PERANCANGAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51
TUGAS AKHIR
RONNY PINAR HUTAPEA
0 5 2 4 0 8 0 5 8
PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI D-3
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERANCANGAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
RONNY PINAR HUTAPEA
0 5 2 4 0 8 0 5 8
PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI D-3
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
JuduI : PERANCANGAN ALAT PEMUTUS ALIRAN
LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : RONNY PINAR HUTAPEA
Nomor Induk Mahasiswa : 052408058
Program Studi : D3 FISIKA INSTRUMENTASI
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)
Diluluskan di
Medan, JULI 2008
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua Pembimbing
(DR. Marhaposan Situmorang) (Dr. Eddy Marlianto, MSc.)
PERNYATAAN
PERANCANGAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, JULI 2008
RONNY PINAR HUTAPEA
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
anugerah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
ini.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Dr.Eddy Marlianto, MSc. selaku
pembimbing pada penyelesaian laporan tugas akhir ini yang telah memberikan
panduan dan perhatian kepada penulis untuk menyempurnakan laporan ini. Ucapan
terimakasih juga ditujukan kepada ketua jurusan Fisika Instrumentasi bapak DR.
Marhaposan Situmorang dan dosen-dosen pengajar pada jurusan Fisika Instrumentasi,
dan kawan-kawan mahasiswa Fisika Instrumentasi stambuk 2005 atas segala bantuan
dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Dan
juga saya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis yang
begitu banyak memberikan materil maupun spiritual pada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan
ABSTRAK
Dari sekian banyak teknologi Instrumentasi, teknologi Instrumentasi mengenai pemutusan arus pada saat terjadi gempa yang secaa otomatis dapat mematikan aliran lisrik guna menghindari kerusakan yang lebih parah dan koban jiwa yang diakibatkan aliran listrik yang masih menyala pada saat terjadi gempa.
4.5 Rangkaian Pengendali Alarm 40
Bab 5 Penutup 43
5.1 Kesimpulan 43
5.2 Saran 43
Daftar Pustaka 44
LAMPIRAN
ABSTRAK
Dari sekian banyak teknologi Instrumentasi, teknologi Instrumentasi mengenai pemutusan arus pada saat terjadi gempa yang secaa otomatis dapat mematikan aliran lisrik guna menghindari kerusakan yang lebih parah dan koban jiwa yang diakibatkan aliran listrik yang masih menyala pada saat terjadi gempa.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan perkembangan dunia terus melaju dan berkembang dengan pesat. Hal
ini terjadi di berbagai bidang, baik di bidang ekonomi, sosial budaya, maupun
bidang-bidang eksakta dan teknologi. namun teknologi pada bidang-bidang penanggulangan bencana
alam gempa belumlah cukup memadai sehingga dengan keterbatasan teknologi di
bidang bencana alam gempa ini menyebabkan banyak kerugian yang terjadi baik itu
dalam bidang perekonomian maupun bidang bidang yang lain.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu dibuat suatu alat yang dapat meminimalkan
kerugian dan bahaya yang ditimbulkan oleh gempa tersebut. terutama kerugian yang
ditimbulkan oleh aliran listrik yang tetap menyala sewaktu gempa berlangsung.
Alat pemutus aliran listrik secara otomatis adalah jawabannya, Kehadiran alat
pemutus aliran listrik secara otomatis tersebut diharapkan dapat meminimalkan
kerugian yang terjadi akibat tidak terputusnya aliran listrik walau gempa sedang
terjadi maupun sesudahnya.
Untuk itu penulis ingin mencoba merancang suatu sistem yang dapat membantu
mengatasi hal tersebut dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul
“Perancangan alat pemutus aliran listrik saat terjadi gempa berbasis mikrokontroller
AT89S51”. Bahasa yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah bahasa
Dengan adanya alat ini diharapkan masyarakat akan sedikit merasa lega karena
bahaya yang ditimbulkan oleh listrik yang tidak terkontrol saat musibah berlangsung
dapat diatasi secara otomatis sehingga dengan adanya alat ini masyarakat tidak perlu
lagi takut akan efek yang terjadi apabila listrik tetap menyala sewaktu terjadi gempa.
I.2. Rumusan Masalah
Mengacu pada hal diatas, pada tugas akhir ini akan merancang suatu sistem pemutus
aliran listrik secara otomatis dengan menggunakan mikrokontroler.
Pada alat ini akan digunakan sebuah mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 sebagai pengendali dari sistem, yang berfungsi
mengendalikan semua rangkaian dan akan menampilkan kondisi dari keluaran sensor
jika gempa terjadi dan memutuskan aliran lisrik secara otomatis.
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan mikrokontroller sebagai alat pengendali rangkaian pemutus
aliran listrik saat terjadi gempa
2. Memanfaatkan sensor untuk mendeteksi ada atau tidaknya gempa yang terjadi
3. Merancang sebuah alat yang dapat memutuskan aliran litrik secara otomatis
pada saat terjadi gempa
Untuk mempermudah pemahaman serta pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip
kerja sistem alat pemutus aliran listrik pada saat terjadi gempa dengan menggunakan
mikrokontroler , maka sistematika penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang
digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori
pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware dan software), bahasa program yang digunakan. serta karekteristik dari komponen-komponen pendukung.
BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok
dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram
alir dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51.
BAB IV. PENGUJIAN DAN ANALISA
Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil dari pengujian alat dan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan menjelaskan kesimpulan dan saran yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PERANGKAT KERAS
2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan
mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor
yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi
secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah
(dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk
memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat
Bantu dan mainan yang lebih canggih.
Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam
penggunaan mikrokontroler adalah pada pintu mal otomatis pada saat ada orang akan
masuk atau keluar. sensor jarak yang mendeteksi adanya orang di depan pintu yang
akan masuk, akan dilanjutkan ke mikrokontroler untuk kemudian membuka pintu
secara otomatis, dan kembali menutup saat orang tersebut melewati pintu.
Selain sistem pintu otomatis di atas, kita juga dapat menjumpai aplikasi
mikrokontroler dalam bidang pengukuran jarak jauh atau yang dikenal dengan sistem
telemetri. Misalnya pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka
akan lebih nyaman jika dipasang suatu sistem pengukuran yang bisa mengirimkan
aman dari sumbernya. Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu
system akuisisi data sekaligus system pengiriman data secara serial (melalui
pemancar), yang semuanya itu bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan.
Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam
program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya),
mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan
lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada system computer
perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna
disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka
perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada
mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program
control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang
ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat
penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada
mikrokontroler yang bersangkutan.
2.1.2 Kontruksi AT89S51
Mikrokontrol AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1
kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo Ohm
dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini
AT89S51 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan
frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi
Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.
Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.
Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori
penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori progam.
Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai
untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.
Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah
baku dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC
mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler
mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.
Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S51 adalah Flash
PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat
bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 Flash PEROM Programmer.
Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah
cukup.
Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasa. AT89S51
mempunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1
AT89S51
Gambar 2.1. IC Mikrokontroler AT89S51
Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 :
VCC (Pin 40)
Suplai tegangan
GND (Pin 20)
Ground
Port 0 (Pin 39-Pin 32)
Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai
input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.
Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai
internal pull up.
Pada saat flash programming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat
Port 2 (Pin 21 – pin 28)
Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan
mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.
Port 3 (Pin 10 – pin 17)
Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1. Tabel Port 3 (pin 10 – 17) Nama pin Fungsi
P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)
P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)
P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)
P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)
P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)
P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)
P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)
P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)
RST (pin 9)
Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.
Address Latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat
selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG)
selama memprogam Flash.
PSEN (pin 29)
Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.
EA (pin 31)
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan
menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika
kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada
memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12
Volt.
XTAL1 (pin 19)
Input untuk clock internal.
XTAL2 (pin 18)
Output dari osilator.
2.1.3 Relay
Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan
dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada
rangkaian adalah arus DC.
Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan
pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak
menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami
gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub
asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan
relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak
ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay
yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan
dalam suatu rangkaian.
Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :
a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus
b. Normaly Close (OFF), saklar akan tertutup bila dialiri arus
c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya tertutup
yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A,
sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal
B.
Analogi rangkaian relay yang digunakan pada laporan proyek ini adalah saat basis
transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat
menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.
Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan
Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus
tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang
mengalir pada gulungan kawat.
Bentuk relay yang digunakan dengan rangkaian driver dapat dilihat pada
gambar2.24
Vcc
Tr VB
Dioda
a. Simbol b. Relay dengan rangkaian driver
Gambar 2.2. Simbol Relay dan Rangkaian Driver
2.1.4 Seven Segmen
Seven segmen merupakan komponen elektronika yang banyak digunakan untuk
menampilkan angka. Seven segmen ini sebenarnya merupakan LED yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola tertentu, dimana jika LED –LED
tersebut dinyalakan dengan kombinasi tertentu, maka akan terbentuk suatu angka
tertentu.
Seven segmen mempunyai 7 buah segmen ditambah 1 segmen yang berfungsi
sebagai desimal point. Gambar susunan dari seven segmen ditunjukkan pada gambar
Gambar.2.3. Susunan Seven Segmen
Segmen yang atas disebut segmen a, segmen sebelah kanan atas disebut
segmen b, dan seterusnya sesuai gambar di atas. Dp merupakan singkatan dari desimal
point.
Seven segmen ada 2 tipe, yaitu common anoda dan common katoda. Pada
seven segmen tipe common anoda, anoda dari setiap LED dihubungkan menjadi satu
kemudian dihubungkan ke sumber tegangan positip dan katoda dari masing-masing
LED berfungsi sebagai input dari seven segmen, seperti ditunjukkan pada gambar
berikut ini :
Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen,
maka katodanya harus diberi tegangan 0 volt atau logika low. Misalnya jika segmen a
akan dinyalakan, maka katoda pada segmen a harus diberi tegangan 0 volt atau logika
low, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian juga untuk segmen
lainnya.
Pada seven segmen tipe common katoda, katoda dari setiap LED dihubungkan
menjadi satu kemudian dihubungkan ke ground dan anoda dari masing-masing LED
berfungsi sebagai input dari seven segmen, seperti ditunjukkan pada gambar berikut
ini:
Gambar.2.5. konfigurasi Seven Segmen Tipe Common Katoda
Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen,
maka anodanya harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high. Misalnya jika
segmen a akan dinyalakan, maka anoda pada segmen a harus diberi tegangan minimal
3 volt atau logika high, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian
2.2PERANGKAT LUNAK
2.2.1. Bahasa Assembly MCS-51
Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah
bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa
ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10
instruksi. Instruksi–instruksi tersebut antara lain :
1. Instruksi MOV
Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register
tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.
Contoh pengisian nilai secara langsung
MOV R0,#20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.
Contoh pengisian nilai secara tidak langsung
MOV 20h,#80h ...
... MOV R0,20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20
Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah
alamat.
Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk
mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil
pengurangannya belum nol. Contoh ,
MOV R0,#80h
meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.
3. Instruksi ACALL
Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :
...
Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,
ACALL TUNDA
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,
... ...
JMP Loop
6. Instruksi JB (Jump if bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika high (1). Contoh,
Loop:
JB P1.0,Loop ...
7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika Low (0). Contoh,
Loop:
JNB P1.0,Loop ...
8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)
Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register
dengan suatu nilai tertentu. Contoh,
Loop:
...
CJNE R0,#20h,Loop
...
Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin
Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan
instruksi selanjutnya..
9. Instruksi DEC (Decreament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
...
DEC R0 R0 = R0 – 1 ...
10.Instruksi INC (Increament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
MOV R0,#20h R0 = 20h ...
INC R0 R0 = R0 + 1 ...
11.Dan lain sebagainya
2.2.2. Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)
Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah
editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti pada
gambar 2.6 :
Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble
(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika
masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan
perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu
sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.
Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke
dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.
Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroller.
2.2.3. Software Downloader
Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan
software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.
Tampilannya seperti gambar bawah ini:
Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil
file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk
BAB 3
PERANCANGAN ALAT DAN BAHAN
3.1 Perancangan alat
3.1.1 Diagram blok
Secara garis besar rangkaian pendeteksi gempa dengan menggunakan mikrokontroler
AT89S51 memiliki 7 blok utama. Yaitu Mikrokontroler AT89S51, sensor getaran,
penguat sensor, display, alarm, dan rangkaian relay. Diagram blok rangkaian tampak
seperti gambar berikut :
Sensor dihubungkan ke ADC untuk diubah data analognya menjadi data digital
dan ADC dihubungkan dengan port 0 pada microkontroller, sehingga apabila sensor
mendapat input getaran maka, ADC akan mengolah data yang dihasilkan oleh sensor.
Relay berfungsi sebagai saklar elektronik yang akan menghidupkan lampu dan alarm
jika diberi nilai high pada inputnya. Sedangkan display dikendalikan oleh P3.0 dan
P3.1. display berfungsi untuk menampilkan keadaan gempa dalam angka, apakah
gempa tersebut termasuk gempa berskala rendah ( angka 1 ), atau gempa berskala
sedang ( angka 2 ).
3.1.2Sistem kerja rangkaian
Jika sensor menerima sinyal berupa getaran maka sensor akan mengirimkan sinyal
tersebut ke ADC kemudian data yang masuk ke ADC akan diubah menjadi data
digital dan dikirimkan dikirimkan ke mikrokontroller dengan dikirimkannya data ke
mikrokontroller maka akan terjadi komunikasi antara sensor dengan mikrokontroller.
Selanjutnya mikrokontroler akan mengambil data dari output sensor, sehingga
mikrokontroler AT89S51 mengetahui data yang dikirimkan oleh sensor tersebut dan
data ini akan dianggap oleh mikrokontroler sebagai perintah untuk mengerjakan
sesuatu ( menampilkan skala pada display dan menghidupkan alarm dan memutuskan
3.2. Diagram alir
Gambar 3.2. Diagram Alir Pemrograman
Program diawali dengan mulai yang berarti rangkaian diaktifkan, kemudian
mikrokontroller akan mendeteksi nilai- nilai yang dikirimkan oleh sensor. Jika nilai
yang diinputkan sensor ke mikrokontroller adalah 1, maka mikrokontroller akan
menyalakan alarm, kemudian mikrokontroller akan menampilkan status pada display,
Dan jika nilai yang diinputkan sensor adalah 2, maka mikrokontroller akan
memutuskan aliran listrik. Selanjutnya mikrokontroller akan kembali mendeteksi
nilai- nilai yang diinputkan sensor selanjutnya.
3.3 Perancangan Sumber Tegangan (PSA)
Rangkaian ini berfungsi untuk menyalurkan tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,
keluaran 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :
Vreg
Gambar 3.3. Rangkaian Power Supplay (PSA)
Trafo CT merupakan trafo naik turun tegangan (stepdown) yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt
AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC
akan diratakan oleh kapasitor 2200 µF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT)
digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada
tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan.
Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi
kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak
akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC
langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.
3.4. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Kompoen
program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki.
Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:
5V
Gambar 3.4 Rangkaian mikrokontroller AT89S51
Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3.
Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit. Pin 1 sampai 8
adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3 Pin
40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground.
Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai
sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler
dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.
Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke
positif dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen
ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah
aktipnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika
dihitung maka lama waktunya adalah :
t = R x C = 10 KΩx 10 µF = 0.01 detik
Jadi 0.01 detik setelah power aktif pada IC kemudian program aktif.
Pin 17 yang merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah LED.
Ini dilakukan hanya untuk menguji apakan rangkaian minimum mikrokontroller
AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program sederhana pada
mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah
bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 17 sudah bekerja
sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum tersebut telah siap
digunakan. Namun setelah seluruh rangkaian disatukan, LED yang terhubung ke in 17
ini tidak digunakan lagi.
3.5 Rangkaian Display Seven segmen
Untuk menampilkan angka dari setiap penekanan tombol, maka dibutuhkan sebuah
display untuk menampilkannya. Pada alat ini, display yang digunakan adalah display seven segmen, yang terdiri dari 1 buah seven segmen.
Display seven segmen ini akan diaktifkan oleh IC 4094 yang merupakan IC serial to paralel(serial in paralel out). Jadi data dimasukkan ke dalam IC ini dengan mengirimkan data serial yang akan diubah menjadi keluaran data
berarti segmen akan menyala jika diberi data high (1) dan segmen akan mati jika
diberi data low (0).
Rangkaian ini terhubung ke P3.0 dan P3.1, yang mempunyai fungsi khusus
sebagai pengiriman data secara serial. Sehingga nilai yang akan tampil pada display seven segmen akan dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51. Rangkaian display seven segmen ditunjukkan pada gambar berikut ini:
5V
Gambar 3.5. Rangkaian Display Seven Segmen
3.6Rangkaian Pengendali Alarm
Apabila ada orang yang masuk tanpa izin, maka alarm akan bunyi. Rangkaian alarm
tampak seperti gambar dibawah ini:
Pada alat ini, alarm yang digunakan adalah buzzer 5 volt. Buzzer ini akan berbunyi jika positifnya dihubungkan ke sumber tegangan positif dan negatifnya
negatipnya dihubungkan ke ground.
Pada rangkaian di atas transistor berfungsi sebagai saklar elektronik yang
dapat menghidupkan dan mematikan buzzer. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif buzzer dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor
langsung terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan buzzer berbunyi. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor
menjadi 5 volt, keadaan ini menyebabkan buzzer mati.
Transistor yang digunakan dalam rangkaian di atas adalah transistor jenis
NPN, transistor jenis ini akan aktif apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7
volt. Resistor 10 Kohm pada basis berguna untuk membatasi arus yang masuk pada
basis agar transistor tidak rusak. Dengan memberikan tahanan sebesar 4,7 Kohm
berarti arus yang masuk ke basis sebesar 5 0, 001 1 4.700
V volt
A m
R = ohm = = A.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa transistor jenis NPN akan aktif apabila
tegangan pada basis lebih besar dari 0,7 volt, dimana basis dihubungkan dengan P0.4
AT89S51. P0.4 akan memiliki tegangan sebesar 5 volt jika diset high (1) dan memiliki
tegangan 0 volt jika diset low (0). Dengan demikian kita sudah dapat mengendalikan
(menghidupkan/ mematikan) transistor melalui program.
Program yang harus diisikan untuk mengaktifkan transistor yang akan
menyebabkan buzzer berbunyi adalah sebagai berikut,
Dan untuk mematikan buzzer maka program yang harus diisikan adalah,
Clr P0.4
Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan alarm melalui
program.
3.7Rangkaian Pengendali Lampu 220 V AC
Apabila tidak ada gempa yang terdeteksi, maka lampu akan hidup. Rangkaian
pengendali lampu tampak seperti gambar dibawah ini:
2SC945
Gambar 3.7.Rangkaian Pengendali Lampu 220 volt AC
Pada rangkaian di atas, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220 V AC
digunakan relay. Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan
medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positif relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatip relay (kaki 2) dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana medan magnet ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar (kaki 3) terhubung
saklar untuk menghidupkan/mematikan lampu maka kita dapat menghidupkan/
mematikan lampu dengan cara mengaktifkan atau menon-aktifkan relay.
Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan transistor tipe NPN. Cara kerjanya sama dengan proses menghidupkan alarm yang
telah dijelaskan sebelumnya. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif relay dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor
dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung
terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt,
keadaan ini menyebabkan tidak aktif.
Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika
relay dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini.
Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan
ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara normal dioda ini tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinonaktifkan, pada saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke
dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor,
yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.
Program yang harus diisikan untuk mengaktifkan transistor yang akan
mengaktipkan relay, sehingga lampu hidup adalah sebagai berikut,
Setb P0.2
Dan untuk mematikan lampu maka program yang harus diisikan adalah,
Clr P0.2
Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan lampu melalui
3.8 Penguat Sinyal
Rangkaian ini berfungsi untuk memperkuat sinyal yang dihasilkan oleh sensor getaran
sehingga cukup kuat untuk memberikan logika high atau logika low kepada µC
AT89S51. Rangkaian penguat sinyal ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut :
Gambar 3.8 Rangkaian Penguat Sinyal
Sinyal dari sensor akan diperkuat oleh transistor A733 sebagai penguat depan
sekaligus menyesuaikan impedansi input terhadap Op-Amp 358. Op-Amp LM 358
sebagai penguat ganda non inverting memperkuat sinyal yang dihasilkan oleh penguat
depan yaitu transistor A733. Pada Op-Amp pertama sinyal akan dikuatkan sampai
maksimal 100 kali penguatan. Kemudian output dari Op-Amp pertama ini akan
diinputkan ke Op-Amp kedua untuk dikuatkan lagi sampai maksimal 100 kali
penguatan. Dengan demikian output dari Op-Amp kedua mampu mendrive transistor
C945 untuk menekan logika high atau logika low pada pin input µC AT89S51.
Transistor C945 ini merupakan transistor jenis NPN. Transistor ini akan aktif
(saturasi) jika pada basis diberikan tegangan lebih besar dari 0,7 volt. Jika transistor
akan jatuh menjadi 0 volt. Jatuhnya tegangan pada kolektor dari 5 volt ke 0 volt inilah
yang merupakan indikasi adanya rembesan air yang diterima oleh sensor air. Jatuhnya
tegangan pada kolektor dari 5 volt ke 0 volt ini juga akan menyebabkan LED indikator
menyala.
Kolektor dari transistor ini akan dihubungkan ke µC AT89S51, sehingga
perubahan tegangan yang terjadi pada kolektor akan dapat diketahui oleh µC
BAB 4
PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
4.1Rangkaian Sumber Tegangan(PSA)
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,
keluaran 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian, sedangkan
keluaran 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay. Rangkaian tampak seperti gambar di bawah ini,
Gambar 4.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)
Trafo CT merupakan trafo naik turun tegangan (stepdown) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt
AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC
akan diratakan oleh kapasitor 2200 µF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT)
digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada
tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan.
kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak
akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC
langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda. Sebenarnya tegangan 12 volt ini tidak
stabil, namun karena tegangan 12 volt ini hanya digunakan untuk menghidupkan
relay, jadi tidak dipermasalahkan, karena relay dapat hidup dengan tegangan 8 – 15 volt.
4.2 Pengujian Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51
Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut
ini :
Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan
rangkaian ini dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah LED
indikator, dimana transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan
hidup/mati LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktif dan
sebaliknya LED akan mati jika transistor tidak aktif. Tipe transistor yang digunakan
adalah PNP A733, dimana transistor ini akan aktif (saturasi) jika pada basis diberi
tegangan 0 volt (logika low) dan transistor ini akan tidak aktif jika pada basis diberi
tegangan 5 volt (logika high). Basis transistor ini dihubungkan ke pin I/O
mikrokontroler yaitu pada kaki 8 (P3.7).
Langkah selanjutnya adalah mengisikan program sederhana ke mikrokontroler
AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut :
Loop:
Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P3.7 selama selang
waktu tunda. Jika logika pada P3.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian jiga sebaliknya jika logika pada P3.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.
Logika low akan mengaktipkan transistor sehingga LED akan menyala dan
program ini akan membuat LED berkedip terus-menerus. Jika LED telah berkedip
terus menerus sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian
mikrokontroler telah berfungsi dengan baik.
4.3 Pengujian Rangkaian Relay
Apabila ada gempa yang terdeteksi, maka lampu akan mati. Rangkaian pengendali
lampu tampak seperti gambar di bawah ini ,
2SC945
Gambar 4.3 Rangkaian Pengendali Lampu 220 volt AC
Pada rangkaian di atas, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220 V AC
ke kaki 4. Dengan demikian, jika kita gunakan kaki 3 dan kaki 4 pada relay sebagai
saklar untuk menghidupkan/mematikan lampu maka kita dapat menghidupkan/
mematikan lampu dengan cara mengaktifkan atau menaon-aktifkan relay.
Pada rangkaian ini untuk mengaktipkan atau menon-aktifkan relay digunakan
transistor tipe NPN. Cara kerjanya sama dengan proses menghidupkan alarm yang
telah dijelaskan sebelumnya. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif relay dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor
dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung
terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt,
keadaan ini menyebabkan tidak aktif.
Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika relay dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini. Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan
ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara normal dioda ini tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinonaktifkan, pada saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke
dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor,
yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.
Program yang harus diisikan untuk mengaktipkan transistor yang akan
mengaktifkan relay, sehingga lampu hidup adalah sebagai berikut,
Setb P0.2
Dan untuk mematikan lampu maka program yang harus diisikan adalah,
Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan lampu melalui
program.
4.4. Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen
Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini
dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial
dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana segmen akan menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi
logika 1.
Gambar 4.4. Rangkaian Display Seven Segment
Tabel 4.4 Tabel Pengiriman Data Angka Data yang dikirim
1 0ECH
Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai
tersebut adalah sebagai berikut:
Clr ti
sjmp loop
Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen. Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen. Programnya adalah sebagai berikut :
Loop:
mov sbuf,#bil1
Jnb ti,$
Clr ti
mov sbuf,#bil2
Jnb ti,$
Clr ti
mov sbuf,#bil3
Jnb ti,$
Clr ti
sjmp loop
Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen, angka 2 dan dan kemudian angka angka 3
4.5. Rangkaian Pengendali Alarm
Apabila ada gempa yang terdeteksi, maka alarm akan bunyi. Rangkaian alarm tampak
seperti gambar di bawah ini ,
Pada alat ini, alarm yang digunakan adalah buzzer 5 volt. Buzzer ini akan berbunyi jika positifnya dihubungkan ke sumber tegangan positif dan negatifnya
dihubungkan ke ground.
Pada rangkaian di atas transistor berfungsi sebagai saklar elektronik yang
dapat menghidupkan dan mematikan buzzer. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif buzzer dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor
langsung terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan buzzer berbunyi. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor
menjadi 5 volt, keadaan ini menyebabkan buzzer mati.
Transistor yang digunakan dalam rangkaian di atas adalah transistor jenis
NPN, transistor jenis ini akan aktif apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7
volt. Resistor 10 Kohm pada basis berguna untuk membatasi arus yang masuk pada
basis agar transistor tidak rusak. Dengan memberikan tahanan sebesar 4,7 Kohm
berarti arus yang masuk ke basis sebesar 5 0, 001 1 4.700
V volt
A m
R = ohm = = A.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa transistor jenis NPN akan aktif apabila
tegangan pada basis lebih besar dari 0,7 volt, dimana basis dihubungkan dengan P0.4
AT89S51. P0.4 akan memiliki tegangan sebesar 5 volt jika diset high (1) dan memiliki
tegangan 0 volt jika diset low (0). Dengan demikian kita sudah dapat mengendalikan
(menghidupkan/ mematikan) transistor melalui program.
Program yang harus diisikan untuk mengaktifkan transistor yang akan
menyebabkan buzzer berbunyi adalah sebagai berikut,
Setb P0.4
Clr P0.4
Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan alarm melalui
program.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. sensor getaran yang dipakai ternyata memiliki sensitivitas yang tinggi karena
dapat mendeteksi getaran yang sangat kecil.oleh karena sensitivitas yang sangat
tinggi ini maka diputuskan aar sensor tidak menggunakan sumber tegangan AC
karena dapat menimbulkan noise (gangguan) berfrequensi 50 hertz .
2. Sensor Getaran yang dipakai dalam proyek ini tidak dapat memberikan secara
spesifik skala dari kekuatan gempa tersebut tetapi hanya dapat menentukan level
dari getaran yang dihasilkan oleh sensor.
3. pada alat ini menggunakan 2 jenis transistor yaitu transistor jenis NPN dan
transistor jenis PNP dimana transistor jenis NPN digunakan sebagai saklar
elektronik pada rangkaian sebagai penghubung dan pemutus arus pada rangkaian
dan transistor jenis PNP dipakai sebagai pengirim (pensuplay) arus pada rangkaian
5.2. Saran
1. Sebaiknya letak sensor dipisahkan dari keseluruhan papan rangkaian, sehingga
apabila terjadi getaran pada papan rangkaian maka sensor tidak akan terpengaruh
oleh getaran tersebut, sehingga sensor hanya mendeteksi getaran di luar papan
rangkaian.
2. Relay yang dipasang sebagai driver lampu, harus disuplay dengan trafo yang lebih
besar apabila rangkaian pemutus aliran listrik ini dihubungkan langsung ke aliran
listrik, karena biasanya ukuran aliran listrik rumah tangga adalah 450 s/d 950 volt.
DAFTAR PUSTAKA
Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2002
Agfianto, Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta, 2002
Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003
Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.
Suhata, Aplikasi Mikrokontroler Sebagai Pengendali Peralatan Elektronik via Line