• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Status Nutrisi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Berkala di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Status Nutrisi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Berkala di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2010"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN STATUS NUTRISI PADA PASIEN YANG

MENJALANI HEMODIALISIS BERKALA DI RSUP. H. ADAM

MALIK MEDAN TAHUN 2010

Oleh :

BENNY HARMOKO

070100097

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN STATUS NUTRISI PADA PASIEN YANG

MENJALANI HEMODIALISIS BERKALA DI RSUP. H. ADAM

MALIK MEDAN TAHUN 2010

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

Benny Harmoko

070100097

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Status Nutrisi pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Berkala di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2010

Nama : Benny Harmoko NIM : 070100097

Pembimbing Penguji

(dr. Zaimah Z. Tala MS, Sp. GZ) (dr. Murniati Manik, MSc, Sp. KK)

NIP: 19530719 198003 2 001 NIP: 19670505 199203 2 001

( Nenni Dwi A. Lubis, SP, Msi) NIP: 19760410 200312 2 002

Medan, 10 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Subjective Global Assessment (SGA) merupakan suatu metoda klinik untuk menentukan status nutrisi yang didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dari pasien hemodialisis.

Dengan menggunakan komponen dari SGA konvensional, kriteria inklusi adalah: 1) pasien telah menjalani hemodialisis diatas atau sama dengan 3 bulan, 2) pasien yang ikut dalam penelitian ini berusia antara 20 hingga 60 tahun, 3)dan pasien tersebut setuju untuk ikut dalam penelitian ini. Dari Juli 2010 hingga September 2010, 84 pasien hemodialisis diikutsertakan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan kuesioner Subjective Global Assessment (SGA), parameter status nutrisi lain yang digunakan termasuk antropometri dan indeks massa tubuh.

Umur rata-rata dari 54 pasien hemodialisis yang ikut dalam penelitian ini adalah 43,71 (SD 10,89) tahun, dan rata-rata lamanya pasien menjalani hemodialisis adalah 18,33 (SD 13,43) bulan. Dari 84 passien tersebut, 19 (22,60%) didiagnosa malnutrisi berdasarkan SGA. Rata-rata dari indeks massa tubuh pasien adalah 21,58 (SD 3,92). Prevalensi dari malnutrisi yang terdiagnosa oleh SGA dikategorikan ke dalam 5 kelompok indeks massa tubuh. Empat pasien pada kelompok underweight, 9 pasien pada kelompok normoweight, 3 pasien pada kelompok pre-obese, 2 pasien pada kelompok obese I, dan 1 pasien pada kelompok obese II.

Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa SGA merupakan metoda yang sederhana dan mudah digunakan dalam menentukan status nutrisi pasien berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik walaupun tidak dapat disanggahkan bahwa SGA bukan merupakan standar emas.

(5)

ABSTRACT

Presented and described in detail is a clinical technique called Subjective Global Assessment (SGA), which assesses nutritional status based on features of the history and physical examination of hemodialysis patients.

Using the components of conventional SGA, inclusion criteria: 1) Patients had to be in hemodyalisis treatment for more than 3 months, 2) Patients enrolled in the study at the age of 20 years to 60 years, 3) And the patients agree to enroll in the study. From July 2010 to September 2010, 84 hemodialysis patientswere involved in the study. Researcher recorded results of a Subjective Global Assessment, other indices of nutrition included anthropometry and body mass index.

Mean age of the 84 hemodialysis patients enrolled in the studywas 43.71 (SD 10.89) years, and mean dialysis duration was18.33 (SD 13.43) months. Of the 84 patients, 19 (22.60%)were diagnosed as malnourished by SGA. The mean body mass index scores were 21,58 (SD 3,92). The prevalence of malnutrition diagnosed by SGA was divided into 5 groups of BMI. Four patients in underweight group, 9 patients in normoweight group, 3 patients in pre-obese group, 2 patients in obese I group, and 1 patient in obese II group.

Results showed that SGA is a simple and convenient method for evaluating nutrition based on medical history and physical examination although it was found not to be the gold standart.

Key words : hemodialysis,nutrition, SGA.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI

(Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Gambaran Status Nutrisi pada Pasien

yang Menjalani Hemodialisis Berkala di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2010”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedoteran

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dosen - dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran

Komunitas (IKM / IKK ) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

3. Dr. Zaimah Z. Tala MS, Sp. GZ selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk,

saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat

diselesaikan.

4. Dr. Murniati Manik, MSc, Sp. KK selaku dosen penguji I serta Nenni Dwi

A. Lubis, SP, Msi selaku dosen penguji II yang telah bersedia menguji,

memberikan masukan, dan saran kepada penulis.

5. Sutjipto Mina dan Tjoa Chin In selaku orang tua penulis dan Viona,

Isabella, dan Nappolion Harmoko selaku saudara kandung penulis yang

telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

6. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

(7)

7. Bidang Penelitian dan Pengembangan Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

8. Dr. Sally Rosevi, Sp. PD-KGH selaku ketua departemen Unit

Hemodialisis.

9. Ibu Hj. Suriati, Skep.Ners. dan Kak Sari Ramadhani, serta seluruh staf

Unit Hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam pengumpulan data penelitian

ini.

10.Teman – teman seperjuangan penulis Pernanda Selpia, Reza Anthoni

Tarigan, dan Bona Banjarnohar serta teman – teman yang selalu

mendukung penuh dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini

Widodo Adi Prasetyo, Michael Rulando, Kharisma Prasetya A., Vitri

Alya, Dewi Sartika, dan Putri Junita Sembiring.

11.Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran USU yang telah

membantu selama perkuliahan.

Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan. Semoga Karya Tulis

Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis mengharapkan saran dan kritik

dari pembaca.

Medan, 10 Desember 2010

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ………... i

LEMBAR PENGESAHAN……….. ii

ABSTRAK ………... iii

ABSTRACT ………... iv

KATA PENGANTAR ………... v

DAFTAR ISI ……….………... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ……….………... x

DAFTAR SINGKATAN……….……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………..………... xii

BAB 1 PENDAHULUAN….……..……….………..1

1.1. Latar Belakang…….………...……...1

1.2. Rumusan Masalah….………..……..………...3

1.3. Tujuan Penelitian….………..………….………...3

1.3.1. Tujuan Umum….……….………3

1.3.2. Tujuan Khusus………...3

1.4. Manfaat Penelitian….………4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….5

2.1. Hemodialisis.…………..……….………….5

2.2. Nutrisi pada pasien penyakit ginjal kronik.………6

2.2.1. Malnutrisi pada pasien hemodialisis.…………... ……..6

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya MEP. ……..7

2.2.3. Penetapan status nutrisi………….……...………9

2.2.4. Penatalaksaan nutrisi………..10

(9)

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………14

3.2. Definisi Operasional.………14

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian………...17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian………17

4.3. Populasi dan Sampel………..17

4.3.1. Populasi Target….………...………...17

4.3.2. Populasi Terjangkau...………...17

4.3.3. Kriteria Inklusi………...18

4.3.4. Kriteria Eksklusi……….18

4.3.5. Subjek Yang Diteliti………...18

4.3.6. Sampel………18

4.4. Teknik Pengumpulan Data……...……….19

4.5. Pengolahan dan Analisa Data….………19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………... 20

5.1 Hasil Penelitian... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 20

5.1.2. Karakteristik Individu dan Hasil... 20

5.2 Pembahasan... .. 26 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 29

DAFTAR PUSTAKA ……….……….. 30

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Rekomendasi kebutuhan nutrient.………..11

3.1 Kategori BMI………...15

5.1 Distribusi frekuensi sampel menurut umur………...20

5.2 Distribusi frekuensi sampel menurut jenis kelamin………...……21

5.3 Distribusi frekuensi sampel menurut lamanya menjalani HD...…………21

5.4 Distribusi frekuensi sampel menurut IMT……….…………22

5.5 Distribusi frekuensi sampel menurut SGA………22

5.6 Tabulasi silang kelompok umur dan SGA……….…………23

5.7 Tabulasi silang jenis kelamin dan SGA……….24

5.8 Tabulasi silang lamanya menjalani HD dan SGA……….24

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

(12)

DAFTAR SINGKATAN

BMI : Body Mass Index.

BUN : Blood Urea Nitrogen.

COP : Cardiac Output Pressure.

CRP : C- Reactive Protein.

DP : Dialisis Peritoneal.

HD : Hemodialisis.

IL : Interleukin.

KDW : Kidney Disease Wasting.

LFG : Laju Filtrasi Glomerulus.

MEP : Malnutrisi Energi Protein.

MIA : Malnutrition Inflamation Artherosclerosis.

NKF-K/DOQI : National Kidney Foundation’s Dialysis Outcomes Quality Initiative.

NHNES : the National Health and Nutrition Examination Survey.

PDPERSI : Pusat Data dan Informasi Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia.

PJK : Penyakit Jantung Koroner.

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat.

SGA : Subjective Global Assessment.

USRDS : United States Renal Data System.

VCES : Volume Cairan Ekstraseluler.

VP : Volume Plasma.

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Curriculum Vitae.

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian.

Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden / Subjek Penelitian.

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian.

Lampiran 5 Gambaran Karakteristik Responden Penelitian.

Lampiran 6 Output Komputerisasi Hasil Penelitian.

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Penelitian Bidang

(14)

ABSTRAK

Subjective Global Assessment (SGA) merupakan suatu metoda klinik untuk menentukan status nutrisi yang didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dari pasien hemodialisis.

Dengan menggunakan komponen dari SGA konvensional, kriteria inklusi adalah: 1) pasien telah menjalani hemodialisis diatas atau sama dengan 3 bulan, 2) pasien yang ikut dalam penelitian ini berusia antara 20 hingga 60 tahun, 3)dan pasien tersebut setuju untuk ikut dalam penelitian ini. Dari Juli 2010 hingga September 2010, 84 pasien hemodialisis diikutsertakan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan kuesioner Subjective Global Assessment (SGA), parameter status nutrisi lain yang digunakan termasuk antropometri dan indeks massa tubuh.

Umur rata-rata dari 54 pasien hemodialisis yang ikut dalam penelitian ini adalah 43,71 (SD 10,89) tahun, dan rata-rata lamanya pasien menjalani hemodialisis adalah 18,33 (SD 13,43) bulan. Dari 84 passien tersebut, 19 (22,60%) didiagnosa malnutrisi berdasarkan SGA. Rata-rata dari indeks massa tubuh pasien adalah 21,58 (SD 3,92). Prevalensi dari malnutrisi yang terdiagnosa oleh SGA dikategorikan ke dalam 5 kelompok indeks massa tubuh. Empat pasien pada kelompok underweight, 9 pasien pada kelompok normoweight, 3 pasien pada kelompok pre-obese, 2 pasien pada kelompok obese I, dan 1 pasien pada kelompok obese II.

Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa SGA merupakan metoda yang sederhana dan mudah digunakan dalam menentukan status nutrisi pasien berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik walaupun tidak dapat disanggahkan bahwa SGA bukan merupakan standar emas.

(15)

ABSTRACT

Presented and described in detail is a clinical technique called Subjective Global Assessment (SGA), which assesses nutritional status based on features of the history and physical examination of hemodialysis patients.

Using the components of conventional SGA, inclusion criteria: 1) Patients had to be in hemodyalisis treatment for more than 3 months, 2) Patients enrolled in the study at the age of 20 years to 60 years, 3) And the patients agree to enroll in the study. From July 2010 to September 2010, 84 hemodialysis patientswere involved in the study. Researcher recorded results of a Subjective Global Assessment, other indices of nutrition included anthropometry and body mass index.

Mean age of the 84 hemodialysis patients enrolled in the studywas 43.71 (SD 10.89) years, and mean dialysis duration was18.33 (SD 13.43) months. Of the 84 patients, 19 (22.60%)were diagnosed as malnourished by SGA. The mean body mass index scores were 21,58 (SD 3,92). The prevalence of malnutrition diagnosed by SGA was divided into 5 groups of BMI. Four patients in underweight group, 9 patients in normoweight group, 3 patients in pre-obese group, 2 patients in obese I group, and 1 patient in obese II group.

Results showed that SGA is a simple and convenient method for evaluating nutrition based on medical history and physical examination although it was found not to be the gold standart.

Key words : hemodialysis,nutrition, SGA.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dialisis merupakan suatu terapi pengganti ginjal yang dilakukan apabila

ginjal pasien sudah tak bisa berfungsi optimal untuk mempertahankan cairan,

elektrolit, dan membuang sisa-sisa metabolisme dari tubuhnya. Menurut data yang

dikumpulkan the National Health and Nutrition Examination Survey, terdapat

sekitar 11,5% dari keseluruhan penduduk yang berusia 20 tahun keatas di

Amerika Serikat yang membutuhkan terapi ini. Ironisnya, hanya sebagian kecil

dari nilai estimasi tersebut yang benar-benar menjalani terapi hemodialisis

dikarenakan berbagai alasan. Pada tahun 2006, pemerintah Amerika mengestimasi

sekitar $33.61 miliar yang telah dikeluarkan untuk menjalankan program ini.

Pasien-pasien dialisis kebanyakan menjalankan terapi ini di rumah sakit.

Tetapi, tidak sedikit dari pasien tersebut yang menjalankan terapi ini di rumah.

Terdapat sekitar 354,754 pasien di Amerika yang menjalani terapi dialisis,

325,229 diantaranya menjalankan terapi hemodialisis di rumah sakit, 2,455

menjalankan terapi hemodialisis di rumah mereka, dan 26,114 sisanya

menjalankan terapi peritoneal dialisis (NKUDIC, 2009).

Pada dekade terakhir, dialisis sebagai terapi pengganti ginjal mendapat

sambutan hangat di berbagai negara karena dapat meningkatkan harapan hidup

pasien. Namun, ternyata dialisis tidak sepenuhnya mengembalikan kualitas hidup

penderita seperti semula. Menurut United States Renal Data System (2009) dalam

Mailloux dan Henrich (2009) walaupun dialisis berkala mencegah kematian

akibat uremia, rendahnya harapan hidup pasien masih menjadi suatu

permasalahan, bahkan di negara maju sekalipun. Saat terapi pengganti ginjal

sudah dimulai, rentang harapan hidup pasien yang dilaporkan adalah sekitar 8

tahun (tergantung ras) untuk pasien dialisis berumur 40 sampai 44 tahun, dan

(17)

sedikit lebih baik dari angka kematian akibat kanker paru dan jauh lebih buruk

dibanding populasi umum yang memiliki harapan hidup 30 sampai 40 tahun untuk

umur 40 sampai 44, dan 17 sampai 22 tahun untuk umur 60 sampai 64.

Di Indonesia sendiri, ada dua pilihan untuk menjalani terapi pengganti

ginjal, yaitu hemodialisis (HD) dan dialisis peritoneal (DP). Namun kendala pada

program DP di Indonesia seperti (1) biaya DP per bulan masih lebih mahal

daripada HD dan (2) sanitasi lingkungan dan tingkat pendidikan untuk sebagian

besar pasien merupakan faktor yang tidak menunjang program ini, membuat HD

sebagai program pilihan terapi pengganti ginjal utama. Pasien hemodialisis

mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah karena kebanyakan dari pasien

hemodialisis adalah pasien produktif yang berusia antara 20-60 tahun. Dengan

adanya penurunan pada fungsi ginjal, atau bahkan mengalami kegagalan, tidak

hanya kualitas hidup menurun, pengobatan seumur hidup juga memakan biaya

yang tidak sedikit. Penurunan dari kualitas hidup ini dapat mengakibatkan

penurunan devisa negara.

Meskipun pasien bisa bertahan hidup dengan bantuan mesin hemodialisis,

namun masih menyisakan sejumlah persoalan penting sebagai dampak dari

penyakit dan hemodialisis. Diperkirakan 50%-70% penderita dialisis

menunjukkan tanda dan gejala malnutrisi. Gejala malnutrisi tergantung pada

petanda nutrisi yang digunakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi (kurangnya

asupan nutrisi, peningkatan nutrisi yang hilang, dan katabolisme yang meningkat).

Dibutuhkan kerjasama antara dokter, perawat, dan ahli gizi dalam edukasi

perubahan pola diet antara masa sebelum dan sesudah menjalani dialisis,

penatalaksanaan kebutuhan nutrisi, serta mengatasi faktor-faktor yang ikut

berperan dalam terjadinya malnutrisi. Adanya status nutrisi yang buruk akan

menyebabkan penderita malaise, fatigue, rehabilitasi jelek, penyembuhan luka

terganggu, kepekaan terhadap infeksi meningkat, dan angka rawat tinggal serta

(18)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui gambaran status nutrisi pada pasien yang menjalani

hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan penelitian untuk

menjawab pertanyaan bagaimana gambaran status nutrisi pada pasien yang

menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui gambaran status nutrisi pada pasien yang menjalani

hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik pasien yang menjalani hemodialisis

berkala berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2010.

b. Mengetahui gambaran karakteristik pasien yang menjalani hemodialisis

berkala berdasarkan umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

c. Mengetahui rentang berat badan, tinggi badan, serta indeks massa tubuh

pasien yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2010.

d. Menilai secara subjektif status nutrisi pasien yang menjalani hemodialisis

berkala di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 dengan

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui gambaran

status nutrisi pada pasien yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2010.

2. Bagi dokter, hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa pada pasien

yang menjalani hemodialisis berkala berhubungan dengan malnutrisi yang

harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini memberi informasi pada masyarakat

bahwa malnurisi merupakan aspek yang penting pada pasien yang

menjalani hemodialisis berkala dan merupakan masalah kesehatan yang

perlu dikonsultasikan dengan tenaga medis agar mendapat penanganan

yang tepat.

4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini sebagai gambaran prevalensi

malnutrisi pada pasien yang menjalani hemodialisis berkala untuk

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hemodialisis

Ginjal mempunyai fungsi utama sebagai penyaring darah kotor, yaitu darah yang

telah tercampur dengan sisa metabolisme tubuh. Sisa hasil metabolisme antara

lain ureum, asam urat, dan lain-lain. Hasil saringan kemudian akan dikeluarkan

dalam bentuk air seni, sedangkan darah yang telah bersih dikembalikan ke

pembuluh darah besar untuk beredar kembali ke seluruh tubuh. Dalam sehari

ginjal harus menyaring sekitar 170 liter darah (Nephrology Channel, 2001).

Jika terjadi kerusakan ginjal, sampah metabolisme dan air tidak dapat lagi

dikeluarkan. Dalam kadar tertentu, sampah tersebut dapat meracuni tubuh,

kemudian menimbulkan kerusakan jaringan bahkan kematian. Untuk mengatasi

keadaan ini dibutuhkan hemodialisis, yaitu proses penyaringan darah dengan

menggunakan mesin. Pada proses hemodialisis, darah dari pembuluhnya

disalurkan melalui selang kecil ke mesin yang disebut dializer. Setelah itu, darah

yang telah bersih dikembalikan ke tubuh. Di dalam dializer, darah akan melewati

membran yang berfungsi sebagai saringan. Sampah hasil penyaringan akan

dimasukkan ke dalam cairan yang disebut larutan dialisat. Selanjutnya, dialisat

yang telah tercampur dengan sampah hasil penyaringan akan dipompa keluar,

kemudian diganti dengan larutan dialisat yang baru. Berdasarkan parameter

laboratorium, inisiasi terapi dialisis apabila laju filtrasi glomerulus antara 5 dan 8

ml/menit/1,73 m2 (Spiegel, 2005).

Walaupun hemodialisis berfungsi mirip dengan cara kerja ginjal, tindakan

ini hanya mampu menggantikan sekitar 10% kapasitas ginjal normal. Selain itu,

hemodialisis bukannya tanpa efek samping. Beberapa efek samping hemodialisis

(21)

mual, muntah, sakit kepala, infeksi, pembekuan darah (trombus), dan udara dalam

pembuluh darah (emboli) (Nephrology Channel, 2001).

Pada gagal ginjal kronik, hemodialisis biasanya dilakukan 3 kali

seminggu. Satu sesi hemodialisis memakan waktu sekitar 3 sampai 5 jam. Selama

ginjal tidak berfungsi, selama itu pula hemodialisis harus dilakukan, kecuali ginjal

yang rusak diganti ginjal yang baru dari donor. Tetapi, proses pencangkokan

ginjal sangat rumit dan membutuhkan biaya besar (Nephrology Channel, 2001).

2.2 Nutrisi pada pasien penyakit ginjal kronik

Pada penderita Penyakit Ginjal Kronis (PGK) yang belum memerlukan dialisis

merupakan bagian dari pengelolaan konservatif penderita PGK untuk

penatalaksanaan nutrisinya. Tujuan penatalaksanaan nutrisi pada penderita

pra-dialisis adalah mencegah timbunan nitrogen, mempertahankan status nutrisi yang

optimal untuk mencegah terjadinya malnutrisi, menghambat progresifitas

kemunduran faal ginjal serta mengurangi gejala uremi dan gangguan

metabolisme. Status nutrisi merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan pada

saat penderita membutuhkan inisiasi dialisis karena merupakan prediktor untuk

hasil akhir yang bisa dicapai dan adanya malnutrisi protein-energi merupakan

faktor risiko mortalitas. Tergantung pada petanda nutrisi yang digunakan dan

populasi yang diteliti, diperkirakan 50%-70% penderita dialisis menunjukkan

tanda dan gejala malnutrisi. Dibutuhkan kerjasama antara dokter, perawat, dan

ahli gizi dalam edukasi perubahan pola diet antara masa sebelum dan sesudah

menjalani dialisis, penatalaksanaan kebutuhan nutrisi serta mengatasi

faktor-faktor yang ikut berperan dalam terjadinya malnutrisi (Nerscomite, 2010).

2.2.1 Malnutrisi pada pasien hemodialisis

Malnutrisi adalah kondisi berkurangnya nutrisi tubuh, atau suatu kondisi

(22)

asupan dan kebutuhan nutrisi, yang pada akhirnya menyebabkan berbagai

gangguan metabolik, penurunan fungsi jaringan, dan hilangnya massa tubuh. Pada

pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis pada khususnya sering

mengalami malnutrisi protein-energi atau protein-energy malnutrition (PEM).

PEM yang terjadi pada pasien PGK yang menjalani dialisis seharusnya dapat

diperbaiki dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pada dasarnya malnutrisi

disebabkan oleh asupan nutrisi yang kurang, kehilangan nutrisi meningkat, dan

atau katabolisme protein yang meningkat. Dalam keadaan normal, inflamasi

adalah suatu respon yang bersifat protektif. Ini merupakan mekanisme pertahanan

penting pada injury akut, dan biasanya akan berkurang ketika terjadi perbaikan.

Akan tetapi inflamasi menjadi berbahaya bila terjadi kronis (Stevinkel, 2000).

Bukti-bukti menunjukkan bahwa pada pasien dialisis yang malnutrisi

didapatkan peningkatan petanda inflamasi dan sitokin-sitokin pro-inflamasi

seperti CRP dan IL-6. Adanya inflamasi dikaitkan dengan anoreksia yang terjadi

pada pasien dialisis. Inflamasi kronis juga bisa meningkatkan kecepatan

penurunan protein otot skeletal ataupun yang ada di jaringan lain, mengurangi otot

dan lemak, menyebabkan hipoalbumin dan hiperkatabolisme dimana kesemuanya

tadi akan menyebabkan kidney disease wasting (KDW). Adanya status nutrisi

yang buruk akan menyebabkan penderita malaise dan fatigue, rehabilitasi jelek,

penyembuhan luka terganggu, kepekaan terhadap infeksi meningkat dan angka

rawat tinggal dan mortalitas juga meningkat (Nerscomite, 2010).

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya MEP

Asupan nutrisi berperan penting dalam menggambarkan status nutrisi pasien yang

menjalani hemodialisis berkala. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan asupan

nutrisi kurang antara lain: restriksi diet berlebihan, pengosongan lambung lambat,

diare dan komorbid medis lainnya, kejadian sakit dan rawat inap yang berulang,

asupan makanan lebih menurun pada hari-hari dialisis, obat-obat yang

(23)

depresi, dan perubahan sensasi rasa. Kehilangan darah melalui saluran cerna dan

nitrogen intradialitik juga turut memberikan pengaruh berupa peningkatan

kehilangan nutrisi (Kusuma, 2009).

Malnutrisi pada pasien dialisis juga menyebabkan konsekuensi klinis

penting lainnya. Anemia lebih sering terjadi pada pasien dialisis yang juga

menderita malnutrisi dan atau inflamasi, dan respon terhadap erithropoietin yang

minimal biasanya dikaitkan dengan tingginya kadar sitokin pro-inflamasi. Pada

pasien dialisis yang juga menderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) seringkali

didapatkan hipoalbumin dan peningkatan kadar petanda inflamasi. Baik pada

populasi umum maupun pasien dialisis, peningkatan indikator inflamasi seperti

CRP merupakan prediktor kuat terhadap kejadian kardiovaskuler. Hubungan

antara status nutrisi yang buruk, inflamasi yang terus berlangsung dan

arterosklerosis pada pasien dialisis ini dikenal sebagai

malnutrition-inflamation-artherosclerosis (MIA) syndrome. Pada pasien dialisis, hubungan antara kondisi nutrisi yang buruk dan dampaknya pada penyakit kardiovaskuler ini memberi data

epidemiologi yang berbeda atau terbalik bila dibandingkan dengan populasi

umum, dan ini dikenal sebagai reverse epidemiology (Stenvinkel, 2000).

Di Negara-negara industri atau makmur, PEM jarang menyebabkan

dampak buruk pada populasi umum, justru overnutrition dikaitkan dengan

peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler dan kelangsungan hidup yang lebih

pendek. Hal sebaliknya terjadi pada pasien hemodialisis, undernutrition justru

merupakan salah satu faktor risiko utama untuk kejadian kardiovaskuler. Begitu

pula untuk parameter lainnya, pada populasi umum body mass index (BMI) yang

rendah dan kadar kolesterol serum yang rendah akan menurunkan kejadian

kardiovaskuler dan memperbaiki angka kelangsungan hidup, tetapi pada pasien

dialisis justru meningkatkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Pada

pasien dialisis, obesitas, hiperkolesterolemia dan hipertensi justru dikaitkan

dengan angka kelangsungan hidup yang lebih panjang. Mungkin dibutuhkan suatu

(24)

kardiovaskuler (BMI, kolesterol serum, tekanan darah) pada pasien dialisis,

terutama yang menderita PEM (Nerscomite, 2010).

2.2.3 Penetapan status nutrisi

Menetapkan dan memonitor status nutrisi protein-energi pasien dialisis

merupakan kegiatan penting dengan tujuan untuk mencegah, mendiagnosis serta

mengobati PEM. Status nutrisi protein-energi pada dasarnya menggambarkan

status kuantitatif dan kualitatif protein, baik komponen viseral (non otot) maupun

somatik (otot), serta status keseimbangan energi. Sampai dengan sekarang secara

definitif belum ada cara tunggal yang bisa dianggap sebagai standar emas untuk

menilai status nutrisi maupun menilai respon intervensi nutrisi. Dewasa ini

didapatkan banyak cara untuk menetapkan status nutrisi, sehingga disesuaikan

dengan sarana yang ada, bisa dilakukan sebanyak mungkin cara yang bisa

membantu menetapkan status nutrisi pasien dialisis. Metode dan cara untuk

menetapkan adanya PEM pada pasien yang menjalani dialisis, secara klasik dibagi

menjadi 4 kategori, yaitu: penilaian terhadap selera makan dan asupan makanan

(assessment of appetite and dietary intake), penilaian berdasarkan pemeriksaan

biokimiawi dan laboratorium (biochemical and laboratory assessment),

pengukuran komposisi tubuh (body composition measures), dan sistim skoring

nutrisi (nutritional scoring system) (JASN, 2001).

Pada saat melakukan wawancara dengan penderita, adanya keluhan mual,

muntah, tidak ada nafsu makan maupun penurunan berat badan harus dievaluasi

secara hati-hati untuk kemungkinan penyebab non uremik seperti gagal jantung

kongestif yang berat, kencing manis, berbagai kelainan gastrointestinal, depresi,

preparat besi yang bisa menyebabkan dispepsia atau prednison yang bisa

meningkatkan katabolisme. Asupan makanan harus dinilai pada hari-hari saat

menjalani HD dan hari-hari diluar jadwal HD, biasanya pada hari-hari HD

menurun sekitar 20%. Skinfold thickness bisep dan trisep menggambarkan lemak

(25)

Global Assesment (SGA) merupakan suatu metode penilaian sederhana untuk mengevaluasi status nutrisi didasarkan dari riwayat kesehatan penderita dan

parameter fisik. Albumin serum merupakan indeks status nutrisi penting dan

pemeriksaan ini tersedia hampir di semua laboratorium, namun perlu diperhatikan

faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kadar albumin seperti status cairan,

gangguan fungsi hati, gangguan saluran cerna, dan berbagai kelainan yang

menyebabkan inflamasi (Allan et al, 1987).

Pemantauan dan evaluasi status nutrisi pasien dialisis harus dilakukan secara

periodik-berkesinambungan. Setidaknya dilakukan setiap 6 bulan sekali, sambil

memperhatikan adekuasi HD nya serta kemungkinan penyakit penyerta lain.

Kadar BUN yang rendah bisa saja merupakan gambaran pasien yang menjalani

HD dengan baik dan dengan asupan protein yang cukup, tapi bisa juga sebagai

gambaran pasien yang tindakan HD nya tidak adekuat dan asupan proteinnya

buruk (Nerscomite, 2010).

2.2.4 Penatalaksanaan nutrisi

Nutrisi mempunyai peranan yang penting pada seluruh stadium PGK. Hipertensi,

obesitas, hiperlipidemia dan kontrol gula yang buruk akan berpengaruh terhadap

progresifitas PGK. Disisi lain, kondisi uremik dan pembatasan diet yang

berlebihan (terutama protein) tanpa disertai jumlah energi yang cukup pada masa

pra-dialisis ikut berperan pada terjadinya PEM saat dialisis berkesinambungan.

PEM sendiri dilaporkan memburuk progresif sejalan dengan penurunan fungsi

ginjal. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa status nutrisi yang buruk pada

saat penderita mulai memerlukan dialisis merupakan prediktor kuat peningkatan

mortalitas pada masa dialisis.

Tujuan pengaturan nutrisi pada pasien hemodialisis berkesinambungan:

(26)

2. Mencegah atau menunda berkembangnya penyakit kardiovaskuler,

serebrovaskuler dan periferal vaskuler.

3. Mencegah atau mengobati hiperparatiroidisme serta osteodistrofi.

4. Mencegah atau memperbaiki toksisitas uremi dan berbagai kelainan metabolik

yang berpengaruh terhadap nutrisi, yang terjadi pada gagal ginjal dan tidak

dapat diperbaiki dengan HD yang adekuat.

Diperkirakan 50%-70% penderita dialisis menunjukkan tanda dan gejala

malnutrisi. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa status nutrisi yang buruk

pada saat penderita mulai memerlukan dialisis merupakan prediktor kuat

peningkatan mortalitas pada masa dialisis. Tujuan dari penatalaksanaan nutrisi

pada pasien dialisis pada dasarnya adalah untuk meningkatkan dan memelihara

status nutrisi yang baik dengan tetap memelihara keseimbangan cairan dan

elektrolit serta tanpa memperburuk gejala uremik. Penderita dialisis dengan

asupan protein yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi dan

mempunyai angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, dengan demikian

membutuhkan perhatian, edukasi, dan bimbingan secara

periodik-berkesinambungan dari dokter, perawat serta ahli gizi yang merawat (Nerscomite,

2010).

Rekomendasi kebutuhan nutrien penderita hemodialisis berkesinambungan menurut NKF-K/DOQI.

Tabel 1 Rekomendasi kebutuhan nutrien.

Makronutrien dan serat.

Protein 1,2 g/kgBB/hr

Kalori 30-35 kcal/kgBB/hr

Lemak 30% total kebutuhan kalori

(27)

Serat total 20-25 g/hr

Mineral dan air.

Natrium 750-2000 mg/hr

Kalium < 70-80 mEq/hr

Phospor 10-17 mg/kgBB/hr

Kalsium < 1000 mg/hr

Magnesium 200-300 mg/hr

Zat besi Tergantung pemberian eritropoetin

Zinc 15 mg/hr

Air Biasanya 750-1500 ml/hr

Vitamin (termasuk suplemen).

Vit B1 (thiamin) 1,1 - 1,2 mg/hr

Vit B2 (riboflavin) 1,1- 1,3 mg/hr

Asam pantothenat 5 mg/hr

Biotin 30 ug/hr

Niasin 14-16 mg/hr

Vit B6 (piridoksin) 10 mg/hr

(28)

Vit C 75-90 mg/hr

Asam Folat 1-10 mg/hr

Vitamin A Tidak terlalu dianjurkan

Vit D Tidak terlalu dianjurkan

Vit E 400-800 IU (baca penjelasan)

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

1. Hemodialisis adalah proses penyaringan darah dengan menggunakan mesin.

Proses ini dilakukan dengan cara difusi melewati membran semipermeabel

untuk membuang substansi yang tidak diperlukan dari darah sambil

menambah substansi yang diperlukan.

2. Status nutrisi pada dasarnya menggambarkan status kuantitatif dan kualitatif

pasien, baik komponen viseral (non otot) maupun somatik (otot), serta status

keseimbangan energi. Sampai dengan sekarang secara definitif belum ada cara

tunggal yang bisa dianggap sebagai standar emas untuk menilai status nutrisi

maupun menilai respon intervensi nutrisi. Dewasa ini didapatkan banyak cara

untuk menetapkan status nutrisi, sehingga disesuaikan dengan sarana yang

ada, bisa dilakukan sebanyak mungkin cara yang bisa membantu menetapkan

status nutrisi pasien dialisis. Sesuai rekomendasi NKF-K/DOQI, peneliti akan

menggunakan kuesioner Subjective Global Assessment (SGA) untuk menentukan status nutrisi pasien. Hasil tersebut didapatkan secara subjektif

kemudian peneliti menetapkan pasien tersebut ke dalam 3 kelompok antara

lain: SGA-A yang menyatakan status nutrisi pasien baik, SGA-B yang Pasien yang menjalani

hemodialisis berkala

(30)

menyatakan status nutrisi pasien sedang/ curiga mengalami malnutrisi, dan

SGA-C yang menyatakan status nutrisi pasien buruk. SGA merupakan metode

yang simpel untuk menilai status nutrisi yang akan peneliti lakukan dengan

cara wawancara dengan pasien dan pemeriksaan fisik.

3. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat

ukur Smic timbangan dan tinggi badan. Penunjuk berat badan berupa

mekanisme putaran jarum. Rentang pengukuran berat antara 0-120 kg dengan

subdivisi berat 0,5 kg. Rentang pengukuran tinggi badan antara 70-190cm

dengan subdivisi tinggi 0,5 cm. Pengukuran ini dilakukan pada pasien

sebelum menjalani hemodialisis.

4. Pengukuran tinggi badan serta berat badan untuk menghitung indeks massa

tubuh (IMT). IMT dikalkulasi dengan cara berat badan dibagi tinggi badan

kuadrat (kg/m2). Pengukuran ini dilakukan pada pasien sebelum menjalani

hemodialisis.

Klasifikasi kategori BMI sesuai rekomendasi WHO 2000:

Tabel 1 Kategori BMI.

Kategori BMI (kg/m2) BMI Asia (kg/m2)

Underweight < 18,5 < 18,5

Normoweight 18,5-24,9 18,5 – 22,9

Overweight ≥ 25 ≥ 23

Pre-obese 25,0 - 29,9 23,0 - 24,9

Obese I 30,0 - 34,9 25,0 - 29,9

Obese II 35,0 - 39,9 ≥ 30

Obese III ≥ 40

(31)

5. Kelompok umur pada pasien yang menjalani hemodialisis dibagi dalam 8

kelas dengan panjang kelas 5 tahun. Umur pada sampel didapatkan dengan

wawancara dan kemudian dimasukkan sesuai kelompok umurnya. Kelompok

umur tersebut akan ditabulasi silang dengan SGA untuk melihat kelompok

umur manakah yang lebih cenderung untuk mengalami malnutrisi.

6. Rentang lamanya pasien menjalani hemodialisis dibagi dalam 5 kelas dengan

panjang kelas 18 bulan. Rentang lamanya pasien menjalani hemodialisis

didapatkan dari wawancara yang kemudian diperiksa kembali pada rekam

medik. Rentang lamanya pasien menjalani hemodialisis tersebut akan

ditabulasi silang dengan SGA untuk melihat rentang lamanya pasien

menjalani hemodialisis manakah yang lebih cenderung untuk mengalami

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross sectional study) yang

bersifat deskriptif.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2010. Penelitian ini dilakukan

di unit hemodialisis RSUP H. Adam Malik Medan karena merupakan rumah sakit

rujukan di Sumatera Utara.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi target

Populasi target penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisis reguler di

unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan.

4.3.2 Populasi terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisis

reguler di unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan dari bulan Juli sampai

(33)

4.3.3 Kriteria inklusi

1. Semua pasien yang menjalani HD reguler minimal 3 bulan.

2. Usia 20- 60 tahun.

3. Penderita setuju ikut dalam penelitian.

4.3.4 Kriteria eksklusi

1. Mengalami depresi berat.

2. Pasien yang mengalami oedema.

4.3.5 Subjek yang diteliti

Semua populasi terjangkau yang masuk kriteria inklusi.

4.3.6 Besar sampel

Perkiraan besar sampel:

Prevalensi malnutrisi pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis berkala =

70% (Nerscomite, 2010).

Besar sampel memakai rumus:

n= Zα2 PQ

d2

Di mana Zα = nilai normal berdasarkan α = 0,05 dan Zα = 1,96

P = prevalensi malnutrisi pada pasien penyakit ginjal kronik = 0,7

(34)

d = presisi (perbedaan hasil klinis, besarnya penyimpangan yang masih

dapat ditolerir, ditentukan 10 %

n = (1,96)2 (0,7) (0,3) = 3,8416 x 0,21

4.4 Teknik Pengumpulan Data

= 80,67 ≈ 81

(0,1)2 0,01

Jadi, sampel minimal yang diteliti adalah 81 orang. Sampel akan diambil

secara consecutive sampling.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah

data penelitian yang didapatkan secara langsung dari pasien. Pada penelitian saya,

saya mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan pedoman

kuesioner SGA, pengukuran berat badan, dan tinggi badan pasien.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data hasil penelitian akan dianalisis secara statistik dengan membuat tabel

distribusi frekuensi. Analisa data menggunakan analisis statistik deskriptif untuk

melihat gambaran status gizi pada pasien yang menjalani hemodialisis berkala di

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis lantai 1 gedung Central Medical Unit

RSUP Haji Adam Malik Medan yang berada di jalan Bunga Lau nomor 17

Medan, Sumatera Utara.

5.1.2 Karakteristik Individu dan Hasil

Dalam penelitian ini, sampel yang didapat yaitu pasien yang menjalani

hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Juli - September tahun

2010 yang berjumlah 84 orang. Dari keseluruhan sampel, gambaran karakteristik

sampel yang dapat diamati meliputi: umur, jenis kelamin, lama menjalani

hemodialisis, berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel menurut Umur

Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%) Mean (SD)

21 - 25 8 9,5

26 - 30 5 6,0

31 - 35 8 9,5

36 - 40 9 10,7 43,7 (10,9)

41 - 45 9 10,7

(36)

51 - 55 13 15,5

56 - 60 14 16,7

Total 84 100

Ditinjau dari segi umur, rata-rata umur sampel yang berjumlah 84 orang adalah

43,7 tahun (SD 10,9), sedangkan modus atau data terbanyak dijumpai pada

sampel dengan umur antara 46 - 50 tahun yang berjumlah 18 orang.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 51 60,7

Perempuan 33 39,3

Total 84 100

Pada distribusi frekuensi menurut jenis kelamin, semua sampel yang

berjumlah 84 orang (100%) terbagi atas 51 orang (60,7%) sampel dengan jenis

kelamin laki-laki dan 33 orang (39,3%) sampel dengan jenis kelamin perempuan.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel menurut Lamanya Sampel Menjalani Hemodialisis

Lama hemodialisis (bulan) Frekuensi Persentase (%) Mean (SD)

3 - 20 50 59,5

21 - 38 31 36,9

39 - 56 1 1,2 18,3 (13,4)

(37)

75 - 92 1 1,2

Total 84 100

Pada distribusi frekuensi menurut lamanya sampel menjalani hemodialisis,

didapati rata-rata lamanya sampel yang berjumlah 84 orang adalah 18,3 bulan

(13,4), sedangkan modus atau data terbanyak dijumpai pada sampel yang

menjalani hemodialisis antara 3 - 20 bulan yang berjumlah 50 orang (59,5%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel menurut Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (kg/m²)

Underweight (<18,5)

Pada distribusi frekuensi menurut indeks massa tubuh, sampel dibagi

menjadi lima kategori, yaitu: kategori underweight sebanyak 15 orang(17,9%),

kategori normoweight sekaligus sebagai modus atau data terbanyak sebanyak 41

orang (48,8%), kategori preobese sebanyak 15 orang (17,9%), kategori obese I

sebanyak 8 orang (9,5%), dan kategori obese II sebanyak 5 orang(6,0%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel menurut Subjective Global Assessment

Subjective Global Assessment SGA A (status nutrisi baik)

SGA B (status nutrisi sedang)

SGA C (status nutrisi buruk)

(38)

Pada distribusi frekuensi menurut subjective global assessment, sampel

dibagi atas tiga kategori, antara lain : 33 orang (39,3%) dengan SGA A (status

nutrisi baik), 32 orang (38,1%) dengan SGA B (status nutrisi sedang/ curiga

malnutrisi), dan 19 orang (22,6%) dengan SGA C (status nutrisi buruk/

malnutrisi).

5.1.3 Tabel Tabulasi Silang

Tabel 5.6 Tabulasi silang antara kelompok umur dan status nutrisi berdasarkan Subjective Global Assessment

Range umur

Pada tabel tabulasi silang antara kelompok umur dan status nutrisi

berdasarkan Subjective Global Assessment diatas, didapatkan modus/ data

terbanyak untuk kategori SGA A sebanyak 8 orang pada kelompok umur 46 - 50

tahun, kategori SGA B sebanyak 7 orang pada kelompok umur 56 - 60 tahun, dan

(39)

Tabel 5.7 Tabulasi silang antara jenis kelamin dan status nutrisi berdasarkan Subjective Global Assessment

Jenis

Pada tabel tabulasi silang antara jenis kelamin dan status nutrisi

berdasarkan Subjective Global Assessment diatas, dari 51 sampel laki-laki

didapatkan 21 sampel pada kategori SGA A, 21 sampel pada kategori SGA B, dan

9 sampel pada kategori SGA C, sedangkan dari 33 sampel perempuan didapatkan

12 sampel pada kategori SGA A, 11 sampel pada kategori SGA B, dan 10 sampel

pada kategori SGA C.

Tabel 5.8 Tabulasi silang antara lamanya pasien menjalani hemodialisis dan status nutrisi berdasarkan Subjective Global Assessment

(40)

Pada tabel tabulasi silang antara lamanya pasien menjalani hemodialisis

dan status nutrisi berdasarkan Subjective Global Assessment diatas, didapatkan

modus/ data terbanyak untuk kategori SGA A sebanyak 19 orang pada pasien

yang menjalani lama hemodialisis antara 3 - 20 bulan, kategori SGA B sebanyak

20 orang juga terdapat pada pasien yang menjalani lama hemodialisis antara 3 -

20 bulan dan kategori SGA C sebanyak 11 orang juga terdapat pada pasien yang

menjalani lama hemodialisis antara 3 - 20 bulan.

Tabel 5.9 Tabulasi silang antara indeks massa tubuh/ body mass index dan status nutrisi berdasarkan Subjective Global Assessment

Indeks massa

Pada tabel tabulasi silang antara indeks massa tubuh dan status nutrisi

berdasarkan Subjective Global Assessment diatas, didapatkan modus/ data

terbanyak untuk semua kategori SGA terdapat pada kelompok normoweight. Pada

kategori SGA A sebanyak 18 orang, kategori SGA B sebanyak 14, dan kategori

(41)

5.2 Pembahasan

Subjective Global Assessment (SGA) merupakan suatu metode semi kuantitatif untuk menentukan status nutrisi, SGA juga sering digunakan pada

pasien hemodialisis baik untuk penelitian maupun untuk praktek klinis. Pada

penelitian ini, ditinjau dari kelompok umur pada tabel 5.1 didapatkan kelompok

umur 46 - 50 tahun merupakan modus untuk penelitian ini dengan rata-rata 43,7

tahun (10,9). Pernyataan ini kurang sesuai jika dibandingkan dengan penelitian

Ronald Visser et al di Amsterdam yang menyatakan bahwa kelompok umur 56 –

65 tahun merupakan kelompok umur yang merupakan modus pada penelitian

mereka dengan rata-rata 57 tahun (12,3). Ini kemungkinan dikarenakan perbedaan

geografis, pola hidup, dan pemahaman serta tingkat pengetahuan.

Pada tabel 5.2, sampel ditinjau berdasarkan jenis kelamin, didapatkan jenis

kelamin laki-laki merupakan modus pada penelitian ini sebanyak 51 orang

(60,7%), pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Rene’e de

Mutsert et al (2009) di Amerika yang menyatakan bahwa 61% sampel merupakan

laki-laki dalam penelitian mereka.

Pada tabel 5.3, sampel ditinjau berdasarkan lamanya sampel menjalani

hemodialisis, didapatkan modus atau data terbanyak dijumpai pada sampel yang

menjalani hemodialisis antara 3 - 20 bulan dengan rata-rata 18,3 bulan (13,4).

Pernyataan ini kurang sesuai jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya

oleh Kamyar Kalantar Zadeh et al (1999) di San Francisco yang menyatakan

bahwa rata-rata lamanya pasien menjalani hemodialisis adalah 3 tahun (2,1). Ini

kemungkinan dikarenakan pengetahuan yang berbeda, pada penelitian mereka

juga dicantumkan bahwa sampel menjalani hemodialisis 2 - 4 kali per minggu.

Perbedaan ini mungkin memperbaiki angka harapan hidup pasien.

Pada tabel 5.4, sampel ditinjau berdasarkan indeks massa tubuh,

didapatkan modus atau data terbanyak dijumpai pada kelompok normoweight

menurut BMI Asia dengan rata-rata 21,6 kg/m² (3,9). Pernyataan ini kurang sesuai

jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Habibe Sahin et al (2009)

di Pakistan yang menyatakan bahwa modus atau data terbanyak dijumpai pada

(42)

Pada tabel 5.6, sampel ditinjau dari kelompok umur tertentu yang dilihat

status nutrisinya berdasarkan SGA, didapatkan kelompok umur 46 - 50 tahun

merupakan modus untuk SGA A dan SGA C, ini mungkin dikarenakan kelompok

umur 46 - 50 merupakan modus pada penelitian ini, pernyataan ini kurang sesuai

dengan yang telah dikemukakan Faintuch et al (2006) yang menyatakan makin

meningkatnya umur, maka makin meningkat pula risiko terjadinya malnutrisi.

Pada tabel 5.7 didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih

cenderung untuk mengalami malnutrisi dibandingkan laki-laki, pernyataan ini

sesuai dengan yang telah dikemukakan Kamyar Kalantar-Zadeh et al (1999)

bahwa wanita mempunyai risiko yang lebih untuk menjadi malnutrisi

dibandingkan laki-laki.

Pada tabel 5.8, sampel ditinjau dari lamanya sampel menjalani

hemodialisis yang dilihat status nutrisinya, didapatkan bahwa modus untuk SGA

A dan SGA B adalah pada kelompok sampel yang menjalani hemodialisis antara 3

- 13 bulan dan untuk SGA C pada kelompok sampel yang menjalani hemodialisis

antara 14 - 24 bulan, pernyataan ini sesuai dengan yang telah dikemukakan Dini

Marliana pada penelitian sebelumnya di RSUP. DR. Hasan Sadikin di Bandung

yang menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar asam-asam amino pada pasien

yang telah menjalani hemodialisis lebih dari 2 tahun dibandingkan yang baru

menjalani hemodialisis.

Pada tabel 5.9, sampel ditinjau berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dan

status nutrisinya, didapatkan modus dari ketiga kelompok SGA, baik SGA A,

SGA B, dan SGA C berada pada kelompok indeks massa tubuh normoweight, ini

kemungkinan dikarenakan 48,8% sampel merupakan pasien dengan indeks massa

tubuh pada kelompok normoweight. Akan tetapi, pada kelompok pre-obese, obese

1, dan obese 2 juga terdapat pasien dengan SGA C, pernyataan ini sesuai dengan

yang telah dikemukakan Yanjun Li (2009) dari Peking University First Hospital

dalam penelitiannya bahwa tidak ada standar emas untuk menentukan status

nutrisi pada pasien hemodialisis, SGA merupakan metode yang direkomendasikan

(43)

berdasarkan SGA sebagai status nutrisi buruk tapi parameter status nutrisi lainnya

tidak begitu buruk.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan SGA sebagai parameter

menentukan status nutrisi, dari 84 sampel, didapatkan 38,1% sampel dengan

status nutrisi sedang/ curiga malnutrisi dan 22,6% sampel dengan status nutrisi

buruk, pernyataan ini didukung penelitian sebelumnya oleh Habibe Sahin et al

(2009) di Pakistan, dijumpai hasil yang hampir serupa, didapatkan 37,4% sampel

dengan status nutrisi sedang/ curiga malnutrisi dan 15,3% sampel dengan status

(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini didapat bahwa dari 84 sampel, 33 orang (39,3%)

dengan SGA A (status nutrisi baik), 32 orang (38,1%) dengan SGA B (status

nutrisi sedang/ curiga malnutrisi), dan 19 orang (22,6%) dengan SGA C (status

nutrisi buruk/ malnutrisi).

6.2. Saran

1. Saran untuk dokter dan tenaga kesehatan lain, agar melakukan pendekatan

yang lebih baik terhadap pasien hemodialisis khususnya mengenai nutrisi

pasien hemodialisis supaya status nutrisi pasien meningkat.

2. Saran untuk penelitian selanjutnya, diharapkan jumlah sampel mencakup

semua pasien hemodialisis dan menggunakan metode objektif

digabungkan dengan metode subjektif yang digunakan peneliti pada

penelitian ini sehingga cukup representatif untuk menggambarkan keadaan

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Conchol, M. and Spiegel, D.M. 2005. The Patient with Chronic Kidney Disease.

In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Sixth Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 180.

Darmawan, S., 2009. Pedoman Nutrisi dan Anjuran Diet untuk Pasien

Hemodialisis, YGDI._Available_from:

[Accessed 20 Maret 2010].

Detsky, A.S., 1987. What is Subjective Global Assessment of Nutritional Status?.

Journal of Parenteral and Enteral Nutrition 11:8-13.

Healthcommunities.com, Inc, 2001. Hemodialysis. New York:

Healthcommunities.com, Inc. Available from:

Maret 2010].

Jansen, M.A.M., Korevaar, J.C., Dekker, F.W., Jager, K.J., Boeschoten, E.W.,

and Krediet, R.T., 2001. Renal Function and Nutritional Status at the Start of

Chronic Dialysis Treatment. J Am Soc Nephrol 12: 157–163.

Kusuma, R.J., 2009. Management Diet Untuk Pasien Dengan Gagal Ginjal.

Scribd. Available from:

Mailloux, L.U. and Hendrich, W.L., 2009. Patient Survival and Maintenance

Dialysis. UpToDate literature review version 17.3.

Mutsert, R.D. et al, 2009. Subjective global assessment of nutritional status is

strongly associated with mortality in chronic dialysis patients. Am J Clin

(46)

Nerscomite, 2010. Nutrisi Pada Penderita Dialisis. Surabaya: Fakultas

Kedokteran UNAIR. Available from:

http://b11nk.wordpress.com/2009/08/24/nutrisi-pada-penderita-dialisis/#more-220. [Accessed 15 Maret 2010].

Pratomo, Hadi dan Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Depdikbud, 24-27

Purnomo, B.B. 2008. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto.

Pusat Data dan Informasi PERSI, 2003. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik, Betapa

Mahalnya. Jakarta: PDPERSI.CO.ID. Available from:

21 Maret 2010].

Roesli, R., 2008. Hipertensi, diabetes, dan gagal ginjal di Indonesia. Dalam:

Lubis, F.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan:

95-108.

Sastroasmoro, S dan Ismael S, 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Sagung Seto.

Spiegel, D.M. 2005. The Patient Receiving Chronic Reanal Replacement with

Dialysis. In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Sixth Edition.

Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 187.

Stenvinkel, P., Heimbürger, O., Lindholm, B., Kaysen, G.A., and Bergström, J.,

2000. Are there two types of malnutrition in chronic renal failure?. USA:

Nephrol Dial Transplant 15: 953-960.

Sukandar, E., 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran

UNPAD.

Wahyuni, A.S, 2007. Statistika Kedokteran Disertai Aplikasi dengan SPSS.

(47)

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Benny Harmoko

Tempat/tanggal lahir : Medan, 16 Juli 1988

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Buddha

Alamat : Jl. Jenggala No. 18 Medan

Nomor Telepon : 085261377888

Email : Benny_Harmoko@yahoo.co.id

Orang Tua : Ayah : Sutjipto Mina

Ibu : Tjoa Chin In

Riwayat Pendidikan :

Lembaga Tingkat Tahun

TK Sutomo II TK 1993-1994

SD Sutomo I SD 1995-2001

SMP Sutomo I SMP 2001-2004

SMU Sutomo I SMU 2004-2007

Fakultas Kedokteran USU

Semester 7 2007-sekarang

Riwayat Organisasi : Anggota TBM FKUSU PEMA FKUSU 2008.

Riwayat Pelatihan : 1. TBM CAMP VI 2008.

(48)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan Hormat,

Nama saya Benny Harmoko, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di

Program S1 Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

tahun 2007. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran status

gizi pada pasien yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2010.”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status nutrisi pada

pasien yang menjalani hemodialisis berkala. Saya melakukan pengambilan data

berupa kuesioner kepada saudara/i. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini

tidak akan disebarluaskan dan akan dijamin kerahasiaanya. Adapun informasi

yang saya terima tersebut hanya akan digunakan sebagai data penelitian.

Partisipasi saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Jawaban yang

saudara/i berikan akan sangat membantu saya dalam melakukan penelitian ini dan

seterusnya akan menjadi referensi terhadap pihak terkait sebagai dasar untuk lebih

mengevaluasi kembali gambaran status nutrisi pada pasien yang menjalani

hemodialisis berkala, agar nantinya dapat dicapai hasil klinis yang lebih baik.

Untuk penelitian ini saudara/i tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila saudara/i

membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Benny Harmoko

Alamat : Jl. Jenggala No. 18 Medan

No.HP : 085261377888

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

(49)

dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu

pengetahuan di masa mendatang.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan

saudara/i bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.

Medan,___-___-2010

Peneliti

(50)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (LPSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang “ Gambaran Status Gizi

pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Berkala di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2010”, dan saya telah memahaminya, maka dengan ini saya secara

sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian

tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,___-___-2010

(51)

Lampiran 4

DATA SUBJEK PENELITIAN

Nama pasien/inisial :

Jenis Kelamin : L / P *

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Suku :

Agama :

Status Perkawinan :

Pendidikan terakhir :

Tinggi/Berat Badan : cm/ kg

Lama HD : bulan

Frekuensi HD : kali/minggu

Biaya HD : biaya sendiri / ditanggung keluarga / asuransi*

Penyakit penyerta/Penyulit :

DM ( ) Penyakit Jantung ( ) PJK/CHF

Hipertensi ( ) Stroke ( )

Dislipidemia ( ) Lain-lain :

(52)

Subjective Global Assessment (SGA)

(Pilihlah kategori yang sesuai dengan tanda contreng, atau isi dengan data numerik jika terdapat tanda “#”)

A. Riwayat pasien.

1. Perubahan berat badan.

a. Penurunan berat badan dalam 6 bulan terahir = #_______kg; % berat badan yang hilang = # _______.

b. Perubahan berat badan dalam 2 minggu terakhir :_______ naik.

_______ tak berubah. _______ turun. 2. Perubahan asupan makanan (relatif dengan normal).

_______ tak ada perubahan,

_______ terdapat perubahan _______ durasi = # _______ minggu. tipe _______ diet padat suboptimal, _______, diet cairan total.

_______ diet cairan hipokalori, _______, non diet. 3. Gejala saluran pencernaan (menetap lebih dari 2 minggu).

_____ tak ada, _____ mual, _____muntah, _____diare, _____ anoreksia. 4. Kapasitas fungsional.

_______ tak ada perubahan.

_______ terdapat perubahan _______ durasi = # _______ minggu. tipe _______ bekerja tidak optimal.

_______ sanggup melakukan pekerjaan sehari- hari. _______ bedridden.

5. Penyakit dan hubungannya dengan kebutuhan asupan nutrisi.

Diagnosis primer (spesifik) : ________________________________. Depresi terhadap penyakit : _______ tak ada stress, _______ stress ringan.

_______ stress sedang, _______ stress berat. B. Pemeriksaan fisik (0= normal, 1+= ringan, 2+= sedang, 3+= berat).

# _______ kehilangan lemak dibawah kulit (triseps, dada). # _______ kehilangan protein otot (quadriceps, deltoids). # _______ edema pergelangan kaki.

# _______ edema sakral. # _______ asites.

C. Kategori SGA (pilih salah satu). _______ A = status nutrisi baik.

(53)

Lampiran 5

Jenis kelamin: 1. Laki-laki.

2. Perempuan.

Pekerjaan: 1. Pegawai Negeri Sipil (PNS).

2. Wiraswasta.

3. Ibu Rumah Tangga.

4. Mahasiswa/ Pelajar.

Status Kawin: 1. Belum menikah.

2. Sudah menikah.

3. Janda/ Duda.

Pendidikan Terakhir:

1. Tidak Sekolah.

2. SD (Sekolah Dasar).

3. SMP (Sekolah Menengah Pertama).

4. SMA/SMK (Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan).

5. D3/ S1.

6. S2.

7. S3.

Metode Pembayaran HD:

1. Asuransi/ Jamkesmas/ Askes/dll.

(54)

Inisial Nama

Jenis

Kelamin Umur Pekerjaan Suku

(55)

HarNop 1 48 1 1 2 4 162 83 37 2 1

Har 1 58 7 2 2 5 156 75 7 2 1

HeArMan 2 56 3 1 2 4 162 56 6 2 1

HeMan 2 56 7 1 2 4 156 60 7 1 3

IrSir 1 44 1 1 2 5 173 60 46 2 2

JaSem 1 51 7 1 2 4 170 63 36 1 2

Ji 2 58 3 5 3 3 159 44 4 1 1

JoSul 1 21 2 2 2 4 170 53 13 1 3

JulSar 2 29 6 1 2 4 159 47 21 1 1

Jul 1 42 2 1 2 4 165 60 33 1 1

KarSa 2 55 3 1 2 2 160 49 18 1 2

KhaSem 2 58 3 1 2 4 162 68 22 1 1

KriHu 1 52 2 1 2 4 165 57 4 6 1

KriDab 1 45 2 1 2 4 160 51 20 1 1

Le 1 42 2 1 2 2 168 42 8 1 2

AgSi 2 51 3 1 2 5 150 42 11 5 1

Bu 1 53 2 2 3 2 160 63 9 1 3

MaGin 1 28 7 1 2 4 165 47 22 1 2

Ma 2 33 3 5 2 4 163 42 13 1 2

Mas 1 58 7 5 2 3 160 49 25 2 3

MeMu 1 49 1 1 2 5 173 59 37 2 1

Mi 2 54 3 1 2 3 161 61 7 1 2

MuSeBan 1 52 7 1 2 3 159 62 11 2 2

NurTar 1 41 2 1 2 5 163 53 17 5 2

(56)

PanMa 1 51 2 1 2 2 160 51 8 1 1

Po 1 39 6 1 2 4 165 80 6 1 1

PuSem 1 47 2 1 2 4 168 81 21 1 3

MeSaSem 2 27 4 1 1 4 160 55 10 6 3

Re 2 47 7 1 2 5 155 57 37 2 2

ReSem 2 36 3 1 2 2 165 41 18 1 3

ReGin 1 41 5 1 2 4 165 62 36 1 2

RiNad 2 34 3 1 2 3 154 52 22 1 3

Ri 1 40 2 2 2 4 167 53 24 2 1

Ro 2 55 3 5 2 3 150 42 5 2 3

RosHa 2 23 2 1 1 4 157 40 24 1 3

RuAr 2 50 3 1 2 3 161 51 4 1 1

RuSi 1 56 1 1 2 5 158 54 22 2 2

Sa 2 23 3 5 1 3 162 45 33 1 1

Sar 1 37 5 2 2 2 170 47 4 1 1

Sem 1 40 7 1 2 5 170 80 9 1 1

Sof 1 46 2 2 2 4 163 55 3 3 2

Sr 2 35 5 1 2 4 160 50 18 1 3

SuGin 2 39 6 1 2 4 164 73 18 2 2

SuEd 1 58 1 2 2 4 178 102 18 2 3

SuHar 1 56 7 2 2 4 175 56 13 2 2

Su 1 49 6 1 2 4 162 65 4 5 2

Sul 1 31 5 1 2 4 177 59 25 1 1

Sum 1 46 1 2 3 4 166 65 13 2 1

(57)

Sp 1 59 7 2 2 3 165 63 32 2 2

Sur 1 51 6 2 2 4 170 67 4 5 1

Sy 1 46 2 2 2 3 160 57 84 1 1

Tar 2 48 3 1 2 2 159 48 11 1 1

TomPan 1 21 4 1 1 4 170 58 24 2 1

TrLes 2 28 6 2 1 4 166 54 16 1 2

Us 1 57 2 5 2 3 169 54 4 1 2

Usm 1 54 1 1 2 4 165 71 26 2 2

Wan 2 33 2 1 3 2 160 51 12 1 2

WisSuh 2 47 3 1 2 2 159 47 10 1 2

Yun 1 24 7 5 1 4 173 69 6 1 1

(58)

Lampiran 6

range umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 21 - 25 8 9.5 9.5 9.5

26 - 30 5 6.0 6.0 15.5

31 - 35 8 9.5 9.5 25.0

36 - 40 9 10.7 10.7 35.7

41 - 45 9 10.7 10.7 46.4

46 - 50 18 21.4 21.4 67.9

51 - 55 13 15.5 15.5 83.3

56 - 60 14 16.7 16.7 100.0

Total 84 100.0 100.0

Statistics

Umur pasien hemodialisis

N Valid 84

Missing 0

Mean 43.71

Std. Deviation 10.891

Jenis kelamin pasien hemodialisis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 51 60.7 60.7 60.7

Perempuan 33 39.3 39.3 100.0

(59)

Lama hemodialisis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 - 20 50 59.5 59.5 59.5

21 - 38 31 36.9 36.9 96.4

39 - 56 1 1.2 1.2 97.6

57 - 74 1 1.2 1.2 98.8

75 - 92 1 1.2 1.2 100.0

Total 84 100.0 100.0

Statistics

Lama hemodialisis

N Valid 84

Missing 0

Mean 18.33

Std. Deviation 13.429

Klasifikasi IMT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Underweight 15 17.9 17.9 17.9

Normoweight 41 48.8 48.8 66.7

Pre-obese 15 17.9 17.9 84.5

Obese I 8 9.5 9.5 94.0

Obese II 5 6.0 6.0 100.0

(60)

Statistics

Indeks massa tubuh

N Valid 84

Missing 0

Mean 21.5751

Std. Deviation 3.92490

Subjective global assessment

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SGA A (status nutrisi baik) 33 39.3 39.3 39.3

SGA B (status nutrisi sedang/

curiga malnutrisi)

32 38.1 38.1 77.4

SGA C (status nutrisi buruk) 19 22.6 22.6 100.0

Total 84 100.0 100.0

range umur * Subjective global assessment Crosstabulation

(61)

Jenis kelamin pasien hemodialisis * Subjective global assessment Crosstabulation

Lama hemodialisis * Subjective global assessment Crosstabulation

(62)

Klasifikasi IMT * Subjective global assessment Crosstabulation

Count

Subjective global assessment

Total SGA A (status

nutrisi baik)

SGA B (status

nutrisi sedang/

curiga malnutrisi)

SGA C (status

nutrisi buruk)

Klasifikasi IMT Underweight 4 7 4 15

Normoweight 18 14 9 41

Pre-obese 6 6 3 15

Obese I 3 3 2 8

Obese II 2 2 1 5

Gambar

Tabel 1 Rekomendasi kebutuhan nutrien.
Tabel 1 Kategori BMI.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel menurut Umur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel menurut Jenis Kelamin
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

Penulis membuat aplikasi ini dengan menggunakan program Vusual Basic 5.0 dimana VB merupakan salah satu aplikasi dalam system windows yang menggunakan pendekatan visual

Oleh karena itu untuk mengembangkan keprofesian guru di wilayah kabupaten Garut, maka KKG GUGUS ...kabupaten Garut akan melaksanakan kegiatan diseminasi praktik pembelajaran yang

Program Aplikasi ini diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan keakuratan penyajian informasi laporan Penjualan sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pihak

[r]

Rancangan pengembangan produk yang akan dilaksanakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan penggunaan produk yaitu untuk menambah kreatifitas pendidik dan

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Uiian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam.. Bidang Ilmu

Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur