• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aksi mitigasi dan adaptasi perub

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aksi mitigasi dan adaptasi perub "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN UNEP (UNITED NATIONS ENVIRONMENT PROGRAMME)

DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI AKSI MITIGASI

LINGKUNGAN DI BRAZIL

A. Latar Belakang

Isu lingkungan telah menjadi topik terhangat bagi setiap bangsa. Hal ini di karenakan lingkungan merupakan wadah atau tempat bertahannya suatu bangsa dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan iklim. Pada mulanya masalah lingkungan merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa menimbulkan dampak bagi tata lingkungan itu sendiri dan kemudian dapat kembali seperti semula secara alami.1 Dampak-dampak yang terjadi tidak hanya berkait pada satu

atau dua segi saja, tetapi saling berkait terhadap beberapa sistem. Apabila satu aspek lingkungan bermasalah maka berbagai aspek lainnya akan mengalami dampak atau akibat pula.

Mitigasi Lingkungan, Mitigasi Kompensasi, atau Perbankan Mitigasi adalah istilah yang digunakan terutama oleh pemerintah Amerika Serikat dan industri lingkungan terkait proyek-proyek atau program untuk mengimbangi dampak yang dihasilkan oleh sumber daya alam. Mitigasi lingkungan biasanya merupakan bagian dari sistem kredit lingkungan yang didirikan oleh badan pemerintah yang melibatkan pengalokasian debit dan kredit . Debit adalah situasi di mana sumber daya alam telah hancur atau sangat terganggu dan kredit adalah situasi di mana sumber daya alam telah ditingkatkan atau diawetkan.

(2)

Secara umum mitigasi lingkungan merupakan upaya-upaya untuk mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi atau telah terjadi karena adanya rencana kegiatan atau menanggulangi dampak negatif yang timbul sebagai akibat adanya suatu kegiatan. Mitigasi Lingkungan dalam konteks mencegah atau mengendalikan dampak negatif dari suatu rencana kegiatan dapat dilakukan melalui proses analisis mengenai dampak lingkungan atau upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.2 Upaya mitigasi lingkungan

secara garis besar terdiri atas dua tahap yaitu menguraikan secara lengkap dan berurutan dari dampak lingkungan yang ditanggulangi sampai dengan institusi pengelola. Kemudian, menyusun pelaksanaan program kerja dimulai dari pengorganisasian dan penatalaksanaan atau mekanisme kerja hingga pelaporan tentang efektifitas mitigasi lingkungan yang dilaksanakan dan kendala-kendala yang dihadapi.3

Masalah lingkungan tidak hanya bersifat lokal namun juga bersifat global, oleh karena itu pada tahun 1972 perserikatan bangsa-bangsa sebagai badan pemerintahan dunia mengadakan konferensi lingkungan hidup yang di kenal dengan Stockholm Confrence. Stockholm Confrence merupakan tahap awal sejarah terkait isu-isu lingkungan internasional pada tingkat domestik untuk negara besar. Selain itu memberikan kontribusi signifikan dalam mengarahkan perhatian

(3)

masyarakat internasional terhadap lingkungan. Dalam Stockholm Confrence telah disetujui banyak resolusi mengenai lingkungan hidup yang digunakan sebagai landasan tindak lanjut. Diantaranya yaitu melaksanakan pembangunan secara berkelanjutan dengan menyeimbangkan aspek lingkungan serta didirikan badan khusus PBB yang ditugasi mengurus permasalahan lingkungan yaitu United Nations Environment Programme (UNEP).4 UNEP merupakan organisasi

internasional yang memiliki konsisten bersama Global Environment Facility

(GEF).5 Selain UNEP, terdapat UNDP dan Word Bank sebagai agency GEF

dimana GEF menyediakan hibah dalam proyek yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati, perubahan iklim, perairan internasional, degradasi tanah, dan lapisan ozon. GEF juga mendukung pelaksanakan protokol montreal di negara-negara dengan ekonomi transisi meskipun tidak terkait secara resmi pada protokol montreal mengenai bahan yang merusak lapisan ozon.6

Brazil merupakan negara ekonomi terbesar ke-8 dengan menggunakan

Purchasing Power Parity (PPP) dan urutan ke-7 dalam nominal nilai tukar moneter internasional pada tahun 2010. Baru-baru ini brazil melampaui nilai rata-rata PPP PDB per-kapita dengan menduduki posisi ke-72 dimana brazil memiliki posisi teratas dari china dan india. Seperti pada setiap negara didunia, brazil memiliki masalah lingkungan tersendiri seperti deforestasi, hujan asam, kelangkaan spesies, meningkatnya populasi udara dan pembuangan limbah 4 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Bandung, PT.Djambatan, 1994, hal. 1

5 Global Environment Facility (GEF) merupakan organiasi keuangan independen yang menyatukan 183 negara dalam kemitraan dengan lembaga-lembaga internasional, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), dan sektor swasta untuk mengatasi masalah lingkungan global sementara dalam mendukung inisiatif pembangunan berkelanjutan

(4)

industri.7 Namun, dengan adanya sumber daya alam yang dimiliki memungkinkan

untuk pengembangan emisi rendah karbon.

Antara tahun 1970-2007, 18% dari hutan amazon telah di gunduli dan dalam lima belas tahun terakhir cerrado kehilangan 20% dari luas aslinya. Lebih dari 80% dari total emisi yang diberikan oleh LULUCF (Land Use Land Use Change and Forestry)8 pada tahun 2005, dimana perubahan lahan dan deforestasi

sebesar 61% dan penggunaan lahan sebesar 19%. Mengkonsumsi energi merupakan emisi terbesar berikutnya yaitu berkisar 15%, diikuti oleh proses industri sebesar 3% dan limbah 2%. Bertentangan dengan mayoritas negara di dunia, matriks energi brazil bergantung pada sumber energi terbarukan sebesar 45% dari energi primer yang dikonsumsi didalam negri pada tahun 2010. Di antara sumber-sumber terbarukan yang ada, produksi tebu (18%) dan energi hidrolik (14%) yang paling menonjol. Dengan penggunaan energi terbarukan, hal tersebut memberikan dampak dari matriks energi nasional sehingga menyebabkan intensitas emisi gas rumah kaca dari energi primer yang dikonsumsi sebesar 1,8 ton CO2/toe (tons of oil equivqlent) pada tahun 2010. Nilai yang diberikan brazil tergolong rendah dibandingkan dengan rata-rata dunia 2,8ton CO2/toe. Untuk perbandingan, ada beberapa intensitas negara antara lain : Cina (3,4ton CO2/toe), India (3,3ton CO2/toe), USA (2,7ton CO2/toe), Jerman (2,6ton CO2/toe), Jepang (2,6ton CO2/toe), dan Rusia (2,5ton CO2/toe).9

7 “Brazil Environmental Issues” yang terdapat pada http://www.brazil.org.za/environmental-issues.html diaskes 5 september 2013

8 LULUCF sebagai sektor persediaan gas rumah kaca, meliputi emisi dan penyerapan gas rumah kaca yang dihasilkan dari akibat kegiatan perubahan penggunaan lahan tanah langsung dan kegiatan kehutanan.

(5)

Meskipun brazil termasuk dalam posisi aman dalam penggunaan energi, namun trend konsumsi energi menunjukan pertumbuhan yang besar terutama di sektor energi dan produksi. Disisi lain, sektor-sektor intensitas energi menurun seperti transportasi dan pertanian. Oleh karena itu, pemerintah brazil meningkatkan basis pengetahuan tentang mengkonsumsi energi dalam mengembangkan strategi dan kebijakan mempromosikan tindakan aksi mitigasi dan inisiatif rendah karbon. Memahami dan menilai sektor energi yang terdapat di brazil dan semua sektor yang mengkonsumsi energi akan membantu pemerintah dalam menetapkan tindakan dan menindaklanjutkan brazil sebagai negara rendah emisi gas rumah kaca serta menerapkan kerangka rencana tentang perubahan iklim nasional. Dengan berkembangnya prioritas sosial dan ekonominya, brazil telah memainkan peran penting didalam dunia internasional mengenai lingkungan hidup. Dimana sebelumnya brazil pernah menjadi tuan rumah lingkungan hidup pada tahun 1992 bersamaan dengan diselengarakannya Earth Summit yang pertama.10 Kemudian brazil memiliki program dimana hal ini mengantisipasi

pemerintah dalam pengurangan proyeksi gas rumah kaca di brazil dari 36,1% menjadi 38,9 pada tahun 2020.11

Dalam program Mitigation Options of Greenhouse Gas (GHG) Emissions in Key Sectors in Brazil dimana UNEP ditunjuk sebagai badan pelaksana proyek dan akan bertanggung jawab dan memberikan pengawasan secara keseluruhan.

10 “Brazil Tuan Rumah Hari Lingkungan Hidup Dunia” yang terdapat pada http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/03/01/brazil-tuan-rumah-hari-lingkungan-hidup-dunia-439381.html diaskes 5 September 2013

(6)

Aksi mitigasi di brazil merupakan kebijakan pemerintah, penerapan kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca menimbulkan perdebatan tentang dampak terhadap daya saing di sektor industri dan energi dimana keuntungan dan kerugian sangat rentan didalamnya. Ekonomi rendah karbon menjadi pilihan dalam pengaturan iklim negara sektor industri dan perekonomian brazil. Potensi mitigasi lingkungan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca memberikan evaluasi dalam pembangunan berkelanjutan dan monitoring. Para pembuat kebijakan harus mampu menguraikan rencana pengurangan emisis gas rumah kaca dan menyediakan kapasitas pembangunan di brazil.

UNEP yang bertindak sebagai mediator, advokat, komunikaor dan fasilitator dalam mempromosikan penggunaan kebijakan dan pembangunan berkelanjutan dari lingkungan global. Perubahan iklim merupakan salah satu dari enam prioritas atau fokus UNEP selama 2010-2013. Program ini juga konsisten dengan kriteria operasional GEF dalam memungkinkan kegiatan dibidang perubahan iklim yang bertujuan memfasilitasi pelaksanaan program operasional GEF. Secara khusus program ini akan memperkuat kapasitas pemerintah brazil untuk memperkirakan emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kapasitas dalam mengatasi ancaman lingkungan dengan kebijakan dan langkah strategis.

(7)

oleh Brazil dalam mitgasi perubahan iklim dan lingkungan, Brazil telah mengambil keuntungan penuh dari kapasitas nasional dibawah naungan organisasi internasional dalam melakukan aksi mitigasi di sektor ekonomi (energi, industri, dan transportasi).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan pada judul penelitian yang di teliti oleh penulis, maka untuk mendapatkan gambaran spesifik dan pemahaman yang jelas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada peran dan kontribusi UNEP (United Nations Environment Programme) dalam pengurangan emisi gas rumah kaca di Brazil.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana peran UNEP (United Nations Environment Programme) dalam mendukung implementasi aksi mitigasi lingkungan di Brazil?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penulisan ini yaitu untuk menjelaskan peran UNEP (United Nations Environment Programme) dalam memdukung serta memfasilitasi proyek aksi mitigasi lingkungan di Brazil.

(8)

a. Manfaat Praktis

a) Sebagai latihan bagi mahasiswa dalam menuangkan buah pikirannya secara sistematis ke dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi serta wawasan mengenai organisasi internasional.

b. Manfaat Ilmiah

a) Penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran persoalan di lapangan, menambah kontribusi dan referensi dalam perkembangan studi ilmu hubungan internasional serta memahami peran UNEP (United Nations Environment Programme), menjadi sumber bacaan dan kajian lebih lanjut bagi peneliti yang baru.

D. Landasan Teori dan Konsep

Untuk menunjang objektivitas dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa konsep serta teori, antara lain :

a. Teori Peran Organisasi Internasional

(9)

pemerintah negara. Adapun maksud dengan tujuan internasional ialah tujuan bersama yang menyangkut kepentingan negara.12

Mengklasifikasi organisasi intenasional adalah dengan melihat pada tujuan dan aktivitas-aktivitas yang dijalankannya untuk mencapai tujuannya. Penggolongan organisasi internasional dalam kategori bersifat high politic dan

low politic dapat membantu pengklasifikasian tersebut.13

1. Organisasi yang high politic memusatkan perhatian pada masalah-masalah diplomasi dan militer yang berkaitan langsung dengan keamanan dan kedaulatan negara-negara dan berhubungan dengan tatanan fundamental sistem internasional.

2. Organisasi yang low politic mengarah pada masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup.

Beberapa pakar hubungan internasional juga mengemukakan peran organisasi internasional seperti Le Roy Bennet dalam bukunya International Organization, akan tetapi terbatas untuk organisasi antar pemerintah (IGO atau

International-Governmental Organization), sebagai berikut :

As adjuncts of the state system, international organizations can and do play a member of significant chief fuction is to provides the mean of cooperation among state in areas in which cooperation provides advantages for all or a large number of nations. In many cases their funish not only a place wher decisions to cooperate can be reached but also the administrarive fuctions is to provide murtiply channel of communication among government so that areas of accommodation may be eplored and easy access will available when problem arise”.14

12 Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional dan integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta 2003 hal. 51

(10)

Setiap organisai internasional dibentuk untuk melaksanakan peran-peran dan fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional tersebut oleh para anggotanya. Dengan peranan tersebut, sang pelaku peran baik itu individu maupun organisasi akan berperilaku sesuai dengan harapan orang atau lingkungan. Dalam hal ini peranan menjalanakan konsep melayani untuk menghubungkan harapan-harapan yang berpola dari orang lain atau lingkungan dengan pola yang menyusun struktur sosial. Peranan juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural, dimana di dalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan pembimbing dan mendukung fungsinya dalam mengorganisasi. Peranan merupakan seperangkat perilaku dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang keseluruhannya menjalankan berbagai peranan.15

Adapun lingkage of international organizations yang merupakan indikator dari teori peran organisasi internasional dimana organisasi internasional memiliki fungsi sebagai pusat atau aktor dalam penyelesaian masalah-masalah global.

Linkage of International Organizations menjelaskan tentang peran organisasi sebagai :

a. Fasilitator : Sebagai aktor yang memberikan pemantauan terhadap perkembangan negara dan bantuan dalam memahami serta memecahkan masalah bersama-sama. Organisasi internasional sebagai fasilitator tidak

14 Teuku May Rudy, Administrasi dan organisasi Internasional, Penerbit Refika Aditama, Bandung 2005, Hal. 4

(11)

hanya memberikan bimbingan, pelatihan, dan pendapat, namun juga sebagai narasumber dalam berbagai masalah.16

b. Mediator : Sebagai aktor yang memiliki sifat netral dalam membuat komunikasi antara pihak-pihak yang berselisih atau pihak-pihak yang memiliki masalah. Organisasi internasional memberikan informasi dan menyarankan beberapa solusi. Ketika organisasi internasional melakukan fungsinya sebagai mediasi dan upaya perdamaian, secara diam-diam organisasi internasional membuat keputusan yang memaksa pemerintah.17

c. Komunikator : Sebagai aktor yang menjadi sumber dalam hubungan komunikasi. Organisasi internasional memfasilitasi penegembangan hubungan komunikasi antar pemerintah yang memiliki tanggung jawab dalam program domestik. Organisasi internasional sebagai komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, namun juga memberikan respon dan tanggapan.18

d. Advokasi : Sebagai aktor yang anggap bisa menjadi pemerintah dan sebagai organisasi sukarela untuk negara yang sebagian besar keputusan tergantung pada organisasi internasional.

Disebut sebagai fasilitator ,mediator dan komunikator karena organisasi internasional tersebut dapat memfasilitasi sekaligus memediasi dan menjadi penengah atau membantu komunikasi negara-negara dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Organisasi Internasional juga dapat memberikan bantuan hukum

16 Horold K. Jacobson “Networks Of Interdependence : International Organizations and The Global Political System” A.A.Knof, New York, 1979 , Hal. 417

17Ibid, Hal. 189

(12)

dan kebijakan atau advokasi kepada negara-negara. Argumen ini menyatakan keterperangkapan negara dalam organisasi internasional yang telah memfasilitasi pengembangan konsensus mengenai berbagai isu penting dan kerjasama untuk tujuan yang disepakati.19 Disini peran organisasi internasional sangat besar,

negara-negara bukanlah aktor utama dalam menyelesaikan permasalahannya. Dari definisi di atas UNEP (United Nations Environment Programme) termasuk kategori IGO’s dan merupakan organisasi internasional yang bergelut di bidang low politic yakni pada isu lingkungan hidup. Aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh organisasi low politic merupakan aktivitas yang bersifat fungsional. Organisasi fungsional adalah suatu organisasi yang didalamnya tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural, akan tetapi lebih banyak berdasarkan kepada sifat dan macam fungsi yang dijalankan.20

UNEP diartikan sebagai pelaku peranan, dalam hal ini organisasi internasional memiliki fungsi sebagai fasilitator, mediator, komunikator dan advokasi dalam penyelesaian masalah lingkungan. Sesuai fokus UNEP untuk mempromosikan kesadaran dalam perubahan iklim dan mendukung perkembangan indikator kerentanan ekologi dan ekonomi, perubahan iklim dan kapasitas ilmiah dalam penilaian dampak mitigasi, serta perubahan iklim diberbagai wilayah dan sektor. Ketika fungsi-fungsi tersebut dijalankan melalui program-programnya, maka organisasi tersebut telah menjalankan peranannya sebagai organisasi internasional.

a. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

19Ibid, Hal. 421

(13)

Menurut Marlina : 2009 mengatakan pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas dari itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan (selanjutnya disebut 3 Pilar Pembangunan berkelanjutan).

Haris (2000) dalam Fauzi 2004, melihat bahwa konsep keberlajutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, (1) keberlajutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara berkelanjutan untuk memelihara keberlajutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri. (2) Keberlajutan lingkungan di artikan sebagai sistem keberlanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi. (3). Keberlajutan sosial, diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.21

Pada hakekatnya keterkaitan (overlapping) ketiga pilar tidak sepenuhnya bersifat mutually exclusive, namun mampu menciptakan perkuatan satu dengan lainnya (mutually reinforcing) sebagaimana ditunjukkan gambar berikut:22

21 Askar Jaya,“Konsep Pembangunan Berkelanjutan(Sustainable Development)”pdf. yang terdapat pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30654/4/Chapter II.pdf diaskes 10 November 2013

(14)

Dari struktur di atas menyatakan bahwa dalam proses pembangunan berkelanjutan terdapat proses perubahan yang terencana, dimana didalamnya terdapat eksploitasi sumberdaya alaminvestasi orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Jika dimensi ekonomi dan sosial dianggap dapat mewakili dan merepresentasikan tujuan dan kegiatan pembangunan (development), maka keduanya perlu memiliki keterkaitan dengan dimensi lingkungan, termasuk sumberdaya alam.

Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup upaya untuk mewujudkan terjadinya:23

a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.

(15)

b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan.

c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.

d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan.

e. Mempertahankan pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang

f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia dengan habitatnya. Surna T. Djajadiningrat (2005:123) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan memerlukan perspektif jangka panjang. Lebih lanjut secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pencapaian keberlanjutan dalam hal:24

a. Keberlanjutan Ekologis : prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi.

b. Keberlanjutan Ekonomi : sebagai landasan bagi terselenggaranya berbagai kebijakan pemenuhan hak-hak dasar. Kebijakan ekonomi makro diarahkan pada terwujudnya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan usaha, dan terbukanya kesempatan yang luas bagi peningkatan kapabilitas masyarakat miskin.

(16)

c. Keberlanjutan Sosial Budaya : Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya dinyatakan dalam keadilan sosial dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia.

d. Keberlanjutan Politik : diarahkan pada aspek human right, kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial dan politik, demokrasi yang dilaksanakan perlu memperhatikan proses demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab.

e. Keberlanjutan Pertahanan Keamanan : menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu diperhatikan.

(17)

melakukan kerjasama dengan UNEP dalam mengimplemetasikan aksi mitigasi di negaranya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Deskriptif Case Study dimana penulis mendeskripsikan dan fokus pada grup komunitas, organisasi internasional dan kejadian tertentu. Penelitian ini fokus pada pertanyaan penelitian pada impotesa saja dan hanya mencari, mengumpulkan dan menganalisa data.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah Data Sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian. Penulis mendapatkan data yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersil maupun non-komersil. Seperti, menggunakan data hasil riset dari surat kabar, majalah, website, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam proposal penelitian adalah studi literatur yaitu mencari dan membaca buku-buku, laporan jurnal, artikel, tabloid, koran, dan data-data internet baik nasional maupun internasional.

4. Teknik Analisa Data

(18)

fenomena atau kejadian yang sedang di teliti oleh penulis, tanpa menggunakan perhitungan dengan sistem statistik (hanya menjelaskan dari angka statistik yang tersedia).

5. Definisi Operational

1) UNEP (United Nations Environment Programme) adalah organisasi internasional yang memiliki sifat peranan dengan fungsi sebagai fasilitator, mediator, komunikator dan advokasi dalam penyelesaian masalah lingkungan. UNEP memberikan koordinasi kepada pemerintah Brazil dalam membangun konsensus kebijakan lingkungan melalui program-program yang telah direncanakan dan disetujui oleh berbagai pendukung pelaksanaan.

2) Aksi Mitigasi adalah suatu kebijakan lingkungan yang diambil oleh pemerintah Brazil dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dimana kebijakan yang diputuskan sejalan dengan perkembangan Green Economy

sebagai konteks pembangunan berwawasan lingkungan dan ekonomi rendah karbon.

G. Sistemantika Penulisan

BAB I Pendahuluan.

(19)

jenis dan sumber data, teknik analisa, dan definisi operasional), serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini adalah tinjauan dari penelitian atau tulisan sebelumnya yang memiliki kesamaan atau serupa dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti. Baik berupa pandangan kritis, persamaan dan perbedaan penelitian.

Bab III Gambaran Umum

Merupakan bab uraian yang berisi mengenai implementasi aksi mitigasi lingkungan di Brazil.

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Mengenai peran dan kontribusi UNEP (United Nations Environment Programme) dalam mendukung implementasi aksi mitigasi lingkungan di Brazil. Bab ini juga merupakan hasil analisis dan pembahasan yang menjawab rumusan masalah.

Bab V Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, manfaat bagi penulis adalah penulis dapat mengetahui dan memahami dengan mendalam bagaimana proses pembuatan media promosi yang efektif dan menarik seperti

Although the method of transforming variables provides an effective way of finding the distribution of a function of several variables, there is an alternative and often

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kondisi eksisting dan kinerja pelayanan terhadap nasabah oleh bank sampah Kartini Mandiri Desa Pesanggrahan

Struktur Sosial 1. Struktur Sosial agraria: Perubahan sosial secara radikal terjadi di Dusun Sumurjaya akibat revolusi hijau. Masyaraka t yang termoderni sasi semakin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama, serta pertimbangan hakim dalam putusan nomor

1. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan USBN dilakukan oleh kementerian, dinas pendidikan provinsi, LPMP, dan dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai tugas

Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian Mineral logam yang diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017

2. Memasukan hal-hal yang tidak relevan dan tidak logis 3. Pengelompokan dan urutan pesan tidak menunjukan satu kesatuan yang logis.. Tujuan pesan bisnis sendiri adalah