• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertunjukan Saman Di Blangkejeren Aceh: Analisis Makna Gerak Tari Dan Teks, Fungsi Sosio Budaya, Serta Struktur Musik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertunjukan Saman Di Blangkejeren Aceh: Analisis Makna Gerak Tari Dan Teks, Fungsi Sosio Budaya, Serta Struktur Musik"

Copied!
326
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUNJUKAN SAMAN

DI BLANGKEJEREN ACEH:

ANALISIS MAKNA GERAK TARI DAN TEKS, FUNGSI

SOSIO BUDAYA, SERTA STRUKTUR MUSIK

T E S I S

Oleh

NUNING PUTRIANI

NIM: 097037014

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

PERTUNJUKAN SAMAN

DI BLANGKEJEREN ACEH:

ANALISIS MAKNA GERAK TARI DAN TEKS, FUNGSI

SOSIO BUDAYA, SERTA STRUKTUR MUSIK

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.)

dalam Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUNING PUTRIANI

NIM: 097037014

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Tesis : PERTUNJUKAN SAMAN DI BLANGKEJERENACEH: ANALISIS MAKNA GERAK TARI DAN TEKS, FUNGSI SOSIO BUDAYA, SERTA STRUKTUR MUSIK

Nama : Nuning Putriani

Nomor Pokok : 097037014

Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196512211991031001

Ketua

Arifninetrirosa, SST, M.A. NIP 196502191994032002

Anggota

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Ketua,

Drs. Irwansyah, M.A. NIP 196212211997031001

Fakultas Ilmu Budaya Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001

(4)

Telah diuji pada

Tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (………..)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu., M.Hum. (..…..………..)

Anggota I : Drs. M. Takari., M.Hum., Ph.D (….… ………)

Anggota II : Arifninetrirosa., SST, M.A. (...………)

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, 2012

(6)

ABSTRACT

This study examines the meaning and the meaning of poetry in motion saman dance, which aims to preserve the saman dance later in the day, and the efforts to adjust to market tastes and desires of the dancers to enrich saman dance movements.

The results of this study indicate the development of creativity semangkin motion was carried by the dancers Blangkejeren saman contained in Gayo Lues, in accordance with the times today, So is the meaning of each movement performed by the dancers saman. Movement of the dancers have a lot of changes, not monotony must follow a simple pattern of motion again, but it follows the pattern of motion of the more creative in accordance with the times, and well adapted to poetry and meaning in each text.

Assessment results showed saman texts, words or a poem that was sung growing and expanding to suit the theme of the show which was performed at the saman dance is displayed. Saman dance now be shown for entertainment at events that are no longer contains religious elements, but saman dance can be displayed in the context of entertainment that are entertaining. Saman contains text about the theme song of the event, which is the advice or information from the event are made at the time.

Saman dance has been known at the national and international level and can be danced in a place that do not need a place that is not so broad, so it is not so troublesome for the practitioner to disseminate among the people of this dance, and easier for its development, because the pattern of the floor the saman dance is very simple, easily followed by anyone, not complicated, because less sedentary, just wear patterns on the floor, although the saman dance performances in the public as to contain magical movements are energetic and dynamic. Saman dance but also contains some elements of art, which are summarized into a single movement and vocal literature and art form of the matching outfits and support the overall appearance of this saman dance.

(7)

INTISARI

Penelitian ini mengkaji tentang makna gerak dan makna syair pada tari saman, yang bertujuan untuk menjaga kelestarian seni tari saman di kemudian hari, dan adanya usaha-usaha untuk penyesuaian dengan selera pasar dan keinginan para penari untuk memperkaya gerakan-gerakan tari saman.

Hasil penelitian ini menunjukkan sudah semangkin berkembangnya kreatifitas gerak yang dilakukan oleh penari-penari saman yang terdapat di Blangkejeren di Gayo Lues tersebut, sesuai dengan perkembangan zaman saat ini, Begitu juga dengan makna disetiap gerak yang dilakukan oleh para penari saman. Gerakan penari sudah banyak perubahan, tidak monoton harus mengikuti pola gerak yang sederhana lagi, tetapi sudah mengikuti pola gerak yang lebih kreatif sesuai dengan perkembangan zaman, dan juga disesuaikan dengan syair dan makna disetiap teksnya.

Hasil pengkajian teks saman menunjukkan, kata-kata atau syair yang dinyanyikan sudah semakin berkembang dan meluas yang disesuaikan dengan tema acara yang dipertunjukan pada saat tari saman ini ditempilkan. Tari saman saat ini sudah bisa ditampilkan untuk hiburan pada acara-acara yang sifatnya tidak lagi mengandung unsur keagamaan, tetapi tari saman sudah bisa ditampilkan pada konteks hiburan yang sifatnya menghibur. Teks lagu saman berisikan tentang tema acara tersebut, yang merupakan nasehat-nasehat atau keterangan dari acara yang dibuat pada saat itu.

Tari saman telah dikenal di tingkat nasional maupun Internasional dan dapat ditarikan dalam suatu tempat yang tidak begitu memerlukan tempat yang tidak begitu luas, sehingga tidak begitu menyusahkan bagi para pelaksana untuk menyebar luaskan tarian ini di kalangan masyarakat, dan lebih mudah untuk pengembangannya, dikarenakan Pola lantai pada tari saman sangat sederhana, gampang diikuti oleh siapapun , tidak rumit, karena kurang banyak bergerak, hanya memakai pola lantai di tempat, meskipun tari saman secara pertunjukan dikenal publik seperti mengandung magis dengan gerakan-gerakannya yang energik dan dinamis. Namun tari saman juga mengandung beberapa unsur seni yang dirangkum menjadi satu gerak suara vokal dan sastra serta seni rupa berupa perangkat pakaian yang serasi dan mendukung secara keseluruhan penampilan tari saman ini.

(8)

PRAKATA

Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis ini dengan baik. Berikutnya selawat dan salam ke pangkuan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kita kejalan yang benar.

Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih

kepada

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu., DTM & H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A.,

sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas dan sarana pembelajaran bagi penulis sehingga dapat menuntut ilmu di kampus Universitas

Sumatera Utara ini dalam kondisi yang nyaman.

2. Bapak Drs. Irwansyah, M.A., selaku Ketua Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara

(USU), selaku Penguji yang telah memberikan masukan dan dorongan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Drs. Torang Naiborhu., M, Hum, selaku Sekretaris Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU), dan juga selaku Penguji yang telah bagitu banyak

memberi masukan dan materi dalam hal teknik penulisan yang benar demi sempurnanya tesis ini.

(9)

serta membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan seni.

5. Ibu Arifninetrirosa., SST, M.A. sebagai pembimbing dua atas masukan dan saran-saran yang berarti bagi terselesainya tesis ini.

6. Ibu Yusnizar Heniwati., SST., M.Hum. atas semua masukan dan bimbingan selama proses pembuatan tesis sehingga penulis kaya akan teknik penelitian dan

penulisan tesis ini.

7. Staf bagian Tata Usaha Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU),

yang selama proses pembuatan tesis sehingga mendapatkan informasi yang berharga dalam penyusunan penelitian ini.

8. Bapak Ir. Abniran Arbika Gayo (Takengon), selaku pengamat Seni Gayo, yang telah banyak membantu memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam Penelitian tari saman di Balangkejeren dan Takengon.

9. Bung Munawir Arlotti, dari Lembaga Penelitian Takengon, yang telah begitu sabar membantu dan menuntun penulis dalam Penelitian tari saman di Blangkejeren dan Takengon.

10.Seluruh teman-teman guru, Dra, Ernani, Juli Elisa., S.Pd. Hayati Mutmaimah., S.Pd, ,Herly Herawati Bangun., SE, Donald Dumex Hutahuruk, Chatrine

Sumiaty Tampubolon., S.Pd Drs. Kamaluddin Galingging., M.Sn, teman-teman dari TK Commonwealth International Academy/Tumbble Toots Medan, serta

(10)

11.Selanjutnya penghargaan dan ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis

sampaikan kepada keluarga tercinta, terutama kepada, Alm Ayahnda H. Muhammad. Samin KS, Ibunda Hj, Asmayani Ishak Khan, abangnda Ir. Trisno Mulyono, kakanda Dra. Sri Mulyani beserta suami Drs. H. Syaiful Amri,

Kakanda Dra. Dewi Trisakti, adinda Ir. Pepy Kurniati beserta suami Drs. Ahmad Saputra., MM., Dra. Ririt Kurniasih., M.Pd beserta Suami, Kasmudin

Situmorang, Yusnah Kosim., SH beserta suami, Drs. Komis, dan lainnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selama ini telah banyak membantu penulis baik dalam suka maupun duka.

12.Kepada rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Pascasarjana Penciptaan dan Pengkajian Seni angkatan ke-1 Fakultas Ilmu Budaya, Boho Pardede., S.Sn.

Monang Sianturi., S.Sn. Andi Manurung., S.Sn. Hubari Gulo., S.Sn. Hendrick Simajuntak., S.Sn. Muhammad Husein., S.Sn. Sanur., S.Sn. Universitas Sumatera Utara ( USU ), Tahun 2009.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikannya. Semoga karya ini dapat berguna

bagi yang lainnya. Amin

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

8. Pekerjaan : Kepala Sekolah Commonwealth International Academy

2. Sekolah Menengah Pertama Lulus Tahun 1985 3. Sekolah Menengah Musik ( SMM ) Lulus Tahun 1989

4. Sarjana Musik Fakultas SENI DAN BAHASA Universitas HKBP Nommensen

Medan Lulus Tahun 2004

5. Akta mengajar IV Bidang Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

Lulus Tahun 2006

6. Saat ini sedang kuliah S2, Pascasarjana Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ( USU ).

 Tahun 1989 s/d 2000

PENGALAMAN KERJA

• Mengajar bidang studi Musik/Vokal Taman Kanak – Kanak Ar Ridho

 Tahun 1991 s/d 1995

• Staf pengajar Yamaha Music School Tanjung Karang Bandar Lampung

 Tahun 1994 s/d 1998

• Mengajar paduan suara Dharma Wanita Kanwil Kehutanan Bandar Lampung • Mengajar paduan suara Dharma Wanita PLN Bandar Lampung

• Mengajar paduan Dharma Wanita kantor Pajak Bandar Lampung

 Tahun 1995 s/d 1997

• Staf pengajar Sakura Music School T.Karang Bandar Lampung

 Tahun 1996 s/d 1998

• Staf pengajar Yayasan Pandidikan Musik Bandar Lampung • Staf pengajar Cresendo Music Bandar Lampung

(12)

• Guru Bidang Study Biola Alto di SMK Negri 11 (SMM) Medan

 Tahun 1999 s/d 2006

• Guru KTK di SD Kemala Bhayangkari I Medan, dan sebagai Guru Tetap

 Tahun 2003 s/d 2006

• Guru KTK dan Musik di TK,SD Perguruan Namira Medan

• Mengajar Paduan Suara SMP & SMA Perguruan Al – Azhar Medan

 Tahun 2006 s/d 2010

• Guru Bidang Study Seni Budaya di SMA Harapan Mandiri Medan • Pembina Paduan Suara dan Pembina Seni Tari Daerah di SMA Harapan

Mandiri Medan

• Tahun 2006 s/d 2010 Sebagai Kepala Sekolah PG/TK Harapan Mandiri Medan

 Tahun 2006 s/d 2010

• Guru Bidang Study Seni Budaya di SMA Harapan Mandiri Medan • Pembina Paduan Suara dan Pembina Seni Tari Daerah di SMA Harapan

Mandiri Medan

• Tahun 2006 s/d 2010 Sebagai Kepala Sekolah PG/TK Harapan Mandiri Medan • Tahun 2009 s/d 2010 Sebagai Dosen Musik dan Tari di BPTKI ( Badan

Pendidikan Taman Kanak-Kanak Islam) Sumatera Utara.

• Tahun 2010 s/d saat ini sebagai Kepala Sekolah Commonwealth International Academy / Tumble Tots Medan.

• Tahun 2010 s/d saat ini sebagai Dosen Seni di Universitas Terbuka. Medan-Sumatera Utara.

PENGALAMAN PROFESI:

1. Pencipta Lagu Anak-Anak

2. Tahun 2008 Menciptakan Lagu Mars PGSI ( Persatuan Guru Swasta Indonesia ) yang sudah di Syahkan di Jakarta, dan sudah di nyanyikan oleh guru-guru Swasta di daerah seluruh Indonesia.

3. Lulus sertifikasi Guru tahun 2008.

4. Tahun 2009 mewakili Propinsi Sumatera Utara pada PORSENI PGRI/IGTKI di Jakarta pada Lomba Cipta Lagu Anak Tingkat Nasional dan meraih juara Harapan dari 33 Propinsi.

5. Juara 1 Pemilihan Kepala TK Teladan/Berprestasi Kota Medan tahun 2009. 6. Ketua Peranan Wanita di PUAN/PAN Propinsi Sumatera Utara.

7. Ketua Seni dan Olahraga di PGSI Pusat Jakarta, yang membawahi seluruh Guru-guru Swasta Se-Indonesia.

8. Pemenang Theacher Of The Year 2011 Sumatera Utara.

9. Pengurus ICMI ( Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ) Propinsi Sumatera Utara

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRACT ... iv

INTISARI ... v

PRAKATA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

... 1.2 Pokok Permasalahan ... 25

... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... ... 27

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 27

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 27

1.4 Kerangka Teori ... 28

... 1.4.1 Teori Semiotika ... 28

1.4.1.1 Semiotik Charles Sanders Peirce ... 31

1.4.1.2 Semiotik Ferdinand De Saussure ... 35

(14)

1.4.1.4 Semiotik Holliday ... 40

1.4.2 Teori Fungsionalisme ... 43

1.4.3 Teori Weighted Scale ... 49

1.5 Metode Penelitian ... 49

... 1.5.1 Studi Kepustakaan ... 53

1.5.2 Penelitian Lapangan ... 60

1.5.2.1 Observasi ... 62

1.5.2.2 Wawancara ... 62

1.5.2.3 Kerja Laboratorium ... 63

1.6 Lokasi Penelitian ... 64

... 1.7. Sistematika Penulisan ... 66

BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT GAYO 2.1 Nangro Aceh Darussalam ... 69

... 2.2 Masyarakat Aceh ... 73

... 2.3 Keadaan Geografis Blangkejeren ... 76

... 2.4 Jumlah Penduduk Suku Gayo ... 78

... 2.5 Suku Gayo ... 79

2.6 Kebudayaan Suku Gayo ... 83

... 2.7 Asal-Usul Suku Gayo ... 84

... 2.8 Kejurun di Tanah Gayo dan Alas ... 85

(15)

2.9 Sistem Pemerintahan di Daerah Gayo ... 89

... 2.10 Tempat Pemukiman Suku Gayo ... 91

... 2.11 Unsur-Unsur Kesenian dalam Budaya Gayo ... 94

... 2.12 Sistem Kekerabatan Suku Gayo ... 98

... 2.13 Struktur Sosial Masyarakat Gayo ... 103

2.14 Upacara Tradisional Suku Gayo ... 107

... 2.16 Senjata Tradisional Gayo ... 109

BAB III SEJARAH TARI SAMAN DAN DESKRIPSI TARI SAMAN 3.1 Asal dan Arti Saman ... 112

... 3.2 Keberadaan Tari Saman di Aceh ... 115

... 3.3 Penggunaan dan Fungsi Saman ... 117

... 3.3.1 Pengertian Penggunaan dan Fungsi Saman. ... 117

... 3.3.2 Penggunaan Tari Saman ... 121

3.3.2.1 Upacara Pesta Kawin ... 122

3.3.2.2 Upacara Pesta Khitan (Sunat Rasul) ... 125

3.3.2.3 Upacara Menabalkan Nama Anak ... 126

3.3.2.4 Upacara Melepas dan Menyambut Haji ... 128

(16)

3.3.2.6 Upacara Khatam Al Qur’An ... 130

(17)

4.4.3.3 Sistim Bertanding ... 166

4.5 Tempat Pagelaran Tari Saman ... 169

4.6 Musik Iringan Tari Saman ... 170

4.7 Urutan Lagu Pada Tari Saman ... 171

4.8 Penampilan Tari Saman ... 172

4.8.1 Tahap 1 (Pesalaman) ... 172

4.8.2 Tahap II ( (Ulu Ni Lagu) ... 175

4.8.3 Tahap III (Lagu-Lagu) ... 178

4.8.4 Tahap IV (Penutup) ... 181

4.9 Pakaian dan Properti Tari Saman ... 184

4.10 Bentuk Penyajian Tari Saman ... 198

4.10.1 Gerak ... 198

4.10.2 Gerak Awal ... 198

4.10.3 Gerak Salawat ... 199

4.10.4 Gerak Saleum ... 199

4.10.5 Gerak Kisah Le Laot ... 202

4.10.6 Gerak Kisah Tiwah Ceunangro ... 202

4.10.7 Gerak Kisah Hodoiyan ... 203

4.10.8 Gerak Kisah Ekstra Kosong Tanpa Syair ... 203

4.10.9 Gerak Lanie Keteupok Geuda Keu lakeuretah ... 203

4.10.10 Gerak Lanie Heuk Katijan Naten-Naten ... 204

4.10.11 Gerak Lanie Nangro Aceh Darussalam ... 205

4.10.12 Gerak Lanie Terakhir Seb Ube Nyangka ... 205

4.10.13 Gerak Salam Penutup ... 206

4.11 Pola Lantai ... 206

4.12 Vocal (Syair) ... 207

BAB V KAJIAN MAKNA TEKS PADA LAGU-LAGU SAMAN 5.1 Keberadaan Teks Pada Lagu Saman ... 208

(18)

5.3 Kata-Kata Nasehat Keketar ... 210

5.4 Syair Lagu Muneging ... 212

5.5 Teks Pada Lagu Salam Ke Penonton ... 215

5.6 Teks Uluni Lagu ... 217

5.7 Teks Lagu-Lagu ... 220

... 5.8 Teks Lagu Penutup ... 224

5.9.1 Teks Lagu Gerak Kisah Le Laot ... 228

5.9.2 Teks Lagu Gerak Kisah Tiwah Ceunangro ... 228

5.9.3 Gerak Kisah Hudoiyan ... 228

5.9.4 Teks Lagu Gerak Kisah Lane Keteupok Geuda Keu Lakeuretek ... 228

5.9.5 Teks Lagu Gerak Kisah Lanie Heuk Katijan Naten-Naten 229

5.9.6 Teks Lagu Gerak Kisah Nangro Aceh Darussalam ... 229

5.9.7 Teks Lagu Gerak Kisah Lanie Terkahir Seb Ube Nyangku 229 5.9.8 Teks Lagu Gerak Kisah Salam Penutup ... 230

BAB VI STRUKTUR MUSIK TARI SAMAN 6.1. Notasi dan Transkripsi Lagu ... 238

6.2. Proses Pentranskripsian ... 238

6.3. Sampel Lagu ... 239

6.4. Analisis Struktur Melodi Delapan lagu Saman Berdasarkan Delapan Parameter ... 248

6.4.1 Tangga Nada ... 248

6.4.2 Nada Dasar ... 251

6.4.3 Wilayah Nada ... 259

6.4.4 Jumlah Nada ... 261

6.4.5 Interval ... 264

(19)

BAB VII PENUTUP

7.1. Kesimpulan ... 267 7.2. Saran ... 269

DAFTAR PUSTAKA ... 271

LAMPIRAN:

DAFTAR INFORMAN ... 276

LAMPIRAN URUTAN DAN RAGAM GERAK TARI SAMAN... 281

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Segitiga makna ... 32

Tabel 1.2 Pembagian tanda ... 33

Tabel 1.3 Hubungan tanda ... 34

Tabel 1.4 Tentang tanda ... 36

Tabel 1.5 Tentang hubungan tanda ... 37

Tabel 1.6 Konotasi dan metabahasa ... 39

Tabel 6.1 Nada Dasar yang dipergunakan pada Lagu Rengum (Dering) ... 253

Tabel 6.2 Salam Kupenonton ... 254

Tabel 6.3 Nada Dasar yang dipergunakan pada Lagu Asalni Kudedes ... 255

Tabel 6.4 Nada Dasar yang dipergunakan pada Lagu Salam ni Rempelis Mude 256 Tabel 6.5 Nada Dasar yang dipergunakan pada Lagu lagu ... 257

Tabel 6.6 Nada Dasar yang dipergunakan pada Lagu Balik berbalik ... 258

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Baju Penari Saman ... 186

Gambar 4.2 Bulang teleng atau bulang rek ... 189

Gambar 4.3 Baju Pokok Bahagian Depan ... 191

Gambar 4.4 Baju Pokok Bahagian Belakang ... 192

Gambar 4.5 Contoh Upuk Pawak ... 193

Gambar 4.6 Contoh Suel Naru ... 193

Gambar 4.7 Contoh Ikotni Pumu ... 194

(22)

ABSTRACT

This study examines the meaning and the meaning of poetry in motion saman dance, which aims to preserve the saman dance later in the day, and the efforts to adjust to market tastes and desires of the dancers to enrich saman dance movements.

The results of this study indicate the development of creativity semangkin motion was carried by the dancers Blangkejeren saman contained in Gayo Lues, in accordance with the times today, So is the meaning of each movement performed by the dancers saman. Movement of the dancers have a lot of changes, not monotony must follow a simple pattern of motion again, but it follows the pattern of motion of the more creative in accordance with the times, and well adapted to poetry and meaning in each text.

Assessment results showed saman texts, words or a poem that was sung growing and expanding to suit the theme of the show which was performed at the saman dance is displayed. Saman dance now be shown for entertainment at events that are no longer contains religious elements, but saman dance can be displayed in the context of entertainment that are entertaining. Saman contains text about the theme song of the event, which is the advice or information from the event are made at the time.

Saman dance has been known at the national and international level and can be danced in a place that do not need a place that is not so broad, so it is not so troublesome for the practitioner to disseminate among the people of this dance, and easier for its development, because the pattern of the floor the saman dance is very simple, easily followed by anyone, not complicated, because less sedentary, just wear patterns on the floor, although the saman dance performances in the public as to contain magical movements are energetic and dynamic. Saman dance but also contains some elements of art, which are summarized into a single movement and vocal literature and art form of the matching outfits and support the overall appearance of this saman dance.

(23)

INTISARI

Penelitian ini mengkaji tentang makna gerak dan makna syair pada tari saman, yang bertujuan untuk menjaga kelestarian seni tari saman di kemudian hari, dan adanya usaha-usaha untuk penyesuaian dengan selera pasar dan keinginan para penari untuk memperkaya gerakan-gerakan tari saman.

Hasil penelitian ini menunjukkan sudah semangkin berkembangnya kreatifitas gerak yang dilakukan oleh penari-penari saman yang terdapat di Blangkejeren di Gayo Lues tersebut, sesuai dengan perkembangan zaman saat ini, Begitu juga dengan makna disetiap gerak yang dilakukan oleh para penari saman. Gerakan penari sudah banyak perubahan, tidak monoton harus mengikuti pola gerak yang sederhana lagi, tetapi sudah mengikuti pola gerak yang lebih kreatif sesuai dengan perkembangan zaman, dan juga disesuaikan dengan syair dan makna disetiap teksnya.

Hasil pengkajian teks saman menunjukkan, kata-kata atau syair yang dinyanyikan sudah semakin berkembang dan meluas yang disesuaikan dengan tema acara yang dipertunjukan pada saat tari saman ini ditempilkan. Tari saman saat ini sudah bisa ditampilkan untuk hiburan pada acara-acara yang sifatnya tidak lagi mengandung unsur keagamaan, tetapi tari saman sudah bisa ditampilkan pada konteks hiburan yang sifatnya menghibur. Teks lagu saman berisikan tentang tema acara tersebut, yang merupakan nasehat-nasehat atau keterangan dari acara yang dibuat pada saat itu.

Tari saman telah dikenal di tingkat nasional maupun Internasional dan dapat ditarikan dalam suatu tempat yang tidak begitu memerlukan tempat yang tidak begitu luas, sehingga tidak begitu menyusahkan bagi para pelaksana untuk menyebar luaskan tarian ini di kalangan masyarakat, dan lebih mudah untuk pengembangannya, dikarenakan Pola lantai pada tari saman sangat sederhana, gampang diikuti oleh siapapun , tidak rumit, karena kurang banyak bergerak, hanya memakai pola lantai di tempat, meskipun tari saman secara pertunjukan dikenal publik seperti mengandung magis dengan gerakan-gerakannya yang energik dan dinamis. Namun tari saman juga mengandung beberapa unsur seni yang dirangkum menjadi satu gerak suara vokal dan sastra serta seni rupa berupa perangkat pakaian yang serasi dan mendukung secara keseluruhan penampilan tari saman ini.

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama samawiyah yang diturunkan Tuhan ke muka bumi ini untuk rahmat kepada seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin). Islam awalnya dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., di Jazirah Arab, pada abad ketujuh Masehi kemudian menyebar hingga ke Persia, India, Eropa (Barat dan Timur), Asia Tengah, Asia Tenggara, dan kini ke seluruh penjuru dunia. Pada masa sekarang umat Islam di

seluruh dunia berjumlah sekitar 1,4 milyar jiwa yang tersebar di semua negara dan benua. Islam yang datang ke berbagai penjuru dunia ini, mengalami pembumian

dengan budaya setempat. Artinya ada hal-hal yang sifatnya universal dalam Islam dikelola dan diberdayakan dengan unsur-unsur kebudayaan setempat. Misalnya di Turki penutup kepala yang ber-identitas Islam disebut turbus, di Afrika gendang yang selalu digunakan mengiringi nyanyian keagamaan disebut dengan tar, di China huruf Arab dibuat komposisinya dengan kaligrafi China (mengikuti ornamentasi huruf

Kanji), di Nusantara ini ada juga kopiah, baju teluk belanga, beduk, ketupat, dan lain-lainnya yang merupakan ikon, indeks, maupun lambang dari agama Islam di Nusantara.

Nusantara adalah sebuah kesatuan budaya yang merujuk kepada budaya

masyarakat rumpun Melayu di kawasan ini. Istilah Nusantara secara historis diperkenalkan oleh Patih Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit di abad ke-12 ketika ia

(25)

Selain itu istilah yang merujuk kepada makna Nusantara adalah Indonesia.

Secara harfiah, Indonesia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari akar kata Indo yang artinya Hindia dan nesos yang artinya pulau-pulau. Jadi Indonesia maksudnya adalah pulau-pulau Hindia (jajahan Belanda). Dalam sejarah ilmu pengetahuan sosial,

pencipta awal istilah Indonesia adalah James Richadson Logan tahun 1850, ketika ia menerbitkan jurnal yang berjudul Journal of the India Archipelago and Eastern Asia, di Pulau Pinang, Malaya. Jurnal ini terbit dari tahun 1847 sampai 1859. Selain beliau, tercatat juga dalam sejarah, yang menggunakan istilah ini adalah seorang Inggris yang bernama Sir William Edward Maxwell tahun 1897. Ia adalah seorang ahli hukum,

pegawai pamongpraja, sekretaris jendral Straits Settlements, kemudian menjabat sebagai Gubernur Pantai Emas (Goudkust). Ia menggunakan istilah Indonesia dalam bukunya dengan sebutan The Islands of Indonesia.

Orang yang paling membuat terkenalnya istilah Indonesia adalah Adolf Bastian, seorang pakar etnologi yang ternama. Dalam bukunya yang bertajuk Indonesian order die Inseln des Malayeschen Archipels (1884-1849), ia menegaskan arti kepulauan ini. Dalam tulisan ini ia menyatakan bahwa kepulauan Indonesia yang meliputi suatu

daerah yang sangat luas, termasuk Madagaskar di Barat sampai Formosa di Timur, sementara Nusantara adalah pusatnya, yang keseluruhannya adalah sebagai satu kesatuan wilayah budaya. Pengertian istilah ini juga digunakan oleh William Marsden

(1754-1836), seorang gewestelijk secretaris Bengkulen. Sementara itu, Gubernur Jenderal Jawa di zaman pendudukan Inggris (1811-1816), Sir Stanford Raffles

(26)

dijelaskan pula oleh John Crawfurd (1783-1868), seorang pembantu Raffles (Takari

2008). Di antara wilayah Indonesia atau Nusantara adalah Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian di dalam wilayah Nanggroe Aceh Darussalam terdapat kawasan Gayo dan Alas, yang didiami oleh suku Gayo dan Alas. Suku Gayo ini memiliki keseniannya

yang khas yang memberikan identitas kebudayaan Gayo. Kesenian-kesenian Gayo dihasilkan dari proses inovasi yang berada dalam kebudayaan Gayo itu sendiri dan

akulturasinya dengan kebudayaan luar, terutama peradaban Islam.

Suku Gayomenurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah yaitu: (1) Gayo Laut, atau disebut dengan Gayo Laut Tawar, yang mendiami

sekitar Danau Laut Tawar. (2) Gayo Deret atau Gayo Linge, yang mendiami daerah sekitar Linge-Isaq, (3) Gayo Lues yang mendiami daerah sekitar Gayo Lues, dan (4)

Gayo Serbejadi, yang mendiami daerah sekitar Serbejadi–Sembuang Luk. Kawasan ini pada umumnya termasuk ke dalam daerah Aceh Timur. Sedangkan suku Alas berdiam di daerah Alas yang berbatasan dengan daerah Gayo Lues.

Suku Gayo mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan Aceh lainnya. Mereka mempunyai bahasa sendiri, bahasa Gayo. Begitu juga kesehariannya, pada umumnya mereka memakai bahasa Gayo, meskipun terkadang mereka juga ada yang memakai bahasa Indonesia. Mereka juga mempunyai adat-istiadat tersendiri, yang berbeda dengan bahasa dan adat-adat-istiadat Aceh, Karo, Batak,

dan Melayu.

Hubungan suku Gayo dengan suku-suku lainnya di Aceh rapat sekali, karena

(27)

Aceh adalah bercorak kerajaan Islam, sedangkan suku Aceh dan suku Gayo adalah

pemeluk agama Islam pula, sehingga percampuran kedua suku ini rapat sekali. Hal ini bukan hanya terbatas karena mereka masih dalam satu kerajaan, tetapi lebih karena hubungan sebagai satu agama. Jadi kehidupan keislaman mereka begitu kuat. Mereka

juga saling mempengaruhi dalam perkembangan kebudayaan masing-masing antara kedua belah pihak cukup besar, adat-istiadat, dan lain-lain. Namun begitu, penduduk

Aceh lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan penduduk Gayo, sehingga hal itulah yang membuat pengaruh kebudayaan Aceh lebih besar terhadap suku Gayo, daripada sebaliknya. Di samping pengaruh Aceh yang sangat kuat pada suku Gayo, pengaruh

suku Melayu juga sangat kuat, terutama dalam bahasa, karena penyebaran, pengembangan dan pendidikan agama Islam, naskah-naskah buku, tulisan tangan,

surat-menyurat, dan lain-lain, sebahagian besar diberikan dan dilakukan dalam bahasa Arab-Melayu, di samping dalam bahasa Aceh dan Gayosendiri.

Secara umum, sejak masuknya agama Islam ke Aceh, kebudayaan Aceh

maupun kebudayaan Gayo lebih cenderung mengarah kepada kebudayaan yang bernafaskan Islam. Namun demikian, kebudayaan Gayo mempunyai ciri-ciri tersendiri

yang berbeda dengan kebudayaan Aceh umumnya.

Selain itu hubungan suku Gayo dengan Karo dan Batak1

1

Suku atau etnik Batak kini wilayah budayanya berada di Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Batak ini, biasanya dibagi lagi ke dalam subnya yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, dan Mandailing-Angkola. Dalam berbagai tulisan, seperti yang dilakukan Vergouwen (1980) dan Batara Sangti (1979) menyatakan bahwa kesemuanya itu disebut dengan Batak. Namun ada pula yang langsung menyatakan masing-masing sebagai kelompok etnik tersendiri, seperti yang ditulis Wara Sinuhaji (2007) dan juga Z. Pangaduan Lubis (1998). Bagaimanapun masyarakat Batak ini memiliki persamaan dan perbedaan kebudayaan. Persamaan universal di antara mereka adalah pengkategorian manusia berdasarkan hubungan darah dan perkawinan yang disebut dengan dalihan natolu, daliken sitelu, rakut sitelu, yang terdiri dari saudara satu klen yang ditarik dari garis keturunan ayah, kemudian kelompok

(28)

Persamaan antara suku Gayo dan suku Karo dapat di lihat dari pembagian belah-belah dalam susunan masyarakat Gayo yang terdapat di wilayah Raja Cik Bebesan di daerah Gayo Laut. Susunan masyarakat di wilayah Raja Cik Bebesan dibagi dalam Belah-belah Cebere, Melala, Munte, Linge, dan Belah Tebe. Selain itu terdapat pula

persamaan di bidang kesenian, seperti seni tari, seni suara, seni musik, dan lain-lain. Nama-nama belah di wilayah Raja Cik Bebesan mempunyai persamaan dengan nama-nama marga di tanah Karo.

Asal-usul suku Gayo sampai sekarang masih terus menjadi wacana budaya yang tiada hentinya. Belum pernah diadakan penelitian yang mendalam dan

sungguh-sungguh oleh para ahli, tentang asal-usul suku Gayo ini. Seorang sarjana Belanda C. Snouck Hurgronje pernah meneliti asal-usul suku Gayo. Namun penelitian itu oleh para

ilmuwan dan masyarakat Gayo sendiri dipandang agak bias. Sejauh penelitian penulis, sampai saat ini masih belum jelas asal-usul dari suku Gayo tersebut. Tulisan Snouck ini tidak terlepas dari maksud pemerintah Belanda ini, walaupun demikian tulisan Snouck

ini memberikan gambaran yang luas tentang tanah dan penduduk suku Gayo.

Masih sedikit bahan-bahan tertulis mengenai suku Gayo. Belum pula

diketemukan benda-benda bersejarah peninggalan nenek moyang yang bernilai dan berarti yang dapat dijadikan sebagai bahan bukti sejarah yang meyakinkan tentang asal-usul suku Gayo. Untuk menelusurinya diperlukan penelitian para ahli untuk membuka

tabir sejarah asal-usul suku Gayo.

(29)

Di daerah Gayo dan Alas telah berdiri pemerintahan kejurun2

Di daerah Tanah Alas berdiri 2 kejurun yaitu Kejurun Batu Mbulen yang berkedudukan di Batu Mbulen dan kedua Kejurun Bambel yang berkedudukan di Bambel. Kempat kejurun di daerah Gayo Laut, Gayo Linge, dan Gayo Lues yaitu Kejurun Bukit, Kejurun Linge, Kejurun Siah Utama, dan Kejurun Patiamang mendapatkan pengesahan dari Sultan Aceh. Demikian juga halnya dengan 2 kejurun di Tanah Alas, kedua-duanya mendapat pengesahan dari Sultan Aceh, tetapi Kejurun Bebebsan dan Kejurun Abuk tidak mendapatkan pengesahan dari Sultan Aceh.

yang dibagi

dalam 8 (delapan) daerah kejurun, yaitu 6 (enam) kejurun di daerah tanah Gayo dan 2 (dua) kejurun di daerah Tanah Alas. Di daerah Gayo lebih dahulu berdiri 4 (empat) kejurun yaitu: (1) Kejurun Bukit yang mula-mula berkedudukan di Bebesan, kemudian dipindahkan ke Kebayakan yang tidak jauh dari Bebesan. (2) Selanjutnya terbentuk Kejurun Linge yang berkedudukan di daerah Gayo Linge, (3) Kejurun Siah Utama

yang berkedudukan di kampung Nosar di pinggir Danau Laut Tawar; dan (4) berdiri Kejurun Petiamang yang berkedudukan di Gayo Lues. Lama kemudian setelah berdirinya keempat kejurun di atas, baru berdiri pula kejurun kelima yaitu Kejurun Bebesan yang berkedudukan di Bebesan di tempat kedudukan Kejurun Bukit semula. Keenam berdiri Kejurun Abuk di daerah Serbejadi.

Berdirinya Kejurun Bebebsan seperti yang diterangkan di atas, adalah akibat

dari kedatangan orang-orang Batak Karo ke-27 ke Tanah Gayo. Antara Kejurun Bukit dengan Batak Karo 27 terjadi suatu perselisihan, yang mengakibatkan terjadinya

2

Kejurun, adalah sebuah terminologi atau sebutan nama untuk daerah di daerah Gayo, yang

(30)

peperangan antar kedua belah pihak. Peperangan berakhir dengan kemenangan di pihak

Batak 27 dan kekalahan Kejurun Bukit. Dalam suatu perundingan damai, akhirnya kedudukan Kejurun Bukit terpaksa dipindahkan dari Bebebsan ke Kampung Kebayakan. Sedang di Bebebsan didirikan Raja Cik Bebebsan yang berkedudukan di

Bebebsan yang dipimpin oleh Lebe Kader yaitu pemimpin pasukan Batak Karo 27, yang menguasai daerah dengan dibagi dua seluruh daerah Kejurun Bukit. Setengah

untuk Kejurun Bukit dan separuh untuk Raja Cik (pengulu) Bebesan. Raja Cik Bebebsan inilah yang kemudian berkembang dan menjadi Kejurun Bebesan sampai kedatangan Belanda tahun 1904 (M.H. Gayo 1990:25).

Sistem pemerintahan yang dimaksud di sini ialah sistem pemerintahan Tanah Gayo dan Alas di zaman setelah masuknya agama Islam, dan terutama sekali setelah

Tanah Gayo dan Alas menjadi wilayah kerajaan Islam Aceh. Meskipun sistem pemerintahan dari kerajaan Islam Aceh, mempunyai pola umum yang sama untuk seluruh wilayahnya, tetapi sistem pemerintahan di Tanah Gayo mempunyai ciri-ciri

tersendiri.

Sistem pemerintahan di Tanah Gayo adalah suatu sistem yang berdasarkan

hukum adat3

3

Adat dalam konsep budaya Gayo adalah merupakan keseluruhan norma, tata krama, peraturan,

adab, yang menjadi konsensus bersama antara warga yang terjadi di masyarakat Gayo. Adat inilah yang menjadi pemecahan sosial dan budaya jika terjadi permasalah di tengah-tengah masyarakat. Adat juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan kebudayaan masyarakat seperti masalah waris, hak ulayat,

. Kemudian lebih jauh, hukum adat bersumber dan berlandaskan hukum Islam. Hukum Islam atau syariah, syra’i, atau syarak, berdasar kepada Al-Qur’an dan Hadits. Hukum adat tidak tertulis, tetapi hukum Islam adalah hukum tertulis,

(31)

Dalam konteks budaya Gayo, jika terjadi perselisihan (pertentangan) antara hukum adat dengan hukum Islam, maka setelah mendengarkan pendapat imam agama Islam, hukum adat harus runduk mengikut hukum Islam. Hukum Islam menjadi dasar hukum adatdalam pelaksanaan hukum di Tanah Gayo.4

Hubungan antara kedua hukum adat dan hukum agama ini adalah jalin-berjalin yang sangat erat, sebagaimana dilukiskan dalam kata-kata adat Gayo: hukum ikanung edet, edet ikanung agama (setiap hukum mengandung adat, dan setiap adat mengandung agama). Hukum adat adalah “anak kandung” dari hukum agama. Dengan perkataan lain, hukum adat di dalam pemerintahan tradisional Tanah Gayo pada hakikatnya adalah merupakan pancaran dari hukum Islam.

Daerah Nanggroe Aceh Darusalam dihuni oleh beberapa sub etnik, dan

masing-masing sub etnik memiliki kekhasan sendiri di bidang kebudayaan. Melihat beragamnya kebudayaan daerah Aceh, maka keadaan itu juga selaras dengan keberagaman budaya suku-suku bangsa di Indonesia. Daerah Nanggroe Aceh

Darusalam merupakan salah satu provinsi yang mempunyai beragam bentuk tari tradisional. Salah satu bentuk tari tradisional tersebut adalah tari saman.

Tari saman adalah tari yang hidup, berkembang pada kebudayaan suku Gayo. Suku Gayo sendiri yakni salah satu etnik yang terdapat pada wilayah daerah Aceh, sebahagaian besar wilayahnya berada di Kabupaten Aceh Timur, khususnya

Kecamatan Lokop, yang lazim disebut dengan Gayo Lut5

4

Wawancara dengan Pak Syaukani, 13 Desember 2010.

, dan wilayah Kabupaten

5

Gayo Lut adalah sebuah istilah yang lazim digunakan untuk menyebutkan salah satunama suku

(32)

Aceh Tenggara, khususnya wilayah Blangkejeren,6 yang lazim di sebut Gayo Lues.7

Tari saman berdasarkan fungsinya dapat digolongkan ke dalam jenis tari hiburan, guna merayakan suatu upacara yang bersifat keramaian. Biasanya tari saman diadakan pada acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW., perayaan hari Raya Idul Fitri (halal bilhalal), Hari Raya Idul Adha, perayaan pesta perkawinan, sunatan Rasul

Namun demikian, tari saman lebih merakyat dan berkembang di Kabupaten Aceh Tenggara khususnya pada etnik Gayo Lues di Blangkejeren dan Aceh Tengah (Takengon). Kedua kawasan ini mayoritas merupakan wilayah budaya suku Gayo.

8

Hampir di tiap desa dan kampung yang ada di wilayah Blangkejeren kita jumpai tari saman. Tari saman telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakatnya. Penampilan tari saman pada lazimnya dalam bentuk jalu

, atau penabalan nama anak. Selain perayaan di atas, sering juga tari saman dipertunjukkan pada saat selepas panen padi, sebagai ungkapan kegembiaraan atas hasil panen berlimpah, sesuai dengan harapan penduduk desa, maka desa tersebut akan

mengundang grup dari desa atau kampung lain untuk menari saman bersama-sama.

9

6

Blangkejeren. nama salah satu wilayah kabupaten yang terdapat di Aceh Tenggara, tempat dilakukannya penelitian tari saman ini. Menurut para informan dan masyarakat pendukungnya, tari

saman asal-usulnya memang berasal dari daerah Blangkejeren ini. Kemudian menyebar ke seluruh

wilayah Aceh secara difusi, karena wilayah provinsi yang sama, dan sama-sama di bawah pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam di abad pertengahan.

(bertanding)

7

Gayo Lues adalah salah satu nama dan kelompok etnik (suku) yang terdapat di daerah Blangkejeren, Aceh Tenggara. Sementara di daerah Nanggroe Aceh Darussalam sendiri terdapat berbagai suku setempat seperti Simeuleu, Aceh Rayeuk, Tamiang, Pidie, Aneuk Jamee, dan lainnya.

8

Sunatan Rasul atau biasa disebut khitanan, khatan, atau sirkumsisi adalah sebuah ritus seseorang lelaki atau perempuan yang disunat untuk menandakan seorang muslim. Untuk laki-laki yang dipotong adalah bahagian kulip kulup atau glans penis. Untuk wanita yang dipotong adalah sebahagian prepatoriumnya. Selain umat Islam, yang memiliki tradisi berkhitan adalah umat Yahudi, begitu juga dengan etnik Nias di Sumatera Utara.

9

(33)

antara dua grup atau lebih dari desa atau kampung yang berlainan, yang berlangsung

sehari semalam, bahkan kadang bisa dalam beberapa hari dan beberapa malam. Selain dalam bentuk jalu, tari saman dapat juga ditampilkan dalam bentuk tunggal (tanpa lawan). Bagi masyarakat luas, selain etnik Gayo, tarian bentuk tunggal ini lebih dikenal karena bentuk show biasa, yang sering di gelar di luar wilayah asalnya, seperti pergelaran di ibu kota, acara negara, bahkan show ke luar negri (Amerika Serikat, KIAS, dan lain-lainnya).

Seperti telah diuraikan di atas, dahulunya tari saman difungsikan sebagai media dakwah10 untuk pengembangan agama Islam, media peraturan adat istiadat, yang perlu diketahui dan dipatuhi oleh masyarakatnya, sebagai bagian dari tata pergaulan kehidupan masyarakat. Karena itu pada awalnya latihan tari saman diadakan di kolong meunasah,11

Perkembangan selanjutnya, tari saman difungsikan dalam kegiatan kemasyarakatan, sebagai pertunjukan hiburan dan tontonan pada acara perkawinan,

yakni tempat beribadah masyarakat Aceh yang berada di kampung-kampung atau desa-desa di Aceh. Dengan demikian mereka melakukan latihan tari saman pada saat setelah mereka selesai melakukan shalat ataupun sebelum mereka melakukan shalat.

dalam jalu saman ini yang terpenting adalah pelestarian budaya dan penguatan identitas, bukan semata-mata menang atau kalahnya kelompok-kelompok saman.

10

Dakwah adalah penyampaian ajaran-ajaran Islam dalam berbagai teknik dan metode. Misalnya

ceramah, tausyiyah, memutar kaset dakwah di radio, siaran televisi, penyebaran kaset-kaset vcd atau dvd yang berisi ajaran agama. Dalam ajaran Islam, setiap muslim sebenarnya adalah pendakwah, yakni wajib menyampaikan ayat Allah, walau hanya satu ayat saja.

11

Meunasah adalah terminologi dalam bahasa Aceh yang artinya adalah rumah ibadah umat

Islam, yang besar dan jumlah pengunjungnya di bawah mesjid. Dalam bahasa Indonesia sepadan dengan kata langgar atau mushollah. Bedanya dengan mesjid adalah biasanya mesjid dapat menyelenggarakan shalat Jumat, karena ada badan kenaziran mesjid, yang sifatnya organisasional, sedangkan meunasah

(34)

sunatan Rasul, kekahan12

Perkembangan selanjutnya, tari saman telah berfungsi atau difungsikan dalam kegiatan kemasyarakatan, sebagai pertunjukan hiburan dan tontonan pada acara

perkawinan, maupun sunatan. Setiap grup tari saman didukung oleh sejumlah penari saman yang relatif banyak jumlahnya, yaitu antara 15 (lima belas) sampai 30 (tiga puluh) orang penari. Tari saman akan lebih semarak, bagus dan menarik untuk ditonton jika jumlah pemainnya cukiup banyak jumlahnya. Namun untuk keperluan yang sifatnya menekankan kepada pertunjukan saja, yaitu tari saman biasa (tanpa tanding) seperti untuk mengisi acara-acara hiburan biasa atau show yang biasa di lakukan di luar negeri, dimana waktu akan dibatasi hanya beberapa menit, maka penari saman akan berjumlah relatif sedikit. Dalam hal ini penari saman hanya terdiri dari 11 (sebelas) atau 13 (tiga belas) penari, akan tetapi sebenarnya satu grup penari saman yang baik seharusnya berjumlah 15 (lima belas) sampai dengan 17 (tujuh belas) penari.

anak, perayaan hari-hari besar Islam, yang biasanya berlangsung sampai 2 hari 2 malam, bahkan ada yang sampai 3 hari 3 malam dengan cara bertanding (saman jalu). Perayaan hari Raya Idul Fitri, hari Raya Idul Idha, menyambut tamu-tamu negara atau tamu penting daerah, dan kegiatan-kegiatan lain

yang bersifat menyemarakkan kegiatan acara tersebut. Fungsi lain dari tari saman tersebut adalah terjalinnya tali persaudaraan antar grup-grup penari Saman dari kampung dan desa seberang.

Tari saman sebagai suatu tari tradisional yang pada mulanya terbatas hanya dimiliki oleh suku Gayo yang berada pada daratan tinggi Gayo Lues, Blang Kejeren

12

Kekahan atau akikah adalah pemberian nama pada anak yang baru dilahirkan, sekaligus

(35)

(Aceh Tenggara), Takengon, sebahagian Aceh Tengah, dan daerah Lokop (Aceh

Timur). Tari ini pada awalnya kurang mendapat perhatian dari masyarakat luas, dikarenakan terbatasnya komunikasi dan informasi dengan dunia luar. Namun setelah tari tersebut ditampilkan dalam Pekan Kebudayan Aceh (PKA) II dan peresmian

pembukaan Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta, maka dunia tari Indonesia menjadi terkejut dengan kehadiran tari saman ini. Karena gerakan-gerakan tari yang di tampilkan sangat menarik perhatian para penonton, apalagi tari tersebut diiringi hanya dengan kehadiran dukungan suara yang menurut mereka seperti mengandung magis. Akibat dari pada kehadiran tari saman tersebut, maka banyak pihak-pihak seniman lain yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang keaslian tari saman tersebut. Malah banyak dari para pakar-pakar tari tanah air yang ingin belajar menarikan tari saman tersebut.

Selain dari unsur tari, pertunjukan saman juga didukung oleh unsur gerak, syair, melodi, dan ritme yang khas. Syairnya berakar dari tradisi pantun di kawasan Gayo,

yang juga terdiri dari unsur bait, baris, sampiran, dan isi. Selain itu, tema teks saman ini dapat disesuaikan dengan konteks upacara atau kegiatan yang ingin diiringinya.

Misalnya kalau saman ditampilkan saat hari raya Idul Fitri, maka tema pantunnya adalah saling maaf memaafkan. Jika digunakan untuk mengiringi upacara khitanan tentu saja tema teksnya adalah tentang ajaran-ajaran Islam. Begitu juga jika untuk

konteks pertandingan (jalu), maka unsur-unsur keindahan, gaya bahasa, diksi, rima, dan lain-lainnya menjadi tumpuan utama. Semua ini dilatar belakangi oleh kebudayaan

(36)

Selain itu, seni saman juga menggunakan bentuk-bentuk melodi tertentu untuk mengiringi gerak tarinya. Melodi-melodi ini menurut pengamatan awal penulis merupakan paduan dari unsur-unsur tangga nada khas Gayo, maqam dari Timur Tengah, dan juga tangga nada mayor dan minor Barat. Aspek melodi ini juga menjadi

satu kesatuan dalam pertunjukan saman di dalam kebudayaan Gayo. Melodi yang disertai dengan pukulan gendang, menjadi intens dan integratif dengan gerak-gerak tari.

Gerak, tari, syair, dan melodi dalam pertunjukan saman pada dasarnya juga mengekspresikan sistem kepemimpinan dalam agama Islam. Pemimpin syair yang disebut syeikh akan memulai lagu dan kemudian disahuti oleh para penari yang juga bertindak sebagai penyanyi khorus sekaligus. Kemudian setiap lagu memiliki break-break (istirahat untuk peralihan) di tempat-tempat tertentu, terutama sesuai dengan pertukaran lagu dan gerak tarinya. Dengan demikian, secara etnomusikologis, penyajian seni saman dilandasi oleh sistem kepemimpinan dalam pertunjukan dengan menggunakan gaya call and response atau responsorial. Artinya seorang penyanyi diikuti oleh sekelompok penyanyi lainnya (lihat Malm 1977).13

Untuk menjaga kelestarian seni tari saman tersebut di kemudian hari, akibat dari perkembangan zaman dan juga untuk menggalakkan adanya usaha-usaha untuk

penyesuaian dengan selera pasar dan keinginan para penari untuk memperkaya gerakan-gerakan tari saman, maka perlu untuk dilakukan studi terhadap tari saman ini.

Inilah hal-hal yang menarik penulis untuk melakukan kajian terhadap eksistensi saman di Blengkejeren Aceh.

13

Selain istilah responsorial dalam disiplin etnomusikologi digunakan juga istilah antiphonal

(37)

Seperti yang penulis lakukan saat ini, sehingga baik gerak dan syair lagu serta

urutan-urutan penampilannya hendaknya mempunyai ketentuan yang jelas dan baku. Penentuan tari Saman untuk di angkat kedalam satu topik tulisan yang berjudul Pertunjukan Saman di Blangkejeren Aceh: Analisis Makna Gerak Tari dan Teks, Fungsi Sosiobudaya, serta Struktur Musik, merupakan salah satu usaha pelestarian tari saman tersebut dan juga pada beberapa pertimbangan lainnya, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Bahwa tari saman telah dikenal di tingkat nasional maupun Internasional. 2. Pertunjukan tari saman sangat dinamis, magis, serta menuntut

gerakan-gerakan yang energik dengan stamina yang baik.

3. Bahwa tari saman dapat ditarikan dalam suatu tempat yang tidak memerlukan tempat yang begitu luas, sehingga tidak begitu menyusahkan bagi bagi para pelaksana untuk menyebarluaskan tarian ini di kalangan masyarakat, dan lebih mudah untuk pengembangannya.

4. Pola lantai pada tari saman sangat sederhana, mudah diikuti oleh siapapun, tidak rumit, karena kurang banyak bergerak, hanya memakai pola lantai di

tempat.

5. Tari saman mengandung beberapa unsur seni yang dirangkum menjadi satu gerak suara vokal dan sastra serta seni rupa berupa perangkat pakaian yang

serasi dan mendukung secara keseluruhan penampilan tari ini.

(38)

berkembang luas di tingkat propinsi lainnya, bahkan di luar Nanggroe Aceh

Darusalam (NAD), Nasional dan Internasional.

7. Sesuai dengan program dan kebijaksanaan dalam rangka pelestarian tari saman maka perlu direncanakan pelatihan untuk tingkat siswa-siswi tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA).

Secara kesejarahan, tari saman berasal dari nama seorang ulama, bernama Syekh14Saman, tarian ini sebagai sarana untuk menanamkan tauhid15 dan hal-hal yang berhubungan dengan ketakwaan kepada Allah SWT. Versi lain, kata saman berasal dari Bahasa Arab, meusaman16 yang berarti delapan. Namun demikian, pada kenyataannya, saat ini, tari saman ini di mainkan oleh penari laki-laki yang berjumlah antara 15 sampai 30 orang penari. Sebab tari saman akan lebih semarak dan menarik untuk ditonton, jika jumlah penarinya banyak. Akan tetapi tari saman ini akan berbeda jumlah pemainnya, jika tari tersebut ditarikan hanya sebagai pengisi acara-acara

tertentu atau show biasa, jumlah penari saman bisa hanya terdiri dari 15 sampai 17 penari saja. Tari saman termasuk kesenian ratoh duek17

14

Syekh adalah sebutan untuk pemain utama pada tari saman. Beliau adalah yang memimpin

jalannya pertunjukan saman sambil memimpin membawakan lagu, yang digunakan dalam tari saman. karena ditarikan dalam posisi

duduk.

15

Tauhid adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab, artinya secara umummengakui kebesaran atau ke-Esaan Allah. Atau sering juga dipadankan dengan kata keimanan. Dalam agama Islam, ada enam yang wajib diimani oleh umat Islam, yaitu iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci Al-Qur’an, Nabi-Nabi, qadha dan qadhar, dan hari kiamat.

16

Meusaman adalah kata dalam bahasa Gayo yang artinya merujuk kepada angka delapan.

17

(39)

Tari saman merupakan sebuah tarian yang mengungkapkan semangat untuk mengajarkan dan menanamkan aqidah18dan syariah Islam kepada masyarakat, yang di ungkapkan melalui gerak dan syair-syair yang indah. Tari ini selain bertujuan sebagai media dakwah, juga bertujuan untuk menghindari kejenuhan dalam belajar. Dalam

menyusuri asal-usul tari saman, berdasarkan sumber tertulis yang jumlahnya sangat terbatas dan dari informasi beberapa informan, diungkapkan bahwa asal-usul tari

saman berasal dari suatu jenis permainan rakyat yang bernama pok-ane19, yakni sejenis permainan yang mengandalkan tepuk tangan kepaha sambil bernyanyi. Seorang ulama Aceh yang bernama Syekh Saman, dengan cerdik memanfaatkan kesenian yang

“sederhana” ini untuk menanamkan tauhid dan hal-hal yang berhubungan dengan ketakwaan20 kepada Allah SWT. Ucapan kalimat tauhid “Laillaha illalahu“ diucapkan dengan khidmad, dengan meletakkan tangan di antara paha, maupun menempel pada dada, secara berangsur-angsur cepat. Ditambah dengan unsur gerak kepala (meratip21

Tari saman lazimnya ditampilkan dalam bentuk satu grup, dua grup, atau lebih, dahulunya tari saman hanya ditampilkan pada upacara-upacara peringatan hari-hari besar Islam atau bersejarah pada tingkat kecamatan atau kabupaten atau hanya sebagai seni pertunjukan hiburan saja, seperti pada upacara adat perkawinan, sunatan Rasul, ), dari badan, dengan tempo yang berangsur-angsur cepat, sehingga mencapai tempo

dengan kecepatan tinggi (Diskripsi Tari Saman, 1991:5).

18

Aqidah adalah mengakui suatu kebenaran atau keyakinan, ajaran yang harus dijalankan.

19

Pok-ane.permainan rakyat yang mengandalkan dan menumpukan gerak tepuk tangan ke paha

sambil bernyanyi.

20

Takwa artinya taat pada Tuhan, yaitu dengan mematuhi dan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah. Dalam ajaran Islam ukuran dari orang yang takwa adalah menjaihi segala yang dilarang Allah dan mengerjakan semua yang diperintahkan Allah.

21

(40)

dan acara-acara hiburan lainnya. Tari saman yang di tampilkan dalam bentuk satu group ( tanpa lawan) sering di gelar diluar wilayah asalnya, maupun di luar negri, salah satunya di Negara Amerika tahun 1990 dan tahun 1991 (Kesuma, 1991-1992:8) dan di negara lainnya. Sedangkan di Daerah Nanggro Aceh Darusalam, tari saman sudah membudaya di masyarakat. Tari saman ini di samping sebagai sarana hiburan, juga dapat menjadi sarana pesan kepada anak-anak yang masih dalam pendidikan.

Pada perkembangannya, tari saman disajikan oleh kaum pria, dan pada saat sekarang sudah dapat dimainkan oleh anak-anak muda remaja atau anak-anak pelajar, bahkan sudah menjadi bahan pembelajaran kesenian di sekolah-sekolah umum.

Syairnya banyak mengisahkan tentang negara dan tentang hiburan rakyat. Berbeda dengan tari saman zaman dahulu yang syairnya banyak mengisahkan tentang keagamaan, karena pada masa itu, orang-orang lebih mendalami tentang agama, sedangkan masalah budaya kurang diperhatikan, akan tetapi untuk pertunjukan yang lebih baik dan sempurna haruslah pemain yang berusia dewasa. Apalagi untuk

penampilan saman jalu (bertanding) yang berlangsung dalam rentang waktu yang sangat lama, otomatis sangat memerlukan kesiapan fisik dan stamina yang kuat dan

prima.

Setiap anggota penari saman umumnya bisa mengaji Al-Qur’an dan menjadi tengku22. Dalam hal ini tengku juga ulama23

22

Tengku, sebutan nama untuk seorang muslim yang menekuni agama (khususnya di Aceh), ada

juga Tengku yang merupakan nama gelar kebangsawanan.

, artinya orang alim yang menguasai ilmu,

khususnya pengetahuan tentang agama Islam. Dengan demikian istilah tengku adalah

23

Ulama adalah sebutan untuk seorang tokoh keagamaan, yang juga merujuk kepada

(41)

suatu institusi lembaga yang di dalamnya terdiri atas beberapa tingkatan sesuai dengan

tingkat kealiman yang dimilikinya. Oleh karena itu saman termasuk seni tari yang bernafaskan Islam. Namun pemain atau anggota penari saman di daerah Nanggro Aceh Darusalam sekarang bukan lagi para tengku.

Perkembangan selanjutnya, tari saman telah berfungsi atau difungsikan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, misalnya pada acara hiburan atau pada upacara

keagamaan yang bersifat keramaian. Contoh tari saman yang diadakan pada perayaan agama adalah acara Maulid Nabi Besar Muhamad SAW., (biasanya berlangsung sampai dua hari dan dua malam), perayaan Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha

dan perayaan perkawinan, sunatan Rasul, syukuran penabalan nama anak, menyambut tamu-tamu penting, dan lain-lain. Selain perayaan di atas, sering juga tari saman ditarikan oleh masyarakat pada acara selepas panen padi, sebagai ucapan syukuran dan kegembiraan yang diadakan dengan mengundang grup dari desa atau kampung lain. Secara umum urutan penyajian tari saman secara berurut adalah sebagai berikut.

a. Pesalaman (persalaman), yang terdiri dari regnum dan saleum24. Rengum adalah suara bergumam dari seluruh penari. Tidak jelas kata yang di kumandangkan, akan tetapi sebenarnya mereka memuji dan membesarkan nama Allah SWT, dengan lafas mmmm – “illallaahuo”, adalah sambungan dari ucapan “Lailla haillalhu25

24

Peusalaman adalah bermakna sebagai tanda awal mau masuknya lagu pada sebuah

pertunjukan saman di kawasan yang penulis teliti. Kemudian istilah regnum maknanya secara etnomusikologis adalah suara bergumam dari para penari. Kemudian istilah saleum adalah salam kepada penonton, sebagai tanda dibukanya acara.

” dan seterusnya. Gerak tari sangat tebatas dan sederhana, kepala menunduk,

25

Laillahaillalah.Tiada Tuhan selain Allah. Kata ini selalu juga disebut dengan tahlil, dan merupakan bahagian dari zikir (mengingat Allah) dalam ajaran Islam. Selain tahlil ada juga tahmid, takbir, dan tasbih. Dalam aktivitas tahmid diucapkan kata alhamdulillah (artinya terima kasih Allah), kemudian dalam takbir diucapkan kata Allahu Akbar (artinya Allah Maha Besar), serta dalam tasbih

(42)

tangan menghaturkan sembah. Makna dari gerakan Regnum ini apabila kita kaji adalah penyerahan diri kepada Allah SWT, konsentrasi penuh dan penyamaan vokal yang serempak. Selesai Rengum, secara langsung memasuki saleum, dengan ucapan Assalamualaikum–salam pertama kepada penonton sebagai pembuka pertunjukan acara tari saman tersebut, kepada pihak-pihak tertentu yang patut dihormati dan di mohon keizinannya mereka menari Saman (adab dan etika). Pada babakan saleum, gerak mulai berkembang, gerak tangan, gerak badan, disertai suara nyanyian yang dikumandangkan pengangkat. Dering,26 jangin,27 redet28 dan saur,29

b. Ulu Ni

silih berganti dalam tempo lambat dan sedang.

30

26

Dering, maknanya secara estetis dalam pertunjukan saman adalah regnum yang segera diikuti oleh semua penari.

Lagu. Secara garis besarnya ulu ni lagu berarti kepala lagu. Lagu di sini bukan berarti irama atau lagu dari seni musik vokal maupun instrumental.

Lagu diartikan sebagai gerak tari atau lebih tepatnya ragam-ragam gerak tari, walaupun gerak tari tidak terlepas dari irama lagu, dengan kata lain terjalin persenyawaan yang kuat antara irama lagu dan gerak tari. Pada babakan ulu ni lagu, gerakan tari Saman telah mulai bervariasi, kesenyawaan antara gerak tangan, tepukan di dada, dan gerakan badan serta kepala sudah mulai kelihatan di sini. Akan tetapi gerakan tari saman masih lambat dan khidmad. Pada saat gerakan akan memasuki tempo cepat, maka seorang pengangkat (pemain utama) dengan suara melengking memberi aba-aba dengan ucapan

27

Jangin adalah suatu istilah pertunjukan saman untuk menyebutkan pengangkat.

28

Redet adalah satu terminologi yang maknanya merujuk kepada lagu singkat dengan suara

pendek yang dinyanyikan oleh penari pada bahagian tengah.

29

Saur adalah sebuah istilah yang maknanya merujuk kepada lagu yang diulang-ulang bersama

penari setelah dinyanyikan oleh penari solo. Dalam kajian etnomusikologis, teknik penyajian pertunjukan seni seperti ini disebut dengan responsorial atau call and response, maknanya seorang penyanyi diikuti secara khorus oleh sekumpulan penyanyi lainnya. Sebaliknya jika sekelompok penyanyi diikuti oleh sekelompok penyanyi lainnya maka disebut dengan antifonal.

30

(43)

syair (inget-inget pongku – male I guncangan31

c. Lagu pada Tari Saman. Lagu pada tari saman sangat penting sekali, dimana lagu tersebut menandakan pertukaran gerak pada saman. Pada babakan inilah diperlihatkan kekayaan gerak tari yang terpadu utuh antara kecepatan gerak tangan yang menghentak dada, paha maupun tepukan tangan, gerakan badan keatas dan ke

bawah secara serentak maupun bersilang (disebut dengan guncang atas dan guncang rendah, badan miring ke kiri dan miring ke kanan secara serentak, (disebut dengan singkeh kuwen

artinya ingat – teman-teman akan

diguncang ). Gerakan pada sat ini sudah mulai cepat dan bahkan sangat cepat sekali.

32

/ kiri-kanan-kiri), gerakan kepala menggangguk cepat sambil berputar

ke bawah (girik33), berputar ke kiri dan ke kanan, sambil memetik jari (kertek34

Pada babakan inilah puncak gerakan tari saman, dimana para penari di sini di tuntut harus berkonsentrasi penuh dan para penari harus mempunyai stamina yang prima. Ini disebabkan selain harus bergerak sangat cepat, harus diselingi oleh suara nyanyian vokal yang lantang dan keras, yang disebut redet. Dari kecepatan yang tinggi dan klimaks, tiba-tiba gerak tersebut diperlambat kembali ke tempo awal yang biasa, yang diawali dari suara vokal pengangkat, yang lambat dan terhenti, seakan-akan pengangkat memberi aba-aba untuk berhenti sejenak. Begitu juga dengan nyanyian vokal yang semangkin lama semangkin lambat. Demikian juga dengan gerakan ini

).

31

Inget-inget pongku maleI guncangan, artinya ingat teman-teman akan diguncang.

32

Singkeh kuwen, artinya gerakan kiri,, kemudian kanan, dan ke kiri lagi. Istilah ini lazim digunakan dalam konteks latihan dan pertunjukan seni saman di Blangkejeren Aceh.

33

Girik adalah sebuah terminologi dalam tari saman di Aceh, yang digunakan untuk

mendeskripsikan dan mempraktikkan gerakan kepala menggangguk cepat sambil berputar ke bawah, sejajar dengan dada penari.

34

Kertek artinya adalah istilah tari saman yang digunakan untuk melakukan gerakan badan

(44)

berulang-ulang antara cepat dan berganti lambat, dan bisa tiba-tiba terhenti seketika,

namun semua ini tetap diiringi nyanyian vokal. d. Uak Ni Keumuh35

e. Lagu Penutup. Pada babak ini, gerakan tari saman kembali ke awal gerakan, yaitu gerakan sederhana, namun pada saat ini dipentingkan sekali syair

lagunya. Pada bait-baitnya terdapat kata-kata perpisahan, permohonan maaf jika pada awal pertunjukan saman tadi, ada kata-kata dalam syair pada lagu yang menyinggung perasaan para tamu yang menyaksikan tari tersebut maupun kepada yang punya hajatan, jika memang ada sikap dan kata mereka yang salah.

. Secara harfiah berarti gerak, artinya suatu transisi di mana pada babak ini kesempatan bagi penari untuk mengendorkan ketegangan dan

mengembalikan pernafasan. Iringan nyanyian sederhana dan nada rendah tidak memaksa, posisi badan duduk bersila, tangan bergerak wajar memukul, menghentak

dada, tepuk tangan, memukul paha, diiringi oleh suara vokal solo oleh pengangkat yang disebut redet, lalu diikuti oleh penari saman yang lain secara bersama-sama, yang disebut saur. Apabila kondisi penari telah pulih, maka akan dimulai lagi gerakan cepat yang diawali oleh aba-aba dari pengangkat dengan ragam gerak yang lain. Perlu dicatat pada saat gerak menggebu-gebu di puncak (gerakan sangat cepat), iringan vokal

berhenti, jadi hanya terlihat gerakan badan, tangan, dan kepala saja.

Alasan penulis memilih topik ini adalah, pada umumnya dahulu masyarakat

Aceh menikmati pertunjukan tari saman, sebagai penyampaian pesan pada acara-acara keagamaan, seperti dakwah di desa-desa di daerah Aceh maupun sekitarnya, pada acara

hari-hari besar Islam seperti, memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, Isra’ 35

Uak Ni Keumuh, artinya adalah transisi gerak saat para penari mengendorkan ketegangan atau

(45)

Mikraj, Tahun Baru Islam (Muharram), dan hari-hari besar Islam lainnya. Namun pada

saat ini makna dari tari saman itu sendiri telah berubah fungsi hanya sebagai hiburan yang dapat menghilangkan kejenuhan semata tanpa memperhatikan makna yang terkandung dalam syair-syair yang disampaikan oleh syekh tari saman, baik masalah pendidikan, agama, adat istiadat dan moral lainnya, saat ini tari saman sudah bisa ditampilkan pada acara perkawinan, sunatan, penyambutan tamu, memperingati

hari-hari besar Islam maupun hari-hari-hari-hari besar bangsa Indonesia, seperti hari-hari kemerdekaan Indonesia, hari pendidikan, dan lain-lainnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tari saman ini.

Ada beberapa perbedaan yang mendasar dari kedua bentuk penampilan saman jalu (bertanding) dan show biasa antara lain adalah sebagai berikut.

(a) Pada saman tanpa jalu, pergelaran lebih di utamakan gerak dinamik, syair lagu dan irama lagu, dengan kata lain penekanannya dititikberatkan pada keindahan gerakan tarinya. Makna gerak pada saman jalu terletak pada setiap gerakan-gerakannya yang mengandung arti tertentu, yang terletak pada syair lagunya.

(b) Pada samanjalu, diutamakan keragaman gerak dan kekayaan syair lagu, yang mengandung nasehat, penerangan bahkan sindiran yang halus (semacam berbalas pantun) yang harus di imbangi pihak lawan. Penyajian tari saman jalu biasanya ditampilkan pada acara tertentu, seperti Pekan Seni Aceh atau acara lainnya yang

sifatnya sangat formal dan protokoler. Karena itu pola penyajian saman harus disesuaikan dengan tuntutan acara tersebut, misalnya ketika grup tersebut akan tampil,

(46)

tampil hanya dengan satu banjar atau satu syaf36

(c) Saman jalu adalah pergelaran tari saman yang dipertandingkan antara satu grup saman dengan grup saman yang lainnya, atau pertandingan dari beberapa grup saman antar kampung, kota dan bahkan antar Provinsi di Nanggro Aceh Darusalam. Karena itu saman jalu biasanya berlangsung sampai dua hari dua malam, atau bahkan bisa sampai tiga hari hingga tiga malam (dalam bahasa Gayo disebut roa lo roa ingi)

, namun begitu, semua penari

pendukung saman harus ada, yakni pengangkat (penari utama), pengapit, penyepit, dan penupang. Mengingat sifatnya yang formal, dan terbatasnya waktu, maka penyajian saman dipadatkan.

37

. Umumnya yang bertanding adalah grup saman dari desa/kampung, luar kota atau propinsi lain, yang sengaja diundang oleh yang punya hajat, misalnya dalam

perayaan pesta perkawianan, pesta Sunatan Rasul atau perayaan keagamaan, memperingatai Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan lain-lain. Penentuan pemenang ditentukan oleh tim juri yang terdiri dari tokoh-tokoh budayawan setempat

yang memahami benar tentang seluk beluk tari saman, tentang adat istiadat, resam38

Sementara jika pada saman yang biasa ditampilkan pada show atau dalam konteks hiburan, umumnya pagelaran tari saman lebih diutamakan pada keindahan gerak dinamik, dan irama lagu, dengan kata lain penekanannya dititikberatkan kepada dan bahkan tentang agama. Masing-masing grup saman didukung sejumlah 15-25 orang, yang terdiri dari remaja laki-laki.

36

Syaf adalah bahasa Aceh yang maknanya adalah yang digunakan untuk meluruskan barisan. Dalam konteks shalat bersama (berjamaah) istilah bersaf juga merujuk pengertian yang sama yaitu baris secara melintang lurus membentuk garis dan kemudian diikuti saf-saf beriktnya. Imam shalat berada di depan.

37

Rao lo Roa ingi, artinya adalah tiga hari tiga malam.

38

Gambar

Tabel 1.2:
Tabel 1.3:
Tabel 1.4:
Tabel 1.5:
+7

Referensi

Dokumen terkait