• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat partisipasi peserta program CSR Desa Telaga dan tingkat kemanfaatan program: kasus di Karawang International Industrial City

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat partisipasi peserta program CSR Desa Telaga dan tingkat kemanfaatan program: kasus di Karawang International Industrial City"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

(KASUS DI

KARAWA G I TER ATIO AL I DUSTRIAL CITY

)

U IK ARIA I WIJAYA TI

DEPARTEME SAI S KOMU IKASI DA PE GEMBA GA MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MA USIA

I STITUT PERTA IA BOGOR

(2)

ABSTRACT

U IK ARIA I WIJAYA TI. THE PARTICIPATION LEVEL OF PARTICIPANTS ON DESA TELAGA CSR PROGRAM AND THE BENEFIT LEVEL OF PROGRAM (A CASE IN KARAWANG INTERNATIONAL INDUSTRIAL CITY). (Supervised by TITIK SUMARTI).

The objectives of this study are to analyse the perception of corporate and participants of program and its relation to the participation level, the social economic condition and its relation to the participation level, the participation level and its relation to the benefit level of corporate and participants of programs, and the benefit level of corporate and participants of programs. The research was conducted in Karawang International Industrial City and five villages, Sukaluyu, Wadas, Margakaya, Sirnabaya, and Puserjaya. The research applied quantitative approach supported by qualitative approach. The quantitative data were collected using survey method on 30 participants of Desa Telaga CSR Program. The respondents were selected by purposive method. On the other hand the qualitative information was collected with interview.

(3)

RINGKASAN

U IK ARIA I WIJAYA TI. TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA DAN TINGKAT KEMANFAATAN PROGRAM (KASUS DI KARAWA+G I+TER+ATIO+AL I+DUSTRIAL CITY). (Di bawah Bimbingan TITIK SUMARTI)

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep tentang nilai dan standar yang dilakukan berkaitan dengan beroperasinya perusahaan. CSR diartikan sebagai komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa cara pandang terhadap implementasi program CSR Karawang International Industrial City (KIIC), kondisi sosial ekonomi peserta (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga), tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga, serta manfaat yang diperoleh perusahaan dan peserta setelah program CSR Desa Telaga terlaksana. Selain itu juga menganalisa hubungan antara cara pandang peserta dengan tingkat partisipasi, hubungan kondisi sosial ekonomi dengan tingkat partisipasi, dan hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat.

KIIC melakukan kerjasama dengan Fakultas Sejarah Universitas Indonesia pada tahun 2000. Berdasarkan survei awal oleh UI program CSR KIIC untuk komunitas harus difokuskan untuk membantu masyarakat desa pada tiga subjek yaitu kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Maka KIIC bersama Asosiasi Tenants KIIC mewujudkan sebuah program CSR bersama yang disebut Desa Telaga. Desa Telaga merupakan sebuah workshop untuk program5program pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan pelestarian lingkungan untuk masyarakat sekitar dan karyawan perusahaan.

Subyek penelitian ini terdiri dari informan dan responden. Informan dalam penelitian ini adalah pihak KIIC yaitu fasilitator dan tim leader CSR KIIC. Sementara itu, responden dalam penelitian merupakan populasi, yaitu 30 orang dengan rincian 25 orang peserta program pelatihan Budidaya Lele CSR Desa Telaga di lima desa (Desa Sukaluyu, Desa Wadas, Desa Margakaya, Desa Sirnabaya, dan Desa Puserjaya), dan lima orang peserta yang menjadi petani di kawasan Desa Telaga. Uji Korelasi Rank Spearman dan tabulasi silang digunakan untuk melihat hubungan antara cara pandang, kondisi sosial ekonomi, tingkat partisipasi, dan tingkat manfaat program.

(4)
(5)

(KASUS DI KARAWA G I TER ATIO AL I DUSTRIAL CITY)

Oleh

U IK ARIA I WIJAYA TI

I34050008

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEME SAI S KOMU IKASI DA PE GEMBA GA MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MA USIA

I STITUT PERTA IA BOGOR

(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Nunik Ariani Wijayanti

NRP : I34050008

Judul Skripsi : Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program (Kasus Di Karawang International Industrial City)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP. 19610927 198601 2 001

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP 19550630 198103 1 003

(7)

PER YATAA

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA DAN TINGKAT KEMANFAATAN PROGRAM (KASUS DI KARAWANG INTERNATIONAL INDUSTRIAL CITY)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR5BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN5BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, 25 Januari 2011

Nunik Ariani Wijayanti

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 18 September 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Muhadi dan Sri Narti. Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis adalah sebagai berikut:

TK Tunas Baru (199251993) di Brangsong5Kendal; SDN 1 Rejosari (199351999), di Brangsong5Kendal; SLTPN 2 Kendal (199952002), di Kendal; dan SMUN 1 Kendal (200252005), di Kendal

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru), dan masuk di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menumpuh pendidikan S1 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dan Minor Kewirausahaan Agribisnis.

(9)

KATA PE GA TAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, petunjuk, dan nikmat5Nya dalam mengerjakan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul ”Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program (Kasus Di Karawang International Industrial City)” merupakan syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Topik skripsi dipilih dengan pertimbangan semakin berkembangannya konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, dan kaitannya dengan bidang yang dipelajari di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji bagaimana tingkat partisipasi mempengaruhi tingkat manfaat program CSR Desa Telaga. KIIC dipilih karena merupakan sebuah kawasan dengan 69 perusahaan beroperasi di dalamnya dan meraih sertifikat ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Titik Sumarti, MC, MS atas saran, bimbingan, dan kritikannya selama proses penulisan proposal, penelitian, dan penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada KIIC dan para peserta program atas kerelaanya membagi informasi sebagai data pada penelitian. Kepada Bapak Muhadi, Ibu Sri Narti dan adik Bayu Widodo ucapan terima kasih terbesar disampaikan untuk doa dan dorongannya kepada penulis selama proses belajar ini. Juga kepada teman5teman yang tidak dapat disebut satu5 persatu. Hanya ucapan “hontou ni arigatou gozaimashita” yang mampu penulis sampaikan.

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/ CSR ... 8

2.1.2 Cara Pandang Perusahaan Mengimplementasikan CSR ... 9

2.1.3 Tahapan Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 10

2.1.4 Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 11

2.2 Konsep Pengembangan Masyarakat ... 13

2.2.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat ... 13

2.2.2 Pengembangan Masyarakat sebagai Alat untuk Menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 14 2.3 Konsep Partisipasi ... 15

2.3.1 Definisi Partisipasi ... 15

2.3.2 Tipe dan Tingkatan Partisipasi Masyarakat ... 16

2.3.3 Faktor5Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi .. 19

2.4 Kerangka Pemikiran ... 21

4.1 Kondisi Geografis Kabupaten Karawang ... 29

4.2 Profil Kecamatan Telukjambe Timur ... 30

4.3 Profil KIIC (Karawang International Industrial City) .. 31

4.3.1 Sejarah KIIC ... 31

4.3.2 Profil Program CSR KIIC ... 32

4.4 Profil Program CSR Desa Telaga ... 35

(11)

5.1 Cara Pandang Perusahaan terhadap Program CSR ... 38 CSR DESA TELAGA, SERTA HUBUNGANNYA DENGAN CARA PANDANG PESERTA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI PESERTA ... 45

7.1 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan .. 45

7.2 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan .. 46

7.3 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Evaluasi ... 47

7.4 Tingkat Partisipasi Peserta Terhadap Program CSR Desa Telaga ... 47

7.5 Hubungan Cara Pandang Peserta dan Program CSR dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga ... 49

7.6 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga ... 50

BAB VIII TINGKAT MANFAAT PROGRAM CSR DESA TELAGA BAGI PERUSAHAAN DAN MASYARAKAT, DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI ... 55

8.1 Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan ... 55

8.2 Tingkat Manfaat Program bagi Peserta ... 56

8.3 Hubungan antara Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan ... 58

8.4 Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat Program bagi Peserta ... 60

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

9.1 Kesimpulan ... 62

9.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas5Perusahaan ... 12 Tabel 2. Delapan Tingkatan Partisipasi Masyarakat menurut

Arnstein (1969) ... 17 Tabel 3. Definisi Operasional ... 23 Tabel 4. Karakteristik Perusahaan di Kawasan Industri KIIC ... 32 Tabel 5. Jumlah dan Presentase Cara Pandang Peserta terhadap

Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 ... 40 Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden dalam Program

CSR Desa Telaga Tahun 2009 ... 42 Tabel 7. Jumlah dan PresentaseTingkat Partisipasi Responden pada

Tahap Perencanaan Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 46 Tabel 8. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada

Tahap Pelaksanaan Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 47 Tabel 9. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada

Tahap Evaluasi Program CSR Desa Telaga Tahun 2009... 47 Tabel 10. Matriks Jumlah Responden menurut Cara Pandang Peserta

dan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga

Tahun 2009... 49 Tabel 11. Matriks Jumlah Responden menurut Kondisi Sosial Ekonomi

dan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga

Tahun 2009... 51 Tabel 12. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Partisipasi

Peserta Program CSR Desa Telaga, 2009 ... 52 Tabel 13. Matriks Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat

Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan ... 53 Tabel 14. Matriks Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan

dan Tingkat Partisipasi ... 54 Tabel 15. Matriks Jumlah Responden Menurut Tingkat Partisipasi dan

Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan ... 58 Tabel 16. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat bagi

Perusahaan ... 59 Tabel 17. Matriks Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Partisipasi

dan Tingkat Manfaat Program bagi Peserta ... 60 Tabel 18. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat bagi

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program ... 22 Gambar 2. Pemangku Kepentingan dalam Program CSR KIIC ... 34 Gambar 3. Alur Wewenang Implementasi Program CSR ... 35 Gambar 4. Distribusi Usia Responden Program CSR Desa Telaga

Tahun 2009... 41 Gambar 5. Distribusi Pendapatan Responden Program CSR Desa

Telaga Tahun 2009... 43 Gambar 6. Distribusi Jumlah Beban Keluarga Responden Program

CSR Desa Telaga Tahun 2009 ... 44 Gambar 7. Tingkat Partisipasi Responden Terhadap Program CSR

(14)

DAFTAR LAMPIRA

Nomor Halaman

Lampiran 1. Kuesioner ... 67

Lampiran 2. Peta Lokasi Kawasan Desa Telaga ... 70

Lampiran 3. Teknik Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data ... 71

(15)

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik yang terbarukan (renewable) maupun yang tidak terbarukan (non4renewable). Seluruh kekayaan alam ini merupakan kekayaan bangsa yang harus dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang5Undang Dasar 1945. Perusahaan diberikan Tanggung Jawab Sosial dalam rangka memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat dan sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya alam, terutama untuk perusahaan yang bidang usahanya berkaitan dengan sumberdaya alam. Kewajiban perusahaan tersebut tertuang dalam Undang5Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas LN No. 106 TLN No. 4756, Pasal 74 ayat (1): “Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.”

(16)

Perwujudan dari CSR tersebut dapat dilakukan melalui charity, kegiatan5 kegiatan filantropi, maupun kemitraan dan pengembangan masyarakat. Pengembangan Masyarakat (community development) adalah kegiatan pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses komunikasi guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta, 2002 dalam Rudito dan Famiola, 2007). Pengembangan masyarakat diyakini merupakan aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada hanya sekedar aktivitas charity (Ambadar, 2008).

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan. Selain itu, menurut Ife (1995) salah satu prinsip pengembangan masyarakat atau community development adalah partisipasi. Menurut Nasdian (2003) partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat merupakan suatu proses bertingkat dari pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program CSR yang berbasis pengembangan masyarakat perlu dilakukan pendekatan komunitas yang mengoptimalkan partisipasi. Pendekatan ini bertujuan agar semua warga ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan hingga menumbuhkan kemandirian masyarakat. Partisipasi menjadi salah satu ukuran keberhasilan suatu program CSR.

(17)

Universitas Indonesia untuk memberikan gambaran keadaan masyarakat desa dan aspek yang perlu diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas sekitar. Mengacu pada rekomendasi hasil survei awal oleh Universitas Indonesia pada Agustus/September 2000, program pengembangan masyarakat/CSR KIIC untuk komunitas harus difokuskan untuk membantu masyarakat desa pada tiga subjek yaitu kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Kemudian KIIC bersama perusahaan5perusahaan yang ada di dalam Kawasan Industri KIIC mewujudkan sebuah program CSR bersama yang disebut Desa Telaga. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berusaha, khususnya yang berbasis pertanian (agribisnis) kepada masyarakat desa sekitar. Desa Telaga merupakan sebuah workshop untuk program5program pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan pelestarian lingkungan untuk masyarakat sekitar dan karyawan perusahaan.

(18)

1.2 Perumusan Masalah

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu upaya kepekaan atau kepedulian dari perusahaan karena motif tertentu sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menjaga lingkungan alam sekitarnya. Melihat perkembangan CSR di Indonesia yang masih sedikit menerapkan kegiatan pengembangan masyarakat yang dapat mempertahankan keberlanjutan program dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat maupun perusahaan, maka dibutuhkan program CSR yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

Hal tersebut jika dikaitkan dengan strategi pemberdayaan masyarakat sebagai proses dan tujuan dalam implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, maka terdapat dua faktor input yang menentukan proses pemberdayaan. Faktor pertama adalah perusahaan sebagai aktor yang mempunyai sumberdaya yang lebih kuat atau lebih banyak daripada masyarakat sekitar. Perusahaan diharapkan dapat mentransferkan sebagian sumberdayanya kepada masyarakat sekitar agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Hal yang menentukan dalam implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP) adalah cara pandang perusahaan terhadap TJSP/CSR.

(19)

masyarakat yang menentukan dalam implementasi program CSR adalah kondisi sosial dan ekonomi (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga).

Peran konsep pemberdayaan sebagai salah satu tujuan dari konsep pengembangan masyarakat muncul sebagai upaya untuk menghidupkan kemandirian suatu komunitas. Pemberdayaan di sini mengandung makna yaitu proses menyeluruh dimana ada suatu proses aktif partisipasif antara masyarakat dengan perusahaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sehingga dapat berkelanjutan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hubungan manfaat yang saling menguntungkan antara keduanya.

Tingkat manfaat program CSR bagi masyarakat dilihat melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, peningkatan status sosial, dan peningkatan peluang ekonomi. Manfaat bagi perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya reputasi perusahaan, lisensi sosial dari masyarakat, dan penghargaan dari pihak ketiga.

Adapun beberapa pertanyaan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara pandang perusahaan dan peserta program terhadap

implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dari KIIC?

(20)

3. Sejauhmana tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga dan hubungannya dengan cara pandang perusahaan dan peserta, dan kondisi sosial ekonomi peserta?

4. Sejauhmana tingkat manfaat program CSR Desa Telaga bagi perusahaan dan peserta dan hubungannya dengan tingkat partisipasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat memahami dan menganalisa: 1. Cara pandang perusahaan dan peserta program terhadap implementasi

tanggung jawab sosial perusahaan dari KIIC;

2. Kondisi sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga) peserta program CSR;

3. Tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga, dan hubungannya dengan cara pandang perusahaan dan peserta, serta kondisi sosial ekonomi peserta; dan

4. Tingkat manfaat program CSR Desa Telaga bagi perusahaan dan peserta, dan hubungannya dengan tingkat partisipasi.

1.4 Kegunaan Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun terkait dengan masalah tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), khususnya kepada:

(21)

2. Kalangan non5akademisi, yaitu masyarakat, swasta, LSM dan pemerintah diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi dalam implementasi tanggung jawab sosial di masa depan; dan

(22)

PE DEKATA TEORITIS

2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR

Dilihat dari etimologisnya Corporate Social Responsibility (CSR) kerap diterjemahkan sebagai “Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TJSP)” dalam konteks lain juga disebut “Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau “Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha (Tansodus)”. Definisi TJSP dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya yaitu sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono, 2007).

Sedangkan konsep TJSP menurut The Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Arisyono (2008), adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Menurut World Bank dalam Wibisono (2007), “CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the

local community and society at large to improve quality of life, in ways that are

(23)

environmental concerns in their business operations and in their interaction with

their stakeholders on a voluntary basis”. Kotler dan Lee (2005) menyatakan “Corporate social responsibility is a commitment to improve community well4 being through discretionary business practices and contributions of corporate

resources”. Yakni komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penerapan praktek bisnis yang baik dan sumbangsih sumberdaya yang dimiliki perusahaan.

Berdasarkan beragamnya definisi yang dikemukakan oleh para pakar tersebut berarti sampai saat ini belum ada sebuah definisi tunggal mengenai konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Namun demikian konsep ini menawarkan sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan (Wibisono, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam kegiatannya juga harus memperhatikan tiga hal yaitu keuntungan/profit, masyarakat, dan lingkungan (tripple bottom line). Ketiganya harus berjalan sinergis dan berkesinambungan agar tercipta iklim perusahaan yang baik sehingga eksistensi perusahaan juga terjamin dengan citra atau reputasi positif yang didapatnya dari konsumen dan masyarakat.

2.1.2 Cara Pandang Perusahaan Mengimplementasikan CSR

Cara pandang perusahaan melakukan TJSP atau alasan perusahaan menerapkan TJSP bisa diklasifasikan sebagai berikut (Wibisono, 2007):

(24)

masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).

2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya.

3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

2.1.3 Tahapan Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Adapun tahap5tahap dalam penerapan TJSP atau CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya yaitu (Wibisono, 2007):

(25)

memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.

2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumberdaya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.

3. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan5perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi,

baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

2.1.4 Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Beberapa manfaat penerapan tanggung jawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya (Wibisono, 2007):

1. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan;

(26)

3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan;

4. Melebarkan akses terhadap sumberdaya; 5. Membentangkan akses menuju market;

6. Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui proses daur ulang ke dalam siklus produksi;

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders; 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator;

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; dan 10. Peluang mendapatkan penghargaan.

Rogovsky (2000) dalam Wibisono (2007) menyusun sebuah tabel tentang keterlibatan komunitas5perusahaan sebagai berikut.

Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas5Perusahaan

Komunitas pada Perusahaan Perusahaan pada Komunitas

5 Reputasi dan citra yang lebih baik

5 Lisensi untuk beroperasi secara sosial

5 Bisa memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja

lokal

5 Keamanan yang lebih besar

5 Infrastruktur dan lingkungan sosial5ekonomi yang

lebih baik

5 Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk

memiliki komitmen yang tinggi

5 Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan

mungkin pelanggan lokal yang bermutu

5 Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi

5 Peluang penciptaan kesempatan

5 Kompetisi teknis dan personal

individual pekerja yang terlibat

5 Representatif bisnis sebagai

jurus promosi bagi prakarsa5

(27)

2.2 Konsep Pengembangan Masyarakat 2.2.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat

Dunham (1958) dalam Rukminto (2003) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “berbagai upaya yang terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah ataupun lembaga5 lembaga sukarela”. Dunham juga menyatakan ada lima prinsip dasar pengorganisasian masyarakat ataupun pengembangan masyarakat. Prinsip5prinsip tersebut adalah:

1. Penekanan pada pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat yang dilakukan dengan mempertimbangkan keseluruhan kehidupan masyarakat, tidak dilakukan untuk segmen tertentu;

2. Perlu adanya pendekatan antar tim dalam pengembangan masyarakat, tidak hanya menekankan pada pendekatan multi profesi, tetapi juga multi lapisan profesi (multi vocational);

3. Kebutuhan akan adanya community worker yang serba bisa (multi purpose) pada wilayah pedesaan;

4. Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal; dan

5. Adanya prinsip kemandirian yang menjadi prinsip utama dalam pengembangan masyarakat.

(28)

diarahkan untuk memperbesar akses komunikasi guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta, 2002 dalam Rudito dan Famiola, 2007). Secara hakekat, community development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal (Rudito, 2003 dalam Rudito dan Famiola, 2007).

Indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat dilihat dari bentuk5bentuk kebersamaan yang dijalin antar pihak5pihak pemerintah, perusahaan dan komunitas lokal yang tergambar dalam partisipasi dan keberlanjutan (sutainability). Partisipasi dapat dilihat sebagai keterlibatan para pihak di dalam mengelola program5program community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari komunitas lokal, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Sedangkan keberlanjutan adalah strategi program yang dipakai untuk menunjang kemandirian komunitas/komunitas yang dapat dilihat dari sisi5sisi manusia (human), sosial (social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economic) (Wibisono, 2007). Sehingga dengan adanya keberlanjutan, suatu usaha dapat dinikmati tidak hanya oleh generasi pada masa sekarang saja, akan tetapi juga oleh generasi selanjutnya dalam bentuk alih teknologi maupun bentuk pola hidup yang berbeda dari sebelumnya.

2.2.2 Pengembangan Masyarakat sebagai Alat untuk Menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(29)

masyarakat sebagai salah upaya implementasi tanggung jawab sosial perusahaan antara lain dilatarbelakangi oleh (Kadar, 2006 dalam Aprilianti, 2008):

1. Adanya penguasaan sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi yang bersifat eksploitatif, ekspansif, akumulatif;

2. Perusahaan menempatkan dirinya lebih kuat daripada masyarakat sehingga berdampak pada terjadinya peminggiran masyarakat;

3. Perusahaan adalah entitas sosial di samping sebagai entitas bisnis sehingga harus mempunyai social responsibility; dan

4. Timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) dan ketidakseimbangan antara masyarakat dan perusahaan.

2.3 Konsep Partisipasi 2.3.1 Definisi Partisipasi

Terdapat beberapa definisi partisipasi, diantaranya dikemukakan oleh Nasdian (2003) yaitu proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Definisi ini memberi pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat adalah suatu proses bertingkat dari pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri (Nasdian, 2003).

(30)

untuk mengambil bagian dalam menetapkan tujuan bersama, serta kesediaan memikul tanggung jawab bagi pencapaian tujuan bersama. Sedangkan Slamet dalam Sumodiningrat (1999) mengartikan partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, baik itu pada prosesnya maupun dalam menikmati hasil pembangunan. Pada konteks pemberdayaan masyarakat, partisipasi dilakukan mulai dari tepat guna dan pembinaan kelompok usaha yang menerapkan teknologi dan ketrampilan tersebut.

2.3.2 Tipe dan Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Cohen dan Uphof (1977) dalam Makmur (2005) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat5rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan suatu kegiatan.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

(31)

maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power) yaitu mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat atau pemerintah. Berdasarkan hal ini, Arnstein berpendapat bahwa berbagai tingkatan pelibatan dapat diindentifikasikan, mulai dari tanpa partisipasi sampai dengan pelimpahan kekuasaan seperti yang dipaparkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Delapan Tingkatan Partisipasi Masyarakat menurut Arnstein (1969)

Tingkatan Partisipasi Hakekat Kesertaan Tingkatan Pembagian Kekuasaan

Tingkatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

(32)

2. Terapi (therapy). Pada level ini telah ada komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah.

Tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan sebagai derajat tokenisme dimana peran serta masyarakat diberikan kesempatan untuk berpendapat dan didengar pendapatnya, tapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Peran serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat.

3. Pemberitahuan (information). Pada jenjang ini komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tangapan balik (feed back).

4. Konsultasi (consultation). Pada tangga partisipasi ini komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.

(33)

Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang sesungguhnya dari partisipasi dimana masyarakat memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan.

6. Kemitraan (partnership). Pada tangga partisipasi ini, pemerintah dan masyarakat merupakan mitra sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi antara masyarakat dan pemegang kekuasaan, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi. Kepada masyarakat yang selama ini tidak memiliki akses untuk proses pengambilan keputusan diberikan kesempatan untuk bernegosiasiai dan melakukan kesepakatan.

7. Pendelegasian kekuasaan (delegated power). Ini berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa kepentingannya, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga masyarakat memiliki kekuasaan yang jelas dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keberhasilan program.

8. Kontrol masyarakat (citizen control). Dalam tangga partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur tangan pemerintah.

2.3.3 Faktor:Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

(34)

1. Faktor internal, mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok; dan

2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran yang dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tersebut tidak akan ragu untuk berpartisipasi dalam proyek.

(35)

2.4 Kerangka Pemikiran

Kajian tingkat partisipasi dalam implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan manfaatnya ini dilakukan dengan meninjau faktor5 faktor input yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan program, proses implementasi hingga output yang dirasakan oleh perusahaan dan sasaran program. Pisau analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi partisipasi.

Faktor5faktor input dari perusahaan yang dinilai sangat mempengaruhi tingkat partisipasi program CSR ada dua. Faktor tersebut adalah cara pandang perusahaan yang dilihat dari wujud pelaksanaan CSR5nya dan diukur dari pandangan peserta program tentang pelaksanaan CSR. Sedangkan faktor input sasaran program yang mempengaruhi partisipasi dilihat dari usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga.

Selanjutnya dilakukan identifikasi mengenai proses pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan untuk melihat sejauh mana tingkat partisipasi dalam program. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

(36)

Keterangan:

: mempengaruhi

: secara kualitatif dan kuantitatif : secara kuantitatif

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis uji sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata/signifikan antara cara pandang program CSR menurut peserta dan tingkat partisipasi;

2. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara usia dan tingkat partisipasi; 3. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara tingkat pendidikan dan

tingkat partisipasi;

(37)

5. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara jumlah beban keluarga dan tingkat partisipasi;

6. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat yang diterima oleh perusahaan; dan

7. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat yang diterima oleh peserta program.

2.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator

Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi individu responden yang dapat memotivasi untuk ikut berpartisipasi dalam program

Kondisi sosial ekonomi individu responden meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga Usia Lama waktu hidup responden dari sejak

lahir sampai pada saat diwawancarai, dan diukur dalam tahun

Diukur dalam jumlah tahun berdasarkan tingkatan usia produktif.

Muda : < 51 tahun Tua : > 51 tahun Tingkat

Pendidikan

Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan responden

Banyaknya orang yang hidup dalam satu atap yang menjadi tanggungan responden. Termasuk di dalamnya suami/istri, anak5 anak, anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan responden

Diukur dengan jumlah jiwa berdasar acuan standar BKKBN yaitu dua anak cukup. Kecil : < 4 orang

Besar : > 4 orang

Tingkat pendapatan

Rata5rata jumlah hasil kerja berupa uang yang diperoleh suatu rumah tangga responden setiap bulan

Diukur dengan satuan Rupiah berdasar UMR Karawang tahun 2009 yaitu Rp 1.044.500,00/bulan

Rendah : < Rp 1.044.500,00/bulan Tinggi : > Rp 1.044.500,00/bulan Cara pandang Cara pandang merupakan persepsi peserta

terhadap program CSR tahapan kegiatan kelompok yang meliputi tahap pengambilan keputusan

(perencanaan), pelaksanaan, dan evaluasi

Diukur dengan menjumlahkan skor total dari tiap tahapan, sehingga tingkat partisipasi dapat dikategorikan menjadi:

(38)

Variabel Definisi Operasional Indikator

Keputusan (Perencanaan)

program CSR Desa Telaga Tinggi yaitu skor 658

Tahap Pelaksanaan

Keikutsertaan responden dalam

pelaksanaan program CSR Desa Telaga

Diukur berdasarkan skor total yang didapat Rendah yaitu skor 6510

Tinggi yaitu skor 11517 Tahap Evaluasi Keikutsertaan responden dalam menilai

kinerja kegiatan dari keseluruhan kegiatan program CSR Desa Telaga

Diukur berdasarkan skor total yang didapat Rendah yaitu skor 152

Tinggi yaitu skor 354 Manfaat bagi

perusahaan

Tingkatan manfaat yang diperoleh

perusahaan dari pelaksanaan program CSR yaitu reputasi dan citra perusahaan, lisensi social, dan penghargaan responden yaitu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, peningkatan status sosial, dan peluang ekonomi (pendapatan)

Diukur menurut persepsi responden dengan ukuran ordinal

Rendah yaitu skor 557 Tinggi yaitu skor 8510 Keterangan: Rendah = di bawah rata5rata

(39)

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif serta didukung oleh data5data kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan penulis untuk mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah5masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan5 kegiatan yang sedang berjalan (Wahyuni dan Muljono, 2007). Metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Tujuannya adalah untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa. Hubungan kausal yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah hubungan kondisi sosial ekonomi peserta dengan tingkat partisipasi dalam program CSR Desa Telaga, serta hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat yang diterima oleh perusahaan dan peserta program.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(40)

KIIC dipilih sebagai lokasi penelitian setelah berdiskusi dengan dosen pembimbing dan diperkuat dengan informasi bahwa KIIC adalah salah satu kawasan industri utama di Indonesia dengan 69 perusahaan berada di dalamnya serta telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 (Quality Management System) dan ISO 14001:2004 (Environmental Management System). Penelitian ini dilaksanakan pada Mei 2009 sampai Januari 2011. Penelitian dimaksud mencakup waktu semenjak peneliti intensif di lapangan hingga penulisan skripsi.

3.3 Teknik Penentuan Responden

Penelitian ini menganalisis tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga serta manfaat program CSR bagi perusahaan (KIIC) dan peserta program. Subyek penelitian ini terdiri dari informan dan responden. Informan merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya, sedangkan responden merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang diri dan kegiatan yang dilaksanakannya. Informan dalam penelitian ini adalah pihak KIIC yaitu fasilitator dan tim leader CSR KIIC.

(41)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui metode survei didukung dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara terstruktur. Instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam survei adalah kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen5dokumen yang terkait dengan KIIC dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, serta dokumen kebijakan perusahaan.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Teknik dan analisis data untuk data kualitatif dilakukan melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang dianalisa secara kualitatif yaitu data tentang cara pandang perusahaan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, pelaksanaan CSR Desa Telaga, serta manfaat yang didapatkan perusahaan setelah menerapkan CSR.

Analisis data kuantitatif dilakukan melalui tabulasi silang untuk menjelaskan hubungan kausal dan uji korelasi Rank Spearman (Walpole, 1995) dengan α = 5 % menggunakan software SPSS 17.0 for windows. Rumus korelasi Rank Spearman yang digunakan adalah:

(42)

n = Banyaknya Pengamatan

Hasil uji korelasi Rank Spearman juga menghasilkan nilai probabilitas atau p4 value. Jika p4value lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak, dimana: H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel5variabel yang diuji.

(43)

Penelitian dilaksanakan di KIIC (Karawang International Industrial City) sebagai penyelenggara program CSR Desa Telaga dan di lokasi peserta program. Lokasi peserta program tersebar di lima desa di sekitar KIIC yaitu Desa Sukaluyu, Desa Wadas, Desa Margakaya, Desa Sirnabaya, dan Desa Puserjaya yang berada di Kecamatan Teluk Jambe Timur. Pada bab ini juga akan dipaparkan profil KIIC, program CSR, dan profil CSR Desa Telaga.

4.1 Kondisi Geografis Kabupaten Karawang

Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak antara 107o02’5107o40’ BT dan 5o562’56o34’ LS. Kabupaten Karawang termasuk daerah daratan yang relatif rendah, mempunyai variasi kemiringan wilayah 0–2 persen, 2–15 persen dan diatas 40 persen. Secara administratif, Kabupaten Karawang mempunyai batas5batas wilayah sebagai berikut sebelah utara batas alam, yaitu Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bekasi.

Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 kilometer persegi atau 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan subur di Jawa Barat, sehingga sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian.

(44)

Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan berbukit5bukit dengan ketinggian antara 0–1200 meter.

Wilayah Kabupaten karawang sebagian besar tertutup dataran pantai yang luas, yang terhampar di bagian pantai utara dan merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan5bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedang di bagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m diatas permukaan laut.

Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang merupakan dataran rendah dengan temperatur udara rata5rata 27 derajat Celsius dengan tekanan udara rata5rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembabab nisbi 80 persen, sampai April bertiup angin muson laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin muson tenggara, kecepatan angin antara 30–35 kilometer per jam, lamanya tiupan rata5rata lima sampai tujuh jam.

Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke utara. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat 3 buah saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga listrik.

4.2 Profil Kecamatan Telukjambe Timur

(45)

kawasan industri dan pertanian, dengan membawahi sembilan desa yang meliputi 38 Dusun 107 RW dan 392 RT. Luas Wilayah Kecamatan Telukjambe Timur adalah 3.0511.010 hektar yang terdiri dari persawahan seluas 639.500 hektar dan daratan seluas 2.871.510 hektar. Kecamatan Telukjambe Timur termasuk dataran rendah dengan ketinggian 25530 meter diatas permukaan laut, kemiringan berkisar 5515 derajat. Suhu rata5rata 25530 derajat Celsius dengan curah hujan berkisar 1.500 sampai dengan 3.000 milimeter termasuk dalam topografi dataran rendah berbukit, adapun jarak Kecamatan Telukjambe Timur ke Ibu Kota Kabupaten Karawang adalah enam kilometer, dengan waktu tempuh 30 menit.

Letak geografis Kecamatan Telukjambe Timur berada pada sebelah Timur Kabupaten Karawang dengan batas5batas Wilayah sebagai berikut : (1) Sebelah utara Kecamatan Karawang Timur; (2) Sebelah selatan Kabupaten Bekasi dan Kecamatan Pangkalan; (3) Sebelah barat Kecamatan Telukjambe Barat; dan (4) Sebelah timur Kecamatan Ciampel.

Kecamatan Telukjambe Timur membawahi sembilan desa terdiri dari Desa Telukjambe, Desa Pinayungan, Desa Sirnabaya, Desa Puseurjaya, Desa Sukaluyu, Desa Wadas, Desa Margakaya, Desa Sukamakmur, Desa Purwadana.

4.3 Profil KIIC (Karawang International Industrial City) 4.3.1 Sejarah KIIC

(46)

mendirikan perusahaan di KIIC yang mayoritas dari Jepang. Sehingga dari 800 hektar kavling industri tersebut baru 70 persen yang terjual, sisanya masih menunggu investor. Untuk menambah jumlah investor, KIIC akan membangun kavling industri di areal seluas 400 hektar. Rencananya lahan tersebut akan dikelola oleh PT Karawang Tata Bina Industrial Estate. Jadi total lahan di KIIC adalah 1.200 hektar, dan dikelola oleh tiga perusahaan.

Rata5rata jenis industri di kawasan industri KIIC merupakan perusahaan kepemilikan modal asing dari Jepang serta bergerak di bidang otomotif dan logam. Beberapa diantaranya dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Perusahaan di Kawasan Industri KIIC

Karakteristik Perusahaan

Indonesia & Malaysia & Tanzania 1 1

Bidang Usaha

Diolah dari data BKPPMD Provinsi Jawa Barat, 2006

4.3.2 Profil Program CSR KIIC

(47)

praktik CSR adalah wujud komitmen dunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan target Millenium Development Goals (MDGs). Delapan tujuan MDGs inilah yang melatar belakangi KIIC melaksanakan CSR di lingkungannya: 1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim;

2. Mencapai pendidikan primer di seluruh dunia;

3. Meningkatkan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan; 4. Mengurangi kematian anak5anak;

5. Meningkatkan kesehatan ibu hamil;

6. Memberantas HIV/Aids, malaria dan penyakit lainnya; 7. Memastikan keberlanjutan lingkungan; dan

8. Mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan.

Berdasarkan tujuan MDGs tersebut, KIIC membuat prioritas program CSR. Kerjasama dengan Fakultas Sejarah Universitas Indonesia dilakukan untuk memberikan gambaran keadaan masyarakat desa dan aspek yang perlu diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas sekitar. Mengacu pada rekomendasi hasil survei awal oleh Universitas Indonesia pada Agustus/September 2000, program CSR KIIC untuk komunitas harus difokuskan untuk membantu masyarakat desa pada tiga subjek yaitu kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan.

Tujuan CSR KIIC untuk komunitas sekitar adalah: 1. Mendorong pembangunan sumberdaya manusia; 2. Mendorong hidup yang sehat;

(48)

4. Mengembangkan hubungan sosial antara perusahaan5perusahaan di dalam KIIC dan komunitas sekitar, sehingga semua perusahaan dapat beroperasi dengan lancar dan didukung oleh komunitas sekitar; dan

5. Membangun kehidupan industri yang hijau dan mendorong semua pemangku kepentingan memperhatikan konservasi sumberdaya alam dan membuat aksi untuk mengurangi efek pemanasan global.

KIIC melakukan kerjasama dengan berbagai pihak agar dapat melakukan usaha dan memberikan manfaat secara berkesinambungan. Pemangku kepentingan yang terkait dalam program CSR dapat dilihat pada Gambar 2. Motto program CSR KIIC adalah “Together Develops a Better Future”.

Gambar 2. Pemangku Kepentingan dalam Program CSR KIIC

(49)

manusia, program kesehatan, program pembangunan ekonomi, program sosial dan kebudayaan, dan program lingkungan. Gambar 3 menunjukkan bagaimana alur wewenang implementasi program CSR.

Gambar 3. Alur Wewenang Implementasi Program CSR

4.4 Profil Program CSR Desa Telaga

KIIC bersama 28 perusahaan yang ada di dalam kawasan industri KIIC mewujudkan sebuah program CSR bersama yang disebut Desa Telaga. Desa Telaga merupakan sebuah workshop untuk program5program pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan pelestarian lingkungan untuk masyarakat sekitar dan karyawan perusahaan. Desa Telaga ini berlokasi di Jl. Maligi Raya Kawasan Industri KIIC, tepatnya di seberang danau Telaga Resto dengan luas lahan sekitar 3 hektar. Lokasinya yang berada di seberang danau inilah yang mendasari pemberian nama Desa Telaga.

Terdapat dua program utama yang dilakukan di Desa Telaga, yakni program pertanian dan program lingkungan. Program pertanian terdiri dari pertanian palawija, budidaya lele, produksi kompos, dan produksi jamur. Program

(50)

lingkungan sendiri terdiri dari pembibitan pohon buah dan pembibitan pohon pelindung. Di areal Desa Telaga saat ini telah ditanam lebih dari 1000 pohon terdiri atas beberapa tanaman langka, 48 jenis tanaman hutan dan 84 jenis tanaman buah. Petani Desa Telaga telah berhasil memproduksi berbagai jenis tanaman dan melakukan pembibitan untuk tanaman hutan. Hasil pembibitan ini digunakan untuk penghijauan di dalam kawasan industri dan area luar sekitar kawasan. Guna menghasilkan tanaman yang subur Desa Telaga memproduksi kompos sendiri. Kompos berasal dari dedaunan dan rumput serta limbah organik lainnya dari dalam Kawasan Industri KIIC maupun Desa Telaga sehingga limbah dapat dikurangi dan sekaligus dijadikan produk yang memiliki nilai produktif.

Fasilitas yang terdapat dalam areal Desa Telaga diantaranya: (1) Akses jalan masuk dari dalam Kawasan Industri KIIC, berikut area parkir; (2) Ruang display dan informasi kegiatan; (3) Ruang pengelola dan pelatihan; (4) Taman persahabatan (dengan koleksi tanaman langka); (5) Kebun tanaman obat; (6) Nursery dan area pembibitan; (7) Kolam lele portable; (8) Area produksi kompos; (9) Kebun buah; (10) Kebun sayur mayur; (11) Mina padi; dan (12) Lubang biopori.

Tujuan umum dari program CSR Desa Telaga adalah: 1. Menjadi pusat pelatihan agro wisata bagi masyarakat sekitar;

2. Menjadi tempat pelestarian tanaman langka dan mendorong kegiatan pelestarian alam melalui penanaman pohon dan penggunaan teknologi sederhana yang berwawasan lingkungan;

(51)

4. Membangun hubungan yang harmonis dengan penduduk sekitar kawasan KIIC; dan

(52)

BAB V

CARA PA DA G TERHADAP PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPO SIBILITY

Bab ini dibagi menjadi dua sub bab. Bagian pertama menjelaskan tentang cara pandang perusahaan terhadap program Corporate Social Responsibility. Sementara pada bagian kedua menjelaskan tentang cara pandang program Corporate Social Responsibility menurut persepsi peserta program.

5.1 Cara Pandang Perusahaan terhadap Program CSR

Perusahaan memandang bahwa implementasi CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis. Dalam menjalankan bisnis, perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan hanya mencari keuntungan semata, melainkan juga bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungannya. Melalui motto “Together Develops a Better Future” perusahaan memandang bahwa CSR merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan bisnis.

(53)

program pembangunan ekonomi, program sosial dan kebudayaan, dan program lingkungan.

Dalam menerapkan program CSR yang berkesinambungan, perusahaan selalu aktif mencari masukan, usulan dan komentar para stakeholders, dan pihak luar terbukti dengan kerjasama yang dilakukan bersama Fakultas Sejarah Universitas Indonesia pada Agustus/September 2000 agar dapat menciptakan kontribusi perusahaan lebih efektif, efisien dan tepat sasaran. Sayangnya pertemuan dengan tokoh masyarakat tidak dilakukan secara rutin, sehingga masukan dari masyarakat kurang tersalurkan.

Perusahaan sudah mulai menerapkan konsep tanggung jawab sosialnya sejak tahun 2000, jadi murni berasal dari dalam perusahaan tidak berdasarkan paksaaan atau tekanan. Adanya undang5undang yang mengatur yaitu UU No.40 Pasal 74 tahun 2007, tidak mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan. Perusahaan menganggap undang5undang tersebut sebagai suatu aturan untuk memperjelas program saja.

Cara pandang atau alasan perusahaan melaksanakan CSR dapat dikategorikan internal driven, karena murni dorongan tulus dari dalam perusahaan, tidak karena ada paksaan atau tuntutan masyarakat, bahkan regulasi pemerintah sekalipun. Seperti yang telah di jelaskan diatas, perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha.

5.2 Cara Pandang Peserta terhadap Program CSR

(54)

wawancara tentang latar belakang diadakannya program5program CSR oleh KIIC. Hal ini untuk mengetahui bagaimana penerimaan dan pandangan peserta sebelum dan ketika program CSR berjalan.

Tabel 5. Jumlah dan Presentase Cara Pandang Peserta terhadap Program CSR Desa Telaga Tahun 2009

Cara Pandang Peserta terhadap

Program CSR Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah

Tinggi

10

20

33,33

66,67

Total 30 100

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa 66,67 persen responden menyatakan bahwa cara pandang terhadap program CSR tinggi, artinya pandangan mereka terhadap KIIC selaku perusahaan baik. Program CSR diimplementasikan bukan karena ada permasalahan atau konflik antara masyarakat dengan perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan pada sub bab sebelumnya bahwa program CSR dilaksanakan oleh KIIC murni karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).

(55)

PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA

Kondisi sosial ekonomi peserta program dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu rumah tangga responden peserta program CSR Desa Telaga di lokasi penelitian. Responden berjumlah 30 orang. Karakteristik responden dapat dilihat dalam tabel yang berdasarkan empat kategori. Kategori5kategori tersebut adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga.

6.1 Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 responden (80%) termasuk dalam kategori usia muda produktif kurang dari 51 tahun. Enam orang termasuk dalam kategori usia tua lebih dari 51 tahun. Usia responden paling muda 29 tahun dan responden paling tua 56 tahun. Distribusi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

Gambar 4. Distribusi Usia Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009

24 80% 6

20%

Usia

Muda

(56)

6.2 Tingkat Pendidikan

Responden dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa kategori pendidikan berdasarkan tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden selama hidupnya. Distribusi responden berdasarkan pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden dalam Program CSR Desa

Telaga Tahun 2009

Pendidikan Formal Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah (SD)

Menengah (SMP5SMA)

Tinggi (D3/S1/S2)

20

10

0

66,67

33,33

0

Total 30 100

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

Tabel 6. menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program berpendidikan rendah (66,67%) yaitu tamat SD. Sedangkan responden yang berpendidikan menengah yaitu responden yang tamat SMP/SMA sebanyak 33,33 persen. Tidak ada responden yang melanjutkan hingga perguruan tinggi.

6.3 Tingkat Pendapatan

(57)

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

Gambar 5. Distribusi Pendapatan Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009

Gambar 5 menunjukkan sebanyak 24 responden berpendapatan rendah yaitu berada di bawah rata5rata UMR Karawang dengan nilai Rp 1.044.500,00/bulan. Mata pencaharian sebagian besar responden adalah bertani dan buruh kasar. Pekerjaan lain yang digeluti responden adalah wiraswasta bengkel, karyawan, perangkat desa, dan tukang ojek. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan peserta program CSR Desa Telaga adalah komunitas menengah ke bawah karena mayoritas responden berpendapatan rendah atau di bawah rata5 rata UMR Karawang.

6.4 Jumlah Beban Keluarga

Pengukuran jumlah beban keluarga menggunakan dasar acuan standar BKKBN yaitu jumlah jiwa dua anak cukup serta kedua orang tua. Jumlah anggota keluarga responden terkecil adalah dua anggota keluarga, dan terbesar adalah tujuh anggota keluarga. Sebagian besar responden, sebesar 67 persen atau 20 orang memiliki jumlah beban keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang yang dikategorikan sebagai responden dengan jumlah beban keluarga kecil.

Rendah; 24; 80% Tinggi; 6;

20%

Tingkat Pendapatan

Rendah

(58)

Sedangkan responden dengan jumlah beban keluarga besar (>4 orang) sebanyak 10 orang atau 33 persen dari total responden.

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

Gambar 6. Distribusi Jumlah Beban Keluarga Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009

Kecil; 20; 66,67% Besar ; 10;

33,33%

Jumlah Beban Keluarga

Kecil

(59)

BAB VII

TI GKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA, SERTA HUBU GA YA DE GA CARA PA DA G PESERTA

DA KO DISI SOSIAL EKO OMI PESERTA

Partisipasi peserta adalah bentuk keterlibatan masyarakat dalam program CSR Desa Telaga yang ditunjukkan dengan kehadiran dalam rapat, keterlibatan dalam mengemukakan pendapat, serta keaktifan dalam pelaksanaan program dan kegiatan monitoring. Adapun secara garis besar partisipasi yang diteliti meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tingkat partisipasi responden pada tiap tahap diukur dengan tabulasi silang.

7.1 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan

Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keikutsertaan responden dalam penyusunan rencana suatu kegiatan. Pada tahap ini yang dinilai adalah kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan dalam rapat tersebut.

(60)

Tabel 7. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Perencanaan Program CSR Desa Telaga Tahun 2009

Tingkat Partisipasi Tahap Perencanaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah

Tinggi

25

5

83,33

16,67

Total 30 100

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

7.2 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan

Partisipasi pada tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan dan keaktifan dalam pelaksanaan kegiatan program CSR Desa Telaga. Partisipasi diukur berdasarkan banyaknya kegiatan yang diikuti responden serta kehadiran/keaktifan dalam tiap kegiatan.

Tabel 8 menunjukkan bahwa partisipasi responden pada tahap pelaksanaan tergolong cukup tinggi (60%) sebanyak 18 orang. Sedangkan 40 persen atau 12 orang memiliki partisipasi yang rendah. Responden dengan partisipasi tinggi biasanya terlibat dalam berbagai kegiatan dalam Program CSR Desa Telaga seperti pelatihan budidaya ikan lele, pelatihan tanaman pertanian, penanaman tanaman langka, dan pelatihan budidaya jamur merang.

(61)

Tabel 8. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Pelaksanaan Program CSR Desa Telaga Tahun 2009

Tingkat Partisipasi Tahap Pelaksanaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

7.3 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Evaluasi

Partisipasi warga pada tahap evaluasi yaitu keikutsertaan responden dalam mengevaluasi kegiatan5kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi masyarakat diukur melalui peran mereka dalam membuat laporan baik secara lisan maupun tulisan berkaitan dengan program CSR Desa Telaga.

Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan partisipasi responden pada tahap evaluasi tergolong rendah yaitu sebanyak 66,67 persen. Menurut beberapa responden, yang melakukan evaluasi biasanya dari pihak KIIC dan ketua kelompok mengetahui lebih banyak tentang program.

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Evaluasi Program CSR Desa Telaga Tahun 2009

Tingkat Partisipasi Tahap Evaluasi Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

(62)

total pada tiga tahap partisipasi yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

Secara umum, tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga tergolong rendah. Dari total responden sebanyak 30 orang, didapat 21 orang (70%) berpartisipasi rendah, sedangkan sembilan orang lainnya (30%) berpartisipasi tinggi. Responden yang memiliki partisipasi tinggi adalah responden dengan total skor lebih dari atau sama dengan 18, sedangkan responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah responden dengan total skor kurang dari 18.

Sumber: Data Primer Penelitian, 2009

Gambar 7. Tingkat Partisipasi Responden Terhadap Program CSR Desa Telaga Tahun 2009

Berdasar tingkatan partisipasi Arnstein, tingkat partisipasi dalam program CSR Desa Telaga dikategorikan sebagai partisipasi pemberitahuan pada derajat tokenisme. Perusahaan sebagai pihak yang powerful memberikan kesempatan pada masyarakat (powerless) untuk berpendapat dan didengar pendapatnya dalam perencanaan program. Namun masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh

Rendah; 21; 70% Tinggi; 9;

30%

Tingkat Partisipasi

Rendah

Gambar

Tabel 2. Delapan Tingkatan Partisipasi Masyarakat menurut Arnstein (1969)
Gambar 1.  Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa
Tabel 3. Definisi Operasional
Tabel 4. Karakteristik Perusahaan di Kawasan Industri KIIC
+7

Referensi

Dokumen terkait