• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak retail modern terhadap kesejahteraan pedagang pasar tradisional ciputat, tangerang selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak retail modern terhadap kesejahteraan pedagang pasar tradisional ciputat, tangerang selatan"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK RETAIL MODERN TERHADAP KESEJAHTERAAN

PEDAGANG PASAR TRADISIONAL CIPUTAT, TANGERANG

SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.i)

Oleh:

Ahmad Reza Safitri

NIM: 105054102064

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 07 Desember 2010

(3)

DAMPAK RETAIL MODERN TERHADAP KESEJAHTERAAN

PEDAGANG PASAR TRADISIONAL CIPUTAT, TANGERANG

SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.i)

Disusun Oleh:

Ahmad Reza Safitri

NIM: 105054102064

Di Bawah Bimbingan:

Ismet Firdaus M.Si

NIP: 150411196

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

KESEJAHTERAAN SOSIAL

(4)
(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul DAMPAK RETAIL MODERN TERHADAP

KESEJAHTERAAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL CIPUTAT, TANGERANG SELATAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, Tanggal 21 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.i) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Konsentrasi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 21 Desember 2010

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. H. Mahmud Jalal, MA Ahmad Zaky, M.Si NIP: 195204221981031002 NIP: 150411158

Anggota,

Penguji I Penguji II

Wati Nilamsari, M.Si Drs. H. Mahmud Jalal, MA

NIP: 197105201999032002 NIP: 195204221981031002

Pembimbing

(6)

ABSTRAK Ahmad Reza Safitri

Dampak Retail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang Selatan

Studi ini mengkaji Dampak Retail Modern terhadap Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang Selatan. Kajian ini utamanya menggunakan analisis dampak dengan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif menggunakan metode analisis SWOT dan metode analisis difference-in-difference

(DiD). Metode kualitatif meliputi wawancara mendalam dengan pengelola pasar tradisional dan pedagang pasar tradisional.

Dalam studi dampak ini, periode data awal (baseline) ditetapkan pada 2008 untuk menjamin agar pedagang relatif masih memiliki ingatan yang baik akan keadaan pada waktu tersebut. Selain itu, kehadiran retail modern dimulai pada 2008, yang membuat tahun tersebut cocok sebagai baseline.

Umumnya, tiga pedagang yang termasuk dalam penelitian ini adalah pedagang pakaian, sayuran, dan buah di Pasar Ciputat, para pedagang ini telah mengalami kelesuan usaha selama lima tahun, antara tahun 2005 dan tahun 2010.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa keberadaan retail modern merupakan salah satu dampak dari turunnya jumlah pendapatan dan kondisi kesejahteraan pedagang di pasar ciputat.

Antara tahun 2008 sampai tahun 2010, ketiga pedagang yang menjadi objek dari penelitian dampak ini mengalami penurunan omzet sampai dengan 70%. Di mana ketiga pedagang tersebut hanya dapat mendapatkan omzet tiga ratus ribu rupiah perharinya, berkurang 70% dari sebelumya. Di mana sebelumnya bisa memperoleh 1 sampai 2 juta rupiah perharinya.

Omzet Pakaian Sayuran Buah

2008 1.000.000 – 2.000.000 1.000.000 – 1.500.000

1.000.000 – 1.500.000

2009 1.000.0000 500.000 – 1.000.000 500.000 – 1.000.000

2010 200.000 – 300.000 100.000 – 200.000 200.000 – 300.000

Ketidakberfungsiannya aturan mengenai anti monopoli dan persaingan pasar, merupakan episentrum dari menurunnya kondisi kesejahteraan pedagang pasar tradisional yang diukur melalui jumlah pendapatannya.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tiada Tuhan selain Allah, dan

Allah Dzat Yang Maha Besar. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan

rahmat yang senantiasa manaungi segenap umat-Nya di muka bumi. Shalawat dan

salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul akhir zaman, junjungan kita, sang

revolusioneris yang telah menyelamatkan kita semua dari zaman kebodohan

menuju zaman yang terang benderang, Baginda Rasulullah Muhammad SAW,

kepada keluarga, sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti sunnahnya sampai

akhir zaman.

Akhirnya skripsi ini dapat saya selesaikan sesuai dengan rencana dalam

memperoleh gelar sarjana. Berbagai aral yang merintangi saya dalam

menyelesaikan persyaratan memperoleh gelar sarjana akhirnya dapat dilalui,

berkat do’a dan berkat orang-orang di sekeliling yang ikhlas mendukung saya

dalam fase merampungkan studi ini. Ucapan terimakasih saja saya rasa belum

cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut, tetapi saat ini tidak ada

yang dapat saya lakukan lebih selain hanya menghaturkan terimakasih

sedalam-dalamnya atas dukungan baik moril maupun materil selama proses saya

menyelesaikan studi. Sekelumit ucapan terimakasih yang saya haturkan pada kata

pengantar ini tentu saja tidak bisa mewakili semua orang yang telah berjasa

menhantarkan saya ke gerbang kelulusan, saya mohon maaf yang

sebesar-besarnya atas kelalaian saya mencantumkan nama, semoga Allah SWT Yang

(8)

semua. Amin. Selanjutnya ucapan terimakasih saya haturkan sedalam-dalamnya

kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi beserta jajarannya.

2. Ketua Jurusan Konsenterasi Kesejahteraan Sosial Ibu Siti Napsiyah yang

dengan bijaksana telah memberikan pengarahan kepada saya dalam

menyelesaikan skripsi ini. Sekretaris Jurusan Konsenterasi Kesejahteraan

Sosial dan juga sekaligus pengajar saya Bapak Zaky yang turut membantu

saya dalam mengurus nilai-nilai dan mendukukung saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ismet Firdaus M.Si yang merupakan pembimbing skripsi saya yang

juga dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Terimakasih yang sedalam-dalamnya saya haturkan kepada para pengajar

atau dosen saya selama saya menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendedikasikan ilmu,

kecerdasan, dan waktunya untuk memberi titik terang pengetahuan kepada

kami semua para peserta didik. Diantaranya: Bapak Tarmi, Ibu Halimah,

Ibu Umi, Ibu Rubianah dan para pengajar lain yang tentu saja selebihnya

tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

5. Kedua orangtua saya Ibunda Sri Sundari dan Ayahanda Syamsul Bahri

atas pemberian do’a dan dukungan yang melimpah baik moril maupun

materil sepanjang waktu. Serta kakak-kakak saya yang selalu memberi

(9)

6. Pihak Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten

Tangerang, Bapak Aradani SE. selaku kepala pasar, serta kepada

pedagang-pedagang pasar ciputat yaitu Bapak Kiwing, Bapak Mussarudin,

Bapak Drs. Ucah, Bapak H. Tafsir dan Ibu Sri yang telah memberikan

banyak kemudahan dan pengetahuan kepada saya dalam melakukan riset

berupa wawancara dan pengumpulan data untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Soraya Bunga Larasati yang tetap konsisten memotifasi saya dalam

penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir. Teman-teman di Lingkar

Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI) dan teman-teman

Jurusan Kesejahteraan Sosial yang tidak dapat saya sebutkan namanya

satu persatu.

Sekali lagi saya haturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada

orang-orang yang telah mendukung saya selama proses penyelesaian skripsi ini

dan semoga Allah SWT membalas amal baik mereka dan selalu melimpahkan

rahmat dan inayah-Nya atas kebaikan yang mereka lakukan. Saya menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya menerima

baik kritik maupun saran yang konstruktif untuk perbaikan di kemudian hari.

Ciputat, 07 Desember 2010

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………… 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 5

D. Metodelogi Penelitian ……… 5

E. Sistematika Penulisan ………. 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Retail atau Pasar ……… 1

1. Jenis-jenis Pasar ……... ……… 4

2. Pengertian Retail Modern … ……….. 7

3. Pengertian Pasar Tradisional ...……….. 13

4. Karakteristik Pasar ………. 17

5. Pembagian Retail Modern dan Tradisional …… 19

B. Kesejahteraan Sosial 1. Pengertian Kesejateraan Sosial ……… 24

2. Sasaran Ilmu Kesejahteraan Sosial ……….. 30

(11)

BAB III PROFIL DAN SEJARAH PASAR CIPUTAT A. Latar Belakang

1. Sejarah Singkat Pasar Ciputat ……… 1

2. Perkembangan Pasar Ciputat ………. 3

3. Permasalahan Pasar Ciputat ……….. 4

4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan ……. 9

BAB IV DAMPAK RETAIL MODERN TERHADAP KESEJAHTERAAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL CIPUTAT, TANGERANG SELATAN A. Dampak Retail Modern ……….. 1

1. Pedagang Pakaian ……… 3

2. Pedagang Sayuran ……… 4

3. Pedagang Buah ………. 5

B. Sifat Persaingan dalam Pasar ………. 7

C. Manajemen atau Pengelolaan ……… 8

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 1

B. Saran dan Rekomendasi ……… 3

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kerangka dan Jumlah Informan ……….. 10

Tabel 2 Perbandingan Penjualan Retail Modern dan

Pasar Tradisional ………... 9

Tabel 3 Jumlah Rata-rata Pendapatan Retail Modern …… 12

Tabel 4 Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dengan

Dan Retail Modern ……… 17

Tabel 5 Pembagian Retail Modern dan Tradisional ………… 19

Tabel 6 Regulasi Berkenaan Dengan Pasar Tradisional dan

Pasar Modern ……… 22

Tabel 7 Jarak Retail Modern dan Pasar Ciputat ……… 2

Tabel 8 Jumlah 3 Komoditi Pedagang Pasar Ciputat ………… 2

Tabel 9 Jumlah pendapatan pedagang pakaian dari tahun

2008 hingga 2010 ……….. 3

Tabel 10 Jumlah pendapatan pedagang sayuran dari tahun

2008 hingga 2010 ……….. 4

Tabel 11 Jumlah pendapatan pedagang sayuran dari tahun

2008 hingga 2010 ……….. 6

(13)

Tabel 13 Rata-rata Perubahan Proporsional dalam Keuntungan

dan Omzet Pedagang di Pasar Tradisional, 2008 – 2010

Metode DiD ……….. 7

Tabel 14 Analisis SWOT dalam Aspek Pengelolaan ………….. 10

Tabel 15 Penyebab Kelesuan Usaha di Pasar Tradisional (%) … 11

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar Tradisonal Ciputat adalah kumpulan pelaku ekonomi yang

bergerak pada usaha dalam skala mikro, di mana hanya sekedar berdagang dan

melakukan investasi yang sangat sedikit untuk memenuhi kebutuhan hidup di

masa depan. Mereka perlu medapatkan perhatian penuh dari pemerintah,

sebab pasar tradisonal dapat membantu pada tingkat pertumbuhan ekonomi

nasional secara luas serta dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Namun bagaimana eksistensi mereka dalam mempertahankan profesi

dan kontribusi mereka dalam pembangunan jika di sekeliling mereka terdapat

yang keberadaannya sangat mengancam dan mungkin juga dapat menghapus

mereka dari profesi berdagang.

Serbuan bisnis retail modern membuat banyak pasar tradisional

menjadi terpinggirkan. Saat ini terdapat sekitar 300 jenis retail modern di

Indonesia, bisnis retail modern tumbuh pesat, namun sebaliknya dengan pasar

tradisional. Data tahun 2004 menunjukkan, pasar tradisional berkurang 9%,

sedangkan retail modern tumbuh sekitar 4%. Buktinya 400 pedagang pasar

tradisional gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan retail modern.1

1

(15)

Di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta melalui instruksi Gubernur DKI

No. 115 Tahun 2006, melarang penerbitan izin baru pendirian mini market di

seluruh kawasan DKI Jakarta.2

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI. No.

53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Di mana pendirian mini

market baik yang berdiri sendiri atau yang terintegrasi wajib memperhatikan

keberadaan pasar tradisional dan toko yang lebih kecil serta harus

memperhatikan jarak serta faktor negatif dan positif dari jarak yang ada serta

menciptakan iklim usaha yang sehat.3 Namun kenyataannya mengapa retail

modern dapat berdiri di depan pasar tradisional yang jelas-jelas sangat

dilarang dalam peraturan di atas.

Islam menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara

layak sebagai manusia. Sekurang-kurangnya ia dapat memenuhi kebutuhan

pokok berupa sandang dan pangan, memperoleh pekerjaan sesuai dengan

keahliannya, atau membina rumah tangga dengan bekal yang cukup. Dengan

demikian ia mampu melaksanakan berbagai kewajiban yang dibebankan Allah

dan berbagai tugas lainnya dalam masyarakat Islam, seorang tidak boleh

dibiarkan sengsara, kelaparan, tanpa pakaian, hidup menggelandang, tidak

memiliki tempat tinggal, atau kehilangan kesempatan membina keluarga

walupun ia ahlu dzimmah (non muslim yang hidup dalam masyarakat Islam).4

2

Koran Kontan, “Gubernur DKI Melarang Pemberian Izin Mini Market Baru”, 25 Desember 2006 3

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 53/M-DAG/PER/12/2008 “Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.” Artikel diakses pada tanggal 18 Oktober 2010 dari http://www.google-persaingan pasar.com 4

(16)

Dari sudut pandang UU No 5. Tahun 1999 mengenai anti monopoli

dan persaingan tidak sehat, kajian sektor retail ini dianggap penting karena

aspek persaingan akan dikaji melalui berbagai sudut pandang dari pasal-pasal

dalam undang-undang tersebut. Potensi pelanggaran pelaku usaha akan dikaji

lebih jauh dengan menggunakan kacamata persaingan usaha.5

Persoalan ini tentu juga dialami pasar ciputat. Kendati persaingan antar

retail modern dan tradisional secara teoritis menguntungkan konsumen, dan

mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang diketahui

mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat penting

mengingat retail modern saat ini secara langsung bersaing dengan pasar

tradisional.6

Di sekitar Pasar Ciputat juga terdapat pusat-pusat perbelanjaan lain

seperti Carrefour dan Ramayana, ini berimplikasi negatif kepada beberapa

pedagang yang berdagang di pasar tradisional. Menurunnya jumlah

pendapatan merupakan konsekuensi materil yang terjadi akibat persaingan

usaha ritel tersebut.

Dari fenomena yang terjadi di atas, penulis ingin mengetahui lebih

jauh mengenai keluh kesah para pedagang pasar tradisional yang menyangkut

adakah pengaruh terhadap pendapatan mereka sebelum dan sesudah adanya

retail modern yang beroperasi di sekitar wilayah pasar.

Hal lain yang menjadi stimulan bagi penulis dalam mengungkap

permasalahan persaingan retail di pasar ciputat adalah penulis merupakan

5

Reardon, Thomas and Rose Hopkins (2006) ’The Supermarket Revolution in Developing”. Diterbitkan dalam European Journal of Development Reasearch.

6

(17)

warga asli ciputat, dan penulis juga mempunyai beberapa saudara yang pernah

berjualan di pasar ciputat.

Permasalahan ini penulis tuangkan dalam tulisan skripsi yang berjudul

Dampak Retail Modern Terhadap Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional

Ciputat, Tangerang Selatan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat cakupan objek dalam penelitian ini terdiri dari banyak

klasifikasi pedagang, maka penulis membuat batasan objek penelitian ini pada

tiga kategori pedagang di Pasar Tradisional Ciputat saja. Yaitu pedagang

pakaian, sayuran, dan buah. Pemilihan lokasi Pasar Tradisional Ciputat

didasari oleh pengamatan penulis bahwa di sekitar lokasi pasar tersebut

terdapat beberapa retail modern yang beroperasi.

2. Perumusan Masalah

Masalah yang akan peneliti bahas adalah: Dampak dari retail modern

terhadap kesejahteraan pedagang pasar tradisional Ciputat ?

Adapun kategori pedagang yang menjadi objek penelitian adalah :

a. Pedagang Sayur

b. Pedagang Buah

(18)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari

keberadaan retail modern terhadap kesejahteraan pedagang pasar

tradisional Ciputat, Tangerang Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah

khasanah ilmu pengetahuan bagi semua pihak dan juga diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan

masukan bagi masyarakat secara umum dan tentunya dapat menambah

wawasan bagi penulis.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang

berkaitan dengan pengelolaan pasar di Indonesia, khususnya di

wilayah Tangerang Selatan.

D. Metodelogi Penelitian

Metodelogi penelitian adalah teknik atau cara dalam pengumpulan

(19)

dilaksanakan, serta langkah-langkah apa yang harus ditempuh untuk mencapai

tujuan dan sasaran penelitian.7

Studi ini menggunakan metode kualitatif. Mengukur hasil dampak

menggunakan analisis metode SWOT dan analisis metode

difference-in-difference, metode yang lazim dipakai dalam evaluasi dampak. Sementara itu,

evaluasi dampak kualitatif dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam

dengan informan kunci. Studi ini menggunakan kuesioner untuk para

pedagang dan panduan wawancara untuk para informan kunci sebagai

instrumen penelitian. Kuesioner berisi pertanyaan tentang pendapat para

pedagang mengenai usahanya dan dampak supermarket, serta fakta berkenaan

dengan kegiatan pedagang.

1. Analisis SWOT8

Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang

bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan

kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan

menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik

oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata

sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang

dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah

alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang cespleng bagi

masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

7

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998. H. 18

8

Analisis SWOT, artikel dikses pada tanggal 02 November 2010 dari

(20)

SWOT adalah singkatan dari bahasa Inggris STRENGTHS (Kekuatan),

WEAKNESSES (Kelemahan), OPPORTUNITIES (Peluang) dan THREATS

(Ancaman). Analisa SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam

organisasi yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan atau salah satu

komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

a. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.

b. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.

c. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi

dimasa depan.

d. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi

dimasa depan.

2. Metode Difference-in-Difference(DiD)

Metode DiD mensyaratkan pencatatan keadaan dalam dua periode

waktu – sebelum dan sesudah perlakuan (treatment). Dalam hal ini, perlakuan

adalah pembukaan retail modern., dan karakteristik kelompok perlakuan.

Kerangka metode DiD ditunjukkan oleh persamaan Dampak = (T 2 – T 1 ) –

(21)

Di mana T 1 dan T 2 merupakan kondisi pedagang di pasar tradisional

sebelum hadirnya supermarket dekat pasar tradisional, sedangkan C 1 dan C 2

merupakan keadaan para pedagang di pasar tradisional setelah supermarket di

dekatnya hadir. Jika dampak secara signifikan berbeda dari nol, maka

supermarket berdampak nyata pada pasar tradisional.9

Dalam studi ini, periode data awal (baseline) ditetapkan pada 2008

untuk menjamin agar pedagang relatif masih memiliki ingatan yang baik akan

keadaan pada waktu tersebut. Selain itu, kehadiran retail modern dimulai pada

2008, yang membuat tahun tersebut cocok sebagai baseline.

1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, tekhnik pengumpulan data

yang dilakukan adalah melalui:

a. Observasi

Penelitian ini dilakukan di Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang

Selatan pada bulan oktober sampai november tahun 2010. Penulis akan

melakukan pengamatan secara langsung, memperhatikan secara akurat,

mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan antar aspek

dalam fenomena tersebut.

9

(22)

b. Wawancara

Evaluasi dampak kualitatif mencakupi wawancara dengan para

pemangku kepentingan di sektor usaha, seperti pedagang pasar

tradisional yang terseleksi, dan pengelola pasar tradisional.

c. Dokumentasi

Yaitu peneliti berusahan mengumpulkan, membaca, dan

mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan

serta data-data lain yang didapat dari buku, majalah, surat kabar, artikel,

lembaga terkait, kliping, dan lain-lain.

2. Teknik Pemilihan Informan

Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan

menentukan informasi kunci (key information) tertentu yang sarat informasi

seusia dengan fokus penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah tiga kategori pedagang pasar

tradisonal ciputat yang berbeda, yaitu pedagang pakaian, sayuran, dan buah.

Teknik pengambilam sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

probability sampling, yaitu teknik pengambilam sampel anggota populasi, di

mana setiap populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel.10

Dalam pengambilan sampel, penulis hanya mengambil sampel

sebanyak 15 pedagang tradisional dari masing-masing kategori pedagang yang

10

(23)

diteliti dan 1 orang dari pengelola pasar tradisional yang diwakili oleh Kepala

Pasar PD. Pasar Niaga Kerta Raharja.

Tabel 1

Kerangka dan Jumlah Informan

INFORMASI YANG DICARI INFORMAN JUMLAH

Informasi mengenai jumlah

pedagang dan literatur sejarah

terbentuknya pasar ciputat

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan

jenis penelitian lapangan (field research). Di mana peneliti datang langsung ke

tempat penelitian.

Adapun yang menjadi alasan kenapa peneliti memilih informan adalah

sebagai berikut :

a. Pedagang yang berjualan di pasar ciputat

b. Termasuk dalam ketiga kategori pedagang

c. Telah berjualan lebih dari 5 tahun

d. Pengelola pasar

3. Sumber Data

(24)

a. Data Primer. Adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan

tindakan, data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

hasil wawancara dengan responden di lapangan, serta hasil

observasi pada subjek penelitian.

b. Data Sekunder. Adalah data tambahan yang berasal dari dokumen

tertulis, data yang digunakan adalah buku, majalah ilmiah, arsip,

serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Setelah terkumpulnya data dan informasi yang dibutuhkan sesuai

dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan analisis

terhadap data dan informasi tersebut. Dalam menulis data tersebut penulis

menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil temuan

penelitian secara sistematis, faktual dan akurat yang disertai dengan petikan

hasil wawancara.

Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang sangat

penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat

diberi data dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.11 Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Data-data

kualitatif dari hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-kalimat atau

pernyataan pendapat atau sikap tersebut dianalisa dan diinterpretasikan untuk

mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, untuk memahami

keterikatan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Data kualitatif dari

11

(25)

hasil wawancara, observasi langsung dan dokumentasi selanjutnya disusun

dalam catatan lapangan, kemudian diringkas dan dipilih hal-hal yang penting

dan pokok, dikategorikan dan disusun secara sistematis dengan mengacu pada

perumusan masalah dan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Tekhnik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang

diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2007.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini berdasarkan sistematika penulisan, yaitu

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metedologi Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori

Retail atau Pasar, Jenis-jenis Pasar, Pengertian Retail Modern,

Pengertian Pasar Tradisional, Karakteristik Pasar, Pembagian

Retail Modern dan Tradisional, Pengertian Kesejahteraan Sosial,

(26)

BAB III Profil dan Sejarah Pasar Ciputat

Latar Belakang, Sejarah Singkat Pasar Ciputat, Perkembangan

Pasar Ciputat, Permasalahan Pasar Ciputat, Aspek Sosial,

Ekonomi, dan Lingkungan

BAB IV Analisis Mengenai Dampak Retail Modern Terhadap

Kesejahteraan Pedagang Pasar Tradisional Ciputat, Tangerang

Selatan

Dampak Retail Modern, Sifat Persaingan dalam Pasar, Manajemen

atau Pengelolaan

BAB V Penutup

(27)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Retail atau Pasar

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak

dapat hidup sendiri melainkan ada ketergantungan sesamanya. Demikian pula

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, papan, harus

mencari dan berkomunikasi dengan orang lain karena mereka tidak dapat

membuat dan menghasilkan sendiri barang dan jasa yang diperlukan dalam

hidupnya. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal

seperti permodalan, keterampilan, kesempatan dan sebagainya. Sebagai

contoh seorang petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari tidak

cukup dengan hasil panennya semata. Untuk menghasilkan barang yang lain,

mereka memiliki keterbatasan. Untuk itu ia menjual sebagian hasil panennya

agar memperoleh uang guna membeli keperluan lain. Seorang nelayanpun

harus menjual sebagian ikannya untuk membeli gula, kopi, minyak goreng,

obat-obatan, pakaian, kendaraan dan keperluan lainnya. Dengan demikian

mereka memerlukan pasar yaitu tempat untuk menjual hasil panen dan

kerjanya serta membeli kebutuhan lainnya. Secara lebih formal, pasar adalah

suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitasnya jual-beli barang dan

jasa. Dengan kata lain bahwa setiap hubungan yang terjadi antara pembeli dan

(28)

walaupun komunikasi tersebut dilakukan melalui alat komunikasi telepon,

hand phone ataupun internet.1

Sejarah terbentuknya pasar melalui evolusi yang panjang, yakni

bermula dari upaya memenuhi kebutuhan sendiri. Hal ini dapat dilakukan

karena saat itu kebutuhan manusia sangat terbatas pada masalah pangan saja,

sehingga dapat dipenuhi sendiri. Seandainya terdapat pertukaran barang

sebatas lingkungannya saja. Pada tahap berikutnya dimana kebutuhan mulai

berkembang, mereka mengadakan pertukaran barang yang lebih luas

lingkungannya dengan mencari atau menemui pihak-pihak yang saling

membutuhkan. Pada tahap selanjutnya dimana kebutuhan sudah semakin

berkembang, maka mereka yang saling membutuhkan barang tersebut saling

bertemu pada suatu tempat yang rindang dan teduh. Tempat yang disepakati

untuk bertemu tersebut dikenal dengan nama pasar.2

Pada saat sekarang peranan pasar masa kini sangatlah penting. Untuk

menekan harga pokok, perusahaan industri menghasilkan barang secara

massal karena dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin sehingga

dapat menghasilkan barang dalam jumlah banyak yang mungkin lebih banyak

dari yang dibutuhkan dengan waktu yang relatif singkat. Adanya pasar bagi

barang-barang hasil produksinya sangatlah berkaitan dengan kelangsungan

hidup perusahaan. Pada pasar tersebut produsen dan konsumen bertemu dan

berkomunikasi. Melalui mekanisme pasar produsen mengajukan penawaran

(supply) atas produknya dan melalui mekanisme pasar pula konsumen

1

Traditional Markets and Small Retailers in the Urban Centers.’ Mimeo. Jakarta: SMERU

Research Institute.

(29)

mengajukan permintaan (demand). Adanya tindakan penawaran dan

permintaan akan dapat menimbulkan harga dan kesesuaian harga akan

menimbulkan jual beli. Transaksi jual beli akan menimbulkan keuntungan

yang akan dapat menutupi biaya produksi serta menambah modal perusahaan.3

Melalui keuntungan yang diperoleh di pasar, perusahan dapat menjaga

kontinyuitas usahanya. Sebaliknya didalam pasar pula perusahaan mengalami

kegagalan. Kemampuan hidup perusahaan bukan ditentukan oleh besarnya

modal semata, melainkan ditentukan oleh tersedianya pasar untuk produk

yang dihasilkan. Perkembangan pasar akan selalu sejalan dengan

perkembangan masyarakatnya. Di Ibu kota misalnya pasar tradisional secara

perlahan dan pasti sudah mulai tergusur dan diganti dengan pasar-pasar

modern.4

Dengan gambaran tersebut pengertian pasar dapat dikatakan sebagai

keseluruhan permintaan dan penawaran akan sesuatu barang dan jasa.

Pengertian ini dapat diperluas lagi menjadi pasar konkrit dan pasar abstrak.

Pasar konkrit adalah suatu tempat yang tertentu dimana penjual dan pembeli

bertemu untuk saling menawar. Pasar abstrak ialah setiap kegiatan pertemuan

dimanapun baik langsung maupun tidak langsung yang turut menentukan

terjadinya harga. Penggunaan istilah pasar saat ini menjadi lebih luas tanpa

mengurangi maknanya yakni tempat pertemuan antara penjual dan pembeli.

Secara sederhana, kita dapat mengartikan pasar adalah tempat

bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan jasa. Di pasar antara

penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan

3 Ibid 4

(30)

dalam kegiatan jual dan beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang

yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga

barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

1. Jenis-jenis Pasar5

Jika dibagi dari bentuk kegiatan, maka pasar dapat digolongkan

menjadi 2 jenis. Yaitu:

a. Pasar Nyata. Adalah pasar di mana barang-barang yang akan diperjual

belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar

swalayan.

b. Pasar Abstrak. Adalah pasar di mana para pedagangnya tidak menawar

barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi

hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar

online, pasar saham, pasar modal, dan pasar valuta asing.

Secara sederhana, definisi pasar selalu dibatasi oleh anggapan yang

menyatakan antara pembeli dan penjual harus bertemu secara langsung untuk

mengadakan interaksi jual beli. Namun, pengertian tersebut tidaklah

sepenuhnya benar karena seiring kemajuan teknologi, internet, atau malah

hanya dengan surat. Pembeli dan penjual tidak bertemu secara langsung,

mereka dapat saja berada di tempat yang berbeda atau berjauhan. Artinya,

dalam proses pembentukan pasar, hanya dibutuhkan adanya penjual, pembeli,

dan barang yang diperjualbelikan serta adanya kesepakatan antara penjual dan

pembeli.

5

Jenis-jenis Pasar. Artkel diakses Pada Tanggal 02 November 2010 dari

(31)

Jika dikelompokkan menurut cara transaksinya, maka jenis pasar

dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar (retail) modern.

a.1 Pasar Tradisional. Adalah pasar yang bersifat tradisional, di mana para

penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung.

Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa

barang-barang kebutuhan pokok.

a.2 Pasar (retail) Modern. Adalah pasar yang bersifat modern, di mana

barang-barang yang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan

sendiri (swalayan). Tempat berlangsungnya pasar ini adalah mall, mal, plaza,

dan tempat-tempat modern lainnya.

Di pasar, kita akan menjumpai banyak penjual yang menawarkan

berbagai macam barang, baik hasil pertanian, maupun hasil industri. Selain

itu, kita akan banyak menjumpai orang dengan tujuan berbelanja yang berbeda

pula. Dari hanya untuk memenuhi kebutuhannya (mengkonsumsi), untuk

dijual kembali (distribusi) sampai untuk diolah kembali kemudian dijual

(produksi). Selanjutnya, di antara pembeli dan penjual tersebut sering kali

terjadi tawar menawar yang diakhiri dengan transaksi jual beli.

Pasar tradisional juga merupakan tempat bertemunya penjual dan

pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara

langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri

dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual

maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari

seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging,

(32)

menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak

ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan

agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional

yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer

di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus

mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.

Retail modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun

pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung

melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang

(barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara

mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual,

selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar

barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh

dari retail modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan

minimarket.

Persaingan sengit dalam industri retail telah melanda negara-negara

maju sejak abad yang lalu, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Persaingan terjadi terutama antara usaha retail tradisional dan retail modern.

Namun, menjelang dekade akhir milenium lalu persaingan telah meluas

hingga ke negara-negara berkembang, di mana deregulasi sektor usaha ritel

yang bertujuan untuk meningkatkan investasi asing langsung (IAL) telah

berdampak pada pengembangan jaringan supermarket.6

6

(33)

Di Indonesia, supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun

masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Supermarket bermerek asing mulai

masuk ke Indonesia pada akhir 1990-an semenjak kebijakan Investasi Asing

Langsung (IAL) dalam sektor usaha ritel dibuka pada 1998. Meningkatnya

persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota-kota lebih kecil

dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga.

Akibatnya, bila supermarket Indonesia hanya melayani masyarakat kelas

menengah-atas pada era 1980-an dan awal 1990-an, penjamuran supermarket

hingga ke kota-kota kecil dan adanya praktik pemangsaan melalui strategi

pemangkasan harga memungkinkan konsumen kelas menengah-bawah untuk

mengakses supermarket.7 Persoalan ini tentu juga dialami di negara

berkembang lainnya. Kendati persaingan antarsupermarket secara teoretis

menguntungkan konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan,

relatif sedikit yang diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional.

Mengukur dampak amat penting mengingat supermarket saat ini secara

langsung bersaing dengan pasar tradisional, tidak hanya melayani segmen

pasar tertentu. Dengan itu maka studi ini menganalisis dampak supermarket

atau retail modern pada pasar tradisional di Ciputat, Tangerang Selatan.

2. Pengertian Retail Modern

Retail adalah suatu penjualan dari jumlah kecil komoditas kepada

konsumen. Retail berasal dari Bahasa Perancis diambil dari kata retailer yang

berarti “memotong menjadi kecil-kecil”.8 Sedangkan menurut Gilbert retail

7

CPIS (1994) Perdagangan Eceran di Indonesia: Skala Kecil vs Skala Besar. Jakarta: Center for Policy and Implementation Studies.

8

(34)

adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan

pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi

penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi. Dan dalam Kamus

Bahasa Inggris-Indonesia retail bisa diartikan sebagai eceran.

Izin supermarket dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan

Perdagangan (Deperindag). Pemda umumnya tidak berwewenang untuk

menolak izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, meskipun beberapa

Pemda mensyaratkan agar supermarket mengajukan izin lokal. Sebagai

contoh, Pemda Depok mensyaratkan agar supermarket memiliki Izin Usaha

Pasar Modern (IUPM), yang dikeluarkan oleh Deperindag dan Izin Prinsip

Pembangunan Pasar Modern (IP3M), yang dikeluarkan oleh Dinas

Perdagangan dan Perindustrian Kota. Selain izin yang dikeluarkan secara

terpusat, supermarket biasanya harus mendapatkan izin lokal lainnya yang

diperlukan oleh setiap usaha pribadi, seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

dan Izin Gangguan (HO).9

Supermarket pertama di Indonesia dibuka pada 1970-an, dan

jumlahnya meningkat dengan pesat antara 1977 dan 1992—dengan rata-rata

pertumbuhan 85% setiap tahunnya. Hipermarket muncul pertama kali pada

1998, dengan pembukaan pusat belanja Carrefour dan Continent (yang

kemudian diambil alih oleh Carrefour) di Jakarta. Dari 1998 hingga 2003,

hypermarket bertumbuh rata-rata 27% per tahun, dari 8 menjadi 49 toko.

Kendati tidak mudah memastikan jumlah supermarket dan hypermarket di

seluruh Indonesia, sejak 2003, sekitar 200 supermarket dan hipermarket

9

(35)

merupakan milik dari 10 pemilik ritel terbesar. Pertumbuhan supermarket

dalam hal pangsa pasar juga mengesankan. Laporan World Bank (2007)

menunjukkan bahwa pada 1999 pasar modern hanya meliputi 11% dari total

pangsa pasar bahan pangan. Menjelang 2004, jumlah tersebut meningkat tiga

kali lipat menjadi 30%. Terkait dengan tingkat penjualan, studi tersebut

menemukan bahwa jumlah penjualan di supermarket bertumbuh rata-rata

15%, sementara penjualan di ritel tradisional menurun 2% per tahun.

Diperkirakan bahwa penjualan di supermarket akan meningkat 50% antara

2004 dan 2007, dengan penjualan di hipermarket yang meningkat 70% pada

periode yang sama.10

Tabel 2.

Perbandingan Penjualan Retail Modern dan Pasar Tradisional

No Jenis Retail Tingkat Penjualan Pertahun

1 Modern + 15%

2 Tradisional - 2%

Keterangan Tabel :

+ = Bertumbuh atau Berkembang

- = Berkurang atau Menurun

Kecenderungan publik untuk berbelanja di pasar-pasar tradisional telah

mengalami penurunan rata-rata 2% per tahun. Meski pertumbuhan jumlah

supermarket di Indonesia terbilang pesat, penduduk yang tinggal di luar

Jakarta dan beberapa kota kecil lainnya di Jawa relatif belum tersentuh—86%

10

(36)

hypermarket berada di Jawa. Profil lima jaringan supermarket terbesar di

Indonesia dibahas berikut ini.

Dari kelimanya, jaringan Carrefour dan Superindo menyertakan

perusahaan asing sebagai pemegang saham terbesar. Jaringan-jaringan besar

ini beroperasi di kota-kota besar di Indonesia, baik di Jawa maupun di luar

Jawa. Tiga dari lima jaringan terbesar membuka supermarket dan

hypermarket, Carrefour secara khusus mengoperasikan hypermarket,

sedangkan Superindo hanya mengoperasikan supermarket. Selain

jaringan-jaringan besar tersebut, terdapat jaringan-jaringan supermarket yang lebih kecil,

terutama yang beroperasi di luar Jakarta dan berfokus di satu wilayah tertentu.

Daftar usaha ritel utama didiskusikan di bawah ini, dimulai dari yang tertinggi

hingga terendah berdasarkan angka penjualan. Matahari, usaha ritel terbesar di

Indonesia, pertama kali membuka tempat belanjanya (department store) pada

1958. Supermarket pertama dibuka pada 1995. Pada 2002, Matahari

mendirikan dua entitas bisnis terpisah, yang satu mengelola department store,

yang lain mengelola supermarket. Matahari kemudian membuka hypermarket

pertamanya, yang diberi nama Hypermart, pada 2004. Nilai penjualan yang

tergabung dalam jaringan Matahari pada 2005 mencapai Rp. 7 triliun.11

Pada akhir 2005, Matahari telah memiliki 37 supermarket dan 17

Hypermart, dan masih banyak lagi yang direncanakan di masa depan. Usaha

ritel terbesar kedua adalah yang salah satu yang termuda di Indonesia.

Carrefour masuk Indonesia pada 1998, dan menjadi pioner hypermarket di

Indonesia bersama dengan Continent, yang diambil alih Carrefour pada 2000.

11

(37)

Pada 2004 Carrefour memiliki 15 hipermarket. Total nilai penjualan pada

2004 mencapai Rp. 4,9 triliun.12

Pemain utama ketiga adalah Hero, jaringan supermarket domestik

terbesar dan tertua di Indonesia. Jaringan ini mulai beroperasi pada 1970-an,

dan pada 2005 Hero telah memiliki 99 supermarket. Saat ini, sekitar 30%

saham Hero dikuasai oleh Dairy Farm International (DFI), sebuah perusahaan

yang berbasis di Hong Kong. Pada 2002, Hero turut meramaikan “boom”

hypermarket di Indonesia dengan membuka Giant, merek usaha ritel Malaysia

yang juga dikuasai oleh DFI. Pada 2004 terdapat 10 hypermarket Giant di

Indonesia. Total penjualan yang tergabung dalam Hero pada 2004 mencapai

Rp. 3,8 triliun. Pemain peringkat empat, Alfa, mulai beroperasi pada 1989 dan

pada 2004 memiliki 35 supermarket dan hypermarket di seluruh Indonesia.

Total nilai penjualan pada 2004 mencapai Rp 3,3 triliun.13

Terakhir, usaha ritel terbesar kelima adalah Superindo, yang mulai

beroperasi pada 1997 dan pada 2003 memiliki 38 supermarket. Superindo

adalah perusahaan pribadi, dan Delhaize, sebuah perusahaan ritel Belgia,

memiliki proporsi saham terbesar. Total nilai penjualan Superindo pada 2003

mencapai Rp. 985 miliar.

12 Ibid 13

(38)

Tabel 3.

Jumlah Rata-rata Pendapatan Retail Modern

No Nama Retail Omzet Rata-rata

Per-5 Tahun

1 Matahari 7 Triliun

2 Carrefour 4,9 Triliun

3 Hero 3,8 Triliun

4 Alfa 3,3 Triliun

5 Superindo 985 Miliar

Yang tidak kalah pentingnya untuk dibahas secara singkat adalah

praktik bisnis supermarket. Barang yang dijual supermarket relatif merupakan

barang-barang bermutu tinggi, dengan harga pasti, harga yang bersaing, dan

kadang-kadang ditawarkan diskon borongan. Telebih lagi, mereka

menawarkan aneka pilihan pembayaran, mulai dari tunai dan kartu kredit

hingga pendanaan untuk barang-barang yang lebih besar. Tempat

pembelanjaan juga terang, bersih, dan memiliki fasilitas yang berfungsi

dengan baik, seperti toilet dan tempat makan. Kunjungan ke kantor pusat

supermarket mengungkap bahwa penyediaan barang dilakukan oleh bagian

pembelian (merchandising) yang didasarkan atas perjanjian kontrak atau

nonkontrak. Dalam kontrak tersebut harga dan jumlah barang dicantumkan

sesuai perjanjian untuk dikirimkan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.

Barang-barang dalam kontrak ini umumnya berupa sayuran dan daging, yang

harus memenuhi standar pengemasan dan harus lolos dari standar yang

(39)

Pemerintah Pusat. Barang-barang di bawah kontrak umumnya disediakan

berdasarkan konsinyasi.14

Sebaliknya, perjanjian tanpa kontrak dilakukan melalui negosiasi

berdasarkan kasus per kasus dan berlaku untuk semua produk. Selain itu,

supermarket lazim mengenakan biaya memajang barang dan menentukan

lamanya periode pembayaran. Supermarket menerapkan strategi harga

campuran dan strategi nonharga untuk menarik pelanggan dan untuk bersaing

dengan para peritel lainnya. Berbagai strategi penetapan harga digunakan,

seperti strategi penetapan harga batasan untuk menghambat masuknya pelaku

bisnis baru, strategi pemangsaan melalui penetapan harga untuk menyaingi

pelaku bisnis lainnya, dan diskriminasi harga antarwaktu—yang berarti bahwa

mengenakan harga yang berbeda pada kesempatan yang berbeda, seperti

memberikan diskon pada akhir pekan atau antara jam-jam tertentu.

Selain itu, supermarket juga melakukan survei pada pasar tradisional

untuk mendapatkan perkiraan tingkat harga pasar sehingga mereka akan

menjualnya dengan harga bersaing. Terakhir, praktik subsidi silang kerap

dilakukan, saat mereka mengalami kerugian atas sejumlah barang dagangan

dalam rangka memenangkan persaingan.15

3. Pengertian Pasar Tradisional

Berbeda dengan supermarket, kebanyakan pasar tradisional merupakan

milik pemda. Pemda di Indonesia umumnya memiliki Dinas Pasar yang

menangani dan mengelola pasar tradisional. Dinas ini mengelola pasar

miliknya sendiri atau bekerja sama dengan swasta. Metode kerja sama

14

A.C. Nielsen (2005) Asia Pacific Retail and Shopper Trends 2005 [online] diunduh pada tanggal 02 November 2010

15

(40)

umumnya melibatkan pemberian izin kepada pihak swasta untuk membangun

dan mengoperasikan pasar tradisional di bawah skema Bangun, Operasi, dan

Transfer (BOT), dengan pembayaran oleh pihak swasta kepada Dinas Pasar

setiap tahun.

Pasar adalah sebuah komunitas yang umurnya sudah setua dengan usia

peradaban. Dari sisi sejarah Pasar adalah penggerak utama, karena di pasar

itulah kemudian berkembang pola-pola landasan susunan ekonomi

masyarakat. 16

Pengertian Pasar di Nusantara pada awalnya adalah sebuah

jaringan-jaringan dagang internasional. Unsur-unsur jaringan-jaringan dagang inilah yang

kemudian menjadi penggerak sejarah di Indonesia mulai dari masuknya

pengaruh Hindu-Buddha (jaringan indianisasi), Cina dan Pembaratan. Setelah

beberapa peristiwa penting seperti pembantaian dan pembakaran kebun-kebun

lada (hongi), penguasaan jaringan dagang pesisir oleh VOC dan Monopoli

perdagangan besar dimana VOC memiliki konsesi yang sangat besar. Dari

unsur-unsur ini kemudian pasar di Indonesia jauh dari pengertian rakyat

seperti jaringan niaga raksasa seperti yang ada di Banten, Surabaya, Medan

dan Makassar, setelah konsesi Semarang dan lahirnya perjanjian Giyanti 1755,

secara revolusioner seluruh pengertian pasar dalam alam pikiran rakyat

berubah total. Pasar dalam pengertian rakyat pribumi juga dalam alam pikiran

para elite mengkerut menjadi pasar mikro dimana jaringan distribusinya

16

(41)

merupakan rantai kedua setelah barang masuk pelabuhan dan diterima oleh

jaringan dagang lokal. Disinilah kemudian pengertian pasar itu terbentuk.17 Dijaman VOC dan Hindia Belanda kaum penguasa pribumi dan

orang-orang timur asing tidak lagi memainkan politik dagang penting seperti ekspor

gula, bermain saham di pasar modal London, membeli obligasi perang

Napoleon atau menjalankan praktek-praktek aturan dagang dengan etikanya

yang mengikat (macam tawan karang di Bali), dimana kekuatan negara

menjadi unsur penting regulasinya. Pasar berubah maknanya menjadi alam

yang sangat tradisional dan erat kaitannya dengan pola pikir masyarakat yang

sempit bahkan secara tegas dijauhkan dari alam pikir penguasa oleh

pemerintahan kolonialisme. Gayung bersambut dengan pikiran buruk terhadap

jiwa dagang, sehingga peran saudagar diruntuhkan menjadi hanya pariah

dalam sistem masyarakat. Bahkan Mangkunagoro IV dengan nyinyir

mengumandangkan tembang dengan salah satu baitnya adalah : Ati Saudagar

yang dalam bait itu juga diparalelkan dengan Mo limo sebuah perbuatan nista

dari gerak pikir manusia Jawa. Disini kemudian wilayah ‘ati saudagar’ itu

menjadi milik kelompok pendatang dalam hal ini orang-orang Cina, India dan

Arab yang kedatangan mereka meledak jumlahnya di tahun 1870.18

Memang tidak semua peran pasar menjadi pariah dalam alam pikir

masyarakat tradisional Jawa, seperti di Kotagede, misalnya masyarakat lokal

berhasil mengembangkan pasarnya sendiri. Bahkan Sargedhe (Pasar Gedhe)

yang dibangun oleh Panembahan Senopati memainkan peranan penting dalam

menumbuhkan peran pasar sebagai kantung-kantung kapital rakyat kecil.

17 Ibid 18

(42)

Perlu diingat sebelum masuknya penetrasi budaya anti-pasar yang digagas

kaum priyayi-inlander, peran pasar memiliki arti penting bahkan dekat dengan

kekuasaan seperti halnya nama julukan yang melekat pada Panembahan

Senopati pendiri wangsa Mataram itu : Panembahan Lor ing Pasar

(Panembahan yang berkedudukan di utara Pasar).19

Tapi Sargedhe lengkap dengan struktur sosial masyarakat Kalang dan

pegadaian juga perak-nya, hanya sedikit kasus dan kemudian tidak menjadi

gerakan besar pertumbuhan kapital pribumi dimana perannya kemudian

dimainkan oleh negara dalam hal ini Orde Baru yang menerapkan

Kapitalisme-Negara-Birokrasi.20

Karena bangsa kita tidak terdidik sebagai penguasa Jaringan, tapi

terdidik sebagai pion-pion yang dimainkan oleh jaringan. Jika kita bicara

jaringan, maka kita bicara sistem politik, dan jika kita bicara sistem politik

maka kita bicara bagaimana sistem politik memakan perekonomian rakyat

bukannya malah bekerja seperti seharusnya yaitu menyediakan akses

kemudahan kapital dan penciptaan jalur-jalur kemudahan distribusi untuk

mengembangkan bagaimana kerja kapital dapat menjadi sarana memutar roda

perekonomian.21

19 Ibid 20

Ibid 21

(43)

4. Karakteristik Pasar

Adapun karakteristik dan perbedaan pasar tradisional dengan pasar

modern dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4: Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dengan Retail Modern22

No Aspek Pasar Tradisional Pasar Modern

1 Histori Evolusi panjang Fenomena baru

2 Fisik Kurang baik, sebagian baik Baik dan mewah

3 Pemilikan/

5 Konsumen Golongan menengah ke bawah Umumnya golongan menengah

ke atas

6 Motode Ciri dilayani, tawar menawar Swalayan

7 Status tanah Tanah Negara, sedikit swasta Tanah swasta/perorangan

8 Pembiayaan Kadang-kadang di subsidi Tidak di subsidi

9 Pembangunan Pemda/Desa/Masyarakat Swasta

12 Jaringan Pasar regional, pasar kota, pasar

kawasan

(44)

Meskipun terdapat beberapa perbedaan, tetapi tidak menutup

kemungkinan akan terjadinya persaingan di antara keduanya. Persaingan ini

terjadi ketika masyarakat memilih satu diantara keduanya sebagai tempat

mereka berbelanja. Penentuan pilihan itu dipengaruhi oleh beberapa aspek,

seperti peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat per kapita, terutama fisik,

modal dan kelompok konsumen.

Pola belanja masyarakat moderen yang menginginkan kenyamanan,

kebersihan dan efisien dalam berbelanja menyebabkan pasar tradisional

semakin ditinggalkan konsumen. Terlebih lagi jika tidak ada usaha-usaha dari

PD Pasar Jaya selaku pengelola pasar tradisional untuk melakukan perbaikan

ke dalam maupun lingkungan di sekitarnya.

Dampak negatif dari pertumbuhan retail moderen yang semakin pesat

belakangan ini, sudah mulai dirasakan oleh banyak pedagang tradisional.

Hasil diskusi antara pengamat retail di Indonesia Koestarjono Prodjolalito

dengan sejumlah pedagang alat-alat listrik tradisional menunjukkan bahwa

banyaknya macam atau merek barang yang ditawarkan oleh hypermarket,

termasuk alat-alat listrik telah mengancam usaha mereka. Ia berpendapat

bahwa kelangsungan usaha pasar tradisional yang ada sekarang tidak

mencerminkan daya saing yang sesungguhnya di tengah pesatnya

pembangunan pusat perdagangan atau pasar retail modern.23

23

(45)

5. Pembagian Retail Modern dan Tradisional

Tabel 5. Pembagian Retail Modern dan Tradisional

Klasifikasi Retail Modern Retail Tradisional

Lini Produk Toko Khusus

Kepemilikan Corporate Chain Store Independent Store

Penggunaan

Keuangan Tercatat dan Dapat dipublikasikan Belum tentu tercatat dan

tidak dipublikasikan

Tenaga Kerja Banyak Sedikit, biasanya keluarga

Fleksibilitas Operasi

Tidak Fleksibel Fleksibel

Keterangan tabel:

a. Toko khusus, yaitu toko yang menjual satu macam barang atau lini produk yang lebih sempit dengan ragam yang lebih banyak dalam lini

tersebut. Contoh pengecer khusus adalah toko alat-alat olah raga, toko

pakaian, toko meubel, toko bunga, dan toko buku. Biasanya volumenya tidak

terlalu besar, milik pribadi, dan badan hukumnya berbentuk usaha perorangan,

(46)

kekhususan lini produknyanya. Toko pakaian merupakan toko lini tunggal;

toko pakaian pria merupakan toko sangat khusus. Di Indonesia saat ini toko

khusus yang berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan ini adalah

AGIS (PT Artha Graha Investama Sentral) sebagai salah satu retail yang

mengkhususkan menjual barang-barang elektronik. Lainnya yang masuk

kelompok ini adalah Cosmo yang hanya menjual produk-produk Jepang dan

toko roti Holland Bakery yang hanya jual roti.

b. Toko serba ada, yaitu toko yang menjual berbagai macam lini produk. Biasanya toko seperti ini mempunyai volume usaha yang besar,

kondisi keuangannya lebih kuat, dan badan hukumnya berbentuk perseroan

terbatas atau paling tidak berbentuk CV. Misalnya Ramayana dan Sarinah.

c. Pasar Swalayan, yaitu toko yang merupakan operasi relatif besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume tinggi, swalayan, yang dirancang

untuk melayani semua kebutuhan konsumen seperti makanan, cucian, dan

produk-produk perawatan rumah tangga.

d. Toko Convenience, yaitu toko yang relatif kecil dan terletak di daerah pemukiman atau di jalur high traffic, memiliki jam buka yang panjang

(24 jam) selama tujuh hari dalam seminggu, dan menjual lini produk

convenience yang terbatas seperti minuman, makanan ringan, permen, rokok,

dll., dengan tingkat perputarannya yang tinggi. Jam buka yang panjang dan

karena konsumen hanya membeli di toko ini hanya sebagai “pelengkap”

menyebabkan toko ini menjadi suatu operasi dengan harga tinggi.

(47)

semua kebutuhan konsumen untuk pembelian makanan maupun bukan

makanan secara rutin. Mereka biasanya menawarkan pelayanan seperti cucian,

membersihkan, perbaikan sepatu, penguangan cek, dan pembayaran tagihan,

serta makan siang murah. Toko kombinasi merupakan diversifikasi usaha

pasar swalayan ke bidang obat-obatan, dengan luas ruang jual sekitar 55.000

kaki persegi. Masuk dalam kelompok ini mulai dari yang konvensional seperti

Naga SM dan Bilka hingga yang lebih modern dan besar seperti Hero dan

Top’s. Pasar hyper lebih besar lagi, berkisar antara 80.000 sampai 220.000

kaki persegi. Pasar ini tidak hanya menjual barang-barang yang rutin dibeli

tetapi juga meliputi meubel, perkakas besar dan kecil, pakaian, dan banyak

jenis lainnya, seperti Carrefour dan Mega M.

f. Toko Diskon, yaitu toko yang menjual secara reguler barang-barang standar dengan harga lebih murah karena mengambil marjin yang lebih

rendah dan menjual dengan volume yang lebih tinggi. Umumnya menjual

merek nasional, bukan barang bermutu rendah. Pengeceran diskon telah

bergerak dari barang dagangan umum ke khusus, seperti toko diskon alat-alat

olah raga, toko elektronik, dan toko buku.

g. Pengecer Potongan Harga. Kalau toko diskon biasanya membeli pada harga grosir dan mengambil margin yang kecil untuk menekan harga,

pengecer potongan harga membeli pada harga yang lebih rendah daripada

harga grosir dan menetapkan harga pada konsumen lebih rendah daripada

harga eceran. Mereka cenderung menjual persediaan barang dagangan yang

berubah-rubah dan tidak stabil sering merupakan sisa, tidak laku, dan cacat

(48)

lainnya. Pengecer potongan harga telah berkembang pesat dalam bidang

pakaian, asesoris, dan perlengkapan kaki. Contoh dari pengecer potongan

harga ini adalah factory outlet, seperti Herritage dan Millenia.

h. Ruang Jual Katalog, yaitu toko yang menjual cukup banyak pilihan produk-produk dengan marjin tinggi, perputarannya cepat, bermerek,

dengan harga diskon. Produk-produk yang dijual meliputi perhiasan, alat-alat

pertukangan, kamera, koper, perkakas kecil, mainan, dan alat-alat olah raga.

i. MOM & POP Store, yaitu toko berukuran relatif kecil yang dikelola secara tradisional, umumnya hanya menjual bahan pokok atau

kebutuhan sehari-hari yang terletak di daerah perumahan atau pemukiman.

Jenis toko ini dikenal sebagai toko kelontong.

j. Mini Market, yaitu toko berukuran relatif kecil yang merupakan pengembangan dari Mom & Pop Store, dimana pengelolaannya lebih modern,

dengan jenis barang dagangan lebih banyak. Misalnya Indomaret.

Tabel 6.

Regulasi Berkenaan Dengan Pasar Tradisional dan Retail Modern

Tingkat Regulasi Regulation

Nasional a. Keputusan Presiden (Kepres) No.

118/2000 tentang Perubahan dari

Keputusan Presiden No. 96/2000

mengenai Sektor Usaha yang Terbuka

dan Tertutup dengan Beberapa Syarat

untuk Investasi Asing Langsung.

b. Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan No.107/MPP/Kep/2/1998

tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Usaha Pasar Modern

(49)

Perdagangan No.420/MPP/Kep/10/1997

tentang Pedoman Penataan dan

Pembinaan Pasar dan Pertokoan

d. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri

Perindustrian dan Perdagangan dan

Menteri Dalam Negeri No.57 dan

145/MPP/Kep/1997 tentang Penataan dan

Pembinaan Pasar dan Pertokoan;

e. Peraturan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan No.12/M-

DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Penerbitan Surat Tanda

Pendaftaran Usaha Waralaba

f. Rancangan Peraturan Presiden tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Modern

dan Toko Modern

Provinsi (hanya Jakarta) DKI Jakarta: Perda Provinsi No. 2/2002

tentang Pasar Swasta di

DKI Jakarta; Keputusan Gubernur No.

44/2003 mengenai Petunjuk Pelaksanaan

Pasar Swasta di Jakarta.

Meski kaya dalam batasan-batasannya, rancangan peraturan tentang pasar

modern dan peraturan tentang pengelolaan pasar tidak secara gamblang

menjelaskan tugas dan tanggung jawab khusus dari masing-masing dinas

pasar terkait. Demikian juga, peraturan tersebut tidak memuat hak atau

tanggung jawab pedagang dan pengelola pasar, demikian pun sanksi bagi

pemda atau pedagang yang melanggarnya. Selain itu, sosialisasi peraturan ini

(50)

B. Kesejahteraan Sosial

1. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Pada mulanya, usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan oleh

kelompok keagamaan. Usaha-usaha kesejahteraan yang dilakukan pada

umumnya merupakan pelayanan sosial yang bersifat amal. Sebagaimana yang

dituliskan Canda dan Furman dalam bukunya, Keberagaman Agama dalam

Praktek Pekerjaan Sosial (Spiritual Diversity in Social Work Practice: The

Heart of Helping), bahwa setiap agama (Budha, Hindu, Islam, Konghucu,

Kristen, dan Yahudi) memiliki kepercayaan dan nilai dasar yang berimplikasi

pada penerapan atau praktek kerja sosial.24

Ketika orang memperlajari kesejahteraan sosial, maka aorang tersebut

akan menghadapi masalah yang berkenaan dengan istilah itu sendiri, tetapi

tidak berakhir sampai di situ. Setelah masalah itu terjawab, masalah yang

lebih luas yang berkenaan dengan substansi dari istilah tersebut muncul.

Seperti pertanyaan apakah kesejahteraan sosial merupakan suatu aktivitas

yang dimaksudkan untuk menolong orang yang berada di bawah tekanan

sosial tertentu untuk meraih kembali keseimbangannya, kepercayaan dirinya

dengan menghilangkan sebab-sebabnya? Apakah kesejahteraan sosial

merupakan suatu sistem tindakan umum yang dimaksudkan untuk

memperbaiki kondisi institusi-institusi sosial agar bisa diakses oleh anggot

masyarakat? Apakah kesejahteraan sosial merupakan suatu ilmu yang

mempelajari kedua ranah kesejahteraan sosial itu? Dan banyak lainnya.

24

(51)

Secara historis, cikal bakal ilmu kesejahteraan sosial dapat ditelusuri

melalui adanya usaha kesejahteraan sosial tradisional dalam masyarakat, yang

dikemudian hari menjadi modern atau ilmiah.

a. Abad 13-18

Pada periode ini pemerintah Inggris mengeluarkan beberapa peraturan

perundangan untuk menangani masalah kemiskinan. Undang-undang

Kemiskinan yang dikeluarkan oleh Ratu Elizabeth (Elizabethan Poor Law)

merupakan salah satu undang-undang yang paling terkenal saat itu.

Undang-undang tersebut dianggap sebagai cikal bakal intervensi pemerintah terhadap

kesejahteraan warga negaranya karena usaha kesejahteraan sosial sebelumnya

lebih banyak dilakukan oleh kelompok keagamaan, seperti pihak gereja.25

Usaha-usaha kesejahteraan sosial pada dasarnya berasal dari nilai-nilai

humanitarianisme yang percaya bahwa kondisi kemiskinan yang terjadi di

tengah masyarakat adalah sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Kemudian

muncul kelompok-kelompok (relawan) yang mengupayakan pengembangan

usaha kesejahteraan sosial untuk memperbaiki kondisi tersebut. Usaha

kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh relawan yang didasari semangat

filantropis selanjutnya berkembang menjadi lebih terarah dan terorganisir.

Karena itu, baik di Inggris maupun Amerika, sejarah pekerjaan sosial sangat

terkait dengan para relawan dan organisasi para relawan. Organisasi para

25

Gambar

Tabel 14 Analisis SWOT dalam Aspek Pengelolaan …………..
Tabel 1 Kerangka dan Jumlah Informan
Tabel 2.  Perbandingan Penjualan Retail Modern dan Pasar Tradisional
Tabel 3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indikator yang digunakan untuk melihat dampak kehadiran ritel modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta adalah data

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kinerja pedagang produk pertanian pada pasar tradisional setelah meningkatnya jumlah toko modern di Kota Bekasi

Dalam penyusunan Skripsi penulis memilih judul “ ANALISIS DAMPAK REVITALISASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR MASARAN CAWAS (STUDI KASUS DI PASAR

Merupakan pedagang sembako yang berasal dari Lingkungan Kebun daya beliau mulai berdagang di Pasar Pagutan lebih kurang 23 tahun dari sejak tahun 1998, sembako

Menurut pendapat dan pengalaman Bapak/Ibu mengenai Pasar Modern Thamrin Plaza dapat menyebabkan penjualan fisik (ikan, daging, beras, gula, buah-buahan, sayur-sayuran,

Hal ini terjadi karena di awal berdirinya ritel modern, pedagang tradisional merasakan adanya persaingan, sehingga strategi untuk bisa bersaing pedagang paras tradisional

Pedagang yang mau direlokasi baik di pasar agrobis maupun di pasar modern Babat dimana Kehidupan sosial ekonomi pedagang yang menempati pasar modern Babat

Penelitian Herlina Meritasari pada tahun 2021 yang berjudul “Analisis Dampak Program Revitalisasi Pasar Tradisional Terhadap Kesejahteraan Para Pedagang Studi Kasus Pada Pasar