PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
OLEH:
VANDA VIRGAYANTI
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran dalam Bidang Ilmu Kesehatan
Mata
Oleh:
VANDA VIRGAYANTI
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Prevalensi Retinopati Diabetik pada Penderita Diabetes Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Dr. Vanda Virgayanti, Sp.M
NIM : 117041155
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. H. Aslim D. Sihotang, Sp.M(KVR))
Ketua Anggota
(Prof. H. Aznan Lelo, PhD, SpFK(K))
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,SpA(K)) (Prof. dr. Gontar A Siregar,
SpPD-KGEH))
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Ridha dan
Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik. Sebagai manusia biasa,
saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari
sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat
bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“Prevalensi Retinopati Diabetik pada Penderita Diabetik Melitus
di RSUP H.Adam Malik Medan”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengikuti Pendidikan Magister Kedokteran Klinik di Fakultas
Kedokteran USU Medan.
2. Delfi SpM(K), Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-USU Medan;
Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM, Sekretaris Departemen Ilmu Kesehatan
Mata FK-USU Medan, Dr. Aryani A Amra, SpM Ketua Program Studi
Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-USU Medan; Dr.Bobby Ramses E
Sitepu, SpM, Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata
3. Prof.Dr. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpAK, Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Klinik FK-USU Medan.
4. Prof. Dr. H. Aslim. D. Sihotang, SpM (KVR) dan Prof.Dr.H.Aznan Lelo,
PhD, SpFK yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan pelaksanaan
penelitian dan penulisan tesis saya ini serta tidak lupa kepada seluruh
guru-guru saya yang telah memberikan bekal, petunjuk dan bimbingan dalam
proses pendidikan magister kedokteran klinik. Untuk kesemuanya ini saya
sekeluarga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan mendoakan
semoga Allah SWT menerimanya sebagai amalan.
5. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-USU Medan,
terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan
kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang (Alm) drg. Shenides Yustizam dan
Ibunda Prog.drg. Lina Natamiharja, SKM, yang telah membesarkan,
membimbing, mendoakan saya.
Buat suamiku yang tercinta dan kukasihi, dr. Hidayat tiada kata yang terindah
dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Penyayang, yang telah memberikan saya seorang suami yang baik dan penuh
pengertian. Buat buah hatiku yang kucintai dan kusayangi putra dan putriku,
Fadhlan Hatta Agustian serta Desvita Dwi Ashilah.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.
Amin Ya Rabbal’Alamin.
Medan, Juli 2012
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang penelitian ………... 1
1.2 Identifikasi masalah ….………... 3
1.3 Tujuan penelitian ...……… 4
1.4 Manfaat penelitian ..………...………. 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kerangka teori ………. 6
2.2 Kerangka konsep ……… 16
2.3 Defenisi operasional ……… 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian ……….. 19
3.2 Tempat dan waktu ………..……… 19
3.3 Populasi penelitian ………..……… 19
3.4 Kriteria inklusi dan eksklusi …..……….. 19
3.5 Identifikasi variabel …...………. 20
3.6 Bahan dan alat …………..……….. 20
3.7 Jalan penelitian dan cara kerja ………... 21
3.8 Analisa data ……...………. 21
3.9 Pertimbangan etika …..……… 22
3.10 Personal penelitian ……….. 22
BAB IV HASIL PENELITIAN ………... 23
BAB V PEMBAHASAN ……… 28
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………. 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Retinopati Diabetik (RD) adalah salah satu penyebab kebutaan yang
ditemukan di seluruh dunia. WHO dengan program Vision 2020 the right to sight
pun memasukkan RD sebagai salah satu programnya. Disadari bahwa selama ini
kesadaran akan bahaya RD ini masih rendah, baik pada dokter Spesialis Penyakit
Dalam dan Spesialis Mata maupun pada penderita Diabetes Melitus sendiri.1,2
Berdasarkan National Programme for Control of Blindness (NPCB) 1992,
kebutaan akibat kelainan retina menempati urutan keempat (6,3%) setelah katarak,
kelainan kornea, dan optik atrofi. Menurut Andrha Padesh Eye Disease Study
(APEDS) kebutaan akibat kelainan retina menempati urutan kedua (22,4%)
setelah katarak .
Kelainan retina yang sering menyebabkan kebutaan antara lain adalah
retinopati diabetik (hampir 80 % dari seluruh kelainan retina adalah retinopati
diabetik), menurut WHO tahun 2002, retinopati diabetik merupakan penyebab
kebutaan yang mencapai 4,8% di seluruh dunia. Berdasarkan studi retinopati
diabetik, di Amerika dan Inggris prevalensi kebutaan akibat retinopati diabetik
merupakan penyebab utama kebutaan pada usia 20-70 tahun. Berdasarkan Visual
Impairment and Blindness di Eropa, retinopati diabetik menempati urutan teratas
penyebab kebutaan pada usia 45-64 tahun. 2,3
Di seluruh dunia saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 170 juta penderita
diperkirakan akan mencapai 366 juta penderita pada tahun 2030 nanti. Di
Indonesia diperkirakan pada tahun 2000 ada 8 juta lebih penderita DM dan
menurut perhitungan, pada tahun 2030 akan ada 21 juta lebih. Di antara
komplikasi DM yang paling banyak ditemukan adalah retinopati diabetik. Tujuh
puluh lima persen dari penderita DM yang sudah mengalami DM sekitar 20 tahun
akan mendapat RD sebagai komplikasinya.3-8 Lama menderita diabetes,
kemampuan mengontrol kadar gula darah, ibu hamil yang menderita diabetes,
penderita anemia, hiperlipidemia dan perokok merupakan faktor resiko terjadinya
retinopati.
Retinopati diabetik adalah penyakit yang tidak mempunyai gejala yang
mengkhawatirkan pada saat-saat awalnya, namun progresifitas RD akan berakhir
dengan kebutaan. Hanya skrining pada tahap awal dan teraturlah yang dapat
menghindari kebutaan akibat RD ini. Dokter Spesialis Mata harus proaktif
mencari kasus RD tahap awal dan diharapkan mampu merubah pola hidup pasien
DM sehingga dia menyadari akibat RD. Prof Ian Constable pernah mengatakan “
the eyes are a very good way of getting somebody to change their lifestyle. If
someone has diabetic retinopathy, you show them the photographs, you say you’ll
go blind if you don’t change. They will change for that. It’s important that you
become part of that change in their lifestyle”. 1
Dengan pertambahan jumlah penderita DM yang sangat pesat, dapat
dikatakan bahwa akan terjadi pandemi DM di seluruh dunia, dan RD pun akan
menjadi masalah besar. Namun 90% dari RD ini dapat dihindari menjadi buta
dengan pengawasan yang ketat baik terhadap diabetesnya dan terhadap retinopati
diabetiknya. Dalam hal ini Dokter Spesialis Mata harus mengambil sikap yaitu
harus melihat fundus setiap penderita DM paling tidak sekali dalam satu tahun
dan follow up yang terbaik adalah dengan foto fundus, karena diperkirakan 5-10%
RD tidak terdiagnosa dengan funduskopi saja.
Beberapa faktor di luar DM diperkirakan berkaitan dengan makin beratnya
RD yang didapat pada seorang penderita DM. Hipertensi yang sering menyertai
DM, ditemukan mempercepat dan memperberat terjadinya RD. Profil plasma lipid
dikatakan memperberat terjadinya RD, walaupun pada penelitiannya di Jakarta dr.
Andi tidak menemukan hubungan yang signifikan. 5,7
Dengan perkiraan saat ini ada sekitar 10-12 juta penderita DM di
Indonesia, maka sudah seharusnya kita mempunyai data yang lebih akurat tentang
keadaan RD di Indonesia. Diharapkan penelitian ini dapat dilakukan di semua
tempat pelayanan mata (terutama sub bagian Vitreoretina) di institusi pendidikan
di seluruh Indonesia.
5-7
Dengan didapatkannya data-data tentang RD ini, diharapkan selanjutnya
bisa disusun pola pelayanan untuk penderita DM, sehingga dapat dicegah
terjadinya kebutaan pada penderita ini. 5,6
5-7
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berapa jumlah penderita retinopati diabetik pada penderita Diabetes
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Mendapatkan angka persentase Retinopati Diabetik pada penderita
Diabetes Melitus baik tipe 1 maupun tipe 2 di RSUP H. Adam Malik
Medan
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui terjadinya RD pada penderita DM berdasarkan
usia di RSUP H Adam Malik Medan.
b. Untuk mengetahui terjadinya RD pada penderita DM berdasarkan
jenis kelamin di RSUP H Adam Malik Medan.
c. Untuk mengetahui terjadinya RD pada penderita DM berdasarkan
lama menderita DM di RSUP H Adam Malik Medan.
d. Untuk mengetahui terjadinya RD pada penderita DM berdasarkan
klasifikasi RD di RSUP H Adam Malik Medan.
e. Untuk mengetahui terjadinya RD pada penderita DM berdasarkan
tajam penglihatan di RSUP H Adam Malik Medan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Dengan penelitian ini dapat dibuat protap pemeriksaan RD yang dapat
dilaksanakan oleh Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen
Ilmu Kesehatan Mata dan penderita DM.
2. Dapat dibuat kebijakan yang berkaitan dengan penatalaksanaan kasus
RD secara lebih maksimal dan lebih baik untuk menurunkan angka
kebutaan yang diakibatkan oleh RD.
3. Dapat menjadi referensi data penelitian untuk penelitian lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KERANGKA TEORI
RETINOPATI DIABETIK
• Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit umum yang ditandai
peningkatan kadar gula dalam darah yang menyebabkan perubahan
mikrovaskular pada seluruh organ termasuk mata. Retinopati diabetik
(RD) merupakan suatu komplikasi kronik diabetes melitus karena
mikroangiopati vaskular retina yang dapat menimbulkan kebutaan dan
umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang meliputi, usia dan
lama menderita DM, kontrol gula darah, tipe DM serta penyakit yang
menyertai, misalnya hipertensi dan nefropati.2-11
• Epidemiologi
Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai di
Indonesia. Telah dilakukan penelitian kuantitatif tentang penderita
diabetes, antara lain di Padang, jakarta dan Manado. Hasil penelitian
menunjukkan kisaran penderita diabetes antara 1,4-2,3%. Penelitian di
Koja tahun 1982 mendapatkan angka 1,7%, di Kayuputih (Jakarta Timur)
tahun 1992 sebesar 5,7%, dan daerah sub urban Abadijaya (Depok)
terlihat angka prevalensi diabetes selalu meningkat dari waktu ke
waktu.
Prevalensi DM untuk Indonesia cukup besar menurut RISKERSDAS,
sebesar 14,7% populasi di kawasan urban terancam DM dan 7,2% populasi
di rural terancam DM, Jika diproyeksikan, sebanyak 8,2 juta penduduk
urban dan 5,5 juta penduduk rural di Indonesia mengalami diabetes yang
artinya akan menambah jumlah penderita retinopati diabetik. 2- 11
Faktor resiko yang berpengaruh :
4-14
1. Lama menderita diabetes
Bila diabetes didiagnosa sebelum usia 30 tahun, resiko terjadinya
retinopati diabetik sekitar 2%. Dan apabila sudah menderita selama 7
tahun resiko untuk menderita retinopati 50% sedangkan apabila menderita
selama 25 tahun kemungkinan menderita retinopati diabetik 90%.
Penderita diabetes dengan durasi 25 sampai 50 tahun 26% kemungkinan
akan mengalami bentuk proliferatif.
Penurunan penglihatan dibawah 20/40 dijumpai pada penderita
diabetes tergantung insulin sekitar 10% pada penderita diabetes anak, dan
38% pada penderita diabetes dewasa. Serta 24% pada penderita diabetes
tidak tergantung insulin.
2. Kontrol kadar gula darah
Berdasarkan suatu penelitian pemberian insulin untuk mengontrol
kadar gula darah dengan ketat mengurangi resiko terjadinya retinopati
hingga sekitar 50%.
• Patogenesis
Retinopati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular paling sering
pada DM. Lama menderita DM merupakan faktor risiko utama yang
berkaitan dengan perkembangan retinopati diabetik. Setelah lima tahun
menderita DM tipe 1, sekitar 25% pasien mengalami retinopati. Setelah
10 tahun hampir 60% menderita retinopati dan setelah 15 tahun 80%
akan menderita retinopati.
Proliferatif retinopati diabetik (PRD) merupakan bentuk retinopati yang
sangat mengancam penglihatan dan biasanya terdapat pada 25% pasien
DM tipe 1 dengan durasi penyakit 15 tahun, timbul pada 2% pasien
dengan durasi DM kurang dari 5 tahun. 1,2,3,5,7,8
Mekanisme kelainan mikrovaskular pada retinopati diabetik sampai saat
ini belum jelas. Namun demikian diduga paparan hiperglikemia dalam
waktu yang lama mengakibatkan perubahan biokimiawi dan fisiologi
yang dapat menyebabkan perubahan pada endotel vaskular. Perubahan
vaskular pada retina meliputi kehilangan perisit dan penebalan
membrana basalis.
Sel perisit dan sel endotel dihubungkan oleh pori yang terdapat pada
membran sel yang terletak di antara keduanya. Dalam keadaan normal,
perbandingan jumlah sel perisit dan sel endotel retina adalah 1:1. Sel
perisit berfungsi mempertahankan struktur kapiler, mengatur
kontraktilitas, membantu mempertahankan fungsi barier, transportasi
berfungsi sebagai barir dengan mempertahankan permeabilitas kapiler
agar tidak terjadi kebocoran. Sel endotel saling berikatan erat satu
dengan yang lain dan bersama-sama dengan matriks ekstrasel dari
membrana basalis membentuk barir yang bersifat selektif terhadap
berbagai jenis protein dan molekul kecil.
Perubahan histopatologis kapiler retina pada RD dimulai dari penebalan
membrana basalis, hilangnya perisit, dan proliferasi endotel dimana
pada keadaan lanjut perbandingan antara sel endotel dan sel perisit
dapat mencapai 10:1.
1,2,5,20
Patofisiologi RD yang terjadi di kapiler yaitu, pembentukan
mikroaneurisma, peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
menyebabkan kebocoran cairan dan plasma seperti lipoprotein dan
makromolekul dari mikrosirkulasi ke dalam ruang ekstraselular yang
kemudian menyebabkan pertambahan ketebalan makula retina. Pada
keadaan ini garam dan air dipompa ke luar dari retina ke koroid tetapi
tidak disesrtai serum lipoprotein sehingga hard exudat yang berasal dari
lipoprotein menumpuk di dalam retina. 21,22
Peningkatan permeabilitas kapiler retina ini bisa sampai 12 kali, tetapi
aktivitas pompa epitel pigmen hanya meningkat 2 kali,
ketidakseimbangan ini menimbulkan akumulasi cairan ekstraselular
sehingga terjadi edema makula diabetika. 22
• Klasifikasi
Retinopati diabetik dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis:
1. Nonproliferatif retinopati diabetik (NPRD)
14,18,20-22
Pada nonproliferatif retinopati diabetik, perubahan mikrovaskular
retina hanya terbatas pada retina saja, tidak menyebar ke membran
limitan interna. Karakteristik NPRD termasuk, mikroaneurisma, area
kapiler nonperfusi, infark dari nerve fibre layer, IRMAs, perdarahan dot
and blot intraretina, edema retina, hard eksudat, arteriol abnormalitas,
dilatasi dan beading vena retina. NPRD dapat mengganggu fungsi visual
dengan 2 mekanisme:
• Berbagai derajat sumbatan kapiler intraretina menimbulkan makular
iskemik
• Peningkatan permeabilitas vaskularisasi retina menimbulkan edem
makula
Diabetik Makular Edema
Diagnosis diabetik makular edema (DME) sangat baik menggunakan
slitlamp biomikroskopis, untuk pemeriksaan segmen posterior
menggunakan lensa kontak untuk memperjelas visualisasi. Penemuan
penting pada pemeriksaan termasuk:
- Lokasi retina yang menebal relatif terhadap fovea
- Adanya eksudat dan lokasinya
Fluoresein angiografi digunakan untuk melihat kebocoran pembuluh
darah retina akibat kerusakan barier pembuluh darah retina.
Manifestasi diabetik makular edema berupa penebalan retina secara fokal
atau difus dengan atau tanpa eksudat. Karakteristik edem makula fokal
adanya kebocoran fokal dari lesi kapiler spesifik. Edem tersebut berkaitan
dengan ring hard exudate. Edem makula difus mempunyai karakteristik
dengan kelainan kapiler retina yang luas berhubungan dengan kebocoran
yang luas dari kerusakan ekstensif barir darah-retina, dan sering dengan
cystoid macular edema.
6,19,20
• Penanganan diabetik makular edema 6,7,8
Strategi pengobatan untuk diabetik makular edema meliputi modifikasi
gaya hidup, olah raga, berhenti merokok, kontrol gula darah, tekanan
darah, kadar lemak darah dan massa indeks tubuh.
• Penatalaksanaan laser pada diabetik makular edema 6,7,22
Beberapa paradigma pengobatan yang terbaru berasal dari Early
Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS) menetapkan tentang
clinically significant macular edema (CSME) dan merekomendasi
penatalaksanaan dengan laser fotokoagulasi fokal untuk berikut ini:
- Edema retina yang berlokasi pada atau dalam area 500 mikrometer
dari sentral makula.
6,7
- Hard exudates pada atau dalam area 500 mikrometer dari sentral jika
- Daerah yang mengalami penebalan lebih besar dari 1 area diskus jika
lokasinya dalam 1 diameter diskus dari sentral makula.
• Penatalaksanaan medikal pada diabetik makular edema
- Pada pasien DM yang sulit disembuhkan, injeksi triamsinolon
asetonid sub-tenon posterior dapat memperbaiki penglihatan dalam 1
bulan dan menstabilkan penglihatan sampai satu tahun dalam suatu
penelitian retrospektif.
6-11,20-22
- Pada pasien CSME yang sulit disembuhkan, intra vitreal
kortikosteroid dapat memperbaiki penglihatan dalam jangka singkat
dan mengurangi ketebalan makula selama 2 tahun folow up. Pada
masa yang akan datang, kortikosteroid dan anti VEGF dapat
bermanfaat dalam penanganan diabetik makular edem.
• Penatalaksanaan bedah pada diabetik makular edema
Vitrektomi pars plana dan detachment posterior hyaloid juga bermanfaat
untuk mengatasi diabetik makular edema, khususnya dengan traksi hialoid
posterior dan diabetik makular edema difus.
Diabetik Makular Iskemik
6-13
Kapiler retina nonperfusi merupakan gambaran yang berhubungan dengan
NPRD yang progresif. Angiografi fluoresein menunjukkan kapiler
nonperfusi yang luas. Mikroaneurisma cendrung berkelompok pada
area nonperfusi yang lebih besar dan iskemik progresif. Meluasnya zona
avaskular fovea lebih besar dari 1000 mikrometer diameter umumnya
bermakna penurunan penglihatan.
Progresifitas menjadi PRD
6-15
NPRD berat ditetapkan oleh ETDRS dalam aturan 4:2:1, dengan
karakteristik 1 dari yang berikut:
1. Perdarahan intra retinal difus dan mikroaneurisma pada 4 kuadran 6,15-19
2. Venous beading pada 2 kuadran
3. IRMAs (intra retinal mikrovascular abnormality) pada 1 kuadran
EDTRS mendapatkan NPRD berat mempunyai peluang 15% progresif
menjadi high risk PRD dalam kurun waktu 1 tahun. Very severe NPRD
mempunyai 2 dari gambaran diatas dengan peluang 45% progresif menjadi
hihg-risk PRD dalam waktu 1 tahun.
Pelepasan faktor-faktor vasoproliferatif meningkat sesuai derajat iskemik
retina. Satu faktor vasoproliferatif, VEGF, telah diisolasi dari spesimen
vitrektomi pasien PRD. VEGF ini dapat menstimulasi neovaskularisasi
pada retina, papil nervus optikus, atau segmen anterior. 6,15-18
2. Proliferatif retinopati diabetik (PRD)
6-8
Proliferasi fibrovaskular ekstra retina memperlihatkan variasi stadium
perkembangan PRD. Pembuluh darah baru berkembang dalam 3
a. Pembuluh darah baru dengan jaringan fibrous minimal yang melintasi
dan meluas mencapai membrana limitan interna.
b. Pembuluh darah baru meningkat ukurannya dan meluas, dengan
meningkatnya komponen fibrous.
c. Pembuluh darah baru mengalami regresi, meninggalkan sisa proliferasi
fibrovaskular di sepanjang hialoid posterior.
Berdasarkan luasnya proliferasi, PRD dibagi dalam tingkatan early,
high-risk, atau advance.
• Penatalaksanaan medikal pada retinopati diabetik 6-9,15-19
Prinsip utama penatalaksanaan medikal adalah memperlambat dan
mencegah komplikasi. Ini bisa dicapai oleh pelaksanaan pemeriksaan lokal
dan menyeluruh yang mempengaruhi onset NPRD dan progresifitasnya
menjadi PRD.
Hipertensi, bila tidak terkontrol selama beberapa tahun sering
menyebabkan progresifitas menjadi lebih tinggi dari DME dan retinopati
diabetik. Penyakit oklusi arteri karotis berat dapat menimbulkan PRD
advance sebagai bagian dari sindroma iskemik okular. 6
Kehamilan dapat berkaitan dengan memburuknya retinopati, oleh
karena itu, wanita diabetes yang hamil memerlukan evaluasi retina yang
lebih sering.
6-9,15
Faktor yang paling penting dalam penatalaksanaan medikal pada
retinopati diabetik adalah mempertahankan kontrol gula yang baik. 6,7
• Penatalaksanaan laser pada PRD
Penanganan utama PRD meliputi penggunaan laser fotokoagulasi
termal dalam pola panretina untuk menimbulkan regresi.
Penatalaksanaan scatter panretinal photocoagulation (PRP) hampir
selalu direkomendasikan. Tujuan scatter PRP adalah menyebabkan
regresi dari jaringan neovaskular yang ada dan menjaga progresifitas
neovaskularisasi selanjutnya.
• Penatalaksanaan bedah pada PRD 6
Ada dua kelainan utama pada advance PRD adalah perdarahan
vitreous dan tractional retinal detachment.
- Bedah vitrektomi, indikasinya pada pasien PRD dengan perdarahan
vitreous yang tidak membaik sampai lebih satu tahun. The diabetic
retinopathy vitrectomy study (DRVS) telah menetapkan vitrektomi di
awal pada perdarahan vitreous sekunder dari PRD. 6,7,8
- Tractional Retinal detachment : vitrektomi bertujuan untuk
memperbaiki traksi vitreoretina dan memfasilitasi perlekatan kembali
retina oleh penarikan atau pengelupasan vitreous kortikal atau hialoid
2.2. KERANGKA KONSEP
2.3 DEFINISI OPERASIONAL
• Penderita Diabetus melitus pada penelitian ini adalah penderita DM tipe
1 dan tipe 2 yang sudah dikenal oleh Divisi Endokrin Bagian Penyakit
Dalam.
• Retinopati diabetik (RD) adalah kerusakan mikrovaskular
(mikroangiopati) di retina yang ditemukan pada penderita DM yang
secara klinis ditandai dengan adanya mikroaneurisma, area nonperfusi
kapiler, infark lapisan nerve fiber, IRMA, blot dan dot blood retinal
haemorrhage, hard exudates, edema retina, arteriolar abnormal dan
kelainan vena retina, adanya neovaskularisasi dan jaringan fibrosis di
vitreous.
DM
- Umur
- Jenis kelamin
- lama DM
- Merokok
- Hipertensi
- Dislipidemia
• Klasifikasi RD adalah sesuai dengan klasifikasi pada Early Treatment
Diabetic Retinopathy Study (ETDRS) yaitu:
a. No retinopathy, tidak terdapat lesi di retina (R0)
b. Hanya mikroaneurisma, tidak ada lesi selain mikroaneurisma di
retina (R1)
c. NPRD ringan (R2) , mikroaneurisma ditambah perdarahan retina,
hard exudates
d. NPRD sedang (R3), NPRD ringan disertai cotton wool spot dan/atau
IRMA
e. NPRD berat (R4), adanya 1 dari gambaran berikut:
- Mikroaneurisma disertai venous beading dan/atau perdarahan
dot atau blot.
- Venous beading 2 kwadran atau lebih
- Moderate IRMA
f. NPRD sangat berat (R5), dua atau lebih gambaran di atas ( NPRD
berat)
g. PRD, terbagi menjadi tiga:
1. PRD tanpa high-risk characteristic (PRD1), neovaskular dan atau
proliferasi fibrous, preretinal dan atau perdarahan vitreous.
2. PRD dengan high risk characteristic (PRD2), NVD dan/atau bila
ada perdarahan vitreous atau preretina, atau NVE ≥ ½ area disc
3. PRD lanjutan (PRD3), perdarahan vitreous ekstensif, ablasio
retina melibatkan makula, atau ptisis bulbi atau enukleasi
sekunder karena komplikasi retinopati diabetik.
• Faktor resiko terjadinya RD meliputi, umur, jenis kelamin, lama
menderita DM, kadar gula darah, DM terkontrol atau tidak, perokok, dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian cross sectional yang bersifat deskriptif.
3.2 TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang dilaksanakan
mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2012.
3.3 POPULASI PENELITIAN
Populasi penelitian adalah semua pasien DM yang ada di RSUP H. Adam
malik Medan.
3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
Kriteria inklusi :
Semua pasien DM yang berkunjung ke Poli Endokrin RSUP H. Adam
Malik Medan dan bersedia ikut dalam penelitian.
Semua pasien DM yang dikonsulkan dari Ruangan Penyakit Dalam ke
Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan dan bersedia ikut dalam
Kriteria eksklusi :
Pasien DM dengan kelainan segmen anterior mata.
Pasien DM dengan kekeruhan lensa (katarak)
Pasien DM dengan keadaan umum jelek (lemah) sehingga tidak
kooperatif untuk dilakukan pemeriksaan.
Pasien DM dengan tekanan intraokular (TIO) › 21 mmHg.
3.5 IDENTIFIKASI VARIABEL
Penelitian ini memiliki 2 variabel penelitian :
1. Variabel terikat adalah DM
2. Variabel bebas adalah retinopati diabetik
3.6 BAHAN DAN ALAT
* Pulpen (pinsil)
* Kertas folio
* senter
* Snellen Chart
* Tonometer non kontak
* Slit lamp biomikroskop
* Oftalmoskop direk
* Oftalmoskop indirek
3.7 JALAN PENELITIAN DAN CARA KERJA
• Penderita yang telah didiagnosis DM oleh Departemen Penyakit Dalam
(Endokrin) disarankan ke Poli mata untuk pemeriksaan mata.
• Penjelasan kepada penderita DM mengenai cara pemeriksaan dan tujuan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
• Anamnesa lama DM dan faktor-faktor yang terkait (merokok, penyakit
penyerta, dan lain-lain.)
• Pemeriksaan ketajaman penglihatan.
• Pemeriksaan segmen anterior.
• Pengukuran TIO, bila dibawah 21 mmHg, mata diberi tetes tropicamide 1%
untuk melebarkan pupil (anak mata).
• Pemeriksaan direct ophthalmoscop dan indirect ophthalmoscop.
• Penilaian dan interpretasi kelainan retina pada pasien DM dari masing-masing
pemeriksaan tersebut dicatat sebagai data penelitian untuk dijadikan hasil
penelitian.
3.8 ANALISIS DATA
Analisa data dilakukan secara deskripsi dan disajikan dalam bentuk
tabulasi data
3.9 PERTIMBANGAN ETIKA
Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian Ilmu
kemudian di ajukan untuk di setujui oleh rapat komite etika PPKRM
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.10 PERSONAL PENELITIAN
Peneliti : Vanda Virgayanti
3.11 BIAYA PENELITIAN
Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan dalam
waktu bulan Januari sampai Mei 2012. Subjek penelitian didapat 300 penderita
DM, dimana dari keseluruhan penderita DM tersebut menderita retinopati diabetik
sebanyak 110 orang diantaranya mengenai satu mata sebanyak 26 orang dan
mengenai kedua mata sebanyak 84 orang.
Dari subjek penelitian ini didapatkan data yang tercantum dalam tabel-tabel
berikut.
Tabel 5.1 Karakteristik awal subjek penelitian
Tabel 5.2 Karakteristik jenis kelamin penderita RD
Jumlah DM %
1. Jenis kelamin
- Laki-laki 141 47
- Perempuan 159 53
2. Usia
- < 30 tahun 6 2,0
- 31 – 50 tahun 73 24,3
- 51 – 70 tahun 195 65,0
- > 70 tahun 26 8,7
3. Lama menderita DM
- Baru diketahui 52 17,3
- < 5 tahun 132 44,0
- 5 – 10 tahun 90 30,0
Jenis kelamin N %
Laki-laki 57 51.8
Perempuan 53 48,2
Total 110 100,0
Dari tabel terlihat jumlah penderita RD laki-laki maupun perempuan tidak jauh
berbeda.
Tabel 5.3 Karakteristik kelompok umur penderita RD
Kelompok Umur (tahun) N %
< 30 3 2.7
31-50 16 14.5
51-70 76 69.1
>70 15 13.6
Total 110 100
Dari tabel tersebut, kelompok umur yang terbanyak adalah 51 – 70 tahun
sebanyak 76 subjek (69,1 %), kemudian kelompok umur 31 – 50 tahun sebanyak
16 subjek (14,5 %) dan kelompok umur >70 tahun sebanyak 15 subjek (13,6 %).
Tabel 5.4 Karakteristik lama menderita DM pada RD
Lama DM (tahun) N %
Baru diketahui 11 10.0
< 5 46 41.8
5 – 10 36 32.7
>10 17 15.5
Total 110 100
Dari tabel tersebut. terlihat jumlah RD yang terbanyak adalah penderita DM
Tabel 5.5 Karakteristik kontrol gula darah pada penderita RD
Kontrol KGD N %
Teratur 75 68.2
Tidak teratur 35 31.8
Total 110 100
Dari tabel tersebut pada penderita RD sebanyak 75 subjek (74,3 %) teratur
mengontrol kadar gula darah, dan sebanyak 35 subjek (25,7 %) tidak teratur
mengontrol kadar gula darahnya.
Tabel 5.6 Karakteristik kebiasaan merokok penderita RD
Perokok N %
Berat 7 6.4
Ringan 11 10.0
Tidak merokok 92 83.6
Total 110 100
Dari kebiasaan merokok pada penderita RD didapatkan jumlah yang tidak
merokok sebanyak 92 subjek (83,6 %), merokok ringan sebanyak 11 (10 %), dan
berat sebanyak 7 (6,4 %).
Tabel 5.7 Karakteristik penderita RD disertai hipertensi
Hipertensi N %
Ya 54 49.1
Tidak 56 50.9
Dari tabel tersebut telihat bahwa penderita RD yang disertai hipertensi sebanyak
54 orang (49,1 %) dan 56 orang yang tidak menderita hipertensi.
Tabel 5.8 Karakteristik penderita RD disertai dislipidemia
Dislipidemia N %
Ya 31 28.2
Tidak 79 71.8
Total 110 100
Dari tabel tersebut telihat penderita RD sebanyak 79 orang (71,8 %) tidak disertai
dislipidemia, dan sebanyak 31 orang (28,2 %) disertai dislipidemia.
Tabel 5.9 Karakteristik tajam penglihatan penderita RD
Tajam Penglihatan Mata kanan Mata Kiri
N % N %
6/6 - 6/18 23 20.9 26 23.6
6/20-6/50 44 40.0 45 40.9
6/60-3/60 31 28.2 26 23.6
< 3/60 12 10.9 13 11.8
Total 110 100 110 100
Tabel 5.10 Karakteristik klasifikasi diagnosis RD mengenai satu mata
Diagnosis N
Hanya mikroaneurisma 17
NPRD ringan 7
NPRD sedang 1
NPRD berat 1
Tabel 5.11 Karakteristik klasifikasi diagnosis RD mengenai dua mata
Diagnosis N
Mata kanan Mata kiri
Hanya mikroaneurisma 6 8
NPRD ringan 47 51
NPRD sedang 12 10
NPRD berat 7 3
NPRD sangat berat 1 3
PRD 11 9
BAB V
PEMBAHASAN
Dari data 300 penderita DM yang diperiksa, didapatkan data umum dan
data khusus mengenai 600 mata yang diperiksa secara terpisah. Didapat bahwa
jumlah penderita RD antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Literatur
menyatakan bahwa tidak terdapat predisposisi jenis kelamin untuk menderita
retinopati diabetik.
Kelompok umur yang terbanyak adalah antara 51-70 tahun (69,1%), sesuai
dengan literatur bahwa retinopati diabetik banyak terjadi pada usia di atas 40
tahun. Dari data mengenai lamanya DM menunjukkan subjek paling banyak
mengalami DM < 5 tahun (41,8%), hal ini tidak tertutup kemungkinan bahwa
penderita DM telah menderita penyakit tersebut beberapa waktu sebelumnya dari
saat ditegakkan diagnosa DM terhadapnya. Berdasarkan literatur, lama menderita
DM merupakan faktor risiko utama yang berkaitan dengan perkembangan
retinopati diabetik. Setelah lima tahun menderita DM tipe 1, sekitar 25% pasien
mengalami retinopati. Setelah 10 tahun, hampir 60% menderita retinopati dan
setelah 15 tahun 80% akan menderita retinopati.
Dari data kebiasaan mengontrol kadar gula darah, tampak kelompok
subjek yang mengontrol teratur gula darahnya lebih banyak yaitu 68,2 %, namun
dari semua subjek yang meyatakan bahwa kadar gulanya terkontrol tersebut,
beberapa subjek tetap memiliki KGD yang tinggi meskipun telah melaksanakan
Kebiasaan merokok, didapatkan data perokok (baik yang berat maupun yang
ringan) sebanyak 16,4%, serta jumlah yang tidak merokok dalam persentase yang
lebih besar yaitu 83,6% hal ini mungkin diakibatkan subjek yang mengaku tidak
merokok bukan berarti tidak mempunyai riwayat merokok. Dari penelitian ini
tampak penderita retinopati diabetik sebagian kecil mempunyai riwayat merokok
meskipun tidak dapat dipastikan pengaruh rokok terhadap derajat keparahan
retinopati diabetik.
Dari data mengenai penyakit hipertensi pada penderita RD relatif hampir sama
dalam hal jumlahnya antara kelompok yang menderita hipertensi dibanding tidak
hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori yang telah ada yaitu penderita retinopati
diabetik sering disertai dengan penyakit hipertensi yang dapat memperparah
retinopatinya. Demikian pula halnya dengan penderita RD yang disertai
dislipidemia.
Data tajam penglihatan subjek penelitian dilakukan secara terpisah antara mata
kanan dan mata kiri, tampak mata kanan subjek maupun mata kiri mempunyai
visus rata-rata 6/20-6/50 yaitu bekisar 40%, hal ini mungkin dikaitkan dengan
derajat keparahan rata-rata penderita RD yg paling banyak adalah nonproliferatif
retinopati diabetik ringan.
Klasifikasi diagnosis retinopati diabetik sekaligus menjadi data yang
memberikan informasi mengenai jumlah pasien yang telah mengalami RD akibat
dari DM sebanyak 36,7% dan paling banyak mengenai kedua mata (76,3%).
Jumlah ini meskipun tidak sebesar 40% sebagaimana penelitian yang telah ada
sebelum ini, harus menjadi perhatian yang serius karena proporsi tersebut adalah
kemungkinan penderita DM yang lain yang tidak menjadi bagian dari penelitian
ini. Disamping itu pertambahan jumlah RD akibat DM sudah tentu akan
meningkat seiring pertambahan usia dan lamanya penderita mengalami DM.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Proporsi angka kejadian Retinopati Diabetik pada penderita Diabetes
Melitus di RSUP H. Adam Malik Medan adalah 36,7 %.
2. Pada penelitian ini, faktor usia, lama DM, kontrol gula darah, hipertensi,
dislipidemia dan merokok masih belum dapat dibuktikan secara nyata
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya RD atau keparahannya,
dikarenakan data yang diperoleh hanya merupakan kuesioner/ anamnesa
dari penderita DM secara langsung.
3. Klasifikasi RD yang terbanyak pada subjek penelitian ini adalah NPRD
ringan.
SARAN
1. Untuk mengurangi angka kebutaan akibat RD sangat perlu adanya
kedisiplinan antara Dokter Mata, Dokter Penyakit Dalam (khususnya
Bagian Endokrin) dan penderita DM dalam pemeriksaan dini kondisi mata
(retina) dalam upaya mencegah dan atau menangani kerusakan retina yang
terjadi akibat DM dengan membuat protap baku tentang manajemen
penderita DM untuk mengantisipasi terjadi RD.
2. Perlu data-data dan penelitian lebih lanjut untuk mendukung pengetahuan
mengenai RD akibat DM dan hal-hal yang dapat menjadi faktor risiko
DAFTAR PUSTAKA
1. World Sight Day, Upaya Mencegah Kebutaan di Seluruh Dunia, available at
http://www.mitranetra,or.id/default.asp?page=halo&id=78
2. Diabetic Eye Disease, Diabetic Retinopathy, available at, http://www.
denvereyesurgeons.com/
3. Damayanti Kun D dkk, Prevalensi & Faktor-Faktor Risiko Retinopati
Diabetik pada Penderita DM di RS Hasan Sadikin, Bag. Ilmu Kesehatan Mata, FK UNPAD, RS Cicendo, available at: isjf.pdii.Lipi. g0.id/admin/jurnal/252931417.pdf
denver/diabetic-eye-disease.htm
4. Facts about Diabetic Retinopathy, available at, http://www-moorfields.
nhs.uk/Eyehealth/commoneyeconditions/Diabeticretinopathy/
5. Diabetes, cause, incidence, and risk factors, available at,
Facts
http://www.ncbi.
nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001350/US.National
6. American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science
Course,Retinal Vascular Disease in Retina and Vitreous, section 12, chapter 5, 2009-2010, p. 109-131
Library of Medicine-The World’s Largest Medical Library.
7. Kanski JJ, Retinal Vascular Disease, Diabetic Retinopathy, in Clinical
Ophthalmology A systematic Approach, chapter 16, 2007, p. 566-584
8. Purba Darwan M dkk, Retinopati diabetik, dalam Retina dari Pediatrik
hingga Geriatrik, Jakarta Eye Center, 2011, hal. 137-166
9. Kriteria Perkeni menegakkan DM, available at, www. Klinik Diabetes
Nusantara.com/pages/tentang diabetes/kontrol.hbalr.php.
10. Diagnosis DM, available at, www.ncbi.nlm.gov/pubmedhealth. National
Library of Medicine-The Word’s Largest Medical Library.
11. Khurana AK, Diabetic Retinopathy in Comprehensive Ophthalmology,
12. Tasman W, Diabetic Retinopathy, in Dune’s Clinical Ophthalmology, vol.3,
chapter 15, Lippincot Williams and Wilkins, Revised Edition, 2004, p. 251-259
13. Vander James F, Diabetic Retinopathy, in Ophthalmology Secrets in Color,
Third Edition, Mosby, Elsevier, 2007, p. 376-383
14. Ogden Thomas E, Medical Retina, in Retina Basic Science and Inherited
Retinal Disease, Third Edition, volume two, C.P. Wilkinson,Mosby, Philadelpia, 2004, p. 967-973
15. Sony P, Venkatesh P and all, Step by Step Optical Coherence Tomography,
Jaypee Brothers, Medical Publishers (P) Ltd, New Delhi, 2007, p.205-211
16. Jaffe GJ, Caprioli J, Optical coherence tomography to detect and manage
retinal disease and glaucoma. AJ Ophthlmol. 2004; 137:156-69
17. Goebel W, Gross K, Tatjana. Retinal Thickness in Diabetic Retinopathy; A
Study Using Optical Coherence Tomography (OCT), jurnal retina: Desember 2002, volume 22, issu 6, hal 759-767.
18. Lisegang TJ, Deutsch TA, Grand MG, Ocular development, Fundamentals
and principles of ophthalmology section 2, Sanfransisco, American Academy of Ophthalmology, 2005-2006, p.133-157.
19. Boulton M. The pathogenesis of diabetika retinopathy: old concepts and new
questions. Eye.2004; 16:242-260
20. Odgen TE, Hinton DR, The Development of the Retina. Third edition
volume one. Singapore. Mosby. 2002.p 3-17.
21. Celles J, Cipolla M. Diabetes and endothelial dysfunction, a clinical
perspective. Endocrine review. 2005. P.22,36-52.
22. David J Browning, Diabetic Macular Edema, Am J Ophthalmol
Lampiran
LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA SETELAH PENJELASAN KEPADA
CALON SUBJEK PENELITIAN
( INFORMED CONCENT )
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitian “Prevalensi Retinopati Diabetik pada penderita Diabetes Melitus”. Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut.
Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat tanpa paksaan siapapun.
Medan, ... 2012
Yang memberi persetujuan
KUESIONER PENELITIAN RETINOPATI DIABETIK
1. Data umum :
Nama : ...
Umur : ... tahun
Kelamin : lk/pr
Pekerjaan : ...
2. Data dasar :
a. Lama dikenal menderita DM :
1. Baru diketahui (lanjut ke [c])
2. Diketahui < 5 tahun
3. Diketahui 5 – 10 tahun
4. Diketahui > 10 tahun
b. Kontrol gula darah :
1. Teratur
2. Tidak teratur
c. Kebiasaan merokok :
1. Perokok berat (lebih dari 20 btg perhari)
2.Perokok ringan (kurang dari 20 brg perhari)
3. Tidak merokok
3. Data lanjutan
a. Hipertensi
2. Hipertensi
b. Dislipidemia
1. Ada
2. Tidak Ada
4. Status Opftalmologis :
OD OS
Visus
Diameter pupil tanpa midriatika
Blot haemorrhage
Exudat (soft)
Exudat (hard)
Neovaskuler (NVD) Neovaskuler (NVE)
Vitreous
Proliferasi