• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Analisa Kadar Vitamin C Dan Kadar Beta Karoten Dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk Antara Tanaman Terung Belanda (Solanum Betaceaum CAV.) Dengan Tanaman Lancing (Solanum Mauritianum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Analisa Kadar Vitamin C Dan Kadar Beta Karoten Dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk Antara Tanaman Terung Belanda (Solanum Betaceaum CAV.) Dengan Tanaman Lancing (Solanum Mauritianum)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ANALISA KADAR VITAMIN C DAN KADAR BETA

KAROTEN DARI BUAH TERUNG BELANDA HASIL

SAMBUNG PUCUK ANTARA TANAMAN TERUNG

BELANDA (

Solanum betaceaum Cav.

)

DENGAN TANAMAN LANCING

(

Solanum

mauritianum

)

SKRIPSI

IRMA SAFITRI

070802022

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

STUDI ANALISA KADAR VITAMIN C DAN KADAR BETA

KAROTEN DARI BUAH TERUNG BELANDA HASIL

SAMBUNG PUCUK ANTARA TANAMAN TERUNG

BELANDA (

Solanum betaceaum Cav.

)

DENGAN TANAMAN LANCING

(

Solanum

mauritianum

)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

IRMA SAFITRI

070802022

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : STUDI ANALISA KADAR VITAMIN C DAN

KADAR BETA KAROTEN DARI BUAH TERUNG BELANDA HASIL SAMBUNG PUCUK ANTARA

TANAMAN TERUNG BELANDA (Solanum

betaceaum Cav.) DENGAN TANAMAN LANCING (Solanum mauritianum)

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Maret 2013

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr.Yuniarti Yusak, M.S Dra. Emma Zaidar, M.Si NIP. 194901271980022001 NIP. 195512181987012001

Diketahui/Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

STUDI ANALISA KADAR VITAMIN C DAN KADAR BETA

KAROTEN DARI BUAH TERUNG BELANDA HASIL

SAMBUNG PUCUK ANTARA TANAMAN TERUNG

BELANDA (

Solanum betaceaum Cav.

)

DENGAN TANAMAN LANCING

(

Solanum

mauritianum

)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Maret 2013

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji beserta syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta dan tersayang, Ayahanda T. Fuadi dan Ibunda Nurjannah yang telah membesarkan dengan kasih sayang dan mendidik Penulis agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi agama dan bangsa serta bermanfaat bagi orang lain. Dan terima kasih juga kepada suamiku Ayudi yang selalu mendampingi serta memberi kasih sayang, perhatian dan do’a restunya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada anakku Fabian Naya serta adik-adikku yang tercinta T. Julian Fajar, T. Fakhrur Reza dan Cut Dhavira Ulwani yang selalu memberi semangat serta do’anya kepada Penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr.Yuniarti Yusak, M.S selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan penuh kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, M.S dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU yang telah mensahkan skripsi ini. Dr. Darwin Yunus Nasution selaku Dosen Wali Penulis yang telah banyak membantu selama Penulis dalam masa studi untuk program sarjana (SI) di FMIPA USU, dan juga kepada seluruh Dosen Departemen Kimia FMIPA USU yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat Penulis Destia Saera Daulay dan Ratih Paramitha serta sahabatku stambuk 2007, kakak-kakak dan abang-abang stambuk 2006 dan 2005, serta adik-adik stambuk 2008, 2009 dan 2010 atas dukungan dan do’a yang diberikan kepada Penulis. Kepada asisten dan laboran di Laboratorium Biokimia/KBM FMIPA USU terima kasih atas dukungan dan ide-ide yang diberikan kepada Penulis. Dan terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu Penulis dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak demi terciptanya kesempurnaan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kita dan memberikan kebahagian bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

(6)

ABSTRAK

(7)

STUDIES OF ANALYSIS OF VITAMIN C AND BETA CAROTENE LEVELS OF TAMARILLO FRUIT OF GRAFTING OUTCOMES

BETWEEN TAMARILLO FRUIT (Solanum betaceaum Cav.) WITH LANCING FRUIT (Solanum mauritianum)

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

2.1 Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceaum Cav.) 5

2.1.1 Klasifikasi Terung Belanda 5

2.1.2 Daerah Tumbuh 6

2.1.3 Morfologi Tumbuhan 7

2.1.4 Komposisi Kimia 8

2.1.5 Manfaat dan Kegunaan Terung Belanda 9 2.2 Tanaman Lancing (Solanum mauritianum) 10

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Lancing 11

2.3 Teknologi Sambung Pucuk 12

2.4 Vitamin C 13

2.4.1 Sumber dan Peranan Vitamin C 14

2.4.2 Manfaat dan Defisiensi Vitamin C 14

2.4.3 Biosintesa Vitamin C 17

(9)

2.5 β-karoten 19

3.2 Prosedur Penelitian 26

3.2.1 Pengambilan Sampel 26

3.2.2 Pembuatan Larutan Pereaksi 26

3.2.2.1 Pembuatan Indikator Amilum 1% 26 3.2.2 2 Pembuatan I2

3.3 Parameter yang diamati 27

0,01 N 26

3.3.1 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda 27 3.3.2 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Lancing 27 3.3.3 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda

Hasil Sambung Pucuk 28

3.3.4 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda 28 3.3.5 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Lancing 28 3.3.6 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda

Hasil Sambung Pucuk 29

3.4 Bagan Penelitian 30

3.4.1 Pembuatan Ekstrak Buah Terung Belanda 30

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Buah Lancing 30

3.4.3 Pembuatan Ekstrak Buah Terung Belanda Hasil Sambung

pucuk 30

3.4.4 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda 31 3.4.5 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Lancing 32 3.4.6 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda

Hasil Sambung Pucuk 33

3.4.7 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda 34 3.4.8 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Lancing 34 3.4.9 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda

Hasil Sambung Pucuk 35

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 36

4.1 Hasil Penelitian 36

4.1.1 Hasil Analisa Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda, Buah Lancing dan Buah Terung Belanda Hasil

Sambung Pucuk 36

(10)

Buah Lancing dan Buah Terung Belanda Hasil

Sambung Pucuk 37

4.2 Perhitungan 37

4.2.1 Perhitungan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda

Hasil Sambung Pucuk 37

4.2.2 Perhitungan Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda

Hasil Sambung Pucuk 38

4.3 Pembahasan 38

4.3.1 Penurunan Kadar Vitamin C pada Buah Terung Belanda

Hasil Sambung Pucuk 39

4.3.2 Peningkatan Kadar ß-karoten pada Buah Terung Belanda

Hasil Sambung Pucuk 40

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 41

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 42

Daftar Pustaka 43

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Dalam 100 g Terung Belanda 9 Tabel 4.1 Data Analisa Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda, Buah

Lancing dan Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk 36 Tabel 4.2 Data Analisa Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda, Buah

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Buah Terung Belanda 5

Gambar 2.2 Tanaman Lancing 11

Gambar 2.3 Struktur Vitamin C 13

Gambar 2.4 Biosintesa Vitamin C di dalam Tumbuhan 17

Gambar 2.5 Reaksi antara Vitamin C dan Iodium 18

Gambar 2.6 Reaksi antara Vitamin C dan 2,6 D (2,6 Na-dikhlorofenol

indofenol) 19

Gambar 2.7 Struktur β-karoten 19

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Tanaman Terung Belanda, Tanaman Lancing dan Tanaman

Perpaduannya 46

Lampiran B. Sampel Penelitian 48

Lampiran C. Data Hasil Analisa Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda, Buah Lancing dan Buah Terung Belanda Hasil

Sambung Pucuk 49

(14)

ABSTRAK

(15)

STUDIES OF ANALYSIS OF VITAMIN C AND BETA CAROTENE LEVELS OF TAMARILLO FRUIT OF GRAFTING OUTCOMES

BETWEEN TAMARILLO FRUIT (Solanum betaceaum Cav.) WITH LANCING FRUIT (Solanum mauritianum)

ABSTRACT

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Terung Belanda awalnya dikenal dengan nama Chypomandra betaceae (Cav.), akan

tetapi kemudian direvisi oleh Sendtner menjadi Solanum betaceaum Cav. yang

termasuk dalam famili Solanaceae. Terung Belanda (Solanum betaceaum Cav.)

merupakan tanaman jenis terung-terungan dari famili Solanaceae. Terung Belanda

tumbuh di Indonesia hanya pada beberapa daerah terutama di Berastagi kabupaten

Karo Sumatera Utara. Terung Belanda merupakan tanaman yang bernilai komersial,

sehingga perlu dikembangkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Solanum mauritianum atau Lancing adalah berupa pohon kecil atau semak dari

Amerika Selatan, termasuk Argentina Utara, Brazil Selatan, Paraguay dan Uruguay.

Tanaman ini memiliki waktu hidup hingga tiga puluh tahun dan dapat tumbuh hingga

mencapai 33 kaki. Tanaman ini memiliki daun oval yang besar berwarna hijau ke

abu-abuan. Bunganya berwarna ungu dengan berwarna kuning di tengah. Tumbuhan ini

dapat berbunga sepanjang tahun dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.

(Wikipedia, diakses Oktober 2010)

Bioteknologi tanaman secara konvensional sudah banyak diaplikasikan untuk

mengatasi permasalahan pangan seperti sambung pucuk. Dalam proses

penyambungan, terjadi penggabungan dua jaringan hidup antara batang atas dan

batang bawah. Tanaman hasil penyambungan akan memiliki sifat-sifat yang lebih

(17)

Inovasi dan ilmu penunjang dalam bioteknologi terus berkembang. Beberapa

penelitian tentang adanya pengaruh batang atas terhadap batang bawah telah

dilakukan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rieska Handayani dan Ribu

Surbakti (2002) yang berhasil melakukan sambung pucuk antara tanaman Tomat

dengan tanaman Kentang dengan tingkat keberhasilan 24%. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Evariani (2011) yang melakukan analisis karbohidrat produk

biosintesis pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk antara Terung Belanda

(Chiphomandra betaceae) dengan Rimbang (Solanum torvum swartz). Hasil analisis

karbohidrat terhadap buah dari tanaman baru Terung Belanda dan Rimbang

menunjukan bahwa terjadi peningkatan kadar karbohidrat pada buah tanaman baru

Terung Belanda sebesar 40,09 %. E. safitri dan Ribu Surbakti (2000) melakukan

metode yang sama pada pembuatan hibrida antara tanaman Ubi Kayu dengan tanaman

Ubi Kayu racun dengan tingkat keberhasilan 93% dan tingkat produksi Ubi Kayu

yang dihasilkan mencapai 3 kali lipat, dengan kadar karbohidratnya juga naik menjadi

60,8% karena terjadi penambahan umur sehingga proses fotosintesis semakin

sempurna.

Metode sambung pucuk dapat dilakukan antara dua varietas tanaman yang

masih dalam spesies yang sama, dan dapat juga dilakukan antara dua tanaman yang

berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Agustina (2004) melakukan

sambung pucuk antara Jeruk dengan Jeruk dengan tujuan menghasilkan bibit unggul.

Selanjutnya Makhziah dan Mulyani (2008) melakukan sambung pucuk Waluh dengan

Melon sehingga meningkatkan kadar glukosa buah Melon 7,79 %.

Dalam hal ini dilakukan sambung pucuk antara tanaman Terung Belanda

dengan tanaman Lancing karena kedua tanaman tersebut masih dalam satu famili.

Kedua tanaman yang disatukan tersebut masing-masing memiliki keunggulan.

Tanaman Terung Belanda yang merupakan batang atas mempunyai kelebihan dari

segi kelebatan buah, buah yang dihasilkan kaya akan nutrisi yang diperlukan oleh

tubuh, serta responsif terhadap pupuk kandang dan tempat-tempat kering. Sedangkan

keunggulan dari tanaman Lancing yang merupakan batang bawah adalah mempunyai

perakaran yang kuat sehingga dapat menopang tanaman Terung Belanda sebagai

(18)

memiliki umur yang panjang sampai puluhan tahun sehingga dapat dilakukan

peremajaan tanpa menebang pohon tua dan tidak memerlukan bibit yang baru.

Tarigan dan Pintubatu (2006) sudah mencoba menyambung pucuk tanaman Terung

Belanda dengan tanaman Rimbang agar pohon Terung Belanda tidak rubuh saat

berbuah. Lahimsjah (2009) menyambung pucuk Terung, Tomat dan Cabe ke batang

Rimbang (takokak) dengan alasan seni dan keindahan. http://repository.usu.ac.id

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elly Suryani Harahap (2011) yang

menunjukkan adanya kandungan solasodin di dalam buah Terung Belanda hasil

sambung pucuk antara tanaman Terung Belanda dengan tanaman Lancing yang sangat

berpengaruh terhadap tingkat kehamilan mencit. Disamping itu, Terung Belanda juga mengandung banyak kadar nutrisi seperti vitamin C dan β-karoten. Kemungkinan Terung Belanda sambung pucuk juga mengandung komponen yang sama sehingga peneliti tertarik ingin mengetahui kadar vitamin C dan kadar β-karoten di dalam buah Terung Belanda hasil sambung pucuk antara tanaman Terung Belanda (Solanum

beteceaum Cav.) dengan tanaman Lancing (Solanum mauritianum) karena

komponen-komponen tersebut mempunyai khasiat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini

apakah buah Terung Belanda hasil sambung pucuk antara tanaman Terung Belanda

dengan tanaman Lancing dapat menghasilkan suatu tanaman baru yang mempunyai

kadar vitamin C dan kadar β-karoten yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman

asalnya.

1.3Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah parameter uji yang dilakukan pada

buah Terung Belanda hasil sambung pucuk antara tanaman Terung Belanda dengan

(19)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kandungan vitamin C dan β

-karoten dari buah Terung Belanda yang dihasilkan dari sambung pucuk antara

tanaman Terung Belanda dengan tanaman Lancing.

1.5Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat khususnya petani

untuk membudidayakan tanaman Terung Belanda hasil sambung pucuk dengan

tanaman Lancing sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman Terung Belanda

yang memiliki kadar nutrisi yang lebih baik di bandingkan dengan tanaman asalnya.

1.6Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, yang dilakukan dengan

mempersiapkan Terung Belanda hasil sambung pucuk antara tanaman Terung Belanda

sebagai batang atas dan tanaman Lancing sebagai batang bawah yang diperoleh dari

Fakultas Pertanian Universitas Quality di Kabanjahe, Sumatera Utara. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan untuk proses analisis adalah sebagai berikut:

1. Analisa kadar vitamin C dilakukan dengan metode Iodometri.

2. Analisa kadar β-karoten dilakukan dengan metode spektrofotometer

UV-Visibel

1.7Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan Makanan FMIPA

USU untuk analisa kadar vitamin C dan Laboratorium PT. Jasindo Testing Services

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceaum Cav.)

Terung Belanda Solanum betaceaum (syn Cyphomandra betaceae) merupakan salah

satu tanaman perdu famili Solanaceae. Terung Belanda dikenal dengan nama

Tamarillo yang diadopsi dari New Zealand yang dijadikan nama standar yang

digunakan dalam standar industri perdagangan.

2.1.1 Klasifikasi Terung Belanda

Gambar 2.1 Terung Belanda

Klasifikasi

(21)

Subkingdom : Tracheobionta

Spesies : Solanum betaceaum Cav.

(Departemen Kesehatan dan Kesehatan Sosial, 2001)

2.1.2 Daerah Tumbuh

Terung Belanda merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada ketinggian antara

1000-1800 m di atas permukaan laut sehingga dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis.

Pada dataran rendah, pohon Terung Belanda tidak mampu berbunga, sedangkan pada

daerah sejuk dapat mendorong pembungaan.

Tanaman ini berbuah matang pada musim dingin di daerah subtropis, dan jika

ditanam di daerah tropis buah matang setelah udara dingin. Terung Belanda tumbuh

baik di daerah yang memiliki drainase baik, kandungan organik dan kelembapan

sedang serta tidak tahan terhadap genangan air. Pohonnya berbuah lebat, berumur

panjang dan responsif terhadap pupuk kandang dan tempat-tempat kering. Pohon

Terung Belanda mulai berbuah setelah 1,5-2 tahun dan usia produktifnya antara 5-6

tahun. (Anonim, diakses 2009)

Terung Belanda merupakan buah nonklimaterik yang tidak akan mudah rusak

setelah pemanenan. Pada buah-buahan nonklimaterik, produksi karbondioksida dan

gas etilen setelah pemanenan sangat rendah dan tidak terjadi peningkatan selama

tahap pematangan. Lama musim panen Terung Belanda selama 6-7 bulan atau lebih.

(22)

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Tanaman ini memiliki daun yang berbulu berbentuk hati besar dan berwarna hijau.

Daun yang hijau ini akan mudah sekali dirusak oleh terpaan angin yang kencang.

(Kumalaningsih, 2006)

Bunga Tamarillo akan muncul pada akhir musim gugur sampai pada awal

musim semi. Warnanya pink dan terletak pada ujung cabang batang serta biasanya

berkelompok. Tanaman ini memiliki benang sari dan putik serta kelopak bunga yang

berwarna ungu hijau. Tanaman ini melakukan penyerbukan sendiri tetapi kadang juga

dibantu oleh lebah dan angin meskipun sangat kecil kemungkinannya.

(Kumalaningsih, 2006)

Tanaman ini memiliki tangkai panjang, satu dengan lainnya tumbuh sendirian

atau ada yang berkelompok sebanyak 3-12. Buahnya berbentuk seperti telur dengan

ukuran panjang antara 5-6 cm dan lebarnya di atas 5 cm. Warna kulitnya ada yang

ungu gelap, merah darah, oranye atau kuning dan ada yang masih memiliki garis

memanjang yang tidak jelas. Terung Belanda yang masih mentah berwarna hijau agak

abu-abu. Warna ini akan berubah menjadi merah kecoklatan apabila buah sudah

matang.

Di dalam buah ini terdapat daging buah yang tebal berwarna kekuningan

dibungkus oleh selaput tipis yang mudah dikelupas. Rasa buah ini seperti Tomat dan

tekstrurnya seperti buah Plum dengan kandungan gizi yang relatif tinggi karena

banyak mengandung vitamin A, C dan serat. Lapisan luar dari daging buah banyak

mengandung air, sedikit kasar dan sedikit mengandung rasa manis. Biji buah ini keras,

berwarna coklat muda sampai hitam. Bentuk biji agak tumpul, bulat dan kecil, tetapi

(23)

2.1.4 Komposisi Kimia

Terung Belanda pada awalnya dikenal dengan nama Chypomandra betaceae (Cav.),

akan tetapi kemudian direvisi oleh Sendtner menjadi Solanum betaceaum Cav. yang

termasuk dalam famili Solanaceae. Dalam 100 g Terung Belanda mengandung

82,7-87,8 g air; protein 1,5 g; lemak 0,06-1,28 g; karbohidrat 10,3 g; serat 1,4-4,29 g; abu

0,66-0,94 mg; β-karoten 50 mg; vitamin A 540 µg; dan vitamin C 23,3-44,9 mg. Jika

buah ini dimasak, maka sebagian besar vitamin C akan hilang. (D. Suprihartini, 2007)

Terung Belanda adalah buah yang mempunyai kandungan nutrisi yang sangat

baik, berisi beberapa kandungan vitamin yang sangat penting serta kaya akan besi dan

potasium, kandungan sodium yang rendah serta berisi kurang dari 40 kalori (kurang

lebih 160 kJ). Oleh karena kelengkapan dari kandungan gizi pada Tamarillo, maka di

Amerika Serikat buah Terung Belanda terkenal sebagai buah yang mengandung

rendah kalori, sumber serat, bebas lemak (jenis reds) atau rendah lemak (jenis

golden), bebas kolesterol dan sodium dan sumber vitamin C dan E yang sempurna.

(Kumalaningsih, 2006)

Terung Belanda selain kaya akan air juga mengandung provitamin A dan

vitamin C serta mineral penting seperti potasium, fosfor dan magnesium yang mampu

menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. (Anonim, diakses 2008)

Buah Terung Belanda juga mengandung senyawa-senyawa seperti beta

karoten, antosianin dan serat. Diantara senyawa antioksidan yang dikandungnya, beta

karoten mempunyai peranan yang sangat penting karena paling tahan terhadap

serangan radikal bebas. Beta karoten merupakan salah satu jenis karotenoid yang

banyak terdapat pada buah-buahan. Senyawa ini akan dikonversikan menjadi vitamin

A (retinol) di dalam tubuh sehingga sering juga disebut sebagai provitamin A.

(Kumalaningsih, 2006)

Menurut Kumalaningsih (2006), hasil analisis lengkap kandungan gizi buah

(24)

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi dalam 100 g Terung Belanda

Kandungan

Nutrisi Terung Belanda (tiap 100 g)

Vitamin A 540-5600 µg

Potasium (kalium) 0.28-0.38 mg

Kalsium 6-18 mg

2.1.5 Manfaat dan Kegunaan Terung Belanda

Manfaat buah Terung Belanda adalah:

1. Mencegah kerusakan sel-sel dan jaringan tubuh penyebab berbagai

penyakit seperti kanker, tumor dan lain-lain.

2. Melancarkan penyumbatan pembuluh darah (arterisklorosis) sehingga

dapat mencegah penyakit jantung dan stroke serta dapat menormalkan

tekanan darah.

(25)

4. Meningkatkan stamina, daya tahan tubuh dan vitalitas.

5. Dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

Terung Belanda kaya akan provitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan

vitamin C untuk mengobati sariawan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Mineral

seperti potasium, fosfor dan magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan

tubuh. Serat yang tinggi dalam Terung Belanda bermanfaat untuk mencegah kanker

dan sembelit atau konstipasi. Komponen lainnya yang terkandung di dalam Terung

Belanda adalah vitamin E dan senyawa fenolik (termasuk antosianin dan flavonoid

lainnya) serta karotenoid.

Di dalam buah Terung Belanda juga mengandung antosianin yang merupakan

antioksidan yang kuat dan dapat menangkal berbagai radikal bebas. Antosianin pada

buah-buahan bukan saja mempunyai sifat antioksidan yang tinggi tetapi turut

bertindak sebagai anti radang, anti bakteri, anti kanker (bagi pencegahan kanker),

memperbaiki fungsi penglihatan, anti tumor dan juga anti penuaan.

Menurut Hasan (2009), buah yang baik untuk diolah adalah pada tingkat

kematangan 75-100% matang, tidak rusak, tidak busuk ataupun pecah. Buah Terung

Belanda digunakan menurut berbagai cara, seperti masakan yang lezat dan makanan

yang manis-manis. Buah mentah dapat digunakan untuk masakan kari dan sambal,

sedangkan buah matang untuk sirup, jus, sup, adonan pengisi dan untuk rujak. Buah

yang di belah dapat digunakan sebagai bumbu. Buah yang sudah dimatangkan

sebaiknya juga dapat digunakan untuk menghasilkan sirup, jeli, selai, pencuci mulut

dan sebagai hiasan es krim yang berkualitas baik. (Anonim, diakses 2008)

2.2 Tanaman Lancing (Solanum mauritianum)

Solanum mauritianum adalah pohon kecil atau semak dari Amerika Selatan, termasuk

Argentina Utara, Brasil Selatan, Paraguay dan Uruguay. Tanaman dapat tumbuh

hingga tiga puluh tahun. Memiliki daun besar berbentuk oval dan berwarna abu-abu

(26)

Tanaman dapat berbunga sepanjang tahun dan berbuah pada akhir musim semi

hingga awal musim panas. Tanaman ini toleran terhadap berbagai jenis tanah dan

dengan cepat berkembang jika ditanam di sekitar perkebunan, hutan, semak dan lahan

terbuka.

Tanaman ini mengandung senyawa glykoalkaloid, solasodina, dengan

kandungan tertinggi pada buah mentah hijau (2% - 3,5% berat kering). Solaurisin,

Solaurisidin, dan Solasodamin juga telah ditemukan di Solanum mauritianum.

(Anonim, diakses 2010)

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Lancing

Gambar 2.2 Tanaman Lancing

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae magnoliophyta

Klass : Eudicots

Subklass : Asterids

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

(27)

Selain itu tanaman ini juga memiliki sejumlah sinonim: • Solanum auriculatum

Solanum carterianum Solanum pulverulentumSolanum tabaccifolium

Solonum verbascifolium (Anonim, diakses 2010)

2.3 Teknologi Sambung Pucuk

Sambung pucuk (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan

sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai

satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau

tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan

disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.

Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan

merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik

itu berupa tunas pucuk atau tunas samping. Penyambungan batang bawah dan batang

atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies

yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada tanama

kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang berlainan

spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman mangga (Mangifera indica)

disambung dengan tanaman kweni (Mangifera odorata).

http://bogortabulampot.wordpress.com/plant-propagation/

Metode sambung pucuk atau grafting merupakan perbanyakan tanaman

gabungan antara perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu

bagian vegetatif (cabang/ranting) tanaman yang berasal dari satu famili. Kedua

tanaman (bagian tanaman) yang disatukan masing-masing mempunyai keunggulan

misalnya dari segi kelebatan buah, ukuran besar dan rasa/khasiat serta ketahanan

(28)

Manfaat sambung pucuk pada tanaman:

1. Memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan

tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan

produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah

(tanaman berumur panjang) serta menghasilkan tanaman yang sifat

berbuahnya sama dengan induknya.

2. Mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik,

tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua,

misalnya tanaman melinjo.

3. Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit

baru dan menghemat biaya eksploitasi

2.4 Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176 dengan rumus molekul

C6H8O6

Struktur vitamin C:

. Bersifat larut dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol. Pada pH

rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi,

terlebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, dan

temperatur yang tinggi. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dehidroaskorbat.

O = C

(29)

2.4.1 Sumber dan Peranan Vitamin C

Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan, terutama

buah-buahan segar. Karena itu vitamin C sering disebut Fresh Food Vitamin. Buah

yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C nya. Semakin tua buah

semakin berkurang kandungan vitaminnya. Bayam, brokoli, cabe hijau dan kubis juga

merupakan sumber yang baik, bahkan juga setelah dimasak. Sebaliknya beberapa jenis

bahan pangan hewani seperti susu, telur, daging, ikan, dan unggas sedikit sekali

kandungan vitamin C nya. Air susu ibu yang sehat mengandung enam kali lebih

banyak vitamin C nya dibandingkan susu sapi.

Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen. Kolagen

merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian

dalam tulang, dentin dan vascular endothelium. Penjagaan agar fungsi itu tetap

mantap banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh.

Peranannya adalah dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan

infeksi dan stress. (F.G. Winarno, 1992)

2.4.2 Manfaat dan Defisiensi Vitamin C

Manfaat utama vitamin C adalah sebagai antioksidan, pembentukan semacam jaringan

tubuh, terutama untuk pembentukan jaringan ikat. Jaringan ikat adalah bahan

pembungkus terpisah yang melindungi dan menyangga berbagai organ. Asam

askorbat membantu absorpsi zat besi dalam usus. (P.M. Gaman, 1992)

Vitamin C selain sebagai anti oksidan juga dapat memperbaiki sel tubuh dan

jaringan yang rusak akibat radikal bebas. Dalam merawat kecantikan, vitamin C

mempunyai peranan penting dalam melancarkan peredaran darah sehingga kulit

terlihat lebih segar. Vitamin ini juga akan merangsang pembentukan kolagen kulit dan

menjaganya dari kerusakan. Vitamin C mempunyai sifat sebagai walter holder

(menyimpan air) sehingga mampu menjaga kelembaban kulit dan mencegahnya dari

(30)

Mengkonsumsi vitamin C secara tepat dan teratur, dapat menghambat proses

penuaan dini, menghaluskan kulit, sekaligus menghambat kerja enzim tirosin, yaitu

enzim yang bertugas membantu pembentukan pigmen di kulit. Jika proses pigmentasi

terhambat, kulit pun terlihat lebih bersih dan cerah. Dari sekian banyak manfaat yang

telah dijabarkan, ternyata masih banyak lagi manfaat dari vitamin C yang belum

terungkap, seperti dikutip Besthealthmag berikut ini:

1. Mencegah stroke

Ada banyak bukti bahwa antioksidan yang tinggi yang terdapat di dalam

buah-buahan dan sayuran membantu menangkal penyakit radiovaskular. Namun

beberapa studi penting bahwa mereka dengan tingkat vitamin C tertinggi di dalam

tubuh mereka berada pada resiko terendah untuk menderita stroke.

2. Melawan kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa wanita yang mengasup banyak

vitamin C dari makanan seperti buah-buahan dan sayuran (bukan suplemen),

memiliki resiko lebih rendah terkena kanker payudara. Bahkan beberapa riset

mengindikasikan bahwa vitamin C sebagai racun bagi sel-sel kanker tertentu.

3. Meningkatkan mood

Sejak dulu sudah diketahui bahwa kekurangan vitamin C dapat menyebabkan

perubahan psikologis. Belum lama ini peneliti dari Mc. Gill University

menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin C (500 mg dua kali sehari) bagi

pasien rawat inap yang kekurangan vitamin C, secara signifikan membantu

meningkatkan suasana hati mereka.

4. Memperbaiki kulit

Vitamin C adalah antioksidan yang paling banyak dibutuhkan oleh kulit, dimana

vitamin C tersebut membantu menetralkan radikal bebas yang terbentuk akibat

paparan sinar matahari dan usia. Pemberian vitamin C yang dikombinasikan

dengan bahan lain, dapat memperbaiki beberapa tanda-tanda penuan termasuk

garis-garis halus, pigmentasi yang tidak merata, warna dan tekstur kulit. (Kompas,

diakses 2012)

Penyakit atau gejala yang tampak, yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C

adalah:

(31)

2. Mudah terjadi luka dan infeksi tubuh, dan jika sudah terjadi sukar untuk

disembuhkan

3. Hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak

4. Pembentukan tulang yang tidak normal pada bayi dan anak-anak

5. Kulit mudah mengelupas. (A. Poedjiadi, 2006)

Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan kita masuk ke

dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Karena itu bila

seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah yang besar (megadose) sebagian

besar akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut biasa mengkonsumsi makanan

yang bergizi tinggi. Tetapi sebaliknya, bila sebelumnya orang tersebut buruk keadaan

gizinya, maka sebagian besar dari jumlah itu ditahan oleh jaringan tubuh. (F.G.

Winarno, 1992)

Widya Karya Pangan Nasional Nas-LIPI, 1978, menyarankan konsumsi

vitamin C perhari untuk anak-anak dan orang dewasa Indonesia antara 20-30 mg,

sedangkan untuk ibu mengandung dan menyusui perlu ditambah 20 mg.

Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut.

Penyakit skorbut biasanya jarang terjadi pada bayi, bila terjadi pada anak-anak,

biasanya pada usia setelah 6 bulan dan di bawah 12 bulan. Gejala-gejala penyakit

skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi dan demam, dan timbul

penyakit, pelunakan pembengkokan kaki bagian paha. Pada anak yang giginya telah

tumbuh, gusinya membengkak, empuk, dan terjadi pendarahan.

Pada orang dewasa, skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita

kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan

pendarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, dan deformasi tulang. Akibat

yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat lepas. Penyakit

sariawan yang akut dapat disembuhkan dalam beberapa waktu dengan pemberian 100

sampai 200 mg vitamin C perhari. Bila penyakit sudah kronik diperlukan waktu lebih

lama untuk penyembuhannya. (F.G. Winarno, 1992)

(32)

Skorbut dalam bentuk berat sekarang jarang terjadi karena sudah diketahui

cara mencegahnya dan mengobatinya. Tanda-tanda awal antara lain lelah, lemas,

lemah, nafas pendek, kejang otot, tulang otot persendian sakit, serta kurang nafsu

makan, kulit menjadi kering, kasar dan gatal. Warna merah kebiruan di bawah kulit,

pendarahan gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut serta mata kering, dan

rambut rontok. Disamping itu luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang-kadang

jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf. Gangguan

saraf dapat terjadi berupa histeria, depresi diikuti oleh gangguan psikomotor. Gejala

skorbut terlihat bila taraf asam askorbat dalam serum turun di bawah 0,20 mg/dl. (S.

Almatsier, 2004)

2.4.3 Biosintesa Vitamin C

(33)

2.4.4 Analisa Vitamin C

Penentuan kadar vitamin C dapat ditentukan dengan titrasi Iodium. Pada saat reaksi

oksidasi, Iodium akan direduksi menjadi Iodida. Iodium akan mengoksidasi

senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding Iodium.

Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dari pada Iodium sehingga

dapat dilakukan titrasi langsung dengan Iodium. (A. Rohman, 2007)

Hal ini berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan Iodium.

Indikator yang digunakan adalah amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya

warna biru dari Iod-amilum. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan

atom C no.2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang.

O = C O = C ─ OH

Gambar 2.5 Reaksi antara Vitamin C dan Iodium (S. Sudarmadji, 1992)

Cara lain dalam penentuan vitamin C adalah oleh 2,6 D (2,6 Na-dikhlorofenol

indofenol). Asam askorbat dapat direduksi 2,6 D sehingga terjadi perubahan warna.

Larutan 2,6 D dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedang dalam

suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6 D direduksi oleh asam

askorbat maka akan menjadi larutan tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat

sudah mereduksi 2,6 D maka kelebihan larutan 2,6 D sedikit saja sudah akan terlihat

dengan terjadinya pewarnaan. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi

larutan 2,6 D dengan vitamin C standar. Reaksi yang terjadi selama titrasi adalah

(34)

HO

Gambar 2.6 Reaksi antara Vitamin C dan 2,6 D (S. Sudarmadji, 1992)

2.5 β-Karoten

β- karoten adalah salah satu zat antioksidan yang terdapat pada buah-buahan, antara lain terdapat pada wortel, kentang dan buah peach yang lezat. Zat antioksidan sangat

berguna untuk melawan zat radikal bebas yang berasal dari zat-zat beracun. Radikal

bebas adalah awal dari penyakit, termasuk disini adalah penyakit jantung yang sangat ditakuti. Dengan adanya zat antioksidan yang antara lain adalah β-karoten yang terdapat pada kentang, wortel, peach dan lain-lain, diketahui telah dapat mengurangi sebanyak kurang lebih 40% dengan hanya mengkonsumsi 50 mg β-karoten setiap hari dalam menu makanannya. Tentu saja dengan cara hidup yang sehat. (L. Lidya, 2010)

Istilah karotena digunakan untuk menunjuk ke beberapa senyawa yang

berhubungan yang memiliki formula C40H56.

(35)

Karotena adalah pigmen fotosintesis berwarna jingga yang penting dalam

fotosintesis. Zat ini membentuk warna jingga dalam wortel dan banyak buah dan sayur lainnya. β-karoten berperan dalam fotosintesis dengan menyalurkan energi cahaya yang diserap ke klorofil. Secara biokimia, karotena termasuk ke dalam golongan terpena, yang disintesis secara biokimia dari delapan satuan isoprena. β– karoten dikenal dalam dua bentuk utama yang diberi karakter Yunani: alfa-karotena (α-karotena) dan beta-karotena (β-karotena). Gamma-, delta-, dan epsilon- (γ, δ, ε -karotena) juga dikenal dalam jumlah yang sedikit. β-karoten terdiri dari dua grup retinil, dan dipecah dalam mukosa dalam usus kecil oleh β-karoten dioksigenase menjadi retinol, sebuah bentuk dari vitamin A. Karotena dapat disimpan dalam hati

dan diubah menjadi vitamin A sesuai kebutuhan, sehingga ia dapat dianggap sebagai

provitamin A. (T. Salamah, 2005)

β-karoten diperkirakan memiliki banyak fungsi yang tidak dimiliki oleh senyawa lain. Jumlah yang diperlukan oleh tubuh memang hanya ukuran milligram

perhari. Tetapi jika tidak terpenuhi dapat menimbulkan gangguan fungsi. Zat yang

merupakan provitamin A ini terdapat dalam sejumlah sayuran dan buah-buahan. β

-karoten merupakan unsur yang sangat potensial dan penting bagi vitamin A, unsur ini

merupakan persenyawaan kimiawi yang hampir terlibat dalam berbagai reaksi

kimiawi-fisiologik dalam rangkaian metabolisme. Biasanya, sayur-sayuran yang

berwarna terang seperti wortel, banyak mengandung β-karoten.

Akibat kekurangan β-karoten tidak segera dapat dirasakan, sehingga kebutuhan unsur ini jarang menjadi perhatian. Para peneliti dari institut kanker merekomendasikan, kebutuhan tubuh akan β-karoten setiap hari hanya 5-6 mg. Sebagaimana vitamin, meskipun jumlahnya hanya sedikit, tetapi sangat diperlukan

sehingga kalau tidak terpenuhi kebutuhannya dapat menimbulkan gangguan fungsi.

Menurut hasil penelitian, β-karoten bermanfaat menghambat kanker. Terutama kanker pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan dan sebagian jenis kanker serviks. Disamping itu, β-karoten juga dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas karena peran antioksidannya. Radikal bebas merupakan senyawa yang dapat

(36)

selanjutnya berubah menjadi pre-kanker. β–karoten memberikan perlindungan pada

tingkat seluler dimana DNA yang merupakan suatu inti genetik pembawa sifat

keturunan diproteksi terhadap berbagai gangguan sehingga terlindung dari senyawa

lain yang mengacaukan kode genetiknya. (H. Winarsi, 2007)

2.5.1 Manfaat β-karoten

Tidak hanya ampuh melawan radikal bebas serta menjauhkan tubuh dari sel kanker.

Beta karoten ternyata memiliki manfaat lain yang tidak kalah hebatnya. Seperti:

1. Menjaga kesehatan jantung. Sebuah penelitian berhasil mengungkapkan bahwa

orang yang darahnya mengandung beta karoten relatif tinggi, memiliki risiko

rendah terhadap serangan penyakit jantung.

2. Melidungi tubuh dari efek buruk rokok dan polusi udara.

3. Melindungi seseorang dari ancaman alergi cahaya hingga 80%.

4. Membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Itu sebabnya suplemen β-karoten

masuk dalam daftar pengobatan yang diberikan kepada pasien penderita AIDS.

Sumber lain juga menyebutkan beberapa manfaat dari β-karoten antara lain mengurangi resiko kanker payudara pada wanita. β-karoten tampaknya sangat efektif untuk wanita yang beresiko tinggi terkena kanker payudara, termasuk mereka yang

memiliki riwayat keluarga dan mereka yang menggunakan alkohol secara berlebihan. β-karoten tampaknya juga dapat mencegah kanker rahim, kanker serviks, kanker tiroid, kanker kandung kemih, kanker kulit (melanoma, karsinoma sel basal,

karsinoma sel skuamosa), kanker otak dan kanker darah (leukemia).

Namun, beberapa penelitian menunjukkan kombinasi beta-karoten dengan

vitamin C, vitamin E, selenium, dan seng dapat menurunkan tingkat kanker pada pria,

tapi tidak perempuan. Para peneliti berspekulasi bahwa pria memiliki asupan rendah

antioksidan makanan. Mengurangi risiko kanker ovarium pada wanita setelah

(37)

2.5.2 Biosintesa β-karoten

(38)

2.5.3 Analisa β-karoten

Analisa kadar β-karoten dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: 1. Metode Spektrofotometri UV-Visibel

Metode spektroskopi Visibel berdasarkan atas absorban sinar tampak oleh

suatu larutan berwarna. Oleh karena itu, metode ini dikenal juga sebagai metode

kolorimetri. Hanya larutan senyawa berwarna saja yang dapat ditentukan dengan

metode ini. Senyawa yang tidak berwarna dapat dibuat berwarna dengan

mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya,

ion Fe3+ dengan CNS- menghasilkan larutan berwarna merah.

Kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan sampel

yang dibuat pada kondisi yang sama dalam tabung Nessler atau kolorimetri Dubosq.

Dengan kolorimetri elektronik, jumlah cahaya yang diserap (A) berbanding lurus

dengan konsentrasi larutan.

Pada spektroskopi UV, yang diabsorpsi adalah cahaya ultraviolet, sehingga

larutan yang tidak berwarna dapat diukur. Sebagai contoh, aseton dan asetaldehid

seperti pada spektroskopi Visibel, pada spektroskopi UV maka energi cahaya yang

diserap digunakan untuk transisi elektron (electron transition). Energi cahaya UV

ternyata lebih besar dari energi cahaya Visibel, sehingga energi UV dapat menyebabkan transisi elektron σ atau π.

Istilah yang banyak digunakan dalam spektroskopi adalah transmitan, serapan

(absorban), dan daya serapan (absorptivitas). Istilah tersebut digunakan untuk

spektroskopi UV-Vis (ultraviolet dan sinar tampak), spektroskopi inframerah dan

spektroskopi absorpsi atom. (M. Bintang, 2010)

2. Metode Kolorimetri

Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu

komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik. Warna itu

biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan

(39)

yang diinginkan itu sendiri. Intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan

yang diperoleh dengan menangani kuantitas yang diketahui dari zat itu dengan cara

yang sama. Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan

mengukur absorpsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat itu.

(Vogel, 1994)

3. Metode Kromatografi Kolom Absorpsi

Kromatografi adsorpsi didasarkan pada retensi zat terlarut oleh adsorpsi

permukaan. Proses ini terjadi secara terus-menerus selama pemisahan kromatografi

karenanya sistem kromatografi berada dalam keadaan kesetimbangan dinamis. Eluen

akan terdistribusi diantara dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan

distribusinya untuk menjaga kesetimbangan ini. Untuk pemisahan

campuran-campuran dalam kolom, eluen dikarakterisasi dengan waktu retensi dan faktor retensi.

Dalam kromatografi ukuran eksklusi, solut dikarakterisasi dengan volume retensi yang

merupakan volume fase gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi solut dari kolom. (A.

Rohman, 2007)

4. Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan teknik yang mana solut atau

zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut ini melewati

suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase

(40)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Gelas beaker 250 ml Pyrex

- Gelas ukur 10 ml Pyrex

- Gelas ukur 50 ml Pyrex

- Gelas erlenmeyer 250 ml Pyrex

- Pipet volum 10 ml Pyrex

- Labu takar 25 ml Pyrex

- Labu takar 100 ml Pyrex

- Neraca analitis Meller

- Buret Pyrex

- Spektrofotometer UV-Vis Milton Roy

- Statif dan Klemp

- Kuvet

- Corong

- Pipet tetes

- Botol akuades

- Blender

(41)

3.1.2 Bahan

- Buah Terung Belanda

- Buah Lancing

- Buah Terung Belanda hasil sambung pucuk

- Indikator Amilum 1%

- I2

- Akuades 0.01 N

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pengambilan Sampel

Sampel buah Terung Belanda diperoleh dari Pajak Sore Padang Bulan, Pajak Sei

Kambing dan Pajak Kampung Lalang Medan. Sampel buah Lancing diperoleh dari

Cagar Alam Sibolangit dan Tahura Berastagi. Terung Belanda hasil sambung pucuk

diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Quality di Kabanjahe, Sumatera Utara.

3.2.2 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.2.2.1 Pembuatan Indikator Amilum 1%

Dimasukkan 1 g amilum ke dalam gelas beaker. Ditambahkan 100 ml akuades.

Kemudian dipanaskan di atas hot plate sampai mendidih.

3.2.2.2 Pembuatan I2 0.01 N

Diukur 10 ml I2 0,1 N. Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian

(42)

3.3 Parameter yang diamati

3.3.1 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda

Diukur 10 ml filtrat Terung Belanda, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100

ml dan diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dihomogenkan. Dipipet 10 ml

dengan menggunakan pipet volumetri dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 250

ml. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator amilum 1%. Dititrasi dengan larutan I2

0,01 N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru. Diulangi perlakuan yang sama

sebanyak 3 kali. Dihitung kadar vitamin C:

3.3.2 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Lancing

Diukur 10 ml filtrat Lancing, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan

diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dihomogenkan. Dipipet 10 ml dengan

menggunakan pipet volumetri dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 250 ml.

Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator amilum 1%. Dititrasi dengan larutan I2 0,01

N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru. Diulangi perlakuan yang sama

sebanyak 3 kali. Dihitung kadar vitamin C:

3.3.3 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

Diukur 10 ml filtrat Terung Belanda hasil sambung pucuk, kemudian dimasukkan ke

dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan akuades hingga garis tanda,

dihomogenkan. Dipipet 10 ml dengan menggunakan pipet volumetri dan dimasukkan

(43)

1%. Dititrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.

Diulangi perlakuan yang sama sebanyak 3 kali. Dihitung kadar vitamin C:

3.3.4 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda

Ditimbang 0,1 g Terung Belanda kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml.

Diencerkan dengan akuades sedikit demi sedikit sampai garis tanda, dihomogenkan.

Dipindahkan larutan ke dalam kuvet. Diukur absorbansi larutan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 446 nm. Dilakukan juga

pengukuran absorbansi blanko dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel

pada panjang gelombang 446 nm. Diulangi perlakuan yang sama sebanyak 3 kali.

3.3.5 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Lancing

Ditimbang 0,1 g Lancing kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml.

Diencerkan dengan akuades sedikit demi sedikit sampai garis tanda, dihomogenkan.

Dipindahkan larutan ke dalam kuvet. Diukur absorbansi larutan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 446 nm. Dilakukan juga

pengukuran absorbansi blanko dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel

pada panjang gelombang 446 nm. Diulangi perlakuan yang sama sebanyak 3 kali.

3.3.6 Penentuan Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

Ditimbang 0,1 g Terung Belanda hasil sambung pucuk kemudian dimasukkan ke

dalam labu takar 25 ml. Diencerkan dengan akuades sedikit demi sedikit sampai garis

tanda, dihomogenkan. Dipindahkan larutan ke dalam kuvet. Diukur absorbansi larutan

(44)

Dilakukan juga pengukuran absorbansi blanko dengan menggunakan spektrofotometer

UV-Visibel pada panjang gelombang 446 nm. Diulangi perlakuan yang sama

sebanyak 3 kali.

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Ekstrak Buah Terung Belanda

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Buah Lancing

500 g buah Terung Belanda

dikupas kulitnya

dimasukkan ke dalam blender diblender hingga halus

disaring

Hasil

500 g buah Lancing

dimasukkan ke dalam blender diblender hingga halus

disaring

(45)

3.4.3 Pembuatan Ekstrak Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

3.4.4 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda 500 g buah Terung Belanda

dikupas kulitnya

dimasukkan ke dalam blender diblender hingga halus

disaring

Hasil

10 ml filtrat Terung Belanda

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

dihomogenkan

dipipet 10 ml dengan pipet volumetri

dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer

ditambahkan 3 tetes indikator amilum 1%

dititrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai terjadi perubahan

warna menjadi biru

dicatat volume titran yang terpakai

diulangi perlakuan yang sama sebanyak 3 kali

dihitung kadar vitamin C yang terdapat di dalam filtrat sampel

(46)

3.4.5 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Lancing

10 ml filtrat Lancing

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

dihomogenkan

dipipet 10 ml dengan pipet volumetri

dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer

ditambahkan 3 tetes indikator amilum 1%

dititrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai terjadi perubahan

warna menjadi biru

dicatat volume titran yang terpakai

diulangi perlakuan yang sama sebanyak 3 kali

dihitung kadar vitamin C yang terdapat di dalam filtrat sampel

(47)

3.4.6 Penentuan Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

10 ml filtrat Terung Belanda

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

dihomogenkan

dipipet 10 ml dengan pipet volumetri

dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer

ditambahkan 3 tetes indikator amilum 1%

dititrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai terjadi perubahan

warna menjadi biru

dicatat volume titran yang terpakai

diulangi perlakuan yang sama sebanyak 3 kali

dihitung kadar vitamin C yang terdapat di dalam filtrat sampel

(48)

3.4.7 Penentuan Kadar β-Karoten dari Buah Terung Belanda

3.4.8 Penentuan Kadar β-Karoten dari Buah Lancing 0,1 g daging buah Terung Belanda yang sudah halus

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

dihomogenkan

dipindahkan larutan ke dalam kuvet

diukur absorbansi blanko dan larutan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 446 nm

Hasil

0,1 g daging buah Lancing yang sudah halus

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

dihomogenkan

dipindahkan larutan ke dalam kuvet

diukur absorbansi blanko dan larutan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 446 nm

(49)

3.4.9 Penentuan Kadar β-Karoten dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung pucuk

0,1 g daging buah Terung Belanda yang sudah halus

dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

dihomogenkan

dipindahkan larutan ke dalam kuvet

diukur absorbansi blanko dan larutan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 446 nm

(50)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Analisa Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda, Buah Lancing

dan Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

Tabel 4.1 Data Analisa Kadar Vitamin C dari Buah Terung Belanda, Buah Lancing dan Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

No Sampel Kadar Vitamin C

Purata (%)

1. 10 ml filtrat buah Terung Belanda 1,596

2. 10 ml filtrat buah Lancing 0,401

3. 10 ml filtrat buah Terung Belanda hasil

(51)

4.1.2 Hasil Analisa Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda, Buah

Lancing dan Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

Tabel 4.2 Data Analisa Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda, Buah

Lancing dan Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

No Sampel Kadar β-karoten

Purata (ppm)

1. 0,1 g buah Terung Belanda 208,95

2. 0,1 g buah Lancing 36,11

3. 0,1 g buah Terung Belanda hasil

sambung pucuk 253,64

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Kadar Vitamin C dari Buah terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

Hasil analisa kadar vitamin C dari buah Terung Belanda hasil sambung pucuk dapat

diketahui dengan menggunakan rumus yaitu:

(52)

Kadar vitamin C dari buah Terung Belanda Hasil sambung pucuk adalah 1,202 %

sedangkan berat Vitamin C adalah 12,02 mg/100 g. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3

lampiran d.

4.2.2 Perhitungan Kadar β-karoten dari Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

Hasil analisa kadar β-karoten dari buah Terung Belanda hasil sambung pucuk dapat

diketahui dengan menggunakan rumus yaitu:

Kadar β-karoten dari buah Terung Belanda hasil sambung pucuk adalah 247,81 ppm. Hasilnya dapat dilihat pada lampiran c.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kadar vitamin C dari buah Terung Belanda

hasil sambung pucuk lebih kecil dibandingkan dengan Terung Belanda dan lebih besar daripada lancing. Sedangkan kadar β-karoten dari buah Terung Belanda hasil sambung pucuk lebih besar dibandingkan dengan Terung Belanda dan Lancing. Penurunan kadar vitamin C dan peningkatan kadar β-karoten ini disebabkan oleh adanya penggabungan dari dua varietas yang berbeda. Dimana varietas tersebut

masing-masing memiliki gen-gen yang berbeda sifat-sifatnya satu sama lain.

Penggabungan dua macam tanaman ini akan menghasilkan suatu tanaman baru yang

mewarisi gen-gen dari induknya. Seperti yang diutarakan oleh Mendel yaitu tentang

(53)

Hukum Mendel terbagi 2 yaitu hukum pemisahan (segregation) dan hukum

berpasangan secara bebas (independent assortment). Hukum segregasi bebas

menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (parent)

yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu

gen dari induknya.

Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua

pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sifat secara bebas, tidak bergantung pada

pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak

saling mempengaruhi.

Jadi, berdasarkan hukum kedua Mendel tersebut maka pewarisan sifat pada

Terung Belanda hasil sambung pucuk antara tanaman Terung Belanda dan tanaman

Lancing diturunkan secara bebas, sehingga kadar vitamin C dan kadar β-karoten pada

buah Terung Belanda tersebut berbeda dengan kedua induknya.

4.3.1 Penurunan Kadar Vitamin C pada Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

Kadar vitamin C pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk antara tanaman

Terung Belanda dengan tanaman Lancing mengalami penurunan. Hal ini disebabkan

karena pada proses biosintesa D-sorbitol menjadi L-sorbose oleh enzim Acetobacter

soboxydans harus menggunakan katalis Ni. Jadi kemungkinan di dalam tanah yang di

tumbuhi oleh tanaman Terung Belanda hasil sambung pucuk tersebut tidak

mengandung unsur hara yang berupa logam Ni maka pada proses perubahan menjadi

(54)

4.3.2Peningkatan Kadar β-karoten pada Buah Terung Belanda Hasil Sambung Pucuk

Kadar β-karoten pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk mengalami peningkatan dari pada buah Terung Belanda dan buah Lancing. Hal ini terjadi karena

terdapat 3 kemungkinan, yaitu:

1. Enzim yang mengkatalisa perubahan β-karoten menjadi canthaxanthin pada

tanaman perpaduan antara tanaman Terung Belanda dengan tanaman Lancing kurang aktif sehingga mengakibatkan kadar β-karoten pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk meningkat.

2. Enzim yang mengkatalisa perubahan β-karoten menjadi β-cryptoxanthin pada

tanaman perpaduan antara tanaman Terung Belanda dengan tanaman Lancing kurang aktif sehingga mengakibatkan kadar β-karoten pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk meningkat.

3. Enzim yang mengkatalisa perubahan α-karoten menjadi β-karoten pada tanaman

(55)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai studi analisa kadar vitamin C dan kadar β-karoten dari buah Terung Belanda hasil sambung pucuk antara tanaman Terung Belanda dengan tanaman Lancing, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil analisa kadar vitamin C pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk

lebih rendah dibandingkan dengan buah Terung Belanda dan lebih tinggi dari buah

Lancing, yaitu:

- Pada buah Terung Belanda : 1,596%

- Pada buah Lancing : 0,401%

- Pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk : 1,202%

2. Hasil analisa kadar β-karoten pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk

lebih tinggi dibandingkan dengan buah Terung Belanda dan buah Lancing, yaitu:

- Pada buah Terung Belanda : 208,95 ppm

- Pada buah Lancing : 36,11 ppm

- Pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk : 253,64 ppm

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai penetapan kadar unsur hara Ni yang terkandung di dalam tanah terhadap

perubahan kadar vitamin C pada buah Terung Belanda hasil sambung pucuk antara

tanaman Terung Belanda dengan tanaman Lancing sehingga dapat meningkatkan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anonim. Online 2008. Panjang Umur dengan Antioksidan.

Anonim. Online 2009. Sari Buah Tamarillo.

Anonim. Online 2010. Solanum Mauritianum.

Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.

Boudrant, J. 1990. Mocrobial processes for Ascorbic Acid Biosynthesis. Volume 12. Journal of CNRS-ENSAIA France.

Departemen Kesehatan dan Kesehatan Sosial RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Cetakan Pertama. Jilid Kedua. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Harahap, E. S. 2011. Aktivitas Alkaloid dari Buah Terung Belanda (Solanum betaceaum) Hasil Sambung Pucuk dengan Lancing (Solanum mauritianum) Terhadap Tingkat Kehamilan Mencit (Mus musculus). Skripsi Departemen Kimia Universitas Sumatera Utara.

Gaman, P. M. dan Sherington, K. B. 1992. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Hirschberg, J. Molecular Genetics of the Carotenoid Biosynthesis Pathway in Plants and Algae. Volume 69. No. 10. Journal of the Hebrew University of Jerusalem.

Http://repository.usu.ac.id

Kompas. Online 2012.

Kumalaningsih. 2006. Anti Oksidan Alami Terung Belanda (Tamarillo). Surabaya: Trubus Agrisarana.

(57)

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta: UI Press.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salamah, T. 2005. Pengaruh Suhu dan Waktu Terhadap Kandungan Antioksidan Alami pada Proses Deodorisasi Sawit Merah. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sudarmadji, S. 1992. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Jakarta: Erlangga.

Suprihartini, D. 2007. Identifikasi Karyotipe terung Belanda (Solanum betaceaum Cav). Sumatera Utara: Kultivar Berastagi.

Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Winarno, F. G. 1992. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia.

(58)
(59)

Lampiran A. Tanaman Terung Belanda, Lancing dan Tanaman Perpaduannya

(1) Tanaman Terung Belanda (2) Tanaman Terung Belanda yang Siap

Disambung

(3) Tanaman Lancing (4) Tanaman Lancing yang Siap

(60)

(5) Tanaman Perpaduan antara Tanaman (6) Buah Terung Belanda Hasil

(61)

Lampiran B. Sampel Penelitian

(1) Buah Terung Belanda Konvensionanl (2) Buah Terung Belanda Hasil

Perpaduan

(62)

Gambar

Gambar 2.1 Terung Belanda
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi dalam 100 g Terung Belanda
Gambar 2.2 Tanaman Lancing
Gambar 2.3 Struktur vitamin C   (S. Sudarmadji, 1992)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan vitamin C dengan adanya pengaruh lama penyimpanan dan cara pengolahan yang terdapat dalam buah terung belanda..

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh kekuatan akar rimbang sebagai penyerap air terhadap produk biosintesis telah dilakukan analisis karbohidrat pada buah dari tanaman baru terung

Perpaduan kedua tanaman dilakukan dengan metode sambung pucuk dimana tanaman Tomat sebagai batang atas dan tanaman Terung sebagai batang bawah dengan empat variasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa antosianin pada Kulit buah Terung Belanda memiliki Rf atau nilai retensi 0,40 yang mendekati

Oleh karena itu, perlu dilakukan induksi UV untuk mengetahui aktivitas peroksidase dan polifenol oksidase terung belanda yang tahan terhadap Colletotrichum sp..

Regenerasi Tanaman Terung Belanda ( Solanum betaceum Cav) Hasil Metagenesis In Vitro Melalui Pembentukan Embriosomatik dalam Produksi Bibit

Alur Kerja Perlakuan Tanaman Terung Belanda dengan Filtrat Colletotrichum sp.. Dillakukan penyemprotan filtrat Colletotrichum

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menentukan formula serbuk effervescent terung belanda yang optimal menggunakan Design Expert metode D- Optimal... Adapun tujuan dari