• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan dalam bab ini akan menjelaskan mengenai hubungan perubahan taraf hidup dan modal sosial dengan kemampuan mencapai pendidikan tertinggi dari masyarakat desa sekitar pamijahan. Hal ini dijelaskan dalam penelitian Basrowi dan Juariyah (2010) yang menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat memiliki hubungan yang erat dengan tingkat pendidikan masyarakat. Dalam hal ini peneliti memandang kondisi ekonomi adalah taraf hidup dan kondisi sosial adalah modal sosial.Tidak akan terlalu dijelaskan dalam bab ini karena pada bab sebelumnya peneliti telah membahas lebih dalam mengenai perubahan taraf hidup, modal sosial, dan pendidikan. Peneliti dalam hal ini akan menguji hubungan dan membuktikan hipotesis penelitian.

Hubungan Perubahan Taraf Hidup Dengan Tingkat Pendidikan Taraf hidup yang menandakan suatu keadaan ekonomi sebuah rumah tangga merupakan kondisi nyata yang terlihat dalam rumah tangga yang berkaitan dengan kondisi bangunan tempat tinggal dan finansial rumah tangga. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penerima program CSR PT Indonesia Power telah mengalami perubahan taraf hidup meskipun tidak terlalu signifikan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju ke posisi lebih baik. Pada posisi taraf hidup yang lebih baik, masyarakat meyakini bahwa kemampuan untuk mencapai pendidikan tertinggi bagi anaknya akan terpenuhi. Dalam pendidikan, masalah finansial menjadi masalah krusial bagi mayoritas rumah tangga khususnya rumah tangga miskin. Secara umun semakin tinggi kondisi ekonomi atau taraf hidup rumah tangga, maka semakin tinggi peluang rumah tangga tersebut mencapai pendidikan tertinggi.

Peneliti kemudian untuk memperjelas kasus ini menggunakan perangkat lunak SPSS melalui uji statistik non-parametik melakukan uji Rank Spearman pada variabel taraf hidup sesudah (X) dengan kemampuan mencapai pendidikan tertinggi (Y). Data yang ada mengenai perubahan taraf hidup ditotalkan dan dikelaskan dan diintervalkan menjadi lima kelas yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Akhirnya didapat data ranking (ordinal). Kemudian peneliti telah mengkode tingkat pendidikan berdasarkan tingkatan (ordinal). Maka hasil uji korelasi Rank Spearman didapatkan data sebagai berikut:

Berdasarkan tabel dibawah didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,515. Bahkan korelasi signifikan pada interval keyakinan (alpha) yang lebih teliti yaitu 0,01 untuk uji dua sisi. Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang kuat. Aturan nilai dalam menentukan nilai adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan moderat), 0,50-0.69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), > 0,9 (hubungan mendekati sempurna)

Tabel 30 Uji korelasi Rank Spearman perubahan taraf hidup dengan tingkat pendidikan penerima program

taraf hidup sesudah Tingkat Pendidikan

Tertinngi Spearman's rho taraf hidup sesudah Correlation Coefficient 1,000 ,515** Sig. (2-tailed) . ,004 N 30 30 Tingkat Pendidikan Tertinngi Correlation Coefficient ,515** 1,000 Sig. (2-tailed) ,004 . N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Setelah mengetahui nilai korelasi, maka untuk menguji hipotesis yang ada, maka hasil dapat dijelaskan seperti dibawah ini:

H1: Terdapat hubungan antara tingkat perubahan tingkat taraf hidupdengan tingkat pendidikan masyarakat desa sekitar perusahaan

Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat perubahan taraf hidup dengan tingkat pendidikan masyarakat sekitar perusahaan.

Nilai korelasi yang didapatkan adalah 0,515 dengan signifikan 0,04 yang berarti memiliki hubungan kuat. Maka H1 diterima dan H0 ditolak.Dalam penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Antara lain:

1. Bahwa dalam kenyataannya, untuk dapat merasakan pendidikan di negeri ini tidak serta merta didapatkan dengan gratis. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya perbedaan akses dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan jenjang atas.

2. Sistem gratis yang sudah mulai diterapkan oleh pemerintah nampaknya belum terlalu berpengaruh kepada beberapa rumah tangga karena alasan keperluan sekolah lain yang dapat dijadikan beban oleh mereka seperti pembelian perlengkapan sekolah, uang jajan dan sebagainya.

3. Taraf hidup khususnya pada indikator pendapatan merupakan indikator yang dapat menjadi ukuran kemampuan ekonomi.

4. Secara umum, semakin tinggi pendapatan rumah tangga, maka semakin tinggi peluang rumah tangga untuk dapat mencapai tingkat pendidikan tertinggi.

5. Perubahan taraf hidup yang tidak signifikan nampaknya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hanya terjadi hubungan yang kuat saja antara perubahan taraf hidup dengan kemampuan mencapai pendidikan tertinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa masih ada rumah tangga yang hanya ingin menyekolahkan anaknya sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Kondisi ini lebih baik

jika dibandingkan dengan bukan penerima dimana masih ada diantara mereka yang hanya ingin menyekolahkan anaknya sampai jenjang Sekolah Dasar (SD) saja.

6. Perubahan taraf hidup fisik seperti berubahnya kondisi bangunan rumah nampaknya tidak memberikan kontribusi yang besar dalam hal ini.

Hubungan Perubahan Modal Sosial Dengan Tingkat Pendidikan Modal sosial yang menandakan suatu keadaan sosial sebuah rumah tangga merupakan kondisi nyata yang terlihat didalam rumah tanggamaupun diluar rumah tangga yang berkaitan dengan kelompok, kebersamaan, sosialisasi, ketetanggaan, kesukarelaan dan kepercayaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penerima program CSR PT indonesia Power telah mengalami perubahan modal sosial meskipun tidak terlalu signifikan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju ke posisi lebih baik. Modal sosial atau kondisi sosial secara parsial sebelumnya tidak pernah dihubungakan secara terpisah dengan kondisi ekonomi dalam hubungannya dengan tingkat pendidikan. Peneliti kemudian untuk memperjelas kasus ini menggunakan perangkat lunak SPSS melalui uji statistik non-parametik melakukan uji Rank Spearman pada variabel modal sosial sesudah (X) dengan kemampuan mencapai pendidikan tertinggi (Y). Data yang ada mengenai modal sosial ditotalkan dan dikelaskan dan diintervalkan menjadi 5 kelas yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Akhirnya didapat data ranking (ordinal). Data yang didapatkan telah mengalami standarisasi nilai agar tidak terjadi bias. Kemudian peneliti telah mengkode tingkat pendidikan berdasarkan tingkatan (ordinal). Maka hasil uji korelasi Rank Spearman didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 31 Uji korelasi Rank Spearman perubahan modal sosial dengan tingkat pendidikan penerima program

Correlations modal sosial sesudah Tingkat Pendidikan Tertinngi Spearman's rho

modal sosial sesudah

Correlation Coefficient 1,000 ,195 Sig. (2-tailed) . ,301 N 30 30 Tingkat Pendidikan Tertinngi Correlation Coefficient ,195 1,000 Sig. (2-tailed) ,301 . N 30 30

Berdasarkan tabel dibawah didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,195 dengan sig (0,301). Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang lemah. Aturan nilai dalam menentukan nilai adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan

moderat), 0,50-0.69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), > 0,9 (hubungan mendekati sempurna).

Setelah mengetahui nilai korelasi, maka untuk menguji hipotesis yang ada, maka hasil dapat dijelaskan seperti dibawah ini:

H1: Terdapat hubungan antara tingkat perubahan modal sosial dengan tingkat pendidikan masyarakat desa sekitar perusahaan

Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat perubahan taraf hidup dengan tingkat pendidikan masyarakat sekitar perusahaan.

Nilai korelasi yang didapatkan adalah 0,195 dengan signifikan 0,301 yang berarti memiliki hubungan lemah. Maka H1 ditolak dan H0 diterima.

Penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara perubahan modal sosial dengan kemampuan mencapai tingkat pendidikan tertinggi. Nilai korelasi yang menyatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan yang lemah. Menurut peneliti disebabkan oleh pendidikan hanya mengalami permasalahan dalam aspek ekonomi. Masyarakat akan memandang pendidikan tinggi identik dengan biaya yang harus dikeluarkan juga tinggi tidak dengan hubungan/kondisi sosial yang tinggi.

Ikhtisar

Perubahan taraf hidup masyarakat penerima program CSR berhubungan nyata dengan kemampuan mencapai pendidikan tertinggi. Hubungan ini memiliki tingkat yang kuat. Hal ini diakibatkan kemampuan mencapai pendidikan tertinggi selalu dikaitkan dengan aspek ekonomi seperti biaya dan keperluan untuk membeli keperluan yang berkaitan dengan pendidikan. Berbeda dengan modal sosial yang hanya memiliki nilai hubungan moderat (sedang). Nilai korelasi yang tidak signifikan menyebabkan tidak adanya hubungan yang kuat antara perubahan modal sosial dengan tingkat pendidikan. Hal ini diakibatkan masyarakat tidak menjadikan hubungan sosial menjadi modal atau kondisi yang dimanfaatkan untuk mencapai pendidikan tertinggi.

Perubahan taraf hidup penerima program berdampak baik jika dilihat dan dibandingkan dengan bukan penerima program dalam hal kemampuan mencapai pendidikan tertinggi. Hal ini disebabkan rumah tangga penerima program mempunyai tabungan hidup berupa benda hidup yang dapat dikembangkan seperti binatang dan tumbuhan (kambing, ikan, dan tanaman keras). Pembentukan kelompok yang didasarkan pada kemampuan dan komitmen yang kuat membuat masing-masing individu dalam kelompok merasakan manfaat setelah mempunyai kelompok dan mendapat bantuan dan binaan dari CSR PT Indonesia Power.

Perubahan modal sosial penerima program dalam kenyataannya berdampak baik dalam kehidupan sosialnya. Adanya kelompok membuka akses bagi anggotanya untuk dapat memiliki jaringan tidak hanya dengan masyarakat sekitar perusahaan namun juga dengan pihak lain seperti perusahaan. Selain itu, adanya kelompok ini membuat rasa persaudaraan diantara penerima menjadi lebih kuat.

Namun, perubahan modal sosial ini tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam mencapai pendidikan tertinggi.

Berdasarkan uji H0, maka pada uji korelasi perubahan taraf hidup dengan tingkat pendidikan tolak H0 dan terima H1. Sedangkan pada perubahan modal sosial hanya terdapat hubungan dengan nilai moderat (sedang). Akibatnya pada uji korelasi perubahan modal sosial dengan tingkat pendidikan H0 diterima dan H1 diterima.

Dokumen terkait