• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN

BANGSA-BANGSA DALAM MENJATUHKAN SANKSI

RESOLUSI TERHADAP ISRAEL

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

090200025

ARION TUTU DENGGAN S

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN

BANGSA-BANGSA DALAM MENJATUHKAN SANKSI

RESOLUSI TERHADAP ISRAEL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

090200025

ARION TUTU DENGGAN S

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Internasional

NIP. 195612101986012001 Dr. Hj. Chairul Bariah, SH., M. Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Chairul Bariah, SH., M. Hum Abdul Rahman, SH., M.H NIP. 195612101986012001 NIP. 195710301984031002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM MENJATUHKAN SANKSI RESOLUSI

TERHADAP ISRAEL * Arion Tutu Denggan S

**Dr. Hj. Chairul Bariah, SH., M. Hum ***Abdul Rahman, SH., M.H

Dewan Keamanan PBB, organ utama yang bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan nternasional, telah dihadapkan dengan kritik sejak didirikan pada tahun 1946. Struktur Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutnya disebut DK-PBB) dewasa ini menuai kritik mayoritas negara dunia dan khususnya keanggotaan tetap dewan ini tidak disetujui banyak negara dunia.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah peranan dewan keamanan pbb dalam menyelesaikan sengketa internasional. Bentuk-bentuk sanksi yang dikenakan oleh dewan keamanan PBB Terhadap Negara-Negara Anggotanya Yang Tidak Mematuhi Piagam. Kedudukan dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa dalam menjatuhkan sanksi resolusi terhadap Israel.

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (data sekunder) atau penelitian hukum perpustakaan.

Peranan Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan sengketa Internasional. Menyelesaian perselisihan antar Negara-negara, melalui Pasal 2 Charter PBB, Anggota-anggota organisasi harus berusaha untuk menyelesaikan sengketa-sengkata mereka melalui cara-cara damai dan untuk menghindarkan ancaman-ancaman perang atau penggunaan kekerasan. Bentuk-bentuk sanksi yang dikenakan oleh dewan keamanan PBB Terhadap Negara-Negara Anggotanya Yang Tidak Mematuhi Piagam. Sanksi yang dapat dikenakan kepada negara yang tidak mematuhi Piagam PBB tersebut berupa sanksi ekonomi, pemutusan hubungan ekonomi, komunikasi udara, laut, kereta api, ptt, radio dan komunikasi lainnya, baik sebagian maupun seluruhnya serta memutuskan hubungan diplomatik.13 Dengan sanksi ekonomi tersebut diharapkan agar negara yang melakukan agresi segera menghentikan agresinya. Apabila sanksi ekonomi dirasakan tidak memadai, kurang efektif dan masih tetap tidak ditaati, maka, Dewan Keamanan dapat menerapkan sanksi militer. Tindakan-tindakan tersebut meliputi demonstrasi, blokade, dan operasi militer melalui udara, laut dan darat yang dilakukan oleh negara-negara anggota sesuai dengan Pasal 42 Piagam PBB. Kedudukan Dewan Keamanan PBB dalam menjatuhkan sanksi resolusi terhadap Israel. Dewan Keamanan dalam mencapai tujuan utama, khususnya dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional dilakukan dengan dua cara, yaitu usaha penyelesaian sengketa secara damai dan penyelesaian sengketa secara paksa berupa tindakan terhadap adanya ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi. Pada hakikatnya wewenang Dewan Keamanan tersebut merupakan konsekuensi logis dari tanggung jawab utama Dewan Keamanan

Kata Kunci : Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa *Mahasiswa

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel. Guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi S-I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di masa akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Ibu Dr. Hj. Chairul Bariah, SH., M. Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Internasional sekaligus Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang bersedia meluangkan waktu sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Abdul Rahman, SH., M.H, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya sehingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada kedua orang tua ayahanda Alm. Drs. Soufani Simanjuntak dan ibunda drg. Latifah Purnawati Pane, Marisa Nurmarlinang Simanjuntak, Indah Nurlestari Simanjuntak dan Tri Suci Handayani Simanjuntak serta keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah putus sampai sekarang.

9. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10.Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Mei 2015 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Metode Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL ... 17

A. Sejarah Dewan Keamanan PBB ... 17

B. Keanggotaan Dewan Keamanan PBB ... 23

C. Dewan Keamanan PBB dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional ... 29

BAB III BENTUK-BENTUK SANKSI YANG DIKENAKAN OLEH DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP NEGARA-NEGARA ANGGOTANYA YANG TIDAK MEMATUHI PIAGAM ... 36

A. Resolusi Dewan Keamanan PBB ... 36

(7)

C. Bentuk-Bentuk Sanksi yang dibenakan oleh

Dewan Keamanan PBB ... 40 BAB IV KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM

MENJATUHKAN SANKSI RESOLUSI TERHADAP ISRAEL ... 50 A. Pelaksanaan Fungsi Dewan Keamanan PBB dalam

Menyelesaikan Sengketa Israel ... 50 B. Prinsip-prinsip Dalam Pengambilan Keputusan di

(8)

ABSTRAK

KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM MENJATUHKAN SANKSI RESOLUSI

TERHADAP ISRAEL * Arion Tutu Denggan S

**Dr. Hj. Chairul Bariah, SH., M. Hum ***Abdul Rahman, SH., M.H

Dewan Keamanan PBB, organ utama yang bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan nternasional, telah dihadapkan dengan kritik sejak didirikan pada tahun 1946. Struktur Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutnya disebut DK-PBB) dewasa ini menuai kritik mayoritas negara dunia dan khususnya keanggotaan tetap dewan ini tidak disetujui banyak negara dunia.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah peranan dewan keamanan pbb dalam menyelesaikan sengketa internasional. Bentuk-bentuk sanksi yang dikenakan oleh dewan keamanan PBB Terhadap Negara-Negara Anggotanya Yang Tidak Mematuhi Piagam. Kedudukan dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa dalam menjatuhkan sanksi resolusi terhadap Israel.

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (data sekunder) atau penelitian hukum perpustakaan.

Peranan Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan sengketa Internasional. Menyelesaian perselisihan antar Negara-negara, melalui Pasal 2 Charter PBB, Anggota-anggota organisasi harus berusaha untuk menyelesaikan sengketa-sengkata mereka melalui cara-cara damai dan untuk menghindarkan ancaman-ancaman perang atau penggunaan kekerasan. Bentuk-bentuk sanksi yang dikenakan oleh dewan keamanan PBB Terhadap Negara-Negara Anggotanya Yang Tidak Mematuhi Piagam. Sanksi yang dapat dikenakan kepada negara yang tidak mematuhi Piagam PBB tersebut berupa sanksi ekonomi, pemutusan hubungan ekonomi, komunikasi udara, laut, kereta api, ptt, radio dan komunikasi lainnya, baik sebagian maupun seluruhnya serta memutuskan hubungan diplomatik.13 Dengan sanksi ekonomi tersebut diharapkan agar negara yang melakukan agresi segera menghentikan agresinya. Apabila sanksi ekonomi dirasakan tidak memadai, kurang efektif dan masih tetap tidak ditaati, maka, Dewan Keamanan dapat menerapkan sanksi militer. Tindakan-tindakan tersebut meliputi demonstrasi, blokade, dan operasi militer melalui udara, laut dan darat yang dilakukan oleh negara-negara anggota sesuai dengan Pasal 42 Piagam PBB. Kedudukan Dewan Keamanan PBB dalam menjatuhkan sanksi resolusi terhadap Israel. Dewan Keamanan dalam mencapai tujuan utama, khususnya dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional dilakukan dengan dua cara, yaitu usaha penyelesaian sengketa secara damai dan penyelesaian sengketa secara paksa berupa tindakan terhadap adanya ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi. Pada hakikatnya wewenang Dewan Keamanan tersebut merupakan konsekuensi logis dari tanggung jawab utama Dewan Keamanan

Kata Kunci : Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa *Mahasiswa

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah berakhirnya Perang Dunia konflik baru semakin mengemuka. Konflik yang sering terjadi tidak lagi merupakan konflik antar negara melainkan konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik bersenjata, perang saudara, gerakan separatis, dan peperangan domestik lainnya. Konflik-konflik tersebut merupakan suatu ancaman besar terhadap stabilitas dan perdamaian.

(10)

Dewan Keamanan PBB, organ utama yang bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan nternasional, telah dihadapkan dengan kritik sejak didirikan pada tahun 1946. Struktur Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutnya disebut DK-PBB) dewasa ini menuai kritik mayoritas negara dunia dan khususnya keanggotaan tetap dewan ini tidak disetujui banyak negara dunia.1

Kritikus dan politisi sama-sama mengkritik Dewan ini karena ukurannya yang kecil dan sifatnya yang eksklusif serta strukturnya yang tidak demokratis. Kebanyakan tuntutan reformasi di tubuh Dewan Keamanan yang diinginkan banyak negara adalah perubahan agenda kerja, penghapusan hak veto dan penambahan jumlah anggota tetap.2

Sejak pembentukan Dewan Keamanan, anggota tetap lebih banyak menggunakan kekuasaan hak veto mereka untuk kepentingan nasional mereka. Penggunaan kekuatan “hak veto” tersebut sangat menjauhkannya dari alasan awal pembentukannya yang terdapat dalam Piagam PBB dan juga mencegah PBB mengambil tindakan langsung terhadap salah satu anggota pendiri utamanya. Penggunaan hak veto dalam dua dekade terakhir menunjukkan bahwa meskipun dikeluarkan lebih jarang, hak veto masih digunakan untuk kepentingan nasional/pribadi atau kepentingan sekutu. Selama 20 tahun terakhir dari total 24 hak veto yang dikeluarkan, 15 telah digunakan oleh Amerika Serikat untuk melindungi Israel.3

1

Sahar Okhovat, The United Nations Security Council: Its Veto Power and Its Reform, hal. 10.CPACS Working Paper No. 15/1 Desember 2011, Universitas Sydney.

2

Ibid.

3

(11)

Pada saat ini opini yang berkembang di media-media internasional menyebutkan keberadaan lima negara anggota tetap dan hak veto ditinjau kembali karena perkembangan dunia yang semakin kompleks serta sering dianggap membuat berlarut larutnya masalah internasional yang membawa akibat pada masalah kemanusiaan akibat digunakannya hak ini oleh negara negara besar yang dianggap membawa kepentingannya sendiri.

Amerika Serikat sebagai salah satu pemegang hak veto merupakan salah satu negara yang paling sering menggunakan hak nya untuk memveto draft resolusi DK PBB, terutama yang bersangkutan dengan sengketa antara Israel dengan Palestina. Dalam kurun waktu 1972 – 2006, Amerika Serikat telah memveto 66 resolusi DK PBB yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina. Mayoritas resolusi yang mendapat veto oleh Amerika Serikat mengandung unsur sanksi atau larangan untuk Israel, seperti penghentian pembangunan pemukiman Yahudi di tepi barat Sungai Jordan, Palestina maupun penghentian serangan Israel ke Gaza sejak tahun 1950-an silam. Kabar terakhir menyebutkan bahwa pada tanggal 13 maret 2011 kemarin, mengesahkan untuk membangun 500 perumahan baru di pemukiman Yahudi di tepi barat Sungai Jordan. Hal ini dilakukan untuk merespon terhadap tewasnya 5 penduduk Yahudi.4

Menanggapi hal ini, DK PBB mengeluarkan resolusi yang berisi antara lain pembangunan pemukiman Israel di wilayah pendudukan Palestina sebagai tindakan ilegal. Dari kelima belas anggota DK PBB, hanya Amerika Serikat yang

4

(12)

memveto resolusi tersebut. Melalui veto AS ini, resolusi yang didukung Uni Eropa itu gagal diadopsi.5

Kebijakan pembangunan pemukiman Israel di Jerussalem Timur diikuti dengan berbagai pembatasan pembangunan bagi Palestina. Tahun 2008, hanya ada 128 izin pembangunan pemukiman bagi Palestina, padahal yang dibutuhkan oleh warga Palestina 1.800 izin, karena penduduk Palestina mengalami tingkat kemajuan laju penduduk yang tinggi. Akibatnya adalah, banyak bangunan yang Dari permasalahan di atas, kami akan menganalisis apakah ada kepentingan dibalik sikap Amerika Serikat yang memveto resolusi ini, bila ada, apakah kepentingan itu? Untuk menjawabnya, kami menggunakan Two Level game Concept untuk bisa mengetahui apa kepentingan Amerika di dalam negeri dan di luar negeri dengan sikapnya yang memveto resolusi DK PBB ini

Sejak kembalinya bangsa Yahudi Israel ke Palestina berkat izin dari pemerintah Inggris, banyak konflik mengenai masalah pemukiman. Dari kesemuanya wilayah di Palestina yang di duduki oleh bangsa Yahudi, bagian tepi barat Palestina ini merupakan tempat yang paling bayak dihuni bangsa Yahudi. Dari 133 pemukiman, 62 diantaranya didirikan di tepi barat dengan jumlah sekitar 90.000 orang. Tanah yang disita oleh pemerintah Israel dengan tujuan pemukiman atau tujuan lain mencapai 27 % dari tepi barat. Ada korelasi antara pendirian pemukiman dengan perpindahan penduduk Arab, menurut data bahwa sejak tahun 1967, ketika kebijakan dimulai, penduduk Arab telah dikurangi sebesar 32 % di Yerusallem dan Tepi Barat.

(13)

dianggap illegal oleh Israel sehingga banyak dilakukan penggusuran pemukiman warga Palestina. Pembangunan pemukiman di tepi barat oleh Israel ini melanggar Peta Jalan Perdamaian yang ditegaskan di Annapolis, AS pada bulan November 2007. Maka, dengan Israel melanggar kesepakatan ini, menuai banyak kecaman di dunia internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB.

Upaya pendudukan Israel di Palestina yang terakhir, terjadi pada awal tahun 2011 ini dimana pemerintahan Israel menyetujui pembangunan 32 perumahan baru di wilayah Pisgat Ze’ev dekat Yerusalem.6

Alasan berikutnya mengapa Amerika Serikat seolah-olah membela Israel adalah faktor ekonominya. Israel merupakan salah satu pasar yang menggiurkan bagi Amerika. Dimana Amerika Serikat merupakan mitra dagang terbesar Israel dengan perdagangan bilateral pada 2009 mencapai US$ 22,3 Miliar.

Yang kemudian menyebabkan dibentuknya suatu rancangan resolusi yang hendak dijatuhkan kepada Israel. Tetapi, terjadi sebuah keanehan pada sidang Dewan Keamanan PBB yang dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2011 untuk membahas resolusi DK PBB S/2011/24. Diantara 15 anggota Dewan Keamanan PBB, hanya Amerika Serikat yang menolak menyetui resolusi yang mengecam pembangunan pemukiman Israel tersebut. Dengan veto AS ini, resolusi yang juga didukung Uni Eropa ini gagal untuk diadopsi. Uni Eropa menganggap bahwa pembangunan pemukiman Israel ini akan mengancam realisasi solusi dua negara yang telah menjadi tujuan proses perdamaian Israel-Palestina selama bertahun-tahun.

7

6

Ibid

Dengan komoditas ekspor utamanya suku cadang pesawat sipil, peralatan telekomunikasi,

7

(14)

semikonduktor, pesawat sipil, peralatan listrik, dan aksesoris komputer. Selain itu pada tahun 1985 telah ditandatangani perjanjian tentang FTA antara Israel-Amerika Serikat sehingga produk-produk Israel-Amerika menjadi lebih kompetitif.8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka merasa tertarik memilih judul Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peranan dewan keamanan PBB dalam menyelesaikan sengketa internasional?

2. Bagaimana bentuk-bentuk sanksi yang dikenakan oleh dewan keamanan PBB Terhadap Negara-Negara Anggotanya Yang Tidak Mematuhi Piagam 3. Bagaimana kedudukan dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa

dalam menjatuhkan sanksi resolusi terhadap Israel?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui peranan dewan keamanan pbb dalam menyelesaikan

sengketa internasional.

8

Article 27 nomor 3 the United Nations Charter, diunduh

(15)

b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk sanksi yang dikenakan oleh dewan keamanan PBB Terhadap Negara-Negara Anggotanya Yang Tidak Mematuhi Piagam.

c. Untuk mengetahui kedudukan dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa dalam menjatuhkan sanksi resolusi terhadap Israel.

2. Manfaat Penelitian

Selain itu kiranya penelitian ini dapat memberikatan manfaat sebagaimana berikut :

a. Secara teoritis.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum secara umum, khususnya bagi perkembangan hukum internasional. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat hukum internasional khususnya pada sanksi Dewan Keamanan PBB.

b. Secara praktis

(16)

D. Keaslian Penulisan

Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

E. TinjauanPustaka

1. Sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa

Sejarah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nation

Organization (UNO) awal mulanya dapat dipandang sebagai kelanjutan Liga

(17)

permufakatan dan perjanjian-perjanjian perdamaian, selama berlangsungnya Perang Dunia II dan sesudah Perang Dunia II.9

2. Asas dan Tujuan PBB didirikan

Perang Dunia I dan Perang Dunia II telah banyak memakan korban,. Kita tentu tidak berharap adanya Perang Dunia III terjadi. Apabila terjadi dapat kita pastikan akan lebih dahsyat dari pada perang–perang sebelumnya. Alam dan seisinya, termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan akan rusak dan musnah akibat kekejaman perang. Atas dasar itulah muncul pemikiran untuk membuat badan / lembaga internasional yang dapat melindungi kehidupan umat manusia. Selanjutnya, dengan diprakarsai oleh tokoh–tokoh negara yang peduli kemanusiaan melalui serangkaian pertemuan, akhirnya pada tanggal 24 Oktober 1945 terbentuklah sebuah organisasi internasional yang dikenal dengan nama Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB).10

Persatuan Bangsa-bangsa menurut catatan sejarah secara resmi didirikan sebagai pengganti Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 24 Oktober 1945. Para wakil dari negara-negara Sekutu pada Perang Dunia Kedua, yaitu AS, Soviet, Inggris, dan Perancis, dalam perundingan-perundingan selama perang tersebut telah memulai persiapan pendirian PBB ini. Akhirnya, dalam konfrensi di San Fransisko, Amerika, para wakil dari 50 negara-negara dunia menandatangani piagam pembentukan PBB. Tujuan utama didirikannya PBB, seperti yang disinggung dalam piagam PBB, adalah untuk menjaga perdamaian di dunia,

9

Zakapedia.com/2014/07/sejarah-perserikatan-bangsa-bangsa-pbb.html (diakses tanggal 21 April 2015)

10

Afiqof agung,

(18)

mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa, memupuk kerjasama internasional untuk menyelesaikan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan budaya, serta mengembangkan penghormatan atas Hak Asasi Manusia dan kebebasan.11

Piagam PBB adalah konstitusi PBB. Ia ditanda tangani di San Francisco pada tanggal 26 Juni 1945 oleh kelima puluh anggota asli PBB. Piagam ini mulai berlaku pada 24 Oktober 1945 setelah ditandatangani oleh lima anggota pendirinya-Republik China (Taiwan), Perancis, Uni Soviet, Britania Raya, Amerika Serikat -dan mayoritas penanda tangan lainnya. Sebagai sebuah Piagam ia adalah sebuah perjanjian konstituen, dan seluruh penanda tangan terikat dengan isinya. Selain itu, Piagam tersebut juga secara eksplisit menyatakan bahwa Piagam PBB mempunyai kuasa melebihi seluruh perjanjian lainnya. Ia diratifikasi oleh AS pada 8 Agustus 1945, yang membuatnya menjadi negara pertama yang bergabung dengan PBB.

Tak dapat disangkal bahwa PBB telah melakukan banyak hal yang patut dipuji. Namun, adanya hak veto untuk lima negara anggota tetap Dewan Keamanan, yaitu AS, Rusia, Inggris, Prancis dan China, telah membuat kebijakan Dewan Keamanan sebagai salah satu badan utama PBB, selalu mengikuti langkah kelima negara tersebut, khususnya AS. Sebaliknya, Majlis Umum yang menjadi forum seluruh anggota PBB justeru tidak memiliki kekuatan yang berarti dibanding dengan Dewan Keamanan. Ketidakadilan inilah yang telah menghambat keberhasilan PBB dalam mengemban misinya, dan bahkan telah melahirkan protes dari banyak negara anggotanya.

11

Anonym,

(19)

Sesuai dengan yang tercantum dalam piagam perserikatan bangsa-bangsa pada Pasal 1 tentang asas dan tujuan PBB yaitu :

a. Asas PBB

Asas Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut. 1) Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota. 2) Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota. 3) Penyelesaian sengketa dengan cara damai.

4) Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB.

5) PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota. b. Tujuan PBB

1) Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.

2) Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.

3) Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.

4) Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan.

(20)

6) Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB.12

3. Subjek Hukum Internasional

Profesor Charles Cheney Hyde dan J.G. Starke menyatakan bahwa hukum internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum-hukum yang untuk sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati, dan karenanya benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan-hubungan mereka secara umum.13

Definisi tersebut tidak dapat digunakan sebagai gambaran yang memadai dan lengkap dari maksud, tujuan dan lingkup hukum internasional, juga kesannya tidak dapat diterima karena hukum internasional tidak hanya berkaitan dengan negara. Starke mengembangkan definisi dengan menyatakan bahwa hukum internasional juga meliputi kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan mereka satu sama lain, dan hubungan mereka dengan negara-negara dan individu-individu serta kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu-individu dan badan-badan non-negara.14

Menurut Mochtar Kusumaatmaja hukum internasional adalah hukum yang berisi keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yangmengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara-negara (hubungan internasional) yang

12

Ibid.

13

J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 1 (Introduction to international Law, alih bahasa: Bambang Iriana Djajaatmadja), Cetakan Kesembilan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 3

14

(21)

bukan bersifat perdata.15

a. Negara dengan negara,

Selain pengertian tersebut, Mochtar Kusumaatmadja juga memberikan batasan lain mengenai hukum internasional, yaitu: Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara, antara:

b. Negara dengan subjek hukum lain bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara satu sama lain.16

Pada hakikatnya yang merupakan subjek dari suatu sistem hukum adalah semua yang dapat menghasilkan prinsip-prinsip hukum yang diakui dan mempunyai kapasitas untuk melaksanakan prinsip-prinsip hukum tersebut, subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional.17

Istilah sumber hukum internasional memiliki makna materiil dan makna formil. Istilah sumber hukum dalam arti materiil mempersoalkan mengenai apa yang menjadi dasar kekuatan mengikat suatu hukum internasional. Sedangkan istilah sumber hukum dalam arti formil menyangkut mengenai permasalahan dimana mendapatkan ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah hukum internasional. Sehingga sumber hukum mempunyai arti sebagai hukum material dan sebagai hukum formal.

15

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Alumni, 2003, hal. 1-2.

16

Ibid., hal 8 17

(22)

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (data sekunder) atau penelitian hukum perpustakaan.18sedangkan menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian hukum normatif meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, taraf sinkronisasi hukum19

2. Sumber data

Dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan nyata

Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data sekunder. Data sekunder terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai resolusi dewan keamaman PBB.

b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti.

c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun kamus umum dan website internet baik itu melalui Google maupun Yahoo. 3. Alat pengumpulan data

Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

18

Ediwarman, Monograf, Metodologi Penelitian Hukum, Medan: Program

Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, 2010, hal. 24. 19

(23)

melalui studi dokumen dengan yuridis normatif. 4. Analisis data

Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, maka hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menarik kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan

BAB II PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL

(24)

BAB III BENTUK-BENTUK SANKSI YANG DIKENAKAN OLEH DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP NEGARA-NEGARA ANGGOTANYA YANG TIDAK MEMATUHI PIAGAM

Bab ini merupakan Resolusi Dewan Keamanan PBB, Kekuatan Mengikat Resolusi Dewan Keamanan PBB, Bentuk-Bentuk Sanksi Yang Dikenakan Oleh Dewan Keamanan PBB.

BAB IV KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM MENJATUHKAN SANKSI RESOLUSI TERHADAP ISRAEL

Bab ini berisikan Pelaksanaan Fungsi Dewan Keamanan PBB dalam Menyelesaikan Sengketa Israel, Prinsip-Prinsip Dalam Pengambilan Keputusan di Dewan Keamanan PBB, Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

BAB II

PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL

A. Sejarah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

Pada tahun 1945, para pendiri PBB mempertimbangkan Dewan Keamanan sebagai mekanisme untuk mencegah dan memberhentikan agresi yang dilakukan negara satu terhadap negara yang lain. Pada 45 tahun pertama keberadaannya, Perang Dingin melumpuhkan kinerja Dewan Keamanan karena negara-negara anggota Dewan Keamanan saling bertentangan. Setelah Perang Dingin, peran Dewan Keamanan menjadi lebih penting di dalam komunitas internasional.20

1.

Dewan Keamanan mengadakan pertemuan pertamanya pada 17 Januari 1946 di Church House, London. Sejak pertemuan pertamanya, Dewan Keamanan telah berkedudukan tetap di Markas Besar PBB di New York. Dewan Keamanan juga melakukan pertemuan di berbagai kota, seperti di Addis Ababa, Ethiopia pada tahun 1972, di Panama City, Panama, dan di Jenewa, Swiss pada tahun 1990.

Dewan ini mempunyai lima anggota tetap dan sepuluh anggota tidak tetap. Adapun lima anggota tetap Dewan Keamanan yaitu:

2.

3.

20

(26)

4.

5.

Setiap tahun Majelis Umum memilih lima anggota tidak tetap (dari 10 total) untuk jangka waktu dua tahun. 10 kursi non-permanen didistribusikan secara regional sebagai berikut: lima untuk negara di Afrika dan Asia, satu untuk negara di Eropa Timur, dua untuk Amerika Latin dan Karibia, dan dua untuk negara-negara Eropa dan lainnya. Para kelompok regional dibentuk berdasarkan wilayah geografis. Kelompok Eropa Barat merupakan pengecualian karena kelompok ini juga mencakup negara-negara lain, yaitu Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

Berikut adalah gambaran kursi anggota Dewan Keamanan, baik tetap dan tidak tetap (untuk masa jabatan 2013 dan 2014):

Presidensi Dewan dipegang oleh setiap anggota pada gilirannya selama satu bulan. Peran seorang Presiden Dewan Keamanan PBB mencakup penerapan agenda, memimpin pertemuan-pertemuannya dan mengawasi situasi krisis. Seorang Presiden berhak untuk mengeluarkan Pernyataan Presidensiil (atas hasil konsensus antar anggota) dan catatan-catatan yang digunakan untuk menyatakan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh Dewan Keamanan.

Hak Veto. Setiap anggota Dewan memiliki satu suara, namun hanya lima anggota tetap memiliki hak veto. Hak veto adalah suara negatif yang memungkinkan lima anggota tetap untuk mencegah adopsi resolusi Dewan Keamanan yang substantif.21

21

Ibid

(27)

Rusia telah menggunakan hak prerogatifnya lebih sering dibandingkan dengan anggota tetap lainnya. Contoh terbaru dari di mana hak ini digunakan yaitu, Rusia dan Cina menentang rancangan resolusi yang mengutuk tindakan keras terhadap protes anti-pemerintah di Suriah dan menyerukan Bashar al-Assad, Presiden Suriah, untuk turun dari jabatannya. Pada tahun 2011, AS memegang hak veto terhadap rancangan resolusi yang mempersalahkan pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina. Walaupun demikian, anggota tetap Dewan Keamanan tidak menggunakan hak veto dalam kondisi-kondisi krisis lainnya. Dewan Keamanan berhasil mengadopsi resolusi 1973 (2011) tentang situasi di Libya. Dewan Keamanan memberikan kewenangan kepada militer untuk melindungi warga sipil dan memberlakukan zona larangan terbang di wilayah udara Libya.

Baru-baru ini, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menyetujui sebuah resolusi yang mengutuk peluncuran roket oleh Korea Utara dan memaksakan pembatasan baru pada perusahaan pelayaran dan lembaga keuangan Korea Utara, serta berusaha untuk memblokir beberapa transaksi keuangan yang sering digunakan oleh para pejabat Korea Utara untuk memperoleh teknologi persenjataan.

Badan Pendukung Dewan Keamanan. Untuk membantu dalam menjalankan tugasnya, Dewan Keamanan memiliki kekuasaan untuk membentuk badan pendukung. Badan-badan pendukung Dewan Keamanan yaitu:

(28)

Komite Kontra-Terorisme (CTC) didirikan berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan 1373 (2001), yang diadopsi dengan suara bulat pada tanggal 28 September 2001 setelah terjadinya serangan teroris 11 September di Amerika Serikat. Tugas komite ini adalah untuk membantu negara anggota PBB untuk mencegah tindakan teroris baik di dalam wilayah mereka dan antar wilayah. Komite Non-Proliferasi, seperti yang dikenal sebagai Komite 1540, adalah badan tambahan dari Dewan Keamanan yang memiliki tugas utama yaitu proliferasi senjata nuklir, kimia dan biologi dan cara pengirimannya yang merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional.

2. Komite Staf Militer

(29)

3. Komite Sanksi

Komite Sanksi dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB yang memiliki sanksi terhadap keputusannya. Tugas Komite Sanksi adalah untuk memantau pelaksanaan Resolusi Dewan Keamanan PBB tertentu, misalnya Komite Dewan Keamanan dibentuk berdasarkan Resolusi 1970 (2011) tentang Libya. Komite Sanksi untuk Libya, menurut Resolusi 1970 (2011), harus memantau pelaksanaan sanksi, melaporkan kepada Dewan Keamanan pada pekerjaan, dan memeriksa dan mengambil tindakan yang tepat terhadap informasi mengenai dugaan pelanggaran atau ketidakpatuhan dengan langkah-langkah yang diambil dalam resolusi ini.

4. Komite Tetap dan Komite Ad Hoc.

Komite Tetap dan Komite Ad Hoc yang dibentuk sesuai kebutuhan pada isu tertentu, misalnya Komite Dewan Keamanan tentang Penerimaan Anggota Baru dan Kelompok Kerja Ad Hoc tentang Pencegahan dan Resolusi Konflik di Afrika. Komite Dewan Keamanan tentang Penerimaan Anggota Baru memberikan rekomendasi kepada Majelis Umum dalam hal pendaftaran anggota baru PBB. Kelompok Kerja Ad Hoc tentang Pencegahan dan Penyelesaian Konflik di Afrika memberikan rekomendasi mengenai peningkatan kerjasama antara Dewan Keamanan dan Dewan Ekonomi dan Sosial serta dengan badan-badan PBB berurusan dengan Afrika, serta memantau pelaksanaan rekomendasi tersebut. 5. Operasi Perdamaian

(30)

PBB memberikan keamanan dan dukungan pembangunan politik, serta membantu negara-negara untuk mencapai perdamaian dalam masa-masa transisi yang sulit. Saat ini ada 15 operasi penjaga perdamaian, di antaranya The United Nations

Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA), United

Nations Mission in the Republic of South Sudan (UNMISS), United Nations

Interim Force in Lebanon (UNIFIL), dan United Nations Organization

Stabilization Mission in the Democratic Republic of the Congo (MONUSCO).

6. Pengadilan Internasional

Dewan Keamanan PBB membentuk dua pengadilan internasional untuk mengadili kejahatan berat yang dilakukan selama perang, yaitu Pengadilan Kriminal Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY) dan Pengadilan Kriminal Internasional untuk Rwanda (ICTR).

Pengadilan Kriminal Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY) adalah pengadilan PBB yang mengadili kejahatan perang yang terjadi selama konflik di Balkan pada tahun 1990. Pengadilan Pidana Internasional untuk Rwanda (ICTR) didirikan untuk penuntutan orang-orang yang bertanggung jawab atas genosida dan pelanggaran serius atas hukum humaniter internasional yang dilakukan di wilayah Rwanda antara 1 Januari 1994 dan 31 Desember 1994. Pengadilan ini juga dapat menangani penuntutan warga Rwanda yang bertanggung jawab atas genosida dan pelanggaran hukum internasional lainnya yang dilakukan di wilayah Rwanda dan negara-negara di sekitar Rwanda selama periode yang sama.22

22

(31)

7. Komisi Pembagunan Perdamaian

Komisi Pembangunan Perdamaian adalah satu-satunya badan penasehat Dewan Keamanan PBB. Komisi ini adalah sebuah badan penasehat antar pemerintah yang mendukung upaya perdamaian di negara-negara berkembang yang berdada dalam konflik, dan merupakan tambahan kunci untuk kapasitas Masyarakat Internasional dalam agenda perdamaian yang luas. Komisi Pembangunan Perdamaian berperan dalam (1) menyatukan semua aktor yang relevan, termasuk lembaga donor internasional, lembaga keuangan internasional, pemerintah nasional, dan negara yang menyumbang pasukan, (2) sumber daya militer dan (3) memberi saran dan mengusulkan strategi terpadu untuk pembangunan perdamaian pasca-konflik dan pemulihan dan jika perlu, menyoroti setiap celah yang mengancam untuk merusak perdamaian. Burundi, Sierra Leone, Guinea, Guinea-Bissau, Liberia, dan Republik Afrika Tengah adalah negara-negara yang saat ini dalam agenda Komisi Pembangunan Perdamaian.

B. Keanggotaan Dewan Keamanan PBB

(32)

pertamanya pada 17 Januari 1946 di Church House, London dan keputusan yang mereka tetapkan disebut Resolusi Dewan Keamanan PBB. 23

1. Republik Rakyat Cina

Keanggotaan Dewan PBB, dewan ini mempunyai lima anggota tetap. Mereka aslinya adalah kekuatan yang menjadi pemenang Perang Dunia II:

1. Republik Cina 2. Perancis 3. Uni Soviet 4. Britania Raya 5. Amerika Serikat

Republik China dikeluarkan pada 1971 dan digantikan oleh Republik Rakyat Cina. Setelah Uni Soviet pecah, Rusia masuk menggantikannya. Dengan itu, anggota tetapnya kini adalah:

2. Perancis 3. Rusia

4. Britania Raya 5. Amerika Serikat

Kelima anggota tersebut adalah negara-negara yang boleh mempunyai senjata nuklir di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.24

Sepuluh anggota lainnya dipilih oleh Sidang Umum PBB untuk masa bakti 2 tahun yang dimulai 1 Januari, dengan lima dari mereka diganti setiap tahunnya.

23

Lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/02/makalah-perserikatan-bangsa-bangsa.html (diakses tanggal 21 April 2015

24

(33)

Anggota dewan keamanan yang dipilih untuk saat ini adalah:1 Januari 2008- 31 Desember 2009 Negara Blok regional Duta besar

1. Burkina Faso Afrika Michel Kafando

2. Kosta Rika Amerika Latin dan Karibia Jorge Urbina 3. Kroasia Eropa Timur Neven Jurica

4. Libya Afrika (Arab) Jadallah Azzuz at-Talhi 5. Vietnam Asia Lê Lương Minh

Sedangkan 1 Januari 2009 - 31 Desember 2010 Negara Blok regional Duta besar:

1. Austria Eropa Barat dan Lainnya Thomas Mayr-Harting 2. Jepang Asia Belum ditentukan

3. Meksiko Amerika Latin dan Karibia Belum ditentukan 4. Turki Eropa Barat dan Lainnya Baki İlkin

5. Uganda Afrika Belum ditentukan

Tugas Dewan Keamanan PBB. Dalam hal mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional diserahkan kepada dewan keamanan, dengan syarat; semua tindakan dewan keamanan tersebut harus selaras dengan tujuan dan azas-azas PBB, tugas dan kewajiban dewan keamanan dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu :

(34)

2. Mengambil tindakan-tindakan terhadap ancaman perdamaian dan perbuatan yang berarti penyerangan.

Fungsi Dewan Keamanan PBB

1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasionaal selaras dengan azas-azas dan tujuan PBB.

2. Menyelidiki tiap-tiap persengketaan atau situasi yang dapat menimbulkan pergeseran internasional

3. Mengusulkan metode-metode untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang demikian atau syarat penyelesaian.

4. Merumuskan rencana-rencana untuk menetapkan suatu sistem mengatur persenjataan

5. Menentukan adanya suatu ancaman terhadap perdamaian atau tindakan agresi dan mengusulkan tindakan apa yang harus diambil

6. Menyerukan untuk mengadakan sanksi-sanksi ekonomi dan tindakan lain yang bukan perang untuk mencegah atau menghentikan aggressor

7. Mengadakan aksi militer terhadap seorang aggressor

8. Mengusulkan pemasukan anggota-anggota baru dan syarat-syarat dengan negara-negara mana yang dapat menjadi pihak dalam setatus mahkamah internasional

9. Melaksanakan fungsi-fungsi perwakilan PBB di daerah “strategis”.

(35)

11. Menyampaikan laporan tahunan kepada majelis umum

Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Keamanan dibantu badan-badan dan program khusus seperti :

1. UNIFIL : Pasukan sementara PBB di Libanon 2. UNIIMOG : Pasukan peninjau militer di Iran-Irak 3. UNTAC : Pasukan sementara di Kamboja Hak dan Tugas Dewan Keamanan25

1. Menyelidiki perselisihan atau ketegangan yang terjadi antara 2 atau lebih negara.

2. Dewan Keamanan adalah satu-satunya unit PBB yang mempunyai kekuasaan membuat keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan ini sesuai dengan Piagam PBB dan harus dipatuhi oleh para anggota.

3. Mengupayakan penyelesaian perselisihan-perselisihan dengan cara-cara damai.

a. Perundingan : dalam hal ini biasanya dilakukan diplomasi.

b. Panitia penyelidikan : untuk menetapkan kemungkinan menghilangkan pertikaian.

c. Panitia perdamaian : dibentuk panitia internasional yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang bersengketa untuk menghasilkan persetujuan yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa.

25

(36)

d. Perantara atau jasa-jasa baik : suatu negara, komisi atau tokoh ditunjuk dan disetujui oleh kedua belah pihak untuk mempercepat tercapainya perdamaian.

4. Penyelesaian perselisihan dengan cara paksaan hukum atas persetujuan yang tercapai.

5. Mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak bila sengketa sudah menjurus kepada peperangan, guna mencegah kemungkinan meluasnya pertikaian ke daerah lain.

6. Melakukan langkah-langkah pemaksaan, tindakan militer, melaksanakan sanksi ekonomi (misalnya embargo).

7. Mengirimkan pasukan-pasukan pemeliharaan perdamaian daerah-daerah sengketa (misalnya pernah mengirim kontingen UNIIMOG - United

Nations Iraq-Iran Military Observer Group, yang bertugas mengawasi

pelaksanaan gencatan senjata antara Irak dan Iran yang bertikai selama 8 tahun).26

Dalam tugasnya, Dewan Keamanan PBB dibantu oleh : 1. Panitia Staf Militer

2. Panitia Pelucutan Senjata 3. Pasukan PBB

Hak Veto Dewan Keamanan dikenal hak veto, yaitu : hak untuk menolak atau membatalkan keputusan yang dibuat oleh Dewan Keamanan. Hak veto hanya dimiliki anggota tetap Dewan Keamanan. Setiap anggota Dewan Keamanan hanya

26

(37)

mempunyai satu suara. Masalah-masalah penting yang menjadi keputusan Dewan Keamanan harus disetujui oleh sedikitnya 9 (Sembilan) negara anggota, termasuk suara setuju kelima anggota tetap.

Jikalau ada satu saja anggota tetap yang tidak setuju, masalah yang dibicarakan tidak dapat dijadikan keputusan Dewan Keamanan. Inilah yang dimaksud dengan hak veto, yang dimiliki oleh kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

C. Dewan Keamanan PBB dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional Dewan Keamanan bertanggung jawab dalam memelihara kedamaian dan keamanan internasional. Jika organ-organ lain dari PBB hanya bisa membuat rekomendasi untuk pemerintah negara anggota, Dewan Keamanan memiliki kekuatan untuk membuat keputusan yang mengikat bahwa pemerintah negara anggota telah sepakat untuk melaksanakan, menurut ketentuan Piagam PBB Pasal 25.27

Majelis Umum memilih anggota tidak tetap Dewan Keamanan dengan suara dua per tiga anggota yang hadir dan memberikan suaranya. Syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan ialah Sumbangan Negara tersebut terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Sumbangan terhadap tercapainya tujuan organisasi PBB. Memperhatikan perwakilan didasarkan pada wilayah (geographical distribution) 28

27

70UN Charter: Chapter V: The Security Council, Artikel 25 diakses pada tangga l 8 April 2015.

28

(38)

Penyelesaian sengketa internasional secara damai bertujuan untuk mencegah dan mengindarkan kekerasan atau peperangan dalam suatu persengketaan antar negara. Menurut Pasal 33 ayat 1 Piagam PBB penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Negosiasi (perundingan)

Perundingan merupakan pertukaran pandangan dan usul-usul antara dua pihak untuk menyelesaikan suatu persengketaan, jadi tidak melibatkan pihak ketiga.

2. Enquiry (penyelidikan)

Penyelidikan dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak memihak dimaksud untuk mencari fakta.29

4. Good offices (jasa-jasa baik)

Pihak ketiga dapat menawarkan jasa-jasa baik jika pihak yang bersengketa tidak dapat menyelesaikan secara langsung persengketaan yang terjadi diantara mereka.

4. Mediation (mediasi)

Pihak ketiga campur tangn untuk mengadakan rekonsiliasi tuntutan-tuntutan dari para pihak yang bersengketa. Dalam mediasi pihak ketiga lebih aktif.

5. Consiliation (Konsiliasi)

Merupakan kombinasi antara penyelesaian sengketa dengan cara enquiry

dan mediasi.

29

(39)

6. Arbitration (arbitrasi)

Pihaknya adalah negara, individu, dan badan-badan hukum. Arbitrasi lebih flexible dibanding dengan penyelesain sengketa melalui pengadilan. 7. Penyelesain sengketa menurut hukum

Dalam penyelesaian ini para pihak yang bersengketa akan mengajukan masalahnya ke Mahkamah Internasional. Mahkamah internasional ini bertugas untuk menyelesaikan tuntutan yang diajukan dan mengeluarkan keputusan yang bersifat final dan mengikat para pihak. Mahkamah Internasional merupakan bagian integral dari PBB, jadi tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. 8. Badan-badan regional

Melibatkan lembaga atau organisasi regional baik sebelum maupun sesudah PBB berdiri.

9. Cara-cara damai lainnya

Sedangkan penyelesaian Sengketa Internasional yang dijalankan oleh PPB berkaitan dengan tujuan PBB seperti yang diamatkan dalam Pasal 1 Piagam PBB, adalah untuk menciptakan perdamaian dan keamanan internasional. Adalah kewajiban PBB untuk mendorong agar sengketa- sengketa diselesaikan secara damai. Dua tujuan tersebut adalah sebuah reaksi yang terjadi akibat pecahnya Perang Dunia II. Adalah upaya PBB agar perang dunia baru tidak kembali terjadi. Adalah kerja keras PBB agar sengketa yang terjadi antar Negara dapat diselesaikan sesegera mungkin secara damai.

(40)

yang lahir dan berkembang dalam pelaksanaan tugas PBB sehari-hari. Cara-cara ini kemudian digunakan dan diterapkan dalam menyelesaikan sengketa yang timbul diantara negara anggotanya.30

Peace Making adalah tindakan untuk membawa para pihak yang

bersengketa untuk saling sepakat, khususnya melalui cara-cara damai seperti yang terdapat dalam Bab VI Piagam PBB. Tujuan PBB dalam hal ini berada diantara tugas mencegah konflik dan menjaga perdamaian. Di antara dua tugas ini terdapat Dalam upayanya menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, PBB memiliki empat kelompok tindakan, yang saling berkaitan satu sama lain dan dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan dari semua anggota PBB agar dapat terwujud. Keempat kelompok tindakan itu adalah sebagai berikut.2

1. Preventive Diplomacy

Preventive Diplomacy adalah suatu tindakan untuk mencegah timbulnya suatu sengkta di antara para pihak, mencegah meluasnya suatu sengketa, atau membatasi perluasan suatu sengketa. Cara ini dapat dilakukan oleh Sekjen PBB, Dewan Keamanan, Majelis Umum, atau oleh organisasi –organisasi regional berkerjasama dengan PBB. Misalnya upaya yang dilakukan oleh Sekjen PBB sebelumnya Kofi Annan dalam mencegah konflik Amerika Serikat – Irak menjadi sengketa terbuka mengenai keenganan Irak mengizinkan UNSCOM memeriksa dugaan adanya senjata pemusnah massal di wilayah Irak, walaupun upaya tersebut akhirnya menemui jalan buntu.

2. Peace Making

30

(41)

kewajiban untuk mencoba membawa para pihak yang bersengketa menuju kesepakatan dengan cara–cara damai. Dalam perananya disini, Dewan Keamanan hanya memberikan rekomendasi atau usulan mengenai cara atau metode penyelesaian yang tepat setelah mempertimbangkan sifat sengketanya.

3. Peace Keeping

Peace Keeping adalah tindakan untuk mengerahkan kehadiran PBB dalam

pemeliharaan perdamaian dengan kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Biasanya PBB mengirimkan personel militer, polisi PBB dan juga personel sipil. Meskipun sifatnya militer, namun mereka bukan angkatan perang. Cara ini adalah suatu teknik yang ditempuh untuk mencegah konflik maupun untuk menciptakan perdamaian. Peace Keeping merupakan “penemuan” PBB sejak pertama kali dibentuk, Peace Keeping telah menciptakan stabilitas yang berarti diwilayah konflik. Sejak 1945 hingga 1992, PBB telah membentuk 26 kali operasi Peace Keeping. Sampai Januari 1992 tersebut, PBB telah menggelar 528.000 personel militer, polisi dan sipil. Mereka telah mengabdikan hidupnya dibawah bendera PBB. Sekitar 800 dari jumlah tersebut yang berasal dari 43 negara telah gugur dalam melaksanakan tugasnya.

4. Peace Building

Peace Building adalah tindakan untuk mengidentifikasi dan mendukung

(42)

diantara mereka. Hal demikian tidak hanya memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan yang merupakan syarat fundamental bagi perdamaian.

5. Peace Enforcement

Disamping keempat hal tersebut, sarjana Amerika Latin, Eduardo Jimenez De Arechaga, memperkenalkan istilah lain yaitu Peace Enfocement (Penegakan Perdamaian). Yang dimaksud dengan istilah ini adalah wewenang Dewan Keamanan berdasarkan Piagam untuk menentukan adanya suatu tindakan yang merupakan ancaman terhadap perdamaian atau adanya tindakan agresi. Dalam menghadapi situasi ini, berdasarkan Pasal 41 (Bab VII), Dewan berwenang memutuskan penerapan sanksi ekonomi, politik atau militer. Bab VII yang membawahi Pasal 41 Piagam ini dikenal juga sebagai “gigi”-nya PBB (the

“teeth” of the United Nations) 4 Contoh dari penerapan sanksi ini, yaitu Putusan

Dewan Keamanan tanggal 4 November 1977. putusan tersebut mengenakan embargo senjata terhadap Afrika Selatan berdasarkan Bab VII Piagam sehubungan dengan kebijakan Negara tersebut menduduki Namibia (UNSC Res.418. Termuat dalam Pasal 33 ayat (1) Piagam yang menyatakan bahwa para pihak yang bersengketa “shall, first of all, seek a resolution by negotiation…,”

tersirat bahwa penyelesaian sengketa kepada organ atau badan PBB hanyalah “cadangan”, bukan cara utama dalam menyelesaikan suatu sengketa.

(43)
(44)

BAB III

BENTUK-BENTUK SANKSI YANG DIKENAKAN OLEH DEWAN KEAMANAN PBB TERHADAP NEGARA-NEGARA ANGGOTANYA

YANG TIDAK MEMATUHI PIAGAM

A. Resolusi Dewan Keamanan PBB

Resolusi Dewan Keamanan PBB adalah teks resmi yang dibentuk oleh Dewan Keamanan. Semua anggota PBB, sesuai dengan Piagam PBB, "setuju untuk melaksanakan dan menerima keputusan Dewan Keamanan". Dewan Keamanan dapat mengambil langkah-langkah untuk memelihara atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional. Tindakan tersebut dapat berupa sanksi ekonomi dan/atau sanksi lain yang tidak melibatkan penggunaan kekuatan bersenjata untuk aksi militer internasional. Namun, jika Dewan Keamanan menganggap bahwa langkah-langkah itu tidak memadai atau telah terbukti tidak memadai, Dewan Keamanan akan mengambil tindakan lain yang lebih tegas yang dapat dilaksanakan oleh angkatan udara, angkatan laut, atau angkatan darat yang mungkin diperlukan untuk memelihara atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional.

(45)

tentang kekuatan mengikat dari resolusi tersebut terhadap negara–negara yang terlibat dalam sengketa internasional dan juga sanksi–sanksi bagi negara yang tidak mentaati resolusi tersebut. Sanksi tersebut bisa berupa tindakan yang menggunakan kekerasan tanpa kekuatan militer (Pasal 41 Piagam PBB) dan tindakan yang menggunakan kekuatan militer.

Upaya pendudukan Israel di Palestina yang terakhir, terjadi pada awal tahun 2011 ini dimana pemerintahan Israel menyetujui pembangunan 32 perumahan baru di wilayah Pisgat Ze’ev dekat Yerusalem. Yang kemudian menyebabkan dibentuknya suatu rancangan resolusi yang hendak dijatuhkan kepada Israel. Tetapi, terjadi sebuah keanehan pada sidang Dewan Keamanan PBB yang dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2011 untuk membahas resolusi DK PBB S/2011/24. Diantara 15 anggota Dewan Keamanan PBB, hanya Amerika Serikat yang menolak menyetui resolusi yang mengecam pembangunan pemukiman Israel tersebut. Dengan veto AS ini, resolusi yang juga didukung Uni Eropa ini gagal untuk diadopsi. Uni Eropa menganggap bahwa pembangunan pemukiman Israel ini akan mengancam realisasi solusi dua negara yang telah menjadi tujuan proses perdamaian Israel-Palestina selama bertahun-tahun.31

Dalam veto yang digunakannya Amerika Serikat seolah-olah melindungi Israel dari segala sanksi yang dapat diterima dari dunia internasional. Amerika Serikat sering berdalih bahwa sanksi yang diberikan untuk Israel bukanlah pilihan yang tepat untuk mendamaikan Palestina dan Israel. Meskipun sulit untuk dibuktikan, penggunaan veto oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB tidak

(46)

lepas dari kepentingan nasionalnya. Sehingga sering kali kebijakan yang diambil saat memilih menggunakan veto terkesan egois. Misalnya, kasus terbaru tentang Israel – Palestina yang telah disebutkan tadi, 14 dari 15 Dewan Keamanan PBB setuju bahwa pembangunan pemukiman Israel di wilayah Palestina adalah tindakan illegal, namun hanya Amerika Serikat tidak menyetujuinya sehingga keputusan tersebut tidak dapat dilaksanakan

B. Kekuatan Mengikat Resolusi Dewan Keamanan PBB

Letak kekuatan mengikat dari resolusi Dewan Keamanan PBB terdapat pada Piagam PBB yaitu Pasal 25 yang menyatakan “The Members of the United Nations agree to accept carry out the decisions of the Security Council in

accordance with present Charter “.

Dimana disebutkan bahwa semua negara anggota PBB telah sepakat untuk menerima dan melaksanakan keputusan-keputusan Dewan Keamanan serta pada Pasal itu pula, dewan Keamanan mempunyai kekuasaan untuk memutuskan keputusan yang mempunyai kekuatan mengikat termasuk keputusan tersebut adalah resolusi Dewan Keamanan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa sadar atau tidak, apapun keputusan yang dikeluarkan Dewan sehubungan dengan fungsinya dalam menyelesaikan sengketa, para pihak yang terkait berkewajiban untuk melaksanakannya.32

Proses pengambilan keputusan yang berupa resolusi harus memenuhi syarat sesuai Pasal 27 Piagam PBB agar sah dan memiliki kekuatan mengikat

32

(47)

secara hukum. Dalam Pasal 27 disebutkan suatu resolusi Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian suatu sengketa internasional sebagai hasil dari sidang yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB sah apabila telah disetujui oleh suara sembilan negara anggota Dewan Keamanan PBB termasuk lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB tanpa ada veto dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB tersebut. Berdasarkan Pasal 27 ayat 3 Piagam PBB, semua keputusan Dewan Keamanan (resolusi DK) dalam halmenyelesaikan sengketa internasional memerlukan suara yang menyatakan sembilan anggota Dewan Keamanan PBB termasuk kebulatan suara dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB karena termasuk ke dalam keputusan yang merupakan masalah yang bukan prosedural. Karena termasuk ke dalam keputusan yang merupakan masalah yang bukan prosedural, masih dimungkinkan adanya veto dari negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB karena dalam masalah yang bukan prosedural harus ada persetujuan dari 5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Jadi adanya veto dari anggota tetap dapat mencegah adopsi atau disetujuinya suatu proposal sekalipun hal itu telah memenuhi jumlah suara yang mendukung (sebanyak 9 suara anggota Dewan Keamanan PBB). Jika salah satu dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB mengeluarkan veto maka membuat suatu resolusi tersebut tidak diberlakukan dan tidak punya kekuatan mengikat secara hukum.33

Berdasarkan Pasal tersebut, suatu Negara yang bukan anggota PBB maupun bukan anggota Dewan Keamanan PBB dapat juga dikenaikewajiban untuk melaksanakan dan terikat dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, terlebih

33

(48)

lagi negara tersebut merupakan salah satu pihak yang bersengketa atau menurut sidang Dewan Keamanan PBB negara tersebut telah melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.34

Dewan Kemaanan tidak dapat bertindak di luar ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pasal 24 (2) dan Pasal 1(1) Piagam. Menurut Pasal 24 (1) semua tindakan yang dilakukan Dewan Keamanan harus tetap didasarkan atas prinsip-prinsip dan tujuan PBB yaitu tetap menghormati persamaan kedaulatan, hak negara untuk mempertahankan kemerdekaan politik dan keutuhan wilayahnya. Di samping itu, tindakan Dewan Keamanan juga harus didasarkan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional tanpa merugikan kepentingan suatu negara.35

C. Bentuk-Bentuk Sanksi Yang Dikenakan Oleh Dewan Keamanan PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki 6 badan-badan utama. Salah satunya adalah Dewan Keamanan. Dewan Keamanan memiliki wewenang yang diberikan oleh anggota-anggota PBB untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Dan selaku penerima mandat, Dewan Keamanan PBB harus mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional seperti yang tertuang dalam Pasal 24 ayat (1) Piagam. Hal ini menunjukkan walaupun Dewan Keamanan hanya Demi terciptanya perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan PBB menempuh dua pendekatan, yakni penyelesaian sengketa internasional secara

34

Ibid, hal 9

35

(49)

damai dan penyelesaian sengketa secara paksa. Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai meliputi: perundingan (negotiation), arbitrase (arbitration), penyelesaian yudisial (judicial settlement), penyelidikan (inquiry), dan penyelesaian di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Pasal 33 Piagam). Sementara, penyelesaian sengketa secara paksa meliputi: perang, retorsi

(retorsion), tindakan-tindakan pembalasan (reprisals), blokade secara damai

(pacific blockade), dan intervensi (intervention)36

Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai yang bersifat tradisional seperti disusun dalam Pasal 33 Piagam, merupakan upaya dasar bagi proses penyelesaian. Beberapa ragam dan penyempurnaan cara-cara tradisional telah dikembangkan oleh PBB, antara lain:

beranggotakan 15 negara, tetapi setiap tindakan yang dilakukannya adalah atas nama seluruh anggota PBB

37

a. Perundingan, merupakan cara yang paling umum untuk menyelesaikan sengketa. Cara ini melibatkan pada pembicaraan secara langsung di antara pihak-pihak yang bersengketa dengan tujuan untuk mencapai suatu persetujuan.

(Merrils.J,G, 1986: 2-72).

b. Jasa-jasa baik, merupakan satu-satunya upaya penyelesaian sengketa yang tidak termuat dalam Pasal 33 Piagam, tetapi sering digunakan oleh badan-badan PBB. Jasa-jasa baik melibatkan bantuan dari pihak ketiga atau negara yang bukan menjadi pihak yang bersengketa. Pihak ketiga dalam memberikan jasa baiknya hanya dapat menawarkan suatu saluran komunikasi atau

36

J. Starke., Op.cit., hal 690

37

(50)

kemudahan bagi pihak-pihak yang bersangkutan tetapi tidak menawarkan saran apapun bagi bagi syarat-syarat penyelesaian.

c. Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga yang bisa berupa negara, organisasi internasional atau individu. Pihak ketiga ikut pula dalam negosiasi yang dilangsungkan para pihak yang bersengketa.

d. Konsiliasi yaitu cara penyelesaian sengketa secara damai oleh suatu organ yang telah dibentuk sebelumnya atau kemudian atas kesepakatan pihak yang bersengketa.

e. Penyelidikan adalah suatu proses pembentukan misi perdamaian yang terdiri dari kelompok penyelidik yang netral.

f. Arbitrase adalah penyerahan sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya final dan mengikat.

(51)

h. Penyelesaian Hukum merupakan proses untuk menyampaikan perselisihan kepada Mahkamah Internasional untuk memperoleh keputusan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki 6 badan-badan utama. Salah satunya adalah Dewan Keamanan. Dewan Keamanan memiliki wewenang yang diberikan oleh anggota-anggota PBB untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Dan selaku penerima mandat, Dewan Keamanan PBBharus mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional seperti yang tertuang dalam Pasal 24 ayat 1 Piagam. Hal ini menunjukkan walaupun Dewan Keamanan hanya beranggotakan 15 negara, tetapi setiap tindakan yang dilakukannya adalah atas nama seluruh anggota PBB.

Demi terciptanya perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan PBB menempuh dua pendekatan, yakni penyelesaian sengketa internasional secara damai dan penyelesaian sengketa secara paksa. Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai meliputi: perundingan (negotiation), arbitrase

(arbitration), penyelesaian yudisial (judicial settlement), penyelidikan (inquiry),

dan penyelesaian di bawah naungan PBB (Pasal 33 Piagam). Sementara, penyelesaian sengketa secara paksa meliputi: perang, retorsi (retorsion), tindakan-tindakan pembalasan (reprisals), blockade secara damai (pacific blockade), dan intervensi (intervention).38

Dalam dokumen-dokumen internasional, kata intervensi terdapat dalam Pasal 2 (7) dan Pasal 2 (4) Piagam PBB. Pasal ini mensyaratkan bahwa organisasi

38

(52)

(PBB) dilarang untuk ikut campur tangan dalam urusan domestik suatu negara, kecuali dalam rangka memelihara perdamaian menurut Bab VII Piagam. Kata intervensi dalam Pasal 2 (7) ini mengandung dua pandangan yang berbeda. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa kata intervensi harus diintepretasikan dalam arti teknis hukum internasional yang berarti suatu penggerogotan kedaulatan atau “intervensi diktator”.Pandangan yang kedua berpendapat bahwa kata intervensi dalam Pasal tersebut hanya merupakan pengertian “kamus” saja. Yaitu intervensi biasa. Untuk mendukung pendapatnya, pandangan ini mengemukakan bahwa hanya Dewan Keamanan saja yang mempunyai kemampuan untuk bertindak sehingga dapat menimbulkan akibat hukum.

Menurut Starke hanya ada empat macam jenis intervensi yang diperkenankan, yaitu:39

1. Kolektif intervensi menurut piagam PBB. Dalam kaitan ini intervensi yang dimaksud adalah tindakan penegakan yang dilaksanakan menurut keputusan Dewan Keamanan PBB sesuai dengan Bab VII atau setiap tindakan yang disetujui oleh Majelis Umum berdasarkan Uniting For Peace Resolution.

2. Dalam rangka melindungi hak-hak, kepentingan dan keselamatan warga negaranya di luar negeri.

3. Dalam rangka melindungi negara protektorat.

39

(53)

4. Jika negara yang melakukan intervensi itu disalahkan karena melanggar hukum internasional.

Cara-cara penyelesaian sengketa di atas, baik dilakukan secara damai maupun secara paksa merupakan upaya menghindari terjadinya konflik lebih luas yang memungkinkan terganggunya perdamaian dan keamanan internasional, namun, jika upaya-upaya penyelesaian sengketa secara damai gagal dan pihak yang berkonflik tidak mematuhi Piagam PBB, khususnya Bab IV yakni mengadakan tindakan-tindakan yang mengancam perdamaian, melanggar perdamaian, dan negara tersebut tetap melancarkan agresi terhadap negara lain, maka, Dewan Keamanan dapat menjatuhkan sanksi kepada Negara tersebut melalui sebuah resolusi.

(54)

tidak lagi memperoleh kebutuhan-kebutuhan strategis, sehingga tidak lagi ada lagi pilihan lain kecuali mentaati keputusan Dewan Keamanan PBB.

Apabila negara-negara yang bersengketa tidak mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa secara damai, mungkin, cara pemecahannya dengan melalui cara-cara kekerasan. Masing-masing sarana kekerasan itu adalah sebagai berikut.

a. Perang dan tindakan bersenjata non perang. Perang dan tindakan non perang bertujuan untuk menaklukan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat penyelesaian dan negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternatif selain mematuhinya. Tidak setiap pertikaian bersenjata disebut sebagai perang. Suatu sengketa dianggap sebagai perang dan dapat diterapkan hukum perang ditentukan oleh hal sebagai berikut:

1) besarnya konflik,

2) tujuan para pihak yang bersengketa,

3) sikap dan reaksi pihak ketiga. Jadi, perang adalah pertikaian senjata yang memenuhi persyaratan tertentu, yakni pihak yang bersengketa adalah negara dan disertai dengan pernyataan perang. Sedang pertikaian bersenjata bukan perang adalah pertikaian bersenjata yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan bagi perang.

(55)

kehormatannya dihina, misalnya merenggangnya hubungan diplomatik, pencabutan previlege-previlege diplomatic

c. Tindakan-tindakan pembalasan adalah metode yang dipakai oleh negara-negara untuk mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari negara-negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pembalasan. Perbedaan antara tindakan pembalasan dan retorsi adalah pembalasan mencakup tindakan yang pada umumnya boleh dikatakan sebagai perbuatan illegal sedang retorsi meliputi tindakan yang sifatnya balas dendam yang dibenarkan oleh hukum.

d. Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai. Kadang-kadang digolongkan sebagai suatu pembalasan, pada umumnya tindakan itu ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara yang memblokade.

e. Intervensi adalah campur tangan secara diktator oleh suatu negara terhadap urusan dalam negeri lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau mengubah keadaan, situasi atau barang di negara tersebut40

Kata intervensi dalam Pasal 2 ayat (7) ini mengandung dua pandangan yang berbeda. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa kata intervensi harus diintepretasikan dalam arti teknis hukum internasional yang berarti suatu penggerogotan kedaulatan atau “intervensi diktator”. Pandangan yang kedua berpendapat bahwa kata intervensi dalam Pasal tersebut hanya merupakan

40

(56)

pengertian “kamus” saja. Yaitu intervensi biasa. Untuk mendukung pendapatnya, pandangan ini mengemukakan bahwa hanya Dewan Keamanan saja yang mempunyai kemampuan untuk bertindak sehingga dapat menimbulkan akibat hukum.

Menurut Starke hanya ada empat macam jenis intervensi yang diperkenankan, yaitu.

a. Kolektif intervensi menurut piagam PBB. Dalam kaitan ini intervensi yang dimaksud adalah tindakan penegakan yang dilaksanakan menurut keputusan Dewan Keamanan PBB sesuai dengan Bab VII atau setiap tindakan yang disetujui oleh Majelis Umum berdasarkan Uniting For Peace Resolution.

b. Dalam rangka melindungi hak-hak, kepentingan dan keselamatan warga negaranya di luar negeri.

c. Dalam rangka melindungi negara protektorat.

d. Jika negara yang melakukan intervensi itu disalahkan karena melanggar hukum internasional

(57)

maka, Dewan Keamanan dapat menjatuhkan sanksi kepada negara tersebut melalui sebuah resolusi Sanksi yang dapat dikenakan kepada negara yang tidak mematuhi Piagam PBB tersebut berupa sanksi ekonomi, pemutusan hubungan ekonomi, komunikasi udara, laut, kereta api, ptt, radio dan komunikasi lainnya, baik sebagian maupun seluruhnya serta memutuskan hubungan diplomatik.41

Dengan sanksi ekonomi tersebut diharapkan agar negara yang melakukan agresi segera menghentikan agresinya. Namun, jika sanksi ekonomi dirasakan tidak memadai, kurang efektif dan masih tetap tidak ditaati, maka, Dewan Keamanan dapat menerapkan sanksi militer. Tindakan-tindakan tersebut meliputi demonstrasi, blokade, dan operasi militer melalui udara, laut dan darat yang dilakukan oleh negara-negara anggota sesuai dengan Pasal 42 Piagam PBB. Sanksi-Sanksi tersebut pernah dijatuhkan kepada Libya, Irak, dan beberapa negara lainnya. Dengan demikian, sanksi ekonomi yang dikenakan pada sesuatu negara, dimaksudkan agar negara tersebut tidak lagi memperoleh kebutuhan-kebutuhan strategis, sehingga tidak lagi ada lagi pilihan lain kecuali mentaati keputusan Dewan Keamanan PBB.

42

41

Suryokusumo, Sumaryo. Organisasi Internasional. Jakarta: Universitas Indonesia, 1997, hal 21

42

Referensi

Dokumen terkait

saluran pernapasan akut (ISPA) pada bulan Mei 2015 di Puskesmas Dinoyo Kota Malang.Sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu sebanyak 30

R/ mengetahui sejauh mana perasaan klien terhadap perubahan gam-baran tubuhnya. 3) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya dengan pertanyaan terbuka.. R / perasaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masing-masing pengaruh variabel harga, kualitas poduk dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian batik di Pasar

Paling tidak ia harus sudah bisa memberi tahu kapan akan buang air besar (BAB) atau kecil (BAK) dan mau belajar untuk dapat BAB atau BAK sendiri, dengan cara yang sesuai jenis

Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki beranekaragam suku dan budaya. Kebudayaan di indonesia sangat di junjung tinggi karena merupakan sebuah

komplikasi pada pasien DM (Smeltzer & Bare, 2010). Oleh karena di perlukan pengelolan diabetes mellitus untuk mencegah komplikasi yang bertujuan untuk mempertahankan

Konsep zero runoff system (ZROS) dikaji untuk diterapkan melalui penentuan arah aliran berdasarkan peta topografi, penentuan curah hujan harian maksimum, perancangan saluran

Pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap larangan persekongkolan tender yang diatur dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 dapat dihukum