STUD1 TENTANG PEMBENTUKAN KANTONG
PADA
TRAMMEL
NET
OLEH
:IRHAMSYAH
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
IRHAMSYAH. Studi Tentang Pembentukan Kantong pada Tranmiel Nel. Dibimbing oleh BAMBANG MURDIYANTO dan DANIEL R. MONINTJA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi kantong yang terbentuk pada satu unit tran~nzel net. Panjang busur irisan tengah kantong dan tinggi kantong dianalisis dengan menggunakan model matematika. Untuk menguji pernyataan dalam hipotesis, dilakukan uji z satu arah terhadap data panjang total ikan hasil tangkapan dalam kantong .
Hasil analisis menunjukkan bahwa panjang busur irisan tengah kantong maksimum adalah 125 cm dan tinggi kantong maksimum 62 cm serta kantong yang terbentuk berkisar dari 1 sampai dengan 6 kantong.
Apabila dihubungkan dengan data panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong yang berkisar dari 11,5 cm - 4 7 3 cm maka pendekatan teoritis yang digunakan dalam penelitian in dapat diterima dan kesimpulan ini diperkuat dari hasil uji statistik dimana z-hitung lebih kecil daripada z-tabel sehingga diambil keputusan menerima Ho dan disimpulkan bahwa panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong tidak melebihi tinggi kantong maksimum.
Dari hasil analisis korelasi, terdapat hubungan yang erat antara tinggi kantong dengan panjang total ikan yang tertangkap. Pernyataan ini diperkuat dari hasil pengujian nilai r yang menunjukkan bahwa hubungan antara tinggi kantong dengan panjang total ikan yang dinyatakan dengan r = 0,67 adalah nyata pada
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
" Studi Tentang Pembentukan Kantong pada Trnntntel Net "
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Desember 2001
n
Irhamsvah
STUD1 TENTANG PEMBENTUKAN KANTONG
PADA
TRAMMEL NET
IRHAMSYAH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Kelautan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Studi Tentang Pembentukan Kantong pada Trnl~zniel Net
Nama : Irhamsyah
N R P : 99588
Program Studi : Teknologi Kelautan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Bambans Murdiyanto, MSc Prof. Dr. Daniel R. Monintja
Ketua Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi 3. Direktur Program Pascasarjana
Teknologi Kelautan
p&
-
Prof Dr. Daniel R. Monint-ia
RlWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 5 Desember 1967 sebagai anak ke lima dari pasangan Asmuni Kathy dan Rasniah (almarhumah). Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, lulus pada tahun199 1.
Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Teknologi Kelautan pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari BPPS, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Penulis bekerja sebagai Tenaga Pengajar di Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat sejak tahun 1993.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2001 ini ialah dimensi kantony, dengan judul Studi Tentang Pembentukan Kantong pada
Trnn~nzel
Net
Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, MSc dan Bapak Prof Dr. Daniel R. Monintja selaku pembimbing atas saran, petunjuk dan bimbingan yang diberikan sejak penyusunan proposal hingga selesainya penulisan tesis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada keluarga H. Ayip dan keluarga Idi serta saudara Iwan, yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orangtuaku Bapak Asmuni Kathy dan lbunda Rasniah (almarhumah) dan mertuaku Bapak Drs. H. Gusti Hidayat AR. (almarhum) dan Ibunda Hj. Nurhaida serta seluruh keluarga, atas segala do'a dan kasih sayangnya serta isteriku tercinta Ir. Gusti Nirma Ridayati atas segala dukungan, kesabaran dan pengorbanan, anakku terkasih Muhammad Satya Nugraha (EGA) yang telah memberi motivasi dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan yang terakhir kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti studi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 200 1
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
...
DAFTAR LAMPIRAN viii
1 . PEND AHULU AN ... 1 ...
1 . 1. Latar Belakang 1
... .
1 2. Deskripsi Tranzmel Net 2
...
1.3. Perurnusan Masalah 8
...
1.4. Pendekatan Teoritis 8
1.5. Hipotesis ... 14
...
1.6. Tujuan dan Manfaat Penelitian 14
...
2 . BAHAN DAN METODE 15
...
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian 15
...
2.2. Alat dan Bahan 15
.
.
...
2.3. Metode Penelltian 17
...
2.4. Pengumpulan Data 19
3 . HASIL ... 21 ...
3.1. Hasil Tangkapan 21
...
3.2. Panjang Busur Irisan Tengah Kantong 23
...
3.3. Tinggi Kantong Tranznzel Net 24
...
3.4. Uji Hipotesis 28
...
4 . PEMBAHASAN 29
... .
5 KESIMPULANDANSARAN 35
...
5.1. Kesimpulan 35
5.2. Saran ... 36
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian ... 21
2 Jenis dan jumlah hasil tangkapan selama 7 (tujuh) trip ... 22
3 Selang nilai panjang total. lingkar badan dan berat ikan yang
...
tertangkap selama penelitian 23
4 Panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong dan
...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
...
1 Sketsa kantong tlammel net dalam bentuk kurva dua dimensi 11
...
2 Kantong berbentuk segitiga sama kaki 13
3 Grafik distribusi ikan berdasarkan berat total hasil tangkapan dan
...
cara tertangkapnya 22
...
4 Grafik hubungan tinggi kantong dengan panjang total ikan 27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta lokasi penelitian ... 41
...
2 Bentuk umum tranznzel net yang dipergunakan dalam penelitian 42
...
3 Deskripsi renzpa kcliltong (tramnzel nef) 43
...
4 Rekapitulasi data ikan hasil tangkapan dalam kantong 44
. .
...
5 Perhitungan uji Lilliefors 47
...
6 Perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji z satu arah 48
7 Hasil analisis korelasi antara panjang total ikan yang tertangkap
dengan tinggi kantong yang terbentuk ... 49
...
8 Hasil perhitungan uji terhadap r (a significance test for r ) 50
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha perikanan trnnznzel net mulai berkembang di Kalimantan Selatan
sejak tahun 1983 dengan beroperasinya 234 unit dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 1542 unit, merupakan alat tangkap yang paling pesat perkembangannya dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan
setempat disebut " rempa kantong ". Alat tangkap ini berkembang pesat terutama
setelah tmvl dilarang beroperasi di daerah tersebut, sehingga merupakan alat
pengganti trawl yang baik untuk menangkap jenis udang ataupun ikan walaupun
daya tangkapnya lebih rendah (Dinas Perikanan Tingkat I Kalimantan Selatan,
1999).
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pada tranintel net oleh
Tukiyono (1990), Murdiyanto (1994), Samudra (1994), Tupamahu (1995) dan
Ahmad (1996) serta Mangunsukarto (1997), pada umumnya berkisar pada
pengkajian pengaruh inner net dan outer net, pengaruh ukuran mata jaring dari
inner net, pengaruh cara pengoperasian serta perlakuan terhadap hanging ratio.
Selama ini penelitian tentang hal-ha1 yang berkaitan dengan pembentukan
kantong pada tranznzel net belum dilakukan.
Secara teori, berhasilnya pengoperasian trnnlntel net sebenarnya sangat
ditentukan oleh adanya bentuk kantong yang befingsi sebagai tempat
tertampungnya ikan, yang membedakan tranznzel net dengan gillnet biasa. Ukuran
kantong yang terbentuk diduga akan ditentukan oleh jumlah dan ukuran mata
Penelitian terhadap pembentukan kantong pada trnnzntel net adalah suatu
metode untuk mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan
ukuran ikan hasil tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika dimensi dari
kantong yang terbentuk dapat diketahui. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya
pengembangan teknologi penangkapan guna menunjang kebutuhan komersil dan
manajemen sumberdaya ikan.
1.2. Deskripsi
Trnnznzel Net
Trn~~tnzel net merupakan jaring insang dasar yang mempunyai ciri khusus
terdiri dari tiga lapis jaring, sehingga sangat efektif untuk menangkap udang
yemeid yang berukuran besar, dua lapis terluar mempunyai ukuran mata jaring
yang lebih besar dari pada lapisan dalamnya.
Untuk lebih memperjelas gambaran tentang tranmtel net dapat diuraikan
menurut klasifikasi teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perikanan
sebagai berikut :
(1) Bahan
Bahan jaring hendaknya dipilih yang halus, kuat dan elastis dan tidak
menyerap air. Contohnya bahan yang umum di gunakan PA (nylon nz~llti
film~eizt).
( 2 ) Shortening
Membukanya mulut jaring di dalam air akan mengalami perubahan, ha1 ini
disebabkan adanya gaya apung dan gaya berat yang saling berlawanan. Oleh
sebab itu perhitungan berapa persen hangrng ratio jaring di dalam air yang
3
(3) Deskripsi
Jaring lapis luar (outer net) terbuat dari nilon benang ganda (nylon ntlrlti
.filan~er~t), berdiameter benang 0,5 mm. Jaring lapis dalam (hitter net) terbuat
dari nilon benang ganda, berdiameter 0,24 m dan ukuran mata 44,45 mm
(1,75 inci). Dimensi jaring lapis dalam, panjang (li) 21,30 m dan dalam (hi)
2,07 m. Koefisien pengikatan jaring lapis dalam 0,36 Biasanya nelayan
mengoperasikan trantnzel net sebanyak 30
-
40 piecesltinting. Selain jaringtiga lapis, tranlntel net terdiri dari tali ris bawah dan atas, pelampung terbuat
dari karet atau spon, pemberat dari timah, batu.
Jenis kapal yang digunakan untuk operasi tmnm~el net dirancang
sedemikian rupa dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :
(1) Keleluasaan dalam olah gerak dan dalam penarikan jaring, serta untuk
menempatkan jaring di atas kapal, ha1 ini membutuhkan lebar (B) yang
cukup.
(2) Stabilitas yang mantap dengan mengurangi frekuensi goncangan dan
ayunan, akan memberikan kenyamanan bagi nelayan dalam melakukan
operasi penangkapan.
(3) Kapal berbentuk dasar yang rata f i t bottom).
(4) Kapal berdimensi panjang (L) 9,80 my lebar 2,35 m dan dalam (D) 0,50 my dengan bobot mati 2,28 GT.
(5) Tenaga penggerak kapal adalah mesin diesel dalam (illboard nzotor)
4
(6) Kapal dilengkapi dengan peti udang dan ikan berinsulasi s & r o f m , berlapis
$berglass, masing-masing 0,20 dan 0,60 m 3 Kapal juga dilengkapi dengan
palka jaring 1,O m3
Bentuk mata jaring ditentukan oleh nilai pengerutan yaitu beda panjang
tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurna dengan panjang jaring seteiah
terpasang pada tali pelampung dan tali pemberat. Nilai pengerutan trant~~tel riel
yang umumnya dipakai oleh nelayan untuk jaring bagian dalam 0,41 sampai 0,67
dan untuk jaring bagian luar 0,25 sampai 0,43 (Linting, 1984; Wudianto, 1985;
Wudianto dan Nasution, 1986; Barus et crl, 1986; S u m i o ~ ~ o et (11, 1991;
Murdiyanto, 1994).
Tertangkapnya udang ataupun ikan pada tranzntel net secara terbelit
ataupun dalam kantong yang terbentuk pada pave1 jaring bagian dalam yang
terpasang kendor di antara dua panel jaring bagian luar. Umumnya ukuran mata
jaring bagian luar lebih besar 4 - 5 kali bagian dalam dan panjang sempurna mata jaring bagian dalam dua kali mata jaring bagian luar (Sainsbury, 1986). Menurut
Nomura dan Yamazaki (1977), jika dibandingkan dengan jaring insang biasa,
jaring ini lebih efisien karena berbagai ukuran ikan maupun udang tertangkap
pada ukuran mata yang sama sehingga selektivitasnya tidak seperti jaring insang
biasa.
Tranzn2el net nelayan terbuat dari bahan PA nzultrfilanie~~ 210dl2 dan
moz~ofilanten no. 20 untuk jaring bagian dalam dan 210dl6 untuk jaring bagian
luar. Ukuran mata jaring bagian dalam 38 mm dan 44 mm, sedangkan ukuran
mata jaring bagian luar 162 mm dan 250 mm (Linting, 1984; Wudianto, 1985;
5
Telah dikatakan bahwa jaring bagian dalam terpasang secara kendor di
antara dua panel jaring bagian luar, ini diakibatkan oleh take zrp rate. Disebutkan
oleh Nomura (1981) bahwa take up rate adalah perbedaan tinggi jaring bagian
dalam dan tinggi jaring bagian luar setelah terpasang pada tali pelampung dan
pemberat, dimana bagian dalam lebih tinggi dari bagian luar. Nilai take up rate
yang digunakan oleh nelayan di beberapa perairan laut di Jawa Barat berkisar
antara 0,20 sampai 0,45 (Wudianto, 1985; Barus et nl, 1986; Amirl et (11, 1987).
Terjerat (entangling) lebih dipengaruhi oleh konstruksi alat daripada wedging dan
gillirlg. Probabilitas dari seekor ikan dapat terjeratlterpuntal diyakini tergantung
dari hnnging ratio atau hanging coeficient. Hanging ratio biasanya berkisar
antara 0,2 - 0,7, semakin kecil hanging ratio semakin besar probabilitas untuk
terjerat
Sparre dan Venema (1999), menyatakan bahwa ada empat cara
tertangkapnya ikan pada gillnet yaitu snagged, gilled, wedged dan entangled.
Snagged adalah cara tertangkapnya ikan pada jaring di bagian depan '
preoperculunz (gigi), gilled merupakan cara tertangkapnya ikan pada jaring di
bagian operculunz (tutup insang), wedged adalah cara tertangkapnya ikan pada
ujung dorsal fzn (perut) dan entangled adalah cara tertangkapnya ikan secara
terpuntal pada badan jaring.
Daerah penangkapan tranzmel net adalah perairan pantai yang berdasar
lumpur, pasir atau pasir berlumpur, dengan kedalaman perairan berkisar antara 5
dan 15 m dan topografi dasar perairan relatif datar
Hasil tangkapan utama tranznzel net adalah udang Penaeid yang
6
demersal. Udang permeid yang tertangkap dengan tranzntel net terdiri dari
udang Jerbung (Penaeus nzerguei~sis, Penaeus indicus), udang Windu (Penaeus
nzonodorl, Penaeus senzisulcalf us), udang Dog01 (Metapenaeus ensis,
Metcryertaezrs brevicorrzis). Hasil tangkap sampingan fi.aninlel net antara lain
adalah Tigawaja (Johrzius spp), Gulamah (Psezcdosciena spp.), Layur
(Trichiurus spp.), Kerong-kerong (Therapan sp.), Kerot-kerot (Pon~ndasys spp.),
Petek (Leiopmthlrs spp.), dan ikan Lidah (Cyr7oglosz1s spp.).
Peranan arus dalam suatu operasi penangkapan sangat penting. Selain
berhubungan dengan olah gerak kapal, arus berpengaruh pula terhadap
pengoperasian alat tangkap yang digunakan. Arus menimbulkan resistensi pada
jaring yang menyebabkan perubahan bentuk pada saat setting. Arah arus sangat
menentukan posisi jaring pada saat setting. Agar jaring terbuka dan terbentang
lebar sehingga penangkapannya menjadi lebih efektif, maka penawuran jaring
(setting) diupayakan untuk memotong arus. Hal ini dilakukan karena ikan
cenderung berenang melawan arus, sehingga hasil tangkapan diharapkan lebih
baik jika dibandingkan dengan penawuran jaring searah arus.
Pada saat dioperasikan, posisi jaring dapat memanjang atau dipasang zig-
zag dengan maksud untuk menghadang ikan, atau dapat pula dipasang dengan
posisi melingkar atau semi melingkar dengan maksud untuk mengurung ikan.
T~zrn~ntel net umumnya dioperasikan pada kedalaman 3 - 60 meter
(Nomura dan Yamazaki, 1977).
Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), traninzel net berdasarkan cara
pengoperasiannya terdiri dari button? set tranzniel net dan sweeping trammel net.
7 didiamkan dengan jangkar kemudian ujung jaring yang lainnya ditarik dengan
kapal dalam bentuk lingkaran. Waktu untuk sekali operasi kira-kira satu jam dan
kecepatan penarikan sangat lambat. Oleh Mar~gurlsukarto et ril (1993), cara
pengoperasian demikian ini lebih efektif daripada cara pengoperasian dengan
membiarkan jaring hanyut pada dasar perairan, sedangkan menurut
Malliswara d a1 (1988) cara pengoperasian inipun lebih baik dari cara
pengoperasian jaring ditarik lurus menyapu dasar perairan.
7'rmlntel vet diklasifikasikan oleh Nomura dan Yamazaki (1977),
ke dalam jenis gill net. Bentuk dan konstruksi dari trnn~mel net dan gill net adalah
sama, perbedaannya terletak pada jumlah lapis bahan jaring (webbing) yang
digunakan. Tinggi jaring dalam keadaan terentang dari inner net berkisar antara
satu kali lebih sampai dua kali dari bagian olrter net. Mengenai perbandingan dari
bagian irtner net dan outer net ini akan mempengaruhi juga terhadap efektivitas
traninlel net.
Dalam beberapa metode tidak semua kisaran panjang (kisaran umur) ikan
atau sebangsa kerang dan udang berada dalam keadaan dieksploitasi penuh.
Sebagian besar alat tangkap seperti gill net bersifat selektif bagi suatu kisaran
panjang saja, dengan demikian tidak menangkap ikan-ikan yang sangat kecil dan
juga ikan yang sangat besar. Sifat-sifat dari gill net yang menangkap ikan dengan
ukuranljenis tertentu saja dinamakan selektivitas alat. Alat tangkap gill net
dikembangkan menjadi jaring tiga lapis (trnnln~ei net) Ikan yang tertangkap pada
tran~nlel net dengan cara gilled, entangled dan terkurung dalam kantong yang
8 Sampai saat ini belum diperoleh data penelitian khususnya tentang ikan
yang tertangkap di dalam kantong yang terbentuk oleh lapisan inrier net dan orrter
iiet
Bertitik tolak dari hal-ha1 tersebut di atas, maka dirasakan perlu untuk
melakukan penelitian mengenai pembentukan kantong trantntel net yang efektif
dan efisien guna meningkatkan produktivitasnya.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian di atas perumusan masalah yang akan dijawab
dalam penelitian yaitu : menentukan tingkat ukuran ikan yang tertangkap oleh
trantrnel net sesuai dengan ukuran dan desain jaring yang digunakan.
1.4. Pendekatan Teoritis
1.4.1. Kerangka Pemikiran
Penelitian terhadap pembentukan kantong tranznzel rzet adalah suatu
metode untuk mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan
.
ikan hasil tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika peluang dan dimensi
kantong yang terbentuk diketahui.
Dalam beberapa metode, tidak semua kisaran panjang (total length) ikan
dieksploitasi penuh. Sebagian besar alat tangkap seperti gill net termasuk
tranznzel net bersifat selektif bagi suatu kisaran panjang saja. Dengan demikian
tidak menangkap ikan-ikan yang sangat kecil dan juga ikan yang sangat besar.
Untuk menentukan perkiraan dimensi bentuk dan ukuran kantong (ukuran
kecil sampai maksimum) yang terbentuk pada pengoperasian trantntel net, secara
Terbentuknya kantong pada trantntel net sangat dipengaruhi oleh n7esh
size inner net dan outer net, jumlah mata jaring dan hangrrlg ratio yang
merupakan komponen dari desain tran~nlel net dan gaya-gaya yang bekerja pada
tubuh jaring ataupun sesuatu simpul. Gaya-gaya ini baik berasal dari arus,
gelombang dan lain-lain sejenisnya yang sifatnya lebih beraturan. Selain itu
dipengaruhi pula oleh bentuk dan ukuran ikan (panjang total, berat badan dan
lingkar badan). Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kantong pada
trantntel net dimodelkan dengan hngsi :
Lmana K = f (MS, LJ, HR, PT, G ) d'
K = kantong ; LJ = lebar jaring ; G = gaya
f = hngsi ; HR = hanging ratio ; MS = mesh size ; PT = panjang total ;
Dalam penelitian ini gaya yang bekerja pada tubuh jaring ataupun pada
simpul tidak diperhitungkan dan ukuran ikan yang tertangkap hanya difokuskan
terhadap panjang total (total length) ikan dan diasumsikan bila 50% dari panjang
badan ikan telah masuk ke dalam outer net akan terbentuk kantong dengan alasan ,
apabila kurang dari 50 % panjang badan ikan yang masuk ke dalam orrter net
maka ikan tersebut tidak akan tertangkap karena kemungkinan ikan tersebut akan
berbalik arah menghindari jaring tersebut. Peluang tertangkapnya ikan yang kecil
sangat dipengaruhi oleh mesh size inner net dan ikan yang besar oleh mesh size
inner net dan mesh size outer net.
Untuk melakukan perkiraan dimensi kantong yang terbentuk pada
pengoperasian tranzntel net maka dilakukan dengan cara simulasi. Simulasi
adalah rnetode penelitian yang menggunakan model-model. Dalam penelitian ini
10
simbol matematika. Dalam pendekatan matematika, jalan *pemikiran dan
ungkapan yang semula bersifat verbal hams diterjemahkan dalam pernyataan
matematika (Soerianegara, 1978).
1.4.2. Menghitung Panjang Busur Irisan Terlgah Kantong
Perhitungan panjang busur irisan tengah kantong berdasarkan kantong
yang terbentuk menurut tinggi atau kedalaman tmlntel net. Faktor-faktor yang
sangat menentukan untuk menghitung panjang busur irisan tengah kantong antara
lain jumlah mata jaring menurut tingginya, ntesh size dan hanging ratio sekunder
dari inner net dan outer net.
Secara teori, inner net dan outer net tidak mungkin terentang (stretch)
kedua-duanya, karena tidak akan membentuk kantong. Pendekatan dilakukan
dengan menggunakan panjang terentang (stretch) dari inner net dan panjang
tergantung olrter net.
Perhitungan panjang busur irisan tengah kantong maksimum,
pendekatannya dengan menggunakan rumus :
dimana : s,,,, -
-
h i - m r x - h o...
(1)&,,ax = panjang busur irisan tengah kantong maksimum
h i x = panjang terentang (stretch) maksimum inr7er net
h, = panjang tergantung outer net
untuk mendapatkan nilai digunakan rumus :
-
hi-mar
-
ni x mi...
(2)dimana : h,.,llax = panjang terentang (stretch) maksimum ~tltlet. t ~ e t
ni = jumlah mata jaring menurut tinggi inner net
mi = mesh size inner net
dimana :
ho
= panjang tergantung oztter netno = jumlah mata jaring menurut tinggi outer net
mo = ntesh size outer net
E, = hangirlg ratio sekunder outer net
Gambar 1. Sketsa kantong trantntel net dalam bentuk kurva dua dimensi
1.4.3. Menghitung Tinggi Kantong
Untuk menghitung tinggi kantong, ada beberapa asumsi yang digunakan
yaitu :
( 1 ) Outer net lebarnya stabil atau tetap sehingga diperoleh satu nilai maksimum
dari tinggi kantong.
(2) Ikan berenang lurus menabrak ii~i~er net, kemudian kantong yang terbentuk
membentuk segitiga sama kaki akibat adanya dorongan dari ikan tersebut
[image:95.601.152.470.68.446.2]Berdasarkan dari asumsi di atas, jika ikan tepat menabrak titik tengah mata
jaring outer net pendekatan .perhitungan tinggi kantong maksimum dilakukan
dengan menggunakan rumus :
2 112
...
dimana : t,l,a, = [a2
-
(0,5c ) ] atau [b2 - (0,5c)~]'" (4)trllax = tinggi kantong maksimum a,b = sisi miring kantong
c = nzesh size outer net tergantung
Nilai a atau b diperoleh dari panjang busur irisan tengah kantong maksimum, karena bentuk kantong diasumsikan segitiga sama kaki maka :
dimana : a
+
b = s,,,a atau b = 0,5s,,,,,
...
( 5 )-
Snlax - panjang busur kantong maksimum
a,b = sisi miring kantong
Sedangkan untuk menghitung nilai c digunakan rumus :
dimana : c = mox E,
...
(4)c
= mesh size outer net tergantung m, = mesh size outer net terentang Eo = hanging mtio sekunder outer netBerdasarkan dari tinggi kantong maksimum maka panjang ikan yang
tertangkap bila sama dengan tinggi kantong maksimum maka panjang ikan yang
tertangkap tersebut adalah maksimum, karena terjadinya kantong dari ikan yang
tidak 1010s dari inner net dan membentuk kantong maka ukuran tinggi kantong
dipengaruhi oleh ukuran panjang total ikan yang menabrak inner net. Oleh karena
itu ukuran tinggi kantong yang terbentuk akan sangat tergantung pada panjang
total ikan yang tertangkap. Sebaliknya panjang total ikan akan ditentukan oleh
ukuran panjang busur maksimum yang dapat dibentuk oleh inner net (pada
gambar irisan penampang kantong). Apabila lebih panjang dari tinggi kantong
13 Apabila diasumsikan bahwa ukuran ikan yang tertangkap adalah
maksimum, pembentukan ukuran maksimum kantong (peluang = 1) dengan
perkiraan telah masuk kantong dari setengah ukuran panjang total ikan maka
tinggi kantong maksimum lebih besar daripada setengah panjang total ikan.
Gambar 2. Kantong berbentuk segitiga sama kaki.
Keterangan : a dan b = sisi miring
t = tinggi
c = mesh size outer net tergantung
Untuk menentukan kantong yang terbentuk, terlebih dahulu hams
diketahui jumlah mata jaring menurut tinggi outer net dan panjang busur irisan
tengah kantong maksimum. Kantong yang terbentuk dinyatakan dari 1 sampai
dengan n kantong dengan notasinya : 1
<
p I n kantong, tergantung dari jumlah mata jaring menurut tinggi outer net.Peluang terbentuk hanya 1 kantong dan kantong yang lainnya tidak ada
jika panjang busur irisan tengah kantong maksimum, sebaliknya jika panjang
busur irisan tengah kantong belum maksimum maka ada peluang terbentuknya
[image:97.605.122.410.203.367.2]14
1.5. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ukuran kantong yang terbentuk dan
panjang ikan yang tertangkap ditentukan oleh ukuran dan desain trnnlntel izet yang
digunakan. Jumlah dan besaran kantong yang terbentuk akan mempengaruhi hasil
tangkapan.
1.6. Tujuar~ dan Marlfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perkiraan dimensi kantong yang
terbentuk pada tranzntel net.
Hasil penelitian ini diharapkan untuk mendapatkan model trzrntn?el tlet
yang efektif dan efisien sehingga diharapkan hasil tangkapannya menjadi
meningkat pula.
Hasil penelitian terhadap kantong trnn~nzel net diharapkan pula dapat
mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan jumlah hasil
tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika peluang terbentuknya kantong
pada alat tangkap diketahui. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya pengembangan
teknologi penangkapan, guna menunjang kebutuhan komersil dan manajemen
2.
BAHAN DAN METODE
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di perairan pantai Kuala Tambangan Kabupaten
Daerah Tingkat I1 Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Waktu penelitian
sejak persiapan, pengumpulan data, pengolahan data dan pelaporan selama 6 (enam) bulan, yaitu pada bulan Maret
-
Agustus tahun 2001.2.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini :
(1) Perahu
Perahu yang digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
-
Jenis perahu = balapan-
Bahan = kayu-
Panjang = 11,4 m-
Lebar = 1,8 m-
Dalam = 1,4 m-
Mesin = Jiangdong Jianghiai Engine Works, Janggu China-
Jenis motor = ZH1110 diesel engine double roll bearing-
Max output = 20 HP12200 RPM-
Net mass = 165 kg-
Bahan bakar = solar(2) Tramn~el net
- Jumlah tranznzel net = 8 unit
-
Panjang = 2 4 m-
Tinggi = 1,25 m-
Jumlah mata jaring outer net = 160 mata (ke samping) ; 6 mata(ke bawah)
-
Mesh size outer net = 25 cm-
Jumlah mata jaring inner net = 1760 mata (ke samping) ; 52 mata(ke bawah)
-
Mesh size inner net = 4,8 cm-
Hanging ratio sekunder = 0,83 (outer net) ; 0,50 (inner net)Keterangan yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3.
(3) Alat-alat ukur
H Magelland GPS Blazers 12 : Alat penerima Global Position
Systent (GPS) genggam dirancang dengan tujuan untuk penentuan
posisi dan navigasi. Alat ini mempunyai antena terpasang
langsung yang terletak di atas receiver, layar backlit dan tempat
tomb01 serta menggunakan 2 baterai alkaline AA. Karena GPS
Blazers 12 menerima informasi dari satelit-satelit yang mengorbit
bumi, antenanya memerlukan pandangan tak terhalang ke langit.
Setelah receiver GPS menerima data pcsisi paling tidak dari 3
satelit (kira-kira 2 - 3 menit), alat ini akan mulai menentukan
17
1 Floating dredge : aiat ini terbuat dari papan yang bentuknya
saling tegak lurus, mempunyai dua sisi yang masing-masing
berukuran panjang 50 cm, lebar 25 cm dan tebal 2,s cm Pada bagian bawahnya dipasang pemberat dengan tali sepanjang 25 cm dan bagian atasnya dipasang pelampung, alat ini dilengkapi pula
dengan tali sepanjang 10 m. Alat ini befingsi untuk mengetahui
arah dan kecepatan arus.
Stop watch : alat ini memiliki ketelitian 0,l detik dan
digunakan untuk menentukan kecepatan arus.
1 Timbangan duduk : alat ini digunakan untuk menimbang ikan
hasil tangkapan dengan ketelitian 0,01 gram dan kapasitasnya 2 kg.
1 Batu penduga kedalaman : alat ini terdiri dari sebuah batu
berbobot lebih kurang 5 kg yang disambungkan dengan tali
sepanjang 20 m dan tiap meternya diberi tanda. Alat ini berfungsi
untuk menduga kedalaman perairan sewaktu operasi penangkapan
dilakukan.
1 Penggaris : untuk mengukur panjang total dan lingkar badan
ikan dengan ketelitian 0,l cm.
(4) Lain-lain : kantong plastik, ember, alat tulis, kamera.
2.3. Metode Penelitian
Dalam percobaan kita mungkin berkepentingan dengan terjadinya suatu
kejadian tertentu, misalnya peluang terbentuknya kantong pada tranmlel net.
Salah satu masalah yang harus dipikirkan dan dicoba untuk dievaluasi adalah
18
suatu percobaan dilaksanakan. Masalah ini termasuk cabang matematika yang
disebut peluang (Dajan, 1986).
Didalam penarikan kesimpulan dari percobaan yang mengandung
ketidakpastian agar dapat ditafsirkan secara tepat, pemahaman teori peluang
sangat diperlukan dan bersifat mendasar. Teori peluang bagi ruang contoh
(himpunan semua kemungkinan hasil suatu percobaan = S) terhingga memberikan
segugus bilangan nyata yang disebut pembobot atau peluang dengan nilai dari no1
sampai satu yang memungkinkan kita menghitung peluang terjadinya suatu
kejadian. Bila kita mempunyai alasan untuk percaya bahwa sebuah kantong
tertentu sangat besar peluangnya untuk terjadi bila dilaksanakan maka peluang
yang diberikan pada titik itu hendaknya dekat dengan satu, dipihak lain nilai
peluang yang lebih dekat dengan no1 hendaknya diberikan pada kantong yang
kecil sekali peluangnya untuk terjadi.
Untuk memperkuat pernyataan dalam hipotesis maka dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan data panjang total ikan hasil tangliapan. Uji
hipotesis yang dilakukan adalah uji satu arah dengan menggunakan uji 7
(Walpole, 1990).
Hipotesis no1 (Ho) yang digunakan adalah panjang total ikan yang
tertangkap dalam kantong trammel net lebih kecil atau sama dengan tinggi
maksimum kantong, sedangkan hipotesis tandingannya (HI) adalah panjang total
ikan yang tertangkap dalam kantong tranznzel net lebih besar dari tinggi
19
~ e n g u j i a n hipotesis dengan menggunakan uji z dirumuskan sebagai
x - ~ ' 7
berikut : z =
-
01s
Dimana : Y = nilai tengah contoh
p, = nilai tengah populasi
o = standar deviasi n = jumlah contoh
jika nilai Z1litung 6 zt3bzl maka terima Ho ; Z1litung > Ztabcl maka tolak Ho.
Sebelum uji z dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji Lilliefors untuk
mengetahui sebaran kenormalan data. Apabila data tidak menyebar normal,
dilakukan transformasi penormalan data (Nasoetiorr dan Barizi, 1980).
Uji kenormalan Lilliefors :
4 i i t u n g = maksimum(1 F (zi) - S (zi)l
I
F ( ~ 2 ) - S (~2)l . . .I
F (zn) - S (~,1)1) jika L,ll,l, 6La
maka terima Ho yang berarti data menyebar normal, sebaliknyajika
L.lllaks
> La (n) maka tolak &.di mana : F (z) = fungsi sebaran normal baku S (z) = hngsi sebaran empirik baku
La
(,I) = nilai L dari tabel2.4. Perigurnpulan Data
Pengumpulan data terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
(1) Percobaan penangkapan di laut Vishitlg experintent) dengan mengoperasikan trantntel net dalam satu unit penangkapan. Dalam penelitian ini dilakukan
sebanyak 7 (tujuh) trip (hari) penangkapan.
(2) Melakukan pencatatan posisi kapal sewaktu dilakukan operasi penangkapan
2 0
(3) Ikan-ikan yang tertangkap dalam kantong dan terbelit dilakukan pengukuran *
terhadap panjang total (total length), lingkar badan (girth) dan beratnya.
3.1. Hasil Tangkapan
Posisi geografis daerah penangkapan selama percobaan berada pada
03' 55' 67"
-
03' 59' 58" LS dan 1 14' 30' 92"-
1 14' 37' 7 9 BT, kedalarnan perairan 5 - 8 meter dan kekuatan arus O,11-
0,125 mldetik. Selama 7 (tujuh) trip (hari) penangkapan, diperoleh jenis hasil tangkapan seperti tertera pada Tabel 1.Tabel 1. Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian
1 ,
Nan~a, Indonesia,,I-
%!ma
daer&
. , . ,1
. . . , . , , . , , , , Nama. W a l l , , . ,1
I
TerubukI
KlepesI
Hilsn ioli1
Gulamah Bece-bece Gabus laut Tiga waja Manyung Lidah Senangin Selangat
~ u l a m a h Bece-bece Haruan laut Selungsungan Bidukang Sebelah Menangin Sulangat
[
Udang jerbungI
Udang putihSumber : hasil pengamatan di lapangan.
Psertdoscienn nnloyetlsis Leiogtlnthus equilius Snzrridn ztndztsquanzis Joht~izrs d~tssunzieri Arius sp.
Cytloglossus bort1eensis
Ele~riher-ottemn tetr~nclnclyl~m~ A11odot1ioston1n chnclrtldn
Pet~aeus nzerguietzsis
Total hasil tangkapan selama penelitian untuk yang terbelit adalah
[image:105.597.110.531.271.438.2]Tabel 2 . Jenis dan jumlah hasil tangkapan selama 7 (tujuh) trip
1
2.1
GulamahI
4101
5301
9 4 3Sumber : hasil pengamatan di lapangan. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Untuk lebih jelasnya jenis dan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh 25
3 50 950 2010 175 Bece-bece Gabus laut Tiga waja Manyung Lidah
dalam penelitian tersebut dapat dilihat Gambar 3 berikut ini. Senangin Selangat Udang jerbung Jenis lkan - - - 2 5 190 865 1835
[image:106.593.155.485.92.308.2] [image:106.593.86.502.370.652.2]3 25
... ... ... ...
..
... ... . : . : : . : : . : . : . : . : . : . : . : . : . , . : . : , : , : , ~ ~ Q ~ ~ ~
.-$890!{
... . . . .'! ... .-- ... >..:.:;
Gambar 3. Grafik distribusi ikan berdasarkan berat total hasil tangkapan dan cara tertangkapnya
<
..,
50 540 1815 3 845 500 1475 95-
... jjzB$ji ::&j&:,i ... :::: i l . :,- . : ..
yf
2 3 3
Hasil Tangkapan yang diperoleh dilakukan pengukuran terhadap panjang
total, lingkar badan dan berat ikan. Selang nilai hasil pengukuran tertera dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Selang nilai panjang total, lingkar badan dan berat ikan yang tertangkap selama penelitian
Sumber : hasil pengamatan di lapangan.
3.2. Panjang Busur Irisan Tengah Kantong
Dalam perhitungan panjang busur irisan tengah kantong maksimum,
factor-faktor yang diperhitungkan adalah jumlah mata jaring berdasarkan tinggi,
mesh size inner net dan outer net serta hanging ratio, sedangkan gaya-gaya yang
bekerja pada tubuh jaring tidak digunakan dalam perhitungan berhubung
keterbatasan peralatan dan pengamatan.
Berdasarkan pendekatan teoritis maka dilakukan perhitungan terhadap
panjang busur irisan tengah kantong maksimum dengan menggunakan rumus (1) :
dimana : s,,,, - - hi-emx
-
hoSmax = panjang maksimum kantong
hi-max: = panjang terentang (stretch) maksimum illller net
h, = panjang tergantung outer net
-
dimana : hi-nmx - ni x mi
hi-,,,, = panjang terentang (stretch) maksimum inner net ni = jumlah mata jaring menurut tinggi itltter net mi = nzesh size intler net
maka diperoleh nilai :
]ti-maX = 52 x 4,8 cnt = 249,6 cnz
w 250 cnz
Sedangkan nilai h, digunakan rumus (3) :
dimana : h, = panjang tergantung outer rzet
n, = jumlah mata jaring menurut tinggi outer net m, = nzesh size ozrter net
E, = hanging ratio sekunder outer net maka diperoleh nilai :
12, = 6 x 25 cnz x 0,83
= 124,5cnz
,- 125 cnz
Setelah nilai hi.ll1ax dan h, diperoleh maka nilai :
Sm, = 250 cnz - 125 cnz
= 125 cnt
3.3. Tinggi Kantong Tmnznzel Net
Dalam perhitungan tinggi kantong maksimum, factor-faktor yang menjadi
perhitungan adalah hanging ratio tergantung outer net dan panjang busur irisan
tengah kantong maksimum, sedangkan pengaruh dari gaya-gaya yang bekerja
pada tubuh jaring belum dapat diperhitungkan berhubung keterbatasan peralatan
dan pengamatan.
Perhitungan terhadap tinggi maksimum kantong yang terbentuk
dimana : t,,,a, = [a2
-
0,s t21lnt,m~ = tinggi maksimum kantong
a = sisi miring kantong
c = mesh size outer rlet tergantung
Untuk memperoleh nilai a digunakan rumus ( 5 ) :
dimana : a = 0,5s,,,,
a = sisi miring kantong
s , ~ ~ ~ ~ = panjang busur irisan tengah kantong maksimum
maka nilai :
n = O15x125cn~
= 62,s cnt
Sedangkan nilai c digunakan rumus (6) :
dimana : c = mo x Eo
c = nzesh size outer net tergantung m, = mesh size stretch outel- net
E, = hanging ratio sekunder outer riet
maka diperoleh nilai c :
c = 25 cnz x 0,83
= 20,75 cnz
Setelah nilai a dan c diperoleh, maka nilai :
LU = [(62, 5)2 - (0,5 x 2 0 , 7 5 ~ ~ ] ' I 2
= 61,63 cnz
w 62cm
Panjang total setiap jenis ikan yang tertangkap dan tinggi kantong yang
Tabel 4. Panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong dan tinggi kantong yang terbentuk
Data panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong dan tinggi kantong
yang terbentuk, hubungan antara keduanya akan dilihat dengan analisis korelcrsi
[image:110.593.95.456.100.644.2]yang disebut koefrrien korelasi (Wal pole, 1 990). Koefzsien korelasi linear
didefinisikan sebagai ukuran hubungan linear antara dua peubah acak yaitu
panjang total ikan yang tertangkap dan tinggi kantong yang terbentuk,
dilambangkan dengan r. Menurut hasil pengamatan dan pengukuran panjang total
ikan dan tinggi kantong yang terbentuk maka terdapat hubungan korelasi dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,67 dan korelasi yang terjadi adalah positif seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 4. Untuk memperkuat pernyataan bahwa
besaran r yang dihasilkan disebut " nyata " (signrficnr7ce), maka dilakukan uji terhadap besaran r yang disebut dengan a significance test for r, untuk itu diperlukan bantuan kurva distribusi normal. Hasil uji terhadap besaran r menunjukkan besaran r nilainya lebih besar dari r
-
tabel yang berarti bahwa [image:111.597.90.491.399.678.2]korelasi tersebut adalah nyata pada taraf keper~ayaan 95 %.
Grafik Hubungan Tinggi Kantong dengan Panjang Total lkan
0 ! I
1 6 11 16 2 1 26 31 36
Tinggi Kantong dan Panjang Total lkan
I+~inggi Kantong -e-Panjang Total lkan
I
-3.4. Uji Hipotesis
Pernyataan dalam hipotesis no1 (Ho) bahwa panjang total ikan yang
tertangkap dalam kantong trrmzn~el net lebih kecil atau sama dengan tinggi
kantong maksimum yaitu sebesar 62 cm. Pernyataan tersebut harus ditolak hanya
bila nilai tengah (p) lebih besar daripada 62 cm dan hams diterima bila p 2 62 cm.
Karena hipotesis no1 hams menyatakan satu nilai tunggal bagi parameternya,
maka berarti kita menguji Ho : p = 62 cm ; HI : p > 62 cm. Meskipun dituliskan hipotesis nol-nya dengan tanda sama dengan, namun itu harus dipahami sebagai
mencakup semua nilai yang tidak dicakup oleh hipotesis alternatifnya. Akibatnya,
menerima Ho tidak boleh diimplikasikan bahwa p tepat sama dengan 62 cm,
namun hams diartikan bahwa kita tidak mempunyai bukti yang cukup untuk
mendukung HI. Karena ujinya bersifat satu arah, lambang "lebih besar daripadaLL
menunjukkan bahwa seluruh wilayah kritiknya terletak di ekor kanan sebaran
statistik 2 .
Pengujian hipotesis menggunakan uji z dengan satu arah. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai z-hitung sebesar -28,24 dengan tingkat kepercayaan
95 %, bila dibandingkan dengan nilai z-tabel (a = 0,05) sebesar 1,645 maka z-
hitung lebih kecil dari z-tabel. Keputusan yang diambil adalah menerima
hipotesis no1 (Ho) dan disimpulkan bahwa panjang total ikan yang tertangkap
4.
PEMBAHASAN
Alat penerima Global Position System (GPS) digunakan dalam penelitian ini
dengan tujuan untuk menentukan posisi dan jarak tempuh ke tempat lokas~
pengoperasian tranznzel net. Dengan diketahuinya posisi bujur dan lintang tempat
pengoperasian tmnznzel net maka memudahkan bila dilihat pada peta lokasi
penelitian. Selama penelitian dilakukan di lapangan, jarak dari fishing base ke
lokasi pengoperasian trantntel net adalah 1-3 mil. Dalam penelitian ini, pengaruh
ataupun hubungan antara posisi lokasi penelitian dengan ikan hasil tangkapan
tidak dilakukan.
Arus laut yang mampu terukur hanyalah ants permukaan saja, sedangkan
arus pada dasar tidak dapat dilakukan berhubung keterba~asan alat da11
pengamatan di lapangan. Dalam teori, arus laut makin ke dalam makin kecil,
karena dalam penelitian ini tidak diukur maka bias diasumsikan arus laut pada
bagian dasar kecil sehingga tidak banyak pengaruhnya. Arah dan kecepatan arus
dipantau dalam penelitian ini hanyalah untuk membantu dalam penawuran jarring
agar dapat terentang sempurna sehingga diharapkan trammel net dapat bekerja
secara maksimal untuk menghadang ikan-ikan yang kebetulan lewat. Arus yang
terlalu kuat akan mempengaruhi pula terhadap ikan yang menabrak jarring, karena
terlalu arus kuat kemungkinan ikan-ikan akan berbalik arah sehingga
kemungkinan untuk tertangkap sangat kecil peluangnya.
Pengukuran kedalaman perairan laut dilakukan untuk memudahkan dalam
melakukan setting alat tangkap karena dikhawatirkan bila perairan tersebut kurang
dalam maka setting alat tangkap akan sulit dan kemungkinan keberadaan populasi
.
Berdasarkan data pengukuran ikan hasil tangkapan dalam kantong, panjangtotal (total length) ikan bervariasi dari 11,5 cm - 47,5 cm, apabila dihubungkan dengan nilai tinggi maksimum (t,,,,,, kantong sebesar 62 cm maka pendekatan
teoritis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat diterima karena panjang total
ikan yang tertangkap tidak melebihi nilai tinggi maksimum kantong . Sehubungan
dengan ha1 ini, tinggi maksimum kantong diasumsikan sama dengan panjang total
terbesar dari ikan yang tertangkap dalam kantong dan berarti pula asumsi yang
digunakan tidak menyimpang bila dibandingkan dengan hasil penelitian di
lapangan. Pernyataan ini diperkuat dari hasil uji statistik, dari hasil perhitungan
dengan menggunakan uji z satu arah diperoleh nilai z-hitung lebih kecil daripada
z-tabel pada tingkat kepercayaan 95 % dengan keputusan menerima Ho dan
disimpulkan bahwa panjang total ikan yang tertangkap dalam kantong tidak
melebihi tinggi maksimum kantong sebesar 62 cm.
Dalam menentukan tinggi dan panjang busur irisan tengah kantong perlu
diperhatikan faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam kegiatan ini. Untuk
tinggi kantong dipengaruhi oleh panjang dan bentuk badan ikan yang tertangkap,
sedangkan panjang busur irisan tengah kantong dipengaruhi oleh jumlah mata
jaring, ntesh size, dan haizgii~g ratio dari inner net dan outer net yang secara
umum termasuk komponen dari desain tran~ntel net secara keseluruhan. Dengan
demikian desain tranznzel net sangat menentukan dalam hubungannya dengan
dimensi kantong yang kita inginkan.
Kantong yang terbentuk dibatasi oleh jumlah mata jaring menurut tinggi
outer net. Berdasarkan tran~mel net yang digunakan dalam penelitian ini, jumlah
kantong yang terbentuk antara 1 sampai crengan 6 kantong. Kantong yang
terbentuk sangat tergantung kepada panjang busur irisan tengah kantong
maksimum (tlllilx), jika panjang busur irisan tengah kantong maksimum maka
kantong yang terbentuk hanya 1 saja sedangkan 5 kantong yang lain tidak ada.
Sebaliknya, jika panjang busur irisan tengah kantong belum maksimum maka ada
peluang untuk terbentuk kantong yang lainnya.
Berdasarkan data hasil tangkapan ikan di lapangan, ikan yang tertangkap
dengan cara terbelit dan dalarn kantong jumlahnya hampir berimbang Hal ini
tentunya mempengaruhi ukuran kantong yang terbentuk. Ikan hasil tangkapan
dalam penelitian ini tidak ada yang mencapai ukuran 62 cm sesuai dengan asumsi
bahwa panjang total terbesar ikan yang tertangkap sama dengan tinggi kantong
maksimum. Hal ini disebabkan sebagian besar ikan yang tertangkap dengan cara
terbelit sehingga kemungkinan tinggi kantong maksimum tidak akan terjadi
berakibat tidak tertangkapnya ikan berukuran maksimum dalam kantong.
Dari hasil analisis korelasi, nilai r adalah 0,67, menunjukkan adanya hubungan linear yang erat antara panjang total ikan yang tertangkap dengan tinggi
kantong yang terbentuk dan korelasinya adalah positif. Agar lebih yakin bahwa
besaran r yang dihasilkan disebut " nyata " (signzficance), maka diperlukan uji
terhadap besaran r tersebut. Uji terhadap r ini disebut a sigrtificance test for r (Soekartawi, 1994). Hasil uji terhadap r menunjukkan hasil yang nyata
(sigr~rJica?tce) yang dapa: diartikan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa r = 0 adalah hams ditolak. Dengan kata lain, r
#
0, atau hubungan tinggi kantongdengan panjang total ikan yang dinyatakan dengan r = 0,67 adalah nyata pada
Di dalam analisis korelasi, bila titik-titik menggerombol mengikuti
sebuah garis lurus dengan kemiringan positif, maka ada korelasi positif antara
kedua peubah, akan tetapi bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis
lurus dengan kemiringan negatif, maka antara kedua peubah itu terdapat korelasi
negatif. Korelasi antara kedua peubah semakin menurun secara numerik dengan
semakin memencarnya atau menjauhnya titik-titik dari suatu garis lurus. Bila
titik-titiknya mengikuti suatu pola acak maka korelasinya no1 dan disimpulkan
tidak ada hubungan linear antara kedua peubah tersebut.
Apabila dilihat jumlah individu setiap jenis ikan yang tertangkap terdapat
jenis yang paling dominan yaitu ikan tiga waja dan senangin serta ikan gulamah , bila dilihat dari berat ikan maka ikan manyung merupakan hasil tangkapan yang
total beratnya paling besar kemudian diikuti ikan senangin dan tiga waja.
Berdasarkan data hasil tangkapan di atas, dalam setiap operasi penangkapan ikan
yang selalu tertangkap adalah ikan tigawaja, gulamah dan selangat.
Dari hasil percobaan dengan menggunakan trnnlntel net secara pasif,
ternyata hasil tangkapan per unit tidak maksimum seperti yang diharapkan.
Kenyataan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat sewaktu
penelitian ini dilaksanakan situasi dan kondisinya sudah tidak tepat lagi yang oleh
nelayan setempat disebut dengan " lepas k o n h ' di mana ikan atau udang juga
sudah berkurang populasinya bila dibandingkan pada pertengahan Maret hingga
pertengahan April 2001 di mana hasil tangkapan nelayan mencapai puncaknya.
Sebelum pelaksanaan operasi penangkapan, pemantauan terhadap arus setiap hari
Faktor lain yang mempengaruhi sedikitnya hasil tangkapan adalah
banyaknya alat tangkap lampara dasar yang dalam operasinya baik ikan maupun
udang banyak tertangkap oleh alat tersebut. Alat tangkap ini merupakan saingan
terberat bagi nelayan trammel net, karena pada waktu tertentu lampara dasar yang
beroperasi bisa lebih dari 100 buah dalam sehari.
Jaring yang dibentangkan saja di dasar perairan (pasif) tidak memiliki area
sapuan yang luas dan hasil tangkapan hanya terbatas pada luas bentangan jaring.
Bentangan jaring akan menghalangi arus yang melewati ikan dan udang yang
sedang berenang ataupun terbawa arus akan tertangkap karena terhalang oleh
jaring tersebut.
Melihat dari hasil tangkapan yang berjumlah kecil maka dapat dikatakan
bahwa kondisi daerah penangkapan pada saat penelitian dilaksanakan tidak
menguntungkan. Ada kemungkinan bahwa musim penangkapan dengan alat ini
dan diperkirakan keberadaan ikan dan udang sebagai tujuan penangkapan tidak
menyebar merata dan bahkan sulit ditemukan dalam suatu populasi yang banyak.
.
Hal tersebut dan sedikitnya populasi ikan atau udang di daerah penelitian tentu
akan sangat mempengaruhi efektivitas suatu alat penangkap, karena suatu alat
penangkap ikan atau udang yang sesungguhnya efektif dapat saja menjadi tidak
efektif apabila keberadaan ikan atau udang di daerah operasi penangkapan jarang
ditemukan.
Hasil pengukuran tinggi kantong dan panjang total ikan yang tertangkap
mempunyai hubungan yang erat dan signzfica~lce, karena pengukuran tinggi
kantong merupakan salah satu faktor dari parameter desain trnntntel )let maka
tertangkap baik yang secara terjerat (gilled), terpuntal (entangled) dan terjerat
dalam kantong (pocketed) sehingga kita dapat merencanakan untuk menangkap
5;
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Panjang busur irisan tengah kantong maksimum dalam penelitian ini
adalah 125 cm. Faktor-faktor yang mempengaruhi panjang busur irisan tengah
kantong ini antara lain adalah jumlah mata jaring menurut tinggi, niesh size dan
hanging ratio dari inner net dan outer net yang merupakan komponen daripada
desain trm~nzel ?let yang digunakan.
Tinggi maksimum kantong yang terbentuk adalah 62 cm. Faktor yang
mempengaruhi tinggi maksimum kantong ini antara lain adalah panjang busur
irisan tengah kantong maksimum, nzesh size outer net tergantung dan panjang
total serta bentuk ikan yang tertangkap. Apabila dihubungkan dengan data hasil
pengukuran ikan hasil tangkapan dalam kantong yaitu panjang total (total length)
ikan yang bervariasi dari 11,5 cm - 47,5 cm maka pendekatan teoritis yang
digunakan dalam penelitian ini dapat diterima karena dari keseluruhan panjang
total ikan yang tertangkap tidak melebihi tinggi maksimum kantong dan asumsi
bahwa tinggi kantong maksimum sama dengan panjang total ikan yang tertangkap
tidak menyimpang. Hal ini diperkuat dari hasil uji statistik yaitu nilai
zl,it,,, = -28,24 lebih kecil dari = 1,645 dengan tingkat kepercayaan
95 % maka keputusan yang diambil adalah menerima
H,-,
yang berarti bahwapanjang total ikan yang tertangkap dalam kantong tidak berbeda nyata atau tidak
melebihi tinggi kantong maksimum.
Peluang kantong yang terbentuk sangat tergantung kepada jumlah mata
jaring menurut tinggi dari outer net yang digunakan dan panjang busur irisan
- DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 1996. Analisis Hasil Tangkapan Udang dengan Trammel Net yang Dioperasikan Secara Aktif dan Pasif pada Malam Hari di Perairan Kapetakan Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Skripsi (Tidak dipublikasikan) Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 84 hal.
Amin, E. M., K. Susanto dan Heri H. Latif. 1987. Pengaruh Ukuran Bahan dan Ukuran Mata Jaring Tranznzel Net Terhadap Hasil Tangkapan Udang,. Jurnal penelitian Perikanan Laut No. 38 : ha1 1
-
19.Barus, H. R., Mahiswara dan Wasilun. 1986. Percobaan Penangkapan U d a n ~ di Teluk Ciasem Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 36 : ha1 49 - 56.
Dinas Perikanan Tingkat I Kalimantan selatan. 1999. Laporan Tahunan Statistik Perikanan Kalimantan Selatan Tahun 1998. Pemerintah Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan. 160 hal.
Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik jilid 11. Penerbit Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3S), Jakarta. 406 hal.
Linting, L. 1984. Penangkapan dengan Jaring Kantong dan Jaring Sirang di Cilacap. Laporan Penelitian Perikanan Laut No. 3 1. Hal 8 1 - 90.
Mangunsukarto, K., M. S. Baskoro dan G. Puspito. 1993. Penelitian Desain dan Konstruksi Alat Penangkapan Udang Tradisional untuk Meningkatkan Produksi Udang. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Hal 451 - 464.
Mangunsukarto, K. 1997. Penelitian Tranznzel Net Dalam upaya Meningkatkan Daya tangkap Udang. Bulletin Gakuryoku Vol. I11 Nomor 1 Tahun 1997. Hal 45 - 53
Murdiyanto, B. 1994. Studi Tentang Perbedaan Mesh Size dan H~nlgilig R~rlio
Tranznzel Net Terhadap Hasil tangkapan di Labuhan Jawa Barat. Bulletin
Maritek Vol. 4 No. 1 Desember 1994. Hal 1 - 30.
Mahiswara., Ch. Nasution dan Wulianto. 1988. Uji Coba Jaring Dua Lapis di Perairan Teluk Banten dan Panimbang, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 48. Hal 47 - 57.
Nomura, M and T. Yamazaki. 1977. Fishing Techniques (1). Japan International Cooperation Agency Tokyo. 206 p.
Nomura, M. 1981. Fishing Techniques (2). Japan International Cooperation Agency Tokyo. 184 p.
Samudra, K. 1994. Studi Perbandingan Hasil Tangkapan Trammel Net (Jaring Kantong) yang Dioperasikan Secara Pasif dan Aktif Di Perairan Cirebon, Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 64 hal.
Sparre, P., dan S.C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1 : Manual. Edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 43 8 hal.
Sainsbury, J. C. 1986 Commercial Fishing Methods. Fishing News Book Ltd. Farnham Surrey England. 207 p.
Sumiono, B., Mahiswara dan B. Iskandar. 1991. Usaha Penangkapan Udang Penaeid dengan
Transnzel
Net
dan Jaring Klitik di Teluk Bima dan Teluk Wawaranda Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 60. Hal 21 - 32.Soerianegara, I. 1978. Pengelolaan Sumberdaya Alam bagian 11. Sekolah Pascasarja (Bahan Kuliah). Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Hal 18 1 - 196.
Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi, dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Edisi 1, Cetakan ke dua. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 257 hal.
Tupamahu, A. 1995. Pengaruh Perbedaan Nilai Pengerutan dan Ukuran Mata Jaring Bagian dalam dari
Tranznzel Net
Terhadap Hasil Tangkapan UdangPefiaeid.
Karya Ilmiah (Tidak dipublikasikan). Program Studi TeknologiKelautan. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 65 hal.
3 9
Walpole, RE. 1990. Pengantar -Statistika. Ed ke-3. Penerbit Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 5 15 hal.
Wudianto. 1985. Percobaan Cara Pengoperasian Jaring Kantong di Perairan Banten. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 33. Hal 95
-
103.