• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Rendemen Dan Mutu Minyak Jeringau ( acorus calamus ) Berdasarkan Variasi Kadar Air Yang Diperolah Secara Proses Destilasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Rendemen Dan Mutu Minyak Jeringau ( acorus calamus ) Berdasarkan Variasi Kadar Air Yang Diperolah Secara Proses Destilasi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA RENDEMEN DAN MUTU MINYAK JERINGAU

( acorus calamus ) BERDASARKAN VARIASI KADAR AIR

YANG DIPEROLAH SECARA PROSES DESTILASI

SKRIPSI

ANGGIA MURNI 080822031

PROGRAM STUDI SARJANA KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA RENDEMEN DAN MUTU MINYAK JERINGAU ( acorus calamus ) BERDASARKAN VARIASI KADAR AIR

YANG DIPEROLAH SECARA PROSES DESTILASI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ANGGIA MURNI 080822031

PROGRAM STUDI SARJANA KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Nomor Induk Mahasiswa : 080822031

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Desember 2010

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Ahmad Darwin Bangun,MSc Prof. Dr. Pina Barus, MS NIP 195211161980031001 NIP 194606041980031001

Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

ANALISA RENDEMEN DAN MUTU MINYAK JERINGAU ( acorus calamus ) BERDASARKAN VARIASI KADAR AIR

YANG DIPEROLAH SECARA PROSES DESTILASI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2010

(5)

PENGHARGAAN

Bissmillahirohmanirrohim

Alhamdulillah, puji dan syukur saya persembahkan atas kehadirat ALLAH

SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

Utara. Tak lupa pula shalawat dan salam saya sampaikan kepada Rasulullah

Muhammad SAW, sebagai tauladan umat.

Selanjutnya teristimewa penghargaan yang tulus saya berikan kepada

orang-orang yang saya sayangi, yaitu Ayahanda Pungut dan Ibunda Warnida serta Kakak

saya Devi Puwanti dan Syuhada Purwaningsih, Abangda Budi Syafriadi dan Adik

Teguh Ariffandi yang telah memberikan dorongan baik materil dan spiritual dan

motivasi serta senantiasa mendoakan dalam setiap langkah dan usaha sehingga saya

dapat meyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr. Pina Barus, MS selaku pembimbing 1 dan Drs. Ahmad Darwin

Bangun,MSc selaku Dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberikan

pengarahan dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

2. Ibu DR.Rumondang Bulan,MS ,selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas

(6)

3. Bapak/Ibu Dosen serta staff Pegawai Program Studi Kimia Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing

saya sewaktu di bangku perkuliahan.

4. Teman – teman saya yaitu Fitria Permatasari SSi, Yeni Mardhia SSi, Mila Amelia

SSi dan Nora Anggereini SSi yang selalu memberikan semangat dan motivasi

serta membantu dan mendoakan sehingga saya dapat menyelsaikan skripsi ini.

5. Kepada Kak Nataline, Mawaddah dan seluruh teman dan kerabat yang telah

membantu dan memberi dorongan, semangat dalam suka dan duka demi

penyelesaian Skripsi ini.

Pada penulisan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak terdapat

Kekurangan karena keterbatasan pengetahuan saya, maka dengan segala kerendahan

hati penulis Memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata saya berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Desember 2010

(7)

ABSTRAK

(8)

ANALYSIS and QUALITY OIL JERINGAU RESULT (acorus

Calamus) BASED ON VARIATION IN WATER CONTENT

OBTAINED by THE DESTILATION PROCESS

ABSTRACT

(9)
(10)

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengeringan 9

2.6 Pengaruh Pengeringan Terhadap Mikrobia 11

BAB 3 METODE PENELITIAN 12

3.1 Bahan-bahan 12

3.2 Alat-alat 12

3.3 Prosedur Penelitian 13

3.3.1 Destilasi Jeringau 13

3.3.2 Penentuan Rendemen Minyak 13

3.3.3 Penentuan Indeks Bias 13

3.4.1 Destilasi Tumbuhan Jeringau 15

3.4.2 Penentuan Rendemen Minyak Jeringau 15

3.4.3 Penentuan Indeks Bias 16

4.1.1 Penentuan Rendemen 19

4.2 Pembahasan 22

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 25

5.1 Kesimpulan 25

5.2 Saran 25

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Batas Mutu Minyak Jeringau Berdasarkan Kutipan 8

Trubus Volume 7

Tabel 4.1.2.1 Data Hasil Penentuan Indeks Bias Minyak Jeringau Kadar 19

Air 10%

Tabel 4.1.2.2 Data Hasil Penentuan Indeks Bias Minyak Jeringau Kadar 20

Air 15%

Tabel 4.1.3.1 Data Hasil Penentuan Berat Minyak Jeringau Kadar Air 10% 20

Tabel 4.1.3.2 Data Hasil Penentuan Berat Minyak Jeringau Kadar Air 15% 20

Tabel 4.1.4.1 Data Hasil Penentuan Bilangan Asam Minyak Jeringau 21

Kadar Air 10 %

Tabel 4.1.4.2 Data Hasil Penentuan Bilangan Asam Minyak Jeringau 21

Kadar Air 15 %

Tabel 4.2 Data hasil karakteristik minyak jeringau secara fisika dan kimia 22

Tabel 4.3 Tabel data karakteristik secara fisika dan kimia dengan 22

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

ABSTRAK

(14)

ANALYSIS and QUALITY OIL JERINGAU RESULT (acorus

Calamus) BASED ON VARIATION IN WATER CONTENT

OBTAINED by THE DESTILATION PROCESS

ABSTRACT

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanaman jeringau (jerangau, dlingo, acorus calamus) merupakan tumbuhan air,

tumbuh liar di pinggiran sungai, rawa-rawa maupun lahan yang tergenang air

sepanjang tahun. Oleh masyarakat, jeringau dibudidayakan dengan cara menanamnya

di comberan samping rumah. Sepintas tanaman jeringau mirip dengan pandan, tetapi

daunnya lebih kecil dan tumbuh lurus seperti pedang. Warna daun hijau tua dan

permukaannya licin. Batang tanaman berada dalam lumpur berupa rimpang dengan

akar serabut yang besar.

Penampang rimpang sekitar 1 cm sampai dengan 1,5 cm, sementara akarnya

sekitar 3 mm sampai dengan 4 mm. Rimpang beruas-ruas dengan tunas pada tiap ruas.

Panjang rimpang tergantung umur tanaman serta tingkat kegemburan lumpur. Pada

pertumbuhan optimal, rimpang jeringau bisa bercabang dan melingkar-lingkar

sepanjang 60 cm. Jeringau tumbuh merumpun membentuk satu koloni tanaman yang

makin lama akan semakin melebar. Perkembangbiakannya bisa dilakukan secara

generatif, tetapi hal ini hanya akan terjadi di kawasan yang mendekati sub tropis. Di

kawasan tropis, jeringau berkembangbiak melalui tunas rimpang yang akan tumbuh

menjadi sulur serta individu tanaman baru. Seluruh bagian tanaman, mulai dari daun,

rimpang sampai ke akarnya berbau sangat keras dan khas jeringau.

Meskipun tanaman ini banyak terdapat di Indonesia, tetapi belum pernah ada

pengusaha yang berminat untuk membudidayakannya sebagai penghasil minyak atsiri

calamus oil. Jeringau merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri.

Penggunaan calamus oil mulai dari untuk parfum, industri farmasi sampai ke pemberi

aroma pada berbagai merk minuman serta rokok. Beberapa perusahaan farmasi dan

(16)

aromatik ini merupakan suplier esense untuk industri minuman dan terutama rokok

keretek. Dalam industri parfum, calamus oil hanya akan dipakai untuk jenis

produk-produk parfum maupun kosmetika. Hingga sebenarnya, pasar calamus oil dalam

negeri pun cukup baik untuk dijadikan peluang agroindustri jeringau

(http://foragri.blogsome.com/calamus-oil-dari-jeringau ).

1.2 Permasalahan

Kadar air dari sample mempengaruhi rendemen dan mutu minyak jeringau yang

diperoleh secara destilasi. Untuk melihat pengaruh kadar air dalam bahan baku ini

perlu dilakukan penelitian.

1.3 Batasan Permasalahan

Dalam penelitian ini penulis membatasi pada pengaturan kadar air 10 % dan 15% dan

pengaruhnya terhadap rendemen dan mutu.

1.4 Tujuan

Untuk mengetahui pada kadar air berapa diperoleh rendemen dan mutu minyak yang

terbaik dari tanaman jeringau yang diperolah secara destilasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan diperoleh informasi mengenai pengaruh kadar air

terhadap mutu minyak jeringau yang diperoleh.

1.6 Lokasi Penelitian

Peneliltian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU, analisa bobot

jenis dan pengukuran indeks bias di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA USU.

(17)

2. Sampel didestilasi selama 5-6 jam agar diperoleh minyak jeringau.

3. Minyak dari campuran destilat dipisahkan dengan corong pisah. Kemudian untuk

membebaskan air dalam minyak ditambahkan Na2SO4 anhidrat.

4. Ditentukan karakteristik fisika dan kimia dan dibandingkan hasil dengan standart

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Jeringau

Berbicara mengenai minyak atsiri, kita tidak dapat lepas dari membahas masalah bau

dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan umum diminati adalah

sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh , kosmetik, pengharum

ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun

produk rumah tangga lainnya. Tidak begitu banyak atau hanya beberapa jenis minyak

atsiri yang populer digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau

yang lebih dikenal dengan istilah terapi aroma. ( Andria Agusta, 2000 ).

Salah satunya adalah dari tumbuhan jeringau yang dapat menghasilkan minyak

atsiri. Nama daerah Sumatera : Jeurunger (Aceh) Jerango (Gayo) Jerango (Batak)

Jarianggu (Minangkabau), Jawa : Daringo (Sunda)

Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocoiyledonae

Bangsa : Arales

Suku : Araceae

Warga : Acorus

(19)

Gambar 2.1 Tanaman Jeringau

Tumbuhan berasal dari Eropa. Mudah ditanam di rawa, empang, sawah atau

tanah yang digemburkan. Memperbanyak tanaman dengan menanam ujung akar

tinggal yang bertunas, setelah dibersihkan akar serabutnya dan dipangkas daun

tunasnya. Bila ditanam ditanah darat, pengolahan tanah mirip padi, namun menjelang

panen tanah harus diairi agar memudahkan penghasilan akar ( Ruslan Haris,1990 ).

Komponen kimia utama minyak jeringau adalh Hidrokarbon, acorin,

trimetilamin, asarone

minyak jeringau banyak diaplikasikan karena menjadi sumber utama sequisterpena

teroksigenasi dengan struktur yang berbeda-beda tiap hasil sulingannya. Komponen

utamanya antara lain fenilpropana, monoterpen, termobile sequisterpen. Sebanyak 250

unsur menguap terdapat pada minyak jeringau antara lain beta-asaron, metileuenol,

cis-metilsoeugenol, geranilasetat. Beta-asaron memiliki efek psikoaktif karena

memiliki struktur yang mirip ampetamin. Asaron memiliki efek relaksasi dalam

merenggangkan jaringan otot dan anti kejang.

2.2 Manfaat Minyak Jeringau

Minyak jeringau dikenal juga sebagai calamus oil. Biasanya digunakan sebagai obat

berbagai penyakit. Penyakit yang diobati dengan jeringau antara lain maag, diare,

disentri, asma dan cacingan. Selain sebagai obat, minyaknya digunakan sebagai

sampo dan bahan sabun karena dapat menghilangkan berbagai penyakit kulit, pemberi

citarasa pada industri minuman, permen, makanan, dan industri parfum. Sebagai

(20)

sangat berguna sebagai bahan antibakteri. Manfaat lainnya sebagai anti sekresi dan

dapat menekan pertumbuhan jaringan perusak pada tubuh ( Trubus,2009 ).

2.3 Cara Pengolahan Minyak Jeringau

Dalam tanaman terdapat kelenjer minyak atau pada bulu-bulu kelenjer. Biasanya

proses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka

sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman harus diperkecil dengan cara

dipotong-potong atau digerus. Pemotongan menjadi kecil-kecil atau penggerusan

merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan hingga difusi dapat terjadi.

Peningkatan difusi akan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri

( Hardjono Sastrohamidjojo,2004 ).

Kemudian dilakukan proses pengeringan, dimana pengeringan adalah suatu

metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan

cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas (Winarno,1980).

Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen

disamping ikut sebagai bahan pereaksi. Pengurangan air baik secara pengeringan atau

penambahan bahan penguap air bertujuan mengawetkan bahan pangan dan dapat

menjaga mutu bahan pangan tersebut ( Hari Purnomo,1995 ).

Pengerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak

atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Minyak atsiri akan keluar setelah uap

menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya

minyak atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada

jaringan-jaringan tanaman.

Pengambilan ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan dapat dilakukan dengan

tiga cara yaitu :

1. Penyulingan Air

(21)

Penyulingan Air

Dengan cara, bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air

mendidih. Bahan yang disuling akan mengembang atau menguap di atas air atau

terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan

diproses. Air dapat didihkan dengan api secara langsung. Penyulingan air ini tidak

ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung.

Penyulingan Uap dan Air

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air

ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang

yang ditopang diatas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi

dengan sedikit air dimana bahan ditempatkan. Bahan tanaman yang akan disuling

hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih ( Hardjono

Sastrohamidjojo,2004 ).

Penyulingan Uap

Dalam penilitian ini, penulis menggunakan cara ketiga yang dikenal sebagai

penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan

kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air dibagian bawah alat. Uap

yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer

dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air.

Uap yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan ( Hardjono

Sastrohamidjojo,2004 ).

Menurut G. Bernasconi ( 1995 ) penguapan dan destilasi umumnya merupakan

proses pemishan stu tahap. Pada proses destilasi ini, campuran yang akan dipisahkan

dimasukkan kedalam alat penguap ( umumnya alat penguap labu ) dan dididihkan.

Pendidihkan terus dilangsungkan hingga sejumlah komponen tertentu yang mudah

menguap terpisahkan. Selama pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap

dalam cairan bertambah besar sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga

(22)

2.4 Standart Mutu Minyak Jeringau

Standart mutu minyak jeringau ditentukan dengan menguji sifat fisika dan kimia

( karakteristik ) minyak sesuai dengan standart mutu minyak jeringau yang berlaku.

Tabel 2.1 Batas Mutu Minyak Jeringau Yang di Kutipan Dari Majalah Trubus Volume 7 Tentang Minyak Atsiri

No Karakterisasi Mutu

1 Bobot Jenis 250C/250C 1,060 – 1,080

Rendemen adalah perbandingan antara output dengan input yang dinyatakan dalam

persen. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan air ditentukan oleh tiga

faktor yaitu : besarnya tekanan uap yang dipakai, berat molekul dari masing-masing

komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan. Rendemen

minyak juga dipengaruhi oleh kondisi bahan, cara pengolahan atau perlakuan terhadap

bahan dan metode penyulingan yang digunakan. Metode penyulingan uap dan

penyulingan air dan uap menghasilkan rendemen yang relatif tinggi dibandingkan

metode penyulingan air karena dalam penyulingan air komponen minyak yang titik

didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna

sehingga banyak minyak yang hilang atau tersuling (Rahmayati dan Lutony, 1999)

2.4.2 Penentuan Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari volume minyak atau lemak pada suhu

250C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Alat yang digunakan untuk

(23)

2.4.3 Penentuan Indeks Bias

Pengujian indeks bias ini digunakan untuk mengetahui kemurnian minyak. Alat yang

digunakan untuk menentukan indeks bias minyak adalah refraktometer. Penentuan

indeks bias minyak dilakukan pada suhu 250C.

2.4.4 Penentuan Bilangan Asam

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk

menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak. Bilangan asam

yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa

minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka

asam makin rendah kualitasnya ( Slamet Sudarmadji,1989 ).

2.4.5 Kelarutan

Minyak atsiri kebanyakan larut dalam alkohol dan jarang larut dalam air, maka

kelarutannya dapat mudah diketahui dengan menggunakan alkohol pada berbagai

tingkat konsentrasi. Kelarutan alkohol dapat sebagai banyaknya alkohol yang

ditambahkan pada minyak atsiri (Guenther, 1987 dalam Dorna, 2009).

2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengeringan

Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan yang

maksimum. Berbagai cara dilakukan untuk mempercepat pindah panas dan pindah

massa selama proses pengeringan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan

pindah panas dan pindah massa tersebut adalah :

1. Luas Permukaan

Pada umumnya, bahan pangan yang akan dikeringkan mengalami pengecilan ukuran

baik dengan cara diiris, dipotong atau digiling. Pengecilan ukuran memperluas

permukaan bahan. Luas permukaan bahan yang tinggi atau ukuran yang semakin kecil

menyebabkan permukaan yang dapat kontak dengan medium pemanas menjadi lebih

(24)

2. Suhu

Pada umumnya semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan

pangan semakin cepat pindah panas ke bahan pangan dan semakin cepat pula

pengaupan air dari bahan pangan. Semakin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air

yang dapat ditampung oleh udara tersebut. Udara bersuhu tinggi lebih cepat

mengambil air dari bahan pangan sehingga proses pengeringan lebih cepat. Faktor lain

yang mempengaruhi adalah volume udara, semakin tinggi volume udara semakin

cepat proses pengeringan.

3. Lama Pengeringan

Lama pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan panas. Karena sebagian

besar bahan pangan sensitif terhadap panas waktu pengeringan yang digunakan harus

maksimum yaitu kadar air bahan akhir yang diinginkan telah tercapai dengan lama

pengeringan yang pendek.

4. Penguapan Air

Penguapan atau evaporasi merupakan proses penghilangan ir dari bahan pangan yang

dikeringkan sampai diperoleh produk kering stabil. Pada proses penguapan air dari

permukaan bahan terjadi proses pengambilan energi dari bahan tersebut sehingga

permukaan bahan menjadi dingin. Proses pendinginan tersebut disebabkan oleh

penyerapan panas laten, perubahan fase cair menjadi uap, gas atau panas penguapan

yang mengubah air menjadi uap. Sumber panas yang digunakan adalah udara

pengeringan atau bahan pangan yang panas sehingga bahan pangan tersebut menjadi

dingin.

5. Kelembaban Udara

Kelembaban udara juga menentukan kadar air akhir bahan pangan setelah dikeringkan

bersifat igroskopis yang dapat menyerap air dari udara disekitarnya. Jika udara

(25)

tercapai. Kesetimbangan kelembaban nisbi bahan pangan adalah kelembaban pada

suhu tertentu dimana tidak terjadi penguapan air dari bahan pangan ke udara dan tidak

terjadi penyerapan uap air dari udara ole bahan pangan (Dr.Teti Estiasih, 2009)

2.6 Pengaruh Pengeringan Terhadap Mikrobia

Oleh karena mikrobia tersebar luas di alam, dn bahan pangan pada suatu ketika kontak

dengan tanah atau debu maka diantisipasikan bahwa mikrobia akan menjadi aktif bila

kondisi pertumbuhan mengizinkan. Salah satu metode pengendaliannya ialah

pembatasan air untuk pertumbuhannya. Karena mikrobia hidup memerlukan air.

Jumlah air dalam bahan pangan menentukan jenis mikrobia yang memiliki

kesempatan untuk tumbu.

Parameter tertentu bagi pertumbuhan mikrobia perlu ditetapkan. Cendawan

dapat tumbuh pada substrat bahan pangan berkadar air serendah-rendahnya 12 persen,

dan beberapa cendawan telah diketahui dapat tumbuh dalam bahan pangan yang

berkadar air kurang dari 5 persen. Bakteri dan khamir memerlukan kadar air yang

lebih tinggi, biasanya lebih dari 30 persen. Diatas kadar air 2 persen maka

pertumbuhan cendawan dapat diantisipasikan jika kondisi lingkungan memadai. Di

atas kadar air 30 persen bakteri dan cendawan diantisipasikan dapat tumbuh dalam

bahan pangan jika kondisi lingkungannya memadai.

Pengaruh pengeringan terhadap lemak dapat menyebabkan ketengikan yang

merupakan masalah yang penting pada bahan pangan kering. Pada suhu pengeringan

yang tinggi, oksidasi lemak dalam bahan pangan lebih besar daripada suhu yang

rendah. Melindungi lemak dengan antioksidasi merupakan suatu pengendalian yang

(26)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan-bahan

1. Kalium Hidroksida p.a. (E.merck)

2. Natrium Sulfat Anhidrat p.a. (E.merck)

3. Aquadest

4. Indikator Fenolfthalein p.a. (E.merck)

5. Etanol p.a. (E.merck)

6. Minyak Jeringau

3.2 Alat – alat

1. Labu alas Pyrex

2. Pendingin Liebig Pyrex

3. Ketel uap

4. Labu takar Pyrex

5. Erlenmeyer Pyrex

6. Beaker glass Pyrex

7. Pipet tetes Pyrex

8. Buret Pyrex

9. Hot Plate

10. Refraktometer Abbe

11. Piknometer 5 ml Pyrex

12. Pipet Volume Pyrex

(27)

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Destilasi tumbuhan jeringau

Sampel berupa rimpang dari tumbuhan jeringau dirajang dan dikeringkan sampai

kadar air tinggal 10 % dan 15 % kemudian sampel ditimbang sebanyak 200 gram dan

dimasukkan kedalam labu alas 2 liter. Peralatan destilasi dirangkai sedemikian rupa.

Proses destilasi dilakukan dengan variasi sampel dengan kadar air 10% dan 15%,

dengan suhu yang telah diatur. Destilasi dilakukan selama 5 – 6 jam. Minyak yang

diperoleh dipisahkan dari air dan kelebihan air yang masih ada ditarik dengan

menambahkan Na2SO4 anhidrat, kemudian disaring sehingga diperoleh minyak

jeringau yang bebas air. Diukur volume minyak yang diperoleh.

3.3.2 Penentuan Rendemen Minyak

Minyak yang diperoleh ditimbang dengan timbangan elektrik, kemudian ditentukan

rendemen minyak yang merupakan perbandingan berat minyak dengan berat sampel

dalam persen

3.3.3 Penentuan Indeks Bias

Disiapkan peralatan refraktometer kemudian diteteskan 3 tetes minyak jeringau pada

prisma refraktometer dan dibiarkan selama 1-2 menit. Dibaca skalanya. Perlakuan ini

dilakukan sebanyak 3 kali

3.3.4 Penentuan Berat Jenis Minyak Jeringau

3.3.4.1 Penentuan Berat Aquadest

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan kemudian piknometer kosong ditimbang.

Piknometer diisi dengan aquadest sebanyak 5ml kemudian piknometer direndam

dalam bak air dan dibiarkan pada suhu 250C selama 30 menit. Piknometer diangkat

(28)

3.3.4.2 Penentuan Berat Minyak Jeringau

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan kemudian piknometer kosong ditimbang.

Piknometer diisi dengan minyak jeringau sebanyak 5 ml kemudian piknometer

direndam dalam bak air dan dibiarkan pada suhu 250C selama 30 menit. Piknometer

diangkat dari bak air dan dikeringkan dengan tisue. Piknometer dengan isinya

ditimbang.

3.3.5 Penentuan Bilangan Asam

Ditimbang sebanyak 5 gram minyak jeringau. Ditambahkan 15 ml etanol netral 95 % ,

etanol dipanaskan kemudian didinginkan. Dititrasi dengan larutan KOH 0.1 N dengan

memakai indikator fenolfthalein. Dicatat volume KOH untuk titrasi. Perlakukan ini

dilakukan sebanyak 3 kali.

3.3.6 Penentuan Kelarutan Dalam Alkohol

Dimasukkan alkohol 90 % kedalam tabung reaksi sebayak 5 ml, ditambahkan minyak

jeringau sebayak 1 ml kedalam tabung reaksi kemudian dikocok dan biarkan selama 5

(29)

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Destilasi Tumbuhan Jeringau

dikeringkan sampai kadar air tinggal 10% dan 15%

ditimbang sebanyak 200 gram

dimasukkan kedalam labu alas 2 liter

alat destilasi dirangkai sedemikian rupa

didestilasi selama 5– 6 jam

dipisahkan minyak dengan air

ditambahkan Na2SO4 anhidrat

disaring

minyak yang diperoleh diukur volumenya

3.4.2 Penentuan Rendemen Minyak

ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik

ditentukan rendemen minyak yang merupakan perbandingan berat minyak dengan berat sampel

Tumbuhan jeringau yang telah dirajang

Minyak jeringau + air

Minyak jeringau

Minyak jeringau

(30)

3.4.3 Penentuan Indeks Bias

diteteskan 3 tetes minyak jeringau pada prisma refraktometer

dibiarkan selama 1 – 2 menit

dibaca skalanya

3.4.4 Penentuan Berat Jenis Minyak Jeringau

3.4.4.1 Penentuan Berat Aquadest

dibersihkan dan dikeringkan

ditimbang piknometer kosong

diisi dengan aquadest sebanyak 5 ml

direndam dan dibiarkan pada suhu 250C selama 30 menit

diangkat dan dikeringkan dengan tissue

ditimbang Minyak jeringau

hasil

Piknometer

(31)

3.4.4.2 Penentuan Berat Minyak Jeringau

dibersihkan dan dikeringkan

ditimbang piknometer kosong

diisi dengan minyak jeringau sebanyak 5 ml

direndam dan dibiarkan pada suhu 250C selama 30 menit

diangkat dan dikeringkan dengan tissue

ditimbang

3.4.5 Penentuan Bilangan Asam

ditimbang sebanyak 5 gram minyak jeringau

ditambahkan 15 ml etanol netral 95%

dipanaskan kemudian didinginkan

dititrasi dengan larutan KOH 0.1 N dengan menggunakan indikator fenolfthalein

dicatat volume KOH Piknometer

hasil

Minyak jeringau

(32)

3.4.6 Penentuan Kelarutan Dalam Alkohol

dimasukkan kedalam tabung reaksi

ditambahkan alkohol 90 % sebanyak 5 ml

dikocok dan dibiarkan selama 5 menit

dilihat kelarutannya Minyak jeringau

(33)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Minyak yang diperoleh dikarakterisasikan dengan menentukan : rendemen, indeks

bias, bobot jenis, bilangan asam, kelarutan dalam alkohol 90 %.

4.1.1 Penentuan Rendemen

Penentuan rendemen minyak jeringau diperoleh dengan cara penimbangan.

Rendemen =

(34)

Tabel 4.1.2.2 Data Hasil Penentuan Indeks Bias Minyak Jeringau Kadar

Tabel 4.1.3.1 Data Hasil Penentuan Berat Jenis Minyak Jeringau Kadar Air 10% Dengan menggunakan Piknometer

(35)

Tabel 4.1.4.1 Data Hasil Penentuan Bilangan Asam Minyak Jeringau Kadar Air 10 % ( Volumetri )

(36)

Tabel 4.2 Data hasil karakteristik minyak jeringau secara fisika dan kimia

Dari data hasil penelitian yang diperoleh ( Tabel 4.3 ) dapat dilihat bahwa secara

umum, pengaruh kadar air terhadap berat jenis, indeks bias dan kelarutan dalam

alkohol tidak terlalu berbeda bila dibandingkan dengan standart mutu, sementara

untuk bilangan asam ada perbedaan yang terlihat cukup besar. Minyak yang diperoleh

kemudian dikarakteristik secara fisika dan kimia sebagai berikut :

Tabel 4.3 Tabel data karakteristik secara fisika dan kimia dengan perbandingan standart mutu minyak jaringau

4.2.1 Rendemen

Menurut perhitungan seharusnya rendemen minyak yan diperoleh dengan bahan baku

kadar air 10% lebi banyak dibandingkan dengan bahan baku kadar air 15%. Hal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut : untuk memperoleh kadar air 15% diperlukan suhu

yang lebih tinggi atau waktu pemanasan lebih lama. Karena yang dicari adalah

minyak atsiri yang mudah menguap maka seharusnya pada pemanasan yang lebih

(37)

baku 15% lebih banyak walaupun sedikit ( 0,085% ), hal ini diduga bahwa minyak

atsiri dari jeringau atau calamus oil tidak ada yang menguap pada pemanasan sampai

memeroleh kadar air 15%. Atau pada proses penyulingan dengan uap yang bahan

baku kadar air 10% diperlukan suhu yang lebi tinggi sehingga perolehan rendemen

lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena air juga ikut memerlukan suhu di dalam

pemanasan.

4.2.2 Indeks Biasa

Indeks bias minyak merupakan perbandingan sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut

sinar pantul cahaya yang melalui minyak. Pada saat penentuan indeks bias, minyak

harus dijaga dan dijauhkan dari panas dan udara lembab karena dapat berkondensasi

dengan prisma. Akibatnya akan timbul kabut pemisah antara prisma terang dan gelap

sehingga garis pembagi tidak dapat terlihat dengan jelas. Jika minyak mengandung air

maka garis pembatas akan kelihatan lebih tajam tetapi nilai indeks biasnya akan lebih

rendah ( Guenther,1987 ). Pengaruh kadar air tidak begitu berbeda terhadap indeks

bias.

4.2.3 Berat Jenis

Menurut Sastrohamidjojo (2008) menyatakan minyak atsiri yang menguap dengan air

akan terpisah karena minyak atsiri tidak akan larut dalam air disebabkan berbeda

berat jenisnya kedua cairan membentuk dua lapisan yang terpisah biasanya minyak

atsiri yang lebih ringan akan mengambang di atas air. Namun bila minyak atsiri

memiliki berat jenis lebih dari 1,0 minyak atsiri akan tenggelam didasar alat pemisah.

Perbedaan berat jenis minyak yang diperoleh pada kadar air 10% dengan 15%

kemungkinan perbedaan komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Hasil

penentuan berat jenis dengan kadar bahan baku kadar air 10% dengan bahan baku

kadar air 15% tidak begitu jauh, perbedaan yang sedikit ini dapat disebabkan oleh

pemakaian Natrium Sulfat ( Na2SO4 ) yang digunakan.

4.2.4 Bilangan Asam

Bilangan asam adalah merupakan miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan

(38)

dilarutkan dengan etanol 95% dan kemudian dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan

indikator PP dan dititrasi dengan KOH 0.1 N sampai tebentuk warna merah jambu.

Dari data yang diperoleh, bilangan asam pada bahan baku kadar air 15% lebih tinggi,

hal ini kemungkinan bilangan asam dipengaruhi oleh reaksi hidrolisa yang disebabkan

karena waktu penyimpanan.

4.2.5 Kelarutan

Kelarutan dalam alkohol sebagai banyaknya alkohol yang ditambahkan ke dalam

minyak jeringau yang ditandai dengan terlihatnya larutan jernih. Semakin mudah

minyak jeringau larut dalam alkohol maka semakin mempermudah minyak untuk

diencerkan. Kelarutan dalam alkohol juga dapat menentukan pemalsuan minyak

(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Minyak jeringau yang diperoleh dari proses destilasi dengan pengaturan kadar air 10%

dan 15% masih memenuhi standart mutu dari minyak jeringau dengan perolehan hasil

penelitian dari masing-masing perlakuan: rendemen 0,3910 % dan 0,3995 %; indeks

bias 1,5457 dan 1,5481; bobot jenis 1,077 dan 1,082; bilangan asam 1,8369 dan

2,0835; larut baik dalam alkohol 90 % ( 1 : 5 ) ini dikarenakan perbedaan variasi air

yang tidak terlalu tinggi.

5.2 Saran

Perlu diperhatikan cara penyimpanan minyak jeringau yang diperoleh, sebaiknya

disimpan pada ruangan tertutup tanpa cahaya atau bersuhu rendah. Perlu juga

diperhatikan proses destilasi yang baik serta lama penyimpanan minyak jeringau.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Andria, Agusta.2000.Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indnesi.Bandung:Penerbit ITB

Bernasconi,G.1995.Teknologi Kimia Bagian 2. Jakarta:PT Pramadnya Paramita

Desrosier,Norman,Ph.D.2008.Teknologi Pengawetan Pangan Edisi Ketiga.Jakarta:UI Press

Estiasih,S.TP,Ahmadi,M.P.2009.Teknologi Pengolahan Pangan.Jakarta:Bumi Aksara

Guenther,E.1987.Minyak Atsiri Jilid I.Diterjemahkan oleh S.Ketaren. Yogyakarta:Penebar Swadaya

http:/

Khopkar,S.M.2003.Konsep Dasar Kimia Analiti.Jakarta:UI Press

Lutony,T.L,Rahmayati,Y.1999.Minyak Atsiri.Jakarta:Penebar Swadaya

Purnomo,Hari.1995.Aktivitas Air dan Peranannya Dalam Pengawetan Pangan. Jakarta:UI Press

Ruslan,Haris.1990.Tanaman Minyak Atsiri.Jakarta:Penerbit Swadaya

Sastrohamidjojo,Hardjono.2004.Kimia Minyak Atsir.Yogyakarta:Gajahmada

Trubus. 2009.Minyak Atsiri Volume .Jakarta:Trubus Swadaya

Winarno,F.G.,Fardiaz,Srikandi.1980.Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:Gramedia

Sudarmadji Slamet.,Haryono Bambang,Suhardi. 1989.Analisa Bahan Makanan Dan

Pertanian.Yogyakarta:Penerbit Liberty

.

Warren L.Mc Cabe,Terjemahan Ir.E.Jasifi,MSc. 1984.Operasi Teknik Kimia.

Gambar

Gambar 2.1 Tanaman Jeringau
Tabel 2.1 Batas Mutu Minyak Jeringau Yang di Kutipan Dari Majalah Trubus Volume 7 Tentang Minyak Atsiri
Tabel 4.1.2.2 Data Hasil Penentuan Indeks Bias Minyak Jeringau Kadar                         Air 15% ditentukan menggunakan alat Refraktometer Abbe
Tabel 4.1.4.1 Data Hasil Penentuan Bilangan Asam Minyak Jeringau                          Kadar Air 10 % ( Volumetri )
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pupuk Iskandar Muda, dapat dijelaskan bahwa kadar biuret, H2O, dan total nitrogen pada urea prill yang diperoleh dari hasil analisa sudah memenuhi syarat standart mutu pupuk urea

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsistensi mutu (asam lemak bebas dan kadar air) dan rendemen produksi CPO selama bulan Mei periode 2006 sampai 2010 serta

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh waktu fermentasi pada tipe fermentasi padat dan fermentasi cair terhadap rendemen dan karakteristik mutu minyak

Rendemen Minyak Nilam yang Diperoleh Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat rendemen minyak nilam yang bervariasi, tergantung dari komposisi bahan dan lama

Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: karakteristik minyak kapuk, pemurnian minyak kapuk ( degumming dan pengurangan kadar air), pembuatan biodiesel

Perlakuan terbaik diperoleh pada VCO yang dihasilkan dari putaran sentrifuse 10.000 rpm dan waktu sentrifugasi 20 menit, dengan rendemen 26,99 %, kadar air 0,20 %, bilangan asam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pencelupan dalam CaCl 2 dan blansing 10 menit (A 2 B 2 ) menghasilkan perlakuan terbaik dengan karakteristik rendemen 24,6%; kadar

Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu pertama melihat pengaruh umur biji dan fuli pala terhadap kadar air, lemak, minyak atsiri, serta rendemen minyak pala, dan