• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi guru tentang komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MTs al-Awwabin Sawangan -Depok tahun 2010-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi guru tentang komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MTs al-Awwabin Sawangan -Depok tahun 2010-2011"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

GURU DI MTs AL-AWWABIN SAWANGAN-DEPOK TAHUN 2010/2011”.

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dalam Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Siti Roiyah

NIM. 106018200789

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

UJI REF'ERENSI

Seluruh Referensi yang digunakan daram penulisan skripsi yang berjudul "Hubungan Persepsi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah Dengan Disiptin Kerja Guru Di MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok,, yang disusun oleh Siti Roiyah, NIM. 106018200799, program Studi Manajemen pendidikan, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah d,an Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 27 Juni 201 L

Jakarta.2T Juni20Il

Dosen Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing II

Akbar Zainudin. MM Drs. Mu'arif SA,ffI. / M. pd

NrP. 19650717 199403 | 005 Dosen Pembimbing

r/1

W

(3)

LEMBAR PENGESAIIAII SKRIPSI

"HUBUNGAI\ PERSEPSI KOMT]NIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN DISIPLIN KERJA GT]RU DI MTs AL-AWWABIN

SAWANGAI{ DEPOK'

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dalam Memenuhi Salah satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan (s.pd)

Oleh: Siti Roivah

NIM. 106018200789

Di bawah Bimbingan:

Pembimbing II

Drs. Mu'arif SAM. M. Pd NrP. 19650717 199403 1 005

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGTIRUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

20ll Pembimbing I

.-rt

/ / ./zr7

l / 2 L , .

atJv 7 Akbar Zainudin. M.M

l l l

(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama

Tempat, Tanggal Lahir NIM

Jurusan/Prodi Judul Skripsi

Siti Roiyah

Bogor,20 April 1988

106018200789

Kependidikan Islam/Manaj emen Pendidikan

Hubungan persepsi komunikasi

interpersonal kepala sekolah dengan disiplin

kerja guru di MTs Al-Awwabin

Sawangan-Depok

1. AkbarZainudin, MM

2. Drs. Mu'arif SAM. M.Pd Dosen Pembimbing

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yafig saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqosah.

Jakarta,16 Juni 2011

Yang membuat pernyataan

Siti Roivah

NrM. 106018200789

(5)

v

Dengan Disiplin Kerja Guru di MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok. Skripsi, Jakarta: Jurusan Kependidikan Islam/Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Juni 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara Persepsi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dengan Disiplin Kerja Guru MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan 15 April 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok, dan sampel yang diambil yaitu seluruh guru MTs Al-Awwabin yang berjumlah 29 responden. Dan teknik dalam pengolahan data yaitu dengan menyebarkan angket.

Perhitungan koefisiens korelasi yang dilakukan dengan rumus Product Moment menghasilkan rxy sebesar 0,5002, ini berarti hubungan antar variabel

Persepsi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja Guru cukup. Hasil perhitungan uji keberartian dengan menggunakan uji t sebesar 3,002. Karena thitung > ttabel, maka dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antar kedua variabel tersebut. Dan dari hasil perhitungan determinasi menghasilkan KD sebesar 25,02.

Hasil temuan dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan yang sedang atau cukup kuat antara variabel persepsi komunikasi interpersonal kepala sekolah (variabel X) dan variabel disiplin kerja guru (variabel Y). Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin baik komunikasi interpersonal kepala sekolah, maka akan semakin baik juga disiplin kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah komunikasi interpersonal kepala sekolah, maka akan semakin rendah juga disiplin kerja guru.

(6)

vi

karunia kepada seluruh makhluk hidup sehingga penulis dapat kemudahan dan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Hubungan Persepsi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru Di MTs

Al-Awwabin Sawanagan-Depok” Salawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad Saw, seorang suri tauladan yang mulia dan beserta keluarga, sahabat, serta umatnya yang setia kepada ajarannya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan, Jurusan Kependidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan dan

selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.

3. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil., selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam. sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.

4. Akbar Zainudin, MM, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I, yang telah memberikan bimbingan materi dan metodologi dalam mengerjakan skripsi kepada penulis sejak awal penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai serta selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk terus berusaha menghasilkan skripsi yang berkualitas.

(7)

Al-vii

hati memberikan kasih sayangnya kepadaku, dari masa kanak-kanak hingga dewasa, dan juga selalu memberikan perhatian dan dukungan baik moril maupun materil. Semoga Allah selalu memberikan rahmat, ampunan, keberkahan dan keridhoan kepada Ema dan BabE. Amin Allohumma Amin. I always love You. 7. Untuk kakak-kakakku (mpo‟ Atih dan abang ipar, mpo‟ iyat dan abang ipar, bang

mat dan mpo‟ ipar baruku,bang im) semoga selalu menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah. Keponakanku (Arnih, Ronal,Liana, Robih, Noni dan keponakan baruku Nazmah), semoga menjadi anak yang saleh, rajin, dan pandai. Semoga kalian diberikan kemudahan dan kekuatan dalam menjalani aktifitas kehidupan ini dengan baik, mudah dan lancar.

8. My best Friends. Lima sekawan ( Iyam, Ila, Ida dan Ocha) lita yang sering „berantem‟ (my partner ideal), sweet heart Ahmad Yani alias cipit yang sering mengantarku mundar-mandir ke rumah dosen dia selalu menjadi kecenderungan hatiku dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuknya dan senantiasa diberikan kemudahan dalam menyusun skripsinya, Andika yang telah bersedia menjadi guru privat gratisku dan telah mengizinkan skripsi originalnya

menginap di rumahku. Pembimbing TPQ Baitul Rahmah yang telah bersedia

menggantikanku mengajar selama proses pembuatan skripsi ini, Kalian adalah teman yang terbaik yang selalu memberikan semangat, pengertian, dan kasih sayang serta berbagi kebersamaan selama ini.

9. Teman-temanku di Jurusan Manajemen Pendidikan (MP), Badan Eksekusi Mahasiswa Jurusan (BEMJ), TPQ Baitul Rahmah, dan Keluarga Besar Ponpes Al-Awwabin Bedahan thanks for ka‟ Dianaand ka‟ hanna.

(8)

viii

Jakarta, 16 Juli 2011

(9)

ix

Halaman

UJI REFERENSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……….. ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Disiplin Kerja Guru ... 6

1. Pengertian Disiplin Kerja Guru ... 6

2. Fungsi Disiplin Kerja Guru ... 10

3. Macam-macam Disiplin Kerja Guru ... 12

4. Strategi Pembinaan Disiplin Kerja Guru ... 13

B. Persepsi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah ... 15

1. Pengertian Persepsi ... 15

2. Jenis Persepsi ... 15

3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi... 16

4. Pengertian Komunikasi Interpersonal... 18

5. Tujuan Dan Fungsi Komunikasi Interpersonal... 22

(10)

x

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Metode Penelitian ... 31

E. Populasi dan Sampel ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Teknik Pengolahan Data ... 37

H. Uji Instrumen Penelitian ... 38

I. Teknik Analisis Data 1. Pengujian Hipotesis Penelitian a. Koefisien Korelasi ... 41

b. Uji Keberartian Koefisien Korelasi (Uji-t) ... 42

c. Uji Koefisien Determinasi ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah MTs Al-Awwabin ... 43

2. Visi dan Misi MTs Al-Awwabin ... 44

3. Struktur Organisasi Sekolah dan Yayasan ... 45

B. Deskripsi Data 1. Data Disiplin Kerja Guru (Variabel Y) ... 49

2. Data Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah (Variabel X) ... 52

C. Analisis Data ... 56

D. Interpretasi Hasil Penelitian ... 59

(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 64

(12)

xii

Lampiran Tabel Halaman

1 Waktu Penelitian di MTs Al-Awwabin. ... 31

2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Disiplin Kerja Guru... 33

3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah... 35

4 Skala Likert (Likert Scale) ... 38

5 Tabulasi Skor ... 38

6 Indeks Korelasi ”r” Product Moment ... 39

7 Intepretasi Nilai Reliabilitas ... 41

8 Data Guru MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok Tahun Pelajaran 2010/2011... 46

9 Skor Hasil Angket Disiplin Kerja Guru (Variabel Y)... 49

10 Rata-rata Hitung Skor Indikator Disiplin Kerja Guru ... 50

11 Rata-rata Hitung Skor Variabel... 50

12 Distribusi Frekuensi Disiplin Kerja Guru (Y) ... 51

13 Skoring Angket Persepsi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah... 53

14 Rata-rata Hitung Skor Indikator Disiplin Kerja Guru ... 54

15 Rata-rata Hitung Skor Variabel Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah... 54

16 Distribusi Frekuensi Persepsi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah (X) ... 55

17 Skor Angket Responden Variabel X dan Variabel Y... . 56

(13)

xiii

Lampiran Gambar Halaman 1 Struktur Organisasi MTs Al-Awwabin... 45 2 Grafik Histogram Variabel Disiplin Kerja Guru (Y)... 52 3 Grafik Histogram Variabel Persepsi Komunikasi Interpersonal

[image:13.595.124.525.80.468.2]
(14)

xiv

No. Judul Halaman

1 Kuesioner Uji Coba Variabel Y ... 1

2 Kuesioner Uji Coba Variabel X ... 3

3 Kuesioner Final Variabel Y ... 6

4 Kuesioner Final Variabel X ... 8

5 Data Hasil Uji Coba Variabel Y ... 11

6 Langkah-langkah Perhitungan Validitas Variabel Y ... 12

7 Hasil Analisis Butir Instrumen Variabel Y ... 13

8 Data Hasil Uji Coba Variabel X ... 14

9 Langkah-langkah Perhitungan Validitas Variabel X ... 15

10 Hasil Analisis Butir Instrumen Variabel X ... 16

11 Data Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 17

12 Data Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 18

13 Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Variabel Y ... 19

14 Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Variabel X ... 21

15 Skor Hasil Variabel Y... ... 23

16 Skor Hasil Variabel X... ... 24

17 Proses Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 25

18 Proses Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel X ... 26

19 Perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment ... 27

20 Uji Keberartian Koefisien Korelasi dengan Uji t ... 28

21 Perhitungan Koefisien Determinasi ... 29

22 Tabel Nilai r Product Moment ... 30

23 Tabel Nilai Presentil Untuk Distribusi t ... 31

22 Diagram Absensi Guru MTs Al-Awwabin... 32

23 Surat Izin Penelitian ... 33

[image:14.595.134.523.81.748.2]
(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan suatu sistem yang mengkoordinasi aktifitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun tujuan utama pendidikan menurut Jean Piaget adalah melahirkan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, tidak sekedar mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya, sehingga bisa menjadi manusia kreatif, penemu dan penjelajah. Tujuan kedua pendidikan adalah untuk membentuk jiwa yang mampu bersikap kritis, membuktikan dan tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan.1

Agar tujuan di atas tersebut dapat tercapai diperlukan koordinasi beberapa komponen yang terlibat di dalamnya misalnya kepala sekolah, guru-guru, siswa dan fasilitasnya. Kepala sekolah harus mampu mengkoordinasi kegiatan-kegiatan guru sehingga pengajaran dapat berjalan dengan lancar, oleh sebab itu sekolah perlu memahami komunikasi organisasi dengan baik, karena komunikasi sangat penting dalam suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik akan tercipta suasana kerja dan belajar secara kondusif.

Banyak organisasi yang berantakan disebabkan komunikasi yang tidak berjalan dengan baik. Tidak berjalannya komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan belajar mengajar. Kegiatan di sekolah dalam

1

(16)

mengerjakan tugas sekolah guru-guru harus bergaul dengan semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan seperti bergaul dengan kepala sekolah, pegawai, orang tua siswa/masyarakat, dan juga dengan para siswa namun komunikasi yang paling banyak dilakukan adalah antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan guru dengan siswa. Oleh karena itu kepala sekolah harus dapat membangun keakraban diantara personalia sekolah, karena kepala sekolah yang menyenangkan dapat meningkatkan semangat kerja guru dan prestasi belajar siswa.

Dalam kehidupan sehari-hari salah satu jenis komunikasi yang banyak dilakukan adalah komunikasi interpersonal, karena jenis komunikasi ini dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain, dimana hubungan itu sangat diperlukan untuk membina kerjasama yang efektif dalam suatu organisasi sekolah.

Sebagai pemimpin sekolah, maka kepala sekolah harus dapat meningkatkan efektifitas komunikasi interpersonal dalam menghadapi tantangan pekerjaan, pengambilan keputusan, pembinaan guru, pemecahan masalah, dan konflik dalam organisasi sekolah. Dalam masyarakat modern dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, keadaan masyarakat juga menjadi lebih kompleks dan rumit. Peran kepala sekolah sangat menentukan dalam menciptakan kepuasan kerja di kalangan personalia sekolah. Kepala sekolah harus dapat membangaun keakraban dalam personalia sekolah, baik dengan cara menghargai serta memuji prestasi guru, atau dengan memberikan kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sehingga guru merasakan saling memiliki sekolah tersebut.

(17)

menyenangkan dari guru atau tenaga kependidikan sehingga guru/tenaga pendidik takut untuk menyampaikan pendapat dan kritik karena khawatir dianggap menentang, bahkan kepala sekolah pun kurang dapat menerima pendapat guru walaupun pendapat tersebut baik sehingga ada keengganan guru untuk mengungkapkan pikirannya atau ide-idenya, kondisi seperti ini akan menimbulkan jarak antara kepala sekolah dengan guru dan akan mempengaruhi motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya. Jika motivasi guru rendah maka tingkat disiplinnya pun akan rendah sehingga secara tidak langsung mutu sekolah tersebut pun akan rendah juga. Untuk menghindari hal tersebut kepala sekolah harus menerapkan komunikasi interpersonal secara efektif agar terjalinnya kerjasama yang baik.

Fenomena sebagaimana yang telah dijelaskan, banyak terjadi di sekolah, salah satunya adalah di MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok. Kepala sekolah kurang melibatkan para guru dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sekolah sehingga kurang efektifnya komunikasi kepala sekolah dengan guru. Dan hal ini menimbulkan kesalah fahaman dalam penyampaian dan penyerapan informasi antara kepala sekolah terhadap guru, maksud dan tujuan informasi yang diinginkan tidak akan mungkin tercapai misalnya saja dalam peningkatan kedisiplinan guru kepala sekolah harus memahami betul keadaan lingkungan sekolah dan mengapa guru kurang disiplin dan apa akibatnya bagi sekolah. Alasan mengapa para guru melakukan sikap kurang disiplin seperti absen dalam mengajar, tidak masuk kelas tepat waktu, tidak membuat RPP dan administrasi lainnya mayoritas itu dikarenakan kurang diperhatikannya hak-hak guru dan kurang ditegakkannya tata tertib untuk para guru selain itu juga kurang terjalinnya komunikasi antara kepala sekolah dan guru dengan baik dan kurangnya pengadaan forum komunikasi antara kepala sekolah dengan guru secara berkala sehingga terdapat kesenjangan antara kepala sekolah dan guru 2. Dalam memperoleh informasi yang diperlukan dalam proses peningkatan disiplin guru dan untuk

2

(18)

mensosialisasikan kedisiplinan tersebut kepada guru, komunikasi kepala sekolah sangat berperan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Persepsi Komunuikasi Interpersonal Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru di MTs Al-Awwabin Sawangan- Depok”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya komunikasi interpersonal kepala sekolah kepada guru sehingga terdapat jarak antara kepala sekolah dengan guru dan tidak terjalin kerjasama yang baik.

2. Kurang ditegakkannya disiplin organisasi dan rendahnya disiplin guru untuk mengajar ke sekolah yang menyebabkan banyak guru yang absen ke sekolah sehingga KBM di sekolah tidak lancar.

3. Kurangnya perhatian kepala sekolah kepada guru dalam memenuhi hak guru sehingga guru merasa malas dalam mengerjakan tugas-tugasnya sebagai pendidik.

4. Kurangnya pembinaan dari kepala sekolah mengenai hal yang berhubungan dengan pendidikan sehingga pengetahuan guru dalam metode mengajar tidak berkembang, guru selalu menugaskan murid untuk menulis, membaca dan menjawab latihan-latihan yang ada di buku paket saja.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan tentang komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan disiplin guru, penelitian ini dibatasi pada:

(19)

D. Perumusan Masalah

Dari uraian identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana disiplin kerja guru yang ada di MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok

2. Bagaimana persepsi guru tentang komunikasi interpersonal kepala sekolah 3. Bagaimana hubungan komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan

disiplin kerja guru di MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi MTs Al-Awwabin diharapkan dapat mengetahui lebih jelas tentang komunikasi interpersonal kepala sekolah serta hubungannya terhadap kedisiplinan guru.

2. Bagi lembaga pendidikan (secara umum ), diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah untuk dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam berkomunikasi untuk dapat meningkatkan disiplin kerja guru.

3. Bagi pembaca, diharapkan pembaca dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan acuan serta studi perbandingan terhadap sistem komunikasi lembaga pendidikan.

(20)

6

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS

A. Disiplin Kerja Guru

1. Pengertian Disiplin Kerja Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar. Sedangkan kata guru dalam Bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris teacher itu memang memiliki arti sederhana, yaitu guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.1

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.2

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.3

Dari beberapa pengertian di atas beberapa para ahli mengatakan guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam mentransfer ilmu

1

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1996), cet ke 3, h.223

2

Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),h.31

3

(21)

kepada anak didik dan menguasai betul seluk beluk perihal pendidikan dan pengajaran dengan baik. Oleh karena itu pekerjaan seorang guru tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan yang dilakukan seorang guru.

Guru memiliki banyak tugas,salah satunya adalah tugas guru sebagai profesi yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Guru adalah suri tauladan bagi siswa, oleh karena itu seorang guru hendaknya bersikap yang baik dan tidak melanggar norma-norma atau peraturan yang terdapat disekolah ataupun dilingkungan masyarakat. Disiplin saat di sekolah misalnya: guru tidak terlambat mengajar di kelas dan tidak melebihi waktu yang telah ditentukan, cara berpakaian guru harus sopan dan tidak melanggar kode etik guru, dan lain sebagainya. Apabila guru mempunyai sikap kedisiplinan yang tinggi dan menanamkan disiplin di kelas maka murid akan mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh gurunya sehingga mereka akan terbiasa untuk terus menjalankan disiplin tersebut walaupun tanpa ada ancaman atau paksaan.

(22)

Banyak para ahli yang memberikan pengertian disiplin, diantaranya adalah menurut Ali Imron mendefinisikan disiplin sebagaisuatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung4. Menurut Sondang P. Siagian, disiplin merupakan tindakan-tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan pendekatan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap, dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya5. Disiplin yang dikemukakan oleh Sondang P, Siagian ada hubungannya dengan apa yang dikemukakan T. Hani Handoko adalah sebagai berikut:

Kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional ada dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu preventif dan korektif.

1. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standardan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan.

2. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut6.

Berdasarkan pengertian di atasdapat disimpulkan bahwa disiplinadalah suatu keadaan dimana seseorang (anggota organisasi) merasa tunduk dan taat pada peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh suatu organisasi agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai tanpa terdapat unsur paksaan melainkan atas dasar kesadaran tentang pentingnya memenuhi peraturan tersebut.

Adapun pengertian disiplin kerja guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja disekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun

4

Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia,(Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,1995) cet.1, h.182

5

Sondang P, Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2001) hal.305

6

(23)

tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan7.

Dari definisi di atas, beberapa para ahli mengatakan disiplin kerja guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam mentaati peraturan-peraturan yang terdapat di sekolah, termasuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai guru tanpa adanya pelanggaran yang dapat merugikan berbagai pihak.Disiplin kerja merupakan sikap penting yang harus ditanamkan dalam diri setiap guru karena guru merupakan figur teladan yang setiap perilakunya senantiasa dilihat oleh para muridnya. Contohnya saja ketika seorang guru tidak disiplin dalam waktu yaitu dengan datang terlambat ke sekolah, hal tersebut secara tidak langsung guru tersebut memberikan contoh yang tidak baik kepada murid-muridnya.

Menurut Gary Dessler tujuan disiplin adalah untuk mendorong para guru berperilaku secara bijaksana ditempat kerja/sekolah, dimana menjadi bijaksana didefinisikan sebagai taat pada peraturan dan keputusan. Dalam sebuah organisasi, aturan dan keputusan melayani tujuan yang sama seperti yang dilakukan Undang-undang dalam masyarakat; disiplin ditegakkan bila salah satu dari aturan dan keputusan ini dilanggar8.

Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja, sedangkan produktivitas merupakan keberhasilan dari suatu organisasi.Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin kerja dengan produktifitas.Sehingga dapat dikatakan disiplin adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya suatu tujuan organisasi tersebut. Begitu juga disiplin kerja guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu salah satunya adalah menghasilkan output yang berkualitas.

2. Fungsi Disiplin Kerja Bagi Guru

7

Ali Imron, Pembinaan Guru…h.183

8

(24)

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran, baik disekolah maupun di luar sekolah karena faktor lainnya merupakan salah satu pendukung. Maka dari itu dalam proses pembelajaran yang berdaya guna harus ditunjang oleh disiplin gurunya yang mengelola proses pembelajaran. Sebagai kunci keberhasilan suatu sekolah, guru dituntut memiliki disiplin kerja yang tinggi. Disiplin kerja sebagai ketaatan menjalankan peraturan mempunyai beberapa fungsi. Diantaranya disiplin berfungsi sebagai peningkatan produktivitas yang tinggi, kreativitas dan aktivitas serta motivasi guru dalam mengajar agar tercipta proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Di lain sisi, disiplin kerja guru juga berfungsi untuk memperteguh dan memberikan kemudahan dalam memperoleh hasil kerja yang memuaskan, memberi kesiapan bagi guru dalam melaksanakan proses kerja dan akan menunjang hal-hal yang positif dalam melakukan berbagai kegiatan dan proses kerja guru.

Menurut Sardiman yang dikutip oleh Wulandari Lima Jaya Tini dalam skripsinya yang berjudul “Peran Disiplin Kerja Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Darussalam Ciputat”, disiplin kerja guru akan berfungsi apabila guru memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a. Hadir dan pulang tepat waktu. b. Menandatangani daftar hadir.

c. Membuat program dan persiapan sebelum mengajar. d. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

e. Melaksanakan penilaian terhadap pelaksanaan KBM.

f. Menyelesaikan administrasi kelas dan sekolah secara baik dan teratur. g. Memiliki dan menciptakan lingkungan kerja dan belajar yang

menyenangkan9.

Aspek-aspek sebagaimana yang tercantum di atas dapat dikategorikan atau dikelompokan menjadi 5 kategori, yaitu:

1. Aspek datang kesekolah tepat waktu penulis mengkategorikannya menjadi disiplin dalam memanfaatkan waktu. Karena aspek

9

(25)

tersebut menjelaskan bagaimana seorang guru dapat memanfaatkan atau menggunakan waktu yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya. 2. Aspek menandatangi daftar hadir, dan aspek menyelesaikan administrasi kelas dan sekolah secara baik dan teratur. Penulis mengelompokkannya menjadi kategori disiplin dalam melaksanakan kegiatan administrasi karena kedua aspek tersebut merupakan kegiatan yang sama atau sejenis yaitu kegiatan dalam bidang administrasi.

3. Aspek membuat program dan persiapan sebelum mengajar penulis menyederhanakan menjadi kategori disiplin dalam menyusun program.

4. Aspek melaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan aspek melaksanakan penilaian terhadap pelaksanaan KBM, penulis mengelompokkannya ke dalam kategori disiplin dalam melaksanakan tugas.

5. Aspek memiliki dan menciptakan lingkungan kerja dan belajar yang menyenangkan, penulis mengkategorikannya menjadi disiplin dalam mengelola kelas.

Penulis menjadikan kelima kategori di atas menjadi sebuah dimensi untuk mengukur apakah seorang guru telah melaksanakan disiplin dengan baik atau tidak. Dengan demikian untuk mengukur apakah seorang guru telah melakukan disiplin dengan baik atau tidak di sekolah dapat dilihat dari beberapa sub dimensi sebagai berikut: 1) disiplin dalam memanfaatkan waktu, 2) disiplin dalam melaksanakan kegiatan administratif, 3) disiplin dalam menyusun program, 4) disiplin dalam melaksanakan tugas, dan 5) disiplin dalam mengelola kelas.

Dengan memperhatikan berbagai sub dimensi kedisiplinan bagi guru sebagaimana tercantum di atas, maka dalam pelaksanaan tugasnya akan tercipta kondisi disiplin kerja yang tinggi. Dan guru yang memiliki disiplin kerja yang tinggi tentunya akan mematuhi dan mentaati serta menjalankan peraturan dan tata tertib yang berlaku dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Sehingga akan tercipta suasana lingkungan kerja yang kondusif.

3. Macam-macam Disiplin Kerja Guru

(26)

a. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsepini, guru di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau menurut saja terhadap perintah dan anjuran pejabat/kepala sekolah dan atau Pembina tanpa banyak menyumbang pikiran-pikirannya. Guru diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki kepala sekolah atau Pembina, dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, kepala sekolah di sekolah bebas memberikan tekanan kepada guru dan memang harus menekan mereka. Dengan demikian, guru takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh kepala sekolah di sekolah. b. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep

ini, guru haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan di sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada guru.

c. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali, atau kebebasan yang bertanggung jawab. Menurut konsep ini guru memang diberi kebebasan, asalkan yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan10.

Pembagian disiplin kerja tersebut dilihat dari bagaimana cara kepala sekolah dalam memberikan perintah-perintah kepada guru agar guru dapat melaksanakan perintahnya tersebut, namun cara tersebut berbeda. Pada konsep otoritium kepala sekolah menuntut ketaatan yang penuh kepada guru-guru agar menjalankan perintahnya dengan baik. Pada konsep

permissive, kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru untuk

melakukan apa saja yang ingin dilakukan oleh guru di kelas maupun di sekolah selama perbuatan tersebut dianggap dapat meningkatkan kemajuan sekolah, dalam konsep ini menyebabkan guru tidak akan disiplin karena mereka bekerja sesuai dengan kemauannya sendiri yang menyebabkan banyak tugas yang tidak terselesaikan. Pada konsep kebebasan yang terkendali, guru diberikan kebebasan dalam menjalankan tugasnya tetapi ia harus bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dilakukannya tersebut.

4. Strategi Pembinaan Disiplin Kerja Guru

Seorang pemimpin harus dapat menumbuhkan disiplin, terutama disiplin diri.Dalam kaitan ini, pemimpin yakni kepala sekolah harus

10

(27)

mampu membantu para guru untuk mengembangkan dan meningkatkan standar perilakunya, serta menggunakan pelaksaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. Disiplin merupakan sesuatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan, menanamkan kerjasama, dan merupakan kebutuhan untuk berorganisasi, serta untuk menanamkan rasa hormat terhadap orang lain.

Reisman and Payne (dalam Mulyasa) mengemukakan strategi umum membina disiplin sebagai berikut:

a. Konsep Diri; strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri setiap individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, pemimpin disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka sehingga para pegawai dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalahnya.

b. Keterampilan berkomunikasi; pemimpin harus menerima semua perasaan pegawai dengan teknik komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya.

c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; perilaku-perilaku yang salah terjadi karena pegawai telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku yang salah yang disebut misbehavior. Untuk itu pemimpin disarankan: menunjukan secara tepat tujuan perilaku yang salah sehingga membantu pegawai dalam mengatasi perilakunya, serta memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

d. Klarifikasi nilai; strategi ini dilakukan untuk membantu pegawai dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

e. Latihan keefektifan pemimpin; metode ini bertujuan untuk menghilangkan metode kekuasaan, misalnya hukuman dan ancaman melalui model komunikasi tertentu.

f. Terapi realitas; pemimpin perlu bersikap positif dan bertanggung jawab11. Ali Imron mengemukakan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin guru sebagai berikut:

a. Teknik external control; ialah suatu teknik di mana disiplin guru haruslah dikendalikan dari luar. Guru harus senantiasa diawasi dan dikontrol agar mereka tidak terjerembab ke dalam kegiatan-kegiatan yang tidak produktif. Menurut teknik ini, guru harus terus menerus didisiplinkan, dan

11

(28)

kalau perlu ditakuti dengan ancaman dan ditawari dengan ganjaran. Ancaman diberikan kepada guru yang tidak disiplin, dan ganjaran diberikan kepada guru yang mempunyai disiplin tinggi.

b. Teknik inner control/internal control; teknik ini merupakan kebalikan dari teknik yang pertama. Teknik ini mengupayakan agar guru dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri. Guru disadarkan akan arti pentingnya disiplin. Setelah sadar ia akan mawas diri dan akan berusaha mendisiplinkan dirinya sendiri. Jika teknik ini dapat dikembangkan dengan baik, maka akan mempunyai kekuatan yang hebat.

c. Teknik cooperative control; menurut teknik ini, antara pembina dan guru harus saling bekerja sama dengan baik dalam menegakkan disiplin. Pembina dan guru lazimnya membuat semacam perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sangsi atas pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat bersama. Dengan demikian pembina dan guru dapat bekerjasama dengan baik dan guru pun akan merasa dihargai12.

Untuk menerapkan berbagai strategi tersebut, kepala sekolah harus mepertimbangkan berbagai situasi, dan perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang harus diciptakan oleh guru dalam mentaati peraturan-peraturan sekolah dan menjalani tugas dan kewajibannya dengan baik tanpa ada unsur paksaan sehingga tidak merugikan berbagai pihak.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa antara disiplin dan kerja terdapat hubungan yang sangat erat sehingga satu sama lain sangat mempengaruhi, disiplin yang tinggi akan menimbulkan semangat kerja yang tinggi begitu juga sebaliknya disiplin yang rendah akan menghasilkan semangat kerja yang rendah pula dan jika semangat kerja guru rendah maka akan mempengaruhi kualitas pendidikan. Oleh karena itu, agar semangat kerja guru tinggi kepala sekolah harus melakukan berbagai strategi salah satunya adalah kepala sekolah harus mampu berkomunikasi secara baik kepada personil sekolah terutama guru sehingga akan tercipta suasana kerja yang menyenangkan dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan yaitu meningkatkan mutu pendidikan.

12

(29)

B. Persepsi Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah 1. Pengertian Persepsi

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya13. Menurut M. Alisuf Sabri “Persepsi adalah pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia menenali ransangan-ransangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya, dengan kemampuan ini memungkinkan manusia atau individu mengenali lingkungan hidupnya”14. Sedangkan menurut Bimo Walgito persepsi adalah proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris15

Menurut Sarlito Wirawan menyebutkan bahwa” Persepsi adalah kemampuan untuk membedakan atau mengelompokkan, memfokuskan objek-objek”16. Sedangkan menurut Ikhwan Luthfi, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan17.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pengamatan terhadap suatu objek atau informasi yang masuk melalui otak manusia di mana individu dapat mengenali, membedakan dan memberi tanggapan terhadap objek yang dilihat.

2. Jenis Persepsi

Bimo Walgito (dalam Ikhwan Luthfi) membagi persepsi berdasarkan pada objek persepsi, yang terdiri dari 2 hal, yaitu:

a. Things perception/persepsi benda atau barang. Yaitu persepsi

terhadap objek yang bukan manusia.

b. Social perception/persepsi sosial. Yaitu persepsi dimana objek persepsinya adalah manusia atau orang. Bimo Walgito

13

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Cet 4, h.863

14

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi umum dan Perkembangannya,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. Ke-1, h.45

15

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset,2004), h. 87-88

16

Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi,(Jakarta: Bulan Bintang,1991), Cet Ke-6, h.39

17

(30)

memisahkan antara persepsi terhadap diri sendiri (self perception) dengan social perception. Persepsi sosial sendiri meliputi persepsi terhadap orang lain dan persepsi terhadap interaksi sosial18.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Setiap orang dapat memiliki persepsi berbeda sekalipun terhadap objek yang sama.

Menurut Sondang P. Siagian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah:

a. Diri orang yang bersangkutan

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi apa yang dilihat, hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan minat, pengalaman dan harapan.

b. Sasaran persepsi tersebut

Sasaran itu bisa berupa orang, benda atau peristiwa. Sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.

c. Siatuasi

Persepsi harus dilihat secara kontektual, yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul19.

Menurut Sarlito Wirawan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

a. Perhatian

Memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja, perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

b. Set

18

Ikhwan Luthfi DKK, Psikologi Sosial...

19

(31)

Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda, akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.

d. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika Serikat menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.

e. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi. Misalnya A dan B yang bekerja dalam satu kantor yang sama dibawah pengawasan satu orang atasan. A yang pemalu dan penakut, akan mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan, sedangkan B yang percaya diri, menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.

f. Gangguan kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi20.

Persepsi setiap individu atas suatu benda berbeda-beda. Hal ini karena ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek atau benda. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap orang lain pada dasarnya sama dengan persepsi pada umumnya, perbedaan utama terletak pada objek yang dipersepsikan. Dalam hal ini orang yang dipersepsikan juga dapat mempersepsikan, di mana persepsi masing-masing mempengaruhi interaksi yang terjadi di

20

(32)

antara individu tersebut. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi bagaimana seseorang akan memberikan perhatian pada suatu situasi dan bagaimana individu menginterpretasikan suatu keadaan, adalah dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan respon yang diberikan.

Persepsi guru tentang komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan tanggapan atau pengamatan guru mengenai komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru. Guru mengamati bagaimana penguasaan kepala sekolah terhadap komunikasi yang diterapkannya, tujuan komunikasi tersebut, sikap kepala sekolah kepada guru, interaksi antara guru dan kepala sekolah.

Dengan demikian persepsi guru terhadap komunikasi interpersonal adalah interpretasi suatu objek melalui indra di mana objek tersebut adalah proses komunikasi interpersonal yang dilakukan kepala sekolah.

4. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Terbiasa berkomunikasi sebenarnya belum berarti memahami komunikasi. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung. Di manapun kita tinggal dan apapun pekerjaan kita, kita selalu membutuhkan komunikasi dengan orang lain.

Pengertian komunikasi ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradikmatik, sehingga akan menjadi jelas bagaimana pelaksanaan teknik komunikasi itu. Pengertian komunikasi secara umum yaitu “proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang

lain”. Sedangkan pengertian komunikasi secara paradikmatik adalah

“proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui

media”21

.

21

(33)

Menurut Murphy komunikasi adalah “seluruh proses yang diperlukan untuk mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud oleh orang lain”. Sedangkan Harwood mengatakan bahwa komunikasi ialah sebagai proses untuk membangkitkan perhatian orang lain yang bertujuan untuk menjalin kembali ingatan-ingatan22.

Sedangkan menurut Husein Umar komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang atau lebih yang juga meliputi pertukaran informasi antara manusia dan mesin23. Dan Menurut Husaini Usman komunikasi adalah sebagai proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan maupun bahasa nonverbal24.

Jadi dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu orang kepada orang lain untuk mendapatkan pengertian yang sama.

Peran yang paling penting dalam suatu organisasi adalah peran kepemimpinan yakni yang dimaksud adalah kepala sekolah.Komunikasi yang baik yang dilakukan kepala sekolah merupakan motivasi bagi para personel sekolah. Kondisi seperti itu dapat mendorong perasaan para personel sekolah untuk berpartisipasi dan akan lebih tinggi perhatian mereka terhadap pekerjaan. Saling memberikan informasi tentang sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama akan memberikan dukungan vital kepada rasa saling membutuhkan.

Dalam sebuah organisasi, aliran komunikasi dari individu ke individu lainnya bervariasi dalam berbagai aspek, mulai dari bentuk tatap muka dan dalam susunan kelompok hingga ke bentuk pesan instan dan koferensi video25. Manusia tidak bisa hidup sendirian, ia mengembangkan hubungan

22

IKAPI, Etika Komunikasi Kantor, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.31

23

Husein Umar, Desain Penelitian MSDM Dan Perilaku Karyawan; Paradigma Positivistik Dan Berbasis Pemecahan Masalah,(Jakarat: PT Grafindo Persada,2008), h.42

24

Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik Dan Riset Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara,2008),h.389, Ed.2, Cet ke-1

25

(34)

dengan orang lain. Pada saat mengadakan hubungan (relationship) itu, terjadilah proses pengolahan pesan secara timbal-balik. Proses ini dikenal sebagai komunikasi interpersonal.

Adapun komunikasi interpersonal/antarpribadi dapat didefinisikan sebagai pemberian pesan-pesan yang berorientasikan tujuan antara dua orang atau lebih melalui suatu medium atau

media26. Menurut Miftah Thoha, komunikasi

interpersonal/antarpribadiadalah proses penyampaian berita yang dilakukan oleh seseorang dan diterimanya berita tersebut oleh orang lain atau kelompok kecil dari orang-orang, dengan suatu akibat dan umpan balik yang segera27.Senada yang dikatakan Miftah Thoha, Arni Muhammad mengatakan komunikasi interpersonal sebagai proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya28. Dan Menurut Hafied Cangara mengatakan bahwa “komunikasi antar pribadi ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka29.

Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau prilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak.

Apabila dalam berkomunikasi kita bersikap terbuka, setiap pribadi akan bisa saling belajar. Dengan demikian pada prinsipnya dengan komunikasi tersebut kita akan membangun relasi antar manusia sekaligus prinsipnya merupakan perkembangan relasi secara umum. Bisa dikatakan merupakan “perkembangan pribadi”, secara tertentu. Karena secara langsung kita mendapat feedback yang membantu kejelasan dari komunikasi yang dilakukan, langsung memberi informasi mengenai pesan yang diterima. Tidak selalu

26

Udai Pareek, PerilakuOrganisasi, Pedoman Kearah Pemahaman Proses Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Kerja, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1996), cet ke 3, h.65

27

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.190-191

28

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,(Jakarta:P2LPTK,1989),h.163

29

(35)

dengan kata-kata, bisa dengan mimik, anggukan kepala, reaksi yang muncul sehingga kita langsung bisa menggapainya30.

Jadi, berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal/komunikasi antarpribadi adalah suatu proses penyampaian pesan yang merupakan informasi baik secara verbal maupun nonverbal yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang langsung dapat diketahui balikannya atau feedbacknya.

Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah kompleks komunikasi tersebut. Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain.Komunikasi interpersonal yang efektif telah lama dikenal sebagai salah satu dasar berhasilnya suatu organisasi. Dengan demikian komunikasi interpersonal baik juga diterapkan dalam organisasi pendidikan seperti sekolah. Efektivitas komunikasi ini sangat berpengaruh pada kelancaran organisasi dan kinerja para guru. Kepala sekolah harus menerapkan komunikasi interpersonal karena komunikasi ini sangat penting dan berpengaruh terhadap peningkatan disiplin serta kinerja para guru.

5. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Interpersonal

a. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Berkomunikasi interpersonal merupakan keharusan bagi setiap manusia, kepala sekolah sebagai pimpinan senantiasa berusaha membuka dan menjalin komunikasi interpersonal yang efektif dengan guru-guru dan personal lainnya. Selain itu, ada jumlah kebutuhan di dalam diri setiap personal sekolah yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi interpersonal.

30

(36)

Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan seperti yang dikemukakan oleh Arni Muhammad bahwa komunikasi interpersonal mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Menemukan diri sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.

2) Menemukan dunia luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami lebih banyak dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain.

3) Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti.

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain, banyak dari waktu kita dipergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

4) Berubah sikap dan tingkah laku.

Banyak waktu kita untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal.

5) Untuk bermain dan kesenangan

Bermain mencangkup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Dengan melakukan komunikasi interpersonal memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita. 6) Untuk membantu

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita juga semua berfungsi membantu orang dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari.31

b. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal/antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi sosial karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya berinteraksi secara sosial. Dalam keadaan demikian maka fungsi komunikasi interpersonal/antarpribadi adalah:

1) Menumbuhkan informasi

Salah satu harapan waktu kita berkomunikasi antarpribadi adalah untuk menumbuhkan pengetahuan tentang orang lain, oleh karena itu

31

(37)

kita dapat berinteraksi dengan mereka secara efektif. Kita dapat meramalkan bagaimana orang lain itu berpikir, merasakan dan bertindak jika kita tahu siapa mereka.

2) Membangun satu konteks pemahaman

Kita juga berkomunikasi antar pribadi untuk menolong diri sendiri supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakana dalam satu konteks tertentu. Kata-kata yang kita ucapkan sangat berbeda oleh orang lain, itu tergantung dari bagaimana kata-kata itu diartikan dalam suatu konteks.

3) Membentuk identitas

Salah satu tujuan bagi komunikasi antarpribadi yakni, membentuk sebuah identitas. Peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain menolong kita membangun identitas. Dengan identitas itu kita menampilkan wajah kita kepada publik sehingga mereka mempunyai gambaran tentang diri kita.

4) Memenuhi kebutuhan antarpribadi

William Schutz dalam teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation) telah mengidentifikasi tiga kebutuhan manusia yakni:

a. Inklus, adalah kebutuhan untuk terlibat bersama dengan orang lain.

b. Kontrol, adalah kebutuhan untuk mengontrol, mengawasi, bahkan menguasai orang lain.

c. Afeksi, adalah kebutuhan untuk mengembangkan relasi dengan orang lain, kebutuhan untuk dikasihi orang lain32.

6. Efektivitas komunikasi antarpribadi/ interpersonal

Efektivitas komunikasi dapat dilihat dalam kaitan dengan beberapa kriteria. Komunikasi dapat dikatakan efektif jika:

a. Pesan yang diterima sangat dekat dengan pesan yang dikirim;

b. Tindakan komunikasi menggunakan jumlah lambang minimum untuk pesan itu;

c. Pesan-pesan bukan verbal selaras dengan pesan yang verbal; d. Pesan itu mendatangkan jawaban yang diinginkan; dan

e. Komunikasi itu menghasilkan hubungan saling mempercayai antara pengirim dan si teralamat33.

Menurut Joseph A.DeVito (dalam Miftah Thoha)bahwa untuk menilai efektivitas komunikasi antar pribadi dapat dilihat dari hal-hal berikut:

32

Alo Liliweri, Wacana Komunikasi Organisasi, (Bandung: Mandar Maju,2004), h.110-111

33

(38)

a. Keterbukaan; untuk menunjukan kualitas keterbukaan dari komunikasi antapribadi ini paling sedikit ada dua aspek, yakni: aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain. Aspek selanjutnya ialah keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimulasi yang dating kepadanya.

b. Empati; dengan empati dimaksudkan untuk merasakan sebagaimana yang dirasakan oleh orang lain suatu perasaan bersama perasaan orang lain yakni, mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain. Yang paling penting ialah kita tidak akan memberikan penilaian pada perilaku atau sikap mereka sebagai perilaku atau sikap yang salah atau benar. Sedangkan simpati merasakan untuk orang lain, misalnya merasa kasihan pada orang lain. c. Dukungan; dengan dukungan ini akan tercapai komunikasi

antarpribadi yang efektif. Dukungan adakalanya terucap dan adakalanya tidak terucap. Dukungan yang tidak terucap tidaklah mempunyai nilai yang negatif, melainkan dapat merupakan aspek positif dari komunikasi. Gerakan-gerakan seperi anggukan kepala, kerdipan mata, senyum atau tepukan tangan merupakan dukungan positif yang tak terucapkan

d. Kepositifan; dalam komunikasi antarpribadi kualitas ini paling sedikit terdapat tiga aspek perbedaan atau unsur. Pertama, komunikasi antapribadi akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang. Kedua, komunikasi antarpribadi akan terpelihara baik, jika suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan. Ketiga, suatu perasaan positif dalam situasi komunikasi umum, amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerja sama. Tidak ada hal yang paling menyakitkan kecuali berkomunikasi dengan orang lain yang tidak tertarik atau tidak mau memberikan respon yang menyenangkan terhadap situasi yang dibicarakan.

e. Kesamaan; ini merupakan karakteristik yang teristimewa, karena kenyataannya manusia ini tidak ada yang sama, komunikasi antarpribadi akan lebih bisa efektif jika orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan. Jika komunikasi mereka menginginkan efektif, hendaknya diketahui kesamaan-kesamaan kepribadian di antara mereka34.

Senada dengan Joseph A.DeVito, Husein Umar menjelaskan bahwa untuk menilai efektivitas komunikasi antar pribadi dapat dilihat dari hal-hal berikut.

a. Keterbukaan, yaitu keinginan terbuka dan menanggapi secara jujur lawan bicara.

b. Empati, yaitu merasakan perasaan yang sama atas lawan bicara.

34

(39)

c. Dukungan, yaitu mencoba tidak mengkritik atau menyerang isi pembicaraan, tetapi mendukung isi pembicaraan.

d. Kepositifan, yaitu mencoba untuk memiliki perasaan positif pada orang lain. Dengan demikian, jika lawan bicara mencoba berbicara negative pada seseorang, usahakan untuk tidak mendukungnya.

e. Kesamaan, yaitu komunikasi antarpribadi akan lebih efektif jika terjadi dalam suasana kesamaan sehingga terjadi rasa saling hormat dan saling menghargai35.

Menurut Rogert (dalam Arni Muhammad) hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua pihak memenuhi kondisi berikut:

a. Bertemu satu sama lain secara personal.

b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti.

c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan.

d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain.

e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan gangguan arti.

f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain36.

Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas komunikasi interpersonal adalah tercapainya maksud dan tujuan bersama melalui pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Adapun kelebihan dari komunikasi interpersonal ini terletak pada umpan balik yang tidak tertunda.Komunikator segera mengetahui langsung apakah pesan dapat diterima atau malah ditolak oleh komunikan.Apabila mereka saling menanggapi pesan dan menerima kehadiran pribadi masing-masing maka telah terjadi komunikasi interpersonal yang dialogis, umpan balik berfungsi sebagai unsur penguat komunikasi interpersonal sebagai harapan-harapan, minat, dan keinginan bersama.

35

Husein Umar, Desain Penelitian... h. 42-43

36

(40)

7. Hambatan Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penghambat atau penghalang dalam proses berkomunikasi, yaitu:

a. Komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami. b. Perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda. c. Terjemahan yang salah.

d. Kegaduhan

e. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta) f. Semantk yaitu pesan bermakna ganda.

g. Belum berbudaya baca dan tulis, serta budaya diam. h. Kecurigaan.

i. Teknik bertanya yang buruk j. Teknik menjawab yang buruk. k. Tidak jujur.

l. Tertutup m. Destruktif. n. Kurang dewasa o. Kurang respek

p. Kurang menguasai materi q. Kurang persiapan, dan

r. Kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk37.

Jadi, komunikasi interpersonal adalahsuatu proses penyampaian pesan baik secara verbal maupun nonverbal yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang langsung dapat diketahui balikannya atau feedbacknya. Keberhasilan komunikasi interpersonal di sekolah sangat ditentukan oleh cara penyampaian dalam proses komunikasi yang digunakan, guru dan kepala sekolah harus dapat menggunakan pola komunikasi yang sesuai dengan situasi dan tataran komunikasi interpersonal yang dihadapi. Dilain pihak, kesempatan guru-guru untuk mengemukakan usul dan gagasan tentu semakin memperkaya pemikiran baru bagi sekolah itu sendiri. Dengan terbukanya kesempatan untuk sumbang saran, akan memberikan keputusan tersendiri bagi guru-guru, dan secara psikologis hal ini memenuhi salah satu kebutuhan yaitu kebutuhan akan pengakuan. Disamping itu perhatian dan penghargaan akan usul-usul dan pendapat secara tidak langsung membuat guru-guru semakin terlibat dengan

37

(41)

pekerjaannya, dan semakin menghayati sabagai bagian dari unit kerja tersebut. Hal seperti ini akan membuat guru lebih meningkatkan kedisiplinan dan mereka akan bekerja dengan lebih baik lagi.

Komunikasi interpersonal kepala sekolah yang efektif sangat besar sumbangannya terhadap kedisiplinan kerja guru.Komunikasi interpersonal yang berlangsung antara kepala sekolah dengan para guru sangat mendukung terlaksananya kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan.

Untuk mengukur apakah kepala sekolah telah melakukan komunikasi interpersonal secara efektif atau tidak di sekolah dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: adanya kemampuan memproyeksikan diri sendiri dalam peran orang lain atau empati, adanya sikap positif bagi diri sendiri maupun orang lain, adanya sikap dari perilaku komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi tersebut, dan adanya unsur kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Jika indikator tersebut berlangsung atau ada dalam komunikasi interpersonal tersebut maka akan tercipta suasana komunikasi yang kondusif.

C. Kerangka Berpikir

(42)

diwujudkan dengan baik supaya kepala sekolah dapat menggerakkan para guruagar mereka mempunyai jiwa disiplin yang baik dalam menjalankan tugasnya, dan sadar untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah sehingga dapat menghasilkan kinerja yang bagus

Guru sebagai subjek pendidikan disekolah, menjadi orang yang paling berwewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik di sekolah maupun di luar sekolah. Peran yang dimiliki guru sangat kompleks dan beragam, oleh karena itu potensi seorang guru harus dioptimalkan, adapun upaya optimalisasi potensi guru salah satunya dengan diterapkannya disiplin kerja guru di sekolah.

Dalam menjalankan peran dan tugasnya dalam bentuk melaksanakan disiplin kerja guru, guru dihadapkan pada beberapa persoalan yang menyebabkan turun atau naiknya tingkat kepatuhan terhadap disiplin kerja guru.Beberapa faktor yang mempengaruhinya bisa terjadi karena kepribadian guru itu sendiri, perilaku atasan yakni kepala sekolah, sistem kerja yang berlaku dan lain-lain.

Penggunaan komunikasi interpersonal harus disesuaikan dengan kondisi di lingkungan sekolah itu sendiri. Pada umumnya terkadang kepala sekolah kurang tepat dalam memberikan teguran bagi guru yang melanggar peraturan sehingga mengakibatkan guru menjadi tidak termotivasi lagi dalam menjalankan tugas-tugasnya dan akan mempengaruhi tingkat disiplin guru tersebut. Terkadang juga kepala sekolah sangat tegas dalam bertindak hal ini memang berakibat positif dalam masalah kedisiplinan, tetapi disiplin yang ada di sini adalah tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya, karena disiplin di sini dilakukan secara terpaksa, karena takut memperoleh sanksi dari kepala sekolah.

(43)

penguasaan komunikasi interpersonal diharapkan seorang pemimpin yakni kepala sekolah akan mampu menjalankan komunikasi yang efektif sehingga akan tercipta pendidikan yang berkualitas dengan guru yang disiplin terhadap pekerjaan, tugas dan tanggungjawabnya akan menjadi kenyataan.

D. Hipotesis

Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi

interpersonal kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MTs Al-Awwabin Sawangan-Depok.

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat disiplin kerja guru MTs Al-Awwabin Depok.

2. Untuk mengetahui persepsi guru tentang komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah

3. Untuk mengetahui korelasi antara komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MTs Al-Awwabin Depok.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:44.595.135.524.77.530.2]

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Awwabin Depok Adapun waktu penelitiannya berlangsung pada tanggal 1 Maret – 30 April 2011. Berikut perincian kegiatan penelitian di sekolah tersebut:

Tabel 1 Waktu Penelitian

No Waktu Kegiatan Sumber Data

1 1 Maret 2011 Survey ke sekolah dan izin

penelitian

(45)

2 04 – 11 Maret 2011 Persiapan penelitian

3 12 – 28 Maret 2011 Pembuatan instrument dan revisi instrumen

4 01 April 2011 Wawancara Kepala Sekolah

5 02 – 12 April 2011 Penyebaran angket Guru

6 15 April 2011 Pengumpulan data Tata Usaha

C. Variabel Penelitian

Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yang pertama variabel bebas (X) yaitu Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dan yang kedua adalah variabel terikat (Y) yaitu Disiplin Kerja Guru.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode survey, metode survey ini digunakan untuk memperoleh data/ informasi tentang kegiatan komunikasi interpersonal yang dilakukan kepala sekolah dan hubungannya terhadap peningkatan disiplin kerja guru.

E. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru MTs Al-Awwabin Depok yang berjumlah 29 orang. Dari jumlah populasi yang ada, penulis menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian. Mengingat apa yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Sebaliknya apabila subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%1.

1

(46)

F. Instrumen Penelitian

1. Disiplin Kerja Guru (Variabel Y) a. Definisi Konseptual

Disiplin kerja guru secara konseptual adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang harus diciptakan oleh guru dalam mentaati peraturan-peraturan sekolah dan menjalani tugas dan kewajibannya dengan baik tanpa ada unsur paksaan sehingga tidak merugikan berbagai pihak.

b. Definisi Operasional

Disiplin secara operasional merupakan salah satu faktor tercapainya suatu program yang telah ditentukan suatu organisasi, sikap disiplin menentukan intensitas usaha guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik guna mencapai tujuan yang diharapkan karena disiplin berkaitan dengan tujuan tersebut. Ada beberapa sikap disiplin guru yang harus dilaksanakan di sekolah seperti: disiplin dalam memanfaatkan w

Gambar

Grafik Histogram Variabel Disiplin Kerja Guru (Y).................
Tabel Nilai r Product Moment  .................................................. 30
Tabel 1
Tabel 2 Kisi-kisi instrument variabel disiplin kerja guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Onong Uchjana Effendy mengutarakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain guna memberi tahu ataupun mengubah sikap,

Kemampuan Komunikasi interpersonal adalah sikap untuk melakukan suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain atau beberapa orang, baik verbal maupun non

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi antara dua orang atau lebih dari suatu kelompok kecil dengan berbagai efek dan umpan balik (feedback). Feedback

Mempengaruhi sikap dan tingkah laku Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap,

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik

Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau

Bahwa proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).Tujuan dari penelitian