PEMROGRAMAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK
SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS AT89S51
TUGAS AKHIR
MIDUK D.V.A. PURBA
052408016
DEPARTEMEN FISIKA
JURUSAN FISIKA INSTRUMENTASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMROGRAMAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS AT89S51
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
MIDUK D.V.A. PURBA 052408016
DEPARTEMEN FISIKA
JURUSAN FISIKA INSTRUMENTASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PEMROGRAMAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : MIDUK D.V.A.PURBA
Nim : 052408016
Prog. studi : D3 FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juli 2008
Diketahui
Ketua Program Studi Pembimbing
D3 Fisika Instrumentasi
Drs. Syahrul Hunaidi, M.Sc Prof.Dr. Eddy Marlianto, M.Sc.
PERNYATAAN
PEMROGRAMAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS AT 89S51
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2008
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karuniaNya tugas akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan teknologi di dunia saat ini, khususnya dalam bidang penanganan gempa belum ada yang dapat mendeteksi secara akurat kapan dimana serta seberapa kuat gempa tersebut. Pada akhirnya kita hanya bisa meminimalkan kerugian akibat bencana alam ini, terutama akibatnya pada aliran listrik yang tidak sempat diputuskan pada saat gempa terjadi. Perlu adanya suatu alat yang dapat memutuskan aliran listrik secara otomatis saat gempa terjadi.
DAFTAR ISI
Daftar Gambar viii
Bab 1: Pendahuluan
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Rumusan Masalah 2
1.3.Tujuan Penulisan 2
1.4.Sistematika Penulisan 3
Bab 2: Tinjauan Pustaka
2.1.Perangakat Keras 5
2.1.1.Arsitektur Mikrokontroller AT89S51 5 2.1.2.Konstruksi AT 89S51 7
2.1.3.Relay 11
2.1.4.Seven Segmen 13
2.2.Perangkat Lunak 16
2.2.1.Bahasa Assembly MCS-51 16 2.2.2.Software 8051 Editor, Assembler, Simulator(IDE) 19 2.2.3.Software Downloader 20
Bab 3: Perancangan Alat dan Bahan
3.2.1.Diagram Alir 25
3.3.Perancangan Power Suplay (PSA) 26 3.4.Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 27 3.5.Rangkaian Display Seven Segmen 28 3.6.Rangkaian Pengendali Alarm 29 3.7.Rangkaian Pengendali Lampu 220 V AC 31 3.8.Rangkaian Penguat Sinyal 33
Bab 4: Pengujian dan Analisa System
4.1.Rangkaian Power Supply (PSA) 35 4.2.Pengujian Rangkaian Minimum Mikrokontroler AT89S51 36 4.3.Pengujian Rangkaian Relay 38 4.4.Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen 40 4.5.Rangkaian Pengendali Alarm 43
Bab 5: Penutup
5.1.Kesimpulan 45
5.2.Saran 46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT 89S51 8 Gambar 2.2 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 13 Gambar 2.3 Susunan Seven Segmen 14 Gambar 2.4 Seven Segmen tipe common anoda 14 Gambar 2.5 Seven Segmen tipe common katoda 15 Gambar 2.6 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 20 Gambar 2.7 ISP – Flash Programer 3.a 21
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian pemutus aliran listrik saat terjadi gempa
Dengan menggunakan AT89S51 22
Gambar 3.2 Diagram Alir Program 25 Gambar 3.3 Rangkaian Power Suply 26 Gambar 3.4 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 27 Gambar 3.5 Rangkaian Display Seven Segmen 29 Gambar 3.6 Rangkaian Pengendali Alarm 29 Gambar 3.7 Rangkaian Pengendali Lampu 220 volt AC 31 Gambar 3.8 Rangkaian Penguat Sinyal 33
DAFTAR TABEL
Halaman
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan teknologi di dunia saat ini, khususnya dalam bidang penanganan gempa belum ada yang dapat mendeteksi secara akurat kapan dimana serta seberapa kuat gempa tersebut. Pada akhirnya kita hanya bisa meminimalkan kerugian akibat bencana alam ini, terutama akibatnya pada aliran listrik yang tidak sempat diputuskan pada saat gempa terjadi. Perlu adanya suatu alat yang dapat memutuskan aliran listrik secara otomatis saat gempa terjadi.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang ini, tehnologi di bagian alat instrumentasi berkembang semakian
pesat terutama di bagian penanganan gempa. Namun, alat-alat penanganan gempa
tersebut tidak semua dapat meminimalkan kerugian yang terjadi akibat gempa.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu dibuat suatu alat yang dapat meminimalkan
kerugian dan bahaya yang ditimbulkan oleh gempa tersebut. terutama kerugian yang
ditimbulkan oleh aliran listrik yang tetap menyala sewaktu gempa berlangsung. Alat
pemutus aliran listrik secara otomatis adalah jawabannya. Dengan adanya alat
terjadinya gempa, dapat dimatikan secara otomatis tampa harus dimatikan secara
manual.
Untuk itu telah dirancang suatu sistem yang dapat membantu mengatasi hal
tersebut dan menjelaskannya dalam bentuk tugas akhir dengan judul “Pemrograman
alat pemutus aliran listrik saat terjadi gempa berbasis mikrokontroller AT89S51”.
Bahasa yang digunakan dalam pembahasan laporan proyek ini adalah bahasa
pemrograman Assembler.
Dengan adanya alat ini diharapkan masyarakat akan sedikit merasa lega karena
bahaya yang ditimbulkan oleh listrik yang tidak terkontrol saat musibah berlangsung
dapat diatasi secara otomatis, sehingga dengan adanya alat ini masyarakat tidak perlu
lagi takut akan efek yang terjadi apabila listrik tetap menyala sewaktu terjadi gempa.
I.2. Rumusan Masalah
Mengacu pada hal diatas, pada laporan ini dijelaskan suatu sitem pemutus aliran listrik
secara otomatis dengan menggunakan mikrokontroler.
Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak dari system, yang berfungsi
mengendalikan semua rangkaian dan akan menampilkan kondisi dari keluaran sensor
jika gempa terjadi dan memutuskan aliran lisrik secara otomatis
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dilakukan Laporan Proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan mikrokontroller sebagai alat pengendali rangkaian pemutus
aliran listrik saat terjadi gempa
2. Memanfaatkan sensor untuk mengetahui ada atau tidaknya gempa yang terjadi
3. Memprogram sebuah alat yang dapat memutuskan aliran litrik secara otomatis
pada saat terjadi gempa
4. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Diploma Tiga (D-3) Fisika
Instrumentasi FMIPA Universitas Sumatera Utara.
I.4 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang
digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori
pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware
dan software), bahasa program yang dipergunakan, serta cara kerja dari
component tester dan komponen pendukung.
BAB 3 RANCANGAN SISTEM ALAT
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok
dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram
alir dari program, serta penjelasan mengenai program yang diisikan ke
mikrokontroler AT89S51.
BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja
alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk
BAB 5 PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari pembahasan
yang dilakukan dari laporan proyek ini serta saran–saran dari penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PERANGKAT KERAS
2.1.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan
mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru.
Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor
yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi
secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah
(dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebetuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk
memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat
Bantu dan mainan yang lebih canggih.
Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam
masuk atau keluar. sensor jarak yang mendeteksi adanya orang di depan pintu yang
akan masuk, akan dilanjutkan ke mikrokontroler untuk kemudian membuka pintu
secara otomatis, dan kembali menutup saat orang tersebut melewati pintu.
Selain system pintu otomatis di atas, kita juga dapat menjumpai aplikasi
mikrokontroler dalam bidang pengukuran jarak jauh atau yang dikenal dengan system
telemetri. Misalnya pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka
akan lebih nyaman jika dipasang suatu system pengukuran yang bisa mengirimkan
data lewat pemancar dan diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup
aman dari sumbernya. Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu
system akuisisi data sekaligus system pengiriman data secara serial (melalui
pemancar), yang semuanya itu bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan.
Tidak seperti system komputer, yang mampu menangani berbagai macam
program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya),
mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan
lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada system computer
perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna
disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka
perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada
control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang
ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat
penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada
mikrokontroler yang bersangkutan.
2.1.2. Kontruksi AT89S51
Mikrokontrol AT89SS51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1
kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo Ohm
dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini
AT89c51 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan
frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi
rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja
mikrokontroler.
Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.
Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan
catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori
penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori progam.
Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu
daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai
untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.
Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah
baku dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC
mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler
mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang
disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra
Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan
setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.
Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S51 adalah Flash
PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat
Memori Data yang disediakan dalam chip AT89c51 sebesar 128 byte,
meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah
cukup.
Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasa. AT89S51
mempunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1
(P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7).
AT89S51
Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 :
VCC (Pin 40)
Suplai tegangan
GND (Pin 20)
Ground
Port 0 (Pin 39-Pin 32)
Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun
penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini
dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai
input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.
Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai
internal pull up.
Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat
Port 2 (Pin 21 – pin 28)
Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat
mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan
mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull
up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini
dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.
Port 3 (Pin 10 – pin 17)
Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga
mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Pin dan Fungsi Pin Mikrokontroler AT89S51
Nama pin Fungsi
P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial) P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial) P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal) P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal) P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0) P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)
RST (pin 9)
Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.
ALE/PROG (pin 30)
Address Latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat
selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG)
selama memprogam Flash.
PSEN (pin 29)
Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.
EA (pin 31)
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan
menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika
kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada
memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12
XTAL1 (pin 19)
Input untuk clock internal.
XTAL2 (pin 18)
Output dari osilator.
2.1.3. Relay
Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan
suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus
dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada
rangkaian adalah arus DC.
Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan
pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak
menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami
gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub
asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan
relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak
yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan
dalam suatu rangkaian.
Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :
a. Normaly Open (ON), saklar akan terbuka bila dialiri arus
b. Normaly Close (OFF), saklar akan tertutup bila dialiri arus
c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya tertutup
yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A,
sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal
B.
Analogi rangkaian relay yang digunakan pada laporan tugas akhir ini adalah
saat basis transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat
menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.
Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan
induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor.
Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus
tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang
Bentuk relay yang digunakan dengan rangkaian driver dapat dilihat pada
gambar2.24.
Vcc
Tr VB
Dioda
a. Simbol b. Relay dengan rangkaian driver
Gambar 2.2 Simbol Relay dan Rangkaian Driver
2.1.4 Seven Segmen
Seven segmen merupakan komponen elektronika yang banyak digunakan untuk
menampilkan angka. Seven segmen ini sebenarnya merupakan LED yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola tertentu, dimana jika LED –LED
tersebut dinyalakan dengan kombinasi tertentu, maka akan terbentuk suatu angka
Seven segmen mempunyai 7 buah segmen ditambah 1 segmen yang berfungsi
sebagai desimal point. Gambar susunan dari seven segmen ditunjukkan pada gambar
berikut ini :
Gambar 2.3 Susunan Seven Segmen
Segmen yang atas disebut segmen a, segmen sebelah kanan atas disebut
segmen b, dan seterusnya sesuai gambar di atas. Dp merupakan singkatan dari desimal
point.
Seven segmen ada 2 tipe, yaitu common anoda dan common katoda. Pada
seven segmen tipe common anoda, anoda dari setiap LED dihubungkan menjadi satu
kemudian dihubungkan ke sumber tegangan positip dan katoda dari masing-masing
LED berfungsi sebagai input dari seven segmen, seperti ditunjukkan pada gambar
Gambar 2.4 konfigurasi seven segmen tipe common anoda
Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen,
maka katodanya harus diberi tegangan 0 volt atau logika low. Misalnya jika segmen a
akan dinyalakan, maka katoda pada segmen a harus diberi tegangan 0 volt atau logika
low, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian juga untuk segmen
lainnya.
Pada seven segmen tipe common katoda, katoda dari setiap LED dihubungkan
menjadi satu kemudian dihubungkan ke ground dan anoda dari masing-masing LED
berfungsi sebagai input dari seven segmen, seperti ditunjukkan pada gambar berikut
Gambar 2.5 konfigurasi seven segmen tipe common katoda
Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segmen,
maka anodanya harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high. Misalnya jika
segmen a akan dinyalakan, maka anoda pada segmen a harus diberi tegangan minimal
3 volt atau logika high, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian
2.2PERANGKAT LUNAK
2.2.1 Bahasa Assembly MCS-51
Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89C51 adalah
bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa
ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10
instruksi. Instruksi–instruksi tersebut antara lain :
1. Instruksi MOV
Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register
tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.
Contoh pengisian nilai secara langsung
MOV R0,#20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.
Contoh pengisian nilai secara tidak langsung
MOV 20h,#80h
...
...
Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20
Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah
alamat.
2. Instruksi DJNZ
Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk
mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil
pengurangannya belum nol. Contoh ,
MOV R0,#80h
Loop: ...
...
DJNZ R0,Loop
...
R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan
meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.
3. Instruksi ACALL
Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :
...
...
TUNDA:
...
4. Instruksi RET
Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin
pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,
ACALL TUNDA
...
TUNDA:
...
RET
5. Instruksi JMP (Jump)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,
Loop:
...
...
JMP Loop
6. Instruksi JB (Jump if bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika high (1). Contoh,
JB P1.0,Loop
...
7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika Low (0). Contoh,
Loop:
JNB P1.0,Loop
...
8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)
Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register
dengan suatu nilai tertentu. Contoh,
Loop:
...
CJNE R0,#20h,Loop
...
Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin
Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan
instruksi selanjutnya..
Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
MOV R0,#20h R0 = 20h
...
DEC R0 R0 = R0 – 1
...
10.Instruksi INC (Increament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
MOV R0,#20h R0 = 20h
...
INC R0 R0 = R0 + 1
...
11.Dan lain sebagainya
2.2.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)
Gambar 2.6. 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)
Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble
(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika
masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan
perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu
sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.
Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke
dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.
2.2.3 Software Downloader
Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller
digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.
Tampilannya seperti gambar di samping
Gambar 2.7. ISP- Flash Programmer 3.a
Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil
file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk
BAB 3
PERANCANGAN ALAT DAN BAHAN
3.1 Perancangan Alat
3.1.1 Diagram Blok
Secara garis besar rangkaian pendeteksi gempa dengan menggunakan mikrokontroller
AT89S51 memiliki 7 blok utama. Yaitu Mikrokontroler AT89S51, sensor gempa,
penguat sensor, display, alarm, dan rangkaian relay. Diagram blok rangkaian tampak
seperti gambar berikut :
µ
C AT89S51
relay
relay
Penguat
Sinyal
Sensor
Getar
Display
Alarm
Lampu
Gambar 3.1 diagram blok dari rangkaian pemutus aliran listrik saat terjadi
gempa dengan menggunakan mikrokontroller AT89S51.
Sensor dihubungkan ke penguat sinyal supaya sehingga apabila sensor
mendapat input getaran sensor dapat memberikan logika high dan logika low ke
microkontroller. Sehingga relay yang berfungsi sebagai saklar elektronik yang akan
menghidupkan lampu dan alarm jika diberi nilai high pada inputnya. Sedangkan
keadaan gempa dalam angka, apakah gempa tersebut termasuk gempa berskala rendah
( angka 1 ), atau berskala besar (angka 2).
3.1.2 Sistem Kerja Rangkaian
Jika sensor menerima sinyal berupa getaran maka sensor akan mengirimkan sinyal
tersebut ke ADC kemudian data yang masuk ke ADC akan diubah menjadi data
digital dan dikirimkan dikirimkan ke mikrokontroller dengan dikirimkannya data ke
mikrokontroller maka akan terjadi komunikasi antara sensor dengan mikrokontroller.
Selanjutnya mikrokontroler akan mengambil data dari output sensor, sehingga
mikrokontroler AT89S51 mengetahui data yang dikirimkan oleh sensor tersebut dan
data ini akan dianggap oleh mikrokontroler sebagai perintah untuk mengerjakan
sesuatu ( menampilkan skala pada display dan menghidupkan alarm dan memutuskan
3.2. Pemrograman
; = = = = = = = = = = = = = = = === ; ; earthquake detector miduk version ; ; = = = = = = = = = = = = = = = === ;
jb sensor1,cek_sensor2
call angka1
call hidup_lampu
call hidup_alarm
jmp utama
cek_sensor2:
jb sensor2,mulai
call angka2
call mati_lampu
call hidup_alarm
3.2.1 Diagram Alir
Gambar 3.2. Diagram Alir Program
Program diawali dengan mulai yang berarti rangkaian diaktifkan, kemudian
mikrokontroller akan mendeteksi nilai- nilai yang diinputkan oleh sensor. Jika nilai
yang diinputkan sensor ke mikrokontroller adalah 1, maka mikrokontroller akan
menyalakan alarm, kemudian mikrokontroller akan menampilkan status pada display,
Dan memutuskan aliran listrik. Selanjutnya mikrokontroller akan kembali mendeteksi
3.3. Perancangan Power Supplay (PSA)
Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,
keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,
sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke motor stepper.
Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2.
Vreg
Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)
Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan
disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan
diratakan oleh kapasitor 2200 µF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan
masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP
TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada
rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika
rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari
keluaran 2 buah dioda penyearah.
3.4. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Kompoen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC inilah semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:
5V
Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit. Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3 Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground. Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.
Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke
positip dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen
ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah
power aktip. Lamanya waktu antara aktipnya power pada IC mikrokontroler dan
aktipnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika
dihitung maka lama waktunya adalah :
10 10 1 det
t=R x C= KΩ x µF = m ik
Jadi 1 mili detik setelah power aktip pada IC kemudian program aktip.
Untuk menampilkan angka dari setiap keluaran sensor 1 dan sensor 2, maka
dibutuhkan sebuah display untuk menampilkannya. Pada alat ini, display yang
digunakan adalah display seven segmen, yang terdiri dari 1 buah seven segmen.
Display seven segmen ini akan diaktipkan oleh IC 4094 yang merupakan IC
serial to paralel (serial in paralel out). Jadi data dimasukkan ke dalam IC ini dengan
mengirimkan data serial. Keluaran dari IC 4094 ini langsung dihubungkan ke seven
segmen, sehingga data serial yang diterima oleh input IC ini akan ditampilkan nilainya
pada seven segmen.
Rangkaian ini terhubung ke P3.0 dan P3.1, yang mempunyai fungsi khusus
sebagai pengiriman data secara serial. Sehingga nilai yang akan tampil pada display
seven segmen akan dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51. Rangkaian
display seven segmen daitunjukkan pada gambar berikut ini :
5V
3.6. Rangkaian Pengendali Alarm
Apabila seven segmen menampilkan angka 1, maka alarm akan bunyi. Rangkaian alarm tampak seperti gambar di bawah ini,
C945
4.7kΩ
P0.4 AT89S51 5 Volt
Buzzer
Gambar 3.4 Rangkaian Pengendali Alarm
Pada alat ini, alarm yang digunakan adalah buzzer 5 volt. Buzzer ini akan
berbunyi jika positipnya dihubungkan ke sumber tegangan positip dan negatipnya
negatipnya dihubungkan ke ground.
Pada rangkaian di atas transistor berfungsi sebagai saklar elektronik yang
dapat menghidupkan dan mematikan buzzer. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip
buzzer dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika
transistor dalam keadaan aktip maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana
menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan buzzer berbunyi. Sebaliknya jika
transistor tidak aktip, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan
pada kolektor menjadi 5 volt, keadaan ini menyebabkan buzzer mati.
Transistor yang digunakan dalam rangkaian di atas adalah transistor jenis
NPN, transistor jenis ini akan aktip apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7
volt. Resistor 10 Kohm pada basis berguna untuk membatasi arus yang masuk pada
basis agar transistor tidak rusak. Dengan memberikan tahanan sebesar 4,7 Kohm
berarti arus yang masuk ke basis sebesar 5 0, 001 1 4.700
V volt
A m
R = ohm = = A .
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa transistor jenis NPN akan aktip apabila
tegangan pada basis lebih besar dari 0,7 volt, dimana basis dihubungkan dengan P0.4
AT89S51. P0.4 akan memiliki tegangan sebesar 5 volt jika diset high (1) dan memiliki
tegangan 0 volt jika diset low (0). Dengan demikian kita sudah dapat mengendalikan
(menghidupkan/ mematikan) transistor melalui program.
Program yang harus diisikan untuk mengaktipkan transistor yang akan
menyebabkan buzzer berbunyi adalah sebagai berikut,
Dan untuk mematikan buzzer maka program yang harus diisikan adalah,
Clr P0.4
Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan alarm melalui
program.
3.7. Rangkaian Pengendali Lampu 220 V AC
Apabila tidak ada gempa yang terdeteksi, maka lampu akan hidup. Rangkaian
pengendali lampu tampak seperti gambar di bawah ini ,
2SC945
4.7kΩ
P0.2 AT89S51
Dioda
K Relay
12V Lam pu 1
220 V (PLN)
Gambar 3.5 Rangkaian Pengendali Lampu 220 volt AC
Pada rangkaian di atas, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220 V AC
lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan
medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positip
relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatip relay (kaki 2)
dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana
medan magnet ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar (kaki 3) terhubung
ke kaki 4. Dengan demikian, jika kita gunakan kaki 3 dan kaki 4 pada relay sebagai
saklar untuk menghidupkan/mematikan lampu maka kita dapat menghidupkan/
mematikan lampu dengan cara mengaktipkan atau menaon-aktipkan relay.
Pada rangkaian ini untuk mengaktipkan atau menon-aktipkan relay digunakan
transistor tipe NPN. Cara kerjanya sama dengan proses menghidupkan alarm yang
telah dijelaskan sebelumnya. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip relay
dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor
dalam keadaan aktip maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung
terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan
ini akan mengakibatkan relay aktip. Sebaliknya jika transistor tidak aktip, maka
kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt,
keadaan ini menyebabkan tidak aktip.
Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika
Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan
ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara normal dioda ini
tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinonaktipkan, pada
saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke
dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor,
yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.
Program yang harus diisikan untuk mengaktipkan transistor yang akan
mengaktipkan relay, sehingga lampu hidup adalah sebagai berikut,
Setb P0.2
Dan untuk mematikan lampu maka program yang harus diisikan adalah,
Clr P0.2
Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan lampu melalui
program.
3.8. Penguat Sinyal
Rangkaian ini berfungsi untuk memperkuat sinyal yang dihasilkan oleh sensor gempa
sehingga cukup kuat untuk memberikan logika high atau logika low kepada µC
A733
Gambar 3.6 Rangkaian penguat sinyal
Sinyal dari sensor akan diperkuat oleh transistor A733 sebagai penguat depan
sekaligus menyesuiakan impedansi input terhadap Op-Amp 358. Op-Amp LM 358
sebagai penguat ganda non inverting memperkuat sinyal yang dihasilkan oleh penguat
depan yaitu transistor A733. Pada Op_Amp pertama sinyal akan dikuatkan sampai
maksimal 100 kali penguatan. Kemudian output dari Op-Amp pertama ini akan
diinputkan ke Op-Amp kedua untuk dikuatkan lagi sampai maksimal 100 kali
penguatan. Dengan demikian output dari Op-Amp kedua mampu mendrive transistor
Transistor C945 ini merupakan transistor jenis NPN. Transistor ini akan aktip
(saturasi) jika pada basis diberikan tegangan lebih besar dari 0,7 volt. Jika transistor
ini aktip, maka kolektor akan terhubung ke emitor sehingga tegangan pada kolektor
akan jatuh menjadi 0 volt. Jatuhnya tegangan pada kolektor dari 5 volt ke 0 volt inilah
yang merupakan indikasi adanya rembesan air yang diterima oleh sensor air. Jatuhnya
tegangan pada kolektor dari 5 volt ke 0 volt ini juga akan menyebabkan LED indikator
menyala.
Kolektor dari transistor ini akan dihubungkan ke µC AT89S51, sehingga
perubahan tegangan yang terjadi pada kolektor akan dapat diketahui oleh µC
BAB 4
PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
4.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,
keluaran 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian, sedangkan
keluaran 12 volt digunakan untuk menghidupkan relay. Rangkaian tampak seperti
gambar di bawah ini,
Vreg
Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan
disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan
diratakan oleh kapasitor 2200 µF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan
agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan
masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP
TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada
rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika
rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari
keluaran 2 buah dioda. Sebenarnya tegangan 12 volt ini tidak stabil, namun karena
tegangan 12 volt ini hanya digunakan untuk menghidupkan relay, jadi tidak
dipermasalahkan, karena relay dapat hidup dengan tegangan 8 – 15 volt.
4.2 Pengujian Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51
P1.0
Gambar 4.2 Rangkaian minimum AT89S51
Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan
rangkaian ini dengan sebuah transistor A733 yang dihubungkan dengan sebuah LED
indikator, dimana transistor disini berfungsi sebagai saklar untuk mengendalikan
hidup/mati LED. Dengan demikian LED akan menyala jika transistor aktip dan
sebaliknya LED akan mati jika transistor tidak aktip. Tipe transistor yang digunakan
adalah PNP A733, dimana transistor ini akan aktip (saturasi) jika pada basis diberi
tegangan 5 volt (logika high). Basis transistor ini dihubungkan ke pin I/O
mikrokontroler yaitu pada kaki 8 (P3.7).
Langkah selanjutnya adalah mengisikan program sederhana ke mikrokontroler
AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut :
Loop:
Cpl P3.7
Acall tunda
sjmp loop
tunda:
mov r7,#255
tnd:
mov r6,#255
djnz r6,$
djnz r7,tnd
ret
Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P3.7 selama selang
waktu tunda. Jika logika pada P3.7 high maka akan diubah menjadi low, demikian jiga
sebaliknya jika logika pada P3.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.
Logika low akan mengaktipkan transistor sehingga LED akan menyala dan
logika high akan menonaktipkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian
terus menerus sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian
mikrokontroler telah berfungsi dengan baik.
4.3 Pengujian Rangkaian Relay
Apabila ada gempa yang terdeteksi, maka lampu akan mati. Rangkaian pengendali
lampu tampak seperti gambar di bawah ini ,
2SC945
4.7kΩ
P0.2 AT89S51
Dioda
K Relay
12V Lam pu 1
220 V (PLN)
Gambar 4.3 Rangkaian Pengendali Lampu 220 volt AC
Pada rangkaian di atas, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220 V AC
digunakan relay. Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari
lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan
relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatip relay (kaki 2)
dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana
medan magnet ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar (kaki 3) terhubung
ke kaki 4. Dengan demikian, jika kita gunakan kaki 3 dan kaki 4 pada relay sebagai
saklar untuk menghidupkan/mematikan lampu maka kita dapat menghidupkan/
mematikan lampu dengan cara mengaktipkan atau menaon-aktipkan relay.
Pada rangkaian ini untuk mengaktipkan atau menon-aktipkan relay digunakan
transistor tipe NPN. Cara kerjanya sama dengan proses menghidupkan alarm yang
telah dijelaskan sebelumnya. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip relay
dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor
dalam keadaan aktip maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung
terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan
ini akan mengakibatkan relay aktip. Sebaliknya jika transistor tidak aktip, maka
kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt,
keadaan ini menyebabkan tidak aktip.
Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika
relay dinon-aktipkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini.
Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan
tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinonaktipkan, pada
saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke
dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor,
yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.
Program yang harus diisikan untuk mengaktipkan transistor yang akan
mengaktipkan relay, sehingga lampu hidup adalah sebagai berikut,
Setb P0.2
Dan untuk mematikan lampu maka program yang harus diisikan adalah,
Clr P0.2
Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan lampu melalui
4.4. Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen
Gambar 4.4 rangkaian display seven segment
Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan
rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu
pada port serial dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common
anoda, dimana semen akan menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan
mati jika diberi logika 1.
Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk
menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut:
Angka Data yang dikirim
3 88H
Tabel 4.1 Pengisian angka ke program dalam bentuk heksadesimal
Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai
tersebut adalah sebagai berikut:
Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen.
Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah
dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen.
Programnya adalah sebagai berikut :
Loop:
mov sbuf,#bil1
Jnb ti,$
Clr ti
mov sbuf,#bil2
Jnb ti,$
Clr ti
mov sbuf,#bil3
Jnb ti,$
Clr ti
sjmp loop
Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen, angka 2 dan dan
kemudian angka angka 3
1.1Rangkaian Pengendali Alarm
C945
4.7kΩ
P0.4 AT89S51 5 Volt
Buzzer
Gambar 4.5 Rangkaian Pengendali Alarm
Pada alat ini, alarm yang digunakan adalah buzzer 5 volt. Buzzer ini akan
berbunyi jika positipnya dihubungkan ke summber tegangan positip dan negatipnya
dihubungkan ke ground.
Pada rangkaian di atas transistor berfungsi sebagai saklar elektronik yang
dapat menghidupkan dan mematikan buzzer. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip
buzzer dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika
transistor dalam keadaan aktip maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana
emitor langsung terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor
menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan buzzer berbunyi. Sebaliknya jika
transistor tidak aktip, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan
Transistor yang digunakan dalam rangkaian di atas adalah transistor jenis
NPN, transistor jenis ini akan aktip apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7
volt. Resistor 10 Kohm pada basis berguna untuk membatasi arus yang masuk pada
basis agar transistor tidak rusak. Dengan memberikan tahanan sebesar 4,7 Kohm
berarti arus yang masuk ke basis sebesar 5 0, 001 1 4.700
V volt
A m
R = ohm = = A .
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa transistor jenis NPN akan aktip apabila
tegangan pada basis lebih besar dari 0,7 volt, dimana basis dihubungkan dengan P0.4
AT89S51. P0.4 akan memiliki tegangan sebesar 5 volt jika diset high (1) dan memiliki
tegangan 0 volt jika diset low (0). Dengan demikian kita sudah dapat mengendalikan
(menghidupkan/ mematikan) transistor melalui program.
Program yang harus diisikan untuk mengaktipkan transistor yang akan
menyebabkan buzzer berbunyi adalah sebagai berikut,
Setb P0.4
Dan untuk mematikan buzzer maka program yang harus diisikan adalah,
Clr P0.4
Dengan demikian kita sudah dapat menghidupkan dan mematikan alarm melalui
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam mengerjakan laporan tugas akhir ini penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan antara lain:
1. Alat pemutus aliran listrik ini dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga akan
bahaya yang terjadi akibat dari listrik yang tidak sempat dimatikan pada saat
gempa terjadi., sehingga aliran listrik dapat dimatikan secara otomatis.
2. Dalam Pemrograman alat pemutus aliran listrik saat terjadi gempa, terlebih
dahulu dikenalkan sensor 1, sensor 2, alarm, serta lampu ke port
mikrokontroler AT89S51, supaya mikrokontroler dapat langsung membaca
3. Dalam Pemrograman juga di berikan harga nilai untuk keluaran sensor
pertama, yaitu angka 0, angka 1, dan angka 2. Agar level yang diberikan oleh
sensor dapat ditampilkan ke display seven segmen.
5.2. Saran
1. Untuk meminimalkan kerugian yang terjadi akibat gempa, perlu adanya alat
pemutus aliran listrik otomatis saat terjadinya gempa, terkhusus untuk masalah
listrik yang sagat berbahaya apabila tidak dimatikan.
2. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut dari alat pemutus aliran listrik saat
gempa, karena alat ini tidak dapat menunjukkan skala kekuatan gempa tersebut.
3. Apabila ada pengembangan pada alat pemutus aliran listrik ini, maka program
yang diberikan cukup menambahkan nilai sensor serta pengenalan sensor ke port
DAFTAR PUSTAKA
Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2002
Agfianto, Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta, 2002
Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler
AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003
Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.
EKSPEDISI PERBAIKAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama : MIDUK D.V.A.PURBA Nim : 052408016
Prog. Studi : FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : PEMROGRAMAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS AT89S51
No Tanggal Penerima Tanda Tangan
1 Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc.
EKSPEDISI PENYERAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama : MIDUK D.V.A.PURBA Nim : 052408016
Prog. Studi : FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : PEMROGRAMAN ALAT PEMUTUS ALIRAN LISTRIK SAAT TERJADI GEMPA BERBASIS AT89S51
No Tanggal Penerima Tanda Tangan
1 Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc.
2 Drs. Setia Sembiring