• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan hak bagi pekerja anak melalui program pendidikan Literacy Class Di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan hak bagi pekerja anak melalui program pendidikan Literacy Class Di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(2)

Sesungguhnya waktu yang mereka habiskan adalah waktu yang terbuang untuk mereka mendapatkan hak di bidang pendidikan. Karena pekerja anak akan menghambat mereka memperoleh pendidikan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depan. Sehingga anak yang sewajarnya mengenyam bangku pendidikan di sekolah, yang sesuai dengan umur mereka masih tertinggal jauh dikarenakan waktu yang terbuang untuk mencari uang. Dalam kenyataanya, pendidikan setelah sembilan tahun merupakan pendidikan wajib, termasuk latihan kejuruan, merupakan sesuatu yang tidak bisa diabaikan dalam usaha mengurangi kemiskinan dan membuka kesempatan dalam bidang ekonomi bagi rakyat miskin.

(3)

Jika dicermati lagi, pekerja anak merupakan sebab dan akibat dari kemiskinan. Keluarga yang miskin biasanya mendorong anak-anak mereka bekerja mencari penghasilan tambahan keluarga atau bahkan sebagai cara untuk bertahan hidup. Adanya pekerja anak mengabadikan keluarga miskin turun temurun, serta pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial yang lambat.

Hal ini berkaitan dengan masalah kesempatan dalam mendapatkan pendidikan. Anak yang berasal dari keluarga miskin mempunyai kesempatan yang kecil untuk sekolah. Namun kemiskinan bukan satu-satunya faktor penyebab. Besarnya biaya pendidikan, rendahnya pendidikan orang tua dan kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak, ketidaksetaraan, harapan pada tradisi dan budaya termasuk sebagian faktor penyebab timbulnya pekerja anak.

(4)

menggunakan pekerja anak untuk tetap bertahan aktifitasnya dengan produktifitas rendah.2

Alasan-alasan di atas, dikategorikan benar, selain adanya sisi permintaan, pasti ada sisi penawaran. Meskipun masyarakat menyediakan tenaga kerja anak, tetapi jika tidak ada perusahaan yang mempekerjakannya, sudah pasti pekerja anak tidak muncul. Demikian pula sebaliknya, bila permintaan terhadap pekerja anak tinggi, tetapi masyarakat tidak menyediakan maka pekerja anak tidak akan muncul. 3

Dalam kenyataannya, anak yang bekerja merupakan salah satu gambaran betapa rumit dan kompleksnya permasalahan anak. Anak yang bekerja adalah bentuk penelantaran hak anak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar, karena pada saat bersamaan akan terjadi pengabaian hak yang harus diterima mereka. Seperti hak untuk memperoleh pendidikan, bermain, akses kesehatan dan lain-lain.

Dalam masalah anak yang bekerja ini, bukan berarti anak tidak bekerja sama sekali. Dalam rangka mendidik dan melatih anak untuk mandiri, harus dilakukan pembiasaan dengan melakukan pekerjaan di rumah membantu orang tua di

! " !

# $ %

(5)

-samping tugas sebagai pelajar. Anak yang bekerja batasannya adalah anak jangan sampai mengalami eksploitasi -pengertian eksploitasi di sini adalah seorang anak diminta melakukan pekerjaan dan dijanjikan mendapat upah- secara ekonomi pada anak.

Di beberapa kota seperti di Bogor, banyak sekali anak yang seharusnya bersekolah di sekolah dasar dan lanjutan, terpaksa ada di jalanan. Tidak saja di siang hari tetapi juga hingga larut malam untuk mengais rupiah dari orang lain. Mereka melakukan hal itu tidak punya pilihan lain yang terbaik. Kehidupan keseharian mereka sebagai wajarnya seorang anak yang ceria, sehat, rajin bersekolah dan senang bermain terampas oleh keadaan yang sulit dicegah.4

Hak-hak yang terampas dan seharusnya diperoleh pekerja anak bisa dilakukan, salah satunya dengan pendidikan yang berlandaskan pada peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan budi pekerti agama. Sehingga pada saatnya nanti masyarakat mampu memproduksi dengan hasil maksimal. Semua sepakat bahwa pendidikan adalah instrumen investasi hidup terbaik yang menjanjikan keuntungan maksimal dari sisi sosial dan ekonomi masyarakat.

- / & '

(6)

Hal ini karena pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa yang bersangkutan. Oleh sebab itu, pembukaan UUD 1945 menegaskan bahwa mencerdeskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan Indonesia merdeka. Kehidupan bangsa yang cerdas hanya dapat diwujudkan melalui pendidikan, karena pencerdasan adalah fungsi pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan yang berkelanjutan dibutuhkan oleh para pekerja anak, terutama pendidikan formal bagi para pekerja anak yang latar belakangnya berasal dari keluarga tidak mampu.

Masalah pendidikan non formal yang sangat dibutuhkan pekerja merupakan masalah yang memprihatinkan. Hal inilah merupakan salah satu yang mendasari Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia sebagai salah satu lembaga yang memiliki fokus pada program sekolah bagi pekerja anak adalah perlindungan hak anak di bidang pendidikan, yaitu Program Literacy Class yang merupakan program anak dampingan para pekerja anak.

Untuk membahas lebih lanjut mengenai program literacy class di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia, penulis membahas dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul “Perlindungan Hak Bagi Pekerja Anak Melalui Program Pendidikan Literacy Class di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia”.

(7)

1. Pembatasan Masalah

a). Pelayanan pendidikan bagi pekerja anak melalui program literacy class

b).Usaha perlindungan pekerja anak yang dilakukan oleh Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia

2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a). Bagaimana pelayanan pendidikan bagi pekerja anak melalui program

literacy class?

b). Bagaimana usaha perlindungan pekerja anak yang dilakukan Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a). Untuk mengetahui pelayanan pendidikan bagi pekerja anak melalui program

literacy class

(8)

2. Manfaat Penelitian

a). Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi lembaga yang bergerak di bidang perlindungan hak bagi pekerja anak.

2) Bagi Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia dari penelitian ini bisa memberikan kontribusi terhadap perkembangan kemajuan dari proses perlindungan hak bagi pekerja anak.

b). Manfaat Praktis

1). Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis, berkaitan konsep maupun metodologinya.

2). Diharapkan bisa menambah pengetahuan dan informasi kepada pekerja anak agar mereka memperoleh haknya.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi5, Pendekatan Kualiatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah baik

2 3 $ &4 ' * 5 / 6

(9)

dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitan Kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.

Sedangkan menurut Bogdan and Tailor definisi metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.6 Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh) jadi dalam hal ini diarahkan pada latar dan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Peneliti melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara alamiah dengan menggambarkannya secara rinci semua kegiatan yang dilakukan. Selain itu penulis menggunakan penelitian lapangan yang diperlukan untuk mendapatkan data-data pada Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok organisasi

9 : ; 6 6< ! &= ' 5

(10)

tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau fenomena atau hubungan antar dua gejala atau fenomena tersebut.7

2. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan mengambil lokasi daerah dampingan Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia di RW 04 Desa Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dilakukan dari November 2008 sampai dengan Februari 2009.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah koordinator lapangan 1 orang dan 2 orang ibu kader sedangkan untuk objek dalam penelitian ini adalah program

literacy class dalam melakukan perlindungan hak bagi pekerja anak. Penulis sebagai peneliti berupaya melakukan penelitian ini dengan menggunakan sudut pandang orang yang menjadi sumber data primer penelitian ini.

Adapun mengenai pihak-pihak lain (anak dampingan sebagai peserta program serta orang tua), peneliti ambil hanya sebagai informan pemerkuat dalam hal melengkapi data dan informasi lainnya.

1 , / &= ' 5

(11)
[image:11.612.115.514.136.505.2]

Tabel 1 Subjek Penelitian

No. Nama Posisi

1 Pak Ian Koordinator Lapangan

2 Ibu Aryati Kader

3 Ibu Endah Kader

4. Sumber Data

a. Data Primer yaitu berupa data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian yaitu koordinator lapangan dan para kader baik melalui wawancara atau observasi.

(12)

5. Teknik Pencatatan Data a. Observasi

Observasi merupakan teknik pencatatan data dengan pengamatan langsung terhadap subjek penelitian dan kegiatan maupun program yang menjadi objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pencatatan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak yang terkait dengan penelitian. Jawaban pertanyaan penelitian direkam dengan alat perekam tape recorder dan ditulis ulang untuk mendapatkan hasil wawancara yang tertulis dalam transkrip wawancara dengan bahasa apa adanya.

c. Catatan Lapangan

(13)

didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.8

6. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.9 Setelah data terkumpul dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan analisis terhadap data dan informasi tersebut.

Penulis menggunakan analisa deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara sistematis, faktual dan akurat yang disertai dengan petikan hasil wawancara, data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Data-data kualitatif dari hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-kalimat atau pertanyaan pendapat atau sikap tersebut dianalisa dan diinterpretasikan untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya untuk memahami permasalahan yang diteliti.

Data kualitatif dari hasil wawancara, observasi langsung dan dokumentasi tentang perlindungan hak bagi pekerja anak melalui program

: ; 6 ! & ' () 5

2. / 8

(14)

literacy class di Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia selanjutnya disusun dalam catatan lapangan kemudian data tersebut diringkas, dirangkum dam dipilih hal-hal yang penting dan pokok, dikategorikan dan disusun secara sistematis dengan mengacu pada perumusan masalah dan tinjauan teoritis yang berkait dengan penelitian.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik

triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yan memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan: (a). Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (b). Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diajukan.

8. Instrumen dan Alat Bantu

(15)

Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan yang sesuai dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam pedoman wawancara, terekam dengan menggunakan alat bantu tape recorder. Penggunaan tape recorder untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan dari subjek penelitian yang diwawancara. Catatan lapangan merupakan alat bantu yang penting dalam penelitian kualitatif. Peneliti membuat catatan lapangan untuk membantu mencatat pengamatan lapangan dan membantu peneliti ketika menganalisa data, catatan lapangan dibuat secara lengkap.10

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, literatur yang digunakan penulis antara lain karya Hardius Usman yang berjudul Pekerja Anak Di Indonesia Kondisi, Determinan dan Eksploitasi serta skripsi berjudul Upaya Pemberdayaan Pekerja Anak Usia Sekolah di Yayasan Nanda Dian Nusantara karya Nur Jamil. Karya Hardius Usman yang membahas pekerja anak dalam masa usia

: ; 6 ! &= ' 5

(16)

2-anak antara usia 5 hingga 18 tahun dilihat dari lapangan pekerjaan, jam dan upah kerja, kondisi keluarga serta ekspolitasi yang terjadi pada pekerja anak yang dijelaskan secara gamblang.

Sedangkan skripsi karya Nur Jamil menekankan pada pemberdayaan pekerja anak dalam pendidikan non formal yang berfokus pada pendidikan dan pelatihan yang diadakan di luar jam kerja anak. Karya ilmiah ini menekankan pada pendidikan pekerja anak melaluii pelatihan keterampilan kerja yang dilakukan untuk menambah penghasilan anak jika pekerja anak tidak bisa melanjutkan sekolah lagi, sehingga memiliki bekal untuk masa depannya.

(17)

F. Sistematika Penelitian

Penelitian skripsi ini berdasarkan pada pedoman penulisan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu sebagai berikut:

BAB 1: Pendahuluan

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Landasan Teori

Pengertian Perlindungan Anak, Perlindungan Anak di Bidang Pendidikan, Urgensi Perlindungan Anak, Pengertian Hak Anak, Pengertian Pekerja Anak, Dampak dari Anak yang Bekerja, Pengertian

Literacy Class, Pengertian Peranan, Pengertian Pekerja Sosial, Pengertian Kesejahteraan Sosial.

BAB III: Gambaran Umum Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (YPSI) Latar Belakang, Visi, Misi, Program YPSI dan Managemen YPSI BAB IV: Analisa YPSI mengenai pelayanan pendidikan bagi pekerja anak

melalui program literacy class; usaha perlindungan hak pekerja anak melalui program literacy class.

(18)

BAB II KERANGKA TEORI

A. Perlindungan Hak Bagi Pekerja Anak 1. Perlindungan Anak

Bahasan tentang perlindungan anak sudah banyak sekali dibahas, salah satunya menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 pasal 1 menyebutkan bahwa “Perlindungan Anak adalah Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”11

Masih dalam Undang-Undang yang sama, dalam Pasal 88 disebutkan “Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp. 200 juta”.12

%% 3 # / ( ( <

(19)

Di sisi lain International Labour Organization/ ILO sebagai lembaga internasional untuk penghapusan pekerja anak, mengkategorikan bahwa pekerja anak adalah anak-anak yang berada dalam:

a. Anak-anak yang bekerja telah dirampas hak-haknya secara pribadi.

b. Anak-anak yang bekerja di bawah tekanan yang sangat kuat, walaupun diberikan upah.

c. Anak-anak yang bekerja pada pekerjaan yang berbahaya, baik bagi keselamatan jiwa maupun fisik

d. Anak-anak yang bekerja pada usia yang relatif muda, yaitu di bawah 12 tahun.13

Dari pengertian pekerja anak kategori ILO tersebut, anak harus dilindungi karena:

1). Keadaan darurat atau keadaan yang membahayakan 2). Kesewenang-wenangan

3). Eksploitasi termasuk tindak kekerasan dan penelantaran 4). Diskriminasi.14

# ( > ( ( 5 < , & .

" # &6 . /

- % ? $ " % $ &' " ' (

(20)

Kategori tersebut masih diperjelas dengan lima faktor yang mempengaruhi kualitas kondisi pekerja anak yaitu:

a). Jam kerja, yaitu jumlah jam kerja anak

b). Jenis-jenis pekerjaan, yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh anak yang meliputi alat dan bahan, kondisi tempat kerja, posisi kerja atau tidak adanya perlindungan kerja

c). Upah kerja d). Kecelakaan kerja e). Kondisi sosial kerja

Semakin banyak fakta-fakta yang ada di atas, Perlindungan Anak sebenarnya harus diperhatikan untuk kepentingan:

1. Perlindungan bagi anak-anak

(21)

2. Perkembangan anak

Dalam perkembangannya anak tumbuh dengan cepat, mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan agar menjadi manusia yang produktif dan berguna. Anak-anak yang bekerja sambil sekolah perlu mendapat perhatian, karena anak-anak yang bekerja akan mempengaruhi kehadiran di sekolah dan prestasi belajar.

3. Dampak pasar kerja dan perekonomian pekerja anak

Dampak pasar kerja dan perekonomian terhadap pekerja anak dapat dibagi menjadi dua, yaitu Pertama, pada tingkat mikro, pendapatan keluarga dan cara bertahan (survival). Kedua, tingkat perekonomian dan pasar kerja (tingkat upah dan pengangguran orang dewasa), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Perkembangan anak yang mempengaruhi hingga dewasa yang merupakan hak dan kewajiban akan kebutuhan itu semua harus disadari oleh semua lapisan masyarakat, baik yang berada di sekitarnya maupun stakeholder yang berkenaan menangani masalah perlindungan anak.

Perlindungan anak sangat dibutuhkan untuk perkembangannya baik fisik maupun mental yang merupakan salah satu keberhasilan apakah suatu individu dapat berkembang dengan baik ketika semua aspek pelindung tersebut berjalan sesuai dengan fungsinya.

(22)

Hak anak sering diabaikan oleh pihak manapun, terutama oleh keluarga sebagai unit terkecil, padahal mereka sangat membutuhkan informasi serta pelaksanaannya tetapi dari unit terkecil pun tidak bisa dipenuhi. Dalam Konvensi Hak Anak, salah satunya anak harus mendapatkan haknya sebagai anak. Hak anak merupakan kebutuhan dasar anak yang harus dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh pemerintah, keluarga dan masyarakat.15

Selain dari itu anak juga mempunyai hak-hak dasar anak yang meliputi:

a. Hak untuk hidup yaitu memperoleh akses dan pelayanan kesehatan dan menikmati standar hidup yang layak seperti makanan yang cukup, air bersih dan tempat tinggal yang aman. Anak juga berhak memperoleh nama dan kewarganegaraan.

b. Hak untuk tumbuh dan berkembang yaitu memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensial semaksimal mungkin. Anak juga berhak memperoleh pendidikan yang memadai, diberi kesempatan bermain, berkreasi dan beristirahat.

c. Hak berpartisipasi yaitu hak untuk diberi kesempatan untuk menyuarakan pandangan dan ide-idenya, terutama persoalan yang berkaitan dengan anak.

(23)

d. Hak untuk memperoleh perlindungan yaitu hak anak yang harus dipenuhi untuk melindungi anak dari:

1) Eksploitasi ekonomi dan seksual 2) Kekerasan baik fisik maupun psikologi 3) Segala bentuk diskriminasi

3. Perlindungan Anak di Bidang Pendidikan

Anak yang bekerja seringkali dihubungkan dengan proses belajar atau bersosialisasi dalam keluarga, agar kelak dewasa mereka lebih siap dan produktif. Dengan kata lain, pekerjaan yang mereka lakukan adalah sebagai sarana berlatih, di samping tentunya memberikan kontribusi yang tidak sedikit kepada keluarga.

Kondisi tersebut diperparah dengan posisi pekerja anak sebagai kelompok marginal di mana mereka kurang dapat mengaktualisasikan dirinya karena kurangnya kesempatan-kesempatan dan akses untuk menikmati hak-hak mereka.

Dari kondisi pekerja anak yang termarginalkan sesungguhnya anak mempunyai hak perlindungan di bidang pendidikan yang bisa direalisasikan sebagai berikut:

a). Semua anak wajib belajar sembilan tahun

(24)

c). Dalam lingkungan sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan wajib dilindungi dari tindak kekerasan yang dilakukan guru, pengelola sekolah atau teman-teman lainnya.

Perlindungan pendidikan bisa diimbangi ketika dari segi waktu pekerja anak menjalankan fungsinya tanpa terhalangi haknya untuk memperoleh pendidikan supaya antara kewajibannya sebagai anak dan tuntutannya sebagai pekerja anak bisa berjalan.

4. Urgensi Pendidikan Anak

Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak anak dalam proses tumbuh kembang. Semua anak tanpa kecuali termasuk pekerja anak mempunyai hak pendidikan optimal. Tumbuh kembang merupakan hak dasar anak dari empati dasar lainnya dalam Konvensi Hak Anak yaitu:

a. Memenuhi hak anak akan pendidikan

b. Meningkatkan harkat dan martabat dan derajat anak

(25)

d. Sebagai bekal bagi masa depan mereka.16

Mengingat urgensi pendidikan untuk pekerja anak dini tidak bisa dilepaskan begitu saja oleh para profesional, maka stakeholder peranannya berarti dalam menghidupkan kembali atau melanjutkan fungsinya agar urgensi pendidikan bagi anak tetap terus berjalan.

B. Pekerja Anak

1. Pengertian Pekerja Anak

Salah satu landasan bagi pemerintah tentang peraturan yang mendefinisikan pengertian pekerja anak yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa: “Pekerja anak adalah anak-anak baik laki-laki maupun perempuan yang terlibat dalam kegiatan ekonomi yang mengganggu atau menghambat proses tumbuh kembang dan membahayakan bagi kesehatan fisik dan mental anak. Anak-anak boleh dipekerjakan dengan syarat mendapat izin dari orang tua dan bekerja maksimal 3 jam sehari.17

Dari pernyataan tersebut di atas, kondisi anak yang bekerja, sebenarnya tidak menguntungkan bagi proses tumbuh kembang anak secara wajar, sebab anak-anak yang ada saat ini adalah calon generasi muda pemimpin bangsa. Di

9 ) 5 * '

& (<, . /

(26)

pundak mereka kemudi bangsa akan di bawa, generasi muda yang berkualitas akan turut mempengaruhi masa depan bangsa Indonesia.

Namun demikian, kesenjangan dalam pembangunan sering mengakibatkan anak terpaksa bekerja. Jika dalam kondisi yang sangat terpaksa anak harus bekerja, maka pengusaha dan orang tua yang mempekerjakan anak harus memperhatikan perlindungan dan hak mereka, misalnya masalah waktu dan upah yang diberikan termasuk dalam kategori hak dasar anak yang masih terampas harus terus diperhatikan.

2. Dampak Anak yang Bekerja

Secara khusus dampak anak yang bekerja pada masing-masing sektor berbeda, seperti dampak anak yang bekerja di sektor pertambangan sangat berbeda dengan dampak anak yang bekerja di sektor penjualan, produksi dan perdagangan narkoba.

Selain dampak secara khusus, pekerja anak juga mempunyai dampak secara umum yaitu:

(27)

e). Rentan terhadap perlakuan diskriminatif f). Rentan mengalami kecelakaan kerja

g).Rentan terhadap perlakuan tindak kekerasan, eksploitasi dan penganiayaan h). Rentan menciptakan generasi miskin (dari pekerja anak melahirkan pekerja

anak pula):

1). Masa depan suram karena pendidikan rendah atau bahkan tidak berpendidikan

2). Tidak mampu bersaing dengan pihak lain dalam era globalisasi.

Perlindungan hak pendidikan bagi pekerja anak yang seharusnya hanya dibutuhkan membantu meringankan kebutuhan keluarga, akan tetapi anak dijadikan sebagai penopang ekonomi keluarga tanpa memperhatikan faktor lainnya. Hal tersebut karena akan menimbulkan dampak fisik dan psikologis bagi anak, yang paling penting terhambatnya hak mereka untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia mereka.

C. Literacy Class

1. Konteks Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (YPSI)

Menurut Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (YPSI), literacy class

merupakan Pendidikan Anak Usia Dini / PAUD.

(28)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.18

Disebutkan pula menurut Shai Lun A. Nasir, pendidikan adalah suatu usaha yang sistematis dengan pragmatis dalam membimbing anak didik dengan cara sedemikian rupa.19

Sedangkan dalam Ketentuan umum, Bab 1 pasal 1 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan anak didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.” (UU Sisdiknas No. 2 tahun 1989).

b. Faktor-faktor dalam Pendidikan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan menurut Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan adalah:

1) Faktor tujuan

( ! '

&= ( ' 88 . /

-8 / : < 3 ' "

(29)

Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan.

2) Faktor anak didik

Faktor yang mempengaruhi pendidikan salah satunya adalah anak didik, pengertian anak didik ysitu anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu; anak didik tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidik itu, karena ia secara alami tidak berdaya, ia sangat memerlukan bantuan pendidikan untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah.

3) Faktor Pendidik

(30)

sebenarnya seorang disebut pendidik karena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak.20

c. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan sebagai makhluk yang sempurna, suatu kehidupan di mana ketiga hakikat manusia baik secara individu, makhluk sosial dan makhluk religius dapat terwujud secara harmonis. Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Bab II pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yang berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.21

d. Pengertian Anak Usia Dini

Pengertian dari Anak Usia Dini yaitu proses pertumbuhan anak di mana kehidupan anak seluruhnya masih tergantung dalam perawatan orang

$ 6 < ? ! &%,3 ( ' !

2. / 1

(31)

-tuanya atau ditafsirkan anak usia 0-2 tahun. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2000 pasal 28 tentang pendidikan usia dini:

1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar

2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal

3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak, raudhatul athfal atau yang sederajat

4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak dan lainnya

5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.22

Pembelajaran anak usia dini adalah hasil dari interaksi antara pemikiran anak dan pengalamannya dengan materi, ide dan orang di sekitarnya. Pendidik dapat menggunakan pengetahuan tentang perkembangan anak guna mengidentifikasi tentang ketepatan tingkah laku, aktifitas dan materi yang

(32)

diperlukan untuk suatu kelompok usia, yang sekaligus dapat dipergunakan untuk memahami pola perkembangan anak, kekuatan, minat dan pengalaman serta guna merancang lingkungan pembelajaran yang sesuai. Walaupun gaya pembelajaran ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tradisi, nilai sosial budaya, harapan orang tua dan strategi guna mencapai perkembangan yang optimal yang harus disesuaikan dengan usia dari masing-masing individu.

Kalangan para pendidik pun sudah ada kesepakatan bahwa anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap perkembangannya. Hanya saja dalam praktek pendidikan sehari-hari tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukan betapa peran orang tua dan masyarakat umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(33)

2. Literacy Class Dalam Kamus Bahasa Inggris

Dalam Kamus Bahasa Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojowarsito, kata

literacy class, berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua kata literacy yang artinya kepandaian membaca dan menulis, serta kata class yang berarti kelas.23

Selanjutnya dalam Webster New Collegiate Dictionary, literacy class berasal dari bahasa Inggris, literacy yang berarti kepandaian membaca dan menulis; kata

class yang berarti kelas.24

Dibahas pula dalam Wikipedia Online, kata literacy yaitu:

“Traditional literacy has been commonly defined as the ability to read and write at an adequate level of proficiency that is necessary for communication more recently however, literacy has taken on several meaning. Technology literacy, mathematical literacy and visual literacy are just a few examples. While it may be difficult to gauge the degree to which literacy has an impact on individuals over all happiness, one can easily infer that an increase in literacy will read to the improvement of an individuals and the development of societies.”25

“Literasi secara umum yaitu kemampuan membaca dan menulis, pada level menengah agar pandai berkomunikasi. Belakangan ini, literasi cakupannya lebih luas. Dalam perkembangannya, kemampuan dalam berhitung dan menggambar adalah sebagian contohnya. Kesulitan pemahaman tentang literasi akan berdampak pada kebahagiaan semua

# ( ? + 5 + * & ' 5

( 6 /' 88 . /

-$ / & ' () * ( %

882. / #

25

(34)

orang, satu hal untuk memudahkan bahwa literasi memfokuskan pada kemampuan membaca serta membawa dampak pada kehidupan individu dan pengembangan masyarakat”.

Bisa penulis simpulkan bahwa literacy class adalah suatu wadah atau tempat dimana menjadi tempat perkumpulan anak usia dini yang berkisar antara 3 hingga 6 tahun yang mempunyai tujuan dalam bidang pendidikan yang kegiatanya tidak hanya membaca dan menulis tetapi juga bernyanyi, menggambar dan berhitung.

D. Pekerja Sosial 1. Pengertian Peranan

a. Peranan merupakan aspek dinamis kehidupan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup 3 hal yaitu:

1). Meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

2). Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat

(35)

Peranan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.26

b. Tinjauan Sosiologi tentang Peranan

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang ebrasal dari pola pergaulan hidupnya. Hal ini berarti peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku, misalnya norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan bersama seorang wanita harus dari sebelah luar.27

2. Pengertian Pekerjaan Sosial

Pada awalnya profesi pekerjaan sosial dikenal sebagai suatu kegiatan amal. Pekerjaan sosial terjadi tidak hanya di Indonesia saja tetapi ini juga di Inggris dan di negara-negara lainnya, di mana profesi ini jauh lebih berkembang. Dengan semakin bervariasi dan kompleksnya masalah sosial yang muncul, penanganannya tidak cukup dengan kegiatan amal atau dengan kata lain adanya perubahan pendekatan terhadap masalah sosial, dari pendekatan tradisional ke

9 ( ! '

& ' = ( 88 . / 991

1 5 & ' 5

(36)

pendekatan institusional yang menekankan usaha mengadakan perubahan berencana yang melibatkan berbagai profesi dan disiplin ilmu. Perbedaan kedua jenis pendekatan itu terletak pada individu dalam mengatasi masalah sosial yang ada. Dimana pendekatan tradisional menekankan bahwa pada hakekatnya menolong sesama manusia telah mendarah daging dalam diri manusia. Membantu seseorang secara individu dengan membangkitkan rasa iba dalam diri orang lain, sedangkan pendekatan institusional melihat perlunya suatu pelayanan sosial dan pendekatan berupa usaha satu tim melalui suatu perubahan berencana. Salah satu contohnya adalah masalah sosial pekerja anak yang memerlukan penanganan khusus dan bertahap bagi penyelesaiannya.

Di samping itu, pekerjaan sosial dalam bidang kesejahteraan sosial dapat digambarkan sebagai berikut:

a) Pekerjaan sosial sebagai seni

(37)

masalah serta memberikan terapi-terapi tertentu. Untuk semua ini memerlukan ilmu pengetahuan yang memadai tentang pribadi, tingkah laku manusia serta pribadi atau lingkungan sosial di mana manusia itu hidup.

b) Pekerjaan sosial sebagai suatu ilmu

Memerlukan seperangkat ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan lainnya yang relevan dalam upaya pemecahan masalah. Dalam hal ini ilmu pemahaman masalah dan penggunaan metode pemecahan masalah dilaksanakan secara objektif berdasarkan ilmu pengetahuan. Sehingga mampu memahami fakta-fakta dari setiap permasalahan, dan dapat pula digunakan untuk mengembangkan prinsip-prinsip dan konsep dalam praktek pekerjaan sosial. Dengan demikian, pekerja sosial menggunakan ilmu pengetahuan dan seni dalam arti pekerja sosial menggunakan metode-metode ilmiah dalam melaksanakan tugasnya secara professional.

c) Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi

(38)

dalam mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat terutama untuk mencapai tujuan sosial.28

Jika dilihat dari gambaran pekerjaan sosial di atas, maka fungsi-fungsi pekerjaan sosial:

1. membantu orang meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan pemecahan masalahnya

2. menciptakan jalur hubungan pendahuluan antara orang dan sistem sumber

3. mempermudah interaksi, menambah dan menciptakan hubungan baru antara orang dengan sistem kemasyarakatan

4. memberikan sumbangan bagi perubahan perbaikan dan perkembangan kebijakan dan perundang-undangan sosial

5. meratakan sumber material

6. bertindak sebagai pelaksana kontrol sosial

Pekerjaan sosial merupakan profesi pertolongan yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat guna mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental dan psikis yang setingginya. Oleh karena itu,

(39)

pekerjaan sosial selaku bidang keahlian mempunyai tanggung jawab untuk serta dalam memberikan pertolongan sesuai dengan profesinya.

3. Pengertian Pekerja Sosial

Agar kegiatan pemberian bantuan dapat berhasil dengan baik, seorang pekerja sosial diharapkan mampu menempatkan dirinya (berperan) sesuai dengan masyarkat yang mereka hadapi. Mereka berbicara mengenai peranan, berarti juga membicarakan status keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa status atau status tanpa peranan. Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka ia menjalankan suatu peranan dengan baik.29

Seorang pekerja sosial ataupun sarjana kesejahteraan sosial memiliki beberapa peran:

a. Enabler

Seorang pekerja sosial membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka, dan

8 5 & ' 6 5

(40)

mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.

b. Advocate

Peran sebagai advocate dalam pengorganisasian masyarakat dicangkok dari profesi hukum. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah, dimana pekerja sosial menjalankan fungsi sebagai advokat yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan atau layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan atau layanan tersebut tidak mempedulikan (bersifat negatif atau menolak tuntutan warga).

c. Educator

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, pekerja sosial ataupun sarjana kesejahteraan sosial diharapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidik. Pekerja sosial ataupun sarjana kesejahteraan sosial harus mampu berbicara di depan publik untuk menyampaikan informasi mengenai beberapa hal tertentu, sesuai dengan bidang yang ditangani.

4. Pengertian Kesejateraan Sosial

(41)

menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungan. Oleh karena itu, usaha untuk memberikan pelayanan sosial baik secara langsung diarahkan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam menjalankan fungsi sosialnya.

Dalam UU RI No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa:

“Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha, pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang baik bagi diri, keluara serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila.”30

Menurut penulis, pekerja sosial adalah suatu pekerjaan professional yang membutuhkan bantuan dari profesi lain untuk menciptakan jalur hubungan baru sehingga sangat membutuhkan ilmu pengetahuan untuk menjalankan fungsinya dengan baik dan keterampilan agar bisa menciptakan inovasi-inovasi baru untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam memecahkan masalah.

# % % , 3 9 / 81- (

(42)
[image:42.612.108.518.130.530.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN PEMERHATI SOSIAL INDONESIA (YPSI)

A. Latar Belakang

Sejarah singkat mengenai keberadaan yayasan ini, pada awalnya dengan landasan Pancasila dan Undang-Undang salah satunya UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yang membutuhkan banyak pihak dalam melaksanakannya karena jika pemeritah saja di satu pihak tidak cukup menangani masalah anak yang sangat rumit.

Oleh sebab itu, Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia (YPSI) atau Social Concern Foundation of Indonesia, -yang selanjutnya penulis menggunakan kata YPSI-. YPSI didirikan pada tahun 1992 dan mulai melakukan kegiatan pada tahun 1996. Yayasan ini terletak di Jl. Mpu Tantular No. 26 Perumnas 3 Tangerang.

(43)

Awalnya para NGO berdiri untuk membantu pemerintah dalam menangani masalah pekerja anak. Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia lalu menjalin kerja sama dengan Pemerintah Tangerang menunjuk daerah-daerah di Kabupaten Tangerang yang termarginalkan dan jumlah pekerja anak yang dominan, misalnya Kedaung Wetan yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai pemulung sampah.

B. Visi

Mendorong perubahan yang positif secara terus menerus dalam kehidupan anak-anak, keluarga dan masyarakat kurang beruntung.

C. Misi

Memenuhi kebutuhan anak melalui program-program kemandirian masyarakat secara partisipatoris yang memperkuat kapasitas organisasi masyarakat untuk mencapai hasil yang dapat diukur dan peningkatan kualitas kehidupan secara berkesinambungan.

Dari visi dan misi, sesungguhnya YPSI hadir di tengah masyarakat marginal dengan dilatar belakangi:

• Masih banyaknya masyarakat di bawah garis kemiskinan

(44)

• Belum tersosialisasi secara menyeluruh hak-hak dasar anak bagi masyarakat lapisan bawah yang masih terlupakan dan tersingkirkan baik dari orang tua

stakeholder maupun pemerintah

• Dorongan untuk serta memberikan kontribusi dalam pembangunan khususnya bagi masyarakat lapisan bawah.

D. Program YPSI

Untuk menjalankan visi dan misi tersebut YPSI membuat program-program kegiatan anak yang ada diantaranya:

1. Kelompok belajar formal antara kelas 1 SMP sampai 3 SMP yang dipandu dengan tenaga professional dan ada juga yang difasilitasi oleh kader, -kader dalam hal ini adalah orang yang sudah dilatih untuk pendamping anak dan biasa disebut oleh para anak dampingan sebagai guru-.

2. Kejar Paket B untuk SMP dan Kejar Paket C untuk SMA (tujuan diadakannya Kejar Paket B dan C adalah untuk memberikan pemerataan pendidikan pada anak di Kedaung Wetan, selain mengurangi jumlah angka putus sekolah juga bisa dijangkau oleh anak dari semua level, terutama anak-anak tidak mampu dan pekerja anak, bea siswa, pengelolaan kelompok tabungan, Perpustakaan, Pertemuan orang tua dan anak.

(45)

4. Bea siswa

Pemberian bea siswa yang dibayarkan langsung ke sekolah oleh kader setiap empat bulan sekali bagi keluarga pra sejahtera mulai dari tingkat SD hingga SMA.

5. Pelatihan/ Pelayanan Kesehatan

Ada dua fokus pada anak seperti pelatihan P3K dengan tujuan bisa mempraktekannya; dan pelatihan kesehatan lingkungan, sedangkan fokus yang kedua yaitu pada orang tua bagaimana mereka bisa mempraktekkan hidup sehat dalam lingkungan. Pengobatan masal untuk anak dan ibu. Selain itu ibu-ibu juga diajarkan tentang kesehatan reproduksi.

6. Pengelolaan Kelompok Tabungan

Dikoordinasi oleh satu dari semua siswa lalu dikumpulkan dan dimonitor oleh kader.

7. Distribusi makanan

Diberikan setiap seminggu sekali fungsinya untuk meningkatkan status gizi dari para ibu kader.

(46)

Adanya perpustakaan di lingkungan kelompok belajar anak. Buku-buku yang disediakan tidak hanya buku sekolah tetapi juga buku non fiksi dan buku fiksi, yang tidak hanya mebuat siswa pintar dalam ilmu pengetahuan tetapi juga dalam wawasan.

9. Buletin Anak

Buletian anak yang dibuat sendiri oleh mereka yang bertujuan untuk memacu daya kreatifitas. Program ini diadakan untuk memahami seberapa besar pemahaman anak dampingan selama diberikan materi di luar materi dasar berbentuk murikulum untuk komepetensi sekolah.

10.Dewan Anak

Kelompok dewan anak di YPSI ini diadakan tingkat kelurahan. Diharapkan bisa menyuarakan tentang permasalahan anak ketika dalam agency meeting. Fungsinya mengkoordinasidan memfasilitasi harapan anak terhadap isu di sekitarnya misalnya tentang pendidikan dan sampah yang masih harus diperhatikan para stakeholder.

(47)

Pertemuan non formal dilakukan setiap satu bulan sekali dengan kader dan tokoh informal yaitu masyarakat dan pihak YPSI sendiri. Sedangkan pertemuan formal dilakukan tiga bulan sekali. Membina rekan tentang permasalahan yang ada di masyarakat dan membangun peran-peran kader yang ada.

12.Pembentukan panitia penanggulangan pekerja anak dari masyarakat yang bersifat insidentil. Maksud dari insidentil di sini adalah pembentukan panitia yang fleksibel dan conditional yang sebelumnya sudah dilatih, berupa para kader yang sudah ada dan beberapa kader yang akan dan segera dilatih untuk menghadapi jumlah pekerja anak yang semakin bertambah.

13.Advokasi Perlindungan Hak Anak

Dalam menjalankan program-programnya YPSI berhak melindungi para pekerja anak yang menjadi anak dampingan YPSI dengan bekerja sama dengan NGO-NGO yang ada di Indonesia yang berfokus kepada pekerja anak dan beberapa lembaga bantuan hukum, misalnya LPBH (Lembaga Perlindungan Bantuan Hukum) agar perlindungan yang disediakan tidak meluas ke beberapa perlindungan hukum lainnya seperti permasalahan intern keluarga.

(48)

Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lembaga harus digerakkan dengan suatu kegiatan yang dinamis dan berkesinambungan yang disebut dengan proses manajemen. Tujuan manajemen tersebut harus diwujudkan dalam bentuk target atau sasaran yang konkret, yang diharapkan dan diperjuangkan untuk dicapai. Sehingga dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan tindakan kolektif dalam bentuk kerja sama, sehingga masing-masing anggota organisasi dapat memberikan andil dalam sumbangan menurut fungsi dan tugas masing-masing.

Arti manajemen berasal dari kata manage dan bahasa Latin manus, yang berarti memimpin, menangani, mengatur atau membimbing. George R. Terry mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.31

YPSI menurut prinsip-prinsip manajemen, merupakan usaha kolektif yang masing-masing bagian saling bekerja sama menurut fungsi dan tugas yang telah ditetapkan. Sedangkan target manajemen yang ingin dicapai itu menentukan arah dari proses manajemen dan sekaligus juga sebagai alat ukur keberhasilan

# " & () 5

(49)

manajemen tersebut. Dalam usaha pencapaian yang telah ditargetkan tersebut paling tidak akan melahirkan berbagai alternatif, yakni keberhasilan dan kemajuan atau mungkin sebaliknya ketidak berhasilan (miss managemen).

Adapun gambaran umum tentang aplikasi manajemen di lingkungan YPSI dapat dilihat sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam hal perencanaan, YPSI merumuskan sasaran dan tujuan yang hendak dicapai melalui program-program yang diwujudkan dalam program kerja jangka pendek yaitu dengan melindungi hak-hak pendidikan bagi pekerja anak yang telah dan akan dilaksanakan program-program yang dibuat. Dari program jangka panjang yaitu mengurangi jumlah dan jam kerja anak dengan memberikan terlebih dahulu pengetahuan apa dan bagaimana hak anak sehingga mereka bisa memahami haknya sebagai pekerja anak tanpa adanya eksploitasi dari pihak manapun.

2. Pengorganisasian (Organizing)

(50)

tujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan, sehingga dapat diketahui sejauh mana perkembangan program untuk pekerja anak, apa dan bagaimana pelaksanaan kerja yang dilaksanakan pengurus serta melaporkan berapa banyak dana yang masuk dan keluar dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Sehingga nantinya dapat diketahui kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan apakah sudah sesuai atau tidak dan apakah mengalami perubahan atau peningkatan baik dari segi manajemen ataupun sumber dayanya.

Dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut, koordinator menentukan koordinasi yang akan menjalankan operasional program-program pekerja anak. YPSI yang langsung di bawahi oleh direktur program dan beberapa staf yang yaitu koordinator program anak yang berperan sekaligus sebagai koordinator lapangan dan koordinator keuangan yang terdiri dari 2 (dua) orang staf dan hingga saat ini peran mereka sesuai dnegan fungsinya masing-masing

(51)

Struktur Organisasi Yayasan Pemerhati Sosial Indonesia

3. Pergerakan (Actuating)

Pergerakan (Actuating) merupakan manajemen organisasi yang terpenting, berhasil atau tidaknya rencana yang dibuat, tergantung kepada mampu tidaknya seorang pemimpin melaksanakan fungsi pergerakan.32

# ! 6 / * & ! ' ,

88 / 1

Program Manager Titin Kustini

Adm./ Finance Coordinator Ria Srimunijar

Children Program Coordinator

Ian

Adm./ Finance Assistant Nunu Nurjaman

(52)

Dengan adanya pergerakan maka seluruh bawahan yang ada dapat dibimbing, dibina dan diarahkan untuk mencapai tujuan seperti yang ditetapkan dalam perencanaan.

Hal ini nampaknya diperhatikan besar seksama oleh seluruh staf di YPSI mulai dari manajer program hingga para kader, yang selalu berkoordinasi kepada koordinator sehingga program-program bisa terus berjalan hingga sampai saat ini.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah proses pengawasan dari pelaksanaan seluruh bagian organisasi untuk menjamin agar semua tugas berjalan sesuai dengan perencanaan yang sudah ditentukan. Kontrol adalah tugas dari pimpinan dalam lembaga ini disebut sebagai manajer program yang berwenang untuk mengawasi dan menilai tugas yang sedang atau sudah dijalankan sesuai dengan perencanaan atau tidak, sehingga tidak terjadi penyimpangan dari apa yang sudah ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran belanja, pengawasan dilakukan langsung oleh manajer program sebagai ketua yang meliputi manajemen organisasi dan sumber daya manusia dan keuangan.

(53)

denganpemerintah setempat setelah terlebih dahulu lalu berdiskusi untuk menentukan kriteria anak dampingan. Berikut adalah kriteria anak dampingan YPSI adalah:

a. Pekerja anak

Anak-anak yang bekerja mayoritas membantu pekerjaan orang tua sebagai pemulung sampah, penyobek plastik kresek dan pembungkus blau/ pemutih pakaian yang berbentuk batangan kotak padat berwarna biru.

(54)

BAB IV

ANALISA DAN TEMUAN DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisis berbagai temuan di lapangan yaitu yang sesuai dengan pembatasan masalah. Penulis akan menyajikan analisis tentang pelayanan pendidikan yang diberikan YPSI dan perlindungan hak melalui program pendidikan literacy class.

1. Pelayanan Pendidikan Pekerja Anak Melalui Program Literacy Class

Pekerja anak merupakan salah satu perhataian banyak pihak yang harus diperhaikan, apalagi jika pekerja anak tersebut masih usia dini.

Program literacy class ini diadakan karena banyak anak usia dini yang membutuhkan pendidikan sebelum sekolah formal. Sehingga pihak YPSI berinisiatif untuk mengadakan program literacy class. Selain dari alasan di atas juga seperti hasil wawancara:

(55)

untuk biaya Sekolah Dasar (SD) makanya masyarakat sini mikir-mikir lagi buat nyekolahin anaknya, hehehe…” 33

Dari keprihatinan itu, berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut:

“Begini, YPSI berusaha meringankan beban para orang tua agar anaknya terfasilitasi dengan tepat dari usia dini dalam hal pendidikan. Yaaa, sejak dibukanya program baru ini, awalnya anak-anak yang datang untuk mendaftar cukup banyak, tetapi yang diharapkan adalah kualitas bukan kepada kuantitas dan suasana belajar juga harus berjalan efektif, kan enak…” 34

Proses dari program literacy class ini yaitu: a. Proses Awal Program Literacy Class

Sejak pertama, YPSI yang memiliki komitmen awal melalui kontrak dengan wilayah setempat untuk dijadikan daerah dampingan, kurang lebih setiap 2 tahun. Kontrak ini yang biasanya dilaksanakan atas persetujuan 3 pihak yaitu YPSI, Pemda Tangerang dan masyarakat setempat. Kontrak bisa dilakukan kembali jika dari berbagai pihak seperti kader, orang tua dan pekerja anak yang mengikuti program literacy class belum mandiri, dan belum berhasil mendidik anak dampingannya dengan baik dan belum bisa mengurangi angka pekerja anak di daerahnya, orang tua yang belum mengerti dan belum sadar akan pentingnya perlindungan hak pendidikan dan hak-hak dasar anak di samping profesinya sebagai pekerja anak.

33

Wawancara pribadi dengan ibu Aryati, di depan ruang kelas, tanggal 09 Februari 2009.

34

(56)

Sebagai langkah awal untuk melaksankan program literacy class,

sebagaimana hasil wawancara:

“YPSI melakukan pendataan terhadap anak dampingan dalam kategori pekerja anak. Pendataan tersebut dilakukan dengan menetapkan kategori yang menjadi anak dampingan yang telah ditetapkan YPSI itu berusia 3 hingga 6 tahun dan merupakan daerah dampingan YPSI

Setelah melakukan pendataan tersebut, eee... kemudian YPSI menetapkan anak dampingan yang memenuhi kualifikasi tersebut. Untuk melaksanakan program literacy class dengan menggunakan tempat-tempat atau rumah warga yang tidak ditempati, lalu jika rumah tersebut sudah memenuhi kriteria untuk kegiatan program literacy class, yaitu sesuai untuk ruangan dimana anak melakukan proses aktivitas belajarnya. Untuk itu bulan Januari tahun 2008 saat program literacy class berdiri, YPSI memberikan fasilitas yang pada umumnya seperti bangku, meja, papan tulis, penghapus, poster huruf dan angka, seragam olahraga.

Selain itu pembekalan materi untuk para anak dampingan dilakukan dalam kelas yang telah ditentukan sebagai sarana belajar. Pekerja anak dampingan ini dibimbing oleh masing-masing 2 orang kader di setiap kelas, kader di sini sudah dipilih dan tersaring yang memiliki karakteristik dan emosional sebagai seorang guru, peran sebagai guru ini sebelumnya sudah melewati pelatihan-pelatihan yang diberikan YPSI dan komitmen untuk memberikan kemajuan pada program

literacy class ini, yaaa... begituu...”35

Pada awalnya program literacy class ini berupa pendataan calon peserta yang dibuka sejak Januari 2008, jumlah peserta program literacy class berjumlah 51 orang yang terdiri dari 4 RT, jumlah murid perempuan sebanyak 26 jiwa dan jumlah murid laki-laki 24 jiwa.

(57)
[image:57.612.118.502.119.668.2]

Tabel 2

Data peserta program literacy class

di RW 04 Desa Kedaung Wetan

No. Nama Umur (tahun) RT

1. M. Ridwan 4 1

2. M. S. Amri 4 1

3. Saniatun 4 1

4. Aldi 4 1

5. Riana 4, 5 1

6. Imron 4 1

7. M. Mahesa 5 1

8. Arum 5 1

9. Wulan 4 1

10. Syifa Nur Jannah 4 1

11. Vera 4 1

12. Wildan 5 1

13. Rio Saputra 4 1

14. Siti Kurnia 5 1

15. Putri Lestari 5 1

16. Putri Febrianti 5 1

(58)

18. M. Farhan 6 1

19. Haikal 6 1

20. Riziq 6 1

21. Nani 6 1

22. Nurul Jannah 5 1

23. Abdul Jafar 6 1

24. Rafi 5 1

25. Usman 6 2

26. Ika 6 3

27. Putri 6 2

28. Nova 6 2

29. Herti 6 3

30. Aldi 6 2

31. Yadi 6, 5 3

32. Samsudin 6 3

33. Putri H 6 2

34. Arjaya 6 4

35. Sri Wahyuni 6 4

35. Nita 5, 5 4

37. Rizki 5 3

(59)

39. Ganda Saputra 6 3

40. Pebrian 6 2

41. Anita 4, 5 3

42. Rangga 6 2

43. Siti Warda 4, 5 3

44. Tasya 4, 5 4

45. Yanah 5 4

46. Rindi 5, 5 4

47. Amirah 4 2

48. Dila 4 3

49 Ratna 6 2

50. Samsuri 6 3

b. Proses Belajar Program Literacy Class

(60)

Adapun proses pelaksanaan dari kegiatan program literacy class

berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut:

“Pekerja anak kan disini sebagai murid, kesehariannya datang sesuai jadwal, 07.30-09.30 setiap hari Senin-Jumat. Setiap pertemuan, kita para kader yang berperan sebagai guru atau pendidik, memberikan materi yang berbeda setiap harinya, materi yang sama bisa di ulang lagi, heeee... jika materi yang disampain belum selesai dan pemahaman anak tentang materi-materi yang disampain masih terasa kurang.”36

Dalam memberikan materi, usia para murid anak dampingan dengan kisaran usia antara 3 hingga 6 tahun lebih baik dilakukan praktek tanpa menggunakan teori, dikarenakan dalam usia ini adalah tahap awal proses dalam membaca, menulis, berhitung, bernyanyi dan bercerita. Dalam usia ini saraf motoriklah yang berfungsi sehingga pemahaman akan benda-benda anak-anak dikuasai dengan cepat dibandingkan dengan memberikan materi yang menggunakan kecepatan saraf sensorik dikarenakan saat usia ini saraf sensorik yang seharusnya digunakan untuk menghafal huruf-huruf kurang tepat digunakan di tingkatan usia ini.

Catatan lapangan: No. 1 Pengamatan: Observasi

Waktu: tanggal 12 Januari 2009, pukul 08.00-10.00 Disusun jam: 13.00

Tempat: teras kelas RT 01

(61)

(Anak-anak yang bersemangat)

Ketika peneliti melihat langsung kegiatan dari luar kelas terlihat mereka sangat senang. Wajah yang berseri, anak perempuannya bersolek dengan ibunya sedangkan anak lakinya menggunakan peci dan minyak rambut, suara mereka pun riang. Bahkan saya yang ada di luar ruangan pun menutup telinga karena gerakan tubuh mereka yang gesit.

(Tanggapan peneliti)

Anak-anak menikmati masa kecilnya walau sebenarnya mereka mempunyai tanggung jawab sebagai pekerja.

Kegiatan belajar ini lebih menekankan langsung praktek dalam proses belajarnya, misalnya dengan materi Panca Indera, seperti biasa sebelum belajar murid dibimbing berdoa bersama-sama dengan disuarakan setelah selesai berdoa murid di absent satu persatu, setiap anak bersemangat dan ceria melihat dengan seksama bagaimana guru menunjukkan satu persatu panca indera, setelah diperagakan satu per satu panca indera sambil dinyanyikan agar murid tidak merasa monoton dan merasa suasana kelas hidup supaya anggota tubuh anak-anak semua bergerak, lalu guru menunjuk salah satu murid untuk maju ke depan dan memperagakannya sambil bernyanyi seperti yang sama dicontohkan ibu guru.

Dari hasil menggambar panca indera, berdasarkan hasil wawancara, yaitu sebagai berikut:

(62)

dihias lagi dan dibuat Majalah Dinding (Mading) buat ngerangsang masing-masing otak anak bisa berkreasi dan semakin hari bentuk kreatifitas semakin tinggi. Dari hasil pengamatan sebagai guru, terlihat anak-anak yang terlihat cerdas, aktif dan kreatif, iya kan???.”37

Selain materi panca indera ada juga mengeja huruf, misalnya, para guru bersemangat menyampaikan materi tetapi suasana tidak terkondisi dikarenakan ibu-ibu dari para murid ikut serta masuk ke dalam kelas dan suasananya sangat mengganggu konsentrasi anak-anak mereka, tetapi ini terjadi tidak hanya satu hari itu saja bahkan dari awal-awal kegiatan belajar ini berlangsung sehingga anak-anak juga sibuk dengan dunianya sendiri, misalnya dengan mencoret-coret buku, berjalan-jalan di dalam kelas bahkan di luar kelas dan ada yang sedang mengobrol antara murid yang satu dengan murid yang lainnya.

c. Perkembangan Program Kegiatan Literacy Class

Perkembangan perlindungan hak pendidikan yang diberikan YPSI koordinator lapangan beserta 4 ibu kader selain memonitor pelaksanaan program

literacy class juga adanya home visit yang kegiatannya yaitu:

Koordinator lapangan dan 4 orang ibu kader mengadakan home vist dengan mendatangi langsung rumah-rumah anak dampingan yang mengikuti program

(63)

literacy class untuk memberitahukan perkembangan anak dampingannya dan untuk pertemuan selanjutnya orang tua mereka memberitahukan kondisi sebenarnya anak-anak dampingan setelah mengikuti program literacy class

Home visit merupakan proses evaluasi dari masing-masing peserta anak dampingan yang mempunyai beberapa tujuan, alasan ini berdasrkan hasil wawancara:

“Koordinator lapangan dan kader memberikan masukan-masukan cara mendidik anak yang benar sesuai dengan usia dan keadaan anak. Diadakanya home visit juga untuk menyampaikan program-program YPSI yang akan direalisasikan untuk menambah metode dan materi dalam mengajar. Selain itu juga menyampaikan program-program yang sudah berjalan, orang tua dan anak dampingan itu sendiri diharapkan memberikan tanggapan serta kritik selama ini anak mereka mengikuti kegiatan program literacy class supaya dari pihak YPSI bisa membenahi dan membuat solusi yang tepat.”38

Catatan lapangan: No. 2 Pengamatan: Observasi

Waktu: tanggal 23 Januari 2009, pukul 13.00-15.00 Disusun: Pukul 17.00

Tempat: Teras rumah masing-masing orang tua anak dampingan Subjek penelitian: Koordinator lapangan dan 2 ibu kader

(Kunjungan yang melelahkan)

Koordinator dan para kader terlihat semangat ketika memberikan pengarahan kepada orang tua. Tetapi yang peneliti amati ketika mengikuti kegiatan ini, orang tua merasa malas-malasan untuk mendengarkan arahan dari pihak YPSI. Di salah satu rumah, seorang ibu ketika diberi pengarahan dan memberi masukan sambil memangku tangan di atas paha sembari

(64)

makan, sedangkan anaknya lari-larian. Padahal sesuai peraturan yang ada di YPSI ketika ada home visit untuk acara resmi seperti pertemuan formal dan diharapkan ada take and give. Ibu yang diajak berbicara serius malah ada yang memotong bawang merah serta sayuran dengan alasan sekalian kerja. (Tanggapan peneliti)

Masyarakat kurang berpartisipasi dalam kegiatan ini, hambatannya mungkin karena selama setahun YPSI berdiri hanya ada 1 orang koordinator lapangan dan 4 orang ibu kader).

Catatan lapangan No. 3

Pengamatan: Observasi dan Wawancara Waktu: 26 Januari 2009, pukul 13.00-15.00 Disusun: pukul 16.00

Tempat: teras ruangan kelas RT 01

Subjek penelitian: Koordinator lapangan dan 2 orang ibu kader (Ibu-ibu agak antusias)

Pihak YPSI memberitahukan di pertemuan home visit yang terakhir bahwa akan membawa orang baru. Ketika semua datang ternyata ibu-ibu sudah siap dengan menggunakan celana panjang dan menyediakan bangku plastik di depan rumahnya.

(Tanggapan peneliti)

Perlu ada suasana baru karena ketika peneliti datang langsung mereka sempat memberi masukan kepada pihak YPSI bahwa kalau bisa diha dirkan tamu atau orang baru).

Kegiatan home visit berguna untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak dampingan peserta program, home visit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan YPSI untuk mendampingi pekerja anak, program literacy class memiliki beberapa keleibihan dibandingkan dengan

(65)

1). Program literacy class adalah sekolah yang dibuka untuk pekerja anak di daerah dampingan YPSI.

2) Berbeda dengan sekolah dini lainnya yang membutuhkan banyak uang dan yang menjadi peserta hanya dari kalangan ekonomi menengah, sedangkan

literacy class diperuntukkan khusus anak usia dini.

3). Tenaga pengajar bukanlah dari pendidikan guru tetapi adalah tenaga sukarela yang bersedia membantu berjalannya proses kegiatan literacy class.

Program literacy class ini agak sedikit unik, berdasarkan hasil wawancara diperoleh:

“Emang lucu ya, pemilihan lokasi atau tempat belajar adalah tempat yang disediakan dari para relawan atas keikhlasannya agar program literacy class

berjalan dan para tenaga pengajar atau pendidik bukan yang ahli pendidikan misalnya lulusan Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK), dari segi waktu pun terbatas karena waktu yang digunakan untuk bekerja. Lalu dari kita para kader pun sebelum di bawah naungan YPSI malah sampe sekarang sebagian dari kita itu kader Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) sehingga tidak fokus ke YPSI aja, jadi sama-sama harus bisa pinter bagi waktu. Yaa gitulah…”39

Catatan lapangan: No. 4 Pengamatan: Wawancara

Waktu: tanggal 08 Januari 2009, pukul 15.00-15.30 Disusun: pukul 16.00

Tempat: rumah salah satu kader, ibu Aryati

(66)

(Lagi pada Curhat)

Bu Aryati yang orangnya kalem, kalau ingat waktu pertama YPSI datang merekrut calon ibu kader, dia jadi semangat sambil memainkan tangannya dan memegang gelas untuk minum, tidak lama dia tersentak karena

handphone- nya bunyi. (Tanggapan peneliti)

YPSI yang bisa meyakinkan kader bahwa semua orang bisa (kader) asal ada kemauan.

(67)

Dengan langkah awal tersebut, educator bisa menjelaskan hak dasar anak yang harus mereka dapatkan, agar tanggung jawabnya sebagai pekerja anak juga searah dengan pemenuhannya akan hak. Hal ini merupakan pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial profesional juga salah satu bentuk yang bisa didedikasikan pekerja sosial profesional sebagai educator.

2. Perlindungan Hak melalui Program Literacy Class

Perlindungan hak yang diberikan YPSI salah satunya dengan diadakannya program literacy class. Program ini tujuannya secara umum dikhususkan untuk peserta program anak dampingan usia dini sedangkan tujuan umumnya adalah memberikan pelatihan kepada orang tua dan semua lingkungan sekitar agar penyadaran tentang pentingnya perlindungan hak anak serta melarang anak bekerja.

(68)

sedang berlangsung, padahal pekerjaannya sebagai pemulung hanya untuk menambah uang jajan sehari-harinya.

Andi melakukan pekerjaan sebagai pemulung atas kemauannya sendiri karena uang jajan tidak bisa diberikan orang tua. Dampak dari Andi bekerja ini adalah kesehatan tubuhnya yang terganggu terutama masalah kulit yang iritasi dan menimbulkan sedikit luka. Hal ini terjadi karena Andi, sering mengambil gelas-gelas plastik aqua yang ada di selokan dan di genangan air (jika pada musim hujan) sekitar rumah tetangganya dengan menggunakan tangan dan kakinya langsung tanpa menggunakan alas.

Hal ini penulis ambil dan senada dengan hasil wawancara yaitu:

“Ya Mbak, saya kasihan ngeliat Andi, orang tuanya ngebiarin aja anaknya mulung sampah, padahal Mbak sehari palingan dapetnya sekitar Rp 1.000,00 sampe Rp 2.000,00. dah gitu kan se

Gambar

Tabel 1 Subjek Penelitian
GAMBARAN UMUM YAYASAN PEMERHATI SOSIAL INDONESIA (YPSI)
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

langsung. Misalnya, suara rekaman denyut jantung. 5) Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar,

Hal tersebut dilakukan oleh program studi tadris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, sebagai upaya bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya

[r]

Hubungan tidak signifikan Free cash flow dengan kebijakan hutang dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan dana internal perusahaan untuk kebutuhan investasi dan

Indonesia merupakan pengguna terbanyak media sosial facebook dan media sosial lainnya. Tentu hal ini pada saat sekarang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jiwa

Bahan yang digunakan Polypropylene (PP). Produk yang dibuat terlihat pada Gambar 3. Sketsa gambar spesimen yang akan diuji ASTM D955.. Variasi tekanan injeksi plastik. Pengujian

• The type of coal that would be used more in electricity generation Indonesia is low rank coal, due to plentiful availability in Kalimantan and Sumatera and more economical,

Grafik di atas menunjukkan informasi mengenai konsentrasi oksigen terlarut, jumlah bakteri dan jumlah ikan pada suatu perairan sungai sepanjang 50 km yang terukur dari titik P