• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 - Agustus 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 - Agustus 2010."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 - Agustus 2010

Oleh:

SHANTHI LEVANITA

070100137

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 - Agustus 2010

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

SHANTI LEVANITA

070100137

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 - Agustus 2010

Nama : SHANTHI LEVANITA NIM : 070100137

Pembimbing

(4)

ABSTRAK

Retinopati hipertensi telah lama dianggap sebagai indikator resiko dari morbiditas dan mortalitas sistemik. Data dari beberapa penelitian tahun 1997-2003 menunjukkan prevalensi dari penderita retinopati hipertensi berkisar antara 3-14% pada usia >40 tahun. Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC) dan British Society of Hypertension telah bersama-sama memberikan penuntun panduan yang

menekankan tentang penanganan yang agresif pada penderita hipertensi retinopati karena penyakit tersebut merupakan indikator dari kerusakan target organ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi retinopati hipertensi di RSUP H Adam Malik Medan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui prevalensi retinopati hipertensi berdasarkan usia, jenis kelamin, dan derajat hipertensi penderita.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita retinopati hipertensi selama periode Agustus 2008 - Agustus 2010, dan sampel diambil dengan metode total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Data yang diperoleh dari data sekunder diolah dengan SPSS dan dituangkan dalam tabel distribusi.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penderita retinopati hipertensi 1% yaitu 49 orang, dengan prevalensi terbanyak terdapat pada perempuan yaitu 27 orang (55,1%), pada kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 13 penderita (26,5%), dan pada penderita hipertensi tahap I dengan jumlah 23 orang (46,9%).

Dari hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat agar lebih menaruh perhatian pada kesehatan matanya.

(5)

ABSTRACT

Hypertensive retinopathy has long been regarded as a risk indicator for systemic morbidity and mortality. Data from few studies during 1997-2003 shows that the prevalence of hypertensive retinopathy is 3-14% of adult individuals aged > 40 years. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC) together with the British Society of Hypertension has made some guidelines that emphasize on the aggresive approach in managing the hypertensive retinopathy patients, because the disease is considered an indicator of target organ damage. The purpose of this study is to know the prevalence of hypertensive retinopathy in H Adam Malik General Hospital, Medan. The specific purpose of this study is to know the prevalence of hypertensive retinopathy according to age, gender, and the stage of hypertension.

This is a descriptive study with a cross-sectional design. The population is the entire medical record data of hypertensive retinopathy patients during August 2008 – August 2010, and the sample was taken with a total sampling method where the whole population is considered as the sample. All the collected data were calculated with SPSS and presented in distribution tables.

The result of this study shows that the prevalence of hypertensive retinopathy is 1% which is 49 persons, and the highest prevalence is found in females which is 55.1% (27 persons), in persons aged 60 to 69 years which is 26.5% (13 persons), and in persons with stage1 hypertension which is 46,9% (23 persons).

We hope that this study will be of benefit to the community so that they will put more attention on the health of their organ of vision.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 - Agustus 2010 ”. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persayaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan hasil penelitian ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidak sempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis maupun dalam masalah teknis pengerjaan. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang kelak dapat member manfaat di kemudian hari.

Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam merampungkan karya tulis ini, maka semua itu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Ibu dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, Sp. M, sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukkan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan kesempatan serta sarana untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

(7)

5. Seluruh pegawai dan staf pengajar bagian IKK Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 6. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, dr. Manoochehr

Tahmasebian dan Nita Tahmasebian, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan studi saya termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

7. Terima kasih juga saya sampaikan kepada kakak-kakak dan abang saya, Zarrin, Ruhia, Mary Ileana, dan Jamil Roy yang tetap mendukung saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

8. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran USU, khususnya Jane Silitonga, Aida Siregar, Istia Parinda, Nazira, Dede Kurniawan, dan Rodeo yang telah mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih atas kerja samanya.

9. Sahabat-sahabat saya yang tercinta, Jessica Hutapea, Angel Depari, Rut Caroline Sembiring, Nikita Simanungkalit, dan Gessy Sitorus yang telah memberikan semangat kepada saya selama mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya tuliskan yang telah memberikan bantuan kepada saya dalam pengerjaan karya tulis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini di berikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, November 2009 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN …... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 2

1.3.Tujuan Penelitian... 2

1.4.Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Hipertensi... 4

2.1.1. Defenisi... 4

2.1.2. Epidemiologi... 4

2.1.3. Etiologi... 5

2.1.4. Klasifikasi... 5

2.1.5. Patofisiologi... 6

2.1.6. Komplikasi... 7

2.1.7. Penatalaksanaan ... 8

2.2. Retina... 9

2.3. Retinopati Hipertensi... 11

2.3.1. Defenisi... 11

(9)

2.3.3. Klasifikasi... 12

2.3.4. Patofisiologi... 14

2.3.5. Diagnosis... 15

2.3.6. Penatalaksanaan... 17

2.3.7. Komplikasi... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL.... 19

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 19

3.2. Defenisi Operasional... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN... 21

4.1. Rancangan penelitian... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 21

4.4. Metode Pengumpulan Data... 21

4.5. Metode Analisis Data... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 23

5.1. Hasil Penelitian... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel... 24

5.1.3. Prevalensi Retinoapti Hipertensi... 25

5.2. Pembahasan... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 28

6.1. Kesimpulan... 28

6.2. Saran ... 28

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII 6

2.2. Komplikasi Hipertensi 8

2.4. Modifikasi Klasifikasi Scheie oleh American Academy

of Ophtalmology 12

2.5. Klasifikasi dari Retinopati Hipertensi berdasarkan Data

Populasi oleh New England Journal of Medicine 2004 13 3.1. Variabel, Defenisi operasional, Alat ukur, Hasil ukur, dan

Skala Ukur 20

5.1. Tabel Distribusi Jenis Kelamin Penderita Retinopati

Hipertensi 24

5.2. Tabel Distribusi Kelompok Usia Penderita Retinopati

Hipertensi 25

5.3. Tabel Distribusi Derajat Hipertensi Penderita Retinopati

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konsep Prevalensi Retinopati Hipertensi 19

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Data Induk

(13)

ABSTRAK

Retinopati hipertensi telah lama dianggap sebagai indikator resiko dari morbiditas dan mortalitas sistemik. Data dari beberapa penelitian tahun 1997-2003 menunjukkan prevalensi dari penderita retinopati hipertensi berkisar antara 3-14% pada usia >40 tahun. Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC) dan British Society of Hypertension telah bersama-sama memberikan penuntun panduan yang

menekankan tentang penanganan yang agresif pada penderita hipertensi retinopati karena penyakit tersebut merupakan indikator dari kerusakan target organ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi retinopati hipertensi di RSUP H Adam Malik Medan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui prevalensi retinopati hipertensi berdasarkan usia, jenis kelamin, dan derajat hipertensi penderita.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita retinopati hipertensi selama periode Agustus 2008 - Agustus 2010, dan sampel diambil dengan metode total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Data yang diperoleh dari data sekunder diolah dengan SPSS dan dituangkan dalam tabel distribusi.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penderita retinopati hipertensi 1% yaitu 49 orang, dengan prevalensi terbanyak terdapat pada perempuan yaitu 27 orang (55,1%), pada kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 13 penderita (26,5%), dan pada penderita hipertensi tahap I dengan jumlah 23 orang (46,9%).

Dari hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat agar lebih menaruh perhatian pada kesehatan matanya.

(14)

ABSTRACT

Hypertensive retinopathy has long been regarded as a risk indicator for systemic morbidity and mortality. Data from few studies during 1997-2003 shows that the prevalence of hypertensive retinopathy is 3-14% of adult individuals aged > 40 years. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC) together with the British Society of Hypertension has made some guidelines that emphasize on the aggresive approach in managing the hypertensive retinopathy patients, because the disease is considered an indicator of target organ damage. The purpose of this study is to know the prevalence of hypertensive retinopathy in H Adam Malik General Hospital, Medan. The specific purpose of this study is to know the prevalence of hypertensive retinopathy according to age, gender, and the stage of hypertension.

This is a descriptive study with a cross-sectional design. The population is the entire medical record data of hypertensive retinopathy patients during August 2008 – August 2010, and the sample was taken with a total sampling method where the whole population is considered as the sample. All the collected data were calculated with SPSS and presented in distribution tables.

The result of this study shows that the prevalence of hypertensive retinopathy is 1% which is 49 persons, and the highest prevalence is found in females which is 55.1% (27 persons), in persons aged 60 to 69 years which is 26.5% (13 persons), and in persons with stage1 hypertension which is 46,9% (23 persons).

We hope that this study will be of benefit to the community so that they will put more attention on the health of their organ of vision.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering di seluruh dunia. Kelainan pembuluh darah ini dapat berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap sistem organ tubuh, termasuk mata. Retinopati hipertensi adalah kondisi retina dengan karakteristik terjadi perubahan vaskularisasi retina, perdarahan retina, eksudat, edema papila, dan edema retina (Mosby Medical Dictionary, 2009).

Kejadian retinopati hipertensi sangat erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah. Penderita hipertensi memiliki kemungkinan 50-70% mengalami hipertensi retinopati. Pada penelitian yang dilakukan pada masyarakat Amerika Serikat, didapatkan insidensi 3 tahun yaitu tahun 1993-1996 dari retinopati hipertensi adalah 2.9%-4.3% (Wong TY et al, 2007). Data dari beberapa penelitian sejak tahun 1997-2003 menunjukkan prevalensi dari penderita retinopati hipertensi berkisar antara 3-14% pada usia >40 tahun, dan dari sebuah studi lain yang dilakukan Beaver Dam Eye Study pada 4926 orang yang berusia 43-86 tahun di Amerika Serikat menunjukkan insidensi 5 tahun dari retinopati hipertensi berkisar antara 6% - 10% (Wong TY & McIntosh R, 2005).

(16)

dengan kejadian stroke dan penyakit penyakit serebrovaskular. Studi yang dilakukan Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) tahun 2002, menunjukkan bahwa penderita retinopati hipertensi memiliki kecenderungan 2 kali lipat untuk menderita stroke, walaupun faktor faktor lain seperti merokok, dan kadar lipidnya terkontrol. Penderita retinopati hipertensi juga memiliki kecenderungan 2 kali lipat untuk menderita gagal jantung kongestif (Wong TY et al, 2005), dan juga lebih cenderung menderita disfungsi renal (Wong TY et al, 2004).

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure (JNC) dan British Society of Hypertension

telah bersama-sama memberikan penuntun panduan yang menekankan tentang penanganan yang agresif pada penderita hipertensi retinopati karena penyakit tersebut merupakan indikator dari kerusakan target organ (Chobanian AV et al, 2003).

Sepengetahuan peneliti, di Indonesia belum ditemukan data yang akurat tentang kekerapan retinopati hipertensi. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan survei di RSUP H. Adam Malik.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu berapakah prevalensi retinopati hipertensi di RSUP H. Adam Malik?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Diketahuinya prevalensi retinopati hipertensi di RSUP Haji Adam Malik. 1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui prevalensi retinopati hipertensi berdasarkan umur penderita.

(17)

3. Untuk mengetahui prevalensi retinopati hipertensi berdasarkan derajat hipertensi penderita.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dalam mendukung pemerintah mengenai perencanaan strategis nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan untuk mencapai Vision 2020: The

Right to Sight yang ditetapkan WHO.

2. Rumah sakit H. Adam Malik agar meningkatkan usaha dalam tindakan pencegahan dan diagnosa dini penyakit retinopati hipertensi.

3. Masyarakat agar mau melakukan pencegahan terhadap penyakit retinopati hipertensi.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report

of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang

dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M, 2006).

2.1.2. Epidemiologi

(19)

saat ini (Armilawati et al, 2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case

finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas

dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).

2.1.3. Etiologi

Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).

2.1.4. Klasifikasi

(20)

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII. Klasifikasi tekanan

darah

Tekanan darah sistolik (mmHg)

Tekanan darah diastolik (mmHg)

Normal >120 Dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89

Hipertensi tahap I 140 – 159 Atau 90-99 Hipertensi tahap II > 160 Atau >100 Sumber: WHO Regional 2005

2.1.5. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

(21)

komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.

Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun(Menurut Sharma S et al, 2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).

2.1.6. Komplikasi

(22)

Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi

Sistem organ Komplikasi Komplikasi Hipertensi

Jantung Gagal jantung kongestif

Angina pectoris

Infark miokard

Sistem saraf pusat Ensefalopati hipertensif

Ginjal Gagal ginjal kronis

Mata Retinopati hipertensif

Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Sumber: Hoeymans N, 1999.

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic

Attack/TIA) (Anggreini AD et al, 2009).

2.1.7. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

1. Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. 3. Menghambat laju penyakit ginjal.

Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis seperti penjelasan dibawah ini.

1. Terapi Non Farmakologis

(23)

Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.

b. Meningkatkan aktifitas fisik.

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi. c. Mengurangi asupan natrium.

Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.

d. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.

2. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta

blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin

Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau

AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB).

2.2. Retina

(24)

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hamper sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serrata. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epiel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch, khoroid, dan sklera. Permukaan dalam retina menghadap ke vitreus. Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsang cahaya (Ilyas, 2008). Secara kasar lapisan retina terbagi atas dua lapisan, yaitu lapisan fotoreseptor (pars optika retinae) dan lapisan non-fotoreseptor atau lapisan epitel pigmen (retinal pigment epithelium/ RPE). Lapisan RPE merupakan suatu lapisan sel berbentuk heksagonal, berhubungan langsung dengan epitel pigman pada pars plana dan ora serrata. Lapisan fotoreseptor merupakan satu lapis sel transparan dengan ketebalan antara 0,4 mm berhampiran nervus optikus sehingga 0,15 mm berhampiran ora serrata. Di tengah-tengah makula (daerah pigmetasi kekuningan yang lapisan ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis sel) terdapat fovea yang berada 3 mm di bagian temporal dari margin temporal nervus optikus. Fovea secara klinis merupakan cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresenes. Foveola adalah bagian paling tengah pada fovea, di sini reseptornya adalah sel kerucut, dan bagian retina yang paling tipis (Vaughan, 2000). Secara histologis, retina terdiri atas 10 lapisan, yaitu:

Membrana limitans interna (serat saraf glial yang memisahkan retina dari corpus vitreus)

1. Lapisan serat saraf optikus (akson dari neuron ke-3)

2. Lapisan sel ganglion (nuklei ganglion sel dari neuron ke-3)

3. Lapisan fleksiform dalam (sinapsis antara akson ke-2 neuron dengan dendrit dari neuron ke-3)

4. Lapisan nuklear dalam

5. Lapisan fleksiform luar (sinapsis antara akson pertama neuron dengn dendrit neuron ke-2)

(25)

7. Membrana limitans eksterna

8. Lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan sel batang) 9. Retinal Pigment Epithelium

Retina menerima suplai darah dari dua sumber: khoriokapilaria, sistem kapilari dari arteri koroidal yang merupakan cabang dari arteri siliari, yang berada tepat di luar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina; sumber kedua adalah arteri sentralis retina yang mendarahi duapertiga bagian dalam retina, yang berasal dari arteri oftalmika, arteri ini berasal dari arteri oftalmikus yang masuk ke mata bersama-sama dengan nervus optikus dan bercabang pada permukaan dalam retina. Arteri sentralis merupakan arteri utuh dengan diameter kurang lebih 0,1 mm, yang merupakan suatu arteri terminalis tanpa anastomose dan membagi menjadi empat cabang utama yaitu aa.temporalis superior dan inferior dan aa.nasalis superior dan inferior (Retina and Vitreus, 2003).

2.3. Retinopati Hipertensi 2.3.1. Definisi

Retinopati hipertensi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan kelainan pada vaskuler retina pada penderita dengan peningkatan tekanan darah. Kelainan ini pertama kali dikemukakan oleh Marcus Gunn pada kurun abad ke-19 pada sekelompok penderita hipertensi dan penyakit ginjal. Tanda-tanda pada retina yang diobservasi adalah penyempitan arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau nicking arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk

flame-shape dan blot-flame-shape, cotton-wool spots, dan edema papilla. Pada tahun 1939,

Keith et al menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopati ini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi (Wong T.Y., Mitchell P, 2004).

2.3.2. Epidemiologi

(26)

dan didapatkan bahwa kelainan ini banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Prevalensi retinopati hipertensi bervariasi antara 2%-15%. Data ini berbeda dengan hasil studi epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye Study yang mendapatkan hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Ini mungkin disebabkan oleh sensivitas alat yang semakin baik apabila dibandingkan dengan pemeriksaan oftalmoskopik di klinik-klinik(NEJM, 2004). Pada penelitian yang dilakukan pada masyarakat Amerika Serikat, didapatkan insidensi 3 tahun dari retinopati hipertensi adalah 2.9%-4.3% (Wong TY et al, 2007). Prevalensi yang lebih tinggi juga ditemukan pada orang berkulit hitam berbanding orang kulit putih berdasarkan insiden kejadian hipertensi yang lebih banyak ditemukan pada orang berkulit hitam(Ronald K et al, 2003).

2.3.4. Klasifikasi

Klasifikasi tradisional retinopati hipertensi pertama kali dibuat pada tahun 1939 oleh Keith et al. Sejak itu, timbul bermacam-macam kritik yang mengkomentari sistem klasifikasi yang dibuat oleh Keith dkk tentang relevansi sistem klasifikasi ini dalam praktek sehari-hari. Klasifikasi dan modifikasi yang dibuat tediri atas empat kelompok retinopati hipertensi berdasarkan derajat keparahan. Namun kini terdapat tiga skema mayor yang disepakati digunakan dalam praktek sehari-hari.

Tabel 2.4. Modifikasi klasifikasi Scheie oleh American Academy of Ophtalmology

Stadium Karakteristik Stadium 0 Tidak ada perubahan

Stadium I Penyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi Stadium II Penyempitan yang jelas dengan kelainan fokal

Stadium III Stadium II disertai perdarahan retina dan/atau eksudat Stadium IV Stadium III disertai papiledema

(27)

Berdasarkan penelitian, telah dibuat suatu tabel klasifikasi retinopati hipertensi yang dibuat berdasarkan berat ringannya tanda-tanda yang kelihatan pada retina.

Tabel 2.5. Klasifikasi dari retinopati hipertensi berdasarkan data populasi oleh New England Journal of Medicine 2004

Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemik

Mild Satu atau lebih dari tanda berikut :

Penyempitan arteioler menyeluruh atau fokal, AV nicking, dinding arterioler lebih padat (silver-wire)

Asosiasi ringan dengan penyakit stroke, penyakit jantung koroner dan mortalitas kardiovaskuler

Moderate Retinopati mild dengan satu atau lebih tanda berikut :

Perdarahan retina (blot, dot atau flame-shape), microaneurysme, cotton-wool, hard exudates

Asosiasi berat dengan penyakit stroke, gagal jantung, disfungsi renal dan mortalitas

kardiovaskuler

Accelerated Tanda-tanda retinopati moderate dengan edema papil : dapat disertai dengan kebutaan

Asosiasi berat dengan mortalitas dan gagal ginjal

Sumber: Wong TY, 2005

2.3.3. Patofisiologi

Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah. Terdapat teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap akut sementara pada tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah (Wong TY, 2004).

(28)

pemeriksaan funduskopi akan terlihat penyempitan arterioles retina secara generalisata. Peningkatan tekanan darah secara persisten akan menyebabkan terjadinya penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media dan degenerasi hialin. Pada tahap ini akan terjadi penyempitan arteriolar yang lebih berat dan perubahan pada persilangan arteri-vena yang dikenal sebagai

arteriovenous nicking. Terjadi juga perubahan pada refleks cahaya arteriolar yaitu

terjadi pelebaran dan aksentuasi dari refleks cahaya sentral yang dikenal sebagai

copper wiring.

Dinding aretriol normal bersifat transparan, sehingga yang terlihat sebenarnya adalah darah yang mengalir. Pantulan cahaya yang tipis dibagian tengah lumen tampak sebagai garis refraktif kuning sekitar selebar seperlima dari lebar lumen. Apabila dinding arteriol diinfiltrasi oleh sel lemak dan kolesterol akan menjadi sklerotik. Dinding pembuluh darah secara bertahap menjadi tidak transparan dan dapat dilihat, dan refleksi cahaya yang tipis menjadi lebih lebar. Produk-produk lemak kuning keabuan yang terdapat pada dinding pembuluh darah bercampur dengan warna merah darah pada lumen pembuluh darah akan menghasilkan gambaran khas copper-wire. Hal ini menandakan telah terjadi arteriosklerosis tingkat sedang. Apabila sklerosis berlanjut, refleksi cahaya dinding pembuluh darah berbentuk silver-wire. Tahap pembentukan eksudat, akan menimbulkan kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik retina.

(29)

retina. Absorpsi komponen plasma dari cairan edema retina akan menyebabkan terjadinya akumulasi protein. Perubahan-perubahan yang terjadi ini tidak bersifat spesifik hanya pada hipertensi, karena selain itu juga dapat terlihat pada penyakit kelainan pembuluh darah retina yang lain. Perubahan yang terjadi juga tidak bersifat sekuensial, misalnya perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat langsung menimbulkan hard exudate tanpa perlu mengalami perubahan-perubahan lain terlebih dulu (Wong TY, 2005).

Dalam penelitian yang dilakukan di Australia, didapatkan arteriolar retina lebih sempit pada orang-orang yang lebih tua yaitu usia diatas 40 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia lebih tua, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah semakin menyempit dan kaku, hal yang sama juga berlaku pada arteriol retina. Penelitian tersebut juga menunjukkan hubungan yang erat antara peningkatan tekanan darah dengan penyempitan arteriol retina, dimana semakin tinggi tekanan darah, maka semakin sempit pula arteriol retina (Wong TY, 2003; Klein R, 1994).

2.3.5. Diagnosis

Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Selain itu pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri terutama pada pasien lanjut usia dan pemeriksaan USG B-Scan untuk melihat kondisi di belakang lensa diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti. Pemeriksaan laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari hipertensi. Pasien dengan hipertensi biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata. Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau stadium IV peubahan vaskularisasi akibat hipertensi (Pavan PR, 2000).

(30)

atrofi sirkumskripta dan dan proliferasi epitel pigmen pada tempat yang terkena infark. Pada bentuk yang ringan, hipertensi akan meyebabkan peningkatan reflek arteriolar yang akan terlihat sebagai gambaran copper wire atau silver wire. Penebalan lapisan adventisia vaskuler akan menekan venule yang berjalan dibawah arterioler sehingga terjadi perlengketan atau nicking arteriovenousa. Pada bentuk yang lebih ekstrem, kompresi ini dapat menimbulkan oklusi cabang vena retina (Branch Retinal Vein Occlusion/ BRVO). Dengan level tekanan darah yang lebih tinggi dapat terlihat perdarahan intraretinal dalam bentuk flame shape yang mengindikasikan bahwa perdarahannya berada dalam lapisan serat saraf, dan/ atau edema retina. Malignant hipertensi mempunya ciri-ciri papiledema dan dengan perjalanan waktu akan terlihat gambaran makula berbentuk bintang.

Lesi pada ekstravaskuler retina dapat terlihat sebagai gambaran mikroaneurisme yang diperkirakan akan terjadi pada area dinding kapiler yang paling lemah. Gambaran ini paling jelas terlihat melalui pemeriksaan dengan angiografi. Keadaan stasis kapiler dapat menyebabkan anoksia dan berkurangnya suplai nutrisi, sehingga menimbulkan formasi mikroanuerisma. Selain itu, perdarahan retina dapat terlihat. Ini akibat hilang atau berkurangnya integritas endotel sehingga terjadi ekstravasasi ke plasma, hingga terjadi perdarahan. Bercak-bercak perdarahan kelihatan berada di lapisan serat saraf kelihatan lebih jelas dibandingkan dengan perdarahan yang terletak jauh dilapisan fleksiform luar. Pada edema retina dan makula, yang terlihat secara histologis adalah residu edema dan makrofag yang mengandung lipid. Walaupun deposit lipid ini ada dalam pelbagai bentuk dan terdapat dimana-mana di dalam retina, gambaran

macular star merupakan bentuk yang paling dominan. Gambaran seperti ini

muncul akibat orientasi lapisan Henle dari serat saraf yang berbentuk radier (Wong TY, 2005).

2.3.6. Penatalaksanaan

(31)

140/90 mmHg. Jika telah terjadi perubahan pada fundus akibat arteriosklerosis, maka kondisi ini tidak dapat diobati lagi. Beberapa studi eksperimental dan percobaan klinik telah menunjukan bahwa tanda-tanda retinopati hipertensi dapat berkurang dengan mengontrol kadar tekanan darah (Lowenthal MN, 1993). Masih tidak jelas apakah pengobatan dengan obat anti hipertensi mempunyai efek langsung terhadap struktur mikrovaskuler. Penggunaan obat ACE Inhibitor terbukti dapat mengurangi kekeruhan dinding arteri retina. Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Pasien dinasehati untuk menurunkan berat badan jika sudah melewati standar berat badan ideal seharusnya. Konsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara asupan lemak tak jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi dan pasien memerlukan kegiatan olahraga yang teratur. Dokter atau petugas kesehatan harus tetap meneruskan pengobatan pada pasien hipertensi walaupun tanpa tanda-tanda retinopati (Wong TY, 2005).

2.3.7. Komplikasi

(32)

arteriosklerosis pada lamina cribrosa.

Penelitian yang dilakukan oleh Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) mendemonstrasikan bahwa keadaan retinopati hipertensi meningkatkan resiko stroke 2.6 kali lipat, dan 2-4 kali lipat kemungkinan terjadinya insiden stroke walaupun faktor resiko lain seperti merokok dan kadar lipid dikontrol. Dan penelitian Mithcell et al menunjukkan hubungan antara retinopati hipertensi dengan insidensi stroke/Transient Ischemic Attack/kematian serebrovaskular. Penelitian ini melakukan follow pada 859 subjek selama 7 tahun. Dan terdapat beberapa penelitian lain yang mendukung penelitian tersebut (Suri MFK, 2008).

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Prevalensi Retinopati Hipertensi

3.2. Definisi Operasional

1. Usia adalah umur saat responden pertama kali didiagnosis menderita retinopati hipertensi yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik.

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden yang tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik.

3. Derajat hipertensi adalah stadium hipertensi responden menurut JNC VII saat didiagnosis menderita retinopati hipertensi yang tercatat dalam data rekam medik RSUP H. Adam Malik.

4. Prevalensi retinopati hipertensi adalah angka kejadian retinopati hipertensi sejak tanggal 1 Agustus 2008 - 31 Agustus 2010 yang tercatat dalam data rekam medik RSUP H. Adam Malik.

- Usia

- Jenis kelamin - Derajat hipertensi

(34)
[image:34.595.114.509.141.648.2]

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur Usia Umur saat responden

pertama kali didiagnosis

menderita retinopati hipertensi yang tercatat dalam rekam

medik RSUP H.

Adam Malik..

Data rekam medik

- 20-29 tahun - 30-39 tahun - 40-49 tahun - 50-59 tahun - 60-69 tahun - 70-79 tahun

Numerik

Jenis kelamin

Jenis kelamin responden yang

tercatat dalam rekam medik di RSUP H. Adam Malik. Data rekam medik Laki-laki Perempuan Nominal Derajat hipertensi Stadium hipertensi responden saat pertama kali didiagnosis menderita retinopati hipertensi yang tercatat dalam data rekam medik RSUP H. Adam Malik.

Data rekam medik Prehipertensi : 120-139/80-89 mmHg

Hipertensi tahap I : 140-159/90-99 mmHg

Hipertensi tahap II : >160/ 100 mmHg

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross

sectional. Desain cross sectional adalah suatu desain penelitian dimana

pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti dilakukan secara bersamaan dengan melihat data rekam medik penderita retinopati hipertensi yang tercatat selama periode 1 Agustus 2008 - 31 Agustus 2010.

4.2. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di poliklinik mata RSUP H. Adam Malik pada bulan Juli - Agustus 2010. Pemilihan tempat penelitian ini dimaksudkan karena RSUP H. Adam Malik adalah salah satu rumah sakit rujukan Indonesia bagian barat.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita retinopati hipertensi selama periode 1 Agustus 2008-31 Agustus 2010.

Sampel penelitian diambil dengan metoda total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah semua penderita retinopati hipertensi yang mempunyai riwayat hipertensi. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah penderita retinopati hipertensi yang menderita penyakit diabetes melitus.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(36)

4.5. Metode Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS, dimana dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi menurut usia, jenis kelamin, dan derajat hipertensi.

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bungalow No.17, Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit rujukan tipe A. dan merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Rumah sakit ini memiliki banyak poliklinik, salah satunya poliklinik mata yang terletak pada lantai dua. Poliklinik ini merupakan lokasi penelitian saya dengan melihat buku status pasien utuk mencatat nomor rekam medis. Selain itu, data penelitian ini juga diambil dari bagian rekam medis yang terletak di lantai satu.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diperoleh selama periode Juli 2010 hingga September 2010 sebesar 49 sampel. Semua data diperoleh dari data sekunder yatiu rekam medis pasien yang menderita retinopati hipertensi.

5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

(38)
[image:38.595.109.509.133.232.2]

Tabel 5.1. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Retinopati Hipertensi.

Jenis kelamin n (%)

laki-laki 22 (44,9)

perempuan 27 (55,1)

total 49 (100,0)

5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia.

Berdasarkan penelitian, diperoleh data penderita retinopati hipertensi paling banyak dijumpai pada kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 13 orang (26,5%), kemudian diikuti dengan kelompok usia 50-59 tahun 11 orang (22,4%), kelompok usia 40-49 tahun 9 orang (18,4%), kelompok usia 70-79 tahun 7 orang (14,3%), kelompok usia 20-29 tahun 6 orang (12,2%), dan yang paling sedikit di jumpai pada kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 3 orang (6,1%). Kelompok usia yang paling muda adalah 20-29 tahun dan yang paling tua adalah 70-79 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2. dibawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Kelompok Usia Penderita Retinopati Hipertensi

Usia n (%)

20-29 tahun 6 (12,2)

30-39 tahun 3 (6,1)

40-49 tahun 9 (18,4)

50-59 tahun 11 (22,4)

60-69 tahun 13 (26,5)

70-79 tahun total

[image:38.595.116.479.478.720.2]
(39)

5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Derajat Hipertensi.

[image:39.595.120.510.278.429.2]

Berdasarkan penelitian, diperoleh derajat hipertensi penderita retinopati hipertensi yang paling banyak adalah hipertensi tahap I dengan jumlah 23 orang (46,9%), kemudian diikuti dengan hipertensi tahap II dengan jumlah 16 orang (32,7%), dan yang paling sedikit pada penderita prehipertensi dengan jumlah 10 orang (20,4%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3. dibawah ini:

Tabel 5.3. Distribusi Derajat Hipertensi Penderita Retinopati Hipertensi Derajat hipertensi n (%)

prehipertensi 10 (20,4) hipertensi tahap I 23 (46,9) hipertensi tahap II

jumlah

16 (32,7) 49 (100,0)

5.1.3. Prevalensi Retinopati Hipertensi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan periode Agustus 2008 – Agustus 2010, dari seluruh pasien yang memiliki gangguan penglihatan yang berjumlah 4571 pasien, didapatkan 49 penderita retinopati hipertensi. Dari data tersebut didapatkan prevalensi penderita retinopati hipertensi adalah 1%.

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dari retinopati hipertensi secara umum dan mengetahui prevalensi retinopati hipertensi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan derajat hipertensi di RSUP H Adam Malik Medan pada periode Agustus 2008 – Agustus 2010.

(40)

Wong (2007) pada penelitiannya di Amerika Serikat mendapatkan insidensi 3 tahun dari retinopati hipertensi adalah 2,9-4,3%, dan pada Beaver Dam Eye Study (2005), insidensi 5 tahun dari retinopati hipertensi adalah 6-10%. Hasil yang didapatkan oleh peneliti tidak terlalu berbeda dengan hasil penelitian Wong (2007) dan Beaver Dam Eye Study (2005).

Pada tabel 5.1., terlihat penderita terbanyak adalah perempuan sebanyak 27 penderita (55,1%). Menurut hasil penelitian Kristiani, S (2001) di Semarang, tidak ditemukan perbedaan prevalensi retinopati hipertensi berdasarkan jenis kelamin. Menurut Salvador S (2003) di Meksiko, didapatkan pada penderita retinopati hipertensi 70% merupakan perempuan. Sedangkan menurut penelitian Sharp P.S tahun 1995, pada kelompok ras Afro-Caribbean didapatkan perempuan lebih banyak menderita retinopati hipertensi dibandingkan dengan laki-laki. Hasil penelitian ini menunjukkan persamaan dengan penelitian Sharp (1995).

Pada tabel 5.2., terlihat kelompok usia penderita terbanyak adalah kelompok usia 60-69 tahun, yaitu sebanyak 13 penderita (26,5%). Hasil penelitian Kristian, S (2001) di Semarang menunjukkan kelompok usia terbanyak adalah 41-50 tahun (30,4%), dan menurut Wong, TY (2007) kelompok usia terbanyak yang menderita retinopati hipertensi terdapat pada usia > 40 tahun. Menurut penelitian di Amerika Serikat didapati insidensi 5 tahun terdapat 6% - 10% penderita retinopati hipertensi dengan usia yang berkisar antara 43-86 tahun (Wong TY & McIntosh R, 2005), sedangkan penelitian yang dilakukan Salvador (2003) di Meksiko mendapatkan usia rata-rata penderita retinopati hipertensi 51±10.4 tahun.

Hasil yang didapatkan oleh peneliti tentang kelompok usia terbanyak tidak sama persis dengan hasil penelitian Kristian S, akan tetapi terdapat kemiripan dengan penelitian Wong TY (2007), dan Wong TY & McIntosh R (2005) dan Salvador (2003). Perbedaan hasil oleh masing-masing peneliti lebih didasari oleh pengelompokan umur dan jumlah populasi dari masing masing penelitian.

(41)

otot, sehingga pembuluh darah semakin menyempit dan kaku, hal yang sama juga berlaku pada arteriol retina, sehingga orang dengan kelompok usia seperti diatas lebih rentan menderita retinopati hipertensi (Klein R, 1994).

Dari tabel 5.3. didapatkan derajat hipertensi penderita retinopati hipertensi yang paling banyak adalah hipertensi tahap I dengan jumlah 23 orang (46,9%), dan menurut Salvador (2003) tekanan darah rata-rata 149±13.3/88±9.7mmHg yang merupakan hipertensi derajat I. Pada penelitian Kristiani (2001) 59,5% merupakan penderita retinopati hipertensi dengan hipertensi sistemik stadium II.

Hasil yang didapatkan oleh peneliti tidak memiliki persamaan dengan penelitian Kristiani (2001), akan tetapi terdapat kesamaan dengan hasil penelitian Salvador (2003), dimana penderita retinopati hipertensi paling banyak dengan hipertensi tahap I.

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi retinopati hipertensi di RSUP H Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 – Agustus 2010 adalah 1%.

2. Distribusi jenis kelamin pada penderita retinopati hipertensi paling banyak adalah perempuan sebanyak 27 penderita (55,1%).

3. Distribusi kelompok umur penderita retinopati hipertensi paling banyak adalah kelompok usia 60-69 tahun, yaitu sebanyak 13 penderita (26,5%).

4. Distribusi derajat hipertensi penderita retinopati hipertensi paling banyak adalah hipertensi tahap I dengan jumlah 23 orang (46,9%).

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menurut penelitian ini, kelompok usia yang paling banyak menderita adalah kelompok usia 60-69 tahun, untuk itu, penderita hipertensi dengan usia mendekati kelompok usia tersebut disarankan agar melakukan pemeriksaan pada matanya.

2. Bagi pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti pihak RSUP H. Adam Malik Medan, disarankan untuk meningkatkan kualitas pencatatan rekam medis agar pihak peneliti selanjutnya dapat menggunakan rekam medis secara optimal.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, H., Amirudin R., and Armilawati, 2007. Hipertensi dan Faktor Resikonya

dalam Kajian Epidemiolog,. FKM UNHAS. Available from:

American Academy of Ophtamology, 2002. Section 12 Retina and Vitreus. USA: AAO, 7-13.

Anggraini, A.D., Asputra, H., Siahaan. S.S., Situmorang, E., and Warren, A., 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada

Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang. FK

UNRI.

Hoeymans, N., Smit, H.A., Verkeij, H, Kromhout, D., 1999. Cardiovascular Risk

Factors in Netherlands. Eur Heart.

Ilyas, H.S., 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Klein, R., Klein, B.E.K., Moss, S.E., and Wang, Q., 1994. Hypertension and Retinopathy, Arteriolar Narrowing, and Arteriovenous Nicking in a Population. Arch Ophthalmol. 1994;112(1): 92. ().

Kristiani, S. & Wilarjdo, 2001. Distribusi Retinopati Hipertensi di Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kedoteran Media Medikana FK

(44)

Lowenthal, M.N. & Zimlichman, R., 1993. Resolution of Hypertensive Retinopathy Despite Persistent High Diastolic Pressure. Southern Medical

Journal 86: 187.{abstrak}.

Mobys Medical Dictionary, 2009. Hypertensive Retinopathy. Available from: [Accessed 12 March 2010].

Salvador, F., Jose P., and Virginia R., 2003. Hypertensive retinopathy in hypertensive patients in comparison with normotensive subjects. Am J

Hypertens 16:248A.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Sharp, P.S., et al., 1995. Hypertensive Retinopathy in Afro-Caribbean and Europians: Prevalence and Risk Factor Relationship. American Heart

Association Hypertension 25:1322-1325.

Sharrett, A.R., et al., 2003. Racial Diffrences in Prevalence of Hypertensive Retinopathy. American Heart Association Hypertension 41: 1086.

Suri, M.F.K., & Kureshi, A. I., 2008. Hypertensive Retinopathy and Risk of Cardiovaskular Disease in a National Cohort. Journal of Vascular and

Interventional Neurology I(3):75-78.

Vaughan, G.D., Asbury, T., Riordan-Eva, P., 2000. Oftamologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.

Wilson, L.M., & Price, A.P., 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

(45)

Wong, T.Y., et al., 2007. The 3 Year Incidence and Cumulative Prevalence of

Retinopathy.

Wong, T.Y., Klein, R., Klein, B.E.K., Hubbard, L.D., and Meuer, S.M., 2003. Retinal Vessel Diameters and Their Associations with Age and Blood Pressure. Investigative Ophtamology and Visual Science 44: 4644-4650.

Wong T.Y., & McIntosh, R., 2005. Hypertensive Retinopathy Signs as Risk Indicators of Cardiovascular Morbidity and Mortality. British Medical

(46)

Lampiran

Data induk Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H Adam Malik Medan Periode Agustus 2008-Agustus 2010

No Nomor Rekam medis

Jenis Kelamin

Kategori Tekanan

Darah Usia

Kelompok usia

1 41.49.11 laki laki prehipertensi 68 60-69

2 41.96.13 perempuan hipertensi tahap I 63 60-69

3 36.10.55 perempuan prehipertensi 27 20-29

4 36.39.99 perempuan hipertensi tahap I 56 50-59 5 42.72.48 perempuan hipertensi tahap II 50 50-59 6 41.76.58 perempuan hipertensi tahap I 59 50-59 7 38.44.82 perempuan hipertensi tahap I 24 20-29

8 37.00.62 laki laki prehipertensi 22 20-29

9 39.12.07 perempuan hipertensi tahap I 66 60-69 10 39.63.65 laki laki hipertensi tahap II 56 50-59

11 39.03.34 laki laki prehipertensi 53 50-59

12 39.23.43 perempuan hipertensi tahap II 72 70-79 13 43.21.55 laki laki hipertensi tahap I 63 60-69 14 43.24.08 perempuan hipertensi tahap I 47 40-49 15 36.61.88 perempuan hipertensi tahap I 78 70-79

16 36.64.86 laki laki prehipertensi 21 20-29

17 37.29.39 perempuan hipertensi tahap I 48 40-49 18 36.22.53 perempuan hipertensi tahap II 37 30-39 19 20.15.93 laki laki hipertensi tahap I 63 60-69 20 19.69.27 laki laki hipertensi tahap I 77 70-79 21 14.09.18 perempuan hipertensi tahap II 49 40-49 22 42.55.29 laki laki hipertensi tahap II 43 40-49 23 37.40.59 laki laki hipertensi tahap II 58 50-59 24 41.43.07 laki laki hipertensi tahap I 69 60-69 25 41.46.57 perempuan hipertensi tahap II 70 70-79 26 39.22.73 perempuan hipertensi tahap I 64 60-69 27 42.85.28 perempuan hipertensi tahap II 46 40-49 28 38.34.97 perempuan hipertensi tahap II 76 70-79 29 38.73.59 perempuan hipertensi tahap I 36 30-39

30 39.03.34 perempuan prehipertensi 53 50-59

31 38.34.97 perempuan hipertensi tahap I 70 70-79

32 42.81.43 perempuan prehipertensi 28 20-29

(47)

36 38.79.67 perempuan hipertensi tahap II 50 50-59 37 37.88.98 perempuan hipertensi tahap II 62 60-69 38 13.10.24 laki laki hipertensi tahap I 64 60-69 39 40.13.56 laki laki hipertensi tahap II 49 40-49

40 43.38.16 laki laki prehipertensi 49 40-49

41 43.91.30 laki laki prehipertensi 59 50-59

42 39.13.96 laki laki hipertensi tahap I 65 60-69

43 39.12.10 laki laki prehipertensi 56 50-59

(48)

LAMPIRAN

HASIL OUT PUT:

PREVALENSI RETINOPATI HIPERTENSI DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN PERIODE AGUSTUS 2008 – AGUSTUS 2010

1. Kategori berdasarkan jenis kelamin

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki laki 22 44.9 44.9 44.9

perempuan 27 55.1 55.1 100.0

Total 49 100.0 100.0

2. Kategori berdasarkan kelompok usia

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 20-29 6 12.2 12.2 12.2

30-39 3 6.1 6.1 18.4

40-49 9 18.4 18.4 36.7

50-59 11 22.4 22.4 59.2

60-69 13 26.5 26.5 85.7

70-79 7 14.3 14.3 100.0

(49)

3. Kategori berdasarkan derajat tekanan darah

tekanan darah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid prehipertensi 10 20.4 20.4 20.4

hipertensi tahap I 23 46.9 46.9 67.3

hipertensi tahap II 16 32.7 32.7 100.0

Total 49 100.0 100.0

Wong, T.Y., & Mitchell, P., 2004. Current Concepts Hypertensive Retinopathy. N. Engl. J. Med 2004, 351:2310-7.

Yogiantoro, M., 2006. Hipertensi Esensial. Dalam: Yogiantoro, M., Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jakarta, 610-614.

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII. Klasifikasi tekanan Tekanan darah  Tekanan darah diastolik
Tabel 2.2. Komplikasi Hipertensi  Sistem organ Komplikasi
Tabel 2.5. Klasifikasi dari retinopati hipertensi berdasarkan data populasi oleh New England Journal of Medicine 2004    Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemik
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik retinopati hipertensi di RSUP H.Adam Malik medan periode Januari-Desember 2012.Penelitian ini adalah suatu

Kelainan retina yang sering menyebabkan kebutaan antara lain adalah.. retinopati diabetik (hampir 80 % dari seluruh kelainan retina adalah

Dengan penelitian ini dapat diketahui angka karakteristik retinopati hipertensi di RSUP H.Adam Malik Medan periode Januari-Desember 2012 sehingga diharapkan dapat menjadi salah

Oleh karena tanda-tanda retinopati ini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi, hal tersebut menjadi latar belakang peneliti untuk

Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina berupa retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah komplikasi intratemporal, dimana yang terbanyak adalah mastoiditis, kemudian diikuti dengan komplikasi intrakranial,

- Pasien poli mata sub divisi retina dengan gejala dan tanda yang mengarah pada retinopati hipertensi, walaupun pasien tidak mengetahui bahwa ia menderita hipertensi dan

- Pasien poli mata sub divisi retina dengan gejala dan tanda yang mengarah pada retinopati hipertensi, walaupun pasien tidak mengetahui bahwa ia menderita hipertensi dan