• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi etika bisnis islam dalam menghadapi persaingan usaha : studi kasus terhadap pedagang muslim di pasar ciputat tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi etika bisnis islam dalam menghadapi persaingan usaha : studi kasus terhadap pedagang muslim di pasar ciputat tangerang"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA

(Studi Kasus Terhadap Pedagang Muslim Di Pasar Ciputat Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)

Oleh:

ERIK LESMANA

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA

(Studi Kasus Terhadap Pedagang Muslim Di Pasar Ciputat Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)

Oleh:

ERIK LESMANA NIM. 105046101589

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

DR. SYAHRUL A’DAM, M.Ag. HOTNIDA NASUTION, M.Ag.

NIP. 197305042000031002 NIP. 197106301997032002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA (Studi Kasus Terhadap Pedagang

Muslim Di Pasar Ciputat Tangerang), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 14 Juni 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002

Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001

Pembimbing I : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag (...) NIP. 197305042000031002

Pembimbing II: Hotnida Nasution, M.Ag (...) NIP. 197106301997032002

Penguji I : Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA (...) NIP. 196011071985051001

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Juni 2010

(5)

Ciputat Tangerang)”, Program Strata 1 (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2010 yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan pengaruh tingkat persaingan usaha dan pemahaman etika bisnis Islam terhadap perilaku dagang dan seberapa besar pengaruhnya. Penelitian ini dilakukan dipasar Ciputat Tangerang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survei. Responden adalah para pedagang muslim yang berjualan di pasar Ciputat. Teknik analisis data untuk menunjukan hiputesis adalah uji Rank Spearman. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan searah dan signifikan antara tingkat persaingan usaha dan pemahaman etika bisnis Islam terhadap perilaku dagang. Sementara pengaruhnya sedang dan kuat.

Selain hal itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses berlangsungnya persaingan usaha di pasar Ciputat dan sejauh mana para pedagang muslim dipasar ini telah mengimplementasikan etika bisnis Islam. Hasil penelitian menyatakan bahwa proses berlangsungnya persaingan usaha dipasar Ciputat tersebut berjalan dengan sehat karena telah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama Islam. Sedangkan ajaran Islam terutama yang berkenaan dengan etika

(6)
(7)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena kasih sayang dan kuasaNya penulis diberikan kekuatan, kesabaran, kejernihan pikiran, dan keistiqamahan. KarenaNya dan BersamaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Manusia paling mulia yang perkataannya adalah pedoman, perbuatannya adalah teladan, dan ketetapannya adalah sandaran. Yang disepanjang hayatnya berjuang untuk kejayaan Islam dan keselamatan kaum muslimin serta memberikan tuntunan kepada umat manusia menuju akhlakul karimah. Pembawa syariatNya bagi seluruh hambaNya dalam setiap ruang dan waktu sampai akhir zaman.

Sejatinya skripsi adalah gambaran komprehensif dari kemampuan mahasiswa yang didapat selama perkuliahan. Begitu banyaknya kekurangan dalam skripsi ini adalah menggambarkan kedangkalan pengetahuan dari penulis. Karenanya kritik dan saran dari pembaca sangat penulis nantikan agar kesalahan serupa tidak terulang dimasa depan.

Dibalik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas terselesaikannya skripsi ini. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan “segalanya” yang terbaik kepada Ayahanda Arbain Abu dan Ibunda Masdarni tercinta. Salam sujud penulis haturkan atas kesabaran,

(8)

mengajarkan makna kehidupan.

Dan selanjutnya, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu dan telah dengan sabar memberi masukan dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada para dosen program studi Muamalat yang telah mengajarkan kepada kami berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat dengan penuh rasa ikhlas dan kesabaran.

Akhirnya penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H. Sekertaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. Terima kasih atas segala masukan, arahan, serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(9)

Pasar Ciputat yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian dipasar Ciputat tersebut. Kepada Bapak M. Amri (Staf Penyalar dipasar Ciputat), terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Dan kepada seluruh petugas harian Pasar Ciputat, terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya.

7. Seluruh keluarga besar penulis, saudara - saudariku tercinta; Kyai Elvis Yunansi dan Kyai Leni Martini (Istri), Kakanda Hendri Gunawan Dan Ayunda Lince Arnila (Istri), Kakanda Ali Palefi, Adinda Rika Lestari dan Hendra Gandi (Suami), Keponakan tercinta Salsabila Inka Putri, Zakiya Andara, Nicky Putri Alvioni, terima kasih atas segala dukungan moril maupun materil serta doanya, segala kasih sayang yang selalu di curahkan. Keluarga besar Bapak Aim Nurbudiman S.Pd dan Ibu Euis Sopiah S.Pd, terima kasih atas dukungan moral yang telah diberikan. Adinda Silvy Evilia Ratna Lisdiani teriima kasih atas semangat, motivasi dan doanya.

8. Seluruh dosen program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, terima kasih atas ilmu yang telah disampaikan.

9. Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B. terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang diberikan. Semoga kita semua meraih kesuksesan. Zainal Arifin, Abdul Fatah, Arif Hamdan, Sadar Rukmana, terima kasih atas bantuannya.

(10)

Jazaa kumullah Khairan Katsiraa.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 14 Juli 2010 (Erik Lesmana)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

(11)

D. Tinjauan Studi Terdahulu... 13

E. Teknik Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

A. Etika Bisnis dalam Islam... 16

B. Pasar dan Bentuk Persaingan Usaha... 25

1. Pengertian... 25

2. Struktur Pasar ... 27

a. Pasar Bersaing Sempurna... 27

b. Pasar Bersaing Monopolistik (Monopolistis Competition)... 29

c. Pasar Monopoli ... 30

d. Pasar Oligopoli... 32

C. Mekanisme Pasar dalam Islam ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A.Ruang Lingkup Penelitian... 44

B. Metode Pengumpulan Data ... 44

1. Teknik Penarikan Sampel ... 44

2. Jenis Penelitian... 44

(12)

C. Teknik Analisis Data ... 48

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Data... 48

2. Model Korelasi... 50

3. Perumusan Hipotesa... 51

4. Pengujian Hipotesis (Uji Rank Spearman) ... 51

5. Variabel Penelitian dan Devenisi Operasional... 52

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN... 60

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 60

1. Existing Kondisi Pasar Ciputat ... 60

2. Struktur Organisasi ... 63

B. Penemuan dan Pembahasan... 63

1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 63

2. Deskripsi Data... 72

a. Deskripsi Responden... 72

b. Jawaban Responden ... 78

C. Pengujian Hipotesis ... 130

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 133

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 138

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tinjauan Studi Terdahulu... 13 Tabel 3.1 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 52

(14)

Tabel 4.2 Spearman’s rho Pemahaman Etika Bisnis Islam... 66

Tabel 4.3 Spearman’s rho Tingkat Persaingan Usaha ... 68

Tabel 4.4 Spearman’s rho Perilaku Dagang... 70

Tabel 4.5 Distribusi Kuesioner ... 73

Tabel 4.6 Deskripsi Responden ... 74

Tabel 4.7 Pernyataan 1 : PU... 78

Tabel 4.8 Pernyataan 2 : PU... 79

Tabel 4.9 Pernyataan 3 : PU... 80

Tabel 4.10 Pernyataan 4 : PU... 80

Tabel 4.11 Pernyataan 5 : PU... 81

Tabel 4.12 Pernyataan 6 : PU... 81

Tabel 4.13 Pernyataan 7 : PU... 82

Tabel 4.14 Pernyataan 8 : PU ... 82

Tabel 4.15 Pernyataan 9 : PU... 83

Tabel 4.16 Pernyataan 13 : PU... 84

Tabel 4.17 Pernyataan 14 : PU... 84

Tabel 4.18 Pernyataan 15 : PU... 85

Tabel 4.19 Pernyataan 16 : PU... 86

Tabel 4.20 Pernyataan 17 : PU... 86

(15)

Tabel 4.24 Pernyataan 21 : PU... 88

Tabel 4.25 Pernyataan 22 : PU... 89

Tabel 4.26 Pernyataan 23 : PU... 89

Tabel 4.27 Pernyataan 24 : PU... 90

Tabel 4.28 Pernyataan 25 : PU... 90

Tabel 4.29 Pernyataan 26 : PU... 91

Tabel 4.30 Pernyataan 27 : PU... 91

Tabel 4.31 Pernyataan 28 : PU... 92

Tabel 4.32 Pernyataan 29 : PU... 93

Tabel 4.33 Pernyataan 30 : PU... 93

Tabel 4.34 Pernyataan 1 : TP ... 95

Tabel 4.35 Pernyataan 2 : TP ... 95

Tabel 4.36 Pernyataan 3 : TP ... 96

Tabel 4.37 Pernyataan 4 : TP ... 96

Tabel 4.38 Pernyataan 5 : TP ... 97

Tabel 4.39 Pernyataan 6 : TP ... 97

Tabel 4.40 Pernyataan 8 : TP ... 98

Tabel 4.41 Pernyataan 9 : TP ... 99

Tabel 4.42 Pernyataan 10 : TP ... 99

(16)

Tabel 4.46 Pernyataan 14 : TP ... 102

Tabel 4.47 Pernyataan 15 : TP ... 102

Tabel 4.48 Pernyataan 16 : TP ... 103

Tabel 4.49 Pernyataan 17 : TP ... 104

Tabel 4.50 Pernyataan 18 : TP ... 104

Tabel 4.51 Pernyataan 19 : TP ... 105

Tabel 4.52 Pernyataan 20 : TP ... 106

Tabel 4.53 Pernyataan 21 : TP ... 106

Tabel 4.54 Pernyataan 22 : TP ... 107

Tabel 4.55 Pernyataan 23 : TP ... 108

Tabel 4.56 Pernyataan 24 : TP ... 108

Tabel 4.57 Pernyataan 25 : TP ... 109

Tabel 4.58 Pernyataan 1 : PD... 110

Tabel 4.59 Pernyataan 3 : PD... 110

Tabel 4.60 Pernyataan 4 : PD... 111

Tabel 4.61 Pernyataan 5 : PD... 112

Tabel 4.62 Pernyataan 6 : PD... 112

Tabel 4.63 Pernyataan 7 : PD... 113

Tabel 4.64 Pernyataan 8 : PD... 114

(17)

Tabel 4.68 Pernyataan 12 : PD... 116

Tabel 4.69 Pernyataan 13 : PD... 117

Tabel 4.70 Pernyataan 17 : PD... 117

Tabel 4.71 Pernyataan 18 : PD... 118

Tabel 4.72 Pernyataan 19 : PD... 118

Tabel 4.73 Pernyataan 20 : PD... 119

Tabel 4.74 Pernyataan 21 : PD... 120

Tabel 4.75 Pernyataan 22 : PD... 120

Tabel 4.76 Pernyataan 23 : PD... 121

Tabel 4.77 Pernyataan 24 : PD... 122

Tabel 4.78 Pernyataan 25 : PD... 122

Tabel 4.79 Pernyataan 26 : PD... 123

Tabel 4.80 Pernyataan 27 : PD... 123

Tabel 4.81 Pernyataan 28 : PD... 124

Tabel 4.82 Pernyataan 29 : PD... 125

Tabel 4.83 Pernyataan 30 : PD... 125

Tabel 4.84 Pernyataan 31 : PD... 126

Tabel 4.85 Pernyataan 32 : PD... 127

Tabel 4.86 Pernyataan 33 : PD... 127

(18)

Perilaku Dagang ... 130

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 2 : Administrasi Penelitian dan Kuesioner

(19)
(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan suatu yang sangat penting untuk mendapat perhatian secara mendalam. Karena agama dapat mempengaruhi proses kehidupan manusia, terutama dalam hal kemanusiaan, etika, estetika dan norma. Demikian pula tuntutan Islam dalam bermuamalah. Sejak dulu Rasulullah SAW telah menganjurkan cara bermuamalah yang didalamnya mencakup tentang perdagangan dengan cara yang bersih dari tipu daya dan mengajarkan kita untuk berbuat jujur serta menjunjung tinggi nilai keadilan.

Selanjutnya didalam hal perdagangan atau bisnis Rasul memberikan apresiasi yang lebih terhadap ini, dengan bersabda: “sembilan dari sepuluh pintu rizki Allah terdapat dalam perdagangan,” namun Rasul tidak dengan begitu saja meninggalkan tanpa aturan, kaidah, ataupun batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam dunia bisnis. Diantara nilai-nilai yang penting dalam bidang ini adalah; sifat “kasih sayang” yang telah dijadikan Allah sebagai “trade mark” risalah Muhammad SAW.

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiayaa / 21: 107)

(21)

Dalam suatu perekonomian yang kompleks saat ini, orang harus menghadapi tantangan dan risiko untuk mengkombinasikan tenaga kerja, material, modal dan manajemen secara baik sebelum memasarkan suatu produk. Orang-orang demikian itu dikenal sebagai pengusaha.

Motivasi utama kegiatan bisnis adalah laba yang didefinisikan sebagai perbedaan antara penghasilan dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Dalam bisnis, para pengusaha harus dapat melayani pelanggan dengan cara yang menguntungkan untuk kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, selain harus selalu mengetahui kesempatan-kesempatan baru untuk memuaskan keinginan-keinginan pembeli.1

Islam menghendaki perdagangan yang berlangsung dengan bebas dan bebas dari distorsi pasar. Hal ini bertujuan untuk memelihara unsur keadilan semua pihak dan Islam mengatur agar persaingan dipasar dilakukan secara adil. Persaingan dan globalisasi adalah sesuatu yang mesti dihadapi. Untuk menghadapinya diperlukan kekuatan-kekuatan atau daya saing (terutama dalam bidang produksi termasuk perniagaan), antara lain sebagai berikut2 :

a. Daya saing kualitas, produk-produk yang akan dipasarkan tentu kualitasnya harus bisa bersaing dengan baik

1

Husein Umar, Business an Introduction, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 3-4.

2

Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, cet.I, 2003), h. 44.

(22)

b. Daya saing harga, tidak mungkin akan memenangkan persaingan jika produk-produk yang dimiliki sangat mahal harganya. Tidak mungkin akan bisa memasarkan suatu produk jika harganya tinggi sekalipun dengan kualitas yang baik

c. Daya saing marketing, dunia marketing berbicara masalah pasar, maka hal yang terpenting adalah bagaimana menarik konsumen untuk membeli barang-barang yang telah diproduksi. Dalam hal ini kemampuan untuk mengemas produk sangat dibutuhkan

d. Daya saing jaringan kerja (networking), suatu bisnis tidak akan memiliki daya saing dan akan kalah jika “bermain sendiri” dalam hal ini bermakna tidak melakukan kerjasama, kooordinasi dan sinergi dengan lembaga-lembaga bisnis lain diberbagai bidang.

Sesungguhnya Islam ingin mendirikan dibawah naungan sejumlah nilai luhur satu pasar yang manusiawi, dimana orang yang besar mengasihi orang yang kecil, orang yang bodoh belajar dari yang pintar, dan orang-orang bebas menegur orang yang nakal dan dzalim. 3

Sedangkan pasar yang berada dibawah naungan peradaban materialisme dan filosofi kapitalisme tidak lain adalah miniatur hutan rimba, dimana orang yang kuat memangsa yang lemah, orang yang besar menginjak-injak yang kecil.

3

Yususf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Terj. K.H. Didin Hafidudin, Dkk, (Jakarta: Rabbani Press, 2001), h. 320.

(23)

Orang yang bisa bertahan dan menang hanyalah orang yang paling kuat dan kejam, bukan orang yang paling baik dan ideal.4

Realitas menunjukan bahwa sistem-sistem ekonomi sekuler (liberal dan sosialisme) telah membawa manusia berperilaku mengeksploitasi manusia lain. kekayaan alam dieksploitasi untuk kepentingan diri sendiri, dan bahkan Tuhan sendiri dikesampingkan ketika dalam proses pemenuhan kebutuhan materialnya.

Muhammad Syafii Antonio seperti yang dikutif Arifin Hamid, mengemukakan bahwa terdapat beberapa nilai dalam sistem ekonomi Islam, yaitu (1) Perekonomian Islam untuk masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim, (2) Nilai keadilan dan persaudaraan yang menyeluruh yang meliputi keadilan sosial, keadilan ekonomi, (3) Keadilan distributif pendapatan, larangan monopoli, kesempatan yang sama dan terbuka, jaminan pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs fulfillment), yang mampu menanggung yang tidak mampu (attakaful al-ijtimai). (4) Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial.5

Relevan dengan pandangan diatas, M.M. Metwally mengemukakan sejumlah prinsip dasar ekonomi Islam, sebagai berikut6 :

1. Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan Allah kepada manusia yang harus dimanfaatkan sesfisien dan seoptimal mungkin, tidak ada kemubaziran didalamnya.

4

Ibid., h. 321. 5

H. M. Arifin Hamid, Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia, (Perspektif Sosioyuridis), (Jakarta: Elsas, Cet: II, 2008), h. 134.

6

Ibid., h. 136-137.

(24)

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra’ / 17: 26-27)

2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk kepemilikan alat atau faktor produksi. Pemilikan pribadi bersifat tidak mutlak, kepemilikan mutlak hanya oleh penciptanya. Pemilikan individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat dan merupakan titipan (amanah) Allah kepada manusia. Alat dan faktor produksi di tangan manusia hanya bersifat penguasaan dalam bentuk pemanfaatan dan pengaturan sesuai dengan syariat Islam.

3. Islam menolak (tidak membenarkan) pendapatan yang diperoleh secara tidak halal (bathil), seperti pencurian, penipuan, kecurangan, penyuapan, penjualan barang dan jasa yang haram, penggunaan kiat-kiat yang manipulatif, keuntungan yang berlebihan dengan cara-cara yang tidak terpuji, penimbunan barang dan penggunaan iklan yang mengelabui dan tidak wajar.

4. Pemilikan pribadi termasuk alat dan faktor produksi sebagai kapital yang dapat mendorong peningkatan produksi nasional untuk kesejahteraan

(25)

masyarakat. Akumulasi capital yang terpusat pada segelintir orang tidak dibenarkan karena akan memperburuk distribusi pendapatan.

5. Penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama dengan landasan ketauhidan, keikhlasan, kejujuran dan keadilan serta hanya mengharapkan keuntungan yang wajar.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. Ali Imran: 130)

6. Prinsip pertanggungjawaban terhadap segala yang berkaitan dengan prilaku ekonomi baik semasa masih dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat nanti. Dengan keyakinan ini akan selalu memberikan inspirasi bagi para pelaku ekonomi untuk tidak berbuat diluar ketentuan syariat karena akan didapatkan ganjaran dan tidak terbebas dari pertanggungjawaban nantinya.

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al-Baqarah: 281)

(26)

Sistem ekonomi Islam memiliki tiga asas pokok sekaligus juga merupakan tujuan ekonomi Islam, yaitu7 : (1) Dunia beserta segala isinya dan kandungannya adalah milik Allah sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran:

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Maidah:120)

Manusia dalam konteks ini hanya berstatus sebagai khalifah, dengan demikian manusia adalah pemimpin dan pengendali semua makhluk di bumi yang nantinya harus dipertangungjawabkan kepada pencipta dan pemilik sesungguhnya. (2) Allah itu Esa dan pencipta segala makhluk dan tunduk kepada-Nya. Dan (3) Asas pertangungjawaban ganda, yaitu selain pertangungjawaban dunia juga masih harus dipertangungjawabkan di hari kemudian.

Muslim sebagai pondasi dasar ekonomi Islam tidak kalah pentingnya baik dalam membedakan perkembangan ekonomi Islam dan konvensional kedepan maupun menentukan perbedaan karakteristik aktivitas ekonomi Islam dan konvensional. 8

Manusia dalam ekonomi Islam dilihat bukan hanya sebagai objek yang diatur dalam perekonomian tetapi juga sebagai faktor penentu yang mengukuhkan berlangsungnya perekonomian diatas prinsip-prinsip Islam. Manusia jugalah yang kemudian menentukan perkembangan perekonomian Islam dengan segala

7

Ibid., h. 133-134 8

Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam (Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern), (Paradigma dan Aqsa Publishing, Cet: I), h. 91.

(27)

perangkat dan institusinya. Jadi landasan akidah atau nilai dasar Islam harus betul-betul dipahami oleh para pelaku pasar (manusia), sehingga bukan hanya prinsip-prinsip ekonomi Islam yang dapat berjalan tapi juga secara tak langsung keberlangsungan itu terjaga melalui pengawasan internal yang ada dalam diri manusia-manusianya. 9

Untuk itulah Islam mengajarkan setiap pelaku ekonomi atau bisnis untuk selalu memperhatikan lingkungan sosial disekitarnya. Sosiologi ekonomi tersebut dapat diartikan kedalam dua cara. Pertama, Sosiologi ekonomi didefinisikan sebgai sebuah kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang didalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan tersebut, dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi. Juga sebaliknya, bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat. Kedua, Sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis yang diterapkan fenomena ekonomi. Dari definisi ini terdapat dua hal yang harus dijelaskan, yaitu pendekatan sosiologis dan fenomena ekonomi.10

Sementara ekonomi konvensional (sekali lagi) sejalan dengan landasan filosofi materialismenya, manusia yang terbangun adalah manusia yang memiliki nilai-nilai atau parameter-parameter materialistis (economic man). Maka secara

9

Ibid., h. 91. 10

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 11-14.

(28)

otomatis juga hal ini menjaga mekanisme perekonomian konvensional untuk setia pada landasan filosofinya.11

Ada sebuah etika Islam yang menjadi rujukan manusia dalam beraktifitas, khususnya aktifitas ekonomi, agar segala yang dilakukan tidak keluar dari norma-norma Islam. Etika itu menyebutkan bahwa segala perbuatan hendaknya diniatkan (motif) karena Allah SWT, diniatkan dengan cara-cara Allah SWT (yang halal lagi baik), dan ditujukan hanya untuk Allah SWT (tidak lepas dari konsep ibadah, yaitu mencari ridha Allah SWT).12

Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadis sebagai pedoman telah menggariskan norma-norma etika dalam berusaha, ajaran itu adalah13 :

o Niat yang baik

o Tidak melalaikan kewajiban kepada Allah o Suka sama suka antara pihak yang bersangkutan o Dilandasi akhlak dan mental yang baik

o Tidak mau melakukan kecurangan

o Menerapkan administrasi yang baik dan manajemen yang tepat o Objek usaha haruslah yang halal

Di Indonesia, keinginan dan kesungguhan negara untuk menciptakan iklim usaha yang sehat telah diupayakan diantaranya dengan membuat suatu produk

11

Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam, h. 92. 12

Ibid., h. 68. 13

Rusydi, Etos Kerja dan Etika Usaha: Perspektif Al-Quran dalam Nilai dan Makna Kerja dalam Islam, (Jakarta: Persada Madani), h. 101.

(29)

perundang-undangan tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, yakni UU No. 5 Tahun 1999 yang mulai di berlakukan sejak tanggal 5 September 2000. UU ini merupakan hasil dari proses reformasi ekonomi dan politik yang diharapkan mampu menciptakan persaingan usaha yang sehat.14

Muhammad Amin Suma mengemukakan bahwa diantara tiang pancang etika bisnis atau tepatnya karakter bisnis yang sangat menetukan sukses atau tidaknya suatu bisnis ialah: iktikad baik, kejujuran, kesetiaan/ kepatuhan dan tanggungjawab. Dari beberapa prinsip tersebut dapatlah disimpulakan bahwa dengan modal etika bisnis islami sebagaimana diitentukan diatas, sekurang-kurangnya dalam keadaan tertentu, seseorang atau sekelompok orang bisa atau tepatnya boleh melakukan bisnis tanpa didahului dengan akad.15

Persaingan kapitalistik selalu terjadi dengan tidak sempurna dan tidak murni. Friksi, rigiditas dan ketidaklancaran bergeraknya faktor produksi selalu menimbulkan persaingan tidak sempurna. Asumsi pengetahuaan tentang persaingan sempurna tidak dibenarkan dan konsumen selalu ditunjukan dengan distorsi-distorsi yang diakibatkan pengaruh iklan.16

Islam lebih realistis. Ia menghargai kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi karena adanya kelangkaan dan menekankan perlunya suatu strategi yang terdiri dari sebuah paket peralatan. Semuanya selaras

14

Gelhorn dan Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis: Merger dalam Perspektif Monopoli, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 7.

15

Amin Suma, Menggali Akar, Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, Cet: I, 2008), h. 309.

16

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam, (Yogyakarta: BPTE, Cet: I, 2004), h. 383.

(30)

dengan pandangan dunianya dan maqashid. Tanpa adanya pendekatan komrehensif semacam ini maka yang ada hanyalah kebijakan gado-gado yang diramu lewat kompromi dengan berbagai tuntutan yang saling bertentangan dari kelompok pluralis dan kelas-kelas sosial.17

Permasalahannya, apakah agama sebagai tuntunan tersebut telah dipraktekan oleh para penganutnya dalam kehidupan yang profan ini terlebih melihat semakin ketatnya persaingan bisnis di era globalisasi sekarang ini.

Maka dengan melihat realitas diatas penulis merasa tertarik dan tergugah untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam penelitian skripsi dengan judul: “Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam Menghadapi Persaingan Usaha (Studi Kasus Terhadap Pedagang Muslim di Pasar Ciputat

Tangerang)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi hanya pada permasalahan tentang ada tidaknya pengaruh persaingan dan pemahaman etika bisnis terhadap perilaku dagang, yang obyeknya adalah para pedagang muslim di pasar Ciputat Tangerang.

Karena itu perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

17

M.Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Terj. Ikhwan Abidin B., (Jakarta: Gema Insani Press, Cet: I, 2000), h. 228.

(31)

1. Bagaimana implementasi etika bisnis Islam pada para pedagang muslim di pasar Ciputat

2. Bagaimana kondisi persaingan usaha yang terjadi antar pedagang muslim di pasar Ciputat

3. Bagaimana pengaruh etika bisnis Islam dan persaingan usaha terhadap perilaku dagang

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi etika bisnis Islam pada para pedagang muslim di pasar Ciputat

b. Untuk mengetahui bagaimana kondisi persaingan usaha yang terjadi antar pedagang muslim di pasar Ciputat

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh etika bisnis Islam dan persaingan usaha terhadap perilaku dagang

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Para Pedagang/ Pengusaha

o Menambah wawasan dan pengetahuan tentang etika bisnis Islam.

o Diharapkan setelah adanya pengetahuan tersebut kepada para pedagang di pasar Ciputat Tangerang, maka para pedagang akan bersikap istiqamah dalam melakukan tindakan/ perilaku bisnis yang sesuai dengan etika Islam.

(32)

o Meningkatkan kegiatan keagamaannya, melaksanakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak lain serta tetap menjunjung tinggi nilai dan norma agama yang telah dianutnya dengan sungguh-sungguh.

o Akan terciptanya persaingan usaha yang sehat dengan menerapkan nilai-nilai etika Islam sehingga diperoleh keberkahan hidup di dunia dan kemenangan di akhirat kelak.

b. Bagi Penulis

o Menambah pengetahuan teoritis dan memperluas wawasan untuk mempelajari secara langsung dan menganalisis hubungan tentang ada tidaknya pengaruh persaingan dan pemahaman etika bisnis terhadap perilaku dagang berdasarkan teori yang telah dipelajari.

o Menambah khazanah keilmuan tentang ekonomi Islam khususnya bagi penulis sendri dan bagi pembaca pada umumnya.

c. Bagi Pihak Lain

o Dapat dijadikan informasi tambahan bagi para pembaca untuk menambah referensi bagi penelitian khususnya mengenai persaingan usaha, tingkat pengetahuan pedagang muslim akan etika bisnis islami dan perilaku mereka. Dan dapat dijadikan study literatur untuk penelitian lebih lanjut bagi yang berminat.

D. Tinjauan Studi Terdahulu

(33)

Dalam tinjauan literatur, peneliti memperoleh dua tema yang lebih mendekati terhadap tema yang akan penulis bahas, yaitu:

Tabel 1.1

Tinjauan studi terdahulu

1. Judul “Hubungan Tingkat Persaingan Usaha dan Perilaku Etika Bisnis Islam Pedagang Muslim di Pasar Modern BSD Tangerang”

Penulis Ahmad Khoirul Ikhwan, Mahasiswa Program Studi Muamalat Perbankan Syariah UIN Jakarta (2006)

Jenis penelitian dan analisis data statistik

Penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan Regresi Linear Sederhana sebagai alat analisis

Hasil penelitian Setelah melakukan analisis dengan uji statistik dengan metode Product Moment (Person) ternyata terbukti, yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat persaingan usaha terhadap etika perilaku bisnis islam, dan hubungan tersebut bersifat kuat yakni sebesar 0,83 point atau berda pada kisaran 0,70-0,90. Namun teori tersebut tidak berlaku dipasar modern BSD Tangerang, sebab meskipun tingkat persaingan usahanya tinggi akan tetapi para pedagang (muslim) tetap istiqamah memakai

(34)

etika bisnis yang islami.

2. Judul “Pengaruh Tingkat Keagamaan Terhadap Perilaku Pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan”. Penulis Ahmad Faiz, Mahasiswa Program Studi Muamalat

Perbankan Syariah UIN Jakarta (2009),

Jenis penelitian dan analisis data statistik

Penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan Regresi Linear Sederhana sebagai alat analisis.

Hasil penelitian oDalam penelitiannya digunakan lima dimensi keagamaan yang dikembangkan oleh Djamludin Ancok dari rumusan Glock dan Stark yang membagi keagamaan menjadi lima dimensi; yaitu dimensi akidah Islam, dimensi peribadatan (praktek agama), dimensi akhlak (pengamalan), dimensi ilmu, dimensi penghayatan.

oBerdasarkan hasil pengujian statistik dengan uji f mengindikasikan bahwa variabel dimensi akidah Islam, dimensi peribadatan, dimensi akhlak, dimensi ilmu dan dimensi penghayatan berpengaruh terhadap perilaku pedagang secara simultan.

(35)

16

E. Teknik Penulisan

(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Etika Bisnis Dalam Islam

Sebelum berbicara tentang etika bermuamalah atau etika Bisnis lebih jauh, perlu diketahui beberapa hal yang berkenaan tentang etika dan bisnis itu

sendiri. Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur,

benar dan adil. Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral

dan immoral, membuat pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh

seseorang kepada orang lain atau kelompok tertentu.1

Secara sederhana sikap/ attitude didefinisikan sebagai Ekspresi sederhana dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa hal. Contoh: sikap

dalam kehidupan sehari-hari pada iklan, parpol dan/atau opini.

Berbicara tentang etika maka kita juga berbicara tentang value atau nilai. Nilai-nilai adalah harapan dan gambaran yang lebih umum tentang perilaku

manusia, yang mungkin sadar atau tertanam secara sangat dalam sehingga tidak

dapat dirumuskan secara verbal. Dengan demikian, nilai-nilai dapat didefinisikan

sebagai gambaran yang abstrak, kolektif yang manusia percaya bahwa hal itu

adalah benar, baik dan layak untuk dicapai.2

1

Gatut L Budiono, Etika Bisnis Pendekatan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Poliyama Widya Pustaka, 2008), h.2.

2

(37)

Selanjutnya, dalam hal bisnis; terdapat dua pengertian pokok mengenai

bisnis, pertama, bisnis merupakan kegiatan-kegiatan. Dan kedua, bisnis merupakan sebuah perusahaan. Para ahli pun mendefinisikan bisnis dengan cara

berbeda. Definisi Raymond E. Glos seperti yang dikutif Husein Umar, dianggap

memiliki cakupan yang paling luas, yakni3 :

bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka...”.

Pengertian bisnis yang berkembang dalam masyarakat selama ini selalu

berkonotasi pada pengertian jual beli, yakni jual beli barang/ jasa sehingga pada

intinya pengertian bisnis selalu berhubungan dengan uang, barang dan jasa dan

atau semua jenis alat pemenuhan kebutuhan manusia, Sayyid Qutub pernah

mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab, bahwa bisnis atau

kegiatan ekonomi merupakan aktifitas pertama yang meninggalkan etika, disusul

dengan politik dan seks.4

Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya

yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang/jasa) termasuk profitnya, namun

dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan

halal dan haram.

3

Husein Umar, Business an Introduction, h. 3.

4

(38)

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 188).

Etika dalam Islam bertujuan mengajarkan manusia untuk menjalin

kerjasama, tolong-menolong dan menjauhkan diri dari sikap iri, dengki, dan

dendam serta hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam.5

Dengan kenyataan diatas, maka pada prinsipnya pengetahuan akan etika

bisnis dalam pandangan Islam mutlak harus dimiliki oleh setiap para pebisnis/

pedagang terutama pebisnis/ pedagang muslim dalam menghadapi persaingan

usaha yang sekarang telah memasuki era globalisasi untuk menghindarkan diri

dari berbagai macam tindakan yang dilarang oleh Allah SWT.

Sangat popular konsep yang diungkapkan oleh Max Weber tentang

Protestant Ethics yang membawa kemajuan pesat dalam pembangunan di Eropa. Nurcholis Majid menjelaskan dalam sebuah tulisannya, bahwa tesis Max Weber

tentang Etika Protestan mengatakan kemajuan ekonomi Eropa Barat adalah berkat

ajaran asketisme (zuhud) dalam ajaran Alvin. Kaum Calvinis menerima panggilan Ilahi untuk bekerja keras dan tetap berhemat terhadap harta yang berhasil

5

(39)

dikumpulkan, karena hidup mewah bukanlah tujuan. Dengan cara hidup hemat

maka terjadilah akumulasi modal menuju kapitalisme.6

Kritik yang dapat diajukan kepada Weber ialah dia sangat

mengagung-agungkan paham Protestan ini. Weber telah mempelajari berbagai agama lain,

tapi Islam ia pelajari minim sekali dengan tujuan untuk membenarkan tesisnya

bahwa agama protestan ini lebih unggul. Dalam kenyataan muncul bantahan

terhadap teorinya berdasarkan fakta di lapangan yaitu beberapa Negara lain yang

bukan Protestan, tapi Katolik misalnya, juga mengalami kemajuan seperti

dijumpai pada Negara Perancis, Italia, juga bangsa yang menganut Shinto-Buddhis, seperti Jepang, Korea mengalami kemajuan pesat. Kemajuan Jepang sekarang ini disusul oleh kemajuan negara lain yang menganut Konfusianisme.7

Pada hakekatnya Islam sebagai satu agama besar telah mengajarkan

konsep-konsep unggul lebih dulu dari protestan, akan tetapi para penganjur dan

para pengikutnya kurang memperhatikan dan tidak melaksanakan ajaran-ajaran

Islam sebagaimana mestinya. Tantangan bagi bangsa Indonesia yang sebagian

besar beragama Islam agar kita berhasil ialah menggali inner dynamics sistem etika yang berakar dalam pola keyakinan yang dominan.

Etika bisnis Islam telah diajarkan Nabi SAW saat menjalankan

perdagangan. Karakteristik Nabi SAW sebagai pedagang adalah, selain dedikasi

6

Nurchalis Majid, “Menelusuri Gagasan Sekularisasi”, artikel diakses pada 16 maret 2009 dari http:degoblog.wordpress.com/2008/12/18.html.

7

(40)

dan keuletannya juga memiliki sifat shidiq, amanah, fathanah dan tabligh. Ciri-ciri itu masih ditambah saja’ah.8

o ShiddiqRightenousness

Truthfulness in thinking, intention, speech, and action

Peace of mind

Walk the talk

Halal oriented

Shiddiq artinya adalah benar, nilai dasarnya adanya integritas dalam pribadi, selalu berkata benar, tidak berbohong, pikiran jernih. Nilai bisnisnya

ialah selalu berperilaku jujur, ikhlas, terjamin, keseimbangan emosi, berusaha

dalam komoditi yang halal, tidak memperjual belikan barang haram, atau asal

usul barang tersebut tidak jelas (mungkin dari barang curian, dsb).9

o Amanah – Trustworthiness

Promise keeping

Justice and fairness

Tranparence

Accountable

Reliable

8

H. Buchari Alma, Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2009). h. 54-55.

9

(41)

Nilai dasar dari amanah, adalah terpercaya, bisa memegang amanah,

tidak mau menyeleweng, selalu mempertahankan prinsip berdiri diatas

kebenaran. Nilai bisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggungjawab,

transparan, tepat waktu, memberikan yang terbaik.10

o Fathanah – Intelligent

Knowledgeable

Skilful

Strategic

Tactful

Nilai dasar fathanah, ialah memiliki pengetahuan luas, cekatan, terampil, memiliki strategi yang jitu. Nilai bisnisnya ialal memiliki visi dan

misi, cerdas, menguasai atau luas pengetahuannya mengenai barang dan jasa,

serta selalu belajar, mencari pengetahuan.11

o Tabligh – Communicative

Servant-guardian leader

Effective commnicator

Motivating and inspiring

Instruction by example

Mobilizing, developing, and organizing followers

Delegation of power

10

Ibid., h. 55.

11

(42)

Nilai dasarnya adalah komunikatif, menjadi pelayan bagi publik, bisa

berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang baik, dan bisa

mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain. Nilai bisnisnya supel,

penjual yang cerdas, deskripsi tugas, bisa bekerja dengan tim, koordinasi ada

kendali dan supervisi.12

o Ada satu lagi yang merupakan sifat Rasulullah yang perlu di tambahkan yaitu

saja’ah, artinya berani. Nilai bisnisnya mau dan mampu mengambil keputusan, menganalisis data, tepat dalam mengambil keputusan, dan

responsif.13

Nilai-nilai etika Islam yang dapat mendorong bertumbuhnya dan

suksesnya bisnis antara lain:14

1. Konsep Ihsan

Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh bekerja, tanpa kenal menyerah dengan dedikasi penuh menuju pada optimalisasi,

sehingga memperoleh hasil maksimal, ini tidak sama dengan perfeksionisme, melainkan optimalisme. Perfeksionalisme tidak dianjurkan, karena ini tidak mungkin dicapai oleh manusia. Kesempurnaan itu adalah sifat Allah SWT,

kita hanya mungkin berusaha untuk mendekatinya, dan tidak akan mungkin

(43)

Jepang juga memiliki konsep yang mirip, yang mereka sebut dengan

istilah Kaizen artinya Unending Improvement. Orang Jepang tidak pernah lupa melaksanakan konsep Kaizen dalam kehidupan sehari-hari baik dalam urusan pekerjaan maupun dalam kegiatan sehari-hari, sehingga mereka dapat

bersaing secara baik dengan negara lain.

2. Itqan

Artinya membuat sesuatu dengan teliti dan teratur. Jadi harus bisa

menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Allah SWT telah menjanjikan

bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh maka Dia akan menunjukan jalan

kepadanya dalam mencapai nilai yang setinggi-tingginya. Kembali kepada

bangsa Barat dan Jepang, ternyata mereka juga menerapkan konsep itqan ini yang mereka lakukan dengan menerapkan TQC (Total Quality Control). Jadi ada pengawasan mutu produksi atau dalam hal ini mutu barang dagangan,

dengan terus berusaha agar bisa lebih baik lagi.

3. Konsep hemat

Apa yang diunggulkan oleh Protestan ethics-nya Weber, sebenarnya adalah konsep Islam, yang sejak 14 abad yang lalu telah diajarkan oleh

Rasulullah SAW kepada umatnya. Kita harus hemat dan tidak berlaku

mubazir, pekerjaan memboros-boroskan harta adalah teman syaitan. Hemat bukan berarti kikir dan tidak menggunakan harta kecuali untuk sesuatu yang

benar-benar bermanfaat, sehingga dengan demikian kita dapat menyisihkan

(44)

digunakan sebagai sumber investasi lebih lanjut, yang pada gilirannya

digunakan untuk produksi ataupun modal usaha. Lingkaran ini akan

menghasilkan tambahan harta bagi seseorang. Dan dapat menghantarkan kita

ke kehidupan beragama yang lebih bermakna.

4. Kejujuran dan Keadilan

Kejujuran (honesty), merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam

melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun.

Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang

melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.

sedangkan keadilan (justice) dalam Islam diartikan dengan suka sama suka (antarraddiminkum) dan satu pihak tidak menzalimi pihak lain (la tazlimuna wa la tuzlamun).

5. Kerja keras

Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja

keras. Dalam kerja keras itu tersembunyi kepuasan batin yang tidak dinikmati

oleh profesi lain. Dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih dulu, baru

kemudian prestise, bukan sebaliknya. Generasi muda yang mengutamakan

prestise lebih dulu mereka tidak akan mencapai kemajuan, karena setiap

kemajuan pasti menuntut adanya prestasi. Prestasi dimulai dengan usaha kerja

(45)

Kemauan keras (azam) ini dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang-orang yang berhasil, atau bangsa

yang berhasil ialah bangsa yang mau kerja keras, tahan menderita, tapi

berjuang terus memperbaiki nasibnya. Pekerjaan dakwah yang dilakukan oleh

Rasul pun mencerminkan kerja keras, sehingga dapat berhasil mencapai

kejayaannya.15 Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Q.S. Ali Imran: 159)

B. Pasar Dan Bentuk Persaingan Usaha

1. Pengertian

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang disana

terjadi transaksi. Secara garis besar pasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

15

(46)

o Pasar nyata atau konkrit, adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli

untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Misalnya pasar

tradisional

o Pasar abstrak, adalah pasar yang penjual dan pembelinya tidak bertemu

secara lengsung. Misalnya pasar bursa komoditi dan bursa saham16

Sedangkan persaingan usaha sendiri dalam kamus manajemen dapat

diartikan sebagai suatu kegiatan bersaing/ bertanding diantara pengusaha/

pebisnis yang satu dengan pengusaha/ pebisnis lainnya didalam

memenangkan pangsa pasar (share market) dalam upaya melakukan penawaran produk barang dan jasa kepada konsumen dengan berbagai strategi

pemasaran yang diterapkannya.

Persaingan usaha terdiri atas:

o Persaingan sehat (healthy competition)

o Persaingan gorok leher (cut throat competition)

Menurut teori persaingan sempurna ekonomi klasik, pasar terdiri atas

sejumlah produsen dan konsumen kecil yang tidak menentu. Kebebasan

masuk dan keluar, kebebasan memilih teknologi dan metode produksi, serta

kebebasan dan ketersediaan informasi, semuanya dijamin oleh pemerintah.

16

(47)

Dalam keadaan pasar seperti ini, dituntut adanya teknologi yang efisien,

sehingga pelaku pasar akan dapat bertahan hidup.17

Namun sistem ekonomi seperti ini, dituduh oleh kaum sosialis hanya

memelindungi pemilik faktor produksi. Sehingga ada tudingan bahwa kaum

kapitalis telah membuat keputusan ekonomi yang mengejar kepentingan

individu, menekankan tingkat upah yang minimal, dan mendorong

pengambilan keuntungan yang sebesar-besarnya, mengkonsentrasikan

ekonomi pada sebagian kecil orang saja. Selanjutnya, sistem ekonomi pasar

bebas juga telah membawa kepada ketidakstabilan dalam aktivitas ekonomi

dan perputaran usaha.18

2. Struktur Pasar

Struktur pasar dibedakan berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli.

Secara mudah dikatakan pasar yang terdiri dari banyak penjual dengan barang

yang relatif homogen disebut pasar bersaing sempurna (perfect competition). Sedangkan pasar yang terdiri dari banyak penjual dan barangnya berbeda satu

sama lain (terdiferensiasi) disebut pasar bersaing monopolistic. Pasar yang hanya ada satu penjual disebut pasar monopoli. Pasar yang ada beberapa

penjual disebut pasar oligopoli.19

a. Pasar Bersaing Sempurna

17

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam, (Yogyakarta: BPFE, Cet: I, 2004), h. 371.

18

Ibid., h. 372.

19

(48)

Suatu pasar disebut bersaing sempurna jika terdapat banyak

penjual dan pembeli sehingga tidak ada satupun diantara mereka dapat

mempengaruhi harga yang berlaku; terdapat mobilitas sumberdaya yang

sempurna; setiap produsen maupun konsumen mempunyai informasi yang

sempurna tentang keadaan pasar meliputi perubahan harga, kuantitas dan

kualitas barang dan informasi lainnya; tidak ada biaya atau manfaat

eksternal berhubungan dengan barang dan jasa yang dijual di pasar. Harga

terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran

dan permintaan, secara teoritis penjual tidak dapat menentukan harga atau

disebut price-taker, dimana penjual akan menjual barangnya sesuai harga yang berlaku di pasar. Barang dan jasa yang dijual di pasar ini bersifat

homogen dan tidak dapat dibedakan. Semua produk terlihat identik.

Pembeli tidak dapat membedakan apakah suatu barang berasal dari

produsen A, produsen B, atau produsen C. Oleh karena itu, promosi

dengan iklan tidak akan memberikan pengaruh terhadap penjualan

produk.20 Contoh produknya adalah seperti beras, gandum, batubara,

kentang, dan lain-lain.

Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :21

o Jumlah penjual dan pembeli banyak

o Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain

20

Ibid., h. 169.

21

(49)

o Penjual bersifat pengambil harga (price taker)

o Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran

(demand and supply) o Posisi tawar konsumen kuat

o Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata

o Sensitif terhadap perubahan harga

o Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar

Semakin banyak penjual berarti semakin banyak pilihan pembeli.

Penjual yang harganya lebih tinggi tentu akan ditinggalkan pembeli. Hal

inilah yang mendorong penjual untuk mengikuti saja harga yang berlaku

dipasar (price taker).22

Semakin homogen barang yang dijual berarti pembeli semakin

tidak memiliki insentif mencari barang di penjual lain. Hal inilah yang

mendorong penjual untuk menjual barangnya sama dengan harga yang

berlaku dipasar. Tidak ada alasan bagi pembeli untuk membayar lebih

untuk barang yang sama.23

Semakin banyak kelebihan kapasitas produksi berarti setiap

kenaikan permintaan dapat dipenuhi tanpa membuat harga-harga naik. Hal

inilah yang menahan penjual untuk tidak menaikkan harganya meskipun

22

Ibid., h. 169.

23

(50)

ada kenaikan permintaan. Bila ia menaikan harganya, pembeli akan

membelinya dari penjual lain yang juaga memiliki kelebihan kapasitas.24

b. Pasar Bersaing Monopolistik (Monopolistis Competition)

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau

penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana

konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu

dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan

(snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya.

Sifat-sifat pasar monopolistik :25

o Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda

o Mirip dengan pasar persaingan sempurna

o Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda

o Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga

(price maker)

o Relatif mudah keluar masuk pasar

Bila salah satu asumsi pasar bersaing sempurna kita lepaskan,

dalam hal ini, asumsi tentang barang yang homogen, maka kita akan

mendapatkan jenis pasar lain yaitu pasar bersaing monopolistik.

Terdiferensiasinya produk yang dijual memberikan peluang bagi penjual

24

Ibid., h. 169.

25

(51)

untuk menjual barangnya dengan harga yang berbeda (price maker) dengan barang lain yang ada di pasar.26

c. Pasar Monopoli

Monopoli merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu

monos polein, yang artinya penjual sendiri. Secara harfiah berarti di pasar hanya ada satu penjual. Frank Fisher menjelaskan kekuatan monopoli

sebagai “the ability to act in unconstrained way” (kemampuan bertindak [dalam menentukan harga] dengan caranya sendiri), sedangkan Besanko

(et.al.) menjelaskan monopoli sebagai penjual yang menghadapi “little or no competition” (kecil atau tidak ada persaingan) di pasar27. Contohnya seperti microsoft windows, perusahaan listrik negara (PLN), perusahaan kereta api (PERUMKA), dan lain sebagainya.

Berdasarkan teori, monopoli dapat dibedakan menjadi dua yaitu:28

1) Monopoli yang alamiah (natural monopoly), yaitu monopoli yang terjadi karena pelaku usaha tersebut memiliki kemampuan teknis

tertentu seperti:

(1) Pelaku usaha tersebut memiliki kemampuan atau pengetahuan

khusus (special knowledge) yang memungkinkan berproduksi sangat efesien

(52)

(2) Skala ekonomi, dimana semakin besar skala produksi maka biaya

marjinal semakin menurun, sehingga biaya produksi perunit

(average cost) makin rendah

(3) Pelaku usaha memiliki kemampuan kontrol sumber faktor

produksi, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia

maupun lokasi produksi.

2) Monopoli yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan

adalah:

(1) hak atas kekayaan intelektual, yaitu dimana negara memberikan

hak monopoli kepada pelaku usaha untuk memproduksi atau

memasarkan hasil dari suatu inovasinya tersebut;

(2) hak usaha eksklusif, yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah

kepada pelaku usaha tertentu yang tidak didapatkan oleh pelaku

usaha yang lain, misalkan agen tunggal, importir tunggal, pembeli

tunggal, dan lain sebagainya.

Dimasukannya monopoli ke dalam katagori salah satu kegiatan

yang dilarang oleh undang-undang persaingan usaha, bukan berarti bahwa

sama sekali kegiatan monopoli tidak dapat dilakukan di Indonesia, karena

monopoli yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan, seperti

yang monopoli yang berkaitan dengan produksi dan/atau pemasaran

barang dan/atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta

(53)

asalkan diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh BUMN

atau badan/ lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah, masih

dapat ditoleransi oleh Undang-undang No.5/1999.29

d. Pasar Oligopoli

Oligopoli menurut ilmu ekonomi merupakan salah satu bentuk

struktur pasar, dimana di dalam pasar tersebut hanya terdiri dari sedikit

perusahaan. Sedikitnya jumlah perusahaan yang beroperasi di pasar

disebabkan oleh adanya barrier to entry yang mampu menghalangi pemain baru untuk masuk ke dalam pasar. Sedikitnya jumlah pemain ini

juga menyebabkan adanya saling ketergantungan (mutual interdependence) antar pelaku usaha, dan faktor inilah yang membedakan struktur pasar oligopoli dengan struktur pasar yang lain. Ada beberapa

model strategi ketergantungan antar pelaku usaha oligopoli yaitu kolusi

(collusion), kepemimpinan harga (price leadership), dan kurva permintaan patah (kinked demand curve).30

Dalam pasar yang berstruktur oligopoli sangat mungkin terjadi

perusahaan perusahaan yang ada akan saling mempengaruhi untuk

menentukan harga pasar, yang kemudian dapat mempengaruhi perusahaan

lainnya, baik yang sudah ada (existing firms) maupun yang masih diluar pasar (potential firms). Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai

29

http://theuploads.files.wordpress.com/ 2009/08/presentasi-pasar.ppt., diaksese pada tanggal 7 Mei 2010.

30

(54)

salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial untuk

masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan

praktek oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba super

normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual

terbatas ( limiting prices), sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak

ada.31

Apabila perusahaan yang dominan di dalam pasar oligopoli

melakukan kolusi maka mereka akan bekerja seperti satu perusahaan yang

bergabung untuk memaksimalkan laba dengan cara berlaku secara kolektif

seperti layaknya perusahaan monopoli. Tetapi kemungkinan gabungan

perusahaan yang melakukan kolusi akan mengalami kesulitan tetap ada,

karena masing-masing perusahaan memiliki struktur biaya yang berbeda,

sedangkan mereka harus menetapkan tingkat harga yang sama. Selain itu,

semakin banyak perusahaan yang masuk dalam kolusi maka kemampuan

untuk mencapai kesepakatan akan semakin sulit, dan masing-masing

anggota akan memiliki kecenderungan untuk berlaku curang. Cheating atau kecurangan yang dilakukan oleh anggota kartel akan semakin tinggi

apabila laba yang dijanjikan oleh kegiatan kolusi lebih kecil dibandingkan

laba yang akan mereka dapatkan, misalnya dengan menjual di bawah

harga kesepakatan sehingga pasar mereka akan semakin luas. Hal tersebut

31

(55)

di atas menyebabkan pembahasan mengenai struktur pasar oligopoli

merupakan salah satu pembahasan yang cukup penting dalam hukum

persaingan usaha, karena sebagian besar pelaku usaha yang memiliki

kedudukan sebagai penguasa di dalam pasar tersebut akan dapat

memanfaatkan posisi dominannya untuk mendapatkan keuntungan yang

maksimal seperti layaknya pelaku usaha yang memiliki kedudukan

monopoli.32

C. Mekanisme Pasar Dalam Islam

Islam adalah agama yang selain bersifat syumuliyah (sempurna) juga harakiyah (dinamis). Disebut sempurna karena Islam merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya dan syariatnya mengatur seluruh

aspek kehidupan, baik yang bersifat akidah maupun muamalah. Dalam kaidah

tentang muamalah, Islam mengatur segala bentuk perilaku manusia dalam

berhubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia.

Termasuk di dalamnya adalah kaidah Islam yang mengatur tentang pasar dan

mekanismenya.33

Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah

dan telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar

pada kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada

32

Ibid., h. 390.

33

(56)

masa Rasulullah dan Khulafaurasyidin menunjukkan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai

harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervenstion seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Namun, pasar disini,

mengharuskan adanya moralitas, antara lain: persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Jika nilai-nilai ini telah di tegakkan, maka tidak ada alasan untuk menolak harga pasar. 34

Menurut Ibnu Taimiyah price intervension dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

o Price intervension yang zalim o Price intervension yang adil

Ibnu Taimiyah menjelaskan tiga keadaan dimana price intervension harus dilakukan :

o Produsen tidak mau menjual barangnya kecuali pada harga yang lebih tinggi

daripada regular market price, padahal konsumen membutuhkan barang tersebut. Dalam keadaan ini pemerintah dipaksa untuk memaksa produsen

agar mau menjual barangnya dan menentukan harga (priceintervension) yang adil.

o Produsen menawarkan pada harga yang terlalu tinggi menurut konsumen,

sedangkan konsumen meminta pada harga yang terlalu rendah menurut

34

(57)

produsen. Dalam keadaan ini pemerintah bisa menjadi mediator antara

produsen dan konsumen, kemudian pemerintah harus mendorong kepada

produsen dan konsumen untuk menentukan harga.

o Pemilik jasa, misalnya tenaga kerja yang menolak bekerja kecuali pada harga

yang lebih tinggi daripada harga pasar yang berlaku, sehingga pemerintah

dapat melakukan intervensi dengan memaksa pemilik jasa untuk memberikan

jasanya.35

Selain melarang adanya intervensi harga, ada beberapa larangan yang

diberlakukan Rasulullah SAW untuk menjaga agar seseorang tidak dapat

melambungkan harga seenaknya seperti larangan menukar kualitas mutu barang

dengan kualitas rendah dengan harga yang sama serta mengurangi timbangan

barang dagangan. Beberapa larangan lainnya adalah36:

1) Bai’ Najsy

Bai’ Najsy adalah sebuah praktek dagang dimana seorang penjual menyuruh orang lain untuk memuji barang dagangannya atau menawar

dengan harga yang tinggi agar calon pembeli yang lain tertarik untuk membeli

barang dagangannya. Si penawar sendiri tidak bermaksud untuk membeli

barang-barang tersebut. Ia hanya ingin menipu orang lain yang benar-benar

ingin membeli. Sebelumnya orang ini telah mengadakan kesepakatan dengan

penjual untuk membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli yang

35

http://hafidalbadar.blog.uns.ac.id.

36

(58)

sesungguhnya dengan harga yang tinggi pula dengan maksud untuk ditipu.

Akibatnya terjadi “permintaan palsu” (false demand).37

2) Ihtikar

Ihtikar adalah penimbunan barang-barang seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari. Penimbunan barang dan pencegahan peredarannya

sangat dilarang dan dicela dalam Islam seperti yang difirmankan Allah SWT.

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (35) pada hari dipanaskan emas perak

37

(59)

itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Q.S. At-Taubah: 34-35)

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa praktek penimbunan baik yang

berbentuk uang tunai maupun barang sangatlah bertentangan dengan ajaran

Islam. Bahaya dari praktek ihtikar dapat menyebabkan kelangkaan barang di

pasar sehingga harga barang menjadi naik. Ihtikar ini sering kali

diterjemahkan sebagai monopoli dan/ atau penimbunan. Padahal sebenarnya

ihtikar tidak identik dengan monopoli dan/atau penimbunan. Dalam Islam, siapapun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual

(monopoli) atau ada penjual lain. Menyimpan stock barang untuk keperluan persediaan pun tidak dilarang dalam Islam. Jadi monopoli sah-sah saja,

demikian pula halnya dengan menyimpan persediaan. Yang dilarangadalh

ihtikar, yaitu mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atu istilah

ekonominya monopoliy’s rent-seeking. Jadi dalam Islam, monopoli boleh. Sedangkan monopoliy’s rent-seeking tidak boleh.38

3) Tallaqi Al-Rukban

Praktek ini adalah dengan cara mencegat orang-orang yang membawa

barang dari desa dan membeli barang tersebut sebelum tiba di pasar.

Rasulullah melarang praktek semacam ini dengan tujuan untuk mencegah

38

(60)

terjadinya kenaikan harga. Beliau memerintahkan agar barang-barang

langsung dibawa ke pasar, sehingga penyuplai barang dan para konsumen bisa

mengambil manfaat dari harga yang sesuai dan alami.39

Menurut Islam negara memiliki hak untuk melakukan intervensi dalam

kegiatan ekonomi baik itu dalam bentuk pengawasan, pengaturan maupun

pelaksanaan kegiatan ekonomi yang tidak mampu dilaksanakan oleh masyarakat.

Intervensi harga oleh pemerintah bisa karena faktor alamiah maupun non alamiah.

Pada umumnya intervensi pemerintah berupa intervensi kebijakan dalam regulasi

yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran dan intervensi dalam

menentukan harga. Intervensi dengan cara membuat kebijakan yang dapat

mempengaruhi dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran (market intervention) biasanya dikarenakan distorsi pasar karena faktor alamiah. Bila distorsi pasar terjadi karena faktor non almiah, maka kebijakan yang ditempuh

salah satunya dengan dengan intervensi harga di pasar.40

Mekanisme pasar, regulasi dan moral harus ada dalam satu kesatuan, satu

paket pemikiran. Dengan hanya moral dan harga saja, boleh jadi belum mampu

mewujudkan tujuan-tujuan yang diinginkan masyarakat. Maka dari itu peran

efektif negara sebagai mitra, katalisator dan fasilitator, sangat dibutuhkan untuk

mewujudkan misi Islam. Beberapa hadis telah menekankan perlunya peran-peran

tersebut. Al-Qur’an hanya menyediakan norma-norma dan memerintahkan kaum

39

Ibid., h. 186.

40

(61)

muslimin untuk menjalankan norma-norma itu, dengan harapan kaum muslimin

menaatinya. Namun beberapa dari mereka tidak mau mematuhinya, khususnya

manakala moral lingkungan telah rusak. Maka dari itu negara mempunyai peranan

penting melalui pendidikan, dorongan, dan pencegahan untuk tingkah laku yang

membahayakan masyarakat seperti kezaliman, kecurangan, penipuan, dan

keculasan dengan tidak mematuhi perjanjian dan tanggung jawab.

Perhatian pada pentingnya peranan negara telah dicerminkan oleh tulisan

ulama-ulama terkemuka sepanjang sejarah. Al-Mawardi misalnya, telah

menyatakan bahwa keberadaan sebuah pemerintahan yang efektif, sangat

diperlukan untuk mencegah kezaliman dan pelanggaran. Sedangkan Ibn

Taimiyyah pun menekankan Islam dan negara mempunyai hubungan yang tidak

dapat dipisahkan. Satu pihak tidak dapat menjalankan perannya dengan baik tanpa

dukungan pihak yang lain. Proses implementasi syariah tidak akan mungkin tanpa

adanya negara yang memainkan peranan penting, dan negara mungkin akan

terpuruk dalam pemerintahan yang tidak adil dan tirani tanpa pengaruh syariah.

Demikian pula Baqir Al-Sadr sebagaimana dikutip M. Umar Chapra mengatakan

bahwa intervensi pemerintah dalam ruang lingkup kehidupan berekonomi adalah

penting dalam menjamin keselarasan dengan norma-norma Islam.41

Syarat utama untuk menjamin sebuah sistem ekonomi pasar yang fair dan adil adalah perlunya suatu peran pemerintah yang sangat canggih yang

41

(62)

merupakan kombinasi dari prinsip non-intervention. Dalam teori Adam Smith seperti yang di kutif Mustafa Edwin, peran bahkan campur tangan pemerintah

tidak ditolak sama sekali atas dasar prinsip no harm, yaitu bahwa demi menegakkan prinsip keadilan no harm, pemerintah harus campur tangan. Jadi, bahkan sebaliknya, dalam situasi tertentu pemerintah justu dituntut untuk campur

tangan. Dalam situasi seperti itu, pemerintah yang tidak ikut campur tangan justru

akan dianggap tidak adil. Situasi seperti ini adalah situasi di mana ada pihak

tertentu yang dilanggar hak dan kepentingannya atau yang dirugikan oleh pihak

lain secara tidak sah.42

Dengan demikian, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk melakukan

intervensi terhadap harga pasar dalam kondisi normal. Ibnu Taimiyah mengatakan

jika masyarakat melakukan transaksi jual beli dalam kondisi normal tanpa ada

bentuk distorsi atau penganiayaan apa pun dan terjadi perubahan harga karena

sedikitnya penawaran atau banyaknya permintaan, maka ini merupakan kehendak

Allah SWT.43

Harus diyakini nilai konsep Islam tisak memberikan ruang intervensi dari

pihak manapun untuk menentukan harga, kecuali dan hanya kecuali adanya

kondisi darurat yang kemudian menuntut pihak-pihak tertentu untuk ambil bagian

menentukan harga. Pengertian darurat disini adalah pada dasarnya peranan

pemerintah ditekan seminimal mungkin. Namun intervensi pemerintah sebagai

42

Ibid., h. 161.

43

Gambar

Tabel 1.1 Tinjauan studi terdahulu
Tabel 3.1 Pedoman interpretasi koefisien korelasi
Tabel 4.29
Tabel 4.31
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dalam penelitian ini, saya sebagai penulis mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang dalam menjalankan etika bisnis Islam yaitu dengan membentuk faktor

Selain perilaku yang menyimpang, tentunya juga ada perilaku dari pedagang muslim di Pasar Loak Jagalan Kediri yang sesuai dengan kaidah Islam; tentunya

Hasil penelitian menemukan bahwa para pedagang di pasar tradisional Sentra Antasari Banjarmasin sebagian telah menerapkan etika bisnis Islam ketika mereka berdagang, hal ini

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa para pedagang di pasar tradisional Petepamus Makassar tidak mengetahui etika bisnis Islam, akan tetapi dalam melaksanakan

Terkait dengan etika bisnis pedagang beras, buah, dan daging di Pasar Tradisional Roworejo seharusnya pedagang berlandaskan pada etika bisnis dalam Islam sehingga para

Hasil penelitian menemukan bahwa para pedagang di pasar tradisional Sentra Antasari Banjarmasin sebagian telah menerapkan etika bisnis Islam ketika mereka berdagang, hal ini

Berdasarkan hasil penelitian, kesesuaian etos kerja pedagang ayam potong ditinjau dari etika bisnis Islam secara keseluruhan berdasarkan indikas-indikasi etos kerja yang telah dimiliki

Alasan peneliti menggunakan metode tersebut karena penelitian ini menjelaskan fenomena yang terjadi mengenai perilaku pedagang di pasar tradisional Ujung Murung Banjarmasin melalui