan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian diatas, diharapkan mempunyai kegunakaan
dalam dua hal, baik secara keilmuwan maupun praktek
1. Tataran Akademis
Secara umum, penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui,
memahami dan menganalisis realita serta fenomena yang ada dalam Hubungan
Internasional, melalui penerapan konsep dan teori yang relevan dalam ilmu
Hubungan Internasional yang telah didapat dan dipelajari selama penulisan
skripsi.
2. Tataran Praktis
dalam pembahasan mengenai China dan Pakistan secara khusus dan Asia Selatan
secara umum. Bagi pemerintah Indonesia sendiri implikasi kerjasama militer
dengan China terhadap Pakistan diharapkan bahwa Indonesia dapat menggunakan
pilihan untuk menghadapi ancaman yang datang dari luar. Indonesia dan Pakistan
merupakan negara yang dikategorikan sebagai negara berkembang dan sama-sama
terletak pada posisi strategis. Secara komprehensif, negara yang berada di posisi
strategis rentan terhadap datangnya ancaman. Guna menghadapi ancaman, suatu
negara baik langsung maupun tidak langsung menggunakan pendekatan
militeristik dan mulai meningkatkan (modernisasi) kemampuan persenjataan dan
militernya. Saat ini, Pakistan telah meningkatkan kapabalitas militernya guna
menghadapi ancaman yang datang. Indonesia seharusnya melihat bahwa saat ini
ancaman tidak hanya datang dari dalam (internal) tetapi juga dari luar (eksternal).
Saatnya Indonesia mulai untuk meningkatkan kapabilitas militer. Sehingga
Indonesia telah lebih siap menghadapi ancaman yang datang dari luar.
1.5 Kerangka Pemikiran/ Teori Yang Digunakan : 1.5.1 Studi Terdahulu
No Nama Judul Metodologi dan Penelitian
Hasil
1. Indah Kartika Sari, 2011, UPN “Veteran” Yogyakarta Peningkatan Kerjasama Militer China-Pakistan Masa Pemerintahan Hu Jintao Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Konsep yang dipakai yakni kepentingan nasional, power
dan sphere of
Kepentingan China dalam melakukan kerjasama militer dengan Pakistan untuk meningkatkan statusnya sebagai negara great power
di dunia. Sedangkan,
influences. adalah untuk memodernisasi senjata serta
pengembangan nuklir yang dibantu oleh Cina untuk
memperkuat pertahanan keamanannya dari ancaman India. 2. Andry Wijaya,
2012, UPN
“Veteran” Yogyakarta Peningkatan Kerjasama Keamanan Perbatasan Antara China dengan Pakistan Penelitian ini merupakan bentuk penelitian deskriptif. Konsep yang dipakai adalah kepentingan nasional dan balance of power
China memiliki dua kepentingan dalam peningkatan kerjasama dengan Pkaistan, yaitu: menjaga perimbangan kekuatan dengan India di kawasan Asia Selatan dan untuk keutuhan dan kedaulatan wilayah negara Cina merupakan kepentingan nasional suatu negara untuk mempertahankan dan melindungi keutuhan wilayah negara dari ancaman dan pengaruh negara lain.
3 Diah Ayu
Pratiwi, 2010, Universitas Indonesia
Strategi Militer Ofensif
Venezuela Dalam Merespon Kehadiran Militer Amerika Serikat di Kolombia Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif-kualitatif. Konsep dan teori yang dipakai adalah security dilemma, asksi reaksi dan teori ofensif-defensif.
Venezuela
menggunakan strategi ofensif karena Amerika Serikat berpotensi menimbulkan ancaman terhadap Revolusi Bolivarian. Strateginya
Serikat merupakan ancaman eksternal utama terhadap Revolusi Bolivarian.
4. Ferry Dwi Provianto, 2013, UMM Kepentingan Pkaistan dalam Kerjasama Militer dengan China Penelitian ini berbentuk deskriptif. Konsep dan teori yang digunakan adalah politik luar negeri, kepentingan nasional,
deterrence, dan aliansi Dalam kerjasama militer dengan China, Pakistan memeiliki dua bentuk kepetingan, yaitu: kepentingan politik dan
modernisasi alutsista.
1.5.2 Teori dan Konsep
1.5.2.1Teori Politik Luar Negeri
Menurut Rosenau, pengertian kebijakan luar negeri yaitu upaya suatu
negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan
memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. Kebijakan luar negeri
memiliki tujuan untuk memelihara, dan mempertahankan kelangsungan hidup
suatu negara.12 Tujuan politik luar negeri dapat dikatakan sebagai citra mengenai
keadaan dan kondisi di masa depan suatu negara dimana pemerintah melalui para
perumus kebijakan nasional mampu meluaskan pengaruhnya kepada
Negara-negara lain dengan mengubah atau mepertahankan tindakan Negara lain.
Terkait dengan hubungan suatu negara dengan kejadian dan situasi di luar
negaranya, politik luar negeri mendekatinya dengan tiga pendekatan, yaitu :
Politik Luar Negeri sebagai sekumpulan orientasi (as a cluster of orientation),
Politik luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak
(as a set of commitments to and plan for action), dan Politik luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of behaviour).13
1. Politik luar negeri sebagai sekumpulan orientasi (as a cluster of orientation). Dalam pengertian ini, maka, politik luar negeri merupakan pedoman bagi para pembuat keputusan terkait dengan situasi eksternal
yang dihadapi.
12
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, 2005, Bandunng: PT. Ramaja Rosdakarya
13
2. Politik luar negeri sebagai seperangkat komitment dan rencana untuk
bertindak (as a set of commitments to and plan for action). Kebijakan luar negeri dimplementasikan melalui rencana dan komitmen konkrit yang
dikembangkan oleh para pembuat kebijakan. Tujuannya untuk membina
dan mempertahankan situasi lingkungan eksternal yang konsisiten dengan
orientasi kebijakan luar negeri.
3. Politik luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of behaviour). Pengertian ini menujukkan berdasarkan pengalaman (terutama diperoleh dari percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan), Artinya,
Politik luar negeri merupakan sebuah langkah-langkah nyata yang diambil
oleh pembuat kebijakan yang berhubungan dengan kejadian atau situasi di
lingkungan eksternal.
Tindakan kerjasama yang dilakukan oleh Pakistan dengan China
merupakan representatif dari pengambil keputusan Pakistan. Untuk menghadapi
ancaman India maka Pakistan membuat sebuah kebijakan luar negeri untuk
beraliansi dengan China dalam kerjasama militer. Kerjasama ini dinilai
menguntungkan kedua pihak baik Pakistan dan China, karena kedua Negara
memiliki kepentingan sama (common interest) di Asia Selatan.
1.5.2.2 Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional merupakan tujuan dari negara yang kemudian
ditindaklanjuti dalam kebijakan luar negeri. Setiap negara pasti memiliki
kepentingan nasional. Dalam beberapa definisi mengenai kebijakan luar negeri,
para pengambil keputusan untuk menentukan sikap atau tindakan.
Mohtar Mas’oed menyatakan bahwa arti minimum yang inheren di dalam
konsep kepentingan nasional adalah kelangsungan hidup (survival).14 Sementara itu, menurut Morgenthau, kemampuan minimum negara-bangsa adalah
melindungi identitas fisik, politik dan kulturalnya dari gangguan negara-bangsa
lain.15Artinya, negara-bangsa harus bisa mempertahankan integritas teritorialnya
(identitas fisiknya) mempertahankan rezim ekonomi-politiknya (identitas
politiknya) yang mungkin saja demokratis, otoriter, sosialis atau komunis dan
sebagainya. Serta memelihara norma-norma etnis, religius, linguistik, dan
sejahteranya (identitas kulturalnya).16
Kepentingan nasional suatu negara tidak hanya satu keperluan, namun
terdiri dari beberapa kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh negara yang
bersangkutan. Tidak ada negara yang bisa menyelesaikan seluruh yang diinginkan
dalam kebijkan luar negerinya. Oleh karena itu setiap negara harus memiliki
sistem operatif tentang prioritas yang mengatur pilihan-pilihan kebijakannya,
dimana didalamnya tercakup skala prioritas dari kebijakan luar negeri suatu
negara. Tanpa adanya skala prioritas yang jelas dan rinci dalam kebijakan luar
negeri suatu negara akan lebih sulit bagi negara tersebut untuk
mengoperasionalkan kebijakan luar negerinya. Sebaliknya, negara yang
merancang skala prioritas yang baik dalam kebijkan luar negerinya akan lebih
14
Mohtar Mas’oed, 1994, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, hal. 141
15
H. J Morgenthau, Politics Among Nations, dalam Mohtar Mas’oed, Ibid, hal. 141 16
mudah dalam melaksanakannya serta mencapai sasaran yang diharapkan dari
kebijakan luar negeri tersebut.
Kerjasama militer yang dilakukan oleh Pakistan dengan China
dilatarbelakangi kepentingan nasional negara Pakistan. Hal ini bisa dilihat dari
kedua negara memilliki hubungan yang sangat harmonis dan saling
ketergantungan. Banyak nilai positif yang dihasilkan dari kerjasama tersebut.
Prioritas yang dilakukan oleh kedua Pakistan adalah mengembangkan kualitas
alutsista militernya dan meminimalisir ancaman yang datang dari India maupun
dari lingkungan yang lebih besar. Hal itu dilakukan untuk menjaga integritas
teritorialnya (identitas fisiknya).
1.5.2.3 Konsep Deterence
Secara harfiah, deterrence adalah penolakan atau pencegahan. Tentu dalam
hal yang akan dibahas ini deterrence sebagai suatu konsep strategi untuk
mencegah terjadinya kontak militer, atau mencegah terjadinya perang. Dengan
konsep deterrence, pencegahan perang dilakukan dengan cara “menciutkan hati”
negara lain yang dianggap sebagai lawan yang berpotensi akan menyerang.
Secara luas, deterence dikenal sebagai situasi dimana salah satu pihak
mencoba untuk mencegah pihak lain untuk melakukan tindakan yang belum
dilakukan. Dewasa ini, pengembangan kekuatan nuklir oleh suatu negara dapat
dikatakan sebagai implementasi dari konsep tersebut.
Menurut Raymon Aron, deterrence tidak pengertian tertentu, baik dalam pengertian umum maupun abstrak, tetapi lebih pada soal mengetahui siapa yang
keadaan apa (in what circumstances), dan dengan cara apa (by what means).17Pernyataan Aron tersebut menunjukkan bahwa deterrence merupakan kebutuhan suatu negara yang bersifat praktis, daripada teoritis dan tekstual. Oleh
kerena itu, negara dituntut untuk selalu peka dengan kondisi eksternalnya, baik
dalam konteks bilateral, regional, maupun internasional.
Sementara itu, Patrick M Morgan mengemukakan perbedaan antara
general deterrence dan immediate deterrence. General deterrence adalah kebijakan yang bertujuan mengatur hubungan lawan dan kekuatan penyeimbang
dalam jangka waktu yang panjang. Immediate deterrence sebaliknya, merupakan situasi tertentu yang disatu sisi, secara serius, mempertimbangkan potensi
serangan, sedangkan sisi lainnya mempersiapkan ancaman pembalasan untuk
mencegah hal itu, dan kedua belah pihak menyadari apa yang sedang terjadi.18
Pembedaan ini menuntut kesiapan negara untuk, pada waktu yang sama,
bertahan dan menyerang. Hal ini sangat menentukan keberhasilan sebuah negara
dalam konteks deterrence. Maka, berdasarkan konsep deterrence, maka kerjasama militer Pakistan dan Cina merupakan implementasi dari upaya kongkrit Pakistan
untuk bertahan dari segala ancaman yang dapat mengganggu kedaulatannya,
sekaligus menyiapkan diri untuk melakukan serangan balasan.
17
Raymond Aron, “The Evolution of Modern Strategic Thought”, dalam James E. Dougherty dan Rebert L. Pfaltzgraff, Jr., Contending Theories of International Relations, United States: Addison Wesley Longman, Inc. 2001, hal. 371
18
1.5.2.3 Aliansi (Alliance)
Aliansi merupakan respon atas ketidakseimbangan ancaman (imbalances of “threat”), bukan ketidakseimbangan kekuatan (imbalance of “power”). negara-negara melakukan perimbangan (balancing) dengan dua cara, yaitu aliansi dan bandwagoning. Negara akan beraliansi jika dihadapkan pada ancaman
(threat) atau dominasi (dominate) dari negara lain yang kuat/lebih kuat untuk melakukan perimbangan kekuatan. Menurut Walt, ada dua alasan negara
membentuk aliansi. Pertama, untuk menghentikan negara lain yang berpotensi
menjadi kekuatan hegemon. Kedua, untuk memperluas atau memperdalam
pengaruh atas negara lain yang lebih lemah yang tergabung dalam aliansi, karena
negara-negara anggota yang lemah itu lebih membutuhkan perlindungan daripada
yang kuat.19
Sedangkan, bandwagoning adalah koalisi yang dilihat dari perspektif negara lemah. Dalam sistem internasional yang anarkis, negara yang berada di
dekat atau di antara superpower “mengekor” kepada salah satu negara superpower
tersebut agar kepentingan dan keamanan nasionalnya terjamin. Walt menjelaskan
bahwa, ada dua motif negara melakukan bandwagoning. Pertama, sebagai strategi
memperoleh keamanan. Negara lemah berkoalisi dengan superpower untuk
menghindari serangan dari superpower tersebut. Kedua, sebagai strategi
kemenangan. Negara menjalin koalisi dengan negara lain yang kekuatannya lebih
19
dominan agar mendapatkan ramapasan kemenangan dalam melawan negara atau
aliansi lain baik berupa territorial maupun pengaruh.20
Aliansi antara Pakistan dan China jelas motifnya. Dimana Pakistan
beraliansi dengan China bertujuan untuk mengurangi hegemoni India di Asia
Selatan. Dapat dikatakan pula kerjasama antara Pakistan dan China merupakan
wujud dari bandwagoning yang dilakukan oleh Pakistan. Pada awal kemerdekaan Pakistan sudah menjadi negara yang sering berkonflik dengan India. Dalam
terjadinya konflik Pakistan pernah mengalami dua kali konflik terbuka, dalam
artian berperang dengan India namun dalam konflik itu Pakistan sering
mengalami kekalahan dari India. Atas dasar itulah Pakistan memulai aliansi serta
kerjasama militer dengan China.
20
1.5.2.3 Alur Pemikiran
Gambar 1.1 Bagan Alur Pemikiran
1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian
Penulisan penelitian ini menggunakan tipe deskriptif sebagai salah satu
cara untuk menjelaskan permasalahan yang sedang dibahas. Deskripsi adalah
upaya untuk menjawab pertanya siapa, apa, dimana, kapan atau berapa. Artinya,
Negara (Pakistan)
Aliansi / Kerjasama Militer Kepentingan Nasional
Pol Luar Negeri
peneliti akan menelusuri data dalam bentuk gambaran-gambaran (deskripsi).
Metodologi deskripsi merupakan metodologi yang bertujuan untuk
menggambarkan secara tepat individu atau kelompok tertentu, atau untuk
menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala
lain, yang kemungkinan sudah terdapat hipotesis maupun belum sesuai tingkat
pemahaman tentang masalah yang dikaji.21 Dalam hal ini tentang pertimbangan
Pakistan memilih mengadakan kerjasama dengan China yaitu dengan mengadakan
aliansi untuk mengimbangi kekuatan milter India.
1.6.2 Tingkat (Level) Analisa
Mohtar Mas’oed dalam bukunya yang berjudul Ilmu Hubungan
Internasional: Disiplin dan Metodologi menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok
tingkat analisa. Tiga kelompok tingkat analisa bisa dilihat dari tiga kemungkinan,
yaitu: 1) Unit eksplanasinya pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan unit
analisannya (Analisa Reduksionis); 2) Unit eksplanasi dan unit analisanya pada
tingkat yang sama ( Analisa Korelasionis); dan 3) Unit eksplanasinya pada tingkat
yang lebih tinggi dibandingkan unit analisanya (Analisa Induksionis).22
Dalam hal penelitian ini, peneliti menggunkan Tingkat Analisa
Reduksionis. Artinya, peneliti akan mendeskripsikan atau menjelaskan tentang
perilaku negara bangsa, yaitu, pertimbangan Pakistan memilih mengadakan
kerjasama strategis dengan China dalam mengimbangi kekuatan milter India.
Sehingga, unit analisanya adalah negara-bangsa. Masih dalam bukunya, Mohtar
21
Mely G. Tan dalam Koentjaraningrat dalam Uber Silahahi,2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Rafika Aditama, hal. 28
22
Mas’oed juga menjelaskan perilaku individu, kelompok, organisasi, lembaga dan
proses perpolitikan hanya akan diperhatikan sejauh perilaku tersebut berkaitan
dengan tindakan internasional negara yang bersangkutan.23
1.6.3 Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa data kualitatif.
Artinya peneliti akan melakukan penelusuran menyeluruh terkait permasalahan
Pakistan memilih mengadakan kerjasama strategis dengan Cina dalam
mengimbangi kekuatan militer India. Kemudian, hasil penelusuran tersebut
peneliti akan metulis atau melaporkan dalam bentuk diskripsi atau penggambaran
secara utuh dan sistematis mengenai permasalahan tersebut.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penulisan dari sumber-sumber yang ada dan data-data yang dianggap
relevan dalam melakukan penulisan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kepustakaan dengan mengumpulkan data sekunder dari berbagai bahan, seperti :
internet, tulisan ilmiah, surat kabat, artikel dan bahan-bahan lain sehingga dapat
menunjang jalannya penulisan.
1.6.5 Ruang Lingkup dan Jangkauan Penelitian
Penelitian ini hanya menfokuskan pada kepentingan Pakiskan dalam
melakukan kerjasama militer dengan China, baik secara politik maupun
ekonomi.yang terjadi tahun 1998 hingga 2012, peristiwa-peristiwa yang terjadi
sehingga hubungan kedua negara semakin dekat. Namun tidak menutup
23
kemungkinan data sebelum 1998 dan sesudah 2012 digunakan sebagai pelengkap
dan penunjang. Secara politik, peneliti akan mencoba menelusuri kepentingan
nasional dalam tiga poin: kepentingan bilateral, kepentingan regional, dan
kepentingan global. Sedangkan secara ekonomi, peneliti mencoba mendekatinya
dengan masalah industrialisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
1.7 Argumen Dasar
Pertimbangan Pakistan memilih mengadakan kerjasama militer dengan
China adalah karena aliansi dengan China dapat menguntungkan Pakistan secara
politis dan ekonomis. Secara politis, kerjasama dengan China dapat memperkuat
posisi bilateral Pakistan terhadap India, memperkuat posisi regional Pakistan di
Kawasan Asia Selatan, dan memperkuat posisi Pakistan dalam percaturan politik
secara global. Secara ekonomis, kerjasama dengan China dapat meningkatkan
industri persenjataan dalam produksi senjata untuk Pakistan sendiri.
1.8 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan terbagi dalam lima bab, hal tersebut
dimaksudkan agar permasalahan ini dapat dibahas secara teratur serta saling
berkaitan menuju pokok permasalahan. Maka sistematika penulisannya adalah
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, pokok permasalahan,
kerangka pemikiran yang terdiri dari konsep dan teori, serta ruang
lingkup penelitian dan metode pengumpulan data.
BAB II SEJARAH, KONFLIK DAN HUBUNGAN BILATERAL PAKISTAN
Bab ini memaparkan sejarah berdirinya Pakistan, sistem politik,
berbagai penyebab terjadinya konflik Pakistan-India serta
dimulainya hubungan Pakistan-China.
BAB III POSTUR DAN KERJASAMA MILITER (ALIANSI) PAKISTAN DENGAN CHINA
Bab ini akan membahas kekuatan militer Pakistan pasca adanya
aliansi kerjasama dengan China, bantuan-bantuan militer China
dalam perkembangan militer di Pakistan dalam persenjataan
konvensional maupun persenjataan nuklir.
BAB IV KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM KERJASAMA MILITER DENGAN CHINA
Pada bab ini akan menelaah mengenai kepentingan Pakistan dalam
kerjasama militer dengan China ditinjau dari kepentingan bilateral,
BAB V KESIMPULAN
Dalam bab ini kesimpulan berisi suatu intisari/ pengumpulan dari
penjelasan pada bab I sampai bab IV yang telah disampaikan
diatas.
LAMPIRAN
Daftar lampiran ini akan berisi berbagai lampiran yang berkaitan
dengan judul seperti halnya peta Asia Selatan, Peta Pakistan, serta