• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Tingkat PendidikanMasyarakat Desa Sekitar Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Tingkat PendidikanMasyarakat Desa Sekitar Perusahaan"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANFAAT PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR)

TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DESA

SEKITAR PERUSAHAAN

SAEFIHIM

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sekitar Perusahaanadalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

SAEFIHIM. Analisis Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sekitar Perusahaan. Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA.

Untuk mengimbangi perusahaan dalam mencari laba sebanyak-banyaknya tanpa mengesampingkan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai wujud share profit dalam kegiatan usaha mereka, dirancang program-program CSR untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat berasaskan kemandirian dan keberlanjutan. Asspek ekonomi dan sosial merupakan manfaat dalam jangka menengah yang diakibatkan dari pengimplemantasian program CSR.Manfaat

program CSR dalam perubahan taraf hidup

(aspek ekonomi) dan modal sosial (aspek sosial) dapat mewujudkan tingkat pendidikan yang tinggi pada masyarakat sebagai penerima manfaat. Pendidikan menjadi penting karena pendidikan merupakan aspek yang memberikan kontribusi sumberdaya manusia yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam berbagai aktivitas. Dalam kasus ini terdapat hubungan antara perubahan taraf hidup dan modal sosial dengan tingkat pendidikan.

Kata Kunci: CSR, manfaat, masyarakat, modal sosial, taraf hidup, tingkat pendidikan

ABSTRACT

SAEFIHIM. Analysis of The Outcome of Corporate Social Responsibility (CSR) To The Education Level of Communities Around The Company. Under the guidance of IVANOVICH AGUSTA.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

ANALISIS MANFAAT PROGRAM

CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY

(CSR) TERHADAP TINGKAT

PENDIDIKAN MASYARAKAT DESA SEKITAR

PERUSAHAAN

SAEFIHIM

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Tingkat PendidikanMasyarakat Desa Sekitar Perusahaan

Nama : Saefihim

NIM : I34100026

Disetujui oleh

Dr Ivanovich Agusta, SP MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Untaian puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Analisis Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sekitar Perusahaan “ dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga

tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir.

Penulis menyadari bahwa studi pustaka ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa teruma kasih kepada:

1. Almarhum Ayah Sobari, Ibunda Carsiti, Kakak-kakak semuanya Cunaya, Cunayi, Nawangsih, Sujadi, Riyani serta Adik-adik tercinta Fahudi dan Sofyan, yang merupakan sumber motivasi penulis dalam segala hal.

2. Dr Ivanovich Agusta, SP MSi, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

3. Dr Ir Arya Hadi Dharmawan, MSc Agr, dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya dan memberi masukan dalam hal akademik.

4. Bapak Resifil Hakim dan Ibu Novera beserta anak-anaknya di Pattaya, Thailand yang telah banyak memberikan bantuan, semangat dan kehangatan layaknya keluarga.

5. Dikti dan Kemendikbud yang telah memberikan beasiswa penuh selama kuliah serta Direktorat Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran kuliah serta atas semangat dan motivasi untuk berprestasi.

6. Teman-teman seperjuangan Deslaknyo, Milatul Ulfa, Bakhrul Ulum, Syaiful Bahri, Jajang Jaelani, Ahmad Rifai, Agus Alim, Hermin Rahayu, Meziriati Henri, mutmaina atas semangat dan kebersamaan layaknya keluarga.

7. Keluarga bapak makmur, kang Badrussalam dan warga desa Purwabakti atas dukungan, kerjasama serta kebersamaan layaknya keluarga selama penelitian.

8.

Teman-teman satu bimbingan, Ritma Pradhita, Ajron Abdullah, dan Ipa

Sahda, dan Adi Chandra yang saling menyemangati satu sama lain.

9. Teman-teman seperjuangan SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan selama ini.

10.Keluarga Bapak Donny Citra Lesmana, terimakasih atas kebaikan dan dukungannya selama ini.

11.Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya studi pustaka ini

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang CSR.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Kegunaan Penelitian 6

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) 7 Karakteristik Corporate Social Responsbility (CSR) 8 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) 9

Konsep Modal Sosial 10

Evaluasi Program 11

Konsep Taraf Hidup 12

Tingkat Pendidikan 13

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis 17

Definisi Operasional 17

PENDEKATAN LAPANGAN 27

Lokasi dan Waktu Penelitian 27

Metode Penelitian 28

Teknik Penentuan Informan dan Responden 28

Teknik Pengumpulan Data 30

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 30

PROFIL DESA PURWABAKTI 33

Kondisi Geografi dan Demografi 33

Kondisi Sosial dan Ekonomi 34

Ikhtisar 36

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) 37

Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Indonesia Power 37 Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Indonesia PowerUBP

Kamojang Unit PLTP Gunung Salak 39

Ikhtisar 42

MANFAAT PROGRAM CSR DALAM PERUBAHAN TARAF HIDUP DAN

MODAL SOSIAL MASYARAKAT DESA SEKITAR PERUSAHAAN 43

Perubahan Taraf Hidup 43

Perubahan Modal Sosial 50

(14)

PENDIDIKAN MASYARAKAT DESA PURWABAKTI KECAMATAN

PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR 59

Sarana dan Prasarana 59

Kemampuan Mencapai Pendidikan Tertinggi 60

Kendala dalam Pendidikan 63

Ikhtisar 70

HUBUNGAN PERUBAHAN TARAF HIDUP DAN MODAL SOSIAL DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DESA SEKITAR

PERUSAHAAN 71

Hubungan Perubahan Taraf Hidup Dengan Tingkat Pendidikan 71 Hubungan Perubahan Modal Sosial Dengan Tingkat Pendidikan 73

Ikhtisar 74

SIMPULAN DAN SARAN 77

Simpulan 77

Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 79

(15)

DAFTAR TABEL

Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial dalam tanggung jawab sosial perusahaan

Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan berdasarkan pekerjaan

Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan berdasarkan tingkat pendidikan

Daftar kelompok binaan CSR PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit PLTP Gunung Salak Desa Purwabakti

Jumlah dan persentase responden penerima program menurut perubahan taraf hidup

Paired samples statistics perubahan taraf hidup penerima program

Paired samples correlations perubahan taraf hidup penerima program

Paired samples test perubahan taraf hidup penerima program Jumlah dan presentase responden bukan penerima program menurut perubahan taraf hidup

Jumlah dan presentase responden penerima program menurut perubahan modal sosial

Paired samples statistics perubahan modal sosial penerima program

Paired samples correlations perubahan modal sosial penerima program

(16)

Tabel 23

Tabel 24

Tabel 25

Tabel 26

Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30

Tabel 31

Independent Samples Test modal sosial penerima program dan bukan penerima program sebelum adanya program CSR PT Indonesia Power

Independent Samples Test modal sosial penerima program dan bukan penerima program sesudah adanya program CSR PT Indonesia Power

Group Statistic perubahan modal sosial penerima program dan bukan penerima program setelah adanya program CSR PT Indonesia Power

Jumlah dan presentase rumah tangga responden penerima program CSR berdasarkan kemampuan mencapai pendidikan tertinggi

Jumlah dan presentase rumah tangga responden bukan penerima program CSR berdasarkan kemampuan mencapai pendidikan tertinggi

Independent Samples Test kemampuan mencapai pendidikan tertinggi penerima program dan bukan penerima program

Group statistics kemampuan mencapai pendidikan tertinggi penerima program dan bukan penerima program

Uji korelasi Rank Spearman perubahan taraf hidup dengan tingkat pendidikan penerima program

Uji korelasi Rank Spearman perubahan modal sosial dengan tingkat pendidikan penerima program

55

55

56

61 62 63 63

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Konsep the triple bottom line corporate social responsibility

(CSR) 2

Gambar 2 Kerangka pemikiran 16

Gambar 3 Kerangka penentuan responden dan kontrol 29 Gambar 4 Daerah penolakan H1 dan H0 uji korelasi Rank Spearman 31 Gambar 5 Sketsa lokasi penelitian Desa Purwabakti 33 Gambar 6 Grafik presentase rumah tangga berdasarkan tingkatan taraf

hidup sebelum dan sesudah ada program kelompok CSR PT

Indonesia Power 44

Gambar 7 Grafik presentase rumah tangga bukan penerima program berdasarkan tingkatan taraf hidup sebelum dan sesudah ada program kelompok CSR PT Indonesia Power 48 Gambar 8 Grafik presentase rumah tangga penerima program berdasarkan

tingkatan modal sosial sebelum dan sesudah ada program

kelompok CSR PT Indonesia Power 52

Gambar 9 Grafik presentase rumah tangga bukan penerima program berdasarkan tingkatan modal sosial sebelum dan sesudah ada program kelompok CSR PT Indonesia Power 54 Gambar 10 Grafik presentase masyarakat Desa Purwabakti berdasarkan

tingkat pendidikan 60

Gambar 11 Grafik jumlah responden penerima dan bukan penerima program menurut kendala pada uang pangkal sekolah 64 Gambar 12 Grafik jumlah responden penerima dan bukan penerima program

menurut kendala pada baju seragam sekolah 65 Gambar 13 Grafik jumlah responden penerima dan bukan penerima program

menurut kendala pada buku tulis 65

Gambar 14 Grafik jumlah responden penerima dan bukan penerima program

menurut kendala pada buku pelajaran 66

Gambar 15 Grafik jumlah responden penerima dan bukan penerima program

menurut kendala pada alat tulis 67

Gambar 16 Grafik jumlah responden penerima dan bukan penerima program

menurut kendala pada uang jajan/bekal 67

Gambar 17 Grafik jumlah responden penerima dan bukan penerima program

menurut kendala pada jarak ke sekolah 68

Gambar 18 Grafik presentase responden penerima program terhadap persepsi hubungan pendidikan dan pekerjaan. 69 Gambar 19 Grafik presentase responden bukan penerima program terhadap

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini yang kemudian diakhiri dengan General Research Question (GRQ). Pada bab masalah penelitian diuraikan permasalahan penelitian yang merupakan penjabaran dari General Research Question atau disebut Spesific Research Question (SRQ). Pada bab tujuan dijelaskan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan pada bab kegunaan dijelaskan kegunaan penelitian baik bagi peneliti, akademisi, perusahaan, pemerintah, dan masyarakat

Latar Belakang

Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan isu yang terus mengalami pembaharuan dan terus menerus dikampanyekan sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap masyakat dan lingkungan sekitar. Berbagai pihak telah menjalankan program ini sebagai wujud tanggung jawab mereka atau hanya sekedar menjalankan mandat pemerintah. Hal ini didukung oleh pernyataan Bowen yang menjadi dasar bagi pengembangan konsep tanggung jawab sosial atau social responsibility. Bowen (1985) dalam Solihin (2009), berpendapat bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Definisi mengenai CSR menurut ISO 26000 adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Regulasi perundang-undangan yang dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) di Indonesia antara lain: UU No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Pasal 74 ayat 1 dalam UU No. 40/2007 disebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam pasal ini disebutkan adanya sanksi yang berlaku sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi perseroan yang tidak melaksanakan.

(20)

Dalam praktiknya, perusahaan juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut serta dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar (planet). Profit merupakan orientasi utama perusahaan. Profit dibutuhkan untuk peningkatan kesejahteraan para karyawan, pemegang saham dan pihak-pihak yang terkait. People merupakan masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Planet merupakan lingkungan berupa sumberdaya alam baik yang ditempati atau dikelolah oleh perusahaan.

Sumber: Wibisono (2007)

Gambar 1 Konsep the triple bottom line corporate social responsibility (CSR)

Pelaksanaan CSR pada dasarnya merupakan bentuk tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Perusahaan mencari laba sebanyak-banyaknya tanpa mengesampingkan masyarakat dan lingkungan sekitar karena pada dasarnya harus ada share profit dalam kegiatan usaha mereka. Dalam pelaksanaannya, CSR dibagi atas tiga tahapan yang menunjukan keberhasilan CSR. Charity merupakan tahap pertama. Pada tahap ini perusahaan terlihat hanya menjalankan kewajiban semata. Selanjutnya philantrophy, pada tahap ini sudah mulai ada kesadaran secara sukarela. Dan tahap terakhir adalah Good Corporate Citizenship (GCC) yang merupakan pelaksanaan CSR secara menyeluruh. Namun, dalam prakteknya masih memungkinkan perusahaan untuk melakukan tipe kegiatan yang berbeda berdasarkan kebutuhan masyarakat.

Pelaksanaan CSR bermula ketika diberlakukannya UU No.40/2007 yang memaksa perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan dan atau berkaitan dengan pemanfaatan SDA melaksanaan program CSR. Untuk itu, sama halnya dengan perusahan lain, PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit Gunung Salak yang secara langsung memanfaatkan SDA berupa panas bumi melakukan kegiatan CSR-nya. Didirikan pada 3 Oktober 1995 sebagai anak perusahaan PT Pembangkitan Jawa Bali I (PT PJB I) merupakan anak perusahaan PT. PLN (Persero) yang bergerak dalam usaha pembangkitan tenaga listrik didirikan pada 3 oktober 1995. Nama itu kemudian berubah menjadi PT. Indonesia Power pada tangaal 3 Oktober 2000. Kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan Indonesia Power memang cukup beragam. Tetapi secara garis besar terbagi dalam tiga bidang, yaitu pelayanan masyarakat seperti bantuan infrastruktur, kesehatan, beasiswa dan tanggap darurat bencana; pembinaan hubungan seperti diskusi dan

Ekonomi

(Profit) Lingkungan (Planet) Sosial

(People)

(21)

komunikasi sosial serta pemberdayaan seperti pengembangan ekonomi mikro dan lembaga keuangan mikro. Program-program ini dirangkai dengan nama IP-CARE (Indonesia Power Community Assistance, Relation and Empowerment). Kegiatan community development di PT. Indonesia Power didefinisikan sebagai “kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan perusahaan dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik dari sebelumnya sehingga kehidupan masyarakat di sekitar perusahaan diharapkan menjadilebih berdaya dan mandiri dengan kualitas dan

kesejahteraan yang lebih baik”. Landasan utama kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan sub bidang pengembangan komunitas adalah Pedoman Tata Kelola

Perusahaan PT. Indonesia Power yang menyatakan bahwa “Perusahaan melihat bahwa hubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai salah satu

jaminan bagi keberlangsungan bisnis Perusahaan” yang pelaksanaannya diatur

melalui Surat Keputusan Direksi PT. Indonesia Power Nomor 08.K/010/IP/2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Community Development di Lingkungan PT. Indonesia Power.1

Kegiatan Community Development di Lingkungan PT. Indonesia Power dibagi ke dalam beberapa kegiatan besar. Diantaranya: (1) Community Assistance: Improving Quality of Life merupakan program dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat sebagai wujud dukungan terhadap kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah setempat yang dilakukan melalui bantuan pembangunan, perbaikan sarana umum, biaya pendidikan formal bagi siswa sekola dasar, menengah, dan perguruan tinggi dan berbagai bentuk partisipasi perusahaan dalam berbagai kegiatan pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya. (2) Community Relation: Engage With Community adalah memfasilitasi tumbuhnya pemahaman dan komitmen diantara para stakeholders untuk mencapai tujuan yang saling menguntungkan; mendorong lahirnya sikap positif masyarakat setempat terhadap perusahaan serta memperbaiki dan mendorong lahirnya kebijakan publik yang kondusif terhadap keberlangsungan bisnis perusahaan.(3) Community Empowerment: Promoting Sustainable Economics merupakan pemberian akses yang lebih luas kepada masyarakat setempat untuk menunjang kemandiriannya. Kemandirian ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomis melainkan aspek lingkungan, sosial, dan kebudayaan. Seperti dalam pemberian bantuan modal usaha, peningkatan keterampilan, bantuan romosi dan pemasaran, serta riset dan pembangunan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan lebih menitikberatkan pada aspek ekonomi dan sosial. Dengan adanya program CSR diharapkan adanya perubahan kondisi ekonomi dan sosial tersebut ke arah yang lebih baik bagi masyarakat yang menerima program CSR. Masyarakat penerima program selanjutnya akan merasakan hasil, manfaat, atau dampak dari program yang mereka dapatkan. Dalam evaluasi pembangunan, menurut Budimanta (2008) dijelaskan bahwa lamanya program pembangunan dapat dijadikan ukuran evaluasi. Hasil (output) digunakan untuk mengevaluasi jangka pendek, manfaat (outcome) untuk jangka menengah, dan dampak (impact) untuk jangka panjang. Artinya prograsm CSR khususnya pada aspek ekonomi dan

(22)

sosial akan dirasakan manfaatnya ketika program yang ada sudah berada pada tujuan jangka menengah.

Manfaat program CSR pada aspek ekonomi dan sosial ini tentunya diharapkan dapat mempengaruhi aspek lainnya yang berhubungan, salah satunya adalah pendidikan. Basrowi dan Juariyah (2010) dalam penelitiannya mengenai hubungan kondisi sosial ekonomi dengan tingkat pendidikan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara keduanya. Semakin tinggi kondisi sosial dan ekonomi suatu rumah tangga maka akan semakin tinggi tingkat pendidikannya. Dalam penelitiannya, Basrowi dan Juariyah menggunakan beberapa indikator kondisi sosial ekonomi antara lain: kepemilikan lahan pertanian, jenis bangunan rumah, mata pencaharian, penghasilan, pengeluaran dan komposisi jumlah anggota keluarga. Indikator yang ada kemudian dihubungkan dengan tingkat pendidikan. Dijelaskan dalam penelitian bahwa pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pendapatan rumah tangga. Tarigan (2006) menyatakan bahwa Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan tingkat pandapatan seseorang. Artinya secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu, pendidikan memang sangat diperlukan dan berguna bagi anggota masyarakat. Pendidikan sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Kondisi ekonomi dan sosial masyarakat Kabupaten Bogor nampaknya masih rendah jika mengingat fungsi Kabupaten Bogor sebagai daerah penunjang ibukota. Hal ini ditandai dengan masih adanya masyarakat Kabupaten Bogor yang buta huruf. Berdasarkan penelitian Heriadi (2006) angka melek huruf di Kabupaten Bogor 91,35 persen untuk perempuan, sedangkan untuk laki-laki 96,67 persen. Artinya masih ada sekitar 8,65 persenperempuan dan 3,33 persen laki-laki dari masyarakat di Kabupaten Bogor yang masih buta huruf. Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang terletak dibawah kaki gunung salak. Berdasarkan penelitian Heriadi (2006), Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki indikator keberhasilan dalam pendidikan yang cukup baik karena berada di rataan kabupaten. Indikator ini dilihat berdasarkan banyaknya sekolah, rasio murid dan guru, banyaknya guru, angka partisipasi murid, dan rasio murid. Desa Purwabakti yang berada di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang menjadi penerima manfaat program CSR yang dilaksanakan PT. Indonesia Power regional Jawa Barat. Mengacu pada pemaparan diatas maka program-program CSR yang dilaksanakan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial dari masyarakat penerima program CSR. Jika dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basrowi dan Juariyah (2010) maka kondisi ekonomi dan sosial memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan. Oleh karena itu, pertanyaan yang akan dibahas dalam proposal penelitian ini adalah sejauhmana manfaat program Corporate Social Responsibility (CSR)

(23)

Rumusan Masalah

Menurut Untung (2008) CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, dan sosial. Program-program CSR yang dilaksanakan perusahaan pada dasarnya memiliki manfaat dalam sosial dan ekonomi terhadap masyarakat sekitar perusahaan sebagai penerima program sesuai dengan tujuan CSR perusahaan yakni “kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan perusahaan dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik dari sebelumnya sehingga kehidupan masyarakat di sekitar perusahaan diharapkan menjadi lebih berdaya dan mandiri dengan kualitas dan

kesejahteraan yang lebih baik”. Berdasarkan informasi yang didapatkan bahwa program CSR yang telah dilaksanakan oleh PT Indonesia Power UBP Kamojang memasuki usia empat tahun. Artinya program CSR yang dilaksanakan dapat dievaluasi manfaatnya. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis sejauhmana manfaat program CSR terhadap perubahan modal sosial dan taraf hidup masyarakat desa sekitar perusahaan.

Manaso Malo (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) memberikan batasan tentang kondisi sosial ekonomi yaitu, Merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam sosial masyarakat. Pemberian posisi disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.Menurut Drijarkara (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) Pendidikan adalah memanusiakan manusia. Pelaksanaan pendidikan berlangsung dalam keluarga sebagai pendidikan informal, di sekolah sebagai pendidikan formal, dan di masyarakat sebagai pendidikan nonformal serta berlangsung seumur hidup. Tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik , tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Tingkat pendidikan dapat dilihat sejauh mana seseorang melaksanakan pendidikan formal. Pendidikan formal saat ini menjadi sangat penting akibat tuntutan globalisasi sebagai salah satu modal untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Berdasarkan penelitian Basrowi dan Juariyah (2010) bahwa kondisi ekonomi dan sosial masyarakat mempunyai hubungan dengan tingkat pendidikan. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis sejauhmana hubungan perubahan modal sosial dan taraf hidup masyarakat terhadap tingkat pendidikan masyarakat desa sekitar perusahaan.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penulisan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis

“Manfaat Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Tingkat

Pendidikan Masyarakat Desa Sekitar Perusahaan” dan secara khusus bertujuan

untuk:

(24)

2. Menganalisis pengaruh perubahan taraf hidup dan modal sosial masyarakat terhadap tingkat pendidikan anak pada masyarakat desa sekitar perusahaan.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada:

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan untuk Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembagan pengetahuan mengenai CSR.

2. Perusahaan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain itu perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas .

3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai tingkat pendidikan masyarakat akibat manfaat program CSR yang telah dilaksanakan.

(25)

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas tinjauan pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah kerangka pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi operasional.

Tinjauan Pustaka

Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR yang terus dikampanyekan dan diimplemantisikan oleh perusahaan tidak begitu saja muncul dalam bentuk yang sekarang.CSR telah mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup lama. Berbagai tahapan telah dilewati dalam perkembangannya. Isu-isu CSR kini telah mengalami peralihan yang signifikan. Terbukti dengan ditempatkannya isu CSR ke dalam isu central bagi para pelaku bisnis dan pihak-pihak terkait lainnya yang mulai memfokuskan dalam isu ini. Dalam perkembangan CSR, sejauh ini tidak ada jejak baku yang disepakati secara bulat tentang tahap perkembangan ini. Wibisono (2007) menjelaskan pada masa industrialisasi banyak dari perusahaan hanya menfokuskan pada keuntungan belaka. Pada masa itu penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada pemerintah sudah dianggap cukup sebagai bentuk sumbangan kepada masyarakat. Seiring berjalannya waktu masyarakat menuntut perusahaan tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang diperlukan melainkan menuntut tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini didasari karena adanya ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat sekitar. Selain itu, operasi perusahaan yang menimbulkan dampak negatif seperti eksploitasi SDA dan rusaknya lingkungan disekitar perusahaan melatarbelakangi munculnya konsep CSR primitif: kedermawanan yang bersifat karitatif.

Tahun 1950-an gema CSR mulai semakin terasa. Persoalan kemiskinan dan keterbelakangan mulai mendapatkan perhatian lebih luas. Bahkan beberapa kalangan menyebutkan pada masa itu merupakan dimulainya era modern dari CSR. Mereka menganggap bahwa buku yang bertajuk Social Responsiility of The Businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah CSR modern. Dan akhirnya Bowen

dijuluki sebagai “Bapak CSR”. Pada dekade yang sama, gema CSR juga ditandai dengan terbitnya buku legendaris “Silent Spring”. Di dalam buku ini pertama kalinya wacana lingkungan di kemukakan dalam tataran global. Rachel Carson sebagai penulis ingin mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa netapa mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan. (Wibisono 2007).

(26)

ekonomi, namun juga memasukkan sosial dan lingkungan untuk mencapai suistainable society. Di lanjutkan pada tahun 1970-an terbitlah “The Limit of

Growth”yang hingga saat ini terus mengalami pembaharuan karya para cendekiawan yang tergabung dalam Club Of Rome.Sejalan dengan semakin berkembangnya CSR, kegiatan kedermawanan perusahaan telah mencapai Philantrhopy serta Community Development. Dalam hal ini terjadi perpindahan penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor produktif ke sektor sosial yang dilatarbelakangi oleh kesadaran perusahaan. Pada tahun 1980-an mulai bergeser dari Philantrhopy ke Community Development. Pada masa ini mulai muncul pola-pola pemberdayaan masyarakat. Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan seperti stakeholder dan Civil Society yang tentu saja mempengaruhi Community Development. KKT Bumi yang diadakan Rio de Jenairo Brazil pada tahun 1992 menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial. Terobosan terbari dalam CSR dikenal dengan istilah Tripple Bottom Line yang dikenalkan oleh John Elkington. Inti dari buku yang dibuatnya adalah bahwa jika perusahaan ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P yaitu Profit, People, dan Planet. Selanjutnya Gaung CSR mulai bergema diselenggarakan World Summit on Suistainable Development (WSSD) pada tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan.

Definisi mengenai CSR menurut ISO 26000 adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Selain itu, Untung (2008) menjelaskan bahwa CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Hal ni diperkuat oleh Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul

“cannibals with forks, the triple bottom line of twentieth century of business”,

dimana dalam buku tersebut Elkington mengemukakan konsep 3P (profit, planet, dan people) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar keuntungan/profit ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007).

Karakteristik Corporate Social Responsbility (CSR)

(27)

menyeluruh. Untuk lebih jelasnya, perbandingan diantara ketiganya ditampilkan dalam matriks dibawah ini:

Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial dalam tanggung jawab sosial perusahaan

Paradigma Charity Philanthropy Good Corporate

Citizenship (GCC)

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana abadi/profesionalitas

Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial & pembangunan serta keterlibatan sosial)

Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

Sumber: Ambadar (2008)

Berdasarkan matriks diatas, Ambabar (2008) menjelaskan tahapan keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan program CSR-nya. Tentu saja keberhasilan terbesar jika perusahaan telah mencapai tahap Good Corporate Citizenship (GCC). Namun, dalam prakteknya perusahaan dapat melakukan kegiatan yang berbeda. Hal ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang berbeda.

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul “cannibals with forks, the

(28)

Elkington mengemukakan konsep 3P (profit, planet, dan people) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar keuntungan /profit ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007). Ketiga komponen yang dijelaskan memiliki keterkaitan yang erat. Dalam aspek ekonomi, perusahaan mencari profitatau keuntungan sebanyak-banyaknya sebagai organisasi untuk kepentingan pada stakeholder yang terdapat didalamnya. Perusahaan terus melakukan kegiatan ekonomi untuk keberlangsungan perusahaan. Ketika perusahaan dalam kondisi yang mapan, sebuah program CSR akan berada pada tahapan tertinggi tidak lagi sebatas charity. Manfaat program CSR tidak hanya lagi dirasakan oleh sekelompok orang saja melainkan masyarakat luas. Dalam aspek sosial, perusahaan tidak hanya lagi memikirkan internal perusahaan saja. Disinilah perusahaan mulai memperhatikan masyarakat sekitar perusahaan sebagai penerima dampak atas kegiatan atau keputusan yang telah dilakukan perusahaan. Dalam hal ini ada keterkaitan dengan share profit. Perusahaan tidak hanya memikirkan keuntungan untuk perusahaan itu sendiri melainkan memikirkan untuk masyarakat sekitar sebagai penerima dampak. Dalam hal ini sangat banyak program CSR yang dilaksanakan baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan merupakan pilihan yang baik sebagai salah program CSR. Program ini diharapkan menciptakan kesejahteraan masyarakat yang didalamnya terdapat kemandirian dan keberlanjutan. Beralih ke aspek terakhir yakni planetatau lingkungan yang mengindikasikan bahwa perusahaan harus memperhatikan lingkungan sekitar dengan tidak merusaknya. Selain itu harus ada keberlanjutan dari lingkungan tempat dimana perusahaan melakukan eksploitasi sebagai bentuk pemanfaatan SDA.

Konsep Modal Sosial

Colleta dan Cullen (2000) dalam Nasdian (2014), modal sosial

didefinisikan sebagai “suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari

organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

(29)

memiliki unsur-unsur penopang, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Social participation. Social participation berarti partisipasi sosial anggota masyarakat. Pada masyarakat tradisional, hal ini melekat dalam perayaan kelahiran, perkawinan, kematian, (2) Reciprocity atau timbal balik, yaitu saling membantu dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan orang laindan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian hubungan yang terjadi menyangkut hak dan tanggung jawab, (3) Trust atau kepercayaan, (4) Acceptance and diversity atau penerimaan atas keberagaman, yaitu adanya toleransi yang memperhatikan sikap dan tindak-tanduk serta perilaku yang saling hormat-menghormati, saling pengertian, dan apresiasi di antara lingkungan, (5) Norma dan nilai, Norma dan nilai merupakan value sistem yang akan berkembang menjadi suatu budaya, (6) Sense of efficacy atau perasaan berharga, yaitu timbulnya rasa percaya diri dengan memberikan penghargaan kepada setiap orang, dan (7) Cooperation and proactivity atau kerjasama dan proaktif. Dalam kaitannya dengan modal sosial, kerjasama harus terus bergerak serta dituntut kreatif dan aktif.

Global Social Capital Survey merupakan model yang dikembangkan oleh Deepa Narayan dan Cassidy, dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator untuk mengukur ketersediaan modal sosial. Ketujuh indikator tersebut adalah: (a) karakteristik kelompok (meliputi jumlah keanggotaan; kontribusi dana; frekuensi partisipasi; partisipasi dalam pembuatan keputusan; heterogenitas keanggotaan; sumber pendanaan bagi organisasi); (b) norma-norma umum (meliputi kesediaan menolong orang lain; kepedulian pada orang lain; keterbukaan pada orang lain); (c) kebersamaan (meliputi seberapa jauh orang-orang dapat hidup bersama; tingkat kebersamaan di antara orang-orang); (d) sosialitas keseharian; (e) hubungan ketetanggaan (meliputi kesediaan meminta tolong pada tetangga untuk merawat anak yang sakit; atau membantu diri sendiri yang sedang sakit); (f) voluntarisme (meliputi apakah pernah bekerja sebagai relawan; ekspektasi dari kegiataan sukarela; kritik terhadap mereka yang menolak bekerja sukarela; kontribusi pada lingkungan ketetanggaan; apakah pernah menolong orang lain); serta (g) kepercayaan (meliputi kepercayaan pada keluarga; pada tetangga; pada orang dari kelas yang berbeda; pada pemilik usaha; pada aparat pemerintah; pada penegak hukum, seperti jaksa, hakim, dan polisi; pada aparat pemerintah daerah). 2

Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat karena kaitannya dengan program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Menurut Musa (2005) evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu obyek yang dilakukan secara terencana, sistematik, dengan arah dan tujuan yang jelas. Kegiatan tersebut secara umum dapat diartikan sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menganalisa fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, dan kinerja mengenai

2Deepa Narayan dan Michael F. Cassidy. 2001. “A Dimensional Approach to Measuring

(30)

suatu (barang, organisasi, dan lain-lain) yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses dari pengambilan keputusan.

Menurut Budimanta (2008) Program adalah serangkaian proses yang diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan khusus atau hasil. Sumberdaya yang diubah disebut input (masukan), sedangkan hasil dibagi menjadi tiga yaitu output (hasil), outcome (manfaat), dan impact (dampak). Masukan adalah segala jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya yang selalu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output (hasil) dan mencapai tujuan program. Selanjutnya Budimanta (2008) juga menjelaskan bahwa tujuan merupakan hasil yang diharapkan akan dicapai oleh suatu proyek atau program pembangunan. Tujuan dapat disusun secara bertingkat menjadi dua tahapan atau lebih yaitu sebagai berikut:

1. Output : hasil atau tujuan jangka pendek 2. Outcome : manfaat atau tujuan jangka menengah 3. Impact : dampak atau tujuan jangka panjang

Jenis-jenis evaluasi program dapat dikategorikan berdasarkan waktu pelaksanaannya (Musa 2005):

1. Evaluasi Awal (Ex-ante Evaluation)

Evaluasi awal adalah evaluasi yang dilakukan sebelum suatu program dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah program memang layak dilaksanakan secara ekonomis, teknis, finansial, sosial, maupun politis. Evaluasi ini dikenal juga sebagai studi kelayakan.

2. Evaluasi Proses (On-going Evaluation)

Evaluasi proses atau monitoring dilakukan pada setiap tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan ketika program sedang berjalan untuk mengetahui apakah tahapan program berlangsung sebagaimana mestinya, sesuai yang dirumuskan pada perencanaan program.

3. Evaluasi Akhir (Ex-post Evaluation)

Evaluasi akhir adalah evaluasi yang dilakukan pada saat program selesai dilaksanakan untuk melihat hasil dan kesesuaian dengan tujuan.

Konsep Taraf Hidup

Taraf hidup dilihat dari Data BPS tahun 2005 dalam Rahman (2009) yaitu luas lantai bangunaan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu/perminggu, pembeliaan pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun, frekuensi makan dalam sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter, lapangan pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga dan kepemilikan asset/harta bergerak maupun tidak bergerak. Taraf hidup adalah tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

(31)

telah diungkapkan oleh berbagai definisi CSR bahwa salah satu tujuan diadakannya program adalah adanya peningkatan taraf hidup. Beberapa indikator taraf hidup hanya melihat taraf hidup masyarakat sesuai dengan keadaan sekitar.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyumbangkan kemampuan usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu aspek yang menyumbangkan sumber daya manusia yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam berbagai kegiatan, juga diharapkan mampu membuka cara berpikir ekonomis dalam arti mampu mengembangkan potensi yang ada untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin. Menurut Drijarkara (2001) pendidikan adalah memanusiakan manusia. Pelaksanaan pendidikan berlangsung dalam keluarga sebagai pendidikan informal, di sekolah sebagai pendidikan formal, dan di masyarakat sebagai pendidikan

nonformal serta berlangsung seumur hidup. Menurut Ihsan (2003) adalah, “Dalam

pengertian sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmanimaupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungan

masyarakat dan kebudayaan”. Basrowi dan Juariyah (2010). Sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalamusaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan cara mendidik.

Hal ini juga didukung oleh Tarigan (2006) yang menyatakan bahwa Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan tingkat pandapatan seseorang. Artinya secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Selain itu, pendidikan memang sangat diperlukan dan berguna bagi anggota masyarakat. Pendidikan sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik tapi juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Djumramsjah (2004) dalam Tarigan (2006) tujuan pendidikan itu menciptakan integritas atau kesempurnaan pribadi. Integritas itu menyangkut jasmaniah, intelektual, emosional, dan etis. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa

“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Setelah kita dapatkan definisi dan konsep pendidikan, sangat jelas bahwa pendidikan tidak hanya sebagai kegiatan formal dan informal belaka. Banyak sekali manfaat yang didapatkan dari pendidikan. Tidak hanya untuk pribadi melainkan untuk masyarakat secara luas.

(32)

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs.) atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar yang mengutamakan perluasan dan peningkatan ketrampilan siswa.Pengembangan pendidikan menengah sebagai lanjutan pendidikan dasar di sekolah ditingkatkan agar mampu membentuk pribadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur serta untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang memerlukan tenaga berkemampuan dan berketrampilan. Perlu diadakan penyesuaian kurikulum dan isi pendidikannya serta penataan kelembagaan pendidikan menengah, termasuk pendidikan kejuruan yang merupakan pembekalan untuk pendidikan tinggi atau bekal hidup dalam masyarakat.Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum, pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Dalam penyelenggaraan pendidikan menengah, tentu ada maksud dan tujuan yang akan dicapai. tujuan pendidikan menengah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

b) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka nantinya anak (lulusan) pendidikan menengah diharapkan mampu untuk meningkatkan pengetahuan sebagai jembatan dalam melanjutkan pada pendidikan tinggi. Akan tetapi, keterbatasannya adalah dalam biaya pendidikan, maka lulusan pendidikan menengah diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan ketrampilan di masyarakat sebagai bekal dalam menjalani hidup.

3. Pendidikan Tinggi

(33)

a) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

b) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui manfaat program CSR terhadap tingkat pendidikan masyarakat sekitar perusahaan. Rosyida dan Nasdian (2010) menjelaskan bahwa terdapat dua aspek yang ditimbulkan akibat pelaksanaan program CSR yaitu sosial dan ekonomi.Program CSR secara langsung mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi. Kondisi sosial suatu masyarakat dapat dilihat berdasarkan modal sosial yaitu 7 (tujuh)indikator modal sosial yang dikembangkan oleh Narayan dan Cassidy (2001). Ketujuh indikator tersebut adalah: (a) karakteristik kelompok; (b) norma-norma umum; (c) kebersamaan; (d) sosialitas keseharian; (e) hubungan ketetanggaan; (f) voluntarisme; serta (g) kepercayaan. Sedangkan kondisi ekonomi dilihat berdasarkan taraf hidup. Indikator taraf hidup lebih memfokuskan pada kondisi fisik bangunan tempat tinggal. tingkat pendapatan, tingkat tabungan, dan pengeluaran suatu rumah tangga. Program CSR yang dilaksanakan pada dasarnya mempunyai tujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Kegiatan ini diwujudkan dalam berbagai bentuk program CSR. Selanjutnya, jika merujuk pada hasil penelitian Rosyida dan Nasdian (2010) keberhasilan program CSR yang dipengaruhi oleh partisipasi akan berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, meneliti manfaat pada perubahan taraf hidup (kondisi ekonomi) dan modal sosial (kondisi sosial) masyarakat desa sekitar perusahaan sebelum dan sesudah adanya program CSR penting untuk dilakukan.

(34)

hanya terkait dengan kemampuan untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik tapi juga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, melihat perubahan taraf hidup dan modal sosial yang diakibatkan oleh adanya program CSR terhadap tingkat pendidikan menjadi penting.

Perubahan Taraf Hidup (BPS)

 Tingkat Perubahan Luas lantai bangunan tempat tinggal

 Tingkat Perubahan Jenis lantai bangunan tempat tinggal

 Tingkat Perubahan Jenis dinding bangunan tempat tinggal

 Tingkat Perubahan Fasilitas tempat buang air besar

 Tingkat Perubahan Sumber penerangan rumah tangga

 Tingkat Perubahan Sumber air minum

 Tingkat Perubahan Bahan bakar untuk memasak

 Tingkat Perubahan Kepemilikan alat transportasi

 Tingkat Perubahan Pendapatan

 Tingkat Perubahan pengeluaran

 Tingkat Perubahan tabungan

Perubahan Modal Sosial (Narayan dan Cassady)

 Karakteristik Grup (Group Characteristics)

 Norma Umum (Generalized Norms)

 Kebersamaan (Togetherness)

 Sosialisasi Dalam Keseharian (Everyday Sociability)

 Hubungan Ketetanggan (Neighborhood Connections)

 Kesukarelaan (Volunteerism)

 Kepercayaan (Trust)

(35)

Keterangan:

Berhubungan Terdiri dari

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Hipotesa Penelitian

1. Diduga ada perbedaan yang nyata pada tingkat perubahan taraf hidup dan modal sosial sebelum dan setelah adanya Program CSR.

2. Diduga ada hubungan antara perubahan taraf hidup dan modal sosial dengan tingkat pendidikan.

Definisi Operasional

Perubahan yang dirasakan dan diperoleh oleh anggota masyarakat penerima program CSRsetelah terlibat dalam program CSR dengan mengacu pada indikator BPS (2005). Dengan total skor dari seluruh pertanyaan dari masing-masing indikator yang telah distandarisasi, maka dapat dikategorikan kedalam sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Dengan rincian sebagai berikut:

1. Sangat rendah : skor 11-19 2. Rendah : skor 20-28 3. Sedang : skor 29-36 4. Tinggi : skor 37-45 5. Sangat tinggi : skor 45-55

Tabel 2 Definisi operasional taraf hidup No Variabel Definisi

(36)

No Variabel Definisi rumah tangga. 4. Tembok

(37)
(38)
(39)

No Variabel Definisi

Menurut Narayan dan Cassidy (2001) adalah perubahan yang dirasakan oleh masyarakat Pamijahan setelah terlibat dalam penyelenggaraan program pada variabel Karakteristik Grup, Norma Umum, Tingkat Kebersamaan, Tingkat Sosialisasi Dalam Keseharian, Hubungan Dengan Sekitar, Tingkat Kesukarelaan, dan Tingkat Kepercayaan.Dengan total skor dari seluruh pertanyaan dari masing-masing indikator yang telah distandarisasi, maka dapat dikategorikan kedalam sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Dengan rincian sebagai

Tabel 3 Definisi operasional modal sosial

No Variabel Definisi

(40)
(41)
(42)
(43)

Tingkat Pendidikan

Tabel 4 Definisi operasional tingkat pendidikan

No Variabel Definisi Opersional Indikator Jenis Data

Sumber Data 1 Tingkat

pendidikan

Menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidkan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.Jenjan g pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan

pendidikan tinggi.

1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Diploma/

Sarjana 5. Master/ Doktor

(44)
(45)

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purwabakti Kecamatan pamijahan Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah operasi PT Indonesia Power. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). PT Indonesia Power adalah salah satu anak perusahaan dari PT PLN yang bergerak di bidang panas bumi, perusahaan telah memanfaatkan sumbedaya alam yaitu panas bumi sebagai sumberdaya utama untuk produksi listrik yang mereka jalankan. Keberadaan perusahaan ditengah-tengah masyarakat selain sebagai pensuplai listrik, perusahaan mempunyai tanggungjawab sosial kepada lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan.sehingga menjadi relevan terhadap penelitian pengaruh program CSR khususnya dalam bentuk pemberdayaan terhadap kelompok masyarakat sekitar perusahaan khususnya masyarakat Desa Purwabakti. Desa Purwabakti yang terbagi atas beberapa dusun dengan jarak dan medan yang dilalui cukup sulit. Dusun-dusun tersebutberada diantara anakan Gunung Salak. Berdasarkan data yang didapatkan melalui profil Desa Purwabakti didapatkan bahwa hanya ada tiga sekolah dasar saja sebagai instrumen pendidikan formal di desa tersebut. Untuk itu, menjadi menarik bagi peneliti menghubungkan kondisi antara perubahan yang diakibatkan dari adanya program CSR dengan tingkat pendidikan masyarakat desa sekitar perusahaan.

Tabel 5 Pelaksanaan penelitian tahun 2014

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei

Penyusunan proposal skripsi Kolokium

Perbaikan proposal penelitian

Pengambilan data lapangan

Pengolahan data dan analisis data Penulisan draft skripsi

(46)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode penelitian survei. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana perubahan taraf hidup dan modal sosial sebelum dan sesudah adanya program CSR PT Indonesia Power. Pendekatan kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan yang pada penelitian ini menyoroti pihak perusahaan dan pemerintah. Selain itu, peneliti melakukan metode berperanserta serta diskusi lanjut dengan para penerima program CSR PT Indonesia Power.Hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa.

Teknik Penentuan Informan dan Responden

Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pemerintah desa, pelaksana program dan pihak perusahaan PT. Indonesia Power. Selain itu, peneliti mencari langsung tokoh-tokoh yang terlibat dalam terbentuknya kelompok CSR PT Indonesia Power

(47)

menentukan responden kontrol atau bukan penerima program CSR PT Indonesia Power.

Penelitian ini kemudian menggunakan responden kontrol untuk lebih mengetahui secara mendalam mengenai manfaat program CSR. Responden kontrol merupakan seluruh populasi Desa Purwabakti yang tinggal satu lokasi dengan kelompok penerima program. Data yang digunakan saat pengacakan adalah data sensus yang sebelumnya telah diolah oleh peneliti. Berdasarkan data tersebut maka diketahui jumlah populasi responden kontrol sebanyak 436 rumah tangga. Untuk mengimbangi responden penerima program CSR, maka jumlah responden kontrol yang akan diteliti adalah 30 responden dengan ciri-ciri yang sama seperti responden namun tidak menerima program CSR PT. Indonesia Power.

Keterangan:

1. Responden merupakan rumah tangga dimana satu atau lebih anggota rumah tangga tersebut menerima program CSR PT. Indonesia Power dan didalam rumah tangga tersebut masih ada dan atau akan bersekolah.

2. Kontrol merupakan rumah tangga dimana tidak ada satupun dari anggota rumah tangga tersebut menerima program CSR PT. Indonesia Power tetapi didalam rumah tangga tersebut masih ada dan atau akan bersekolah.

Gambar 3 Kerangka penentuan responden dan kontrol

30 Responden 30 Kontrol Penerima program CSR PT.

Indonesia Power

10 Kelompok, 84 Orang (80 KK)

Bukan penerima program CSR PT. Indonesia Power

(1870 KK)

Warga Desa Purwabakti

Sensus desa dan data PT. Indonesia Power

Stratified Random Sampling

(48)

Teknik Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Dalam kueisioner yang ditanyakan terdapat beberapa poin besar antara lain: (a) karakteristik responden; (b) karaktertik rumah tangga; (c) pendapatan rumah tangga; (d) pengeluaranrumahtangga; (e) total investasi rumah tangga; (f) pendidikan; (g) perubahan taraf hidup; serta (h) perubahan modal sosial.

Kuesioner telah diuji untuk mengetahui realibitas dan validitas dari kuesioner tersebut. Maka diporoleh alpha sebagai berikut:

Tabel 6 Uji statistik reliabilitas

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

,747 ,700 90

Aturan dalam penentuan nilai alpha antara lain: (1) nilai alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna; (2) nilai alpha 0,70 - 0,90 maka reliabilitas tinggi; (3) nilai alpha 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat; dan (4) nilai alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah. Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner peneliti memiliki reliabilitas tinggi.

Sementara itu, data kualitatif dari informan diperoleh melalui pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam. Hasil dari pengamatan dan wawancara dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil desa, profil perusahaan, tingkat taraf hidup, modal sosial dan tingkat pendidikan. Data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan literatur-literatur lainnya yang terkait.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat kemudian akan diolah menggunakan microsoft excel 2007 dan SPSS for Windows versi 20. Data yang diperoleh melalui kuesioner yang kemudian diolah dan dimasukan ke perangkat lunak microsoft excel 2007 sebelum dimasukan ke perangkat lunak SPSS for Windows versi 20untuk mempermudah pengolahan data. Kemudian data yang didapatkan dianalisis dengan beberapa analisis. Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

(49)

2. Analisis Uji Beda (T-Independen Samples) dalam perubahan taraf hidup dan modal sosial. Analisis uji beda ini digunakan untuk mengetahui perbedaan dua variabel yang tidak berhubungan. Dalam uji beda ini akan diuji:(sebelum vs sebelum penerima program), (sebelum vs sebelum bukan penerima program, (sebelum penerima program vs sebelum bukan penerima program), dan (sesudah penerima program vs sesudah bukan penerima program). Pada uji beda ini sebelumnya jawaban dari kuesioner modal sosial distandarisasi agar mempermudah. Akhirnya, setiap indikator didapatkan nilai maksimal lima dan minimal satu.

3. Analisis Uji Beda (T-Independen Samples) dalam kemampuan mencapai tingkat pendidikan tertinggi.(penerima program vs bukan penerima program).

4. Untuk melihat hubungan dan pengaruh yang signifikan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik rank spearman (untuk data berbentuk ordinal). Dalam uji korelasi variabel yang diuji antara lain hubungan antara variabel taraf hidup sesudah (X1) terhadap tingkat pendidikan (Y) serta modal sosial sesudah (X2) terhadap tingkat pendidikan. Pada uji korelasi H1 (hipotesis uji) dinegasikan menjadi H0. Maka dalam pembacaan hasil uji hipotesis dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(50)
(51)

PROFIL DESA PURWABAKTI

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lengkap lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab seperti kondisi geografis, demografi,sosial ekonomi, sarana dan prasarana, struktur organisasi, dan visi misi.

Kondisi Geografi dan Demografi

Desa Purwabakti merupakan salah satu desa diwilayah Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, dengan luas: 1.662 hektar, diatas permukaan laut 520 -1350 meter, dan tinggi curah hujan 120 m3, yang terbagi dalam liman dusun, 12 Rukun Warga dan 41 Rukun Tetengga. Batas wilayah Desa Purwabakti antara lain: (a) sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciasmara; (b) sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciasmara; (c) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kabupaten Sukabumi; (d) sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibunian. Sementara itu, jarak kantor desa dengan Ibukota Kecamatan Pamijahan yaitu tujuh Km, Kabupaten Bogor yaitu 35 Km, jarak dengan Provinsi Jawa Barat yaitu 142 Km, dan ibukota negara yaitu 79 Km. Dibawah ini merupakan sketsa wilayah Desa Purwabakti.

Gambar 5 Sketsa lokasi penelitian Desa Purwabakti

(52)

perempuan. Sementara itu, jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Purwabakti sebanyak 1950 KK.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Purwabakti seluruhnya menganut agama islam. Sementara itu, mayoritas penduduk desa bermatapencaharian sebagai petani (pemilik/buruh), pedagang, swasta dan pegawai pabrik. Berikut merupakan tabel jumlah dan presentase masyarakat Desa Pamijahan berdasarkan pekerjaan:

Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan jumlah Presentase (%)

Petani pemilik 781 25,00

Pedagang 747 24,00

Tani / buruh tani 538 17,00

Swasta 432 13,90

Buruh pabrik 312 10,00

Tukang bangunan 113 3,63

Sopir angkutan 45 1,45

Lain-lain 34 1,09

Tukang ojek 32 1,03

Pengrajin 15 0,48

Pegawai negeri sipil (PNS) 29 0,93

Pensiunan/purnawairawan 11 0,35

Penjahit 7 0,23

Bengkel 5 0,16

Tukang las 5 0,16

TNI / POLRI 3 0,10

Jumlah 3109 100

Sumber: Profil Desa Purwabakti 2011 (diolah)

(53)

banyak dari warga yang membudidayakan tanaman keras. Keahlian ini juga banyak dimanfaatkan warga desa untuk bekerja di luar daerah.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, swadaya masyarakat desa menjadi bekal utama dalam kemajuan Desa Purwabakti. Menurut keterangan warga, kerja bakti atau gotong royong dulunya dilaksanakan setiap minggu. Gotong royong yang dilakukan diantaranya dalam pembangunan sarana prasarana dan infrastruktur desa. Namun pada beberapa lokasi kegiatan tersebut sudah tidak dilakukan lagi. Namun, ada beberapa lokasi yang masih melaksanakannya. Lokasi yang masih melaksanakan kegiatan ini adalah dusun-dusun yang jauh dari pusat desa.

“disini mah kang setiap jumat masih melaksanakan kerjabakti. Beres-beres jalan atau bersih-bersih, jadi masih kompak disini mah” (SBT, Anggota Kelompok Murni Asih Dusun Muara)

Kondisi masyarakat Desa Purwabakti berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Terlihat bahwa mayoritas masyarakat desa merupakan lulusan SD/sederajat yaitu sebanyak 1035 jiwa. Selanjutnya sebanyak 784 jiwa hanya lulus SLTP. Pada tingkat SLTA hanya ada 436 jiwa saja. Sebanyak 334 jiwa bahkan tidak tamat SD. Pada tingkat pendidikan tinggi persentase tidak lebih dari empat persen.

Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)

Tamat SD/Sederajat 1035 38,79

Tamat SLTP/Sederajat 784 29,39

Tamat SLTA/Sederajat 436 16,34

Tidak Tamat SD/Sederajat 334 12,52

Tamat Akademi 68 2,55

Tamat Perguruan Tinggi/S.1 9 0,34

Tamat Perguruan Tinggi/S.2 2 0,07

Tamat Perguruan Tinggi/S.3 0 0,00

Jumlah 2668 100

Sumber: Profil Desa Purwabakti 2011 (diolah)

Gambar

Tabel  1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial dalam tanggung jawab sosial perusahaan
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Tabel 3  Definisi operasional modal sosial
Tabel  4 Definisi operasional tingkat pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan..

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematik hasil observasi terhadap berbagai kegiatan-kegiatan yang diperankan oleh Guru PAI MA Ma’arif NU kota Blitar

Gambaran potensi sebagaimana yang disajikan dalam bab tiga dan empat, tidak serta merta dapat direalisasikan menjadi benar-benar penerimaan kalau beberapa prasyarat tidak dapat

Penelitian yang dilakukan oleh Catur Ragil Sutrisno (2013) tentang “Potensi, Preferensi dan Perilaku Mahasiswa terhadap Profesi Auditor” menunjukkan hasil bahwa

Write an inequality that represents the number of times you must ride the subway for the monthly pass to be a better deal.. You ride the subway about 45 times per

Hasil identifikasi (Lampiran 5) menggunakan Vitek 2 Compact menunjukkan bahwa bakteri yang didapat yaitu jenis bakteri Kocuria kristinae dan Stenotrophomonas maltophilia

Berdasarkan analisis statistic dapat diketahui bahwa hasil dari Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk adalah (P&lt;0,05) berbeda nyata dengan

This function is called with the names of the data frames, and in the simplest cases this is enough: it returns a merged data frame whose rows are defined by the values of the