Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT
050308021
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT
050308021
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT 050308021/TEKNIK PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
Nama : Muhammad Arif Hidayat NIM : 050308021
Depatemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si)
Ketua Anggota
(Ainun Rohanah STP, M.Si)
Mengetahui,
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen Teknologi Pertanian
Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
Nanggroe Aceh Darussalam, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH.
Persaingan sektor industri hulu berbasis kelapa sawit dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas pada saat ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan mutu dan rendemen CPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar asam lemak bebas dan kadar air) dan rendemen produksi selama bulan April dan bulan September periode 2005 sampai 2008 serta menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya mutu dan rendemen CPO di pabrik kelapa sawit dengan menggunakan control chart dan diagram sebab-akibat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu dan rendemen CPO selama bulan April dan bulan September periode 2005 sampai 2008 dinilai tidak konsisten. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari bahan baku, proses pengolahan dan kondisi mesin atau peralatan selama proses pengolahan kelapa sawit di pabrik.
Kata Kunci : CPO, Kadar Air, Asam Lemak Bebas, Rendemen
ABSTRACT
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT: The Analysis of Quality Consistency and Yield of Crude Palm Oil (CPO) at the Oil Palm Factory of Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH.
The competition for the sector of the primary industry based on oil palm was pointed in the increasingly tight challenge. With the strictness of competition of free market at this time, effort was needed to be increased on quality and yield of CPO. This research was aimed at evaluating the consistency of the CPO quality (free fatty acid and moisture) and the yield of production during April and September of 2005 to 2008 period as well as to analyse the cause factors of the low level of quality and yield of CPO at the oil palm factory using control chart and cause-effect diagram.
Results of the research showed that the quality and the yield of CPO during April and September of 2005 to 2008 period were inconsistent. This matter was caused by the influence of raw material, processing procedure and machinery condition during oil palm processing at the factory.
ii
Penulis dilahirkan di Langsa pada tanggal 20 Desember 1987 dari ayah Muhammad Jalil Hanafiah dan ibu Darnilawati. Penulis merupakan putra kedua
dari empat bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Medan dan pada tahun yang
sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Teknik
Pertanian dan sebagai anggota organisasi Agriculture Technology Moslem.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I di Kuala Simpang,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si dan Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu
di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, September 2009
iv
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN
Peta Pengendali (Control Chart) ... 17
Diagram Sebab-Akibat ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Data berdasarkan Control Chart I-MR ... 27
Control Chart I-MR ALB ... 28
Control Chart I-MR Kadar Air ... 38
Control Chart I-MR Rendemen ... 46
Lingkungan Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara I ... 57
Penyusunan Diagram Sebab-Akibat Mutu dan Rendemen Produksi CPO ... 59
Kadar ALB ... 59
Kadar Air ... 62
Rendemen ... 63
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 67
Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
v
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Standar kematangan buah ... 12
2. Standar nasional kualitas minyak sawit ... 13
3. Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit ... 13
vi
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Control chart ... 18
2. Diagram sebab-akibat ... 21
3. Control chart I-MR ALB bulan April 2005 ... 28
4. Control chart I-MR ALB bulan September 2005 ... 29
5. Control chart I-MR ALB bulan April 2006 ... 31
6. Control chart I-MR ALB bulan September 2006 ... 32
7. Control chart I-MR ALB bulan April 2007 ... 33
8. Control chart I-MR ALB bulan September 2007 ... 34
9. Control chart I-MR ALB bulan April 2008 ... 35
10. Control chart I-MR ALB bulan September 2008 ... 36
11. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005 ... 38
12. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005 ... 39
13. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006 ... 40
14. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006 ... 41
15. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007 ... 42
16. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007 ... 43
17. Control chart I-MR kadar air bulan April 2008 ... 44
18. Control chart I-MR kadar air bulan September 2008 ... 45
19. Control chart I-MR rendemen bulan April 2005 ... 46
20. Control chart I-MR rendemen bulan September 2005 ... 48
No. Hal.
22. Control chart I-MR rendemen bulan September 2006 ... 51
23. Control chart I-MR rendemen bulan April 2007 ... 52
24. Control chart I-MR rendemen bulan September 2007 ... 54
25. Control chart I-MR rendemen bulan April 2008 ... 55
viii
1. Bagan alir penelitian ... 71
2. Diagram sebab-akibat kadar ALB CPO tinggi ... 72
3. Diagram sebab-akibat kadar air CPO tinggi ... 73
4. Diagram sebab-akibat rendemen CPO rendah ... 74
5. Kadar ALB, kadar air, dan rendemen produksi bulan april dan september periode 2005-2008... 75
6. Standar mutu CPO (ALB dan kadar air) di PKS Tanjung Semantoh ... 75
7. Target perusahaan atau RKAP (rencana kerja anggaran perusahaan) untuk perolehan rendemen di PKS Tanjung Seumantoh ... 75
8. Data ALB bulan april ... 76
9. Data ALB bulan september ... 78
10. Data kadar air bulan april ... 80
11. Data kadar air bulan september ... 82
12. Data rendemen bulan april... 84
13. Data rendemen bulan september ... 86
14. Data curah hujan ... 88
15. Peta lokasi kebun ... 89
1
Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah
menjadi bahan baku minyak goreng.
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat diminati untuk dikelola atau ditanam, baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta
nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri. Saat ini,
produksi CPO (crude palm oil) Indonesia sekitar 17 juta ton per tahun. Dengan produksi ini, Indonesia adalah produsen minyak kelapa terbesar di dunia, berhasil
menggeser kedudukan Malaysia yang produksinya mencapai 16 juta ton CPO per tahun, meskipun ada juga kebun-kebun kelapa sawit yang merupakan investasi perusahaan swasta Malaysia di Indonesia (Sukamto, 2008).
baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sebagai sumber
devisa negara, penyedia lapangan kerja, maupun sebagai pemacu pertumbuhan perekonomian, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir
berbasis minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, agar kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan kelapa sawit mulai dari tandan buah segar (TBS) hingga dihasilkannya CPO.
Kebutuhan atau permintaan CPO dunia saat ini terus meningkat. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan
kebutuhan akan bahan baku berbasis CPO tersebut terus meningkat. Permintaan CPO dunia pada dasawarsa 1983-1992 sebesar 87,7 juta ton, sementara pada tahun 2005 permintaannya melambung hingga 25 juta ton per tahun. Indonesia
sebagai salah satu produsen CPO, pada tahun 2005 memproduksi sebesar 13 juta ton CPO, yang artinya Indonesia pada tahun 2005 telah memenuhi 52%
kebutuhan total CPO dunia. Selanjutnya pada tahun 2010, produksi CPO Indonesia diprediksikan mencapai 18,8 juta ton (Sukamto, 2008).
Indonesia yang saat ini berperan sebagai produsen terbesar di dunia
tentunya harus dapat menciptakan daya komparatif dan kompetitif yang tinggi dalam persaingan perdagangan bebas internasional. Hal ini tentunya dilakukan
bukan hanya sebatas meningkatkan kuantitas CPO yang diproduksi per tahunnya tetapi juga harus diiringi dengan pengawasan terhadap kualitas CPO itu sendiri.
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh
karena itu, standar mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini standar mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu
karakteristik, dua diantaranya adalah banyak atau sedikitnya kadar air, dan kadar
asam lemak bebas (ALB) yang terkandung di dalam CPO. Pada setiap aktivitas produksi, suatu pabrik harus menjaga mutu dari produk yang dihasilkan. Dengan
kata lain, harus memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik itu industri penghasil
barang maupun jasa. Agar suatu perusahaan dapat berkembang atau bertahan hidup, perusahaan tersebut harus menghasilkan produk (barang/jasa) yang
mutunya lebih baik, lebih murah, dan pelayanannya lebih baik dari pesaingnya. Semua ini dilakukan dalam upaya memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
Dengan ketatnya persaingan pasar bebas di dunia saat ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO. Mutu menjadi faktor
utama dalam pengambilan keputusan konsumen sebelum membeli barang dan jasa, akibatnya mutu merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu produk di pasaran. Pengendalian mutu sangat diperlukan dalam memproduksi suatu barang
untuk menjaga kestabilan mutu.
Rendahnya mutu CPO sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Pengawasan mutu panen dan mutu TBS sangat menentukan besarnya kehilangan dan rendemen minyak.
Pemanenan yang tidak tepat pada waktunya akan menghasilkan tandan mentah yang nantinya akan menghasilkan kerugian berupa rendemen yang rendah. Untuk
dengan analisis ini nantinya akan diketahui apakah suatu proses masih dalam
batas kontrol atau tidak. Di samping itu, dengan analisis ini nantinya juga akan diperoleh suatu informasi berupa faktor-faktor penyebab penyimpangan mutu dan
rendemen produksi CPO. Selanjutnya faktor-faktor penyebab masalah tersebut diinterpretasikan ke dalam bentuk diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan (fishbone diagram). Dengan demikian, control chart dan diagram sebab-akibat ini
dapat digunakan untuk mencari akar persoalan dari masalah penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO sebagai pedoman dalam perbaikan di masa
mendatang. Dengan begitu, tingkat efisiensi dan efektivitas produksi CPO dapat ditingkatkan dan mutu maupun rendemen CPO yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu CPO di pabrik ataupun standar spesifikasi pelanggan (konsumen
CPO) dan berada dalam batas kontrol kendali.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar ALB dan kadar air) dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September
2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Seumantoh
PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam.
2. Untuk menganalisis atau mencari faktor-faktor penyebab timbulnya masalah rendahnya (penyimpangan) mutu CPO dan rendemen
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Nanggroe Aceh
Darussalam dalam mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas produksi serta mampu memberikan masukan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama yang berkaitan dengan upaya pencapaian kualitas produk.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya seperti
pelaku agribisnis kelapa sawit.
Batasan Penelitian
Penelitian dibatasi untuk menganalisis konsistensi mutu CPO yang dihasilkan berdasarkan parameter kadar air dan ALB serta rendemen produksi dengan menggunakan control chart I-MR untuk mengetahui apakah mutu CPO
dan rendemen produksi berada dalam batas pengendali statistik pada bulan April dan bulan September periode 2005-2008. Data informasi harian mutu CPO dan
rendemen produksi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari 25 sampel hari pengolahan yang diambil setiap bulan April dan bulan September selama periode 2005-2008. Dalam penelitian ini, penggunaan diagram sebab-akibat hanya
digunakan untuk mencari akar penyebab penyimpangan mutu CPO dan rendemen produksi. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup PKS Tanjung Seumantoh
6
Gambaran Umum Kelapa Sawit
Menurut sejarahnya, kelapa sawit berasal dari Afrika. Namun, pendapat lain mengatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Latin atau Amerika
Selatan. Sebagian kelapa sawit yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam yang dikirim ke Kebun Raya Bogor pada tahun 1848. Pembenihan selanjutnya dilakukan di Deli, Sumatera Utara. Dari
sinilah populasi kelapa sawit mulai tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Sukamto, 2008).
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur
mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang
namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah
tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya
dapat mencapai 28% (Departemen Perindustrian, 2007).
Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar
lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar
minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak. Minyak kelapa sawit seperti umumnya
minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air (Pasaribu, 2004).
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal
dari buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai CPO. Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna,
dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). Di samping minyak, buah kelapa sawit juga menghasilkan bahan padatan yang berupa sabut, cangkang (tempurung), tandan buah kosong kelapa sawit. Bahan padatan ini dapat
dimanfaatkan untuk sumber energi, pupuk, makanan ternak, dan bahan untuk industri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Pengolahan Kelapa Sawit
Tandan buah segar beserta brondolannya diangkut dari kebun ke tempat pengolahan. Tandan buah tersebut dimasukkan pertama kali ke dalam ketel
perebus. Dengan tujuan untuk mencegah kenaikan kadar ALB serta memudahkan untuk pengolahan selanjutnya. Setelah direbus, selanjutnya buah sawit tersebut
dirontokkan dari tandannya dengan alat penebah. Proses selanjutnya adalah pemisahan bagian buah dari biji sawit (digesting) dengan menggunakan mesin peremas. Yang perlu dijaga dalam proses ini adalah jangan sampai daging buah
menjadi bubur karena akan menyulitkan proses selanjutnya. Sesudah proses
digesting maka proses selanjutnya adalah pengempaan dengan menggunakan
namun masih belum murni. Sesudah tahap ini minyak sawit selanjutnya
dimasukkan ke dalam mesin pemurnian (Syamsulbahri, 1996).
Operasi panen, angkut dan olah (PAO) adalah merupakan subsistem dari
satu sistem operasi PAO. Maka hambatan yang terjadi pada setiap subsistem akan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga subsistem operasi tersebut waktu dan kegiatannya berbeda-beda dan setiap subsistem punya tujuan sendiri-sendiri.
Sistem panen dimaksudkan untuk mencapai produksi TBS/ha yang optimal dengan menghindarkan pemotongan buah mentah, menghindarkan buah matang
ketinggalan tidak terpanen dan harus mengutip brondolan secara bersih. Sistem angkut dimaksudkan untuk mencapai kapasitas angkut dan mengirim semua buah pada hari itu juga sehingga pabrik tidak mengalami stagnasi kekurangan buah
untuk diolah. Selanjutnya sistem olah dimaksudkan untuk mencapai kapasitas yang optimal dan mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dengan rendemen
yang tinggi dan mutu yang baik serta menjaga angka kehilangan produksi (losses) minyak serendah mungkin. Sasaran akhir dari sistem koordinasi PAO adalah mencapai produktivitas minyak sawit dan inti sawit per hektar yang tinggi dengan
mutu yang sesuai dengan permintaan pasar dengan biaya produksi yang rendah (Risza, 1994).
Karakteristik Mutu CPO
Berikut ini adalah pengertian dari beberapa karakteristik mutu :
1. ALB adalah salah satu indikator mutu minyak. ALB terbentuk karena
terjadinya proses hidrolisa minyak.
2. Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit
Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena
proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan.
3. Kadar kotoran adalah bahan-bahan tak larut dalam minyak, yang dapat disaring setelah minyak dilarutkan dalam suatu pelarut pada kepekatan 10%. (Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 1995).
ALB adalah faktor mutu yang paling cepat berubah selama proses terjadi. Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Kenaikan kadar ALB
ditentukan dari saat tandan dipanen sampai diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus untuk
menaikkan rendemen minyak. ALB dapat diminimalkan dengan cara perebusan langsung TBS setelah pemetikan, dengan kata lain TBS tersebut jangan disimpan
terlalu lama karena enzim yang bekerja di dalam kelapa sawit dapat meningkatkan kadar ALB. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan ALB setelah tandan dipotong dan sebelum direbus yaitu :
1. Banyak buah yang rusak 2. Banyak buah yang lepas
3. Lamanya pengangkutan 4. Tingkat kematangan buah
5. Pengumpulan buah yang tertunda
Mutu CPO juga dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam minyak. Cara meminimalkannya adalah dengan cara melakukan perlakuan yang baik terhadap
Rendemen minyak adalah persentase minyak dalam tandan buah yang
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain pengolahan, terutama yang mempengaruhi adalah tipe buah dan teknik pemanenan. Rendemen minyak di
pabrik sangat dipengaruhi oleh derajat kematangan tandan buah. Beberapa faktor yang menyebabkan rendemen minyak di bawah standar adalah :
• Tandan yang dipanen tidak memenuhi kriteria matang panen
• Areal panen (kapveld) yang tidak habis dipanen mengakibatkan beralihnya
fraksi buah ke tingkat yang lebih rendah, misalnya dari fraksi 3 menjadi fraksi 5
• Tandan buah tidak habis terangkut seluruhnya ke pabrik pada hari panen
tersebut
• Brondolan bercampur kotoran-kotoran, seperti debu, tanah, pasir, batu, dan
lain-lain
• Persentase buah memar tinggi
• Adanya minyak yang hilang dalam air sterilisasi
• Adanya minyak yang masih tertahan pada tandan buah kosong yang telah
dipipil
• Adanya minyak yang masih tertahan pada sabut dan cangkang
• Minyak yang tidak dapat dipisahkan dari air selama penjernihan
Pengendalian Mutu CPO
Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang
menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu minyak sawit harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai komoditas ini (Tim Penulis PS, 1994).
Persaingan ekspor minyak sawit dengan Malaysia, mengakibatkan produk CPO Indonesia harus memiliki mutu yang sesuai dengan persyaratan perdagangan
internasional. Untuk itu, kegiatan penanganan panen kelapa sawit dan pengolahannya menjadi CPO hendaknya dilakukan secara terintegrasi (Junaran, 1995).
Tujuan dari pengendalian proses mutu minyak kelapa sawit ialah untuk mencegah terjadinya gangguan keseimbangan yang dapat mempengaruhi terhadap
kelancaran kelangsungan proses lanjutan, sehingga dapat dicapai mutu yang diharapkan konsumen. Gangguan dapat terjadi karena pengaruh bahan baku atau oleh perlakuan proses pengolahan yang dapat terjadi mulai dari awal proses
sampai dengan pada akhir proses (Hanafiah, 1994).
Aspek mutu sangat penting dan harus diperhatikan selama proses produksi
dan pemasaran minyak sawit mulai dari lapangan sampai diperolehnya minyak sawit, pelaksanaan pengangkutan dan penimbunannya di pelabuhan, pelaksanaan pengapalan (baik untuk domestik maupun ekspor) serta jika memungkinkan
penyebab timbulnya kehilangan atau kerugian minyak. Hal-hal yang
mempengaruhi mutu produk yaitu : 1. Bahan baku
2. Pengangkutan panen dan perlakuan terhadap tandan serta kebersihan panen
3. Keadaan dalam pabrik yang meliputi kondisi proses (suhu dan tekanan
kerja) dan tingkat keausan alat 4. Penanganan dan penimbunan produk
(Hanafiah, 1994).
Selain kondisi proses pabrik, mutu CPO juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah sebelum diolah. Agar
proses di pabrik dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka perlu ditetapkan standar kematangan buah yang dipanen.
Tabel 1. Standar kematangan buah
No. Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah Brondolan 1 Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat mentah Tidak ada 2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1-12,5% buah
luar
3 Fraksi 1 (F-1) 0,00% Kurang mentah 12,5-25% buah luar
4 Fraksi 2 (F-2) > 90,00% Matang 25-50% buah luar
5 Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50-75% buah luar
6 Fraksi 4 (F-4) < 3,00% Lewat matang 75-100% buah luar
7 Fraksi 5 (F-5) < 2,00% Terlalu matang Buah dalam ikut memberondol
8 Brondolan 9,50% - -
9 Tandan Kosong 0,00% - -
Dengan terpenuhinya persyaratan kematangan buah, diharapkan produk minyak
dan inti sawit memiliki kualitas yang baik. Sebagai acuan untuk mengetahui kualitas produksi yang dihasilkan, perlu ditetapkan standar kualitas minyak dan
inti sawit.
Tabel 2. Standar kualitas minyak sawit
No. Karakteristik Batasan
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh
adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang,
maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga
rendah (Fauzi, 2003).
Hubungan antara rendemen dan kadar ALB minyak dengan derajat
kematangan adalah seperti pada tabel :
Tabel 4. Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan
Fraksi Rendemen Minyak (%) ALB Minyak (%) 0 16,0 1,6
1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 4 22,2 2,6 5 21,9 3,8
Dapat dikatakan bahwa tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi 2 dan 3, yaitu rendemennya tinggi, sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi 1 menghasilkan ALB
rendah, tetapi rendemennya juga agak rendah, dengan demikian dapat dikatakan buah kurang matang. Fraksi 0 atau 00 tidak disukai karena mentah. Fraksi 4 dan 5 adalah lewat matang, walaupun rendemennya tinggi, namun ALB juga tinggi
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Kelapa sawit dengan mutu prima (SQ, Special Quality) seperti yang
dihasilkan Malaysia mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan
menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7%-2,1% (terendah) (Liang, 2009).
Untuk setiap proses pengolahan selalu ditemukan unit pengolahan yang mendapat perhatian penuh dalam pengawasan dan pengoperasiannya. Jika terdapat kelengahan dapat menyebabkan efisiensi pengolahan yang menurun,
kualitas produksi akan semakin jelek, dan terjadinya stagnasi. Produk utama kelapa sawit ialah minyak sawit dan inti sawit yang kualitasnya disesuaikan
umumnya mengolah minyak sawit dan inti sawit menjadi barang jadi atau
setengah jadi. Unit pengolahan yang kritis ialah unit yang mudah mengalami gangguan keseimbangan dan besar artinya terhadap kelangsungan proses.
Gangguan dapat terjadi akibat dari bahan baku atau perlakuan pengolahan, yang boleh terjadi pada awal, tengah, dan pada akhir proses. Tahapan kritis pada pengolahan kelapa sawit ; stasiun rebusan, pemipilan, pengepressan, klarifikasi,
pemecah biji, pemisahan inti dan cangkang dan pengeringan inti (Naibaho, 1996).
Pendekatan Sistem
Pendekatan adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem terhadap suatu masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan
mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama yang ilmiah, langkah-langkah itu adalah :
1. Mengetahui inti daripada persoalan yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya
2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan 3. Mengolah fakta dan data tersebut
4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang
7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan
yang telah diambil (Eriyatno, 2003).
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan sistem, harus diawali dengan cara berpikir sistemik. Berpikir sistemik adalah cara pandang terhadap suatu kejadian dengan memikirkan seluruh interaksi antar unsur atau
variabel dalam batas lingkungan tertentu, sehingga melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif
yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi.
Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan
menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Tunas, 2007).
Teknik Kendali Mutu
Peningkatan kualitas adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran
yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas produk, guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dalam konteks pembahasan tentang analisis data untuk peningkatan proses dengan
menggunakan teknik-teknik statistika, terminologi kualitas didefenisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakterisitik
kebutuhan yang telah dispesifikasikan. Dengan demikian pengertian kualitas
dalam konteks peningkatan proses adalah bagaimana baiknya kualitas suatu produk (barang atau jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan
oleh bagian desain dan pengembangan dari suatu perusahaan (Gaspersz, 2001).
Kendali mutu dilakukan dengan tujuan mewujudkan mutu yang sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut oleh konsumen. Langkah pertama dalam
kendali mutu adalah mengetahui apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh konsep tersebut. Standar produksi dan analisis data serta sejenisnya sangat penting
dalam kendali mutu. Jika kita mempelajari sembarang produk, kita menemukan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produksinya, termasuk bahan baku, peralatan, metode kerja, dan pekerja. Tidak mungkin membuat produk lain yang
persis sama dengannya. Mutu produk selalu bervariasi dengan luas. Untuk mencari faktor-faktor penyebab yang penting itu, Kaoru Ishikawa menciptakan
diagram sebab dan akibat (Ishikawa, 1992).
Peta Pengendali (Control Chart)
Salah satu teknik statistik untuk gugus kendali mutu adalah teknik yang
digunakan untuk pengumpulan data. Salah satu teknik untuk mengumpulkan data adalah control chart. Control chart ini memberikan gambaran mengenai gejala
stabilitas dalam suatu proses. Analisis statistik dilakukan atas dasar matematik untuk mencapai pengendalian. Sasaran akhir dari suatu proses produksi adalah membuat barang atau suku cadang yang sesuai dengan spesifikasi yang tertulis.
Matematika yang diterapkan pada control chart menggunakan kurang lebih tiga standar deviasi sambil mengembangkan pengendalian batas atas dan batas bawah
Control chart adalah metode statistik yang membedakan adanya variasi
atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus. Penyimpangan yang disebabkan oleh sebab khusus biasanya berada di luar batas pengendalian,
sedang yang disebabkan oleh sebab umum biasanya berada dalam batas pengendalian. Biasanya 80% hingga 85% penyimpangan disebabkan oleh adanya sebab umum. Sedangkan antara 15% hingga 20% disebabkan oleh adanya sebab
khusus. Control chart tersebut juga digunakan untuk mengadakan perbaikan kualitas proses, menentukan kemampuan proses, membantu menentukan
spesifikasi-spesifikasi yang efektif, menentukan kapan proses dapat dijalankan sendiri, dan kapan dibuat penyesuaiannya, dan menemukan penyebab dari tidak diterimanya standar kualitas tersebut.
Karakteristik yang diselidiki
Batas Pengendalian Atas
Garis Pusat
Batas Pengendalian Bawah
0 Nomor sampel
Gambar 1. Control chart
Peta pengendali statisistik mendeteksi adanya sebab khusus dalam ketidaksesuaian yang terjadi. Apabila data sampel berada di luar batas pengendali,
maka data sampel tersebut disebut berada di luar batas pengendali statistik (out of
statistical control). Sebaliknya, apabila data sampel berada di dalam batas
stasistik (in statistical control). Proses yang berada dalam batas pengendali
statistik tersebut dikatakan berada dalam kondisi stabil dengan kemungkinan adanya variasi yang disebabkan oleh sebab umum. Namun demikian, kondisi in
statistical control tersebut tidak selalu identik dengan kepuasan pelanggan.
Demikianlah, batas pada peta pengendali statistik berbeda dengan batas-batas spesifikasi. Pada beberapa situasi, proses tidak berada dalam pengendali
statistik tetapi tidak memerlukan tindakan karena telah memenuhi spesifikasi. Pada kondisi lain, proses yang in statistical control justru membutuhkan tindakan
karena spesifikasi produk tidak tercapai (Ariani, 2005).
Pembuatan peta kontrol I (Individual) dan MR (Moving Range = Range Bergerak) diterapkan pada proses yang menghasilkan produk relatif homogen atau
proses yang bersifat batch seperti industri kimia, misalnya cairan kimia, kandungan mineral dalam air, makanan, dll (Gaspersz, 2001).
Diagram Sebab-Akibat
Kaoru Ishikawa memperkenalkan diagram sebab-akibat di Jepang, sehingga disebut juga dengan diagram Ishikawa. Karena bentuk struktur diagram
tersebut menyerupai tulang ikan, sehingga sering juga disebut diagram tulang ikan. Di ujung garis horizontal, suatu masalah ditampilkan. Masing-masing cabang mengarah ke garis utama yang mewakili penyebab masalah utama yang
mungkin. Cabang-cabang yang mengarah ke suatu masalah adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada masalah tersebut. Diagram tersebut mengidentifikasi
Diagram sebab-akibat yaitu diagram yang menunjukkan sebab-akibat yang
berguna untuk mencari atau menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Kegunaan analisis sebab-akibat yaitu :
- Untuk mengenal penyebab yang penting - Untuk memahami semua akibat dan penyebab - Untuk membandingkan prosedur kerja
- Untuk menemukan pemecahan yang tepat
- Untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan
- Untuk mengembangakan proses
Langkah-langkah membuat diagram sebab-akibat :
Langkah 1: Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah
pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak di depannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan di dalam kotak tersebut.
Langkah 2: Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan
metoda) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungkan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis
panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.
Langkah 3: Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar
penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah
Gambar 2. Diagram sebab-akibat
22
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I, Kuala
Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Mei sampai bulan Juni 2009.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data informasi
harian kualitas CPO (ALB dan kandungan air) dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan
April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) dan data lainnya yang diperlukan selama penelitian.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, komputer, dan software Statistic minitab 14.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis
yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan juga dari para stakeholder. Disamping itu, penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yang merupakan sebuah studi untuk mengadakan perbaikan terhadap
1. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel yaitu data ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO. Untuk keseragaman dan
kemudahan dalam pengolahan data, maka data yang diambil adalah berasal dari 25 sampel hari pengolahan pada bulan April dan bulan September selama periode 2005-2008. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode
sebagai berikut. 1.1 Literatur
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang berhubungan dengan kelapa sawit khususnya mengenai aspek mutu dan rendemen produksi minyak kelapa sawit serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah
pengendalian kualitas statistik. 1.2 Pengamatan (Observasi)
Tahap observasi merupakan tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai obyek penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh
Darussalam. 1.3 Wawancara
Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan stakeholder yang terkait. Stakeholder disini meliputi baik dari tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi ataupun dengan tenaga
2. Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan analisis data penelitian dengan menggunakan
control chart I-MR dengan bantuan software statistik minitab 14. Control chart
ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan
bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008). Kemudian dilakukan penyusunan diagram sebab-akibat untuk mencari atau menganalisis
sebab-sebab timbulnya masalah penyimpangan tersebut.
Prosedur Penelitian
Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan yang relevan dengan penelitian.
2. Menganalisis data mutu dan rendemen produksi CPO yang diperoleh dengan menggunakan control chart I-MR.
3. Mengevaluasi konsistensi mutu dan rendemen produksi CPO untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan
September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) serta
4. Memformulasikan masalah/faktor-faktor penyebab utama yang
menyebabkan penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dan menentukan ruang lingkup permasalahan dengan cara melakukan
penelusuran informasi dari data-data lain yang mendukung dan wawancara atau tanya jawab dengan pihak-pihak terkait (stakeholder), khususnya pihak-pihak yang berperan langsung dalam sistem manajemen mutu
produksi.
5. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
26
PT. Perkebunan Nusantara – I (Persero) merupakan satu-satunya BUMN Perkebunan yang berdomisili di Nanggroe Aceh Darussalam. PT. Perkebunan
Nusantara I (Persero) adalah Perusahaan milik negara yang berbentuk Perseroan dan terletak di Nanggroe Aceh Darussalam serta memiliki 4 unit fasilitas pabrik
karet dan 3 unit pabrik kelapa sawit dan 1 unit pabrik inti sawit.
PKS Tanjung Seumantoh merupakan salah satu unit pabrik kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara I dalam menunjang hasil produksi
dan hasil pengolahan minyak sawit dengan kualitas yang baik sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Ini semua tidak terlepas dari sumber daya manusia
dan sumber daya alam dalam mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi. PKS Tanjung Seumantoh dibuka dan diresmikan pada tanggal 19 Februari 1980. Pada saat ini, kapasitas terpasang PKS adalah 30 ton TBS/jam dan dipakai untuk
mengolah TBS sendiri dan TBS Pihak III/pembelian serta titip olah. PKS Tanjung Seumantoh merupakan suatu daerah strategis yang terletak di wilayah kawasan Kuala Simpang – Aceh Tamiang.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar ALB dan kadar air) dan
rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) serta menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan mutu dan rendemen CPO di PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, maka penguraian tentang
lapangan dengan menggunakan control chart kemudian dirangkaikan dengan
formulasi problematika penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO untuk selanjutnya diinterpretasikan ke dalam diagram sebab-akibat. Untuk lebih jelasnya
dapat diikuti dalam uraian berikut.
Analisis Data Mutu dan Rendemen CPO PKS Tanjung Seumantoh
Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya industri hilir berbasis CPO. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas di dunia saat ini, maka
diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO. Oleh karena itu, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan mutu CPO di PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, maka diperlukan suatu analisis
konsistensi mutu dan rendemen produksi CPO yang dihasilkan PKS Tanjung Seumantoh.
Dari pengamatan yang dilakukan di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam, data yang diperoleh (data variabel) yakni berupa kadar ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang
berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September
2008) yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan control chart. Oleh karena data variabel tersebut berasal dari suatu proses yang bersifat homogen atau
batch, maka sesuai dengan pernyataan Gaspersz (2001), control chart yang sangat
Control chart I (Individual) dan control chart MR (Moving Range)
merupakan dua control chart yang saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai kualitas proses. Control chart I merupakan control chart untuk melihat
apakah proses masih berada dalam batas pengendalian atau tidak. Sedangkan
control chart MR digunakan untuk mengetahui tingkat keakurasian atau
variabilitas proses.
Control chart I-MR kadar ALB
1. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2005
Gambar 3. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2005
Dari gambar di atas terlihat bahwa control chart I dalam Gambar 3. menunjukkan batas pengendalian atas (UCL = upper control limit) sebesar 4,68%,
batas pengendalian bawah (LCL = lower control limit) sebesar 2,84%, dan
rata-rata ( ) sampel kadar ALB sebesar 3,76%. Sedangkan pada control chart MR
menunjukkan batas pengendalian atas sebesar 1,14%, batas pengendalian bawah
sebesar 0, dan rata-ratanya sebesar 0,35%. Dari control chart I-MR di atas terlihat
bahwa seluruh data sampel kadar ALB berada dalam batas pengendalian statistik (in statistical control). Ini berarti kadar ALB selama bulan April 2005 terkendali
secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.
Apabila dilihat secara keseluruhan, kadar ALB pada bulan April 2005
terkendali secara statistik. Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2005 adalah 3,76%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%),
keseluruhan data kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar. Namun bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar ALB pada bulan April 2005 mampu memenuhi spesifikasi konsumen.
2. Control chart I-MR ALB bulan September 2005
Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel kadar ALB
pada hari pengolahan ke-17 (4,71%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada control chart MR di atas terlihat bahwa sampel ke-17
(MR=1,05%) dan 18 (MR=1,20%) berada di luar batas pengendalian atas. Ini disebabkan adanya perubahan yang besar dalam ukuran variasi. Sampel ke-17 berada di luar batas pengendalian atas disebabkan oleh adanya variasi yang besar
antara sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-16 (3,66%) dan 17 (4,71%) yang dapat dilihat pada control chart I. Sedangkan sampel ke-18 berada di luar
batas pengendalian atas disebabkan oleh adanya variasi yang besar antara sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-17 (4,71%) dan 18 (3,51%) yang dapat dilihat pada control chart I. Variasi yang besar tersebut disebabkan oleh
rendahnya mutu sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-17 yaitu sebesar 4,71%. Ini berarti kadar ALB selama bulan September 2005 tidak terkendali
secara statistik.
Kadar ALB pada bulan September 2005 ini tidak terkendali secara statistik. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa 100% data kadar
ALB pada bulan ini mampu memenuhi standar spesifikasi konsumen (< 5%). Rata-rata kadar ALB pada bulan ini adalah 3,70%, kualitasnya lebih baik
dibandingkan bulan April 2005 yang rata-ratanya sebesar 3,76%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 8% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB
3. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2006
\
Gambar 5. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2006
Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel ALB pada hari pengolahan ke-11 (2,62%) berada di luar batas pengendalian bawah (2,76%).
Walaupun berada di luar batas pengendalian bawah, tetapi tidak memerlukan tindakan perbaikan (tidak dianggap menyimpang). Karena pada analisis ini,
kualitas ALB dalam CPO dikatakan baik bila kadar ALB-nya semakin rendah. Sehingga pada kondisi ini kualitas sampel ALB pada hari pengolahan ke-11 dianggap baik. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa seluruh data
sampel kadar ALB berada dalam batas pengendalian statistik. Sehingga berdasarkan control chart I-MR diatas dapat disimpulkan bahwa kadar ALB
selama bulan April 2006 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten.
Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2006 adalah 3,52%. Bila
dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan April 2006 ini terdapat 56% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu.
Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Sedangkan bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), dapat dikatakan bahwa 100% data kadar ALB pada bulan ini mampu
memenuhi spesifikasi konsumen. Kadar ALB pada bulan April 2006 jauh lebih baik dan mengalami peningkatan kualitas yang signifikan dari bulan April 2005
dan bulan September 2005.
4. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2006
Gambar 6. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2006
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari
control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas
pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini
berarti kadar ALB selama bulan September 2006 tidak terkendali secara statistik. Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2006 adalah 3,70%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini
terdapat 16 % kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila
dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar ALB pada bulan ini masih rendah bila dibandingkan dengan kadar ALB pada bulan April
2006.
5. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2007
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari
pengolahan ke-8 (4,16%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada
control chart MR terlihat bahwa sampel ke-9 (MR=0,73%) berada di luar batas
pengendalian atas. pada berada di luar pengendalian atas. Ini berarti kadar ALB selama bulan April 2007 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta variabilitasnya tidak terkendali.
Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2007 adalah 3,55%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini
terdapat 48% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar
ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. 6. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2007
Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar
ALB berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar ALB selama bulan September 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem
yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.
Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2007 adalah 3,86%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini
terdapat 36% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila
dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 92% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.
7. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2008
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari
pengolahan ke-23 (4%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada
control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas
pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini berarti kadar ALB selama bulan April 2008 tidak terkendali secara statistik.
Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2008 adalah 3,32%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini
terdapat 80% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini dapat memenuhi standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar
ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. 8. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2008
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari
pengolahan ke-3 (4,20%) berada di luar batas pengendalian atas dan sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-24 (2,90%) berada di luar batas pengendalian
bawah. Walaupun sampel kadar ALB ke-24 berada di luar batas pengendalian bawah, tetapi tidak memerlukan tindakan perbaikan (tidak dianggap menyimpang). Karena pada analisis ini, mutu kadar ALB dalam CPO dikatakan
baik bila kadar ALB-nya semakin rendah. Sehingga pada kondisi ini mutu sampel ALB pada hari pengolahan ke-24 dianggap baik. Sedangkan pada control chart
MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini berarti
kadar ALB yang selama bulan September 2008 tidak terkendali secara statistik. Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2008 adalah 3,48%. Bila
dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 60% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini dapat memenuhi standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila
dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Dapat disimpulkan
bahwa mutu kadar ALB pada bulan ini lebih rendah dibandingkan bulan April 2008. Namun bila dibandingkan bulan September pada tahun sebelumnya, mutu kadar ALB pada bulan ini lebih baik.
Control chart I-MR kadar air
1. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005
Gambar 11. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005
Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar
air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan April 2005 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil
atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.
Rata-rata kadar air pada bulan April 2005 adalah 0,238%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data
kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini
mampu memenuhi spesifikasi konsumen.
2. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005
Gambar 12. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar air pada hari pengolahan ke-17 (0,379%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas
pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar air masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar air pada bulan ini. Ini
berarti kadar air selama bulan September 2005 tidak terkendali secara statistik. Rata-rata kadar air pada bulan September 2005 adalah 0,285%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data
kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini
2005 mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2005 yang rata-rata kadar
airnya sebesar 0,238%.
3. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006
Gambar 13. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar air pada hari pengolahan ke-19 (0,358%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan
pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar air masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar air pada bulan ini. Ini
berarti kadar air selama bulan April 2006 tidak terkendali secara statistik.
Rata-rata kadar air pada bulan April 2006 adalah 0,262%. Bila
dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini
mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan April 2006
mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2005 yang rata-rata kadar airnya sebesar 0,238%.
4. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006
Gambar 14. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006
Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar
air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan September 2006 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.
Rata-rata kadar air pada bulan September 2006 adalah 0,285%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data
kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September
2006 mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2006 yang rata-rata kadar
airnya sebesar 0,262%.
5. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007
Gambar 15. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007
Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan
April 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.
Rata-rata kadar air pada bulan April 2007 adalah 0,366%. Bila
dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan
standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.
6. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007
Gambar 16. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007
Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan September 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang
stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.
Rata-rata kadar air pada bulan September 2007 adalah 0,365%. Bila
dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini
mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September 2007 mengalami penurunan dibandingkan bulanSeptember 2006 yang rata-rata
kadar airnya sebesar 0,285%.
7. Control chart I-MR kadar air bulan April 2008
Gambar 17. Control chart I-MR kadar air bulan April 2008
Dari control chart I di atas terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas pengendalian. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa sampel ke-15 (MR=0,143%) dan 16 (MR=0,145%) berada di luar batas pengendalian
atas. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun tidak ada penyimpangan kadar air pada bulan ini, namun variabilitas kadar air pada bulan April 2008 tidak
terkendali secara statistik. Ini berarti kadar air selama bulan April 2008 tidak terkendali secara statistik dan variabilitasnya tidak terkendali.
Rata-rata kadar air pada bulan April 2008 adalah 0,336%. Bila
dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan
mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan April 2008
mengalami peningkatan dibandingkan bulan April 2007 yang rata-rata kadar airnya sebesar 0,366%.
8. Control chart I-MR kadar air bulan September 2008
Gambar 18. Control chart I-MR kadar air bulan September 2008
Dari control chart I di atas terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas pengendalian. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa sampel
ke-12 (MR=0,161%) berada di luar batas pengendalian atas. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun tidak ada penyimpangan kadar air pada bulan ini, namun variabilitas kadar air pada bulan September 2008 tidak terkendali secara
statistik. Ini berarti kadar air selama bulan September 2008 tidak terkendali secara statistik dan variabilitasnya tidak terkendali.
Rata-rata kadar air pada bulan September 2008 adalah 0,332%. Bila
dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan
standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September 2008 tidak berbeda jauh dibandingkan bulan April 2008 yang rata-rata kadar
airnya sebesar 0,336%.
Control Chart I-MR Rendemen
1. Control chart I-MR rendemen bulan April 2005
Gambar 19. Control chart I-MR rendemen bulan April 2005
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel rendemen produksi pada hari pengolahan ke-1,2,3,19,20,21,22,23 dan 25 berada di luar batas pengendalian
tindakan perbaikan (tidak dianggap menyimpang). Karena pada analisis ini, mutu
rendemen produksi dikatakan baik bila persentasenya semakin tinggi. Sehingga pada kondisi ini mutu rendemen produksi pada hari pengolahan
ke-1,2,3,19,20,21,22,23 dan 25 dianggap baik. Namun, sampel rendemen produksi pada hari pengolahan ke-7,9,10,11,12,13,14,15,16 dan 17 berada di luar batas pengendalian bawah. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa sampel
ke-4 (MR=0,50%), 18 (MR=0,60%) dan 19 (MR=0,ke-48%) berada di luar batas pengendalian atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendemen produksi selama
bulan April 2005 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta variabilitasnya tidak terkendali.
Rata-rata rendemen produksi pada bulan April 2005 adalah 19,55%. Bila
dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan Liang (2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan
menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan tidak ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar tersebut. Bila dibandingkan dengan RKAP (Rencana Anggaran Kerja Perusahaan) atau
target perusahaan untuk perolehan rendemen produksi bulan April 2005 (20,11%), hanya terdapat 4% data sampel rendemen produksi yang memenuhi target
2. Control chart I-MR rendemen bulan September 2005
Gambar 20. Control chart I-MR rendemen bulan September 2005
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel rendemen produksi pada hari pengolahan ke-18,19,20,21,22,23,24 dan 25 berada di luar batas pengendalian atas. Walaupun berada di luar batas pengendalian atas, tetapi tidak dianggap
menyimpang. Karena pada analisis ini, mutu rendemen produksi dikatakan baik bila persentasenya semakin tinggi. Namun, sampel rendemen produksi pada hari
pengolahan ke-1,2,3 dan 4 berada di luar batas pengendalian bawah. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa sampel ke-5 (MR=0,35%) berada di luar batas pengendalian atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendemen produksi
selama bulan September 2005 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta variabilitasnya tidak terkendali.
Rata-rata rendemen produksi pada bulan September 2005 adalah 21,02%.
Bila dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan Liang (2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu
akan menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan tidak ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar tersebut. Bila dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan
rendemen produksi bulan September 2005 (19,77%), maka secara keseluruhan data sampel rendemen produksi pada bulan September 2005 mampu memenuhi
target perusahaan tersebut. Rendemen produksi bulan September 2005 jauh lebih baik bila dibandingkan dengan rendemen produksi bulan April 2005 yang rata-rata rendemen produksinya hanya 19,55%.
3. Control chart I-MR rendemen bulan April 2006
Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel rendemen produksi pada
hari pengolahan ke-16 (19,90%) berada di luar batas pengendalian atas. Walaupun berada di luar batas pengendalian atas, tetapi tidak dianggap menyimpang. Karena
pada analisis ini, mutu rendemen produksi dikatakan baik bila persentasenya semakin tinggi. Namun, sampel rendemen produksi pada hari pengolahan ke-3 (19,02%) berada di luar batas pengendalian bawah. Sedangkan pada control chart
MR terlihat bahwa sampel ke-16 (MR=0,40%) dan 17 (MR=0,40%) berada di luar batas pengendalian atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendemen produksi
selama bulan April 2006 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta variabilitasnya tidak terkendali.
Rata-rata rendemen produksi pada bulan April 2006 adalah 19,36%. Bila
dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan Liang (2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan
menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan tidak ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar tersebut. Bila dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan
rendemen produksi bulan April 2006 (20,32%), maka secara keseluruhan data sampel rendemen produksi pada bulan April 2006 tidak mampu memenuhi target