SOSIOLOGI DAN POLITIK KOMUNIKASI POLITIK
Oleh:
STEVANO THEODORUS NIM. 1206205076 (2012)
I GUSTI NGURAH AGUNG DWI PRAMANA NIM. 1206205077 (2012)
KRIS CAHYADI NIM. 1206205088 (2012)
REGATA NIM. 1206205094 (2012)
AKBAR RIFALDI NIM. 1206205097 (2012)
NI KADEK NITA SUWANDEWI NIM. 1206205162 (2012)
MADE DEVI MIRADHI NIM. 1206305013 (2012)
A. A. GEDE SANJAYA ADI PRANATA NIM. 1206305138 (2012)
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
PENDAHULUAN
Seiring kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin berubah pesat, segala hal telah diungkap. Dulu misteri sekarang terjadi dan terbuka. Dulu stagnan sekarang sudah semakin lari jauh. Begitu pun dengan ilmu komunikasi, pada awalnya komunikasi hanya sebatas proses interaksi personal yang meliputi intra dan antarpersonal. Namun saat ini jauh lebih dari itu.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka. Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar sosal kenaikan BBM, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR. Tema politik yang tiap hari masuk ke dalam pikiran kita melalui media cetak maupun elektronik, menuntut kita untuk dapat memahami lebih jauh tentang komunikasi politik. Hal ini penting agar perbincangan kita tentang politik dalam aktifitas seharian tidak hanya sekedar sebagai bahan perbincangan tanpa makna, melainkan
pembicaraan tersebut dapat menghasilkan pemahaman yang baik tentang apa dan bagaimana hak-hak politik masyarakat dapat terwujudkan. Oleh karena itu,
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Komunikasi Politik
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka. Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi.
Untuk secara rinci nya, berikut adalah definisi Kominikasi Politik menurut beberapa pakar :
Gabriel Almond (1960): komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik. “All of the functions performed in the political system, political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication,are performed by means of communication.” Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat keenam fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.
(Miriam Budiardjo): Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa –“penggabungan kepentingan” (interest
aggregation” dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy.
Komuikasi Politik mempunyai area-area yang di pengaruhi dan dibentuk dalam kinerja nya.
Perhatian Komunikasi Politik terpusat pada 2 area yaitu : 1. Kampanye Pemilihan
Menurut Mochtar Pabotinggi (1993) dalam praktek proses komunikasi politik sering mengalami empat distorsi.
1. Distorsi bahasa sebagai “topeng”; ada euphemism (penghalusan kata); bahasa yang menampilkan sesuatu lain dari yang dimaksudkan atau berbeda dengan situasi sebenarnya, bisa disebut seperti diungkakan Ben Anderson (1966), “bahasa topeng”.
2. Distorsi bahasa sebagai “proyek lupa”; lupa sebagai sesuatu yang
dimanipulasikan; lupa dapat diciptakan dan direncanakan bukan hanya atas satu orang, melainkan atas puluhan bahkan ratusan juta orang.”
3. Distorsi bahasa sebagai “representasi”; terjadi bila kita melukiskan sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Contoh: gambaran buruk kaum Muslimin dan orang Arab oleh media Barat.
4. Distorsi bahasa sebagai “ideologi”. Ada dua perspektif yang cenderung menyebarkan distoris ideologi. Pertama, perspektif yang mengidentikkan kegiatan politik sebagai hak istimewa sekelompok orang --monopoli politik kelompok tertentu. Kedua, perspektif yang semata-mata
menekankan tujuan tertinggi suatu sistem politik. Mereka yang menganut perspektif ini hanya menitikberatkan pada tujuan tertinggi sebuah sistem politik tanpa mempersoalkan apa yang sesungguhnya dikehendaki rakyat.
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara ”yang memerintah” dan ”yang diperintah”.
B. Pola-pola dan Sumber Komunikasi Politik
Pola ini menjelaskan bagaimana arah dan arus dari pola sebuah komunikasi politik dari siapa kepada siapa
1. Pola komunikasi vertikal (top down, dari pemimpin kepada yang dipimpin) 2. Pola komunikasi horizontal (antara individu dengan individu, kelompok
dengan kelompok)
3. Pola komunikasi formal (komunikasi melalui jalur-jalur organisasi formal) 4. Pola komunikasi informal ( komunikasi melalui pertemuan atau tatap muka,
tidak mengikuti prosedur atau jalur-jalur organisasi).
Selain pola terdapat sumber yang menggambarkan mediator atau komunikator sebagai salah satu pelaku komunikasi politik dari pola tersebut
Sumber (komunikator) dalam komunikasi politik
Individual Kolektif
Pejabat (birokrat) Pemerintah (birokrasi)
Politisi Partai politik
Pemimpin opini Organisasi kemasyarakatan
Jurnalis Media massa
Aktivis Kelompok penekan
Lobbyist Kelompok elite
Pemimpin Badan/perusahaan
komunikasi (media massa)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola-pola komunikasi politik
Dalam kinerja nya, Komunikasi Politik dipenagruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Faktor fisik (alam)
2. Faktor teknologi 3. Faktor ekonomis
D. Proses Komunikasi Politik.
Pada tahun 1948, ilmuan politik, Harold D. Laswell mengemukakan bahwa cara mudah untuk menggambarkan proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut ini:
Who
Says What (apa yang dibicarakan)
In which channel (menggunakan saluran apa) To Whom (kepada siapa)
With what effect (bagaimana pengaruhnya).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang biasa terdapat dalam semua komunikasi yaitu adanya:
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada
komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
1. Kekurangan pertama terletak pada ” pernyataan dari seseorang kepada seseorang” yang menyiratkan proses komunikasi berlangsung linear. Dalam kenyataannya, komunikasi merupakan tindakan bersama yang yang
berlangsung simultan dan silkular antara seseorang dengan orang lain. 2. Kekurangan kedua adalah penjelasan laswell yang menyiratkan bahwa
komunikasi adalah struktur berunsur lima. Dalam kenyatannya tidak ada demarkasi atau perbatasan diantara bagian- bagian proses komunikasi.
Untuk mengatasi kekurangan ini, Nimmo mereformulasi rumusan Laswell menjadi berikut :
Siapa?
Mengatakan apa? Kepada (dengan) siapa?
Dengan saluran (-saluran) apa? Dengan akibat (- akibat) apa?
Adapun model komunikasi yang disebutkan di atas diantaranya: 1. Model komunikasi linier
Komunikasi dianggap sebagai suatu fungsi linear, karena seseorang mengomunikasikan pesan-pesannya melalui saluran kepada seorang penerima, yang kemudian memberikan umpan balik kepada pengirim. Model linear ini dikembangkan oleh claude Shannon dan waren weaver (1949) atas dasar suatu model mekanis telepon.
2. Teori peluru
Model komunikasi massa dikenal sebagai “peluru” atau “jarum suntik”, media massa dianggap sangat perkasa dengan efek yang langsung, dan segera pada khalayak. Komunikator menggunakan media massa untuk menembaki khalayak dengan pesan-pesan persuasif yang tidak dapat mereka tahan. Akan tetapi setelah perang dunia kedua, model peluru kian
3. Model komunikasi sirkuler
Komunikasi merupakan sebuah proses, orientasi pengertian
komunikasi sebagai suatu proses adalah bahwa komunikasi itu proses yang kompleks, berlanjut/continue dan tidak bisa berubah dengan sendirinya. Itulah yang menyebabkan bahwa komunikasi selalu berkembang dari waktu ke waktu.
Berbicara tentang proses komunikasi tidak lepas dari pola atau bentuk komunikasi yang digunakan,dan factor yang mempengaruhinya serta saluran komunikasi politik apa saja yang digunakan.
E. Saluran Komunikasi Politik
Saluran ini di definsikan sebagai bagaiman cara pelaku komunikasi politik berkerja seperti berikut :
1. Komunikasi Massa yaitu komunikasi ’satu-kepada-banyak’. Contoh : komunikasi melalui media massa.
2. Komunikasi Tatap Muka yaitu dalam rapat umum, konferensi pers, dan Komunikasi Berperantara yaitu ada perantara antara komunikator dan khalayak, contoh TV.
3. Komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi ’satu-kepada-satu’ contohnya door to door visit, temui publik atau Komunikasi Berperantara yaitu pasang
sambungan langsung ‘hotline’ buat publik.
4. Komunikasi Organisasi yaitu gabungan komunikasi ’satu-kepada-satu’ dan ’satu-kepada-banyak’: Komunikasi Tatap Muka, contohnya diskusi tatap muka dengan bawahan/staf dan Komunikasi Berperantara contohnya pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin, newsletter.
F. Komponen- komponen Komunikasi Politik
Berdasarkan rumusan yang dikemukakannya, Nimmo mengemukakan lima komponen yang harus ada dalam setiap proses komunikasi politik, yaitu komunikator, pesan, media, khalayak, dan efek. Namun di dalam
Source (sumber)
Encoding (proses penyandian) Message (pesan)
Channel (saluran) Noise (hambatan) Receiver (penerima)
Decoding (Proses penerimaan) Receiver response (perangkat reaksi) Feedback (umpan balik)
Context (situasi komunikasi). (Devito, dalam Fres E Jandt, 1998: 26)
Kesimpulan
Komunikasi politik berasal dari dua kata yaitu komunikasi dan politik. Komunikasi adalah Proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, dengan cara menggunakan media sebagai kemasan informasi atau melalui transmisi secara simbolik, sehingga informasi mudah difahami dan pada akhirnya mereka saling memiliki kesamaan persepsi. Sedangkan politik adalah sebuah upaya untuk
memperoleh, mempertahankan dan memperluas wilayah kekuasaan. Sehingga
komunikasi politik bias di artikan sebagai , komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.
Proses komunikasi politik yaitu proses penyampaian pesan – pesan politik yang berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah oleh aktor-aktor politik kepada komunikan ( personal, publik, khalayak ) melalui media atau saluran-saluran komunikasi politik sehingga di hasilkan tanggapan atau feedback dari komunikan.
Komponen-komponen komunikasi politik yaitu:
1. Komunikator politik yaitu personal, kelompok, lembaga, atau negara. 2. Komunikan politik yaitu masyarakat lingkup kecil atau masyarakat umum. 3. Pesan politik yaitu kampanye, propaganda.
4. Media Politik yaitu mimbar, Pers, Elektrotik dll. 5. Efek yaitu persuasif dan koersif.