• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE

PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

SKRIPSI

Oleh :

ALFIAN GANDA S S 060308043

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE

PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT RAMBUTAN

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

SKRIPSI

Oleh :

ALFIAN GANDA S S

060308043/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Analisis konsistensi mutu dan rendemen crude palm oil (CPO) di pabrik kelapa sawit rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO)

Nama : Alfian Ganda S S

NIM : 060308043

Departemen : Teknologi Pertanian

Program Studi : Teknik Pertanian

Disetujui Oleh,

Komisi Pembimbing

Achwil Putra Munir, STP, M.Si Ir. Saipul Bahri daulay, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen Teknologi Pertanian

(4)

ABSTRAK

ALFIAN GANDA S S: Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO), dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR, dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Permintaan CPO dunia saat ini terus meningkat. Persaingan industri minyak kelapa sawit atau CPO semakin ketat. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan mutu dan rendemen produksi CPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsistensi mutu (asam lemak bebas dan kadar air) dan rendemen produksi CPO selama bulan Mei periode 2006 sampai 2010 serta menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya mutu dan rendemen produksi CPO di pabrik kelapa sawit dengan menggunakan control chart dan diagram sebab akibat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik ALB CPO pada bulan Mei periode 2006 dan periode 2007 terkendali dan konsisten, sedangkan pada periode 2008, 2009, 2010 tidak terkendali. Kadar air CPO pada bulan Mei periode 2006, 2007, 2008 dan 2010 terkendali dan konsisten, sedangkan pada periode 2009 tidak terkendali. Rendemen produksi CPO pada bulan Mei periode 2006 dan periode 2009 terkendali dan konsisten, sedangkan pada periode 2007, 2008 dan 2010 tidak terkendali. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari sumber daya manusia, bahan baku, proses pengolahan dan kondisi mesin.

Kata Kunci: Asam Lemak Bebas, Kadar Air, Rendemen, Analisis

ABSTRACT

ALFIAN GANDA S S: Consistency Analysis of Quality and yield of Crude Palm Oil (CPO) at the Rambutan Oil Palm Factory PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO), supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR, dan SAIPUL BAHRI DAULAY

Current CPO world demand continues to increase. Palm oil industry competition is tight. Therefore, an effort is required to improve the quality and yield of crude palm oil producers. This research was aimed at evaluating the consistency of the CPO quality (free fatty acid and moisture) and the yield of production during May the period of 2006 to 2010 as well as to analyse factors that causing the low level of quality and yield of CPO at the oil palm factory using control chart and cause effect diagram.

Results of the research showed that the free fatty acid of the CPO in the period of May 2006 and 2007 were undercontrol and stable, while in the period of 2008, 2009 and 2010 were not undercontrol. Moisture contents of the CPO produced in the period of May 2006, 2007, 2008, 2010 were undercontrol and stable, while in the period 2009 was not undercontrol. The CPO production in the period of May 2006 and 2009 were undercontrol and stable, while in the period of 2007, 2008 and 2010 were not undercontrol. This matter was caused by the effect of human resources, raw material, processing and machine condition.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 23 Maret 1988, dari

ayah Alfonso Simanjuntak dan ibu Jimmy Sinaga. Penulis merupakan anak

pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Pematangsiantar dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui

jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program

studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik

Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO)”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan

mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si

selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan

judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi

Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu

disini yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini. Semoga

skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2010

(7)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian ... 3

Batasan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit ... 5

Panen dan pasca panen ... 7

Mutu CPO ... 8

Rendemen CPO ... 11

Pengolahan Minyak Kelapa sawit ... 12

Pendekatan Sistem ... 15

Pengolahan Minyak Kelapa sawit ... 12

Teknik Kendali Mutu ... 17

Peta Pengendali (control chart) ... 19

Diagram Tulang Ikan (fishbone diagram) ... 22

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

Bahan dan Alat Penelitian ... 24

Bahan ... 24

Alat ... 24

Metode Penelitian ... 24

Prosedur Penelitian ... 26

Parameter ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat PKS Rambutan ... 28

Lingkungan Perkebunan PTPN III Rambutan ... 29

Analisa Data Mutu dan Rendemen CPO ... 30

Asam lemak bebas ... 31

Kadar air ... 38

Rendemen ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 51

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Kandungan bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit ... 9

2 Standard kualitas minyak sawit ... 10

3. Hasil rendemen dan ALB akibat lamanya penginapan brondolan ... 11

4. Standard Nasional Indonesia minyak kelapa sawit ... 11

5. Rendemen, kadar ALB minyak dengan derajat kematangan ... 12

6. Standard pengolahan kelapa sawit ... 14

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Diagram kontrol (control chart) ... 20

2 Diagram tulang ikan (fishbone diagram) ... 23

3. Control chart I-MR ALB Mei 2006 ... 31

4. Control chart I-MR ALB Mei 2007 ... 33

5. Control chart I-MR ALB Mei 2008 ... 34

6. Control chart I-MR ALB Mei 2009 ... 35

7. Control chart I-MR ALB Mei 2010 ... 36

8. Control chart I-MR kadar air Mei 2006... 38

9. Control chart I-MR kadar air Mei 2007... 40

10. Control chart I-MR kadar air Mei 2008 ... 41

11. Control chart I-MR kadar air Mei 2009 ... 43

12. Control chart I-MR kadar air Mei 2010 ... 44

13. Control chart I-MR Rendemen Mei 2006 ... 45

14. Control chart I-MR Rendemen Mei 2007 ... 46

15. Control chart I-MR Rendemen Mei 2008 ... 47

15. Control chart I-MR Rendemen Mei 2009 ... 48

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Diagram sebab akibat ALB ... 55

2. Diagram sebab akibat kadar air ... 56

3. Diagram sebab akibat rendemen ... 57

4. Bagan alir penelitian ... 58

5. Daftar nilai koefisien dalam perhitungan batas-batas control chart I-MR dan indeks kinerja Kane (cpK) ... 59

6. ALB periode Mei 2006 ... 60

7. ALB periode Mei 2007 ... 61

8. ALB periode Mei 2008 ... 62

9. ALB periode Mei 2009 ... 63

10. ALB periode Mei 2010 ... 64

11. Kadar air periode Mei 2006 ... 65

12. Kadar air periode Mei 2007 ... 66

13. Kadar air periode Mei 2008 ... 67

14. Kadar air periode Mei 2009 ... 68

15. Kadar air periode Mei 2010 ... 69

16. Rendemen periode Mei 2006 ... 70

17. Rendemen periode Mei 2007 ... 71

18. Rendemen periode Mei 2008 ... 72

19. Rendemen periode Mei 2009 ... 73

20. Rendemen periode Mei 2010 ... 74

(11)

ABSTRAK

ALFIAN GANDA S S: Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO), dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR, dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Permintaan CPO dunia saat ini terus meningkat. Persaingan industri minyak kelapa sawit atau CPO semakin ketat. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan mutu dan rendemen produksi CPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsistensi mutu (asam lemak bebas dan kadar air) dan rendemen produksi CPO selama bulan Mei periode 2006 sampai 2010 serta menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya mutu dan rendemen produksi CPO di pabrik kelapa sawit dengan menggunakan control chart dan diagram sebab akibat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik ALB CPO pada bulan Mei periode 2006 dan periode 2007 terkendali dan konsisten, sedangkan pada periode 2008, 2009, 2010 tidak terkendali. Kadar air CPO pada bulan Mei periode 2006, 2007, 2008 dan 2010 terkendali dan konsisten, sedangkan pada periode 2009 tidak terkendali. Rendemen produksi CPO pada bulan Mei periode 2006 dan periode 2009 terkendali dan konsisten, sedangkan pada periode 2007, 2008 dan 2010 tidak terkendali. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari sumber daya manusia, bahan baku, proses pengolahan dan kondisi mesin.

Kata Kunci: Asam Lemak Bebas, Kadar Air, Rendemen, Analisis

ABSTRACT

ALFIAN GANDA S S: Consistency Analysis of Quality and yield of Crude Palm Oil (CPO) at the Rambutan Oil Palm Factory PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO), supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR, dan SAIPUL BAHRI DAULAY

Current CPO world demand continues to increase. Palm oil industry competition is tight. Therefore, an effort is required to improve the quality and yield of crude palm oil producers. This research was aimed at evaluating the consistency of the CPO quality (free fatty acid and moisture) and the yield of production during May the period of 2006 to 2010 as well as to analyse factors that causing the low level of quality and yield of CPO at the oil palm factory using control chart and cause effect diagram.

Results of the research showed that the free fatty acid of the CPO in the period of May 2006 and 2007 were undercontrol and stable, while in the period of 2008, 2009 and 2010 were not undercontrol. Moisture contents of the CPO produced in the period of May 2006, 2007, 2008, 2010 were undercontrol and stable, while in the period 2009 was not undercontrol. The CPO production in the period of May 2006 and 2009 were undercontrol and stable, while in the period of 2007, 2008 and 2010 were not undercontrol. This matter was caused by the effect of human resources, raw material, processing and machine condition.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) atau bahasa globalnya oil palm, bila

diartikan secara harfiah adalah golongan tanaman keras penghasil minyak nabati,

kata elaeis (Yunani) yang artinya minyak, sedangkan kata guineensis berasal dari

kata Guinea yang artinya Afrika. Tanaman ini merupakan tumbuhan tropis yang

tergolong dalam famili palmae. Di dunia ini ada 3 spesies tanaman penghasil

minyak nabati tersebut. Pertama adalah Elaeis oleifera; kedua, Elaeis odora yang

berasal dari Amerika Selatan dan yang ketiga Elaeis guineensis Jacq yang berasal

dari Afrika yang banyak ditanam di Indonesia.

Minyak sawit dan minyak inti sawit umumnya digunakan untuk pangan

dan nonpangan. Dari segi pangan, minyak sawit atau minyak inti sawit digunakan

sebagai bahan untuk membuat minyak goreng, lemak pangan, margarine, lemak

khusus, kue, biscuit atau es krim. Dalam produksi nonpangan, minyak sawit atau

minyak inti sawit digunakan sebagai bahan untuk membuat sabun, deterjen,

surfaktan, pelunak, pelapis, pelumas, sabun metalik, bahan bakar mesin diesel dan

kosmetik (Sunarko, 2007).

Minyak sawit yang sekarang banyak kita jumpai di pasaran sebagai

minyak goreng diperoleh berasal dari daging buah dan inti (kernel) sawit. Produk

minyak sawit dikatakan memiliki efisiensi tinggi apabila persentase kehilangan

minyak dan biaya produksinya rendah. Kendatipun demikian, persentase

kehilangan ini masih belum bisa di tiadakan, karena sangat sulit untuk mencegah

(13)

Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya

yang tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut dengan TBS

(tandan buah segar). Buah sawit di bagian sabut (daging buah atau mesocarp)

menghasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil atau CPO) sebanyak 20-24%.

Sementara itu, bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit

(palm kernel oil atau PKO) 3-4% (Sunarko, 2007).

Permintaan meningkat pada saat produksi terbatas membuat harga minyak

sawit mentah atau CPO merangkak naik. Hal ini terjadi pada akhir tahun 2009

dimana kenaikan harga CPO dipicu oleh permintaan yang cukup tinggi dari Cina,

Amerika Serikat dan India. Pada saat ini harga CPO mencapai US$ 700 per ton.

Pada tahun 2009 total produksi CPO Indonesia sebesar 20,5 juta ton meningkat

1,3 juta ton dibanding tahun 2008 yang hanya 19,2 juta ton. Diprediksikan CPO

akan naik ke level US$ 800 per ton pada tahun 2010 (Elis, dkk, 2010).

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan

pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Pengawasan

mutu panen dan mutu TBS sangat menentukan besarnya kehilangan dan rendemen

minyak. Pemanenan yang tidak tepat pada waktunya akan menghasilkan tandan

mentah yang nantinya akan menghasilkan kerugian berupa rendemen yang

rendah. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsistensi mutu dan rendemen CPO,

yang mana dengan analisis ini nantinya akan diperoleh suatu fenomena yakni

berupa frekuensi dan urutan pentingnya masalah-masalah atau

penyebab–penyebab dari masalah yang ada. Selanjutnya faktor-faktor tersebut

(14)

(fishbone diagram). Dengan demikian hubungan sebab akibat ini dapat digunakan

untuk mengambil keputusan atau tindakan secara cepat dan tepat dari akar

permasalahan yang sebenarnya. Dengan begitu tingkat efisiensi dan efektivitas

pengolahan dapat ditingkatkan. Mutu maupun rendemen CPO yang dihasilkan

sesuai dengan standard mutu nasional dan berada dalam batas kontrol kendali.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi konsistensi mutu dan rendemen crude palm oil

(CPO) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT. Perkebunan

Nusantara III , Tebing Tinggi.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan

mutu dan rendemen crude palm oil (CPO) yang terjadi selama

periode tersebut.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi

Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak manajemen

pabrik sebagai informasi lebih lanjut dalam pengambilan keputusan

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengolahan

produksi CPO di PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III,

Tebing Tinggi.

(15)

Batasan Penelitian

Penelitian dibatasi untuk menganalisis konsistensi mutu CPO yang

dihasilkan dengan kriteria mutu dan rendemen produksi CPO selama periode lima

tahun terakhir, 2006 sampai 2010, dalam ruang lingkup Pabrik Kelapa Sawit

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit

di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa

sawit hidup subur diluar daerah asalnya. Bagi Indonesia tanaman kelapa sawit

memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Kelapa sawit

pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada

tahun 1848. Ketika itu ada empat batag bibit kelapa sawit yang dibawa dari

Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Perintis usaha

perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien hallet dan budidaya yang

dilakukan diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan di

Indonesia. Sejak saat ini perkebunan di Indonesia mulai berkembang

(Fauzi, dkk, 2006).

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai

berikut :

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famli : Arecaceae

Subfamili : Cocoideae

(17)

Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq

2. Elaeis oleifera

3. Elaeis odora

(Pahan, 2008).

Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu

bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan

mesokarpium, sedangkan yang kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium,

endosperm dan lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras

dan licin, sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan

mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi. Endokaprium merupakan

tempurung berwarna hitam dan keras. Endosperm atau disebut juga kernel

merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio

merupakan bakal tanaman (Fauzi, dkk, 2006).

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, dikenal tipe-tipe kelapa sawit

sebagai berikut :

a. Dura

Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buah (mesocarp) tipis, cangkang tebal

(2-8 mm), inti (endosperm) besar. Persentase daging buah 35% - 60%

dengan rendemen minyak 17% - 18%.

b. Pisifera

Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buahnya tebal, tidak mempunyai

cangkang. Intinya kecil sekali bila dibandingkan tipe dura ataupun

tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan

(18)

c.Tenera

Tipe ini merupakan hasil silang antara tipe dura dan pisifera. Sifat tipe

tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini

mempunyai tebal cangkang 0,5-4 mm. Perbandingan daging buah

terhadap buah 60%-90%, rendemen minyak 22%-24%

(Setyamidjaja, 2006).

Dalam manajemen kebun, produksi adalah jumlah berat tandan buah segar

(TBS) ton/ha yang dihasilkan, yang selanjutnya diolah menjadi minyak kelapa

sawit (CPO) ton/ha, dan minyak inti sawit (PKO) ton/ha, dan hasil samping antara

lain bungkil inti, cangkang dan tandan kosong, serta limbah cair

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Panen dan Pasca Panen

Panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait dengan kegiatan

budidaya, khususnya pemeliharaan tanaman. Suatu areal tanaman belum

menghasilkan (TBM) dapat berubah menjadi tanaman menghasilkan dan mulai

dapat dilakukan panen apabila 60% buah atau lebih telah matang panen. Hasil

panen kelapa sawit adalah TBS, produksinya berbentuk minyak sawit kasar

(crude palm oil) dan inti (kernel). Panen dilakukan pada saat yang tepat karena

pemanenan akan menentukan tercapainya kualitas dan kuantitas minyak sawit

yang dihasilkan. Saat panen yang tepat berhubungan dengan proses pembentukan

minyak di dalam buah. Buah yang lewat masak, sebagian kandungan minyaknya

akan berubah menjadi asam lemak bebas (free fatty acid ) yang akan menurunkan

(19)

Koordinasi panen, angkut dan olah (PAO) dewasa ini mempunyai peran

yang sangat penting dalam menjaga tingkat produktivitas. Operasi panen, angkut

dan olah adalah subsistem dari satu sistem operasi PAO. Maka hambatan yang

terjadi pada setiap subsistem akan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga

subsistem operasi tersebut waktu dan kegiatannya berbeda-beda dan setiap

subsistem punya tujuan sendiri-sendiri. Sistem panen dimaksudkan untuk

mencapai produksi TBS/ha yang optimal dengan menghindarkan pemotongan

buah mentah, menghindarkan buah matang ketinggalan tidak terpanen dan harus

mengutip brondolan secara bersih. Sistem angkut dimaksudkan untuk mencapai

kapasitas angkut dan mengirim semua buah pada hari itu juga sehingga pabrik

tidak mengalami stagnasi kekurangan buah untuk diolah. Selanjutnya sistem olah

dimaksudkan untuk mencapai kapasitas yang optimal dan mengekstraksi minyak

semaksimal mungkin dengan rendemen yang tinggi dan mutu yang baik serta

menjaga angka kehilangan produksi (losses) minyak serendah mungkin. Sasaran

akhir dari sistem koordinasi PAO adalah mencapai produktivitas minyak sawit

dan inti sawit per hektar yang tinggi dengan mutu yang sesuai dengan permintaan

pasar dengan biaya produksi yang rendah (Risza, 1994).

Mutu CPO

Karakteristik mutu CPO adalah :

1. Asam lemak bebas (ALB), yaitu asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak.

ALB tinggi menunjukkan suatu ukuran tentang ketidakberesan dalam panen

(20)

2. Kadar air (KA), yaitu bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit

pada pemanasan 105 °C. Kadar air tinggi di atas 0,1% membantu hidrolisis.

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Kualitas minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar asam lemak bebas

(ALB), kandungan air, dan mudah tidaknya minyak tersebut dijernikan. Minyak

kelapa sawit yang baik adalah minyak yang memiliki kadar ALB, air dan

bahan-bahan kotoran lainnya rendah. Minyak sawit mentah harus memenuhi

standard mutu pabrik dengan persyaratan: ALB maksimal 3,5%, kandungan air

maksimal 0,15%, kadar kotoran maksimal 0,0156. Standard mutu pabrik harus

lebih baik dari pada standard mutu internasional karena semakin baik mutu yang

dihasilkan pabrik akan memberikan kemungkinan lebih baik pula sesampainya di

tempat tujuan negara pengimpor. Adapun persyaratan perdagangan internasional

adalah: ALB maksimal 5%, kadar air 0,5%.

Tabel 1. Kandungan bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit

(Setyamidjaja, 2006).

Pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting

sebab jumlah dan mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang

dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang,

maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi

(lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah

Bahan Sangat

rendah (%)

Rendah

(%)

Sedang

(%)

Tinggi

(%)

Sangat tinggi

(%)

ALB < 2,0 2,0 – 2,7 2,8 – 3,7 3,8 – 5,0 > 5,0

Kadar air < 0,1 0,1 – 0,19 0,2 – 0,39 0,4 – 0,6 > 0,6

Kadar kotoran

(21)

belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh

juga rendah (Fauzi, dkk, 2006).

Dengan terpenuhinya persyaratan kematangan buah, diharapkan produk

minyak dan inti sawit memiliki kualitas yang baik. Sebagai acuan untuk

mengetahui kualitas produksi yang dihasilkan, perlu ditetapkan standard kualitas

minyak dan inti sawit.

Tabel 2. Standard kualitas minyak sawit

No Karakteristik Batasan 1 Kadar asam lemak bebas (%) < 3,50 2 Kadar air (%) < 0,10 3 Kadar kotoran (%) < 0,01 4 DOBI (Deterioritation of Bleachability index) > 2,40

(Pahan, 2008).

Kadar ALB yang tinggi membutuhkan biaya yang lebih tinggi dalam

proses pemucatan. Dalam perdagangan internasional apabila kadar ALB 5%

penjual akan kena denda, meskipun dari kebun, tandan yang dipanen bermutu baik

tetapi apabila transportasi kurang baik, terlalu lama diperjalanan dan lama

tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikan ALB (Lubis, 2008).

Tingkat mutu minyak sawit yang dihasilkan sebagian besar ditentukan di

lapangan oleh mutu TBS dan panen yang masuk di pabrik. Oleh karena itu perlu

diadakan pengawasan mutu tandan dan mutu panen. Pengawasan atas mutu TBS

dan mutu panen meliputi bidang-bidang pembuahan, pemanenan, pengumpulan

dan pengangkutan panen. Dalam masing-masing bidang terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi kehilangan minyak dalam kutipan. Selain mempengaruhi

mutu minyak, mutu panen dan mutu TBS sangat menentukan besarnya kehilangan

(22)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang

relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah

3. Penumpukan buah yang terlalu lama

4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

(Tim Penulis PS, 2000).

Rendemen CPO

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik dipengaruhi

perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah

kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik.

Tabel 3. Hasil rendemen dan ALB akibat lamanya penginapan brondolan

Lama penginapan Rendemen minyak ALB (hari) terhadap buah (%) (%)

0 50,44 3,9

1 50,60 5,01 2 50,73 6,09

3 48,66 6,90

(Fauzi,dkk, 2006)

Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses

pengempaan daging buah tanaman kelapa sawit. Minyak kelapa sawit

digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama Sumatera palm oil

Tabel 4. Standard nasional Indonesia minyak kelapa sawit

No Karakteristik Syarat Cara pengujian

1 Warna Kuning jingga

sampai

kemerah-merahan

(23)

2 Asam lemak bebas(sebagai asam palmitat)

%(bobot/bobot),maks

5,00 BS 684-1958

3 Kadar

kotoran%(bobot/bobot),maks

0,05 SNI

01-3184-1992

4 Kadar air %(bobot/bobot),maks 0,45 BS 684-1958

(Badan Standardisasi Nasional, 1992).

Tabel 5. Rendemen, kadar ALB minyak dengan derajat kematangan

Fraksi Rendemen minyak ALB buah

0 16,0 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 4 22,2 2,6 5 21,9 3,8 (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Dapat dikatakan bahwa tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi 2 dan

3, yaitu rendemennya tinggi, sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi 1

menghasilkan ALB dan rendemen yang rendah, dapat dikatakan bahwa buah

kurang matang. Fraksi 0 tidak disukai karena buah mentah. Fraksi 4 dan 5 adalah

lewat matang, walaupun rendemennya tinggi, namun ALB juga tinggi

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa

sawit mentah dan inti yang kualitasnya baik. Untuk mencapai hal ini, pabrik

pengolahan harus dipersiapkan dengan baik, demikian pula halnya tandan buah

segar yang akan diolah. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar

hanya mengandung 0,1% asam lemak bebas. Tetapi buah yang sudah

memar/pecah dapat mengandung ALB sampai 50% hanya dalam hitungan

(24)

Untuk membatasi terbentuknya asam lemak bebas kelapa sawit harus segera

dipanasi dengan suhu antara 900 C–1000 C menggunakan panas uap air

(Setyamidjaja, 2006).

Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak

sawit dan inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit , sehingga perlu dapat

penanganan khusus oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan

tinggi. Selain itu, perlu instalasi yang baik dan memadai untuk memperoleh

minyak sawit dan inti sawit yang bermutu baik (Sunarko, 2007).

Untuk memperkuat daya saing minyak sawit di pasaran internasional,

produsen melakukan peningkatan produktivitas dan kualitas serta meningkatkan

efisiensi pengolahan sehingga biaya produksi per satuan hasil atau harga pokok

penjualan dapat ditekan. Dalam upaya penekanan biaya harga pokok, secara

khusus perlu dilakukan pengkajian terhadap struktur biaya produksi untuk

landasan efisiensi usaha. Efisiensi teknis teknologis didefinisikan sebagai

efektivitas dan produktivitas dalam pengoperasian suatu pabrik. Suatu pabrik

dikatakan kurang efisien jika angka kehilangan, kualitas, ekstraksi minyak dan inti

sawit, serta kapasitas produksi tidak sesuai dengan norma standard. Hal ini dapat

diketahui dari kapasitas olah yang tidak sesuai dengan kapasitas desain, losses

yang tinggi, dan kualitas yang rendah. Agar pengoperasian pabrik dapat diarahkan

kepada pencapaian efisiensi dan produktivitas sesuai dengan yang diinginkan

maka perlu dibuat standard yang meliputi kinerja pabrik, parameter kualitas

minyak, kehilangan minyak dan inti, serta angka kerja pengolahan. Selain

(25)

kematangan buah mempunyai kontribusi terhadap efektivitas pengolahan di

pabrik.

Tabel 6. Standard pengolahan kelapa sawit

(Pahan, 2008).

Selain kondisi proses pabrik, tingkat efektivitas dan efisiensi pengolahan

kelapa sawit juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui

melalui sortir buah sebelum diolah. Agar proses di pabrik dapat berjalan dengan

efektif dan efisien maka perlu ditetapkan standard kematangan buah yang dipanen

Tabel 7. Standard kematangan buah

No Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah

Brondolan

1 Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat mentah Tidak ada

2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1-12,5% buah

luar

3 Fraksi 1 (F-1) 0,00% Kurang mentah 12,5-25% buah

luar

4 Fraksi 2 (F-2) > 90,00% Matang 25-50% buah

luar

5 Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50-75% buah

luar

6 Fraksi 4 (F-4) < 3,00% Lewat matang 75-100% buah

No Karakteristik Batasan

1 Tekanan rebusan (kg/cm2) 2,8

2 Waktu perebusan sistem triple peak (menit) 80-90

3 Waktu perebusan sistem double peak (menit) 90-100

4 Temperatur steam pemipilan (°C) 100-105 5 Tekanan kerja pengempaan (bar) 50-75

6 Temperatur pada seluruh unit di stasiun pemurnian (°C) 85-95

7 Tekanan vacuum dryer (torr) 50

8 Temperatur hot water tank (°C) 50-90

9 Pemakaian air pengencer di pengempaan (%TBS) 14

10 Pemakaian air di vibrating screen (%TBS) 14

11 Pemakaian air di sludge separator (%TBS) 28

12 Temperatur di bagian atas nut silo (°C) 70

13 Temperatur di bagian tengah nut silo (°C) 60

14 Temperatur di bagian bawah nut silo (°C) 50

15 Temperatur di bagian atas pengering kernel (°C) 80

16 Temperatur di bagian tengah pengering kernel (°C) 70

(26)

luar

7 Fraksi 5 (F-5) < 2,00% Terlalu matang Buah dalam

ikut

memberondol

8 Brondolan 9,50%

9 Tandan Kosong 0,00%

10 Panjang Tangkai TBS < 2,5 cm

(Pahan, 2008).

Proses pengolahan menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara yang

sederhana dan dapat pula dengan teknologi tinggi yang sudah biasa digunakan

oleh perkebunan-perkebunan besar yang menghasilkan minyak sawit mentah

dengan kualitas ekspor. Sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit harus mempunyai

bagian-bagian sebagai berikut :

1. Penerimaan buah

2. Sterilisasi tandan

3. Pembrondolan tandan

4. Pengadukan dan peremasan buah sawit

5. Ekstraksi

6. Penjernihan minyak

7. Pemisahan serabut dan biji sawit

8. Pengeringan biji

9. Grading biji sawit dan pemecah biji sawit

10.Pemisahan inti sawit dari tempurungnya

11.Pengeringan inti sawit dan pengarungannya

(Risza, 1994).

Pendekatan Sistem

Disebabkan pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian

(27)

yang dikenal sebagai pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah merupakan

cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi

terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat dihasilkan suatu

operasi dari sistem yang dianggap efektif.

Pada prinsipnya, alat utama penyelesaian masalah adalah suatu prosedur

untuk mendapatkan suatu solusi dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu diambil dalam

usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama ilmiah,

langkah-langkah itu adalah :

1. Mengetahui inti daripada persoalan yang dihadapi dengan perkataan lain

mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya

2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan

3. Mengolah fakta dan data tersebut

4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah

dengan matang

6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan

7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan

yang telah diambil

(Eriyatno, 2003).

Dalam melakukan pendekatan sistem dapat digunakan dengan komputer

atau tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi adanya fasilitas komputer

(28)

menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali

peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi.

Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.

Dalam melakukan analisis kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang

ada, setelah itu dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan

yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara

respon yang timbul dari seseorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem.

Analisis ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi,

observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003).

Teknik Kendali Mutu

Dalam kendali mutu sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui apakah

sebenarnya yang dimaksud dengan mutu tersebut. Mutu suatu produk adalah

keadaan fisik, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera

dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah

dikeluarkan (Feigenbaum, 1989).

Melaksanakan kendali mutu adalah mengembangkan, mendesain,

memproduksi, dan memberikan jasa produk bermutu yang paling ekonomis,

paling berguna dan selalu memuaskan bagi konsumen. Kendali mutu dilakukan

dengan tujuan mewujudkan mutu yang sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut

oleh konsumen. Langkah pertama dalam kendali mutu adalah mengetahui apakah

sebenarnya yang dimaksudkan oleh konsep tersebut. Adalah benar bahwa

standard produksi dan analisis data serta sejenisnya sangat penting dalam kendali

mutu. Tetapi orang-orang memang mengumpulkan data dengan ceroboh. Metode

(29)

Ringkasnya, ketiga langkah berikut harus diikuti. Langkah-langkah penting dalam

pelaksanaan kendali mutu adalah:

1. Pahami karakteristik mutu sebenarnya

2. Tentukan metode pengukuran dan pengujian karakteristik mutu

sebenarnya

3. Tentukan karakteristik mutu pengganti, dan memiliki pemahaman yang

benar tentang hubungan antara karakteristik mutu sebenarnya dan

karakteristik mutu pengganti

(Ishikawa, 1992).

Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah

yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan

memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik.

Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) sering disebut sebagai

pengendalian proses statistik (statistical process control). Pengendalian kualitas

statistik dan pengendalian proses statistik memang dua istilah yang saling

dipertukarkan, yang apabila dilakukan bersama-sama maka pemakai akan melihat

gambaran kinerja proses masa kini dan masa mendatang. Hal ini disebabkan

pengendalian proses statistik dikenal sebagai alat pengendalian kualitas statistik

menyediakan alat-alat offline untuk mendukung analisis dan pembuatan keputusan

yang membantu menentukan apakah proses dalam keadaan stabil dan dapat

diprediksi setiap tahapannya, hari demi hari, dan dari pemasok ke pemasok

(30)

Peta Pengendali

Peta pengendali (control chart) pertama kali diperkenalkan oleh Dr.

Walter Andrew Shewhart dari Amerika Serikat tahun 1924 dengan maksud untuk

menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan

oleh penyebab khusus dari variasi yang disebabkan oleh variasi umum.

Peta pengendali merupakan salah satu perangkat yang digunakan untuk

pengendalian proses statistika yang dapat membantu dalam menetapkan

kemampuan proses dengan melakukan pengukuran terhadap variasi produk yang

dihasilkan atau kualitas pelayanan sepanjang waktu. Secara grafis pengendalian

proses statistika menyajikan variasi yang terjadi yang memungkinkan untuk

menetapkan apakah sebuah proses di dalam kontrol (incontrol) atau berada di luar

kontrol (out control). Batas kontrol atau garis pusat (control limit atau CL) yang

meliputi batas atas (upper control limit atau UCL) dan batas bawah

(lower control limit atau LCL) dapat membantu kita untuk menggambarkan

performansi yang diharapkan dari suatu proses yang menunjukkan bahwa proses

tersebut berada dalam pengendalian (Indranata, 2008).

Teknik statistik untuk gugus kendali mutu dapat dibagi dalam tiga

kelompok, yaitu :

1. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data

Bilamana masalah atau proyek telah dipilih, maka para anggota perlu

mengumpulkan data untuk menemukan sampai dimana pentingnya

masalah tersebut. Data masa lalu sangatlah berguna, namun

(31)

2. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data

Bilamana data telah dikumpulkan, para anggota gugus perlu

menganalisis secara cermat sehingga kreativitas dan daya pikir

didorong untuk digunakan secara efektif dan dengan demikian dapat

ditemukan pemecahan untuk memecahkan masalah tersebut.

3. Teknik maju untuk penggunaan di kemudian hari

Teknik ini terutama bermanfaat untuk menganalisis masalah yang lebih

rumit

(Ingle, 1989).

Batas pengendalian

atas

Garis pusat

Batas pengendalian bawah

Waktu

Gambar 1. Diagram kontrol (control chart)

Indeks kinerja Kane (cpK) adalah nilai yang mewakili kemampuan

sesungguhnya dari suatu proses. Nilai cpK diformulasikan dengan :

CpK = min(CPL,CPU)

dimana :

(32)

Keterangan :

LSL = Lower spesification limit

USL = Upper spesification limit

CPL = Capability process lower

CPU = Capability process upper

Menurut Ariani (2004) nilai cpK layak dihitung apabila proses berada

dalam pengendalian statistik (in statistical control). Sedangkan Montgomery

(1998) menganjurkan bahwa batas minimal cpK yang dianjurkan untuk produk

yang berhubungan dengan keamanan, kekuatan, atau parameter kritis (satu sisi)

adalah 1,50. Dalam kasus ini, batas spesifikasinya hanya satu, maka digunakan

spesifikasi satu sisi.

Analisis dengan menggunakan control chart, dikenal adanya peta kontrol

individual I dan MR (Moving Range). Teknik ini diterapkan pada proses yang

menghasilkan produk yang relatif homogen. Pada dasarnya peta-peta kontrol

dipergunakan untuk:

1. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian. Dengan

demikian peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan

terkendali, dimana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok

contoh berada dalam batas-batas pengendalian (control limits), maka

variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses

2. Memantau proses secara terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap

(33)

3. Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses

berada dalam pengendalian, batas-batas dari variasi proses dapat

ditentukan

(Gaspersz, 2001).

Diagram Tulang Ikan

Diagram sebab akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun

1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab akibat

menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara

akibat dan penyebab suatu masalah. Untuk mencari berbagai penyebab tersebut

dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personil yang terlibat. Diagram

sebab akibat sering juga disebut dengan diagram tulang ikan (fishbone diagram)

(Ariani, 2004).

Salah satu teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah diagram

sebab akibat. Menurut Ingle (1989) penggunaan analisis sebab akibat, yaitu:

1. Untuk mengenal penyebab yang penting

2. Untuk menemukan pemecahan yang tepat

3. Untuk memecahkan hal apa yang harus dilakukan

Langkah-langkah membuat diagram sebab akibat :

1. Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada

ujung sebelah kanan dan suatu kotak di depannya. Akibat atau masalah

yang ingin dianalisis ditempatkan di dalam kotak tersebut.

(34)

2. Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metode) dalam

kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama.

Hubungkan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah

garis panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau mungkin diperlukan

untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.

3. Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab

utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap

penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah

garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan.

Gambar 2. Diagram tulang ikan (fishbone diagram) (Ingle, 1989).

Akibat

Bahan Baku

Manusia

Mesin

Metode

Akibat

Mesin Bahan Baku

Metode

(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara

III, Tebing Tinggi pada bulan Mei sampai bulan Juni 2010

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian :

1. Data primer berupa pengukuran kualitas CPO (ALB dan kadar air)

pada bulan Mei 2010.

2. Data sekunder berupa informasi harian kua litas CPO

(ALB dan kadar air) dan rendemen pada bulan yang sama (Mei)

selama lima tahun terakhir (2006 sampai 2010).

3. Data lainnya yang diperlukan selama penelitian.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Alat tulis

2. Komputer

3. Software Minitab 14

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis

yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan

juga dari para stakeholder. Disamping itu penelitian yang dilakukan bersifat

(36)

suatu keadaan terdahulu. Teknik yang digunakan dalam metode penelitian ini

adalah:

1. Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel yaitu data

ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO. Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut.

1. Literatur

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori

yang berhubungan dengan kelapa sawit khususnya mengenai aspek

mutu dan rendemen produksi minyak kelapa sawit serta teori-teori yang

berhubungan dengan masalah pengendalian kualitas statistik.

2. Pengamatan (observasi)

Tahap pengamatan atau observasi merupakan tahap yang dilakukan

dalam pengumpulan data sebagai obyek penelitian. Data yang

dibutuhkan adalah data ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO di

PKS Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III, Tebing Tinggi

3. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab

dengan stakeholders yang terkait. Stakeholders disini meliputi baik dari

tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi

ataupun dengan tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses

(37)

2. Analisis data

Data dianalisis dengan control chart I-MR untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan (variasi) mutu dan rendemen produksi CPO dari setiap periode

dan kemudian dibandingkan dengan standar nasional ataupun standar

spesifikasi pelanggan (konsumen CPO). Apabila data berada dalam batas

pengendalian statistik, selanjutnya akan dihitung Indeks Kinerja Kane (cpK).

Namun apabila data berada di luar batas pengendalian statistik maka dilakukan

analisis lebih lanjut untuk meneliti faktor-faktor penyebab yang berpengaruh

terhadap penyimpangan mutu dan rendemen produksi tersebut dengan

melakukan penelusuran informasi dari data-data lain yang mendukung dan juga

melalui wawancara atau tanya jawab dengan pihak-pihak yang bersangkutan.

Selanjutnya akan diperoleh informasi yakni berupa penyebab-penyebab dari

masalah yang ada dan diinterpretasikan ke dalam model diagram sebab-akibat,

untuk mencari akar persoalan dari masalah penyimpangan mutu dan rendemen

produksi sebagai pedoman dalam perbaikan di masa mendatang.

Prosedur Penelitian

Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan tahapan

sebagai berikut :

1. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan

yang relevan dengan penelitian.

2. Menganalisis data mutu dan rendemen produksi CPO yang diperoleh

menggunakan diagram kontrol (control chart) untuk mengetahui

(38)

batas kontrol kendali atau tidak (ada tidaknya penyimpangan mutu

CPO) dari periode Mei 2006 sampai Mei 2010.

3. Menentukan hubungan antara karakteristik mutu dan rendemen

produksi CPO terhadap standard mutu nasional.

4. Menghitung nilai indeks kinerja Kane (cpK) bagi data mutu dan

rendemen produksi CPO yang berada di dalam batas pengendalian

statistik

5. Melakukan evaluasi terhadap data mutu dan rendemen produksi CPO

yang mengalami penyimpangan terhadap standard mutu nasional.

6. Memformulasikan masalah atau faktor-faktor penyebab utama yang

menyebabkan penyimpangan tersebut dan menentukan ruang lingkup

permasalahan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak

terkait, khususnya pihak-pihak yang berperan langsung dalam sistem

manajemen mutu produksi.

7. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO tersebut ke

dalam suatu model diagram tulang ikan (fishbone diagram).

Parameter

Parameter yang diamati :

1. Karakteristik mutu CPO

- Asam lemak bebas (ALB)

- Kadar air

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah singkat PKS Rambutan

PT Perkebunan Nusantara III adalah salah satu badan usaha milik negara

(BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan pengolahan hasil

perkebunan. Pada awalnya merupakan perusahan perkebunan Belanda yang

beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial pemerintahan Hindia Belanda, mulai

dari :

1. NV. Rubber Cultur Matchappij Amsterdam (RMCA).

2. Handels Vereeniging Amsterdam (HVA).

3. Vereenigde Deli Matchappij (VDM).

4. NV. Cultur mij’de Oekust (CMO) dan lainnya.

Pada awalnya proses nasionalisasi, PTPN III dikenal sebagai perusahaan

perkebunan asing (PPA), selanjutnya menjadi Perseroan Perkebunan Negara

(PPN).

Langkah awal PTP Nusantara III dimulai pada tahun 1985 dengan nama

Perusahaan Negara Baru Cabang Sumatera Utara (PPN-Baru), berdasarkan PP

No.24/1985 jo. Keputusan Menteri Pertanian No.229/UM/1957 jo UU

No.86/1985. Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentuk atau status badan

hukum, sejalan dengan undang-undang (UU) dan peraturan pemerintah, maka

pada tahun 1968 PPN-Baru dirubah kembali menjadi kesatuan Perusahaan Negara

Perkebunan (PNP) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian

No.55/KPT/OP/1968 dan pada tahun 1971 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi

PT Perkebunan (PERSERO) dengan keluarnya PP No.17/1971 dan Surat

(40)

Tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT Perkebunan III, IV

dan V (Persero) yang dikelola oleh Direksi PT Perkebunan III. Selanjutnya

melalui Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 dirubah

menjadi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan akta Notaris

Harun Kamil, SH No.36 tanggal 11 Maret 1996, untuk selanjutnya mendapat

pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan

No.C2-8331.HT.01 tanggal 8 Agustus 1996.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) kebun Rambutan adalah salah satu pabrik dari

11 PKS milik PT. Perkebunan Nusantara III yang terletak di desa Paya Bagas

Kecamatan Rambutan, Kotamadya Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara,

sekitar 85 km ke arah Tenggara kota Medan. PKS Rambutan dibangun pada tahun

1983, dengan kapasitas olah 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku (TBS)

berasal dari kebun seinduk

Lingkungan perkebunan PTPN III Rambutan

Kebun Rambutan terletak pada lokasi yang sangat strategis di Provinsi

Sumatera Utara, yaitu ± 90 km dari kota Medan dan berlokasi dalam dua

kabupaten, Serdang Bedagai dan Asahan. Letak kebun berada pada ketinggian ±

18 m dari permukaan laut dan bertopografi datar yang didomonasi oleh jenis tanah

Podsolik Merah Kuning, Alluvial dan Hidromorfik Kelabu. Tipe iklim E

(Schmith & Ferguson) dengan curah hujan berkisar 1.300-2100 mm/tahun, dan

bulan basah ± 8 bulan serta bulan kering ± 4 bulan.

Luas areal tanaman kebun Rambutan sebesar 4.728,90 Ha dan areal

(41)

dan 205,83 tanaman belum menghasilkan (TBM). Tanaman yang dibudidayakan

di kebun Rambutan merupakan bahan tanaman unggul yang berasal dari

persilangan Dura x Pisifera.

Sesuai komitmennya kepada konsumen, kebun rambutan dengan konsisten

mengimplementasikan ISO 9002 dan ISO 14000, sehingga menghasilkan

produk-produk yang bermutu tinggi serta ramah lingkungan. Disamping itu manajemen

juga mempunyai komitmen yang tinggi terhadap keselamatan kerja karyawan

dengan mengimplementasikan sistem menagemen kesehatan dan keselamatan

kerja (SMK3) secara konsisten.

Analisa Data Mutu dan Rendemen CPO

Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu agribisnis yang cukup besar dan

mempunyai pasar yang sangat baik di dunia karena hasil produksinya merupakan

kebutuhan sehari-hari masyarakat. Oleh ketatnya persaingan pasar bebas di dunia

ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan mutu CPO di PKS

Rambutan PTPN III maka diperlukan analisis konsistensi mutu dan rendemen

produksi CPO.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di PKS Rambutan PTPN III

diperoleh (data variabel) yakni berupa ALB, kadar air, dan rendemen produksi

CPO mulai dari periode Mei 2006 sampai Mei 2010 selanjutnya dianalisis dengan

control chart. Oleh karena data variabel berasal dari suatu proses yang bersifat

homogen, maka sesuai dengan pernyataan Gaspersz (2001), control chart yang

(42)

O bse r v a t ion

1.Periode Mei 2006

Gambar 3. Control chart I-MR ALB Mei 2006

Data ALB periode Mei 2006 pada control chart I yang tampak pada

Gambar 3 dapat dilihat bahwa batas kendali atas (upper control limit atau UCL)

adalah sebesar 3,56%, batas kendali bawah (lower control limit atau LCL) sebesar

3,33%, rata-rata sampel ALB sebesar 3,45%. Sedangkan pada control chart MR

menunjukkan batas kendali atas adalah sebesar 0,14%, batas kendali bawah

adalah 0% dan rata-ratanya sebesar 0,04%. Adapun dari control chart I-MR

menunjukkan bahwa semua sampel berada dalam batas pengendalian statistik

(in statistical control). Hal ini berarti kadar ALB periode Mei 2006 menunjukkan

kondisi sistem yang stabil dan variabilitasnya masih rendah.

Apabila rata-rata sampel ALB (3,45%) dibandingkan dengan standard

(43)

46

dikatakan bahwa sampel ALB periode Mei 2006, 100% mampu memenuhi

standard.

Karena semua sampel berada dalam batas pengendalian statistik

(in statistical control) sesuai dengan pernyataan Ariani (2004) yaitu apabila

proses berada dalam pengendalian statistik (in statistical control), maka perlu

dilakukan pengukuran nilai indeks kerja Kane (cpK), dimana nilai cpK = CPU.

Berdasarkan dari data yang ada di lampiran 5 diperoleh nilai cpK sebagai berikut:

Berdasarkan indeks kinerja Kane yang diperoleh bahwa cpK = CPU =

0,46, sesuai dengan pernyataan Montgomery (1998) batas minimal cpK yang

dianjurkan untuk produk yang berhubungan dengan keamanan, kekuatan, atau

parameter kritis (satu sisi) adalah 1,50. Maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan proses produksi di pabrik kelapa sawit Rambutan PTPN III pada

periode Mei 2006 masih rendah hal ini ditandai dengan nilai cpK < 1,5. Oleh

karena itu perlu dilakukan peningkatan proses dengan cara menekan peningkatan

(44)

O bse r v a t ion

Gambar 4. Control chart I-MR ALB Mei 2007

Gambar 4 dapat dilihat bahwa semua sampel pada control chart I-MR

berada dalam batas pengendalian statistik. Hal ini menunjukkan bahwa ALB

selama bulan Mei 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi

sistem yang stabil serta variabilitasnya masih rendah.

Rata-rata ALB pada control chart I di bulan Mei 2007 adalah 3,02%. Bila

dibandingkan dengan standard mutu pabrik (≤3,5%) dan standard spesifikasi

konsumen (5%) dapat dikatakan bahwa sampel ALB periode Mei 2007, 100%

mampu memenuhi standard.

Selanjutnya karena sampel berada dalam batas pengendalian statistik

(in statistical control) maka perlu dilakukan pengukuran nilai indeks kinerja Kane

(cpK). Berdasarkan data yang ada di lampiran 5 diperoleh nilai cpK sebagai

(45)

O bse r v a t ion

Berdasarkan indeks kinerja Kane yang telah diperoleh bahwa cpK = CPU

= 2,48, dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses produksi atau sistem

produksi di pabrik kelapa sawit Rambutan PTPN III dalam menanggapi

kebutuhan (spesifikasi) pelanggan pada periode Mei 2007 sudah baik. Hal ini

ditandai dengan nilai cpK > 1,5. Kemampuan proses produksi pada periode ini

sudah lebih baik dari periode Mei 2006.

3. Periode Mei 2008

Gambar 5. Control chart I-MR ALB Mei 2008

Dari Gambar 5 pada control chart I dapat dilihat bahwa tidak ada sampel

berada di luar batas pengendalian statistik. Akan tetapi pada control chart MR

pada sampel ke-12 (MR=0,38%) berada di luar batas pengendalian atas.

(46)

O bse r v a t ion

ini, namun variabilitas ALB pada periode Mei 2008 tidak terkendali secara

statistik.

Rata-rata ALB pada periode Mei 2008 adalah 3,00%. Bila dibandingkan

dengan standard mutu pabrik (≤3,5%) dan standar d spesifikasi konsumen (5%)

dapat dikatakan bahwa sampel ALB periode Mei 2008, 100% mampu memenuhi

standard.

4. Periode Mei 2009

Gambar 6. Control chart I-MR ALB Mei 2009

Gambar 6 dapat dilihat bahwa semua sampel pada control chart I berada

pada batas pengendalian statistik (in statistical control). Sedangkan pada

control chart MR dapat dilihat bahwa sampel ke-9 (MR=0,28%) dan ke-24

(MR=0,27%) berada di luar batas pengendalian atas. Hal ini berarti adanya

perubahan ukuran variasi yang besar antara sampel ke-8 dan ke-9, sampel ke-23

(47)

O bse r v a t ion

Rata-rata ALB pada periode Mei 2009 adalah 3,13%. Apabila

dibandingkan dengan standard mutu pabrik (≤3,5%) dan standar d spesifikasi

konsumen (5%) dapat dikatakan bahwa sampel ALB periode Mei 2009, 100%

mampu memenuhi standard.

5. Periode Mei 2010

Gambar 7. Control chart I-MR ALB Mei 2010

Gambar 7 dapat dilihat bahwa sampel ke-1, 2,dan 3 pada control chart I

berada di luar batas pengendali bawah, walaupun berada di luar batas pengendali

bawah sampel tersebut tidak memerlukan tindakan perbaikan

(tidak dianggap menyimpang). Sedangkan sampel ke-11 (3,40%) dan ke-15

(3,42%) berada di luar batas pengendali atas. Hal ini menunjukkan bahwa sampel

tersebut tidak terkendali secara statistik. Sehingga masih perlu dilakukan

(48)

dilihat bahwa sampel ke-15 berada di luar batas pengendali atas. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat homogenitas masih rendah.

Rata-rata ALB pada periode Mei 2010 adalah 3,20%. Apabila

dibandingkan dengan standard mutu pabrik (≤3,5%) dan standar d spesifikasi

konsumen (5%) dapat dikatakan bahwa sampel ALB periode Mei 2010, 100%

mampu memenuhi standard.

Setelah dianalisis data ALB dari periode Mei 2006 sampai Mei 2010

diketahui bahwa kadar ALB adalah indikator yang cepat berubah selama proses.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik adalah minyak kelapa sawit yang memilki

kadar ALB yang rendah. Masalah ALB (kenaikan kadar ALB) sangat dipengaruhi

perlakuan sejak TBS dipanen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo

dan Semangun (2003) yang menyatakan bahwa tingkat mutu minyak sawit yang

dihasilkan sebagian besar ditentukan di lapangan oleh mutu TBS dan panen yang

masuk di pabrik. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan mutu tandan dan

mutu panen. Pengawasan atas mutu TBS dan mutu panen meliputi bidang-bidang

pembuahan, pemanenan, pengumpulan dan pengangkutan panen.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak

sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat

matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi

(lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah

belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh

juga rendah

Apabila dilihat dari derajat kematangan TBS yang diterima dari kebun

(49)

O bse r v a t ion

(kurang matang), fraksi 4 sebesar 1-1,5% (lewat matang), sedangkan fraksi 5

sebesar 0,15-0,25% (terlalu matang). Dari derajat kematangan TBS yang ada

sudah menunjukkan pelaksanaan panen yang baik.

Kadar air

1. Periode Mei 2006

Gambar 8. Control chart I-MR kadar air Mei 2006

Kadar air periode Mei 2006 pada control chart I yang tampak pada

Gambar 8 dapat dilihat bahwa batas pengendali atas adalah sebesar 0,13%, batas

kendali bawah sebesar 0,08%, rata-rata sampel kadar air sebesar 0,11%.

Sedangkan pada control chart MR menunjukkan batas kendali atas adalah sebesar

0,03%, batas kendali bawah sebesar 0% dan rata-ratanya sebesar 0,01%. Dari

control chart I-MR menujukkan bahwa semua sampel berada dalam batas

(50)

02

Selanjutnya karena semua sampel berada dalam batas pengendalian

statistik (in statistical control) maka perlu dilakukan pengukuran nilai indeks

Selanjutnya karena semua sampel berada dalam batas pengendalian statistik (in

statistical control) maka perlu dilakukan pengukuran nilai indeks kinerja Kane

(cpK). Berdasarkan data yang ada di lampiran 5 diperoleh nilai cpK sebagai

berikut:

Berdasarkan nilai indeks kinerja Kane yang diperoleh bahwa cpK = CPU

= 16,02% (cpK > 1,5), dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses produksi

atau sistem produksi di pabrik kelapa sawit Rambutan PTPN III dalam

menanggapi kebutuhan (spesifikasi) pelanggan pada periode Mei 2006 sudah

baik, hal ini ditandai dengan nilai cpK > 1,5.

Apabila sampel kadar air pada periode Mei 2006 ini dibandingkan dengan

standard mutu pabrik (≤ 0,15%) dan standard spesifikasi konsumen (≤ 0,5%)

dapat dikatakan bahwa sampel kadar air periode Mei 2006, 100% mampu

memenuhi standard. Dapat disimpulkan bahwa kadar air pada periode ini sudah

(51)

O bse r v a t ion

2. Periode Mei 2007

Gambar 9. Control chart I-MR kadar air Mei 2007

Gambar 9 dapat dilihat bahwa semua sampel kadar air pada control chart

I-MR periode Mei 2007 berada dalam batas pengendalian statistik. Hal ini

menunjukkan bahwa kadar air selama periode ini terkendali secara statistik dan

kondisi sistem stabil (konsisten) serta variabilitas yang masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada periode Mei 2007 adalah 0,10%. Apabila

dibandingkan dengan standard mutu kadar air di pabrik (≤ 0,15%) dan standard

spesifikasi konsumen (≤ 0,5%) dapat dikatakan bahwa sampel kadar air periode

Mei 2007, 100% mampu memenuhi standard.

Karena semua sampel berada dalam batas pengendalian statistik

(in statistical control) maka perlu dilakukan pengukuran nilai indeks kinerja Kane

(cpK). Berdasarkan data yang ada di lampiran 5 diperoleh nilai cpK sebagai

(52)

O bse r v a t ion

Berdasarkan nilai indeks kinerja Kane yang diperoleh bahwa cpK = CPU

= 37,54% (cpK > 1,5), dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses produksi

atau sistem produksi di pabrik kelapa sawit Rambutan PTPN III dalam

menanggapi kebutuhan (spesifikasi) pelanggan pada periode Mei 2007 sudah baik

bahkan lebih baik dari periode Mei 2006.

3. Periode Mei 2008

Gambar 10. Control chart I-MR kadar air Mei 2008

Gambar 10 dapat dilihat bahwa semua sampel kadar air pada

control chart I-MR periode Mei 2008 berada dalam batas pengendalian statistik.

Hal ini menunjukkan bahwa kadar air selama periode ini terkendali secara statistik

(53)

27

Rata-rata kadar air pada periode Mei 2008 adalah 0,11%. Apabila

dibandingkan dengan standard mutu kadar air di pabrik (≤ 0,15%) dan standard

spesifikasi konsumen (≤ 0,5%) dapat dikatakan bahwa sampel kadar air periode

Mei 2008, 100% mampu memenuhi standard.

Karena semua sampel berada dalam batas pengendalian statistik

(in statistical control) maka perlu dilakukan pengukuran nilai indeks kinerja Kane

(cpK). Berdasarkan data yang ada di lampiran diperoleh nilai cpK sebagai berikut:

Berdasarkan nilai indeks kinerja Kane yang diperoleh bahwa cpK = CPU

= 26,27% (cpK > 1,5), dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses produksi

atau sistem produksi di pabrik kelapa sawit Rambutan PTPN III dalam

menanggapi kebutuhan (spesifikasi) pelanggan pada periode Mei 2008 sudah

(54)

O bse r v a t ion

4. Periode Mei 2009

Gambar 11. Control chart I-MR kadar air Mei 2009

Gambar 11 dapat dilihat bahwa sampel ke-23 pada control chart I berada

di luar batas pengendali atas. Sedangkan pada control chart MR dapat dilihat

bahwa sampel ke-24 (MR=0,03%) berada di luar batas pengendalian atas. Hal ini

menunjukkan perubahan yang besar dalam ukuran variasi yakni pada sampel

ke-23 dan sampel ke-24. Yang dianggap sebagai penyebab terjadinya masalah

adalah sampel ke-24. Dapat disimpulkan bahwa tingkat homogenitas CPO dalam

kaitannya dengan kadar air masih rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan

(55)

O bse r v a t ion

5. Periode Mei 2010

Gambar 12. Control chart I-MR kadar air Mei 2010

Gambar 12 dapat dilihat bahwa semua sampel kadar air pada control chart

I-MR periode Mei 2010 berada dalam batas pengendalian statistik. Hal ini

menunjukkan bahwa kadar air selama periode ini terkendali secara statistik dan

kondisi sistem stabil (konsisten) serta variabilitas yang masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada periode Mei 2010 adalah 0,11%. Apabila

dibandingkan dengan standard mutu kadar air di pabrik (≤ 0,15%) dan standard

spesifikasi konsumen (≤ 0,5%) dapat dikatakan bahwa sampel kadar air periode

Mei 2010, 100% mampu memenuhi standard.

Karena semua sampel berada dalam batas pengendalian statistik

(in statistical control) maka perlu dilakukan pengukuran nilai indeks kinerja Kane

(56)

O bse r v a t ion

Berdasarkan nilai indeks kinerja Kane yang diperoleh bahwa cpK = CPU

= 26,27% (cpK > 1,5), dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses produksi

atau sistem produksi di pabrik kelapa sawit Rambutan PTPN III dalam

menanggapi kebutuhan (spesifikasi) pelanggan pada periode Mei 2010

sudah baik.

Rendemen

1. Periode Mei 2006

Gambar 13. Control chart I-MR rendemen Mei 2006

Gambar 13 dapat dilihat bahwa semua sampel rendemen pada

control chart I-MR periode Mei 2006 berada dalam batas pengendalian statistik.

(57)

O bse r v a t ion

statistik dan kondisi sistem stabil (konsisten) serta variabilitas yang masih

terkendali.

Rata-rata rendemen pada periode Mei 2006 adalah 24,15%. Apabila

dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk periode Mei 2006

(23,34%) dan standard nasional rendemen produksi CPO (20%-24%) dapat

dikatakan bahwa sampel rendemen periode Mei 2006, 100% mampu memenuhi

standard.

2. periode Mei 2007

Gambar 14. Control chart I-MR rendemen Mei 2007

Control chart I diatas dapat dilihat bahwa sampel ke-2,3,4,5,6,7,8, dan 9

berada di luar batas pengendali bawah, hal ini menunjukkan bahwa rendemen

pada periode ini tidak terkendali secara statistik. Sedangkan sampel

Gambar

Tabel 1. Kandungan bahan  yang merusak kualitas minyak kelapa sawit
Tabel 2. Standard kualitas minyak sawit
Tabel 4. Standard nasional Indonesia minyak kelapa sawit
Tabel 5. Rendemen, kadar ALB minyak dengan derajat kematangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

urethra Cooper, 1979. Proper placement of the catheter tip is aided by palpation per rectum. After the cuff is inflated, each vesicular gland is identified, and the contents are

Keluaran Tersedianya laporan keuangan bulanan dan triwulan 1 Dokumen Hasil Meningkatnya kualitas laporan keuangan bulanan.

Apabila kita mendapat tunai yang lebih, kita dapat membeli hartanah yang baru, bukan hanya fikir untuk mengurangkan baki pinjaman atau memendekkan tempoh pinjaman tetapi

 Memberikan pelatihan (training) kepada karyawan berupa training yang dilakukan oleh bagian produksi dengan melibatkan juga bagian quality control untuk melakukan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban sehat mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diare balita.. Saran yang

JUDUL : KEMBANGKAN TERAPI SEL PUNCA MEDIA : RADAR JOGJA. TANGGAL : 10

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum terhadap tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar dan upaya-upaya yang dilakukan

Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2011 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang