• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Bahan Organik dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Sawah pada Pola Tanam Padi-Padi dan Padi-Semangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kandungan Bahan Organik dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Sawah pada Pola Tanam Padi-Padi dan Padi-Semangka"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH SAWAH PADA POLA TANAM PADI- PADI DAN PADI- SEMANGKA

SKRIPSI

Oleh:

ERWITA PARDOSI 080303028

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH SAWAH PADA POLA TANAM PADI- PADI DAN PADI- SEMANGKA

SKRIPSI

Oleh:

ERWITA PARDOSI 080303028 / ILMU TANAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Kandungan bahan organik dan beberapa sifat fisik tanah sawah pada pola tanam padi- padi dan padi- semangka

Nama : Erwita Pardosi Nim : 080303028 Departemen : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Jamilah, SP., MP. Kemala Sari Lubis, SP., MP. Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

ERWITA PARDOSI: Kandungan Bahan Organik dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Sawah pada Pola Tanam Padi - Padi dan Padi – Semangka. Dibimbing oleh JAMILAH, SP., MP. dan KEMALA SARI LUBIS, SP., MP.

Pola tanam padi- semangka telah banyak diterapkan petani di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara karena produksi padi yang menurun dari tahun ke tahun dan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air. Adanya perbedaan pola tanam dan perbedaan lama penggenangan mengakibatkan perbedaan sifat- sifat tanah sawah. Penelitian ini menganalisis kandungan bahan organik dan beberapa sifat fisik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara dengan ketinggian tempat 14 m dpl. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2012. Parameter yang diamati di lapangan yaitu suhu dan kadar air tanah dan analisis di laboratorium yaitu bahan organik, kerapatan isi, total ruang pori, dan permeabilitas. Hasil analisis diolah dengan uji –t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu tanah berbeda nyata sedangkan kandungan bahan organik tanah , kerapatan isi, total ruang pori, dan permeabilitas tidak berbeda nyata.

(5)

ABSTRACK

ERWITA PARDOSI: The Content of Soil Organic Matter and Some of Soil Physical Properties at Wet Rice Field with Cropping Patterns between Rice- Rice and Rice- Watermelon. Leading by JAMILAH, SP., MP. and KEMALA SARI LUBIS, SP., MP.

Many farmer was using the rice- watermelon rotation in Air Hitam Village, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara because the rice production is descend every years and to increase water employing efficiency. The diffrence in cropping patterns and the old of flooding result differences paddy soil properties. This research analyzed in soil organic matter content and some physical properties of wet rice field in Air Hitam Village, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara with higher place at 14 on the level of sea. The research start to do on May until November 2012. The parameter sees in the filed such as soil temperature and moisture content and parameter that analysis in laboratory such as soil organic matter, bulk density, and permeability. Result of analysis processing by t- test.

The result of research showed that soil temperature is real but soil organic matter, bulk density, and permeability are not real.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Parsoburan pada tanggal 03 Agustus 1990 dari ayah Hotly Pardosi dan ibu Delika Pasaribu. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri I Habinsaran dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama. Penulis memilih program studi Ilmu Tanah, Departemen Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA). Pada tahun 2012 sebagai asisten praktikum Pengelolaan Tanah dan Air dan praktikum Konservasi Tanah dan Air.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Kandungan Bahan Organik dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Sawah pada Pola Tanam Padi - Padi dan Padi – Semangka.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Jamilah, SP., MP. dan Kemala Sari Lubis, SP., MP. selaku ketua dan anggota

komisi pembimbing yang telah membibimbing dan memberikan masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satunper satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, November 2012

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kriteria Permeabilitas (p) Tanah ... 11 2. Kandungan Bahan Organik (%) pada Tanah Sawah dengan Pola

Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B). ... 17 3. Suhu Tanah (⁰C) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi- Padi (A)

dan Padi- Semangka (B) ... 18 4. Tekanan Air (Cbar) Tanah pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam

Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B) ... 19 5. Kerapatan Isi (g/cc) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam

Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B) ... 20 6. Total Ruang Pori (%) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam

Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B) ... 21 7. Permeabilitas (cm/jam) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam

Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B) ... 22 8. Hasil Uji- t untuk Rataan Parameter Tanah Sawah ... 23

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Peta Lokasi Penelitian ... 38

2. Data Analisis Bahan Organik (%) ... 39

3. Data pengamatan Suhu Tanah (⁰C) ... 39

4. Data Pengamatan Tegangan Air (mm) ... 40

5. Data Pengamatan Kerapatan Isi (g/cc) ... 40

6. Data Pengamatan Total Ruang Pori (%) ... 41

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanah sawah ... 4

Sifat- Sifat Fisik Tanah Sawah ... 5

Pola Tanam Padi- Semangka ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

Pelaksaan Penelitian ... 15

Persiapan ...15

Pelaksanaan ...15

Peubah Amatan ...16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...17

Pembahasan ...27

KESIMPULAN ...32

DAFTAR PUSTAKA ...34

(11)

ABSTRAK

ERWITA PARDOSI: Kandungan Bahan Organik dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Sawah pada Pola Tanam Padi - Padi dan Padi – Semangka. Dibimbing oleh JAMILAH, SP., MP. dan KEMALA SARI LUBIS, SP., MP.

Pola tanam padi- semangka telah banyak diterapkan petani di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara karena produksi padi yang menurun dari tahun ke tahun dan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air. Adanya perbedaan pola tanam dan perbedaan lama penggenangan mengakibatkan perbedaan sifat- sifat tanah sawah. Penelitian ini menganalisis kandungan bahan organik dan beberapa sifat fisik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara dengan ketinggian tempat 14 m dpl. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2012. Parameter yang diamati di lapangan yaitu suhu dan kadar air tanah dan analisis di laboratorium yaitu bahan organik, kerapatan isi, total ruang pori, dan permeabilitas. Hasil analisis diolah dengan uji –t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu tanah berbeda nyata sedangkan kandungan bahan organik tanah , kerapatan isi, total ruang pori, dan permeabilitas tidak berbeda nyata.

(12)

ABSTRACK

ERWITA PARDOSI: The Content of Soil Organic Matter and Some of Soil Physical Properties at Wet Rice Field with Cropping Patterns between Rice- Rice and Rice- Watermelon. Leading by JAMILAH, SP., MP. and KEMALA SARI LUBIS, SP., MP.

Many farmer was using the rice- watermelon rotation in Air Hitam Village, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara because the rice production is descend every years and to increase water employing efficiency. The diffrence in cropping patterns and the old of flooding result differences paddy soil properties. This research analyzed in soil organic matter content and some physical properties of wet rice field in Air Hitam Village, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara with higher place at 14 on the level of sea. The research start to do on May until November 2012. The parameter sees in the filed such as soil temperature and moisture content and parameter that analysis in laboratory such as soil organic matter, bulk density, and permeability. Result of analysis processing by t- test.

The result of research showed that soil temperature is real but soil organic matter, bulk density, and permeability are not real.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah sawah merupakan tanah yang sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber daya alam yang utama dalam produksi beras. Tanah sawah adalah tanah yang dapat digunakan untuk menanam padi sawah, baik secara terus- menerus maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum, seperti halnya tanah

hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian, dan sebagainya (Hardjowigeno dkk,, 2005)

Kebutuhan pupuk untuk padi sawah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini mengisyaratkan bahwa terjadi penurunan produktivitas lahan sawah. Penggunaan pupuk semakin meningkat berarti pengeluaran berupa biaya produksi semakin meningkat pula sehingga mengurangi pendapatan petani. Hal ini akan menyebabkan kemampuan petani untuk meningkatkan dosis pemupukan semakin rendah dan akan menyebabkan marginalisasi lahan, yang pada akhirnya mengakibatkan lahan cenderung makin terdegradasi baik fisik maupun kimia. Pada lahan sawah proses degradasi cepat terjadi karena setiap musim tanam akan banyak biomassa berupa jerami yang terbuang ke luar areal pertanian yang mengakibatkan pemiskinan unsur hara dan menurunkan kualitas sifat fisik, kimia

tanah dan akibatnya tanah menjadi rusak atau terdegradasi (Jamilah dan Hamidah, 2011).

(14)

mendorong masyarakat untuk melakukan sistem pertanaman bergilir, yaitu sistem pertanaman padi- semangka. Dengan sistem pertanaman padi- semangka diharapkan pendapatan petani akan meningkat. Setelah lahan sawah yang ditanami padi sawah panen maka selanjutnya lahan akan ditanami dengan semangka. Melalui sistem pertanaman padi semangka maka efisiensi penggunaan air dapat ditingkatkan, karena tanaman semangka merupakan tanaman yang tidak membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya. Dengan demikian persediaan air untuk musim tanam padi berikutnya lebih terjamin.

Jerami padi yang semula dibuang dari areal persawahan atau dibakar oleh petani setelah panen padi dapat dimanfaatkan sebagai mulsa untuk pertanaman semangka. Disamping melembabkan tanah, maka mulsa jerami padi juga dapat menambah kandungan bahan organik tanah, yang bermanfaat bagi tanaman yang dibudidayakan di lahan sawah.

Adanya perbedaan pola tanam dan perbedaan lama penggenangan mengakibatkan perbedaan sifat- sifat tanah sawah. Sifat tanah sawah berubah setiap musim karena penggunaan tanah yang berbeda. Sifat tanah pada saat ditanami padi (basah) berbeda dengan waktu ditanami palawija (kering) (Hardjowigeno dkk, 2005). Salah satu daerah yang telah menerapkan sistem pertanaman padi- semangka pada lahan sawah adalah Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui perubahan sifat fisik pada tanah sawah dengan sistem pertanaman padi- semangka.

(15)

Untuk mengetahui kandungan bahan organik dan beberapa sifat tanah sawah pada pola tanam padi- padi dan padi- semangka.

Hipotesis Penelitian

Ada perbaikan kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah sawah akibat sistem pergiliran tanaman padi dengan semangka.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Sawah

Lahan sawah tidak hanya penting sebagai penghasil padi dan palawija yang merupakan barang privat (private goods) yang memberikan keuntungan kepada petani, tetapi juga memberikan barang dan jasa publik (public services) yang dikenal dengan istilah multifungsi. Berbagai multifungsi yang penting antara lain adalah penopang ketahanan pangan, penyedia lapangan kerja, penjaga kelestarian budaya, memberikan suasana nyaman pedesaan, serta berbagai jasa lingkungan lainnya (Agus, dkk, 2004).

Tanah sawah dapat terbentuk dari tanah kering dan tanah basah atau tanah rawa sehingga karakterisasi sawah- sawah tersebut akan sangat dipengaruhi oleh bahan pembentuk tanahnya. Tanah sawah dari tanah kering umumnya terdapat di daerah dataran rendah, dataran tinggi volkan atau nonvolkan yang pada awalnya merupakan tanah kering yang tidak pernah jenuh air, sehingga morfologinya akan sangat berbeda dengan tanah sawah dari tanah rawa yang pada awalnya memang sudah jenuh air (Prasetyo dkk, 2004).

(17)

Selama proses pembentukan sawah, sifat fisik tanah mengalami banyak perubahan. Proses reduksi dan oksidasi merupakan proses- proses utama yang dapat mengakibatkan perubahan baik sifat mineral, kimia, fisika, dan biologi tanah (Prasetyo dkk., 2004). Perubahan sifat fisik tanah juga banyak dipengaruhi oleh terjadinya iluviasi dan/ atau eluviasi bahan kimia atau partikel tanah akibat proses pelumpuran dan perubahan drainase (Hardjowigeno dkk, 2004).

Sistem usaha tani monokultur pangan pada lahan kering secara terus- menerus akan mengakibatkan tanah sakit karena terganggunya keseimbangan biologi dan kimianya. Pergantian aerobik dan anaerobik pada lahan sawah merupakan satu kontrol alami yang efektif mengendalikan keseimbangan biologi dan nonbiologi sehingga tanah sawah tidak sakit (Agus dkk, 2004).

Sifat- Sifat Fisik Tanah Sawah

Menurut Hanafiah (2005), fungsi pertama tanah sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi (menelusup), baik secara lateral atau horizontal maupun secara vertikal. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi ini tergantung pada ruang pori yang terbentuk diantara partikel tanah.

(18)

Sifat fisik tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan udara, panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Sifat fisik tanah sangat bervariasi pada tanah tropis. Beberapa sifat fisik tanah dapat berubah dengan pengolahan seperti temperatur tanah, permeabilitas, kepekaan terhadap aliran permukaan (run-off), dan erosi, kemampuan mengikat air dan menyuplai air untuk tanaman (Damanik dkk, 2010).

Bahan organik tanah adalah fraksi organik dari tanah termasuk hewan dan tumbuhan yang tinggal di dalamnya yang telah mengalami dekomposisi sampai pada suatu keadaan dimana sulit untuk mengenali bahan aslinya, residu mikrobia,

dan produk akhir dekomposisi yang relatif stabil (humus) (Badan Litbang Pertanian, 2006).

Kandungan bahan organik tanah telah terbukti berperan sebagai kunci utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meningkatkan kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah (Oades, 1989).

(19)

pengaruh bahan organik baru terlihat untuk jangka pemberian yang lama, tergantung sifat biofisik dan jenis tanahnya (Joko, 2004).

Bahan organik digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan suhu tanah, meningkatkan kemantapan agregat, meningkatkan kemampuan menyimpan air, dan menrunkan kepekaan tanah terhadap erosi, serta sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah (Wihardjaka, 2010).

Bahan organik mempunyai peranan penting dalam pembentukan dan stabilitas agregat tanah dan penambahan sisa- sisa tanaman secara terus- menerus dapat meningkatkan kandungan bahan organik pada lapisan atas tanah, yang meningkatkan agregat tanah dan memiliki dampak besar pada struktur tanah. Pada sistem tanpa olah tanah kandungan bahan organik lebih tinggi dan juga meningkatkan makroporositas tanah dan penurunan kepadatan tanah dibandingkan dengan pengelolaan tanah secara konvensional. Pada sistem tanpa olah tanah diterapkan rotasi tanaman yang mengalami peningkatan kadar karbon organik (Calegari, dkk.2011)

Peranan bahan organik tanah terhadap ketersediaan air sangat penting. Peranan bahan organik dalam menahan air menjadi sangat penting pada tanah berpasir hingga berlempung di daerah- daerah dengan curah hujan rendah. Jika pada tanah tersebut kandungan bahan organiknya tinggi, maka tanaman padi kurang begitu peka terhadap kekeringan (Hardjowigeno dkk, 2005).

(20)

termasuk rendah (≤ 2%), dan hanya 34% yang berkadar C -organik >2% (Agus dkk, 2004).

Jerami merupakan sumber bahan organik utama yang kaya unsur kalium di lahan sawah. Bahan organik yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman. Penggunaan pupuk organik di lahan sawah harus digalakkan kembali karena di areal lahan sawah intensifikasi telah dibuktikan mengandung kadar karbon organik (C-organik) tanah rendah (< 2%) yang berimplikasi pada menurunnya kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan (Setyorini dkk, 2007).

Panas di dalam tanah merupakan keadaan yang timbul akibat adanya radiasi sinar matahari, panas bumi, reaksi- reaksi kimia di dalam tanah maupun aktivitas biologi di dalam tanah. Adanya panas di dalam tanah diukur menggunakan istilah suhu tanah. Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan dan faktor tanah. Suhu tanah adalah salah satu sifat tanah penting karena mempengaruhi pertumbuhan tanah secara langsung dan juga mempengaruhi kelembaban, aerasi, struktur, aktivitas mikrobia dan enzim, dekomposisi residu tanaman dan ketersediaan unsur hara tanaman (Lubis, 2007).

Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat digunakan untuk menggolongkan sifat- sifat panas dari suatu system. Selain itu, suhu tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses- proses fisika yang terjadi di dalam tanah, serta pertukaran energi dan massa dengan atmosfer, termasuk proses evaporasi dan aerasi (Kurnia dkk, 2006).

(21)

selalu tersedia cukup, misalnya bila debit air sungai sebagai sumber irigasi tidak mencukupi. Sifat fisik tanah sawah merupakan aspek yang perlu diperhatikan dan dikelola dengan tepat, karena selain sangat menentukan efisiensi penggunaan air dan hara, juga sangat berpengaruh dalam menciptakan media tanam dan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padi dan tanaman lainnya yang ditanami setelah tanaman padi (Agus dan Dariah, 2008).

Tensiometer adalah suatu alat praktis untuk mengukur kandungan air tanah, tinggi hidrolik, dan gradien hidrolik. Pada saat tensometer diletakkan di permukaan tanah, air yang terdapat dalam tensimeter umumnya berada pada tekanan atmosfer, sedangkan air tanah secara umumnya mempunyai tekanan lebih kecil dari tekanan atmosfer, sehingga terjadi hisapan dari alat tensiometer karena perbedaan tekanan, dan air dari alat tersebut keluar, serta tekanan dalam alat turun yang ditunjukkan oleh manometer (Kurnia, dkk, 2006).

Kemampuan tanah dalam meresapkan air tercermin dari jenis vegetasi yang berada di permukaan tanah. Fungsi vegetasi secara efektif dapat mencerminkan kemampuan tanah dalam mengabsorbsi air hujan, mempertahankan atau meningkatkan laju infiltrasi, dan menunjukkan kemampuan dalam menahan air atau kapasitas retensi air (Schwab dkk, 1997).

(22)

Pada lahan sawah beririgasi dimana pengolahan tanah dilakukan dengan cara dilumpurkan, akan berpengaruh pada bobot isi (bulk densiti) tanah. Intensitas pelumpuran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap bobot isi tanah. Meningkat dan menurunnya bobot isi tanah dapat terjadi tergantung pada agregat sebelum dilumpurkan. Pelumpuran pada tanah dengan agregat yang mantap dan porous menghasilkan agregat yang masif dengan bobot isi yang meningkat. Dengan demikian bobot isi tanah cenderung menurun dibandingkan jika tanah tidak disawahkan (Prasetyo dkk, 2004).

Porositas mencerminkan tingkat kesarangan tanah untuk dilalui aliran massa air (permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah (perkolasi, waktu per jarak). Kemudian apabila dikaitkan dengan praktik pemupukan atau amelioran (bahan penyubur tanah, seperti kapur dan pupuk organik), maka pada tanah yang berpermeabilitas cepat, bahan- bahan yang diberikan akan menjadi cepat hilang sehingga menjadi tidak efisien (Hanafiah, 2005).

Akibat agregat tanah yang hancur oleh pengolahan tanah dengan pelumpuran, porositas dan distribusi pori juga berubah. Hal ini berakibat pada menurunnya kemampuan tanah melalukan air. Pelumpuran dua kali menurunkan permeabilitas tanah relatif lebih tinggi dibandingkan pelumpuran sekali. Tingkat kehancuran agregat tanah dan porositas serta distribusi pori sangat ditentukan oleh intensitas pengolahan tanah dengan cara pelumpuran. Pelumpuran juga berpengaruh pada perubahan permeabilitas tanah (Agus dkk, 2004).

(23)

kekeringan. Prorositas tanah juga lebih tinggi kalau bahan organik tinggi, hal ini berkaitan dengan pengaruh bahan organik terhadap pembentukan struktur remah dan butiran yang mantap. Total ruang pori tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman adalah 50% dari total volume tanah, tapi harus mempunyai perbandingan yang sama antara pori makro dan mikro. Persentase antara pori makro dan pori mikro didalam tanah mudah sekali mengalami perubahan tergantung kepada cuaca atau curah hujan (Hasibuan, 2009).

Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara. Permeabilitas umumnya diukur sehubungan dengan laju aliran air melalui tanah

dalam suatu massa waktu dan umumnya dinyatakan sebagai inci per jam (Foth, 1994).

Permeabilitas (p) tanah menurut Arsyad (1989) dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Permeabilitas (p) Tanah

Permeabilitas (cm/ jam) Kelompok

Kurang 0,5 cm/ jam P1 = lambat 0,5 – 2,0 cm/ jam P2 = agak lambat 2,0- 6,25 cm/ jam P3 = sedang 6,25- 12,5 cm/ jam P4 = agak cepat Lebih dari 12,5 cm/ jam P5 = cepat

Pola Tanam Padi- Semangka

(24)

nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Rizka dan Ninda, 2008).

Pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi padi di lahan sawah. Produksi padi sawah akan menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). Tanaman padi membutuhkan air yang volumenya berbeda untuk setiap pertumbuhannya. Dengan demikian teknik pengelolaan air perlu secara spesifik dikembangkan sesuai dengan sistem produksi padi sawah dan pola tanam (Subagyono dkk, 2004).

Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-27° C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin

berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur

yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 – 7 (Rizka dan Ninda, 2008).

Tanaman semangka dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan syarat-syarat sebagai berikut : tanah gembur , pH 6 – 7, tanaman yang baik pada Bulan April – Mei (kemarau) Sebaiknya tanah diolah dengan cara dibajak / dicangkul sebaik mungkin, dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar 3 m dan panjang sesuai keadaan tanah, jarak antar bedengan 40 cm. Tanaman semangka juga dapat ditanam tanpa olah tanah (TOT) dengan penyemprotan memakai Herbisida, cukup digemburkan lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 20 cm, lubang dibiarkan terbuka 2 – 3 hari (Imran, 2005).

(25)

petani meningkat, seyogyanya lahan ini dapat dimanfaatkan dengan penanaman semangka setelah panen padi sawah (BPTP Sumatera Barat, 2011)

Pengembangan intensifikasi palawija dan hortikultura perlu dilakukan secara simultan dan terpadu dengan budidaya tanaman padi. Palawija umumnya diusahakan dalam bentuk pergiliran tanaman di lahan sawah tadah hujan dan sawah pengairan. Perluasan intensifikasi palawija dan hortikultura harus dilaksanakan dengan perluasan areal padi. Pengembangan pola usaha tani perlu dilakukan secara rasional dan dinamis dengan mempertimbangkan perubahan faktor lingkungan. Produksi tanaman pada lahan basah banyak dipengaruhi oleh tersedianya air irigasi dan hujan, jenis tanah, kemampuan lahan dan teknologi pertanian. Penyediaan air irigasi secara rutin dalam interval waktu tertentu dalam mendukung pengembangan palawija dan sayuran sebagai komponen penting penyusun pola tanam (Saptana dkk,2004)

Pada saat ini, petani sudah mulai menerapkan sistem pertanaman padi- semangka. Menurut Harian Aceh (2012), setelah menanam padi, petani kawasan pesisir kecamatan Kuala Bireuen kembali membuka lahan dan beralih untuk bercocok tanam semangka di areal sawahnya. Setelah memanen padi tahun ini, semua petani sepakat menanam semangka, sehingga memberikan dampak lebih baik untuk tanah saat penaman padi di masa mendatang. Penanaman tanaman semangka selalu dicanangkan usai panenan padi, sehingga areal tanah sawahnya akan subur kembali.

(26)

produksi, krisis air irigasi dan tantangan baru akibat terjadinya perubahan iklim yang dapat mengancam ketahanan pangan Asia- Selatan. Pengolahan lahan kering dan basah secara intensif menyebabkan penetrasi akar terbatas, miskin hara dan produktivitas yang rendah (Jat, dkk. 2011)

Teknologi konservasi tanah berbasis melestarikan sumber daya alam memberikan kesempatan yang luar biasa untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Penanaman yang tepat waktu, pemanfaatan yang lebih baik dari lahan yang kurang dimanfaatkan (padi- bera) yaitu dengan sistem intensifikasi, diversifikasi, mengurangi biaya produksi dan efisiensi penggunaan input. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur irigasi dapat secara signifikan meningkatkan hasil tanaman palwija yang dapat dirotasikan dengan tanaman padi (Singh

dkk.2011)

(27)

produksi padi dapat ditingkatkan. Harapannya adalah terdapat peluang dalam upaya menunjang ketahanan pangan.

Pada rotasi tanaman padi di dataran tinggi, pelumpuran tanah pada saat pengolahan lahan dapat mendorong produktivitas yang tinggi. Prosedur ini meliputi membajak tanah, pelumpuran, dan menjaga ketersediaan air selama pertumbuhan padi. Pelumpuran dapat mengubah struktur tanah. Namun, penanaman padi secara terus- menerus dapat mengakibatkan kondisi tanah menjadi buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rotasi tanamn padi dengan palawija dapat memperbaiki struktur tanah sawah (Zhang dkk, 2012)

Relatif singkatnya umur tanaman semangka (60-75 hari) memberikan peluang besar untuk dikembangkan terutama pada lahan sawah setelah panen padi. Komoditas ini dapat dijadikan sebagai rotasi dengan tanaman pokok (padi sawah), dan telah terbukti memberikan nilai tambah yang cukup besar. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan tanaman hortikultura bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, pemenuhan gizi, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi baru bidang hortikultura, dan upaya mencukupi kebutuhan hortikultura di dalam negeri, serta meningkatkan ekspor. Untuk menopang kebijakan tersebut, salah satunya melalui pengembangan komoditas semangka

pada wilayah-wilayah potensial atau sentra produksi (BPTP Sumatera Barat, 2011)

(28)
(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara yang mempunyai luas wilayah ± 2051 Ha dengan luas lahan sawah ± 1275 Ha dengan letak geografis 099o49’94” – 099o50’24” BT dan 03o22’50” – 03o22’66” LU pada ketinggian tempat ± 14 m diatas permukaan laut. Pengamatan di lapangan dan analisis tanah di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan Mei sampai November 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala 1 : 50000, sampel tanah sawah, dan bahan kimia yang dibutuhkan dalam analisis kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah sawah.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ring sampel untuk mengambil sampel tanah, tensiometer untuk mengukur tegangan air tanah, termometer tanah untuk mengukur suhu tanah, tensiometer untuk mengukur tekanan air tanah, GPS (Global Possition System) untuk mengetahui titik koordinat pengambilan sampel tanah, serta alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

(30)

dengan pola tanam tersebut di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara.

Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan menggunakan Uji-t untuk membandingkan dua perlakuan, dimana:

t hitung = d atau t = | Ā – B | dengan: Sd S– B)

Ā : Lahan dengan pola tanam padi- padi

B : Lahan dengan pola tanam padi- semangka d : Selisih antara A dan B

sd : galat baku dari nilai tengah antara A dan B S (A-B) : galat baku dari nilai tengah antara A dan B Hipotesis:

H0 : Ā = B atau Ā – B = µd H1 : Ā ≠ B atau Ā – B ≠ 0

Apabila t hitung < t0,05 H0 diterima Pelaksanaan Penelitian

Persiapan

Tahap persiapan meliputi konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peralatan, pengumpulan data dalam bentuk deskripsi mengenai daerah penelitian, pengumpulan tinjauan literatur, dan penentuan lokasi pengambilan contoh tanah.

Pelaksanaan

(31)

yaitu pada akhir panen padi dan pada pola tanam padi- semangka pada akhir panen semangka.

- Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kedalaman 0-20 cm . - Jumlah sampel yang diambil sebanyak 20.

- Analisis kandungan bahan organik tanah dan beberapa sifat fisik tanah di Lapangan dan Laboratorium Riset Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

- Analisis di laboratorium meliputi analisis kandungan bahan organik tanah, kerapatan isi, total ruang pori dan permeabilitas tanah.

- Pengamatan di lapangan meliputi pengukuran suhu tanah dan tegangan air tanah dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

a) Suhu tanah (°C)

Suhu tanah diukur di lapangan dengan menggunakan termometer tanah yang ditancapkan ke dalam tanah pada pola tanam padi- padi dan padi semangka pada waktu yang bersamaan sedalam 10 cm selama 10 menit. Pengamatan dimulai tanggal 04 September 2012 pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB dan dilanjutkan pada tanggal 05 September 2012 karena pada lokasi penelitian hujan turun.

b) Tegangan air tanah (mm)

(32)

September 2012 pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB dan dilanjutkan pada tanggal 05 September 2012 karena pada lokasi penelitian hujan turun.

Peubah Amatan

Kandungan bahan organik dengan metode Walkey and Black Suhu tanah (°C)

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Bahan Organik Tanah

[image:33.595.112.516.270.485.2]

Kandungan bahan organik tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi (A) dan pola tanam padi- semangka (B) dapat dilihat pada Tabel 2. berikut

Tabel 2. Kandungan Bahan Organik (%) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B).

No Sampel Bahan Organik (%) d= A-B Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 1,63 1,43 0,21

2. 1,75 1,82 -0,07

3. 1,63 1,89 -0,26

4. 2,15 2,48 -0,33

5. 2,55 2,60 -0,05

6. 2,08 1,50 0,58

7. 1,89 2,08 -0,19

8. 1,31 2,48 -1,17

9. 1,50 2,29 -0,79

10. 1,89 1,82 0,07

Total 18,39 20,38 -2,00

Rata- Rata 1,84 2,04 -0,20

(34)

Suhu Tanah

[image:34.595.114.515.213.429.2]

Suhu tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi (A) dan pola tanam padi- semangka (B) dapat dilihat pada Tabel 3. berikut

Tabel 3. Suhu Tanah (⁰C) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B).

No Sampel Suhu Tanah (⁰C) d= A-B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 26,00 26,00 0,00

2. 26,00 26,00 0,00

3. 26,00 25,00 1,00

4. 26,00 25,50 0,50

5. 25,00 25,00 0,00

6. 23,00 23,00 0,00

7. 24,00 23,50 0,50

8. 26,00 24,50 1,50

9. 26,00 25,00 1,00

10. 26,00 26,00 0,00

Total 254,00 249,50 4,50

Rata- Rata 25,40 24,95 0,45

Dari data analisis suhu tanah diperoleh bahwa rataan suhu tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi (A) lebih tinggi dibandingkan dengan pola tanam padi- semangka (B) dan berdasarkan analisis menggunakan uji-t

(35)

Tegangan Air Tanah

[image:35.595.113.516.214.430.2]

Tegangan air tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi (A) dan pola tanam padi- semangka (B) dapat dilihat pada Tabel 4. Berikut

Tabel 4. Tegangan Air (mm) Tanah pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B).

No Sampel Tegangan Air (mm) d= A-B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 102.02 51.01 51,01

2. 153.02 51.01 102,02

3. 102.02 51.01 51,01

4. 153.02 306.05 -153,02

5. 51.01 51.01 0,00

6. 153.02 306.05 -153,02

7. 102.02 153.02 -51,01

8. 102.02 153.02 -51,01

9. 153.02 102.02 51,01

10. 204.03 255.04 -51,01

Total 1275.20 1479.23 -204,03

Rata- Rata 127.52 147.92 -20,40

(36)

Kerapatan Isi Tanah

[image:36.595.111.517.215.441.2]

Kerapatan isi pada sawah dengan pola tanam padi- padi (A) dan sawah dengan pola tanam padi- semangka (B) dapat dilihat pada Tabel 5. berikut

Tabel 5. Kerapatan Isi (g/cc) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B).

No Sampel Kerapatan Isi (g/cc) d= A-B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 1,31 1,23 0,08

2. 1,06 1,17 -0,11

3. 1,10 1,12 -0,02

4. 1,19 1,12 0,07

5. 1,16 1,12 0,04

6. 1,23 1,21 0,02

7. 1,15 1,13 0,02

8. 1,26 1,32 -0,06

9. 1,24 1,24 0,00

10. 1,31 1,36 -0,05

Total 12,00 12,02 -0,02

Rata- Rata 1,20 1,20 0,002

(37)

Total Ruang Pori Tanah

[image:37.595.114.516.212.428.2]

Total ruang pori tanah pada sawah dengan pola tanam padi- padi (A) dan pola tanam padi- semangka (B) dapat dilihat pada Tabel 6. berikut

Tabel 6. Total Ruang Pori (%) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B).

No Sampel Total Ruang Pori (%) d= A- B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1 50,64 53,49 -2,85

2 60,17 55,93 4,24

3 58,56 57,89 0,66

4 55,10 57,69 -2,59

5 56,14 57,60 -1,46

6 53,64 54,43 -0,79

7 56,74 57,48 -0,73

8 52,47 50,25 2,22

9 53,23 53,14 0,09

10 50,50 48,68 1,82

Total 547,19 546,58 0,61

Rata- Rata 54,72 54,66 0,06

(38)

Permeabilitas Tanah

[image:38.595.112.514.212.433.2]

Permeabilitas tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi (A) dan pola tanam padi- semangka (B) dapat dilihat pada Tabel 7. berikut

Tabel 7. Permeabilitas (cm/jam) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B).

No Sampel Permeabilitas (cm/jam) d= A- B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 6,13 6,08 0,05

2. 6,32 5,37 0,95

3. 6,40 8,50 -2,10

4. 7,12 9,99 -2,87

5. 6,30 6,24 0,06

6. 9,97 6,08 3,89

7. 9,89 8,60 1,29

8. 8,37 8,04 0,33

9. 7,22 8,60 -1,38

10. 9,97 9,81 0,16

Total 77,69 77,31 0,38

Rata- Rata 7,77 7,73 0,04

Dari data analisis permeabilitas tanah diperoleh bahwa rataan permeabilitas pada tanah sawah dengan pola tanam padi- padi (A) lebih tinggi dibandingkan dengan pada pola tanam padi- semangka (B) dan berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa permeabilitas tanah tidak berbeda nyata pada taraf 5% (lampiran 2. Tabel 6.)

(39)
[image:39.595.109.416.117.342.2]

Tabel 8. Hasil Uji- t untuk Rataan Parameter Tanah Sawah

Parameter Rataan Hasil Uji- t

A B

(40)

Pembahasan

Dari data kuisioner yang diperoleh dari petani pada saat pengambilan sampel tanah diperoleh bahwa petani pada umumnya menggunakan benih padi varietas Ciherang dan pengolahan lahan sawah dilakukan dengan menggunakan traktor tangan. Pengaplikasian pupuk seperti pupuk Urea, ZA, SP-36, KCl dan Poska dilakukan sebelum tanam dan setelah padi ditanam aplikasi pupuk dilanjutkan dengan rentang waktu ½ bulan sekali dengan dosis 20 kg per rante. Hasil panen yang diperoleh pada pola pertanaman padi- padi (A) berkisar antara 5- 5,75 ton/Ha.

Pada pola tanam padi- semangka, pada musim tanam padi petani melakukan pengolahan lahan dan pemupukan seperti yang dilakukan pada pola tanam padi- padi (A) dengan hasil panen padi yang diperoleh berkisar antara 5- 5,75 ton/Ha dan pada musim tanam semangka petani pada umumnya menggunakan benih semangka varietas Baginda dan Bunggawa. Pengaplikasian pupuk seperti pupuk TSP, NPK dan KCl dilakukan sebelum tanam dan setelah semangka ditanam aplikasi pupuk dilanjutkan dengan rentang waktu 1 minggu sekali dengan dosis 200 kg per Hektar. Hasil panen yang diperoleh berkisar antara 12 ton per hektar.

(41)

masih memilih untuk membakar sisa panen berupa jerami padi dan hanya menggunakan sedikit jerami padi sebagai mulsa pada saat budidaya semangka.

Dengan adanya rotasi tanaman antara tanaman padi dengan semangka dapat membantu mengendalikan gulma, memutus siklus hama yang menyerang tanaman padi dan semangka. Younessi (2007) menyatakan bahwa rotasi tanaman merupakan salah satu praktek penting dalam sistem pertanian berkelanjutan. Rotasi tanaman dapat membantu dalam mengendalikan gulma, memasok nutrisi tanah, meningkatkan kualitas tanah, dan mengurangi erosi tanah.

(42)

Menurut Calegari, dkk (2011) bahan organik mempunyai peranan penting dalam pembentukan dan stabilitas agregat tanah dan penambahan sisa- sisa tanaman secara terus- menerus dapat meningkatkan kandungan bahan organik pada lapisan atas tanah, yang meningkatkan agregat tanah dan memiliki dampak besar pada struktur tanah. Pada sistem tanpa olah tanah kandungan bahan organik lebih tinggi dan juga meningkatkan makroporositas tanah dan penurunan kepadatan tanah dibandingkan dengan pengelolaan tanah secara konvensional. Pada sistem tanpa olah tanah diterapkan rotasi tanaman yang mengalami peningkatan kadar karbon organik. Dalam penelitian Calegaria, dkk (2011) di Brasil pada lahan dengan rotasi tanaman gandum dengan kedelai dan jagung dibandingkan dengan lahan tanpa rotasi tanam diperoleh bahwa dari 13 sampai 24% karbon orgaik tanah dianggap secara fisik melindungi tanah dari biodegradasi karena lokasinya di mikroagregat tanah.

(43)

maupun aktivitas biologi di dalam tanah. Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan dan faktor tanah. Suhu tanah adalah salah satu sifat tanah penting karena mempengaruhi pertumbuhan tanah secara langsung dan juga mempengaruhi kelembaban, aerasi, struktur, aktivitas mikrobia dan enzim, dekomposisi residu tanaman dan ketersediaan unsur hara tanaman.

Dari hasil pengamatan tegangan air yang dilakukan di lapangan dengan menggunakan tensiometer diperoleh rata- rata tegangan air pada pola tanam padi- semangka (A) lebih rendah dari pada rata- rata tegangan air pada pola tanam padi- semangka (B). Pada pola tanam padi- semangka rataan tegangan air yaitu 127,52 mm dan pada pola tanam padi- semangka 147,92 mm. Pada pola tanam padi- semangka rataan tegangan air lebih tinggi dapat diakibatkan oleh karena selama musim tanam semangka lahan dikeringkan karena tanaman semangka tidak memerlukan penggenangan selama masa budidayanya. Sehingga tanah pada pola tanam ini tanah lebih kering. Sementara pada pola tanam padi- padi rataan tegangan air lebih rendah dapat diakibatkan oleh karena pada saat pertanaman padi lahan cenderung digenangi karena tanaman padi memerlukan penggenangan selama masa budidayanya. Sehingga tanah pada pola tanam ini tegangan air lebih tinggi (basah). Meskipun tegangan air antara A dan B berbeda, namun kondisi ini masih berada dalam keadaan tanah basah. Artinya tanaman tanaman yang dibudidayakan tidak menyebabkan tanah menjadi kering (kekurangan air).

(44)

kekurangan air pada musim tanam tertentu. Untuk mengatasi kekurangan air tersebut maka pada umumnya petani menerapkan pola tanam padi- semangka. Dengan demikian ketersediaan air untuk musim tanam padi berikutnya dapat dipenuhi. Menurut Subagyono, dkk (2004) pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi padi di lahan sawah. Produksi padi sawah akan menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). Tanaman padi membutuhkan air yang volumenya berbeda untuk setiap pertumbuhannya. Dengan demikian teknik pengelolaan air perlu secara spesifik dikembangkan sesuai dengan sistem produksi padi sawah dan pola tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alur irigasi dapat secara signifikan meningkatkan hasil tanaman palwija yang dapat dirotasikan dengan tanaman padi (Singh dkk,2011)

(45)

Pada pola tanam A dari data analisis diperoleh bahwa rataan total ruang pori lebih tinggi pada pola tanam A dibandingkan pada pola tanam B. Namun demikian berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji-t nilai total ruang pori pada pola tanam A dan B tidak berbeda nyata. Pada pola tanam A diperoleh rataan total ruang pori 54,72% dan pada pola tanam B 54,66 %. Kedua nilai ini masih berada pada kondisi total ruang pori yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur dari Hasibuan (2009), yang menyatakan bahwa total ruang pori yang ideal untuk pertumbuhan tanaman adalah 50% dari total volume tanah.

(46)

KESIMPULAN

1. Kandungan bahan organik tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi-

padi yakni 1,85% sedangkan pada pola tanam padi- semangka yakni 2,04 %. 2. Suhu tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi yakni

25,40 ºC sedangkan pada pola tanam padi- semangka yakni 24,95 ºC.

3. Tegangan air tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi yakni 127,52 mm sedangkan pada pola tanam padi- semangka yakni 124,95 mm. 4. Kerapatan isi tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi yakni

1,20 g/cc sedangkan pada pola tanam padi- semangka yakni 1,20 g/cc.

5. Total ruang pori tanah pada lahan sawah dengan pola tanam padi- padi yakni 54,72% sedangkan pada pola tanam padi- semangka yakni 54,66%.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Fahmuddin.,dan Irawan. 2004. Alih Guna dan Aspek Lingkungan Lahan Sawah. dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian.

Agus, Fahmuddin dan Ai Dariah. 2008 . Pengelolaan Sifat Fisik Tanah Sawah Bukaan Baru. Dalam Parsono. Seri Monograf. [12 Maret 2012].

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Badan Litbang Pertanian, 2006. Kumpulan Istilah Ilmu Tanah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Badan

Litbang Pertanian- Departemen Pertanian. Istilah ilmu tanah.doc. [12 Maret 2012].

BPTP Sumatera Barat. 2 option=com_content&view=article&id=199: pesisir- selatan-

berpeluang-kembangkan -semangka-setelah-padi-sawah&catid=1:info-teknologi. [12 Maret 2012].

Calegari. A., Rheinheimer.D., Tourdonnet S., Tessier. D., Hargrove WL., Ralisch R., Guimaraes MF., Tavares Filho.2011.Soil Physical Properties Affected by Soil Management and Crop Rotation in a Long Term Experiment in Southern Brazil. Instituto Agronomico do Parana, Londrina, Parana. Brazil.

Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., H. Hanum. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. 2010. USU Press. Medan.

Foth, Henry D. 1994. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Gunadi, I.G.A., I. Gusti N.S., Gede M.A., dan I Ketut K.D.2010. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Pemanfaatan Sumberdaya Air untuk Menunjang Ketahan Pangan. Universitas Udayana. Denpasar.

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Gafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. IPB Press. Bogor

(48)

Hardjowigeno, S., H. Subagyo, dan M. Lutfi Rayes. 2004. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian.

Harian Aceh. 2012. Menuju Pemilukada Aceh ( Aceh.com. [12 Maret 2012].

Hasibuan, Bachtiar Effendi. 2009. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian.USU. Medan. Imran. 2005. Budidaya Tanaman Semangka ( Citrulus Vulhgaris Schard ). Kantor

Informasi Penyuluhan Pertanian. Kabupaten Labuhanbatu.

Jamilah, dan Hamidah Hanum. 2011. Evaluasi Tingkat Kesuburan Tanah Sawah Akibat Pemberian Pupuk Anorganik Secara Terus- Menerus di Kabupaten Batu Bara. Prosiding. Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan. 23- 25 Mei 2011. Palembang.

Jat RK., Gopal ., Gupta R., Jat ML. Double no-till in a rice-wheat rotation under eastern Gangetic plains of South Asia: medium-term effects on productivity and profitability. 2011. International Maize and Wheat Improvement Centre (CIMMYT).NASC Complex.New Delhi. India.

Joko Pramono. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi SawahAssessment of Organic Matter Application for Irrigated Rice. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Agrosains

Kurnia, Undang., Fahmuddin Agus., Abdurachman Adimihardja., Ai Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Lubis, Kemala Sari. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. USU Reository. Medan.

Oades J.M.1989. An Introduction to Organic Matter in Soils . Dalam Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Kandungan Bahan Organik (Kasus Di Kabupaten Bima). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. NTB.

Prasetyo, H.P., J.S. Adiningsih, K. Subagyono, dan R. D.M. Simanungkalit. 2004. Mineralogi, Kimia, Fisika, dan Biologi Lahan Sawah. dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian.

(49)

Saptana., I.W. Rusastra., H.P. Saliem., Supriati.2004. Prospek Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman Pangan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Schwab, G.O., Fangmeir, D.D., Elliot, W.J., and Frevert, R.K. 1992. dalam Setyowati,Dewi Liesnoor.2007. Sifat Fisik Tanah dan Kemampuan Tanah Meresapkan Air pada Lahan Hutan, Sawah, dan Permukiman. Jurusan Geografi FIS UNNES.

Setyorini, Diah., L.R. Widowati., A. Kasno. 2007. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah (Paddy Soil Test Kit) Versi 1.1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Singh. UP.,, Singh Y., Singh. RG., Gupta. RK. 2011. Opportunities for increasing food legume production through Conservation Agriculture based resource conserving technologies in rice-wheat System. NASC Complex.New Delhi. India.

Subagyono, Kandi., A. Dairiah., E. surmaini., dan U. Kurnia. 2004. Pengelolaan Air pada Tanah Sawah. dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian.

Wihardjaka, Anicetus. 2010. Pengaruh Pupuk KCl dan Jerami Padi Terhadap Perilaku dan Hasil Padi Sawah. IPB. Bogor.

Younessi, Z., Y. Filizadeh., A. Rezazadeh.2007. Effects of Crop Rotation and Tillage Depth on Weed Competition and Yield of Rice in the Paddy Fields of Northern Iran. J. Agric. Sci. Technol.

(50)

LAMPIRAN

(51)

LAMPIRAN

Tabel 1. Data Analisis Bahan Organik (%)

No Sampel Bahan Organik (%) d= A-B Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 1,63 1,43 0,21

2. 1,75 1,82 -0,07

3. 1,63 1,89 -0,26

4. 2,15 2,48 -0,33

5. 2,55 2,60 -0,05

6. 2,08 1,50 0,58

7. 1,89 2,08 -0,19

8. 1,31 2,48 -1,17

9. 1,50 2,29 -0,79

10. 1,89 1,82 0,07

Total 18,39 20,38 -2,00

Rata- Rata 1,84 2,04 -0,20

JK d̄ Sd̄ thitung t0,05 t0,01

[image:51.595.113.516.455.725.2]

2,20 0,20 0,16 1,28tn 2,262 3,250

Tabel 2. Data pengamatan Suhu Tanah (⁰C)

No Sampel Suhu Tanah (⁰C) d= A-B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 26,00 26,00 0,00

2. 26,00 26,00 0,00

3. 26,00 25,00 1,00

4. 26,00 25,50 0,50

5. 25,00 25,00 0,00

6. 23,00 23,00 0,00

7. 24,00 23,50 0,50

8. 26,00 24,50 1,50

9. 26,00 25,00 1,00

10. 26,00 26,00 0,00

Total 254,00 249,50 4,50

Rata- Rata 25,40 24,95 0,45

JK d̄ Sd̄ thitung t0,05 t0,01

(52)
[image:52.595.110.515.119.398.2]

Tabel 3. Data Pengamatan Tegangan Air (mm)

No Sampel Tegangan Air (mm) d= A-B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 102.02 51.01 51,01

2. 153.02 51.01 102,02

3. 102.02 51.01 51,01

4. 153.02 306.05 -153,02

5. 51.01 51.01 0,00

6. 153.02 306.05 -153,02

7. 102.02 153.02 -51,01

8. 102.02 153.02 -51,01

9. 153.02 102.02 51,01

10. 204.03 255.04 -51,01

Total 1275.20 1479.23 -204,03

Rata- Rata 127.52 147.92 -20,40

JK d̄ Sd̄ thitung t0,05 t0,01

137,72 20,40 27,63 0,74 tn 2,262 3,250 Tabel 4. Data Pengamatan Kerapatan Isi (g/cc)

No Sampel Kerapatan Isi (g/cc) d= A-B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 1,31 1,23 0,08

2. 1,06 1,17 -0,11

3. 1,10 1,12 -0,02

4. 1,19 1,12 0,07

5. 1,16 1,12 0,04

6. 1,23 1,21 0,02

7. 1,15 1,13 0,02

8. 1,26 1,32 -0,06

9. 1,24 1,24 0,00

10. 1,31 1,36 -0,05

Total 12,00 12,02 -0,02

Rata- Rata 1,20 1,20 0,002

JK d̄ Sd̄ thitung t0,05 t0,01

[image:52.595.118.519.423.693.2]
(53)
[image:53.595.112.515.118.397.2]

Tabel 5. Data Pengamatan Total Ruang Pori (%)

No Sampel Total Ruang Pori (%) d= A- B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1 50,64 53,49 -2,85

2 60,17 55,93 4,24

3 58,56 57,89 0,66

4 55,10 57,69 -2,59

5 56,14 57,60 -1,46

6 53,64 54,43 -0,79

7 56,74 57,48 -0,73

8 52,47 50,25 2,22

9 53,23 53,14 0,09

10 50,50 48,68 1,82

Total 547,19 546,58 0,61

Rata- Rata 54,72 54,66 0,06

JK d̄ Sd̄ thitung t0,05 t0,01

44,77 0,06 0,71 0,09tn 2,262 3,250

Tabel 6. Data Pengamatan Permeabilitas (cm/jam)

No Sampel Permeabilitas (cm/jam) d= A- B

Padi-Padi(A) Padi- Semangka (B)

1. 6,13 6,08 0,05

2. 6,32 5,37 0,95

3. 6,40 8,50 -2,10

4. 7,12 9,99 -2,87

5. 6,30 6,24 0,06

6. 9,97 6,08 3,89

7. 9,89 8,60 1,29

8. 8,37 8,04 0,33

9. 7,22 8,60 -1,38

10. 9,97 9,81 0,16

Total 77,69 77,31 0,38

Rata- Rata 7,77 7,73 0,04

JK d̄ Sd̄ thitung t0,05 t0,01

[image:53.595.113.516.436.668.2]

Gambar

Tabel 2. Kandungan Bahan Organik (%) pada Tanah Sawah dengan Pola    Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B)
Tabel 3. Suhu Tanah (⁰C) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi- Padi (A) dan Padi- Semangka (B)
Tabel 4. Tegangan Air (mm) Tanah pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi-  Padi (A) dan Padi- Semangka (B)
Tabel 5. Kerapatan Isi (g/cc) pada Tanah Sawah dengan Pola Tanam Padi-   Padi (A) dan Padi- Semangka (B)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani padi sawah dengan penerapan pengaturan pola tanam

Bobot Biji Panen Tanaman Kedelai pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Babeda. Tanaman kedelai varietas Bromo nyata

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pendapatan sistem tanam padi sawah dengan sistem tanam padi lahan kering kecamatan kuala kabupaten nagan

Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Kajian Adopsi Inovasi Pola Tanam Jajar Legowo pada Usahatani Padi Sawah

fisik tanah akibat pemberian bahan organik jerami padi, pupuk kandang. kambing, dan pupuk petroganik pada tanah sawah yang

Hasil penelitian menunjukkan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam berpengaruh meningkatkan produktivitas padi sawah (Oryza sativa L.) pada jarak tanam legowo 4 : 1.

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab.. Tabel 5.1.04

Tujuan dari penelitian ini adalah melanjutkan perancangan algoritma berbasis pada kearifan lokal yaitu tanam padi, bajak sawah dan menghasilkan panen padi