PREVALENSI RETINOPATI DIABTEIK
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PERIODE JULI 2011 – JUNI 2012
TESIS
OLEH:
FITRIANI
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
DENGAN NAMA ALLAH
YANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul
“ PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
PERIODE JULI 2011 – JUNI 2012”
Penulisan tesis ini merupakan tahap akhir dari serangkaian
persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik dalam
bidang Ilmu Kesehatan Mata pada Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara di Medan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pembimbing
Prof.AslimD.Sihotang,SpM(KVR),dr.Delfi,M.Ked(Oph),SpM(K),dr.Hj.AryaniA.
Amra,MKed(Oph),SpM, Drs.H.Djalil Amri Arma,MKes, yang telah banyak
memberi bantuan dan masukan selama penulisan tesis ini.
Rasa penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga saya
sampaikan kepada yang terhormat guru-guru saya, atas pengajaran,
bimbingan, kritik dan saran yang telah saya terima selama menempuh
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada rekan-rekan
sejawat peserta Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Ilmu
Kesehatan Mata yang telah banyak membantu saya selama menempuh
pendidikan magister ini.
Kepada Rektor Universitas Sumatera Utara,Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara,TKP PPDS dan Direktur RSUP. H.
Adam Malik Medan, saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan Magister ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya
sampaikan kepada kedua orang tua saya terkasih Misran (alm) dan ibunda
Suyatik yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan serta mendidik
saya dengan penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi
contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi selama
mengikuti pendidikan ini. Kepada mertua saya yang saya hormati dan
sayangi Sabtudin,BBA dan Syarifah Noor yang telah banyak membantu
dan memberikan dorongan semangat serta doa kepada saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Buat suamiku tercinta Agus Tami,ST tiada kata terindah yang dapat
saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan saya seorang suami yang
baik dan penuh pengertian. Terima kasih atas cinta kasih, kesabaran
,dorongan semangat, pengorbanan dan doa yang diberikan kepada saya
Buat buah hatiku yang kucintai dan kusayangi,putriku Nadzirah Saffa
yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi ibunda serta pemberi
semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada adik saya Lasfika sari, Heri Suganda, Wilda sari beserta
keluarga, terima kasih atas bimbingan, dorongan semangat serta doa yang
diberikan kepada saya.
Saya menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati saya mengharapkan masukan yang sangat berharga dari
semua pihak di masa yang akan datang
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita
semua. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.
Medan, 23 Januari 2013
3.6 DEFENISI OPERASIONAL... 13
3.7 BAHAN DAN ALAT... 13
3.8 JALANNYA PENELITIAN DAN CARA KERJA... 13
3.9 PERSONALIA PENELITIAN... 14
3.10 BIAYA PENELITIAN... 14
3.11 ANALISIS DATA... 14
3.12 PERTIMBANGAN ETIKA... 14
BAB IV HASIL PENELITIAN... 15
BAB V PEMBAHASAN... 21
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu
diwaspadai di Indonesia. Prevalensi diabetes melitus untuk Indonesia cukup
besar menurut RIKESDAS; sebesar 14,7% populasi dikawasan urban
terancam DM. Jika di proyeksikan, sebanyak 8,2 juta penduduk di urban dan
5,5 juta penduduk rural area Indonesia mengalami diabetes yang artinya
akan terjadi penambahan jumlah penderita retinopati diabetik yang signifikan
(JEC, 2011).
Retinopati diabetik adalah kerusakan retina yang merupakan
komplikasi dari diabetes melitus. Sekitar 40% dari kasus DM beresiko
mengalami retinopati diabetik (RD), bahkan 8% terancam mengalami
kebutaan. Di Amerika Serikat, retinopati diabetik merupakan penyebab
utama dalam beberapa kasus legal blindness di usia produktif berkisar antara
usia 20 samapi 64 tahun. Di negara maju setidaknya 12 % dari semua
kebutaan disebabkan oleh diabetes. Di Amerika Serikat penderita DM 20 kali
lipat kemungkinan menjadi buta dibanding pasien yang tidak menderita DM
(Skuta et al, 2010;JEC 2011).
Penelitian epidemiologis di Amerika, Australia, Eropa dan Asia
100,8 juta dari tahun 2010 menjadi 154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30%
diantaranya terancam mengalami kebutaan (Quillen 2002).
Menurut perkiraan WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling
utama adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age
macular degereration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal opacity,
(5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%) ( WHO, 2002).
The DiabCare Asia 2008 Study melibatkan 1785 penderita DM pada
18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan melaporkan 42%
penderita DM mengalami komplikasi retinopati dan 6,4 % diantaranya
merupakan retinopati diabetik poloferatif (Soewondo P et al, 2010).
Klasifikasi retinopati diabetik adalah non-proliferative diabetic
retinopathy (NPDR) dan Proliferative diabetic retinopathy (PDR). Bila tidak
mendapatkan terapi yang tepat, NPDR akan berkembang menjadi PDR
(JEC, 2011;Hollifield Joe, 2006).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Berapa prevalensi retinopati diabetik di RSUP H. Adam Malik
Medan periode juli 2011 – juni 2012.
2. Mengetahui karakteristik retinopati diabetik di RSUP H. Adam
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian
retinopati diabetik di RSUP H.Adam Malik Medan periode Juli
2011 sampai Juni 2012.
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui umur rata-rata penderita retinopati diabetik.
2. Untuk mengetahui jenis kelamin terbanyak penderita retinopati
diabetik.
3. Untuk mengetahui tingkat pendidikan rata-rata penderita
retinopati diabetik
4. Untuk mengetahui tajam penglihatan rata- rata penderita
retinopati diabetik
5. Untuk mengetahui lamanya penderita menderita diabetes
melitus hingga terjadi komplikasi retinopati diabetik.
6. Untuk mengetahui klasifikasi terbanyak retinopati diabetik
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam
perencanaan strategi nasional untuk penanggulangan gangguan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 DEFINISI
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik degeneratif tersering
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tertinggi di dunia. Word Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa Indonesia merupakan negara urutan
keempat dengan jumlah penderita DM terbanyak. Jumlah ini akan mencapai
21,3 juta pada tahun 2030 (Wilds et al, 2004).
Retinopati diabetik adalah kerusakan pada retina yang merupakan
komplikasi dari diabetes melitus. Retinopati diabetik merupakan penyakit
pembuluh darah retina yang paling sering. Resiko menjadi retinopati diabetik
akan meningkat sebanding dengan lamanya seseorang menderita DM.
Kebutaan akibat retinopati diabetik menjadi masalah kesehatan yang
diwaspadai di dunia karena kebutaan akan menurunkan kwalitas hidup dan
produktivitas penderita yang akhirnya akan menimbulkan beban sosial
masyarakat (S.Ratna, 2011;Quillen, 2002).
2.2 KLASIFIKASI
Retinopati diabetik diklasifikasikan kedalam dua tipe (AAO, 2010;David
J 2005).
1. Non – proliferative diabetic retinopathy (NPDR) yang merupakan
NPDR terbatas pada retina dan tidak meluas melampaui membran
limitan interna. Karakteristik pada NPDR mencakup mikroaneurisma,
nerve fiber layer infarcts, IRMAs, perdarahan intraretinal dot blot,
edema retina, hard exudat, kelainan arteriol, vena retina dilatasi dan
vena beading.
2. Proliferative diabetic retinopathy ( PDR) merupakan bentuk yang
lebih berat. Proliferative fibrovaskular eksraretinal bervariasi pada
retinopati diabetik proliferative. Lokasi neovascular proliferation
dijumpai pada daerah disc dan di tempat lainnya.
2.3.FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dihubungkan dengan terjadinya retinopati diabetik
adalah (Papan Debora at all 2008;Khurana AK 2007;Vander James F, 2007).
a. Lamanya diabetes. Setelah 15 tahun menderita DM tipe 1, 80% akan
menderita retinopati diabetik, setelah 19 tahun pada pasien DM tipe 2
akan menjadi retinopati diabetik sekitar 84.
b. Keturunan. Pengaruh keturunan lebih sering pada proliferative
diabetik.
c. Kehamilan. Penderita DM yang hamil mempunyai resiko lebih besar
mengalamin retinopati diabetik.
d. Hipertensi. Dari beberapa penelitian menunjukan tekanan darah yang
terkontrol akan menurunkan resiko terjadinya retinopati diabetik.
e. Kadar gula darah. Kadar gula darah yang terkontrol dapat
memperlambat onset terjadinya retinopati diabetik.
f. Faktor resiko lainnya meliputi ; merokok, obesitas dan hiperlipidemia.
2.4 GEJALA dan TANDA
Sebagian besar penderita retinopati diabetik pada tahap awal tidak
menunjukan gejala penurunan penglihatan. Apabila telah terjadi kerusakan
sawar darah retina, dapat di temukan mikroaneurisma, eksudat lipid dan
protein, edema serta perdarahan intraretina. Selanjutnya akan terjadi oklusi
kapiler retina yang mengakibatkan kegagalan perfusi dilapisan serabut saraf
retina sehingga terjadi hambatan transformasi aksonal. Hambatan
transformasi tersebut akan menimbulkan akumulasi debris akson yamg
tampak sebagai gambaran soft exudat pada pemeriksaan oftalmoskopi.
Kelainan tersebut merupakan tanda retinopati non proliferatif ( S.Ratna,
2011;Quillen, 2002;Kanski JJ, 2008).
Hipoksia akibat oklusi akan merangsang pembentukan pembuluh
darah baru, dan ini merupakan tanda patognomonik retinopati diabetik
proliferatif. Kebutaan pada DM dapat terjadi akibat edema yang hebat pada
makula, perdarahan masif intravitreous, atau ablasi retinal traksional
2.5 PATOGENESIS
Keadaan hiperglikemik mengawali perubahan patologis pada retinopati
diabetik dan terjadi melalui beberapa jalur. Pertama hiperglikemi memicu
terbentuknya reactive oxygen intermediates (ROIs), advanced glycation
endproducts (AGEs). ROIsdan AGEs merusak perisit dan endotel pembuluh
darah serta merangsang pelepasan faktor vasoaktif seperti nitric oxide (NO),
prostasiklin, insulin – like growth factor -1 (IGF-1), dan endotelin yang akan
memperparah kerusakan. Kedua, hiperglikemia kronik mengaktivasi jalur
poliol yang meningkatkan glikosilasi dan ekspresi aldose reduktase sehingga
terjadi akumulasi sorbitol. Glikosilasi dan akumulasi sorbitol mengakibatkan
kerusakan endotel pembuluh darah dan disfungsi enzim endotel. Ketiga,
hiperglikemia mengativasi tranduksi sinyal interseluler protein kinase C
(PKC). Vascular endothelial growth factor (VEGF) dan faktor pertumbuhan
lain diaktivasi oleh PKC. VEGF menstimulasi ekspresi intercellular adhesion
molecule -1 (ICAM-1) yang memicu terbentukan ikantan antara leukosit dan
endotel pembuluh darah. Ikatan tersebut akan menyebabkan kerusakan
sawar pembuluh darah retina, serta trombosis dan oklusi kapiler retina.
Keseluruhan jalur tersebut menimbulkan gangguan sirkulasi, hipoksia dan
inflamasi pada retina (S.Ratna, 2011;Papan Debora, 2008; Quillen,
2.6 PENATALAKSANAAN
Pengobatan retinopati diabetik berdasarkan derajat keparahan
penyakit. Retinopati diabetik nonproliferatif derajat ringan hanya perlu
dievaluasi satu tahun sekali. Penderita retinopati diabetik nonproloferatif
derajat ringan-sedang tanpa edema makula yang nyata harus menjalani
pemeriksaan rutin setiap 6-12 bulan. Retinopati diabetik nonproliferatif derajat
ringan-sedang dengan edema makula yang signifikan merupakan indikasi
laser photocoagulation untuk mencegah perburukan. Setelah dilakukan laser
photocoagulation penderita perlu dievaluasi setiap 2-4 bulan. Penderita
retinopati diabetik nonproliferatif derajat berat dianjurkan untuk menjalani
panretinal laser photocoagulation terutama apabila kelainan beresiko tinggi
untuk menjadi retinopati diabetik proliferatif. Penderita harus dievaluasi setiap
3-4 bulan pasca tindakan. Panretinal laser photocoagulation harus segera
dilakukan pada penderita retinopati diabetik proliferatif. Apabila terjadi
retinopati diabetik proliferatif disertai edema makula yang signifikan, maka
kombinasi focal dan panretinal laser photocoagulation menjadi terpai pilihan
(Celles J, 2005; Kuminoto et al 2004 Skuta et al, 2010).
2.7 STRUKTUR RSUH. ADAM MALIK MEDAN
Penelitian dilakukan di RSU H. Adam Malik Medan yang dibangun
diatas tanah seluas 10 Ha, berlokasi dijalan Bunga Lau No. 17 Km 12,
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan RS kelas
A dan RS pendidikan sesuai dengan SK MENKES. Rumah Sakit ini juga
sebagai pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi
Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.
RSU H. Adam Malik Medan adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan,
wajib melaksanakan sistem pelaporan rumah sakit.
2.8 KERANGKA KONSEPSIONAL
Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan
dan mengarahkan asumsi mengenai elemen elemen yang diteliti.
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam latar
belakang dan dari tinjauan kepustakaan yang ada, maka kerangka konsep
Kerangka konsep :
Klasifikasi RD
Retinopati
Diabetik
Lamanya DM
Tajam penglihatan Usia
Pendidikan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif, dengan
mengambil data sampel dari catatan rekam medis pasien yang datang
berobat ke poliklinik mata RSUP.H. Adam Malik Medan selama periode Juli
2011 sampai dengan Juni 2012.
3.2 TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Poli Mata Rumah Sakit H. Adam Malik Medan periode
Juli 2011 sampai Juni 2012.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli
mata Rumah Sakit H. Adam Malik Medan dan di diagnosa dengan diabetik
retinopati dari Juli 2011 sampai Juni 2012. Besar sampel di tentukan dengan
metode consecutive sampling, yaitu semua objek yang didiagnosa diabetik
3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI
Kriteria Inklusi :
Semua pasien denagan diagnosa diabetik retinopati yang
berkunjung ke Poli Mata RSUP. H. Adam Malik Medan periode
Juli 2011 sampai Juni 2012.
Kriteria ekslusi :
Penderita Diabetes Meletus yang tidak dapat dievaluasi dengan
funduscopi.
3.5 IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel terikat adalah adalah diabetik retinopati
Variabel bebas adalah :
a. Usia
b. Jenis Kelanin
c. Pendidikan
d. Tajam penglihatan
e. Lamanya menderita diabetes melitus
f. Klasifikasi RD
3.6 DEFENISI OPERASIONAL
• Retinopati diabetik adalah kerusakan retina yang merupakan
• Usia adalah usia penderita retinopati diabetik.
• Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.
• Pendidikan adalah tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui
jalur formal.
• Tajam penglihatan adalah kemampuan penderita untuk melihat
objek sekecil mungkin.
• Lamanya diabetes melitus adalah sejak pasien didiagnosa DM.
• Klasifikasi RD adalah NPDR dan PDR.
3.7 BAHAN DAN ALAT
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data dari rekam medis
2. Kertas
3. Pulpen
4. Pinsil
5. Penghapus
3.8 JALANNYA PENELITIAN DAN CARA KERJA
Pengumpulan data diambil dari rekam medis pasien yang berkunjung ke
Poli Mata Rumah Sakit H. Adam Malik Medan periode Juli 2011 sampai Juni
2012 dengan didiagnosa diabetik retinopati. Semua data pasien dicatat,
3.9 PERSONALIA PENELITIAN
Peneliti : Fitriani
3.10 BIAYA PENELITIAN
Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri.
3.11 ANALISIS DATA
Analisa data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk
tabulasi data.
3.12 PERTIMBANGAN ETIKA
Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian ilmu
penyakit mata FK-USU/RSUP H.Adam Malik medan. Penelitian ini kemudian
diajukan untuk disetujui oleh rapat komite etika PPKRM Fakultas Kedokteran
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan
dalam kurun waktu Juli 2011 sampai Juni 2012. Selama periode tersebut
jumlah pasien yang datang berobat ke Poli Mata RSUP H. Adam Malik
Medan sebanyak 7450 pasien. Dari jumlah tersebut dijumpai sampel RD
sebanyak 74 pasien diantaranya mengenai satu mata sebanyak 20 orang
dan mengenai kedua mata sebanyak 54 orang. Prevalensi RD pada
penelitian ini adalah sebanyak 1%.
Tabel 5.1 Karakteristik awal subjek penelitian
Jumlah RD %
1.Jenis Kelamin
- Laki-laki 38 51,4
- Perempuan 36 48,6
2. Usia
- 40 – 49 Tahun 14 18,9
- 50 – 59 Tahun 32 43,2
≥ 60 Tahun 28 37,8
3. Lama menderita DM
5 – 10 Tahun 35 47,3
> 10 Tahun 23 31,1
4. Pendidikan
SD 22 29,7
SLTP 8 10,8
SLTA 26 35,1
Sarjana 18 24,3
5. Klasifikasi RD
NPDR 63 85,1
PDR 11 14,9
6. Tajam Penglihatan
5/5 – 5/7 24 32,4
5/8 – 5/16 32 43,2
5/5 – 5/50 16 21,6
Tabel 5.2 Karakteristik RD berdasarkan Jenis Kelamin
Retinopati Diabetik
Jenis Kelamin NPDR PDR Total
N % N % N %
Laki – laki 32 43,2 6 8,1 38 51,3
Perempuan 31 41,9 5 6,8 36 48,7
Jumlah 63 85,1 11 14,9 74 100
Dari data tabel diatas terlihat jumlah penderita RD laki – laki maupun
perempuan tidak jauh berbeda.
Tabel 5.3 Karakteristik RD berdasarkan Usia
Retinopati Diabetik
Usia NPDR PDR Total
N % N % N %
40 – 49 14 18,9 0 0 14 18,9
50 – 59 28 37,8 4 5,4 32 43,2
≥ 60 21 28,4 7 9,5 28 37,9
Dari tabel diatas, kelompok umur yang terbanyak adalah 50 – 59 tahun
sebanyak 32 subjek ( 43,2%), dan kelompok umur ≥ 60 tahun (37,9% ).
Tabel 5.4 Karakteristik RD berdasarkan Lama Menderita DM
Retinopati Diabetik
Lama Menderita DM NPDR PDR Total
N % N % N %
< 5 Tahun 16 21,6 0 0 16 21,6
5 – 10 Tahun 33 44,6 2 2,7 35 47,3
> 10 Tahun 14 18,9 9 12,2 23 31,1
Jumlah 63 85,1 11 14,9 74 100
Dari tabel tersebut, terlihat jumlah RD terbanyak adalah penderita DM dalam
kurun waktu 5 – 10 tahun (47,3%).
Tabel 5.5 Karakteristik RD berdasarkan Jenjang Pendidikan
Retinopati Diabetik
Pendidikan NPDR PDR Total
N % N % N %
SD 18 24,3 4 5,4 22 29,7
SLTP 7 9,4 1 1,4 8 10,8
Sarjana 17 23,0 1 1,3 18 24,3
Jumlah 63 85,1 11 14,9 74 100
Dari tabel tersebut, terlihat penderita RD terbanyak pada jenjang pendidikan
SLTA (33,2%) dan jenjang SD (29,7%), sementara SLTP hanya (10,8%).
Tabel 5.6 Karakteristik RD berdasarkan Tajam Penglihatan
Tajam Penglihatan Mata Kanan Mata Kiri Total
N % N % N %
5/5 – 5/7 20 15,6 19 14,9 39 30,5
5/8 – 5/16 31 24,2 25 19,5 56 43,7
5/25 – 5/50 14 10,9 14 10,9 28 21,8
< 5/50 2 1,6 3 2,4 5 4,0
Jumlah 67 52,3 51 41,7 128 100
Dari tabel tersebut, terlihat tajam penglihatan 5/8 – 5/16 sebesar 43,7%,
Tabel 5.7 Karakteristik RD berdasarkan mata yang terkena
Mata Kanan Mata Kiri Total
Retinopati Diabetik
N % N % N %
NPDR 56 43,7 55 43,0 111 86,7
PDR 11 8,6 6 4,7 17 13,3
Jumlah 67 52,3 61 47,7 128 100
Dari tabel diatas, terlihat jumlah penderita terbanyak adalah NPDR (86,3%).,
BAB V
PEMBAHASAN
Dari 74 penderita RD yang diteliti , sebanyak 38 orang laki-laki dan 36
orang perempuan. Hal ini menunjukan jumlah penderita RD antara laki-laki
dan perempuan tidak jauh berbeda. Dari literatur menunjukan bahwa tidak
terdapat predisposisi jenis kelamin untuk menderita RD.
Pada penelitian ini tampak kecenderungan RD meningkat sesuai
dengan semakin lanjutnya usia penderita. Jumlah RD bertambah banyak
pada usia 50 tahun ke atas, sehingga jumlah penderita RD juga cenderung
bertambah. Pada penelitian - penelitian lainnya jumlah RD akan meningkat
seiring dengan pertambahan usia penderita. DM merupakan faktor resiko
utama yang berkaitan dengan perkembangan retinopatik diabetik. Setelah
lima tahun menderita DM tipe 1, sekitar 25% pasien mengalami retinopati.
Setelah 10 tahun, hampir 60% menderita retinopati dan setelah 15 tahun
80% akan menderita retinopati.
Persentase RD akan semakin tinggi pada penderita yang sudah lama
menderita DM. Dari data mengenai lamanya DM, didapat RD paling banyak
dialami oleh penderita DM diatas 5 tahun. Dan berdasarkan literatur lamanya
lamanya mendertita DM merupakan faktor resiko menjadi RD.
Pada penelitian ini penderita RD paling banyak pada jenjang
pendidikan SLTA sebanyak 33,2%. Tingkat pendidikan tidak tampak
Tajam penglihatan dari subjek penelitian diperiksa terpisah antara
mata kanan dan mata kiri, tampak rata-rata tajam penglihatan antara mata
kanan dan mata kiri adalah 5/8 – 5/16 yaitu berkisar 43,7%. Hal ini
kemungkinan dihubungkan dengan derajat RD yang paling banyak adalah
NPDR. Dari data penelitian ini didapat informasi kasus NPDR antara mata
kanan dan kiri tidak jauh berbeda, begitu juga pada kasus PDR.
Dari data ini terlihat prevalensi RD di Poli Mata RSUP H. Adam Malik
Medan periode Juli 2011- Juni 2012 sebesar 1% dengan NPDR sebesar
85,1% dan PDR sebesar 14,9%. Jumlah ini tidak sebesar 42 % pada
penelitian The DiabCare Asia 2008 Study tetapi tetap harus menjadi
perhatian yang serius, karena masih ada kemungkinan penderita DM yang
tidak termasuk dalam bagian penelitian ini. Prevalensi RD semakin
bertambah besar sejalan dengan lamanya menderita DM pada saat diagnosa
ditegakan. Semakin lama menderita DM semakin banyak jumlah RD
ditemukan dan semakin tua usia penderita DM ditegakan kemungkinan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1. Prevalensi RD di Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli
2011- Juni 2012 adalah 1%.
2. Klasifikasi RD terbanyak pada penelitian ini adalah NPDR.
3. Tingginya prevalensi RD pada penelitian ini dipengaruhi oleh usia dan
lamanya menderita DM.
4. Tidak ada perbedaan jumlah penderita RD yang signifikan antara
penderita laki – laki dan perempuan.
6.2 SARAN
1. Untuk mengurangi angka kebutaan akibat RD maka, setiap kasus baru
disarankan untuk dirujuk ke bagian mata guna memperoleh data
lengkap mengenai keadaan matanya.
2. Melakukan pemeriksaan secara berkala pada penderita DM, agar
kelainan retina yang dapat mengancam penglihatan terdeteksi masih
dalam stadium awal.
3. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan RD dengan faktor
DAFTAR PUSTAKA
Skuta,GL,Cantor,LB,Weiss JS, 2010 Basic and Clinical Science Course,
Retina and Vitreous Disease, American Academy of
Ophthalmology,Chapter 5, page 109-127.
Celles J, Cipolla M.Diabetes and endothelialbdysfuncion, a clinical
perspective Endocrine riview.2005. page 36-52
David J Browning. Diabetic Macular Edema, Am J Ophthalmol 2008, page
649-655
Hollyfield Joe, Advances in Experimental Medicine and Bioogy, Retinal
Degenerative Disease, Chapter 29, 2006.
JEC, seri JEC Saturday Seminar , Retina dari Pediatrik hingga Geriatrik Bab
10, Retinopati Riabetika, Perspektif Endokrinolog hal 137.
JEC, seri JEC Saturday Seminar , Retina dari Pediatrik hingga Geriatrik Bab
11, penanganan terkini Retinopati Diabetik hal 155.
J. Antonia, Retinal Vascular Disease,2007 ; page 121-131
Kanski JJ Retinal Vascular Disease,Diabetic Retinopathy, Clinical
Ophthalmology A Systematic Approach, Chapter 16,2007, page
566-584
Khurana AK.2007. Ophthalmology, Chapter 11, Disease of The retina, fourth
edition page 259-267.
Kuminoto et al, The Wills Eye Manual, Chpter 13, General Ophthalmic
Pavan Debora- Langston, Manual of ocular Diagnosis and Therapy, sixth
edition, Retina and Vitreous 2008, page 183-184.
Quillen, American Medical Association, Clinical Retina,Chapter 5 Retinal
Vascular Disease 2002, page 126-133.
S. Ratna, Retinopati Diabetik,J Indon Med Assoc, volum; 61, nomor 8
agustus 2011, hal 338-341.
Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, Soeatmadji Dw,
Tjokroprawira A, the DiabCare Asia 2008 Study – Out comes on
control and complication of tipe 2 diabetic patients in Indonesia. Med J
Indones, 2010:19 (4);43-235.
Vander James F, Diabetic Retinopathy,in Ophthalmology Secrets in Color,
Third Edition, Mosby, Elsevier, 2007 page 376-383
Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes
estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care,
2004;27: 53-1074.
WHO, Global Data on Visual Impairment in the year 2002. in http: